PERBEDAAN SKALA NYERI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN SENAM TAI CHI PADA LANSIA YANG MENDERITA OSTEOARTRITIS LUTUT DI DESA PAKIS KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI Noor Anisya* Puji Lestari, S.Kp.,Ns.,M.Kes. (Epid)* M.Imron Rosyidi,S.Kep.,Ns., M.Kep Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected] ABSTRAK Osteoartritis adalah penyakit tulang degeneratif yang ditandai oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi). Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri sendi, rasa kaku, krepitas, nodus herbeden, perubahan cara berjalan, penurunan kisaran gerak, dan pembesaran sendi. Terapi non farmakologis yang dapat diberikan adalah latihan fisik (tai chi). Senam Tai Chi adalah suatu latihan yang memadukan antara gerakan fisik, pernafasan, perasaan, dan pikiran dalam satu kesatuan sehingga sering disebut sebagai moving meditation atau meditasi dalam gerak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan senam tai chi pada lansia yang menderita osteoartritis lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Metode penelitian menggunakan desain Pre Experiment dengan jenis desain penelitian berbentuk One Group Pretest Posttest. Populasi pada penelitian ini adalah 31 lansia yang menderita osteoartritis lutut. Sampel terdiri 29 lansia yang menderita osteoartritis lutut. Tehnik pengambilan sampling menggunakan Purposive Sampling. Variabel yang diteliti meliputi skala nyeri dan senam tai chi dengan lembar observasi. Hasil penelitian didapatkan rata-rata skala nyeri sebelum diberikan senam tai chi adalah 5,45 dan rata-rata skala nyeri sesudah diberikan senam tai chi adalah 2,21. Hasil uji Wilcoxon Sign Rank Test didapatkan hasil p value = 0,000 < α (0,05) dan nilai Z hitung 4,767 > dari Z tabel 1,964, berarti ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan senam tai chi pada lansia yang menderita osteoarthritis lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Diharapkan senam tai chi dapat dijadikan alternative intervensi untuk penatalaksanaan nyeri pada penderita osteoartritis lutut. Kata kunci : Osteoartritis Lutut, Senam Tai Chi, Lansia Kepustakaan : 25 (2006-2015)
ABSTRACT Osteoarthritis is a degenerative bone disease that is characterized by loss of articular cartilage (joints). Clinically osteoarthritis is characterized by joint pain, stiffness, crepitation, herbeden nodes, changes in walking way, decreased range of motion, and enlargement of joints. Non-pharmacological therapy to solve it is by doing physical exercise (tai chi). Tai Chi gymnastics is an exercise that combines physical movement, breathing, feelings, and thoughts in a single unit that is often referred to as moving meditation or meditation in motion. The purpose of this study is to determine the difference of pain scale before and after doing tai chi gymnastics in the elderlies who suffer from knee osteoarthritis in Pakis village Tayu subdistrict Pati regency. The research method used Pre Experiment with one group pretest posttest. The population in this research was 31 elderlies suffering from knee osteoarthritis. The samples were 29 elderlies suffering from knee osteoarthritis. Sampling technique used purposive sampling. The variables examined the pain scale and tai chi gymnastics using the observation sheet. The result shows average pain scale before doing tai chi gymnastics is 5.45 and the average pain scale after doing tai chi gymnastics is 2.21. The results of Wilcoxon Sign Rank Test obtain p value = 0,000 < α (0.05) and the value of Z count 4,767> 1,964 from the Z table, meaning a significant difference between the pain scale before and after doing tai chi gymnastics in the elderlies suffer from knee osteoarthritis in Pakis village Tayu subdistrict Pati regency. Tai chi gymnastics should be used as an alternative intervention for the management of pain in patients with knee osteoarthritis. Keywords: Knee Osteoarthritis, Tai Chi Gymnastics, Elderlies Bibliographies: 25 (2006-2015)
PENDAHULUAN Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) lanjut usia (lansia) adalah tahap masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun keatas. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lansia digolongkan menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75–90 tahun dan lansia
sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Notoatmodjo, 2011). Menurut Ubaya (2012), secara keseluruhan angka kejadian osteoartritis pada usia > 25 tahun 13,9% dan 33,6% pada usia > 65 tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa risiko terjadinya osteoartritis meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Selain faktor usia, ternyata jenis kelamin juga merupakan salah satu faktor risiko, dimana wanita memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami osteoartritis dibandingkan pria, terutama setelah usia 50 tahun. Osteoartritis menurut lokasinya dapat dibedakan menjadi: osteoartritis pada lutut, tangan, dan kaki. Menurut angka kejadiannya, yang paling banyak terjadi adalah osteoartritis pada lutut (incidence rate 240 per 100.000 orang/ tahun), tangan (incidence rate 100 per 100.000/tahun),
dan panggul (incidencerate 88 per 100.000 orang/tahun). Dikaitkan dengan faktor risiko jenis kelamin, pria memiliki risiko 45% lebih rendah terkena osteoartritis pada lutut dan 36% lebih rendah terhadap osteoartritis pada panggul dibandingkan pada wanita. Selain pada bagian lutut, tangan, dan kaki, osteoartritis juga dapat terjadi pada pergelangan kaki (ankle) yang seringkali disebabkan oleh cedera. Osteoartritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerap kali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). Pertambahan usia berhubungan secara langsung dengan proses degeneratif dalam sendi, mengingat kemampuan kartilago artikuler untuk bertahan terhadap mikrofraktur dengan beban muatan rendah yang berulang-ulang mengalami penurunan (Smeltzer, 2013). Penatalaksanaan pada pasien osteoartritis dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi : pemakaian obatobatan dirancang untuk mengontrol nyeri pada sendi dan untuk mengendalikan timbulnya sinovitis. Obat-obat analgetik dapat dibeli bebas seperti asetaminofen, aspirin dan ibuprofen biasanya cukup untuk menghilangkan nyeri. Penatalaksanaan non farmakologi yang dapat dilakukan untuk mengobati osteoartritis. Terapi non farmakologi dapat dilakukan sendiri oleh keluarga dan tanpa mengeluarkan biaya. Terapi non farmakologis yaitu ROM, pemakaian es atau panas pada sendi dan latihan fisik (tai chi) (Price, 2006). Menurut Susanto (2010), senam Tai Chi adalah suatu latihan yang memadukan antara gerakan fisik, pernafasan, perasaan, dan pikiran dalam satu kesatuan sehingga sering disebut sebagai moving meditation atau meditasi dalam gerak. Senam Tai chi sebagai bentuk olahraga yang dapat meningkatkan sekresi serotonin dan dopamin yang pada gilirannya
meningkatkan transmisi sistem aminergik pada susunan saraf. Latihan fisik akan merangsang sekresi endorphin dan dapat menimbulkan euphoria; mekanisme endorphin ini bisa memberikan efek analgetik karena nyeri dapat berkurang (Susanto, 2015). Manfaat dari gerakan tai chi yaitu cooling down pikiran, menenangkan pikiran, menuju kegelombang alpha, konsep relaksasi dinamis, melancarkan peredaran darah (Hakim, 2010). Hasil penelitian yang pernah dilakukan Riska (2014) pada Pengaruh Senam Tai Chi terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis dan Penurunan Faktor Resiko Jatuh pada Lanjut Usia menunjukkan hasil bahwa Senam Tai Chi berpengaruh terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis dan Penurunan Faktor Resiko Jatuh pada Lanjut Usia. Berdasarkan studi pendahuluan oleh peneliti yang mendapatkan data dari Puskesmas Tayu 1 bahwa di desa Pakis kecamatan Tayu kabupaten Pati didapatkan data penderita osteoartritis sejumlah 31 lansia. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 11 November 2015 terhadap 5 lansia dari desa Pakis, didapatkan bahwa lansia yang menderita osteoartritis sering mengalami masalah pada kaki terasa nyeri, ngilu, kaku, terkadang juga bengkak pada bagian sendi. Selama ini untuk mengatasi nyeri lansia cenderung menggunakan obat penurun nyeri yang dibeli di warung sekitar rumah dan memeriksakannya di puskesmas. Setelah minum obat nyeri berkurang tetapi timbul kembali. Sehingga kemungkinan para lansia cenderung selalu mengkonsumsi obat tanpa pengawasan dan aturan yang benar, dan dalam jangka waktu tertentu kemungkinan akan menimbulkan permasalahan pada sistem endokrin dan efek ketergantungan pada lansia. Berdasarkan wawancara tentang senam tai chi dari 5 lansia tersebut belum ada lansia yang mengetahui tentang senam tai chi dan semua lansia menyatakan
belum pernah dilakukan senam tai chi di desa Pakis.
Analisa Data
METODOLOGI PENELITIAN
Analisis Univariat
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain Pre Experiment. Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk One Group Pretest Posttest. Populasi dan Sampel Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita osteoartritis di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati yaitu sebanyak 31 orang. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifatsifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Karakteristik sampel supaya tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel peneliti menentukan kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami osteoartritis lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan perhitungan rumus yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael didapatkan sampel sebanyak 29 lansia. Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Januari, 2 Februari dan 4 Februari 2016 di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati.
Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan masing-masing variabel. Variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk ukuran tendensi sentral yaitu nilai mean atau rata-rata, median, minimum, maksimum dan standar deviasi. Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan : a. Skala nyeri sebelum diberikan senam tai chi pada lansia yang menderita osteoartritis lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. b. Skala nyeri sesudah diberikan senam tai chi pada lansia yang menderita osteoartritis lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil uji normalitas data didapatkan p value < α (0,05), sehingga data berdistribusi tidak normal. Hasil analisis data menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test didapatkan p value = 0,000 < α (0,05) dan nilai Z hitung 4,767 > Z tabel 1,964 HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Skala Nyeri Sebelum Diberikan Senam Tai Chi Tabel 4.1 Gambaran Skala Nyeri Sebelum Diberikan Senam Tai Chi pada Lansia yang Menderita Osteoarthritis Lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang telah diperoleh secara langsung dari hasil wawancara langsung pada lansia yang menderita osteoartritis. Alat pengukuran nyeri pada penelitian ini menggunakan skala numerik.
Variabel Skala nyeri sebelum diberikan senam tai chi
Mean 5,45
Median SD 5,00
1,152
MinMax 3-7
Hasil analisis didapatkan rata-rata skala nyeri sebelum diberikan senam tai chi adalah 5,45 dengan standar deviasi 1,152 skala nyeri terendah 3 dan tertinggi adalah 7. 2. Skala Nyeri Sesudah Diberikan Senam Tai Chi Tabel 4.2 Gambaran Skala Nyeri Sesudah Diberikan Senam Tai Chi pada Lansia yang Menderita Osteoarthritis Lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Variabel Skala nyeri setelah diberikan senam tai chi
Mean 2,21
Median SD 2,00
1,292
MinMax 0-5
Hasil analisis didapatkan rata-rata skala nyeri sesudah diberikan senam tai chi adalah 2,21 dengan standar deviasi 1,292 skala nyeri terendah 0 dan tertinggi adalah 5. B. Analisa Bivariat Berdasarkan hasil uji normalitas didapatkan bahwa data tidak berdistribusi normal maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan hasil: Kelompok
Skala Nyeri PosttestSkala Nyeri Pretest
Mean 15,00 0,00
Z -4,764
P value 0,000
Hasil analisis data menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test didapatkan p value = 0,000 < α (0,05) dan nilai Z hitung 4,767 > dari Z tabel 1,964, berarti ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan senam tai chi pada lansia yang menderita osteoarthritis
lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. PEMBAHASAN A. Perbedaan Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Diberika Senam Tai Chi pada Penderita Osteoartritis Lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Berdasarkan hasil penelitian terhadap skala nyeri sebelum diberikan senam tai chi pada responden yang berjumlah 29 orang didapatkan rata-rata skala nyeri sebesar 5,45 dengan standar deviasi 1,152. Skala nyeri terendah 3 dan tertinggi adalah 7. Responden sebelum diberikan senam tai chi yang memiliki skala nyeri 7 ada 6 orang, skala nyeri 6 ada 8 orang, skala nyeri 5 ada 10 orang, skala nyeri 4 ada 3 orang dan yang memiliki skala nyeri 3 ada 2 orang. Secara fisiologis rasa nyeri terjadi oleh karena trauma jaringan, atau penyakit yang mengawali perubahan kimiawi dan elektris dalam tubuh. Pada kasus osteoatritis lesi berkenaan dengan perubahan biokimiawi dibawah permukaan kartilago yang meningkatkan sintesa timidin dan glisin. Lesi permulaan ini disusul oleh lesi pemusnahan kartilago secara progresif. Kartilago yang hancur mengakibatkan sela persendian menjadi sempit walaupun kartilago persendian tidak peka nyeri dan lesi inisial berada di kartilago, tetapi manifestasi klinis dini dan osteoatritis berupa rasa sakit. Mungkin sekali rasa “sakit” ini merupakan ungkapan klinis dari membrana sinovialis persendian yang mulai terlibat dalam proses degenerasi di kartilago. Membrana sinovialis memang terdapat banyak akan reseptor nyeri. Keluhan yang sering di rasakan diantaranya rasa nyeri, kekakuan dan keterbatasan gerak dengan pola capsular pattern pada lutut adalah fleksi lebih terbatas dari ekstensi dan ekstensi
lebih terbatas dari rotasi. Rasa nyeri lutut dapat disebabkan karena terjepitnya saraf afferen poly modal oleh perlekatan kolagen, penekanan jaringan karena deformitas serta adanya pembengkakan jaringan disekitar sendi (Irfan, 2006). Dalam jurnal Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009, nyeri merupakan gejala utama OA yang bertambah berat sejalan dengan beratnya OA. Sendi lutut dapat mengalami keterbatasan gerak apabila tidak digerakkan akibat nyeri. Otot sekitar sendi lutut terutama otot quadriceps mengalami atrofi dan menjadi lemah. Menurunnya fungsi otot akan mengurangi stabilitas sendi terutama sendi penumpu berat badan sehingga dapat memperburuk keadaan penyakit dan menimbulkan deformitas. Pada OA otot sekitar sendi sering mengalami atrofi serta penurunan kekuatan dan pada sendi penumpu berat badan. Hal itu akan mempengaruhi stabilitas sendi. Sendi lutut merupakan sendi yang sering terkena OA dan perempuan mempunyai prevalensi lebih tinggi dibanding laki-laki. Osteoartritis adalah patologi degenerasi sendi yang dimulai dari perlunakan dan perusakan rawan sendi dan diikuti pemadatan tulang subkodral, tumbuhnya osteofit serta kekakuan sendi. Akibat pebebanan dan beban kerja yang berlebihan pada sendi lutut akan menyebabkan perubahan pada rawan sendi. Rawan sendi mengalami perusakan, sehingga struktur sendi menjadi tidak beraturan dan timbul osteofit yang selanjutnya akan mengiritasi membrana synovial dimana terdapat banyak reseptor-reseptor nyeri dan akan menimbulkan hydrops. Berdasarkan hasil penelitian skala nyeri sesudah diberikan senam tai chi pada responden yang berjumlah 29 orang didapatkan rata-rata skala nyeri sebesar 2,21 dengan standar deviasi 1,292. Skala nyeri terendah 0 dan
tertinggi adalah 5. Responden sesudah diberikan senam tai chi yang memiliki skala nyeri 5 ada 1 orang, skala nyeri 4 ada 5 orang, skala nyeri 3 ada 3 orang, skala nyeri 2 ada 10 orang, skala nyeri 1 ada 5 orang dan yang memiliki skala nyeri 0 ada 2 orang. Pada osteoartritis akan terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang progresif, akibatnya akan menipis, retak-retak dan akhirnya mengelupas. Terjadi penekanan atau gesekan pada permukaan sendi akan menimbulkan nyeri karena adanya benturan antara tulang dengan tulang sehingga akan mengiritasi ujung saraf pada permukaan sendi tersebut (Suriani,2013). Berdasarkan hasil penelitian perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan senam tai chi menunjukkan hasil analisis data p value = 0,000 < α (0,05) dan nilai Z hitung 4,767 > dari Z tabel 1,964, berarti ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan senam tai chi pada lansia yang menderita osteoarthritis lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Menurut Susanto (2010), senam Tai Chi adalah suatu latihan yang memadukan antara gerakan fisik, pernafasan, perasaan, dan pikiran dalam satu kesatuan sehingga sering disebut sebagai moving meditation atau meditasi dalam gerak. Senam Tai chi sebagai bentuk olahraga yang dapat meningkatkan sekresi serotinin dan dopamin yang pada gilirannya meningkatkan transmisi sistem aminergik pada susunan saraf. Latihan fisik akan merangsang sekresi endorphin dan dapat menimbulkan euphoria; mekanisme endorphin ini bisa memberikan efek analgetik karena nyeri dapat berkurang (Susanto, 2015). Relaksasi sangat penting untuk meningkatkan kenyamanan dan membebaskan diri dari ketegangan dan stress akibat penyakit yang dialami. Menurut Prabowo dalam Rima (2015),
senam tai chi dapat meningkatkan relaksasi, gerakan yang lentur beraturan, konsentrasi penuh sebagai bagian dari meditasi dalam gerak, latihan pernapasan yang terjaga dalam senam tai chi itu menjadikan tubuh mengalami relaksasi sempurna. Senam tai chi menyebabkan relaksasi sempurna sehingga terjadi pelepasan endorphin yang dapat memblok transmisi stimulus nyeri. Teori gate control mengatakan bahwa terjadi pengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A Beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A yang berdiameter kecil sehingga gerbang sinaps menutup transmisi implus nyeri (Potter, 2006). Endorphine adalah opiat endogen tubuh atau morfin alami yang terdapat pada tubuh. Endorphine mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine bertindak sebagai neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari pesan nyeri. Kegagalan dalam melepaskan endorphine memungkinkan terjadinya nyeri (Andarmoyo, 2013). Zat endorphin adalah zat kimia yang diproduksi tubuh hasil dari stimulasi eksternal dan menghasilkan perasaan tenang, senang, rileks, serta melemaskan otot-otot yang tegang seperti rasa sakit, gembira dan pengerahan tenaga secara fisik. Sementara itu zat serotinin adalah neurotransmiter yang mempengaruhi suasana hati, pola tidur dan selera makan (Susanto, 2015). B. Keterbatasan Penelitian Adanya keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak dapat melakukan pengawasan terhadap semua faktor yang dapat mempengaruhi nyeri seperti makna nyeri, stres, keletihan dan kelelahan yang disebabkan karena aktivitas berlebih.
PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan senam tai chi pada lansia yang menderita osteoartritis lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati dapat disimpulkan bahwa, ada perbedaan yang signifikan antara skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan senam tai chi pada lansia yang menderita osteoarthritis lutut di Desa Pakis Kecamatan Tayu Kabupaten Pati dengan nilai p value = 0,000 < α (0,05) dan nilai Z hitung 4,767 > dari Z tabel 1,964. Rata-rata skala nyeri sebelum diberikan senam tai chi adalah 5,45 dan rata-rata skala nyeri sesudah diberikan senam tai chi adalah 2,21. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengingat keterbatasan peneliti dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang perlu disampaikan peneliti sebagai berikut : 1. Bagi lansia dan keluarga Menjadikan senam tai chi sebagai bahan pertimbangan untuk lansia dan masyarakat untuk menurunkan nyeri osteoartritis lutut, dengan cara melakukan senam tai chi sebanyak 3 kali dalam satu minggu. 2. Bagi institusi pendidikan Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang keperawatan gerontik yaitu menjadikan senam tai chi sebagai terapi komplementer dalam menurunkan nyeri osteoartritis lutut. 3. Bagi peneliti selanjutnya Mengingat masih adanya keterbatasan dari peneliti yang telah dilakukan, maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan
pengawasan yang lebih intensif terhadap faktor yang dapat mempengaruhi nyeri seperti seperti makna nyeri, stres, keletihan dan kelelahan yang disebabkan karena aktivitas berlebih sehingga faktor yang mempengaruhi nyeri dapat dikontrol. 4. Perawat komunitas Sebaiknya diadakan kegiatan senam tai chi dalam menurunkan nyeri osteoartritis lutut, dengan durasi ±20 menit dan dilakukan 3 kali dalam 1 minggu. Lansia yang boleh megikuti senam tai chi yaitu lansia yang memiliki rentang gerak baik, lansia yang mengalami nyeri pada sendi lutut. Lansia yang tidak boleh mengikuti senam tai chi yaitu lansia yang mengalami kehilangan kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, lansia yang mengalami nyeri skala 8, 9 dan 10. 5. Puskesmas Puskesmas memberikan program senam tai chi bagi lansia yang menderita osteoartritis lutut, sehingga dapat mengurangi nyeri yang lansia rasakan.
DAFTAR PUSTAKA Hakim, A. (2011). Neo-Thai Chi : Teknik Praktis Meningkatkan Kecerdasan & Kesehatan. Jakarta Selatan : Transmedia Pustaka Irfan, M. (2006). Beda Pengaruh Penambahan Long Axis Oscillated Traction Pada Intervensi Mwd dan Tens Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri pada Capsullar Pattern Akibat Osteoatritis Lutut. Jakarta : Fisioterapi Universitas Indonusa Esa Unggul. Lesmana & Suriani. (2013). Latihan Theraband Lebih Baik Menurunkan Nyeri Dari pada Latihan Quadricep Bench Pada Osteoarthritis Genu. Jakarta : Fisioterapi Universitas Esa Unggu Notoatmojo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT Rineka Cipta Price, S. A. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyalit. Jakarta : EGC Potter, P. A. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Rima, A. (2015). Pengaruh Senam Tai Chi Terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia Usia 60 – 74 Tahun Di Desa Leyangan. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Ungaran : Stikes Ngudi Waluyo Smeltzer, S. C. (2013). Buku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Susanto, J. (2010). T’ai Chi-The Great Harmony. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara (2015). Tai Chi dan Kesehatan Otak. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara Ubaya. 2012. Osteoartritis: Jenis dan Pedoman Penatalaksanaannya. Dikutip dari http://piolk.ubaya.ac.id/img/layanan/ 42_20120620094001.pdf