PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN
( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT )
TAHUN 2015
KABUPATEN MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN
DISIAPKAN OLEH
POKJA SANITASI KABUPATEN MUARA ENIM
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Laporan Hasil Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment ) atau studi Penilaian Risiko Kesehatan karena Lingkungan yang merupakan studi primer yang dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Muara Enim berdasarkan pendekatan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Kabupaten Muara Enim dapat diselesaikan. Laporan ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada kalangan pemerintahan, lembaga profesional, dunia usaha dan masyarakat luas dalam upaya mendukung Program Pengelolaan Sanitasi guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Muara Enim. Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan faktual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kabupaten. Komponen sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/persampahan dan drainase lingkungan, serta Perilaku Higiene dan Sanitasi termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Muatan pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan telah diarahkan sesuai dengan 5 (lima) Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Pengorganisasian pertanyaan dalam kuesioner dan lembar pengamatan berikut penomorannya dibuat sedemikian rupa sehingga mempermudah pelaksanaan studi, entri data maupun analisa data hasil studinya Dengan adanya Laporan ini maka pemangku kepentingan akan dapat memperoleh informasi bagaimana kondisi sanitasi sebagai bahan informasi awal, sekaligus sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun langkah-langkah apa yang harus dilakukan dalam pengelolaan sanitasi kedepan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk dan hidayah sehingga pengelolaan sanitasi Kabupaten Muara Enim dapat terselenggara secara baik. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Muara Enim,
September 2015 Ketua
POKJA SANITASI KABUPATEN MUARA ENIM
DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................1 1.1 Latar Belakang .............………………………..........……………………………………………1 1.2 Tujuan ........……......…...........………………….........……………………………………… 2 1.3 Waktu Pelaksanaan Studi EHRA...........………......…………………..........………………… 2 BAB II. METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA.....................................………....…………… 3 2.1 Penentuan Kebijakan Sampel ........................................................................3 2.2 Penentuan Strata Desa/Kelurahan...............................……….………………………… 4 2.3 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi...........................………… 5 2.4 Penentuan RT Dan Responden Di Lokasi di Area Survei..........................…………… 8 2.5 Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya…...........…… 8 BAB III. HASIL STUDI EHRA KABUPATEN MUARA ENIM 2015 .....…….............................….... 10 3.1 Informasi Responden ……………………………………………………...............................… 10 3.2 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ………………………….................................11 3.3 Pembuangan Air Limbah Domestik …...................................................…..... 14 3.4 Drainase Lingkungan / Selokan Sekitar Rumah dan Banjir ..…............................…… 18 3.5 Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga ………………………………................................…… 23 3.6 Perilaku Higiene dan Sanitasi.................................………………….........................….…… 26 3.7 Kejadian Penyakit Diare ……………...................................………….......................….…… 28 3.8 Indeks Risiko Sanitasi ...........................................................................................…… 29 BAB IV. PENUTUP ………………………………………..................................………………..........................…… 35 4.1 Kesimpulan …………………………….......................…………………………...............................………… 35 4.2 Hambatan dan Kendala …………..........................………………………....................................………… 35 4.3 Saran ……………………………………….........................................………................................…… 36 DAFTAR ISTILAH DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR PHOTO
Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) adalah sebuah studi partisipatif di Kabupaten untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di kabupaten sampai dengan kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten sebagai salah satu bahan untuk penentuan area beresiko dan menyusun Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SKK).
Studi EHRA dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Muara Enim. Adapun yang menjadi tanggung jawab Pokja Kabupaten adalah: 1. Persiapan logistik studi, 2. Finalisasi desain studi, 3. Penyiapan dan pelatihan Supervisor, Enumerator, dan petugas entri data, 4. Pelaksanaan studi serta proses pengumpulan data, entri data dan analisa data 5. Penyusunan laporan dan diskusi publik.
Pokja Sanitasi yang mengorganisir pelaksanaan Studi EHRA secara menyeluruh, melibatkan berbagai unsur dalam pelaksanaan studi EHRA.Melalui serangkaian rapat persiapan, Pokja Sanitasi yang bertanggungjawab dalam studi EHRA di Kabupaten setelah membentuk Tim Studi EHRA. Selanjutnya Sebelum Studi EHRA dilaksanakan menentukan jumlah tertentu atau dengan kriteria tertentu sebagai desa/ kelurahan target area studinya atau menentukan jumlah tertentu sebagai responden/sampel Studi EHRA, dalam penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Muara Enim dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan anggaran untuk pelaksanaan studi EHRA, maka Pokja menentukan Kebijakan Sampelnya d a r i jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Muara Enim, dan memilih desa/kelurahan yang tersebar dibeberapa kecamatan dalam wilayah kabupaten Muara Enim. Sebelum melakukan Random Sampling dalam menentukan Desa/RT Target Area Studi dan Responden/Sampel, terlebih dahulu harus melaksanakan Stratifikasi Desa/Kelurahan untuk seluruh desa/kelurahan yang ada di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Stratifikasi Desa/Kelurahan dalam studi EHRA dimaksudkan untuk mengklasifikasikan desa/kelurahan sesuai dengan strata/tingkatan risiko kesehatan lingkungan dari faktor geografi dan demografi.Stratifikasi Desa/Kelurahan di Kabupaten akan menghasilkan Strata/Tingkatan Risiko Kesehatan Lingkungan dari Desa/Kelurahan. Desa/Kelurahan yang terdapat pada Strata tertentu dianggap memiliki tingkat risiko kesehatan lingkungan yang sama. Dengan demikian, Desa/Kelurahan yang menjadi Area Studi pada suatu Strata akan mewakili Desa/Kelurahan lainnya yang bukan merupakan Area Studi pada Strata yang sama.
Penentuan jumlah desa/kelurahan sebagai Area Studi EHRA berdasarkan proporsi ..10... dari jumlah desa/kelurahan yang ada
Jumlah desa/kelurahan
Desa/Kelurahan yang diambil sebagai target area studi (10%)
Strata 0
15
2
Strata 1 Strata 2
64 66
6 7
Strata 3
80
8
Strata 4 Jumlah
30 225
3 26
Strata
Setelah dilakukan pegambilan data di lapangan dan di analisa maka hasiil dari 5 hal penting, yaitu :
-
Sumber Air
Tidak, sumber air berisiko tercemar Sumber air terlindungi
Ya, sumber air terlindungi Tidak Aman
Penggunaan sumber air tidak terlindungi.
Ya, Aman Mengalami kelangkaan air
Kelangkaan air
-
Tidak pernah mengalami
Persampahan Pengelolaan sampah Frekuensi pengangkutan sampah Ketepatan waktu pengangkutan sampah Pengolahan sampah setempat
Tidak memadai
84,8%
Ya, memadai
15,2%
Tidak memadai
24,4%
Ya, memadai
75,6%
Tidak tepat waktu
33,3%
Ya, tepat waktu
66,7%
Tidak diolah
90,3%
Ya, diolah
9,7%
40,0% 60,0% 20,3% 79,7% 31,5% 68,5%
-
Air Limbah Domestik
Tidak aman Tangki septik suspek aman
Suspek aman Tidak, aman
Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik
Ya, aman Tidak aman
Pencemaran karena SPAL
-
Banjir/Genangan
Adanya genangan air
-
Ya, aman
35,6% 64,4% 86,5% 13,5% 45,4% 54,6%
Ada genangan air (banjir)
29,5%
Tidak ada genangan air
70,5%
Perilaku Hidup Bersih Sehat
CTPS di lima waktu penting Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja? Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat? Keberfungsian penggelontor. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban? Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air Perilaku BABS
Tidak
91,7%
Ya
8,3%
Tidak
44,6%
Ya
55,4%
Tidak
42,6%
Ya
57,4%
Tidak
35,0%
Ya, berfungsi
65,0%
Tidak
47,4%
Ya
52,6%
Ya, tercemar
20,8%
Tidak tercemar
79,2%
Ya, BABS
55,0%
Tidak
45,0%
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kabupaten yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena : 1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat 2. Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bisa dipecah sampai kelurahan/desa serta data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang; 4. Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan 5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa 6. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti: A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup: 1. Sumber air minum, 2. Layanan pembuangan sampah, 3. Jamban, 4. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga. B.
Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM: 1. Buang air besar 2. Cuci tangan pakai sabun, 3. Pengelolaan air minum rumah tangga, 4. Pengelolaan sampah dengan 3R 5. Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan)
1.2
Tujuan Studi EHRA bertujuan untuk mengumpulkan data primer, untuk mengetahui : 1. Gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan 3. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi
1.3
Waktu Pelaksanaan Studi EHRA Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Muara Enim, dan sebagai Koordinator Studi EHRA adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim . Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Pembangunan Sanitasi Kabupaten Muara Enim dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. Waktu pelaksanaan Studi EHRA dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2015.
BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA
Ada 2 pilihan untuk menetapkan Desa/Kelurahan sebagai Area Studi EHRA di Kabupaten : 1. 2.
Seluruh desa/kelurahan diambil sebagai Area Studi EHRA dengan konsekuensi Pokja Sanitasi Kabupaten menyediakan dana Studi EHRA yang cukup. Mengambil sebagian dari desa/kelurahan yang ada di wilayah Kabupaten sebagai Area Studi EHRA, apabila jumlah desa/kelurahan cukup banyak dan dana yang tersedia terbatas.
Dalam Studi EHRA, Kabupaten yang menentukan semua desa/kelurahannya sebagai area studi bisa langsung menentukan desa/kelurahan target area studinya secara random (Random Sampling) dan dilanjutkan dengan melakukan random RT Target Area Studi kemudian dilanjutkan melakukan random untuk Responden/Sampel Studi EHRA. Untuk Kabupaten yang menentukan jumlah tertentu atau dengan kriteria tertentu sebagai desa/ kelurahan target area studinya atau Kabupaten/Kota yang menentukan jumlah tertentu sebagai responden/sampel Studi EHRA nya, sebelum melakukan Random Sampling dalam menentukan Desa/RT Target Area Studi dan Responden/Sampel, terlebih dahulu harus melaksanakan Stratifikasi Desa/Kelurahan untuk seluruh desa/kelurahan yang ada di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Sampel adalah bagian dari populasi, dimana anggota sampel adalah anggota yang dipilih dari populasi. Oleh karena itu pengambilan sampel dilakukan di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai target area studi. Desa/Kelurahan sebagai unit Area Studi, dengan dusun/RT ( Rukun Tetangga ) Area Studi maupun Responden/Sampel Studi EHRA diharapkan bisa merepresentasikan/mewakili sifat dari populasi yang diwakilinya.
2.1.
Penentuan Kebijakan Sampel Untuk Kabupaten yang menentukan jumlah tertentu atau dengan kriteria tertentu sebagai desa/ kelurahan target area studinya atau Kabupaten yang menentukan jumlah tertentu sebagai responden/sampel Studi EHRA nya, sebelum melakukan Random Sampling dalam menentukan Desa Target Area Studi dan Responden/Sampel, terlebih dahulu harus melaksanakan Stratifikasi Desa/Kelurahan untuk seluruh desa/kelurahan yang ada di Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Desa/Kelurahan Area Studi dalam populasi mempunyai karakteristik geografi dan demografi yang sangat variatif (heterogen); agar keanekaragaman karakteristik tersebut bermakna bagi analisa studinya dan agar tidak terambil hanya dari kelompok tertentu saja maka kepada desa/kelurahan area studi harus dilakukan Stratifikasi terlebih dulu
sebelum diambil sampelnya secara random ( Stratified Random Sample ). Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Muara Enim dilakukan dengan pertimbangan ketersediaan anggaran untuk pelaksanaan studi EHRA, maka Pokja menentukan Kebijakan Sampelnya berupa 10% d a r i jumlah desa/kelurahan di Kabupaten Muara Enim, dan memilih desa/kelurahan yang tersebar dibeberapa kecamatan dalam wilayah kabupaten Muara Enim.
2.2.
Penentuan Strata Desa/Kelurahan Stratifikasi Desa/Kelurahan dalam studi EHRA dimaksudkan untuk mengklasifikasikan desa/kelurahan sesuai dengan strata/tingkatan risiko kesehatan lingkungan dari faktor geografi dan demografi. Stratifikasi Desa/Kelurahan di Kabupaten akan menghasilkan Strata/Tingkatan Risiko Kesehatan Lingkungan dari Desa/Kelurahan. Desa/Kelurahan yang terdapat pada Strata tertentu dianggap memiliki tingkat risiko kesehatan lingkungan yang sama. Dengan demikian, Desa/Kelurahan yang menjadi Area Studi pada suatu Strata akan mewakili Desa/Kelurahan lainnya yang bukan merupakan Area Studi pada Strata yang sama. Penetapan strata dapat memberikan indikasi awal strata/tingkatan risiko kesehatan lingkungan desa/kelurahan sehingga bisa dipakai sebagai sarana advokasi kepada para pemangku kepentingan di kecamatan agar lebih memperhatikan desa/kelurahan yang mempunyai strata risiko kesehatan lingkungan yang tinggi. Penetapan Strata dilakukan berdasarkan 4 (empat) kriteria utama yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP dan wajib digunakan oleh semua Pokja Sanitasi Kabupaten dalam melakukan Studi EHRA. Kriteria utama penetapan Strata tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. 3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Muara Enim menghasilkan katagori Strata sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2.1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian,
kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Tabel 2.1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori Strata Strata 0 Strata 1 Strata 2 Strata 3 Strata 4
Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Klastering wilayah di Kabupaten Muara Enim menghasilkan Strata sebagaimana dipelihatkan pada Error! Reference source not found.. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada Strata tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu Strata akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.
2.3.
Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi Setelah diketahui strata atau komposisi strata desa/kelurahan sekabupaten Muara Enim, maka dengan kebijakan sampel 10% dari jumlah desa/kelurahan sekabupaten Muara Enim dari hasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Muara Enim yang terdiri atas 255 desa/kelurahan menghasilkan 26 desa/kelurahan, sebagai berikut :
Penentuan jumlah desa/kelurahan sebagai Area Studi EHRA berdasarkan proporsi 10% dari jumlah desa/kelurahan yang ada, sebagai berikut :
Tabel 2.2 Penentuan target area studi
Strata
Jumlah desa/kelurahan
Strata 0
15
Desa/Kelurahan yang diambil sebagai target area studi (.10.%) 2
Strata 1
64
6
Strata 2
66
7
Strata 3
80
8
Strata 4
30
3
Jumlah
255
26
Tabel 2.3. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Muara Enim NAMA Kecamatan Desa/kelurahan 01 Semende Darat Laut 001 Pulau Panggung
KODE
02
1
Semende Darat Tengah 003 Tanjung Raya 004 Batu Surau
0 1
005
Tanjung Agung Tanjung Lalang
2
006
Rambang Sugih Waras
1
007
Lubai Gunung Raja
2
008
Lawang Kidul Keban Agung
0
009 010
Muara Enim Pasar I Muara Enim
3 3
011
Ujan Mas Ujan Mas Lama
2
012 013
Gunung Megang Gunung Megang Dalam Sumaja Makmur
2 3
014 015 016 017
Rambang Dangku Kuripan Tebat Agung Air Cekdam Muara Emburung
2 3 3 4
018 019
Gelumbang Gelumbang Betung
3 4
04 05 06 07 08
09 10
11
12
13
Lembak Lembak 14 Sungai Rotan 021 Sungai Rotan 022 Sukarami 15 Muara Belida 023 Patra Tani 16
1
Semende Darat Ulu Aremantai
002 03
STRATA
020
Kelekar Menanti 17 Belimbing 025 Teluk lubuk 024
18 026
Lubai Ulu Sumber Asri
1 2 3 4 1 3 2
2.4.
Penentuan RT dan Responden di lokasi di Area Studi Jumlah responden per Kelurahan/Desa sebanyak 45 rumah tangga harus tersebar proporsional di beberapa RT atau dusun terpilih dan pemilihan responden juga secara random. Penentuan Rukun Tetangga ( RT ) dan Rumah Responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling). Hal ini bertujuan agar seluruh RT memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai RT Area Studi dan rumah di RT Area Studi memiliki kesempatan yang sama sebagai sampel. Artinya, penentuan RT & rumah tangga responden bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun keinginan responden itu sendiri Untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kabupaten Muara Enim metetapkan jumlah Desa/ kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak 26 Desa/Kelurahan sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak 26 X 45 = 1.170 responden.
2.5.
Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya Pemilihan supervisor dan enumerator untuk pelaksanaan Studi EHRA sepenuhnya merupakan kewenangan Tim Studi EHRA. Supervisor dipilih dari petugas Sanitarian Puskesmas dari kecamatan yang desa-desanya area Studi EHRA. Sedangkan enumerator dipilih dari desa area Studi EHRA. Tugas utama Supervisor Studi EHRA selama pelaksanaan studi adalah: a. Menjamin proses pelaksanaan studi sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang telah ditentukan b. Menjalankan arahan dari koordinator kecamatan dan Pokja Kabupaten/Kota c. Mengkoordinasikan pekerjaan enumerator d. Memonitor pelaksanaan studi EHRA di lapangan e. Melakukan pengecekan/ pemeriksaan hasil pengisian kuesioner oleh Enumerator f. Melakukan spot check sejumlah 5% dari total responden g. Membuat laporan harian dan rekap harian untuk disampaikan kepada Koordinator kecamatan
Selanjutnya Tim EHRA bersama Koordinator Kecamatan dan Supervisor menentukan antara lain: a. Menentukan kriteria Enumerator b. c. d. e.
Memilih Enumerator Menentukan perencanaan sampling berdasarkan kebijakan sampling Tata cara memilih responden dalam satu RT Menentukan responden pengganti bila responden terpilih tidak ada atau tidak bersedia diwawancara
Tim EHRA Pokja Kabupaten melatih Koordinator Kecamatan dan Supervisor agar mereka memahami maksud, tujuan, metode dan target/output studi EHRA. Selanjutnya Tim EHRA dan Supervisor melatih Enumerator mengenai tata cara pelaksanaan studi, pemahaman kuesioner, teknik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar. .
BAB III HASIL STUDI EHRA KABUPATEN MUARA ENIM TAHUN 2015 3.1
INFORMASI RESPONDEN Pada Pelaksanaan survey EHRA dilakukan identifikasi sebagai informasi awal adalah informasi mengenai responden itu sendiri, sebagai berikut Tabel 3.1 Informasi Responden Strata Desa/Kelurahan 0
Kelompok Umur Responden
Status dari rumah yang di tempati saat ini?
Pendidikan terakhir
1
2
Total 3
11
4
12
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
<= 20 tahun
0
,0
5
1,9
6
1,9
5
1,4
0
,0
16
1,4
21 - 25 tahun
13
14,4
30
11,1
21
6,7
38
10,6
9
6,7
111
9,5
26 - 30 tahun
15
16,7
53
19,6
57
18,1
57
15,9
27
20,1
209
17,9
31 - 35 tahun 36 - 40 tahun
7 20
7,8 22,2
51 42
18,9 15,6
46 67
14,6 21,3
60 64
16,8 17,9
28 21
20,9 15,7
192 214
16,5 18,3
41 - 45 tahun
9
10,0
24
8,9
43
13,7
47
13,1
21
15,7
144
12,3
> 45 tahun
26
28,9
65
24,1
75
23,8
87
24,3
28
20,9
281
24,1
Milik sendiri
72
80,0
225
83,3
258
81,9
250
69,4
119
88,1
924
79,0
Rumah dinas
0
,0
1
,4
4
1,3
5
1,4
0
,0
10
,9
Berbagi dengan keluarga lain
1
1,1
3
1,1
3
1,0
14
3,9
0
,0
21
1,8
Sewa
1
1,1
4
1,5
1
,3
8
2,2
1
,7
15
1,3
Kontrak
4
4,4
8
3,0
2
,6
15
4,2
4
3,0
33
2,8
Milik orang tua
11
12,2
28
10,4
45
14,3
62
17,2
11
8,1
157
13,4
Lainnya
1
1,1
1
,4
2
,6
6
1,7
0
,0
10
,9
Tidak sekolah formal
2
2,2
15
5,6
24
7,6
40
11,1
5
3,7
86
7,4
SD
30
33,3
109
40,4
136
43,2
133
36,9
53
39,3
461
39,4
SMP
12
13,3
67
24,8
80
25,4
76
21,1
41
30,4
276
23,6
SMA
29
32,2
55
20,4
56
17,8
77
21,4
33
24,4
250
21,4
SMK
4
4,4
2
,7
6
1,9
10
2,8
2
1,5
24
2,1
Universitas/Akademi
13
14,4
22
8,1
13
4,1
24
6,7
1
,7
73
6,2
Ya
24
26,7
77
28,5
83
26,3
65
18,1
37
27,4
286
24,4
Tidak
66
73,3
193
71,5
232
73,7
295
81,9
98
72,6
884
75,6
Apakah ibu mempunyai Ya Kartu Asuransi Kesehatan Tidak bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)?
45
50,0
123
45,6
137
43,5
72
20,0
37
27,4
414
35,4
45
50,0
147
54,4
178
56,5
288
80,0
98
72,6
756
64,6
Apakah ibu mempunyai anak?
Ya
81
90,0
256
94,8
297
94,3
334
92,8
133
98,5
1101
94,1
Tidak
9
10,0
14
5,2
18
5,7
26
7,2
2
1,5
69
5,9
Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan?
Pada study EHRA dari tabel 3.1 terlihat gambaran informasi Respoden sebanyak 1170 rumah tangga di 26 desa dan kelurahan yang disurvei, sebagai responden survei EHRA adalah ibu
rumah tangga dari kelompok Umur antara 18 sampai 65 tahun, yang mendiami dari berbagai status rumah yang ditempati, dengan beragam latar belakang Pendidkan. Pelaksanaan survey EHRA dilakukan dalam rangka untuk mengidentifikasi kondisi eksisting sarana sanitasi yang ada ditingkat masyarakat serta perilaku masyarakat terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator penentuan tingkat resiko kesehatan masyarakat didasarkan pada : 1) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, 2) Pembuangan Air Limbah Domestik, 3) Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir, 4) Sumber Air, 5) Perilaku Higiene dan 6) Kasus Penyakit Diare
3.2.
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Dalam kaitan dengan PHBS tatanan rumah tangga, perilaku membuang sampah disembarang tempat seperti di sungai, kebun, maupun laut masih banyak dilakukan di Kabupaten Muara Enim. Walaupun sudah ada dari pihak pemerintah yang melakukan pengangkutan secara rutin tapi tidak semua wilayah atau Desa/kelurahan yang dijangkau, dikabupaten Muara Enim baru di Ibu kota kecamatan yang sudah terlayani pengangkutan sampahnya. Pada saat ini sampah merupakan masalah yang sangat memprihatinkan terutama sampah yang dihasilkan rumah tangga yang semakin hari semakin komplek permasalahannya dan tidak bisa ditangani dengan sistem persampahan yang ada. Maka untuk menangani limbah sampah rumah tangga terutama skala kabupaten perlu adanya peran serta masyarakat. Pengelolaan sangat penting dilakukan ditingkat rumah tangga dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sampah dijadikan bahan baku kerajinan atau dijadikan kompos. Faktor resiko yang dilihat pada survei ini yang berhubungan dengan persampahan adalah: 1) cara pengelolaan sampah rumah tangga 2) frekuensi pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah.
Gambar 3.1 Grafik Pengelolaan Sampah
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA ,7 ,0
3,3 ,0 12,2 30,9
7,4 ,3
4,5 ,3
15,6
11,7
,7
2,0 ,7 61,1
10,9 ,3 19,7
36,2
,9
20,1
Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dibakar
,0 1,1
Dikumpulkan kolektor daur ulang
58,4 82,2
50,6
Dibuang ke lubang
43,4 45,7 23,3 1,5 ,0 0
1
Dibuang ke sungai/kali/laut/danau 4,2 5,5
17,9 ,6
,0 ,7
2
3
4
Strata
11,7 3,5
Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan
TOTAL
Untuk pengolahan sampah di Kabupaten Muara Enim sampai dengan saat ini belum dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten Muara Enim. Dari hasil Study EHRA yang dilakukan pada 1.170 orang Responden yang tersebar di beberapa kecamatan menunjukkan bahwa Sebagian besar pengelolaan sampah di Desa dimusnahkan dengan cara dibakar sebesar 50,6% dan dibuang ke sungai sebesar 19,7%, untuk lebih detil dapat dilihat pada grafik diatas :
Dari hasil study EHRA juga terlihat gambaran bahwa prilaku masyarakat sampai dengan saat ini untuk pemilahan sampah di kabupaten Muara Enim yang melakukan pemilahan sangat sedikit sekali dan banyak yang tidak dipilah/dipisahkan yang dapat dilihat pada grafik 3.2 berikut :
Grafik 3.2 Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Rumah Tangga
ya , Dipilah 17%
tidak dipilah 84%
Tabel 3.2 Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Studi EHRA
Strata Desa/Kelurahan VARIABEL
KATEGORI
0 n
Pengelolaan sampah Frekuensi pengangkutan sampah
Ketepatan waktu pengangkutan sampah
Pengolahan sampah setempat
1
Total
2
3
4
Tidak memadai
% n % n % n % n % n 14 15,6 265 98,5 279 90,3 292 81,6 134 99,3 984
% 84,8
Ya, memadai
76 84,4
4 1,5 30 9,7 66 18,4
1
,7 177
15,2
Tidak memadai
0
,0
0
,0
2 100,0
1 100,0 10
24,4
Ya, memadai
21 100,0
0
,0 10 58,8
0
0
,0 31
75,6
Tidak tepat waktu
1 4,8
0
,0 11 61,1
1 50,0
1 100,0 14
33,3
Ya, tepat waktu
20 95,2
0
,0
1 50,0
0
,0 28
66,7
Tidak diolah
81 90,0 253 93,7 271 86,0 336 93,3 116 85,9 1057
90,3
Ya, diolah
9 10,0 17 6,3 44 14,0 24 6,7 19 14,1 113
9,7
7 41,2
7 38,9
,0
3.3.
PEMBUANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK Praktek buang air besar dapat menjadi salah satu faktor risiko bagi tercemarnya lingkungan termasuk sumber air, khususnya bila praktik BAB itu dilakukan di tempat yang tidak memadai. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak memadai bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka seperti di sungai/kali/got/kebun, tetapi bisa juga termasuk sarana jamban yang nyaman di rumah. Bila pun BAB didilakukan di rumah dengan jamban yang nyaman, namun bila sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya karena tidak kedap air, maka risiko pencemaran patogen akan tetap tinggi. Selain itu, kondisi jamban juga mempengaruhi resiko kejadian penyakit, semakin bersih kondisinya, tentunya semakin kecil resiko terjangkitnya penyakit.
Gambar 3.3 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar
kebun/ pekarangan 4%
selokan/parit/got 1%
lubang galian 1% lainnya 2%
sungai/pantai/ laut 14%
WC helikopter 4% MCK/WC Umum 12%
Jamban pribadi 62%
Survei EHRA menemukan tempat BAB orang dewasa di Kabupaten Muara Enim yang paling banyak dilaporkan oleh rumah tangga adalah ke Jamban pribadi, proporsinya adalah sekitar 62 %. Kedua adalah ke sungai sekitar 14 %. Responden. Sementara, ke WC umum (12 %), ke kebun/pekarangan (4 %), ke WC helikopter (4 %) dan ke selokan/parit/got lubang galian (1 %). Dari hasil survey tersebut diatas terlihat bahwa masih ada masyarakat yang BAB di sembarang tempat seperti sungai, pantai kebun dan lain-lain, selain itu penggunaan tangki septik secara kualitas belum semuanya aman. Artinya bahwa lingkungan di Kabupaten Muara Enim masih rawan tercemar terutama air dan tanahnya .
Saluran akhir pembuangan tinja yang paling banyak menggunakan tangki septik sebesar 56 %, Cara yang sangat tidak aman dalam pembuangan tinja adalah cubluk/lubang sebesar 8 %, membuangnya ke sungai/ danau/ pantai/ laut, lalu membuangnya ke kolam/ sawah, juga yang membuang langsung ke saluran drainase, selanjutnya ada yang membuang isi tinja ke pipa sewer 1% responden, menjawab tidak tahu 32 % untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 3.4 berikut : Gambar 3.4 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja
Kebun/tanah lapang 0%
Tidak tahu 32%
Kolam/sawah 1% Sungai/danau/ pantai 1% Langsung ke Cubluk/lobang drainase tanah Pipa sewer 1% 8% 1%
Tangki septik 56%
Gambar 3.5 Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik
160% 140% 120%
0-12 bulan yang lalu 42,9% 1,3%
100% 80% 60% 40% 20% 0%
17,5% 15,2%
1,7%
1-5 tahun yang lalu 13,2%
52,4% 0%
95,3% 75,4% 82,5% 98,3% 82,9%
47,6%
Lebih dari 5-10 tahun yang lalu Lebih dari 10 tahun Tidak pernah
0%
0% 1,3%
0% 1,1% 3,3% 2,7%
0
1
2
0,5% 0% 1,8%
0%
3
4
0,2% 0,6% 2% 1,1%
Berdasarkan hasil study EHRA masyarakat yang tidak pernah tangki septiknya dikuras sebesar 82,9%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik diatas.
Gambar 3.6 Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik 100
14,3
Layanan sedot tinja
80 60
85
57,1
73,3
Membayar tukang
74,8
81,6 100
Dikosongkan sendiri
40 20 15 0
28,6
11,1 2,2 4,4 8,9
1
2
Bersih karena banjir
4,5 4,5 2,7 13,5
2,6 15,8 3
Tidak tahu
4
Strata
TOTAL
Berdasarkan hasil study EHRA masyarakat yang membayar kepada tukang untuk penyedotan tangki septic hanya 13,5%, Bersih karena Banjir dan dikosongan sendiri sebesar 4 %, membayar tukang (2,7%) dan menjawab tidak tau sebesar 74,8%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik diatas
Gambar 3.7 Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman 100,0 80,0 60,0
65,6
68,1
66,3
34,4
31,9
33,7
0
1
2
52,8 83
40,0 20,0
47,2 17
64,4
35,6
,0 3
4
TOTAL
Strata Tidak aman
Suspek aman
Dari hasil study EHRA juga terlihat gambaran bahwa masyarakat di kabupaten Muara Enim yang meliki tanki septic suspek aman sebesar 64,4%, dan tidak aman sebesar 35,6% yang dapat dilihat pada grafik diatas
Tabel 3.3 : Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Studi EHRA
Strata Desa/Kelurahan VARIABEL
KATEGORI
0 n
Tangki septik suspek aman Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik
2
3
4
Tidak aman
% n % n % n % n % n % 31 34,4 86 31,9 106 33,7 170 47,2 23 17,0 416 35,6
Suspek aman
59 65,6 184 68,1 209 66,3 190 52,8 112 83,0 754 64,4
Tidak, aman
17 85,0
5 71,4 41 91,1 32 84,2
1 100,0
96 86,5
Ya, aman
3 15,0
2 28,6
0
15 13,5
Tidak aman
36 40,0 117 43,3 159 50,5 155 43,1 64 47,4 531 45,4
Ya, aman
54 60,0 153 56,7 156 49,5 205 56,9 71 52,6 639 54,6
Pencemaran karena SPAL
3.4.
1
Total
4 8,9
6 15,8
,0
DRAINASE LINGKUNGAN / SELOKAN SEKITAR RUMAH DAN BANJIR Gambar 3.8 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir
100,0
3,3 1,1 2,2
2,2 ,0 ,7 5,2
80,0
6,0 ,0 2,5 34,9
6,4 1,1 6,4 10,3
1,5 ,0 1,5 17,0
4,5 0,4 3,1 15,9
60,0 92,2
Tidak pernah Sekali dalam setahun Beberapa kali dalam setahun
91,9 75,8
40,0
80
76,1
56,5 20,0
Sekali atau beberapa dalam sebulan Tidak tahu
,0 0
1
2
3
4
TOTAL
Strata
Berdasarkan Pengamatan kader terhadap genangan air banjir yang terjadi di masyarakat tertinggi berada di Strata 2 yaitu rumah tangga terjadi genangan, hal ini disebabkan tidak
adanya saluran air yang mengalirkan Air limbah rumah tangga yang berasal dari Kamar mandi, tempat cucian pakaian maupun dari dapur menuju ke drainase atau lubang resapan, dan yang paling memiliki persentase genangan yang paling rendah adalah di Strata 0 dan 1, secara umum dapat digambarkan bahwa risiko lingkungan akibat genangan air di lingkungan rumah tangga di Kabupaten Muara Enim dapat dikategorikan rendah.
Gambar 3.9 Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin
2,2
100%
38
80% 60%
100
85,2
62
20%
0,7 46,8
58,4
77,3
40%
14,8
52,5
39,3
22,7
0% 0
1
2
3
4
TOTAL
Strata Ya
Tidak
Tidak tahu
Berdasarkan Pengamatan yang terjadi di masyarakat rumah tangga yang mengalami banjir rutin tertinggi berada di Strata 4 yaitu sekitar 85,2 % rumah tangga terjadi genangan hal ini disebabkan tidak adanya saluran air, dapat dilihat pada grafik di atas. Gambar 3.10 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir
100 80 60 40 20 0
16,7 100
0
33,3
3,3 40
5,2
5,9 17,6
41,7
16,7
23,3
23,5 14,7
33,3
26,7 6,7
26,5 11,8
4,2 8,3
2
3
4
1
87,5
17,7 13,5 11,5 10,4
Kurang dari 1 jam Antara 1 - 3 jam Setengah hari Satu hari Lebih dari 1 hari Tidak tahu
TOTAL
Strata
Berdasarkan Pengamatan yang terjadi di masyarakat rumah tangga yang mengalami banjir paling lama surutnya lebih dari 1 hari, yakni yang berada di Strata 4 yaitu sekitar 87,5 % dapat dilihat pada grafik di atas.
Gambar 3.11 Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah
6,2%
Lainnya
3,5%
Di dekat bak penampungan
14,2%
Di dekat kamar mandi
33,6%
Di dekat dapur
35,4%
Dihalaman rumah
,0% 5,0% 10,0% 15,0% 20,0% 25,0% 30,0% 35,0% 40,0%
Berdasarkan hasil wawancara di masyarakat rumah tangga yang mengalami genangan di sekitar halaman rumah paling paling tinggi hasil persentase sekitar 35,4% dan di dapur 33,6% untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di atas.
Gambar 3.12 Grafik Persentase Kepemilikan SPAL
Persentase Kepemilikan SPAL Tidak ada 39% Ya 61%
Berdasarkan hasil study EHRA masyarakat rumah tangga yang memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah yang ada sekitar 61% sedangkan sisanya tidak ada sekitar 39%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di atas.
Gambar 3.13 Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga
100,0 80,0 60,0
82,2
80,7
17,8
19,3
0
1
53
40,0 20,0 ,0
47
2
71,7
80
70,5
28,3
20
29,5
3
4
TOTAL
Strata Ada genangan air
Tidak ada genangan air
Berdasarkan hasil study EHRA melalui pengamatan di rumah tangga yang tidak memiliki Saluran Pembuangan Air Limbah yang dapat menyebabkan terjadinya genangan ada pada setiap strata sedangkan berdasarkan totalnya keseluruhan tidak ada genangan sebesar 70,5% sedangkan yang ada genangan sebesar 29,5% untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di atas. Gambar 3.14 Grafik Persentase SPAL yang berfungsi
100,0 80,0
11,1 8,9 6,7
4,8 1,9 2,6
11,4 5,4 9,8
6,7 3,6 11,1
19,3
7,8 5,9 11
33,3
60,0 40,0
5,9
73,3
90,7
73,3
78,6
Ya
Tidak 75,3
41,5
20,0
Tidak dapat dipakai, saluran kering
,0 0
1
2
3 Strata
4
TOTAL Tidak ada saluran
Pada Grafik diatas Berdasarkan hasil study EHRA melalui pengamatan di rumah tangga yang kepemilikan SPAL yang berfungsi berdasarkan perhitungan persentase total ya berfungsi 75,3%, yang tidak 11% dan SPAL yang tidak dapat dipakai 5,9% sedangkan yang tidak ada saluran 7,8%.
Gambar 3.15 Grafik Pencemaran SPAL
100 80
49,5
52,6
60
56,7
40
43,3
50,5
43,1
47,4
1
2
3
4
56,9
54,6 Tidak
60 40 20
0
45,4
Ya
TOTAL
Strata
Pada Grafik diatas Berdasarkan hasil study EHRA masih banyak pencemaran SPAL dimasyarakat karena limbah sampah dan tinja rumah tangga, adanya pencemaran karena SPAL berdasarkan strata adanya pencemaran tertinggi pada kluster 0 dan 3 perhitungan keseluruhan berdasarkan total adanya pencemaran sebanyak 54.6% dan sisanya tidak ada pencemaran 45.4%
Tabel 3.4 : Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Studi EHRA
Strata Desa/Kelurahan VARIABEL
KATEGORI
0
1
2
Total 3
4
n % n % n % n % n % n % Adanya genangan air
Ada genangan air (banjir)
16 17,8 52 19,3 148 47,0 102 28,3 27 20,0 345 29,5
Tidak ada genangan air
74 82,2 218 80,7 167 53,0 258 71,7 108 80,0 825 70,5
PENGELOLAAN AIR MINUM RUMAH TANGGA Air merupakan kebutuhan utama dari setiap individu dan masyarakat. Kualitas ketersediaan air dan pencegahan kontaminasi sumber air bersih terhadap jamban sangat berpengaruh terhadap individu masyarakat dan kesehatan lingkungan. Jenis-jenis sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri terutama sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Sumber-sumber air minum yang dianggap memiliki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi pathogen ke dalam tubuh manusia yaitu sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan seperti air kolam, sungai, parit ataupun irigasi. Menurut pakar higinitas bahwa suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi resiko terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare. Dari sejumlah studi yang telah dilakukan oleh beberapa pakar menginformasikan bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki resiko terkena diare yang lebih rendah, hal ini disebabkan karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih teratur, dan sebaliknya kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitan-kesakitan seperti gejala diare atau kesakitan yang disebabkan oleh air lainnya. Pada studi ini, enumerator mengumpulkan data factor resiko dalam pengelolaan air bersih rumah tangga, yang meliputi : 1) kualitas sumber air bersih yang dipergunakan, 2) Ketersediaan air bersih dan 3) Jarak jamban dari sumur gali dan sumur pompa tangan Gambar 3.16 Grafik Akses Terhadap Air Bersih 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Gosok gigi
Lainnya
Air dari waduk/danau
Air dari sungai
Air hujan
Mata air tdk terlindungi
Mata air terlindungi
Air sumur gali tdk…
Air sumur gali terlindungi
Air sumur pompa tangan
Air kran umum -…
Air hidran umum - PDAM
Air Ledeng dari PDAM
Air isi ulang
Cuci pakaian Air botol kemasan
3.5.
Cuci piring&gelas Masak Minum
Cuci piring & gelas
Cuci pakaian
1,4%
1,5%
0,4%
1,5%
10,1%
2,1%
1,5%
0,5%
1,7%
19,0%
21,6%
22,1%
2,9%
1,7%
Air hidran umum - PDAM Air kran umum PDAM/PROYEK
1,6%
1,5%
,9%
,4%
,9%
2,5%
2,8%
2,3%
,9%
2,2%
Air sumur pompa tangan
11,7%
11,9%
12,0%
3,7%
11,3%
Air sumur gali terlindungi Air sumur gali tdk terlindungi
40,6%
43,8%
39,7%
8,4%
39,7%
9,1%
9,1%
9,5%
,1%
9,5%
3,6%
3,7%
4,2%
,5%
4,2%
Mata air tdk terlindungi
,9%
,9%
1,0%
,0%
,9%
Air hujan
,3%
,4%
,5%
,3%
,5%
5,0%
5,0%
8,8%
,9%
8,4%
Air dari waduk/danau
,0%
,0%
,1%
,0%
,0%
Lainnya
,1%
,1%
,1%
,1%
,1%
Sumber Air
Minum
Masak
Air botol kemasan
6,1%
Air isi ulang Air Ledeng dari PDAM
Mata air terlindungi
Air dari sungai
Gosok gigi
Dari survei, responden yang berakses terhadap air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, prosentase terbesar adalah menggunakan air sumur gali yang terlindungi untuk masak sekitar 40,6 % dan untuk minum sekitar 43,8 %.
Gambar 3.17 Grafik Sumber Air Minum dan Memasak Lainnya
,0%
Air dari waduk/danau
,0%
Air dari sungai
,0%
Air hujan
,1%
Mata air tdk terlindungi
,0%
,0% ,1%
Mata air terlindungi
8,4% ,0% 0,5% 5%
Air sumur gali tdk terlindungi Air sumur gali terlindungi
0,9% 0,3% 4,2% 0,9% 9,5% 3,6%
Air sumur pompa tangan Air kran umum -PDAM/PROYEK Air hidran umum - PDAM
39,7%
Air Ledeng dari PDAM Air isi ulang
9,1%
40,6%
43,8%
11,7%
11,9% 2,5% 2,8%
Air botol kemasan ,0%
10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% Minum
Masak
Sedangkan sebagian besar masyarakat yang mengkonsumsi Air Bersih/Sumber Air untuk minim dan masak Minum baik air kran umum PDAM/proyek, air hidran umum PDAM, air ledeng PDAM air isi ulang dan air botol kemasan, dapat dilihat pada grafik diatas Tabel 3.5 : Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Studi EHRA
Strata Desa/Kelurahan VARIABEL
KATEGORI
0 n
Sumber air terlindungi Penggunaan sumber air tidak terlindungi.
Kelangkaan air
1
2
Total 3
4
% n % n % n % n % n
%
Tidak, sumber air beris iko tercemar
25 27,8 119 44,1 127 40,3 135 37,5 62 45,9 468 40
Ya, sumber air terlindungi
65 72,2 151 55,9 188 59,7 225 62,5 73 54,1 702 60
Tidak Aman
24 26,7 13 4,8 72 22,9 46 12,8 82 60,7 237 20,3
Ya, Aman
66 73,3 257 95,2 243 77,1 314 87,2 53 39,3 933 79,7
Mengalami kelangkaan air
33 36,7 39 14,4 99 31,4 76 21,1 121 89,6 368 31,5
Tidak pernah mengalami
57 63,3 231 85,6 216 68,6 284 78,9 14 10,4 802 68,5
3.6
PERILAKU HIGIENE DAN SANITASI Halangan seseorang untuk mencuci tangan pakai sabun di waktu-waktu penting lebih merupakan faktor non-fisik. Yang dimaksud sebagai faktor non-fisik dapat mencakup pengetahuan, sikap, maupun norma. Data tentang fasilitas cuci tangan yang didapat melalui kegiatan pengamatan (observation) sedikit banyak mengonfirmasi faktor nonfisik itu. Gambar 3.18 Grafik CTPS di Lima Waktu Penting
CTPS di lima waktu penting Ya 8%
Tidak 92%
Pada Gambar Grafik di atas hasil study EHRA di Kabupaten Muara Enim yang melakukan cuci tangan di lima waktu penting sebanyak 8 % dan yang tidak cuci tangan di lima waktu penting sebanyak 92 %. Gambar 3.19 Grafik Waktu Melakukan CTPS Setelah memegang hewan
25,9%
Sebelum menyiapkan masakan
18,6%
Sebelum memberi menyuapi anak
18,7%
Setelah makan
46,1%
Sebelum makan
73,4%
Setelah dari buang air besar
45,6%
Setelah menceboki bayi/anak Sebelum ke toilet
22,8% 4,7% ,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0%
Dari Lima Waktu Penting Cuci Tangan Pakai Sabun, waktu cuci tangan pakai sabun yang paling banyak dipraktikkan oleh responden di Kabupaten Muara Enim adalah di waktu sebelum makan, yakni sebesar 73,4%. Waktu kedua adalah waktu setelah makan yaitu 46,1 %. Waktu ketiga adalah waktu setelah Buang Air Besar (BAB) sebesar 45,6 %, dan
kemudian waktu keempat adalah setelah memegang hewan sebesar 25,9 % . Waktu CTPS yang kelima yaitu 22,8 % responden melakukan Cuci Tangan Pakai Sabun Setelah menceboki bayi/anak. Gambar 3.20 Grafik persentase Penduduk yang Melakukan BABS 120,0 100,0
24,4
80,0
60,7
60,0 40,0
75,6
20,0
39,3
20
42,2
50,3
57,8
49,7
2
3
45
80
55
,0 0
1
4
Ya BABS
TOTAL
Tidak
Strata
Dari hasil study EHRA persentase penduduk yang melakukan BABS totalnya sebanyak 55%, yang terbagi pada Strata 0 sebanyak 75,6 %, Strata 1 sebanyak 39,3 %, Strata 2 sebanyak 57,8 %, Strata 3 sebanyak 49,7 % dan Strata 4 sebanyak 80 %, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik diatas Tabel 3.6 : Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Studi EHRA Strata Desa/Kelurahan VARIABEL
KATEGORI
0 n
1. CTPS di lima waktu penting 2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja? 2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat? 2.c. Keberfungsian penggelontor. 2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban? 3. Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air 4. Perilaku BABS
Tidak Ya
1 %
n
2 %
n
Total
3 %
n
4 %
n
%
n
%
82 91,1 241 89,3 311 98,7 304 84,4 135 100,0 1073 91,7 8 8,9
29 10,7
4 1,3 56 15,6
0
,0
97
8,3
Tidak
45 50,0 123 45,6 142 45,1 111 30,8 101
74,8 522 44,6
Ya
45 50,0 147 54,4 173 54,9 249 69,2 34
25,2 648 55,4
Tidak
36 40,0 124 45,9 140 44,4 128 35,6 70
51,9 498 42,6
Ya
54 60,0 146 54,1 175 55,6 232 64,4 65
48,1 672 57,4
Tidak
46 51,1
99 36,7 101 32,1 113 31,4 51
37,8 410
35
Ya, berfungsi
44 48,9 171 63,3 214 67,9 247 68,6 84
62,2 760
65
Tidak
43 47,8 135 50,0 164 52,1 165 45,8 47
34,8 554 47,4
Ya
47 52,2 135 50,0 151 47,9 195 54,2 88
65,2 616 52,6
Ya, tercemar
25 27,8
60 22,2 79 25,1 56 15,6 23
17,0 243 20,8
Tidak tercemar
65 72,2 210 77,8 236 74,9 304 84,4 112
83,0 927 79,2
Ya, BABS
68 75,6 106 39,3 182 57,8 179 49,7 108
80,0 643
55
Tidak
22 24,4 164 60,7 133 42,2 181 50,3 27
20,0 527
45
3.7.
KEJADIAN PENYAKIT DIARE Kasus – kasus diare di atas paling banyak terjadi pada 6 bulan yang lalu dan 3 bulan terakhir dimana pada saat itu adalah puncak musim penghujan yang berarti kasus pencemaran meningkat akibat banyaknya bahan pencemar yang masuk ke badan air dan tanah melalui rembesan air hujan. Periode dan waktu terjangkitnya diare dapat dilihat pada grafik berikut ini : H.1 Kapan waktu paling dekat anggota keluarga terkena diare ? Tabel 3.7 : Kejadian Diare Pada Penduduk Berdasarkan Studi EHRA Strata Desa/Kelurahan VARIABEL
KATEGORI
0 n
Kapan waktu paling dekat Hari ini anggota keluarga ibu Kemarin terkena diare 1 minggu terakhir
1 %
n
2 %
n
Total 3
%
n
4 %
n
%
n
%
2
2,2
0
,0
8
2,5
6
1,7
0
,0
16
1,4
2
2,2
3
1,1
2
,6
3
,8
4
3,0
14
1,2
2
2,2
17
6,3
15
4,8
20
5,6
4
3,0
58
5,0
1 bulan terakhir
3
3,3
25
9,3
16
5,1
18
5,0
21
15,6
83
7,1
3 bulan terakhir
1
1,1
12
4,4
15
4,8
23
6,4
1
,7
52
4,4
6 bulan yang lalu
1
1,1
6
2,2
4
1,3
15
4,2
3
2,2
29
2,5
Lebih dari 6 bulan yang lalu
0
,0
8
3,0
12
3,8
33
9,2
1
,7
54
4,6
Tidak pernah
79
87,8
199 73,7
243
77,1
242 67,2
101
74,8
864
73,8
Tidak
6
54,5
47 66,2
43
59,7
80 67,8
11
32,4
187
61,1
Ya
5
45,5
24 33,8
29
40,3
38 32,2
23
67,6
119
38,9
10
90,9
64 90,1
59
81,9
98 83,1
32
94,1
263
85,9
1
9,1
9,9
13
18,1
20 16,9
2
5,9
43
14,1
10
90,9
68 95,8
68
94,4
111 94,1
34 100,0
291
95,1
Ya
1
9,1
4,2
4
5,6
Tidak
9
81,8
67 94,4
68
94,4
Ya
2
18,2
5,6
4
5,6
10
90,9
62 87,3
59
1
9,1
9 12,7
10
90,9
1
9,1
Anggota keluarga yang mengalami Diare Anak-anak balita Anak-anak non balita
Tidak Ya
Anak remaja laki-laki Anak remaja perempuan Orang dewasa laki-laki
Tidak
Tidak Ya
Orang dewasa perempuan Tidak Ya
7 3
5,9
0
,0
15
4,9
109 92,4
30
88,2
283
92,5
7,6
4
11,8
23
7,5
81,9
96 81,4
26
76,5
253
82,7
13
18,1
22 18,6
8
23,5
53
17,3
51 71,8
55
76,4
78 66,1
11
32,4
205
67,0
20 28,2
17
23,6
40 33,9
23
67,6
101
33,0
4
7 9
3.8.
INDEKS RESIKO SANITASI (IRS) Risiko Sanitasi diartikan sebagai terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku higiene dan sanitasi. Indeks Risiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagai ukuran atau tingkatan risiko sanitasi, dalam hal ini adalah hasil dari analisis Studi EHRA. Manfaat penghitungan Indeks Risiko Sanitasi (IRS) adalah sebagai salah satu komponen dalam menentukan area berisiko sanitasi. Adapun penentuan area berisiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko berdasarkan: kondisi sumber air; pencemaran karena air limbah domestik; pengelolaan persampahan di tingkat rumahtangga; kondisi drainase perkotaan; aspek perilaku (cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penanganan air minum, buang air besar sembarangan). Berdasarkan hasil analisa studi EHRA didapatkan indeks resiko sanitasi setiap strata pada sumber air, Mengenai pengelolaan air limbah domestic, pengelolaan persampahan, Genangan air dan PHBS. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel Kumulatif Indeks Risiko Sanitasi
Variabel
STRATA 0 STRATA 1 STRATA 2 STRATA 3 STRATA 4
1. SUMBER AIR 2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 3. PERSAMPAHAN. 4. GENANGAN AIR. 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.
19 49 48 19 49
32 53 28 18 60
23 58 81 28 46
32 58 70 47 56
71 55 96 20 62
184
191
237
263
304
Gambar 3.21 Grafik Indeks Risiko Sanitasi (IRS)
Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kabupaten Muara Enim 2015 62 56
20
28
47
96
46 49
60
19 48
18 28
81
70
53
58
58
19
32
23
32
STRATA 0
STRATA 1
STRATA 2
STRATA 3
49
55
1. SUMBER AIR 2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 3. PERSAMPAHAN. 4. GENANGAN AIR.
71 STRATA 4
5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.
Tabel 3.6 : Strata Desa Berdasarkan IRS NAMA DESA
Kecamatan Strata 0
Strata 1
Strata 2
Strata 3
Strata 4
1. Kecamatan Semende Darat Laut Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Penindaian Babatan Muara Dua Pulau Panggung Muara Danau Penyandingan Tanah Abang Karya Nyata Pagar Agung Perapau
2. Kecamatan Semende Darat Ulu Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Segamit Cahaya Alam Tanjung Tiga
Tanjung Agung
Datar Lebar Aremantai
Siring Agung Pajar Bulan
Pelakat
Danau Gerak
3. Kecamatan Semende Darat Tengah Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Gunung Agung
Kota Padang Tenam Bungkuk Tanjung Raya Muara Tenang
Seri Tanjung Tebing Abang Batu Surau Palak Tanah
Rekimai Jaya Kota Agung
Swarna Dwipa
4. Kecamatan Tanjung Agung Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Lubuk Nipis Padang Bindu Indramayu
Bedegung Muara Meo
Pandan Dulang Suka Raja Tanjung Baru
Lambur
Lebak Budi Paduraksa
Matas Tanjung Agung
Pagar Jati
Pandan Enim Embawang Pagar Dewa Tanjung Bulan Lesung Batu
Tanjung Karangan Seleman Penyandingan Tanjung Lalang Pulau Panggung Muara Emil Sugih Waras
5. Kecamatan Rambang Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Marga Mulia Sumber Rahayu
Kencana Mulia
Sugih Waras Pagar Agung
Tanjung Raya Tanjung Dalam Sukarami
Sugihan
Negeri Agung Baru Rambang Air Keruh
Sugih Waras Barat
6. Kecamatan Lubai Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Aur
Beringin
Suka Merindu
Kota Baru
Pagar Gunung
Jiwa Baru
Gunung Raja
Tanjung Kemala
Menanti Air Asam
7. Kecamatan Lawang Kidul Darmo Desa Kelurahan Tanjung Enim selatan Desa Tanjung Enim Kelurahan Kelurahan Tegal Rejo Desa Lingga Desa
8. Kecamatan Muara Enim Desa Desa Desa Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Desa Desa Kelurahan Kelurahan Desa Desa Desa Desa Desa
Keban Agung Pasar Tanjung Enim Tegal Rejo Lingga Tanjung Raja Saka Jaya Pasar I Pasar II Pasar III Tungkal Muara Lawai Muara Enim Harapan Jaya Muara Harapan Tanjung Serian Air Lintang
Karang Raja
Lubuk Empelas Tanjung Jati
Kepur
9. Kecamatan Ujan Emas Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Tanjung Raman Muara Gula Baru Muara Gula Lama Pinang Belarik Ujan Mas Lama Ujan Mas Baru Guci Ulak Bandung
10. Kecamatan Gunung Megang Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Panang Jaya
11. Kecamatan Benakat Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Bangun Sari Sumaja Makmur Fajar Indah Kayu Ara Sakti Penanggiran Sidomulyo
Gunung Megang Dalam Gunung Megang Luar Lubuk Mumpo Perjito Tanjung Terang Tanjung Muning
Padang Bindu
Pagar Dewa Pagar Jati Betung Hidup Baru
Rami Pasai
12. Kecamatan Rambang Dangku Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Manunggal Jaya Manunggal Makmur
Suban Jeriji Gemawang Aur Duri Air Enau UPT XI Air Talas
Jemenang
Muara Emburung Tanjung Menang
Tebat Agung Lubuk Raman Gerinam Muara Niru Banuayu Gunung Raja Pangkalan Babat Dangku Kasih Dewa Air Cekdam
Air Limau
Kuripan Batu Raja Siku Kuripan Baru
Kuripan Selatan
13. Kecamatan Gelumbang Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Kelurahan Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Karang Endah Midar Jambu
Karang Endah Selatan Tambang Kelekar Sigam Gaung Telang
Melilian
Gelumbang Talang Taling Pinang Banjar Segayam
Sebau Paya Bakal
Putak Suka Menang
Gumai
Kemang Lembak
Tapus Petanang Talang Nangka Alai
Bitis Suka Jaya
Kartamulia
Teluk Limau Betung
14. Kecamatan Lembak Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Pedataran
Sungai Duren
Tanjung Baru Lubuk Enau Alai Selatan
15. Kecamatan Sungai Rotan Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Modong Suka Cinta Danau Rata Suka Maju Sukarami Suka Jadi Petar Dalam Paya Angus
Suka Merindu
Tanjung Miring Penandingan
Suka Dana Danau Tampang Kasai Sungai Rotan Tanding Marga
Muara Lematang Danau Baru Petar Luar
16. Kecamatan Muara Belida Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Harapan Mulia Arisan Musi Gedung Buruk
Kayu Ara Batu Arisan Musi Timur
Patra Tani
Tanjung Baru
Mulia Abadi
17. Kecamatan Kelekar Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Embacang Kelekar Teluk Jaya Menanti Suban Baru Pelempang
18. Kecamatan Belimbing Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Tanjung Medang Menanti Selatan Berugo Tanjung Cinta Kasih Darmo Kasih Teluk Lubuk Dalam Belimbing Jaya Simpang Tanjung
Belimbing Bulang Dalam
19. Kecamatan Lubai Ulu Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Mekar Jaya Lecah Sumber Mulya Karang Agung
Lubai Persada Lubai Makmur Prabu Menang Pagar Dewa Karang Mulya Sumber Asri
Karang Sari
20. Kecamatan Belide Darat Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa Desa
Babat Talang Balai Sial Ingan Tanjung Bunut Ibul
Lubuk Semantung Tanjung Tiga Talang Beliung
Gaung Asam Lubuk Getam
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Sebagaimana dijelaskan bahwa Studi EHRA bertujuan untuk mengetahui : 1. Gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan 3. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi Dalam pelaksanaan studi EHRA dengan keterlibatan kader/petugas kesehatan/PKK manfaat studi EHRA dari aspek promosi guna memberikan advokasi akan pentingnya layanan sanitasi. Juga dengan mengetahui Informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan memberikan manfaat hasil studi EHRA sebagai bahan advokasi pembangunan sanitasi, dimana dapat diketahuinya tempat-tempat yang berisiko sangat tinggi sebagai lokasi prioritas pembangunan sanitasi. Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten karena Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat, data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bisa dipecah sampai kelurahan/desa serta data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda. Untuk itu pemanfaatan studi EHRA pada Profil Sanitasi dan area berisiko sangat dibutuhkan. Melalui Studi EHRA Juga dapat diketahui Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada masyarakat, yang mana dapat menjadi bahan penyusunan Strategi Komunikasi.
4.2
Hambatan/Kendala Hambatan/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Studi Ehra ini antara lain :
1. 2. 3.
Wilayah studi yang cukup luas dengan kondisi geografis yang sulit membuat waktu pelaksanaan studi menjadi lama Banyaknya pertanyaan maupun pengamatan yang ada di dalam kuesioner membuat enumerator harus benar-benar memahami maksud dari pertanyaan dan menginterpretasikan jawaban responden. Software dalam format epi info dan syntax SPSS yang digunakan untuk analisis data belum dipahami secara maksimal oleh anggota Pokja.
4.3
Saran
Agar pelaksanaan studi EHRA dapat bermafaat untuk pembangunan sanitasi di Kabupaten Muara Enim maka aspek-aspek hasil survey yang masih belum baik bisa menjadi prioritas pembangunan sanitasi ke depan, Antara lain : 1. Masih banyak masyarakat menggunakan sumber air yang berisiko tercemar. Hal ini perlu penanganan serius dari Pemerintah dan stakeholder terkait karena berisiko terjangkitnya kasus diare. Upaya promosi dan penyediaan sarana dan prasarana air bersih menjadi hal penting dalam mengatasi masalah ini. 2. Cakupan layanan persampahan yang masih terpusat di perkotaan perlu ditingkatkan, misalnya di setiap ibukota kecamatan. Pengelolaan sampah yang memadai dan pengeolahan setempat sehingga perlu upaya promosi kepada masyarakat mengenai pengelolaan sampah yang benar serta perlu penyediaan sarana dan prasarana persampahan. 3. Pencemaran karena pembuangan tangki septic masih tinggi sehingga perlu upaya penyadaran kepada masyarakat mengenai tanki septic yang benar. Penggunaan truk sedot tinja dan IPLT juga perlu mendapat prioritas penanganan dari pemerintah. 4. Beberapa lokasi studi masih terjadi genangan air, terutama di sekitar bantaran sungai ketika musim hujan sehingga perlu mendapat penanganan dari pemerintah terutama pembangunan drainase. 5. Praktik cuci tangan pakai sabun di 5 waktu penting masih rendah sehingga kegiatan kampanye PHBS masih perlu ditingkatkan. 6. Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) masih cukup tinggi. Hal ini perlu mendapat penanganan khusus karena akan berdampak pada terjangkitnya penyakit terutama diare yang merupakan salah satu penyakit pembunuh balita tertinggi. Upaya promosi dan penyediaan sarana dan prasarana buang air besar perlu dilakukan lebih intensif oleh pemerintah maupun stakeholder lainnya, terutama di kawasan yang berdekatan dengan sungai. Kawasan tersebut sangat rawan praktik BABS karena banyaknya wc ‘helikopter’ maupun BABS terbuka lainnya.
DAFTAR ISTILAH
Sanitasi : secara umum mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan untuk pembuangan urin dan tinja yang aman. Sanitasi yang tidak memadai adalah penyebab utama penyakit di seluruh dunia dan sanitasi diketahui memiliki dampak positif bagi kesehatan baik di lingkungan rumah tangga dan di masyarakat pada umumnya. Kata 'Sanitasi„ juga mengacu pada kemampuan menjaga kondisi higienis, melalui layanan pengumpulan sampah dan pembuangan air limbah (WHO, http://www.who.int/topics/sanitation/en/. Diakses pada 30 November 2011) Air Limbah : Air yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang mengandung zat-zat yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan Air limbah domestik : Air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, dan asrama (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Biadng Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Badan air penerima : Sungai, kali, danau, saluran, kolam, dan lain-lain yang menerima pembuangan limbah Bangunan atas jamban : Bagian dari fasilitas pembuangan yang berfungsi melindungi pemakai dari gangguan cuaca, kontaminasi dari tinja manusia dan/atau melalui lingkungannya, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui vektor pembawa penyakit Bangunan bawah : Bangunan penampung dan pengolah tinja yang bisa berupa cubluk atau tangki septik Bangunan tengah jamban : Bangunan yang terdiri dari plat jongkok dan lantai jamban Bidang resapan : Daerah permukaan untuk menampung air yang keluar dari suatu sistem pengolahan air limbah rumah tangga Black water : Air limbah yang berasal dari jamban atau WC saja Cubluk : Sistem pembuangan tinja sederhana, terdiri atas lubang yang digali secara manual dilengkapi dengan dinding rembes air ) Feces (faeces) :Buangan tinja dari manusia atau hewan tanpa urine (Water Environment Federation) Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) : Instalasi pengolahan air limbah yang didisain hanya menerima lumpur tinja melalui mobil atau gerobak tinja (tanpa perpipaan) (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Jamban : Fasilitas pembuangan tinja Lantai jamban : Sarana atau perlengkapan bangunan atas, agar bangunan kuat menopang leher angsa Leher angsa : Komponen plat jongkok yang berisi air perapat untuk menahan bau agar tidak keluar dari jamban Pencemaran : Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia. Akibatnya kualitas air turun sampai ke tingkat yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya Pengolahan air limbah : Perlakuan terhadap air limbah, agar air dapat dibuang ke badan air sesuai baku mutu yang disyaratkan Penyaluran resapan aliran atas : Salah satu alternatif pengolahan lanjutan untuk effluent tangki septik Plat jongkok : Sarana atau perlengkapan jamban, yang dilengkapi lubang masuk tinja dan air kotor untuk dialirkan ke cubluk atau tangki septik Saluran : Pipa untuk menyalurkan air limbah dari jamban ke cubluk atau tangki septik Laporan Study EHRA Kabupaten Muara Enim Tahun 2015 Sistem sanitasi off site : Sistem pembuangan air limbah dimana air limbah dibuang serta diolah secara terpusat di Instalasi Pengolahan Limbah Kota. Sebelumnya lebih dulu melalui penyaluran perpipaan air limbah kota (sewer pipe) Sistem sanitasi onsite : Sistem pembuangan air limbah secara individual yang diolah dan dibuang di tempat. Sistem ini meliputi cubluk, tangki septik dan resapan, unit pengolahan setempat lainnya, sarana
pengangkutan, dan pengolahan akhir lumpur tinja (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Biadng Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) Tangki septik (septic tank) : Ruang kedap air yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga 3R : Reduce, Reuse, dan Recycle. Sebuah pendekatan untuk mengurangi timbulan sampah melalui: mengurangi, menggunakan kembali, serta mendaur ulang sampah Bangunan sarana pembuatan kompos : Prasarana pembuatan kompos yang terdiri dari kantor, gudang, pemilihan pengomposan (berfungsi sebagai tempat kegiatan pengomposan yang terlindung dari gangguan cuaca) Daur ulang kertas : Usaha pengolahan kertas bekas menjadi kertas yang dapat dipakai kembali melalui cara-cara sederhana Kompos : Produk lumpur atau material lain yang teroksidasi secara thermophilic dan biologis Pengelolaan sampah : Kegiatan sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah Sampah : Sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat (UU No. 18 tahun 2008) Tempat Penampungan Sementara (TPS) : Tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu (UU No. 18 tahun 2008) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) : Tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah (UU No. 18 tahun 2008) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) : Tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan (UU No. 18 tahun 2008) Drainase : Prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air penerima air dan atau ke bangunan resapan manusia Drainase perkotaan : Drainase di wilayah perkotaan yang berfungsi mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia Saluran primer : Saluran drainase yang menerima air dari saluran sekunder dan menyalurkannya ke badan penerima air Saluran sekunder : Saluran drainase yang menerima air dari saluran tersier dan menyalurkannya ke saluran primer Saluran tersier : Saluran yang menerima air dari sistem drainase lokal dan menyalurkannya ke saluran drainase sekunder Sistem drainase lokal : Saluran dan bangunan pelengkap yang melayani sebagian wilayah perkotaan Sistem drainase utama : Saluran dan bangunan pelengkap yang melayani seluruh wilayah perkotaan Cuci Tangan Pakai Sabun : Perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir Sanitasi total : Kondisi ketika suatu komunitas (Pedoman STBM, 2008) : - Tidak Buang Air Besar Sembarangan (BABS) - Mencuci tangan pakai sabun - Mengelola air minum dan makanan yang aman - Mengelola sampah dengan benar
DAFTAR TABEL NAMA TABEL Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7
Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko………….……… Penentuan target area studi………………...............................................…………… Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Muara Enim…………………………… Informasi Responden ……………………............…………………………………………………….. Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Study EHRA ……..……………………. Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Study EHRA ..………………. Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Study EHRA ……………...……………. Area Berisiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Study EHRA ………………....……………. Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Study EHRA..…. Kejadian Diare Pada Penduduk Berdasarkan Hasil Study EHRA …………..…………..
Hal 5 6 7 10 13 17 22 25 27 28
Daftar Grafik Nama Grafik
Hal
Gambar 3.1 : Grafik Pengelolaan Sampah
12
Gambar 3.2 : Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga
13
Gambar 3.3 : Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar
14
Gambar 3.4 : Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja
15
Gambar 3.5 : Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik
16
Gambar 3.6 : Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik
16
Gambar 3.7 : Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
17
Gambar 3.8 : Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah M engalami Banjir
18
Gambar 3.9 : Grafik Persentase Rumah Tangga yang M engalami Banjir Rutin
19
Gambar 3.10 : Grafik Lama Air M enggenang Jika Terjadi Banjir
19
Gambar 3.11 : Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah
20
Gambar 3.12 : Grafik Persentase Kepemilikan SPAL
20
Gambar 3.13 : Grafik Akibat Tidak M emiliki SPAL Rumah Tangga
21
Gambar 3.14 : Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi
21
Gambar 3.15 : Grafik Pencemaran SPAL
22
Gambar 3.16 : Grafik Akses Terhadap Air Bersih
23
Gambar 3.17 : Grafik Sumber Air M inum dan M emasak
25
Gambar 3.18 : Grafik CTPS di Lima Waktu Penting
26
Gambar 3.19 : Grafik Waktu M elakukan CTPS
26
Gambar 3.20 : Grafik Persentase Penduduk yang M elakukan BABS
27
Gambar 3.21 : Grafik Indeks Risiko Sanitasi (IRS)
29