perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN KNEE TUCK JUMP DAN SINGLE LEG STRIDE JUMP TERHADAP KEMAMPUAN SMASH KEDENG PEMAIN SEPAK TAKRAW PEMBINAAN PRESTASI SEPAK TAKRAW JPOK FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh: YODI PRADANA K5608074
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Yodi Pradana
Nim
: K5608074
Jurusan/Progam Studi
: JPOK/Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN KNEE TUCK JUMP DAN SINGLE LEG STRIDE JUMP TERHADAP KEMAMPUAN SMASH KEDENG PEMAIN SEPAK TAKRAW PEMBINAAN PRESTASI SEPAK TAKRAW JPOK FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2012 “ ini benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanki atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
commit to user ii
Yodi Pradana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN KNEE TUCK JUMP DAN SINGLE LEG STRIDE JUMP TERHADAP KEMAMPUAN SMASH KEDENG PEMAIN SEPAK TAKRAW PEMBINAAN PRESTASI SEPAK TAKRAW JPOK FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2012
Oleh: YODI PRADANA K5608074
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
Juli 2012
Tim Penguji Skripsi : (Nama Terang)
(Tanda Tangan)
Ketua
: Fadilah Umar, S.Pd, M.Or.
Sekretaris
: Drs. Sugiyoto, M.Pd.
Anggota I
: Drs. Agus Margono, M.Kes
Anggota II
: Drs. Sapta Kunta Purnama, M.Pd
Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP 19660415 199103 1 002
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Yodi Pradana. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN KNEE TUCK JUMP DAN SINGLELEG STRIDE JUMP TERHADAP KEMAMPUAN SMASH KEDENG PEMAIN SEPAK TAKRAW PEMBINAAN PRESTASI SEPAK TAKRAW JPOK FKIP UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh latihan knee tuck jump dan single leg stride jump terhadap kemampuan smash kedeng pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS tahun 2012 (2) latihan yang lebih baik pengaruhnya antara latihan knee tuck jump dan latihan single leg stride jump terhadap kemampuan smash kedeng pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Sampel penelitian ini adalah pemain sepak takraw pembinaan prestasi JPOK FKIP UNS 2012 berjumlah 40 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, kemudian di dapat sampel 40 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes smash kedeng. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5 %. Hasil penelitian menunjukan bahwa data tes awal kelompok 1 diperoleh nilai max = 12, min = 2, mean = 6.70, SD = 2.81. Data tes akhir kelompok 1 diperoleh nilai max = 13, min = 3, mean = 7.50, SD = 2.94. Sedangkan data tes awal kelompok 2 diperoleh nilai max = 13, min = 2, mean = 6.75, SD = 3.16. Data tes akhir kelompok 2 diperoleh nilai max = 16, min = 4, mean = 8.35, SD = 3.18.Uji reliabilitas data tes awal diperoleh 0.887 (tinggi), uji reliabilitas tes akhir diperoleh 0.918. Uji normalitas data kelompok 1 diperoleh lhitung = 0.1214, ltabel = 0.19. Uji normalitas data kelompok 2 diperoleh lhitung = 0.1214, ltabel = 0.19. Uji homogenitas data kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh fhitung = 0.8930, ftabel = 2.15. Uji perbedaan data tes awal kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh thitung = 0.349, ttabel = 2.093. Uji perbedaan data tes awal dan tes akhir kelompok 1 diperoleh thitung = 3.454, ttabel = 2.093. Uji perbedaan tes awal dan tes akhir kelompok 2 diperoleh thitung = 4.518, ttabel = 2.093. Uji perbedaan tes akhir kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh thitung = 2.609, ttabel = 2.093. Persentase peningkatan kemampuan smash kedeng kelompok 1 sebesar 13.636% sedangkan persentase peningkatan kemampuan smash kedeng kelompok 2 sebesar 25.564%. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaan yang signifikan antara latihan knee tuck jump dan dan latihan single leg stride jump terhadap kemampuan smash kedeng pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS tahun 2012 (thitung 2.609 > ttabel 5% 2,093). (2) Latihan single leg stride jump lebik baik pengaruhnya terhadap kemampuan smash kedeng pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS tahun 2012. Kelompok 2 (kelompok yang mendapat perlakuan latihan single leg stride jump ) memiliki peningkatan 25.564% lebih besar daripada kelompok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan latihan knee tuck jump ) yaitu 13.636%. Kata kunci : knee tuck jump, single leg stride jump, smash kedeng, pemain sepak takraw commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Yodi Pradana. Knee Tuck Exercises DIFFERENCES INFLUENCE JUMP AND JUMP ON THE ABILITY SINGLELEG Stride KEDENG SMASH PERFORMANCE COACHING PLAYERS sepak takraw sepak takraw JPOK FKIP SURAKARTA UNIVERSITY OF MARCH ELEVEN 2012. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, University of Surakarta of March, in July 2012. The purpose of this study was to determine: (1) difference in the effects of exercise knee tuck jumps and single leg stride jump to smash the ability kedeng sepak takraw players coaching accomplishments sepak takraw JPOK FKIP UNS 2012 (2) better training effect between workouts knee tuck jump and exercises single leg stride jump to smash the ability kedeng sepak takraw players coaching accomplishments sepak takraw JPOK FKIP UNS 2012. This study uses an experimental method. This study sample is sepak takraw players coaching accomplishments JPOK FKIP UNS 2012 totaled 40 people. Sampling technique using total sampling, then the sample can be 40 people. Data collection techniques used were kedeng smash test. Data analysis techniques used by the t test at a significance level of 5%. The results showed that the initial test data obtained by the group 1 max = 12, min = 2, mean = 6.70, SD = 2.81. Test data obtained by the end of the group 1 max = 13, min = 3, mean = 7.50, SD = 2.94. While the initial test data obtained by the group 2 max = 13, min = 2, mean = 6.75, SD = 3.16. End of the test data obtained by the group 2 max = 16, min = 4, mean = 8.35, SD = 3.18.Uji preliminary tests of reliability of data obtained by 0887 (height), gained the final test of reliability test 0918. Test for normality of data obtained lhitung group 1 = 0.1214, ltabel = 0.19. Test for normality of data obtained lhitung group 2 = 0.1214, ltabel = 0.19. Test of homogeneity of data group 1 and group 2 obtained fhitung = 0.8930, ftabel = 2.15. Test differences in the initial test data group 1 and group 2 obtained tcount = 0349, TTable = 2093. Test differences in the initial test data and final test group 1 obtained tcount = 3454, TTable = 2093. Test differences in the initial test and final test group 2 obtained tcount = 4518, TTable = 2093. Test differences in the final test group 1 and group 2 obtained tcount = 2609, TTable = 2093. Percentage increase in the ability of group 1 smash kedeng of 13 636% while the percentage increase in the ability of group 2 smash kedeng 25 564% . Based on the research results can be obtained the following conclusions: (1) There are significant differences between exercise and knee tuck jumps and single leg stride jump training on the ability smash kedeng sepak takraw players coaching accomplishments sepak takraw JPOK FKIP UNS 2012 (2609 tcount> TTable 5 % 2.093). (2) exercises single leg stride jump lebik good influence on the ability to smash kedeng sepak takraw players coaching accomplishments sepak takraw JPOK FKIP UNS 2012. Group 2 (treatment group that received training single leg stride jump) has increased 25 564% greater than group 1 (treatment group receiving exercise knee tuck jump) is13636%. Key words: knee tuck jumps, single leg stride jump, smash kedeng, sepak takraw players commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pastikan menunjukkan Kebesaran dan Kuasa-Nya, pada hamba-Nya yang sabar dan tak kenal putus asa ( D‟Massiv)
Pada akhirnya, orang-orang yang gagal hanyalah mereka yang tidak pernah mencoba. ( David Viscott)
No Speed No Success (Suryo Agung Wibowo)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk : Bapak dan Ibu tercinta Adiku tercinta Woro Prihastiwi Keluargaku yang selalu mendukungku Sahabat terkasih “ Tri Pujianto Janu Wahyudi, Davit Wahyu Winardi, Dhimas Ibnu Pambudi” Masku tercinta Tri widodo, S.Pd Sahabatku “Surdi Kos” Sahabat terkasih alumni SMA N 1 GOMBONG angkatan „08 Rekan-rekan Penkepor angkatan „08 Almamater
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur dipanjatkan dengan kesungguhan hati kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat dan karunia-Nya yang setiap waktu penulis terima dan rasakan, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Disadari bahwa penyusunan skripsi ini banyak mangalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. H. Agus Margono, M.Kes sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyusun skripsi. 5. Bapak Drs Sapta Kunta Purnama, M.Pd sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan semangat dalam menyusun skripsi. 6. Bapak Drs. Sugiyoto. M.Pd selaku pengampu pembinaan prestasi sepak takraw yang telah memberikan ijin dan memberikan masukan dalam penelitian ini. 7. Bapak dan ibu tercinta yang tidak henti-hentinya mendoakan dan mendukung saya. 8. Pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw yang telah bersedia menjadi subyek penelitian. Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat. Surakarta, Juli 2012 Penulis
Yodi Pradana
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak takraw merupakan olahraga tradisional bangsa-bangsa di Asia Tenggara termasuk juga bangsa Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang terlebih dahulu memainkan sepak takraw adalah Sulawesi Selatan (Makassar), Sumatera Barat (Minang Kabau), Riau, Kalimantan (Kandangan) dan Jawa Barat (Banten), semua merupakan daerah yang berada di pesisir pantai. Daerah-daerah inilah yang terlebih dahulu dan aktif memasalkan, mengembangkan, dan meningkatkan olahraga sepak takraw, sehingga sangatlah wajar kalau daerah Sulawesi Selatan dan Riau selalu unggul dalam prestasi dan menjadi juara pada kejuaraan-kejuaraan nasional. Dewasa ini permainan Sepak Takraw tidak lagi dimainkan dengan bola terbuat dari rotan melainkan sudah memakai bola yang terbuat dari fiber (Synthetic Fiber). Sepak Takraw yang merupakan asli Bangsa Indonesia sudah sewajarnya dapat dibanggakan karena olahraga ini kian populer dan menjadi salah satu cabang yang kerap dipertandingkan pada skala regional, nasional, maupun internasional yang pada gilirannya dapat mengangkat harkat dan martabat bangsa. Dalam meningkatkan prestasi optimal pada berbagai kejuaraan atau pertandingan di tingkat regional, nasional, dan internasional perlu dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas pelatih, atlet, dan penataan organisasi yang baik. Khususnya pembinaan klub-klub atau pelajar yang merupakan aset paling esensial dan potensial untuk digarap, apalagi sepak takraw merupakan cabang olahraga yang sedikit unik bila dibandingkan dengan cabang olahraga lainnya. Perkembangan permainan sepak takraw di Indonesia kini telah menjadi salah satu bagian yang diajarkan di sekolah-sekolah, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK), bahkan Perguruan Tinggi (PT). Permainan sepaktakraw diberikan di sekolah-sekolah sebagai olahraga pilihan. Di Perguruan Tinggi khususnya Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (JPOK). Demikian halnya di JPOK FKIP UNS Surakarta, permainan sepak takraw merupakan olahraga pilihan yang dikembangkan dalam pembinaan prestasi. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Pembinaan prestasi sepak takraw di JPOK FKIP UNS Surakarta kurang dilakukan secara sistematis dan terprogram. Seharusnya pelatihan fisik, teknik, taktik dan mental harus dikembangkan secara sistematis dan kontinyu, agar para mahasiswa pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS Surakarta memiliki keterampilan bermain sepak takraw. Untuk memperoleh keterampilan bermain sepak takraw, sebagai langkah awal dalam pelatihan sepak takraw harus menguasai macam-macam teknik dasar sepak takraw. Sulaiman (2008: 15-16) menyatakan, “Teknik dasar permainan sepak takraw yang harus dikuasai mencakup tujuh bagian yaitu teknik sepak, teknik memaha, teknik mendada, teknik membahu, teknik sundulan, teknik smash dan teknik tahanan”. Macammacam teknik dasar sepak takraw tersebut penting untuk dikuasai oleh setiap pemain sepaktakraw, agar memiliki keterampilan bermain sepak takraw. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi pemain sepak takraw, diantaranya adalah fisik dan teknik. Unsur fisik yang dibutuhkan adalah kekuatan, kecepatan, daya ledak dan kelentukan. sedang unsur teknik yang dimaksud dalam permainan sepak takraw antara lain adalah sepakan, main kepala, mendada, memaha, dan membahu. Unsur fisik dan unsur teknik merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa fisik yang baik pemain tidak dapat menguasai teknik bermain sepak takraw dengan baik, begitu juga sebaliknya, permainan sepak takraw tidak dapat dimainkan dengan baik dan sempurna tanpa penguasaan teknik yang baik. Smash merupakan salah satu teknik sepak takraw yang dilatihkan pada pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS Surakarta. Salah satu jenis smash dalam permainan sepak takraw yaitu, smash kedeng. Smash kedeng merupakan smash yang cara melakukannya dengan cara menjulurkan kaki ke atas untuk menjangkau bola atau mengejar bola dan menyepak bola sekeras-kerasnya ke daerah permainan lawan. Dapat dikemukakan bahwa untuk dapat melakukan smash dengan baik membutuhkan penguasaan teknik melompat, menendang serta ketepatan mengarahkan bola pada sasaran. Smash kedeng merupakan salah satu jenis smash sepak takraw yang lebih sederhana jika dibandingkan dengan smes gulung (salto). Namun demikian, tidak semua mahasiswa pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS Surakarta mampu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
melakukan smes kedeng dengan baik dan benar. Hal ini dikarenakan lompatan pemain kurang tinggi. Agar pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS memiliki kemampuan smes kedeng yang baik, maka harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu. Untuk meningkatkan kemampuan smes kedeng, maka harus diterapkan bentuk latihan yang tepat. Salah satu bentuk latihan yang dapat meningkatkan unsur fisik dan unsur teknik tersebut adalah latihan pliometrik. Pliometrik adalah salah satu jalan dan merupakan bentuk latihan untuk mencapai tenaga ledak untuk semua kegiatan olahraga. Pliometrik berhubungan dengan latihan yang bersifat kontraksi-kontraksi otot yang kuat dan cepat sebagai respon pada kecepatan perubahan dinamik dan peregangan pada otot-otot terlibat. Latihan pliometrik yang dimaksud adalah knee tuck jump dan single leg stride jump, dimana kedua bentuk latihan ini dapat meningkatkan power dan fleksibilitas seorang pemain bila dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dilaksanakan dengan giat secara progresif. Latihan knee tuck jump dan single leg stride jump merupakan bentuk latihan yang akan diberikan pada pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS untuk meningkatkan kemampuan smes kedeng sepak takraw. Dari kedua latihan tersebut sama-sama menggunakan kekuatan lompatan, kelentukan. Dari kedua latihan tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui latihan mana yang lebih efektif terhadap peningkatan kemampuan smes kedeng pada pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS. Salah satu sisi menarik dari pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS Surakarta tahun 2012 yaitu, pembinaan dilaksanakan secara rutin, namun tidak semuanya memiliki kemampuan smash kedeng yang baik. Hanya sebagian kecil saja pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS Surakarta tahun 2012 yang memiliki kemampuan smes kedeng. Kondisi ini perlu ditelusuri faktor penyebabnya baik dari pembina, mahasiswa sendiri, pelaksanaan latihan, metode latihan dan lain sebagainya. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam latihan olahraga prestasi yaitu metode latihan. Josef Noseck (1982: 15) menyatakan, “Metode latihan merupakan prosedur dan cara-cara pemilihan jenis-jenis latihan dan penataannya menurut kadar kesulitan, kompleksitas dan beratnya beban”. Karena smes kedeng merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
keterampilan yang sulit, maka dalam pelaksanaan latihan harus diterapkan metode latihan yang tepat. Beranjak dari penjelasan dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka perlu adanya pembuktian secara ilmiah dengan melalui penelitian. Untuk itu peneliti mengangkat judul “Perbedaan Pengaruh Latihan Knee Tuck Jump Dan Single Leg Stride Jump Terhadap Kemampuan Smash Kedeng Pemain Takraw Pembinaan Prestasi Sepak Takraw JPOK FKIP UNS Surakarta Tahun 2012 ”.
B. Identifikasi Masalah Beradasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, masalah dalam penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Masih rendahnya kemampuan smash kedeng pemain sepak takraw pada pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret tahun 2012. 2. Smash kedeng merupakan gerakan yang sulit dilakukan. 3. Faktor penyebab rendahnya kemampuan smash kedeng perlu diketahui. 4. Belum diketahuinya pengaruh latihan knee tuck jump dan single leg stride jump terhadap kemampuan smash kedeng sepak takraw.
C. Pembatasan Masalah Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar tidak menyimpang. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Pengaruh latihan knee tuck jump dan single leg stride jump terhadap kemampuan smash kedeng pada permainan 2. Kemampuan smash kedeng pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepa ktakraw JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2012.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan pengaruh latihan knee tuck jump dan single leg stride jump terhadap kemampuan smash kedeng pemain sepak takraw pada pembinaan prestasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
sepak takraw JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2012? 2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan knee tuck jump dan single leg stride jump terhadap kemampuan smash kedeng pemain sepak takraw pada pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2012?
E. TujuanPenelitian Dalam penelitian selalu ada tujuan yang diharapkan. Menurut Sutrisno Hadi (1987:271) bahwa : “Penelitian pada umumnya untuk menentukan kebenaran dan mengkaji kebenaran suatu ilmu pengetahuan”. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Perbedaan pengaruh latihan knee tuck jump dan single leg stride jump terhadap kemampuan smash kedeng pada pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2012. 2. Latihan yang lebih baik pengaruhnya antara latihan knee tuck jump dan single leg stride jump terhadap kemampuan smash kedeng pada pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2012.
F. Manfaat Hasil Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai beriikut: 1. Bagi Penulis, penelitian ini dapat membawa wawasan, pengalaman dan pengetahuan baru. 2. Bagi Atlet, dapat membantu meningkatkan kemampuan smash kedeng atlet. 3. Bagi Pembina, dapat dijadikan masukan dan pedoman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Sepak Takraw a. Pengertian Permainan Sepak Takraw Sepak takraw merupakan olahraga tradisional yang kini telah berkembang dan menjadi olahraga prestasi seperti olahraga permainan lainnya. Sepaktakraw merupakan olahraga beregu yang dimainkan oleh dua regu. Sudrajat Prawirasaputra (2000: 5) menyatakan, “Permainan sepak takraw dilakukan oleh dua regu yang berhadapan di lapangan yang dipisahkan oleh jaring (net) yang terbentang membelah lapangan menjadi dua bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3 orang pemain yang bertugas sebagai tekong yang berdiri di belakang, dua orang lainnya berada di sebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan apit kanan. Hal senada dikemukakan Ucup Yusuf, Sudradjat Prawirasaputra & Lingling Usli (2001: 10) bahwa: Permainan sepaktakraw dilakukan di lapangan berukuran 13,4 m X 6,10 m yang dibagi oleh dua garis dan net (jaring) setinggi 1,55 dengan lebar 72 cm dan lubang jaring sekitar 4-5 cm. Bola yang dimainkan terbuat dari rotan atau fiber glass yang diayam dengan lingkaran 42-44 cm. Permainan sepaktakraw dilakukan oleh dua regu yang berhadapan di lapangan yang dipisahkan oleh jaring (net) yang terbentang membelah lapangan menjadi dua bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3 orang pemain yang bertugas sebagai tekong yang berdiri paling belakang, dua orang lainnya menjadi pemain depan yang berada di sebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan apit kanan. Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, sepak takraw merupakan olahraga permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan yang dipisahkan oleh jaring (net) yang membentang membagi lapangan menjadi dua. Setiap regu terdiri tiga orang pemain yang terdiri dari tekong, apit kanan dan apit kiri. Permainan sepak takraw dimainkan tanpa menggunakan tangan untuk memukul bola, bahkan tidak boleh menyentuh lengan. Bola hanya boleh menyentuh atau dimainkan dengan kaki, dada, bahu dan kepala. Permainan sepak takraw diawali commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
dengan sepak mula sebagai servis yang dilakukan oleh tekong. Sepak mula dilakukan oleh tekong atas lambungan bola oleh pelambung yang diarahkan ke tekong. Tekong harus berada di dalam lingkaran yang telah disediakan. Begitu juga untuk tekong, pada waktu melakukan sepak mula salah satu kakinya harus tetap berada di dalam lingkaran tempat tekong melakukan sepak mula. Tekong harus mengarahkan bola ke daerah lawan melalui atas net (jaring). Di lain pihak lawan harus menerima bola dan mengembalikannya ke daerah lawan. Pihak lawan diberi kesempatan menyentuh bola sebanyak tiga kali. Untuk dapat bermain sepak takraw dengan baik, maka setiap pemain sepak takraw harus menguasai teknik dasar sepaktakraw. b. Teknik Dasar Sepak Takraw Peningkatan
prestasi
olahraga
menuntut
adanya
perbaikan
dan
pengembangan unsur teknik untuk mencapai tujuannya. Teknik dikatakan baik apabila ditinjau dari segi anatomis, fisiologis, mekanika, biomeknika dan mental terpenuhi persyaratannya secara baik, dapat diterapkan dalam praktek dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian prestasi maksimal. Demikian halnya dalam permainan sepaktakraw, menguasai teknik dasar merupakan faktor utama agar memiliki keterampilan bermain sepaktakraw. Sulaiman (2008: 15) menyatakan, Untuk dapat bermain sepak takraw dengan baik, maka seorang pemain yang merupakan individu-individu dalam regu (tim) harus menguasai teknik-teknik dasar bermain dengan baik. Kalau masing-masing pemain menguasai teknik dasar dengan baik, hal ini merupakan modal utama untuk dapat memadukan mereka dalam satu regu yang solid, sehingga permainan dapat optimal dan regu tersebut pasti akan dapat memenangkan pertandingan dengan mudah. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, menguasai teknik dasar sepaktakraw sangat penting. Setiap pemain sepaktakraw harus menguasai teknik dasar sepak takraw, karena dapat meningkatkan kualitas individu dan tim, sehingga dapat memenangkan pertandingan. Adapun teknik dasar sepak takraw menurut Ucup Yusuf dkk., (2001: 30-42) bahwa, “Teknik dasar sepaktakraw terdiri dari sepak sila, sepak kuda, sepak badak, sepak cungkil, heading, memaha, mendada, menapak, sepak mula, smes, dan blocking”. Andries Riyanto 10 April 2011 dijelaskan teknik sepak takraw sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
1) Sepak Sila Sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam gunanya untuk menerima dan menimang bola, mengumpan dan menyelamatkan serangan lawan. 2) Sepak Kuda (Sepak Kura) Sepak kuda atau sepak kura adalah sepakan dengan menggunakan kura kaki atau dengan punggung kaki. Digunakan untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan, memainkan bola dengan usaha menyelamatkan bola dan mengambil bola yang rendah. 3) Sepak Cungkil Sepak cungkil adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki (jari kaki). Digunakan untuk mengambil bola yang jauh, rendah dan bola-bola yang liar pantulan dari bloking. 4) Menapak Menapak adalah menyepak bola dengan menggunakan telapak kaki. Digunakan untuk : smes ke pihak lawan, menahan atau membloking smes dari pihak lawan dan menyelamatkan bola dekat net (jaring). 5) Sepak Simpuh atau Sepak Badek Sepak badek adalah menyepak bola dengan kaki bagian luar atau samping luar. Digunakan untuk menyelamatkan bola dari pihak lawan dan mengontrol bola dalam usaha penyelamatan. 6) Main Kepala (heading) Main Kepala (heading) adalah memainkan bola dengan kepala. Digunakan untuk menerima bola pertama dari pihak lawan, meyelamatkan bola dari serangan lawan. 7) Mendada Mendada adalah memainkan bola dengan dada, digunakan untuk mengontrol bola untuk dapat dimainkan selanjutnya. 8) Memaha Memaha adalah memainkan bola dengan paha dalam usaha mengontrol bola, digunakan untuk menahan, menerima dan menyelamatkan bola dari serangan lawan. 9) Membahu Membahu adalah memainkan bola dengan bahu dalam usaha mempertahankan dari serangan pihak lawan yang mendadak, dimana pihak pertahanan dalam keadaan terdesak dan dalam posisi yang kurang baik. 10) Smash Smash adalah sepakan keras dengan menggunakan kaki bagian dalam, menjulurkan kaki ke atas mengejar bola. Digunakan untuk menyerang lawan. Pendapat tersebut menunjukkan, teknik dasar sepak takraw terdiri beberapa macam di antaranya: sepak sila, sepak kuda, sepak badak, sepak cungkil, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
heading, memaha, mendada, menapak, sepak mula, smash, dan blocking. Untuk menunjang keterampilan bermain sepaktakraw, maka macam-macam teknik dasar sepaktakraw harus dikuasai dengan baik dan benar. Berkaitan dengan macam-macam teknik dasar sepaktakraw tersebut, penelitian ini mengkaji dan meneliti sepak sila.
2. Smash Kedeng a. Pengertian Smash Kedeng Smash dalam permainan sepak takraw pada prinsipnya bertujuan melakukan serangan terhadap lawan. Smes dilakukan dengan keras dan tajam agar lawan tidak dapat menerima atau mengembalikan. Ratinus Darwis & Penghulu Basa (1992: 85) menyatakan, “Smes atau rejam (istilah Malaysia) adalah gerak kerja yang terpenting dan merupakan gerak terakhir dari gerak kerja serangan”. Pendapat lain dikemukakan Sulaiman (2008: 31) bahwa, “Serangan atau smash adalah pukulan bola yang keras dan tajam ke arah bidang lapangan lawan. Smash dalam permainan sepak takraw dapat dilakukan degan kaki ataupun dengan kepala. Smes dengan kaki dapat dilakukan oleh bagian punggung kaki (kura-kura penuh), kaki bagian luar, kaki bagian dalam dan telapak kaki”. Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, smash dalam permainan sepaktakraw bertujuan untuk melakukan serangan terhadap lawan yang dilakukan dengan keras dan tajam. Smes sepak takraw dapat dilakukan dengan menggunakan kaki dan kepala. Salah satu jenis smash sepak takraw dengan menggunakan kaki yaitu, smash kedeng. Sulaiman (2008: 33) menyatakan, “Smash kedeng adalah pukulan smash yang dilakukan dengan menjulurkan kaki ke atas mengejar bola, tidak dilakukan dengan putaran badan (salto) di udara”. Menurut Sudrajat Prawirasaputra (2000: 35) bahwa, “Smash kedeng adalah sebagai alat serangan untuk bola di daerah lawan”. Berdasarkan dua pendapat tersebut menujukkan bahwa, smash kedeng merupakan cara melakukan serangan dengan cara menyepak bola dengan menjulurkan kaki ke atas mengejar bola. Smash kedeng dilakukan sebagai serangan untuk bola di daerah lawan. Untuk dapat melakukan smeash kedeng dengan baik, maka harus menguasai teknik smash dengan baik dan benar. Penguasaan teknik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
smash yang baik akan menjadikan smash yang dilakukan lebih keras dan tajam, sehingga akan menyulitkan lawan untuk menerimanya.
b. Teknik Smash Kedeng Keberhasilan smash kedeng sepak takraw tidak terlepas dari penguasaan teknik smes yang baik dan benar. Menurut Sulaiman (2008: 33-34) bahwa teknik smash kedeng sepak takraw sebagai berikut: 1) Sikap awal, berdiri membelakangi net. Awalan harus dilakukan dengan cepat dengan cara melangkah atau lari kecil menuju arah datangnya bola. 2) Menolak ke atas dengan bertumpu pada salah satu kaki terlebih dahulu, kemudian segera diikuti dengan merendahkan badan dengan jalan menekuk lutut agak ke bawah. Tolakan kaki tumpu ke atas secara eksplosif dengan bantuan kedua lengan. 3) Luruskan tungkai serta putar badan (pinggul, punggung, bahu) ke arah dalam, kemudian lakukan smes dengan penggung kaki atau punggung kaki bagian luar dengan putaran pinggul dan punggung. 4) Gerakan ikutan dimulai dari tungkai, punggung, bahu dan lengan secara bersamaan berputar ke arah luar, kemudian tungkai ditarik ke bawah dan mendarat degan kedua kaki dalam keadaan mengeper. 5) Pemain yang tidak memiliki kelentukan (flexibility) yang baik pada tungkai, sehingga jangakuan kakinya tidak dapat melampaui tinggi kepala, maka disarankan untuk menempatkan bola di atas bahau kanan kalau dia memukul dengan kaki kanan, atau sebaliknya di atas bahu kiri kalau dia memukul dengan kaki kiri. Kalau dipaksakan bola di atas kepala, maka bola akan mengenai kepalanya sendiri. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi gambar smash kedeng sepak takraw sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Gambar 1. Smash Kedeng Sepaktakraw (Sulaiman, 2008: 34) Teknik-teknik smash kedeng seperti tersebut di atas harus dikuasai agar smash yang dilakukan berhasil dengan baik. Jika teknik-teknik smash kedeng tidak dikuasai maka akan terjadi kesalahan, sehingga akan menguntungkan pihak lawan. Lebih lanjut Sulaiman (2008: 34) menjelaskan kesalahan umum dalam melakukan smash kedeng sebagai berikut: 1) Timing (ketepatan) antara datangnya bola dengan lompatan. Terkadang pemain melompat mendahuli bola, sehingga saat pukulan bola belum sampai dalam jangkauan atau bola sudah turun terlebih dahulu, akibatnya pemain luput dalam men-smes bola atau bola menyangkut net. 2) Penempatan bola tidak di atas bahu kiri atau kanan, sementara pemain tidak memiliki flexibilitas yang baik pada tungkai, akibatnya bola mengenai kepala sendiri. 3) Pemain terlambat mendaratkan kaki kiri terlebih dahulu kalau dia men-smes dengan kaki kanan, sehingga dia jatuh tertunduk. Kesalahan-kesalahan umum seperti tersebut di atas harus dihindari, agar smash yang dilakukan berhasil dengan baik. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan tersebut, maka harus menguasai teknik smash kedeng seperti tersebut di atas. 3. Latihan a. Hakikat Latihan Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan. Berkaitan dengan latihan Sudjarwo (1993: 14) menyatakan, “Latihan adalah suatu proses yang sistematis secara berulang-ulang, secara ajeg dengan selalu memberikan peningkatan beban latihan”. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.4) bahwa, “Latihan (training) merupakan proses kerja yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang makin meningkat”. Menurut Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:145) bahwa, “Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”. Hakikat latihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut pada prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat. Latihan yang sistematis yaitu program latihan direncanakan secara matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan, dan evaluasi sesuai dengan alat yang benar. Penyajian materi harus dilakukan dari materi yang paling mudah ke arah materi yang paling sukar, dari materi yang sederhana mengarah kepada materi yang paling kompleks. Latihan harus dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya latihan harus dilakukan menimal tiga kali dalam seminggu. Dengan pengulangan ini diharapkan gerakan yang pada saat awal latihan dirasakan sukar dilakukan, pada tahap-tahap berikutnya akan menjadi lebih mudah dilakukan. Beban latihan harus meningkat maksudnya, penambahan jumlah beban latihan harus dilakukan secara periodik, sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, dan tidak harus dilakukan pada setiap kali latihan, namun tambahan beban harus segara dilakukan ketika atlet merasakan latihan yang dilaksanakan terasa ringan. b. Tujuan Latihan Latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan kontinyu, dilakukan dalam waktu yang lama dan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin meningkat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Russel R. Pate., BruceMc. Clenaghan & Robert Rotella (1993: 317) bahwa, “Tujuan akhir latihan yaitu untuk meningkatkan penampilan olahraga”. Menurut Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 126) bahwa, “Tujuan utama latihan adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin”. Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang utama dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan keterampilan dan mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlet yang berlatih. Menurut Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 12-127) bahwa, “Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam latihan yaitu, “(1) Latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik dan, (4) latihan mental”. Dari keempat aspek tersebut saling berkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Untuk mencapai prestasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
yang tinggi, maka keempat aspek tersebut harus dilatih dan ditingkatkan secara maksimal. c. Prinsip-Prinsip Latihan Dalam setiap kali latihan, baik atlet maupun pelatih harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan. Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan prinsipprinsip latihan diharapkan latihan yang dilakukan dapat meningkat dengan cepat, dan tidak berakibat buruk baik pada fisik maupun teknik atlet. Berkaitan dengan prinsip latihan Nosseck (1982: 14) menyatakan, “Prinsip latihan adalah garis pedoman yang hendaknya dipergunakan dalam latihan yang terorganisir dengan baik” Prinsip latihan pada dasarnya merupakan suatu pedoman dalam memberikan beban latihan, sehingga beban latihan dapat diberikan dengan tepat, sehingga akan terjadi peningkatan. Latihan yang didasarkan prinsip latihan yang tepat, maka tujuan prinsip latihan akan tercapai. menurut Sudjarwo (1993: 21-23) “Prinsip-prinsip latihan yang harus diperhatikan dalam latihan di antaranya (1) Prinsip individu, (2) Prinsip penambahan beban, (3) Prinsip interval, (4) Prinsip penekanan beban (stress), (5) Prinsip makanan baik dan, (6) Prinsip latihan sepanjang tahun”. Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar. Penerapan prinsip-prinsip latihan yang benar akan lebih memperbesar kemungkinan dalam pencapaian tujuan latihan lebih maksimal. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip latihan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Prinsip Individu Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan latihan didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara atlet yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan, "Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Menurut Andi Suhendro (1999: 3.15) bahwa, “Prinsip individual merupakan salah satu syarat dalam melakukan olahraga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan kepada setiap atlet, sekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai”. Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang diterapkan direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet. Sudjarwo (1993: 21) menyatakan, “Pemberian beban latihan harus selalu mengingat kemampuan dan kondisi masing-masing atlet. Faktor-faktor individu yang harus mendapat perhatian misalnya tingkat ketangkasan atlet, umur atau lamanya berlatih, kesehatan dan kesegaran jasmani serta psychologis”. 2) Prinsip Penambahan Beban (Over Load Principle) Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang pelatih dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat, yaitu di atas dari beban latihan yang biasa diterimanya. Andi Suhendro (1999: 3.7) menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam latihan mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95) berpendapat: Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat. Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban lebih bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh. Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban latihan yang terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tetapi justru sebaliknya yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet menjadi sakit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
3) Prinsip Interval Interval atau istirahat merupakan bagian penting dalam latihan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kondisi atlet. Berkaitan dengan prinsip interval Sudjarwo (1993: 22) menyatakan, “Latihan secara interval adalah merupakan serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu(interval). Faktor istirahat (interval haruslah diperhatikan setelah jasmani melakukan kerja berat akibat latihan.” Istirahat atau interval merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam latihan. Kelelahan akibat dari latihan harus diberi istirahat. Dengan istirahat akan memulihkan kondisi atlet, sehingga untuk melakukan latihan berikutnya kondisinya akan lebih baik. 4) Prinsip Penekanan Beban (Stress) Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilaksanakan dengan tekanan yang berat atau bahkan dapat dikatakan membuat atalet stress. Penekanan beban latihan harus sampai menimbulkan kelelahan secara sungguh-sungguh, baik kelelahan lokal maupun kelelahan total jasmani dan rokhani atlet. Dengan waktu tertentu serta beban latihan dengan intensitas maksimal akan berakibat timbulnya kelelahan lokal yaitu otot-otot tertentu atau pun fungsi organisme. Kelelahan total disebabkan adanay beban latihan dengan volume yang besar, serta intensitasnya maksimal dengan waktu yang cukup lama. Prinsip penekanan beban (stress) diberikan guna meningkatkan kemampuan organisme, penggemblengan mental yang sangat diperlukan untuk menghadapi pertandingan-pertandingan. 5) Prinsip Makanan Baik Makanan yang sehat dan baik sangat penting bagi seorang atlet. Makanan yang dikonsumsi atlet harus sesuai dengan tenaga yang diperlukan dalam latihan. Untuk menentukan jenis makanan yang harus dikonsumsi seorang atlet harus bekerjasama dengan ahli gizi. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Untuk seorang atlet diperlukan 25-35% lemak, 15% putih telur, 50-60% hidrat arang dan vitamin serta meniral lainnya”. Pentingnya peranan makanan yang baik untuk seorang atlet, maka harus diperhatikan agar kondisi atlet tetap terjaga, sehingga akan mendukung pencapaian prestasi yang maksimal. 6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Pencapaian prestasi yang tinggi dibutuhkan latihan yang teratur dan terprogram. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Kembali kepada sistematis dari latihan yang diberikan secara teratur dan ajeg serta dilaksanakan sepanjang tahun tanpa berseling. Hal ini bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali, ingat akan prinsip interval”. Sistematis suatu latihan sepanjang tahun akan diketahui melalui periodeperiode latihan. Oleh karena itu, latihan sepanjang tahun harus dijabarkan dalam periode-periode latihan. Melalui penjabaran dalam periode-periode latihan, maka tujuan kan lebih fokus, sehingga prestasi yang tinggi dapat dicapai. d. Komponen-Komponen Latihan Setiap pelatihan olahraga akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan keterampilan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serta frekuensi penampilan (densitas). Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan
latihan dalam mencapai tujuan
penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak menentukan keterampilan yang tinggi termasuk tenis lapangan, maka kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) komponen-komponen penting yang harus diperhatikan dalam suatu latihan meliputi: “(1) volume latihan, (2) intensitas latihan, (3) density atau kekerapan latihan dan, (4) kompleksitas latihan”. Komponen-komponen latihan tersebut sangat penting dalam latihan olahraga prestasi. Komponen-komponen latihan tersebut berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan dengan baik dan benar agar tujuan latihan dapat tercapai. Untuk lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
1) Volume Latihan Sebagai komponen utama, volume adalah prasyarat yang sangat penting untuk mendapatkan teknik yang tinggi dan pencapaian fisik yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17) bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set dan panjang jarak yang ditempuh”. Sedangkan repetisi menurut Suharno HP. (1993: 32) adalah “Ulangan gerak berapa kali atlet harus melakukan gerak setiap giliran". Pengertian seri atau set, menurut M. Sajoto (1995: 34) adalah, “Suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi”. Peningkatan volume latihan merupakan puncak latihan dari semua cabang olahraga yang memiliki komponen aerobik dan juga pada cabang olahraga yang menuntut kesempurnaan teknik atau keterampilan taktik. Hanya jumlah pengulangan latihan yang tinggi yang dapat menjamin akumulasi jumlah keterampilan yang diperlukan untuk perbaikan penampilan secara kuantitatif. Perbaikan penampilan seorang atlet merupakan hasil dari adanya peningkatan jumlah satuan latihan serta jumlah kerja yang diselesaikan setiap satuan latihan. 2) Intensitas Latihan Intensitas latihan merupakan komponen kualitas latihan yang mengacu pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Semakin banyak kerja yang dilakukan, semakin tinggi intensitasnya.
Suharno HP. (1993: 31)
menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan”. Intensitas latihan tercermin dari kuatnya stimuli (rangsangan) syaraf dalam latihan. Kuatnya rangsangan tergantung dari beban, kecepatan gerakan dan variasi interval atau istirahat antar ulangan. Antara intensitas latihan dan volume latihan sulit untuk dipisahkan, karena latihan selalu mengkaitkan antara kuantitas dan kualitas latihan. Untuk mencapai hasil latihan yang baik, maka intensitas latihan yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang ditimbulkan sangat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera. 3) Densitas Latihan Densitas merupakan frekuensi (kekerapan) dalam melakukan serangkaian stimuli (rangsangan) harus dilakukan dalam setiap unit waktu dalam latihan. Dalam hal ini Andi Suhendro (1999: 3.24) menyatakan, “Density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”. Densitas menunjukkan hubungan yang dicerminkan dalam waktu antara aktifitas dan pemulihan (recovery) dalam latihan. Ketepatan densitas dinilai berdasarkan perimbangan antara aktivitas dan pemulihan. Perimbangan ini berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan seseorang. Lama waktu isntirahat atau interval antar aktivitas tergantung pada berbagai faktor antar alain: intensitas latihan, status kemampuan peserta, fase latihan, serta kemampuan spesifik yang ditingkatkan. 4) Kompleksitas Latihan Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan dalam latihan. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi, dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan. Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot, khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Bompa (1990: 28) bahwa, “Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual serta efisiensi mekanismenya”. Komponen-komponen latihan yang telah disebutkan di atas harus dipahami dan diperhatikan dalam pelaksanaan latihan. Untuk memperoleh hasil latihan yang optimal, komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan dengan baik dan benar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
4. Latihan Pliometrik Plyometrics berasal dari bahasa latin “plyo” dan“”metrics” yang berarti “measurable increases” atau peningkatan yang terukur (Chu, 1992:1). Pengertian pliometrik menurut Chu D. A. (1992:1) bahwa :pliometrik adalah latihan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, yang merupakan perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan”. Pliometrik adalah salah satu cara terbaik untuk mengembangkan power eksplosif untuk berbagai cabang olahraga. Latihan-latihan pliometrik diperkirakan menstimulasi berbagai perubahan dalam system neuromuskuler, memperbesar kemampuan kelompok-kelompok otot untuk memberikan respons lebih cepat dan lebih kuat terhadap perubahan-perubahan yang ringan dan cepat pada panjangnya otot. Salah satu cirri penting latihan pliometrik dampaknya adalah pengkondisian system neuromuskuler sehingga memungkinkan adanya perubahan-perubahan arah yang lebih cepat dan lebih kuat, misalnya dari gerakan turun naik pada lompat dan gerakan kaki arah anterior dan kemudian arah posterior pada waktu lari. Secara umum latihan pliometrik memiliki aplikasi yang sangat luas dalam kegiatan olahraga, dan secara khusus latihan pliometrik sangat bermanfaat untuk meningkatkan power, baik siklik maupun asiklik. Gerakan pliometrik menurut M. Furqon dan Muchsin Doewes (2001:12) dirancang untuk menggerakkan otot pinggul dan tungkai, dan gerakan otot khusus yang dipengaruhi oleh Bounding, Hopping, Jumping, Leapping, skipping, Ricochet. a. Prinsip Latihan Pliometrik Latihan pliometrik merupakan bagian dari latihan olahraga, khususnya latihan fisik secara umum. Prinsip-prinsip latihan olahraga secara umum, juga berlaku untuk latihan pliometrik. Selain mengikuti latihan olahraga secara umum, latihan pliometrik juga mengikuti prinsip khusus. Dalam pliometrik ada pedoman-pedoman khusus untuk melakukan latihan yang tepat dan efektif yang harus diikuti sehingga latihan akan sesuaidengan yang diinginkan, menurut JC. Radclife dan Robert C. Farentinos yang diterjemahkan oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
M. Furqon H dan Muchsin Doewes menyebutkan pedoman pelaksanaan latihan pliometrik antara lain : Pedoman 1 : Pemanasan dan Pendinginan (warm Up dan Warm Down). Pliometrik membutuhkan kelenturan dan kelincahan, maka semua latihan harus diikuti dengan periode pemanasan dan pendinginan yang tepat dan memadai. Jogging, lari, peregangan dan kalistenik sederhana merupakan aktifitas yang sangat dianjurkan sebelum dan sesudah latihan untuk memperoleh efek latihan yang optimal. Pedoman 2 : Intensitas Tinggi Intensitas merupakan faktor penting dalam latihan pliometrik. Kecepatan pelaksanaan dengan kerja maksimal sangat penting untuk memperoleh efek latihan yang optimal. Kecepatan peregangan otot lebih penting dari pada besarnya peregangan. Respons reflex yang dicapai makin besar jika otot diberi beban yang cepat. Karena latihan-latihan harus delakukan dengan sungguh-sungguh (intensif), maka penting untuk diberikan kesempatan beristirahat yang cukup di antara serangkaian latihan yang terus menerus. Pedoman 3 : Beban Lebih yang Progresif. Program latihan pliometrik harus diberikan beban lebih yang resistif, temporal dan spatial. Beban lebih memaksa otot-otot bekerja pada intensitas yang tinggi. Beban lebih yang tepat ditentukan dengan mengontrol ketinggian turun atau jatuhnya atlet, beban yang digunakan dan jarak tempuh. Beban leboh yang tidak tepat dapat mengganggu keefektifan latihan atau bahkan menyebabkan cedera. Jadi, dengan menggunakan beban yang melampaui tuntutan lebih yang resistif dari gerakan-gerakan pliometrik tertentu dapat meningkatkan kekuatan tetapi tidak meningkatkan power eksplosive. Beban yang dapat digunakan seperti bola medicine, dumbbell, atau sekedar berat tubuh. Pedoman 4 : Memaksimalkan Gaya dan Meminimalkan Waktu. Gaya maupun kecepatan gerak sangat penting dalam pliometrik dalam berbagai hal, titik beratnya adalah kecepatan dimana suatu aksi tertentu dapat dilakukan. Misalnya dalam nomor tolak peluru, sasaran utama adalah menggunakan gaya maksimum selama gerak menolak. Makin cepat rangkaian aksi yang dilakukan, maka makin besar gaya yang dihasilkan dan makin jauh jarak yang dicapai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Pedoman 5 : Lakukan sejumlah Ulangan Banyaknya ulangan atau repetisi berkisar antara 8 sampai 10 kali dengan semakin sedikit ulangan untuk rangkaian yang lebih berat dan lebih banyak ulangan untuk latihan-latihan yang lebih ringan. Banyaknya ulangan tidak hanya ditentukan oleh intensitas latihan, tetapi juga oleh kondisi atlet, pelaksanaan tiap ulangan dan nilai hasil. Mengingat latihan tersebut untuk meningkatkan reaksi syaraf, otot, keekplosifan, kecepatan dan kemampuan untuk membangkitkan gaya (tenaga) kea rah tertentu. Pedoman 6 : Istirahat yang Cukup Periode istirahat 1 – 2 menit disela-sela set biasanya sudah memadai untuk sistem neuromuskuler yang mendapat tekanan karena latihan pliometrik untuk pulih kembali. Periode istirahat yang cukup juga penting untuk pulih kembali. Periode yang cukup juga penting untuk pemulihan yang semestinya untuk otot, ligamen dan tendon. Latihan pliometrik 2 – 3 hari perminggu tampaknya dapat memberikan hasil yang optimal. Pedoman 7 : Bangun Landasan yang Kuat Terlebih Dahulu. Karena landasan kekuatan penting dan bermanfaat dalam pliometrik, maka suatu program latihan beban harus dirancang untuk mendukung dan bukannya menghambat pengembangan power eksplosive. Pedoman 8 : Program Latihan Individualisasi. Untuk menghasilkan hasil yang terbaik, program latihan pliometrik dapat diindividualisasikan, sehingga kita harus tahu apa yang dapat dilakukan oleh tiap-tiap atlet dan seberapa banyak latihan yang dapat membawa manfaat. Banyak pemuka dibidang olahraga manyarankan adanya tes-tes yang sederhana guna dijadikan landasan untuk mengindividualisasikan latihan tersebut, sekalipun misalnya tes tersebut tidak berdasarkan temuan penelitian yang memadai. b. Bentuk-Bentuk Latihan Pliometrik Dalam latihan kekuatan otot tungkai menggunakan pliometrik, ada beberapa hal bentuk latihan yang dapat digunakan, ini disesuaikan dengan volume kemampuan tiap atlet berdasarkan kontak kaki Chu (1992: 184). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Tabel banyaknya kontak kaki tiap season. LEVEL 22
Pem
Menen
Profesi
Inten
ula
gah
onal
sity
Akhir
60 –
100 –
120
musim
100
150
200
Masa
100
150 –
150
istirah
–
300
450
at
250
Awal
–
Ren – sed
–
Sed Ting gi
Tergantung Olahraga
kompo
Seda ng
tisi Musi
Fase Pemulihan
Seda
m
ng -
Komp
Ting
etisi
gi
Sumber : coaching dan aspek – aspek psikologis coaching. Modifikasi dari chu (1992). Berdasarkan tabel kaki tiap season diatas progam latihan pliometrik yang saya gunakan dalam penelitian adalah menggunakan pada level pemula. Hal ini dikarenakan atlet yang diteliti merupakan atlet pemula. Kebanyakan dari atlet yang saya teliti kemampuan teknik dasarnya masih rendah. Bentuk latihan pliometrik untuk tersebut diatas ada beberapa macam, ini tergantung dari gerakan yang dilakukan. Diantaranya yaitu, latihan pliometrik knee-tuck jump dan latihan pliometrik single leg stride jump. 5. Latihan Knee-Tuck Jump Latihan knee-tuck jump ini merupakan bentuk latihan meloncat ke atas ke depan dengan kedua kaki diangkat tinggi di depan dada. Latihan ini dapat dilakukan di lapangan berumput, matras atau keset. Latihan ini dilakukan dalam satu bentuk rangkaian loncatan eksplosif yang cepat. Tujuan dari latihan ini adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan power otot-otot tungkai. Pelaksanaan dari latihan ini adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
a) Posisi Awal Ambil posisi tegak lurus dan kaki selebar bahu. Tempatkan kedua telapak tangan menghadap ke bawah setinggi dada. b) Pelaksanaan Mulai dengan quarter-squat, kemudian loncatlah ke atas dengan cepat. Gerakan lutut ke atas ke arah dada dan usahakan menyentuh telapak tangan. Setelah mendarat, segeralah mengulangi gerakan ini. Gerakan ini dilakukan mulai dari 2 set dengan jumlah ulangan 10 kali dan waktu istirahat antar set 1 menit.
Gambar 2. Latihan pliometrik knee-tuch jump (M. Furqon H., Muchsin Doewes, 2002:41) c) Kelebihan dan kekurangan latihan knee-tuck jump Pelaksanaan latihan knee-tuck jump ini merupakan bentuk latihan meloncat ke atas depan dengan kedua kaki diangkat tinggi didepan dada, secara bersama-sama dan berulang-ulang. Latihan dilakukan dengan kedua kaki juga sehingga beban tubuh diangkat oleh kedua kaki pula. Kecenderungan kurang adanya pengembangan unsur teknik dan power otot tungkai yang rendah mengakibatkan kurang terkontrolnya peningkatan hasil kemampuan melompat pemain pada saat melakukan smash kedeng. Bentuk latihan knee tuck jump lebih cenderung mengembangkan bentuk kaki pada saat akan melompat ke atas, tanpa memperhatikan kekuatan dorongan. Sehingga latihan knee tuck jump hanya memberi sedikit pengaruh terhadap lompatan pada saat melakukan smash kedeng yang mengakibatkan kurang maksimalnya tingkat lompatan dan ketepatan smash kedeng.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
6. Latihan Single Leg Stride Jump Latihan single leg stride jump merupakan bentuk latihan meloncat ke atas ke depan dengan tumpuan salah satu kaki di atas kotak yang berukuran tinggi kirakira 12-22 inci, bangku, atau di tangga stadion. Penggunaan kotak ini memberikan beban
lebih
(overload)
untuk
kelompok
otot
punggung
bagian
bawah,
quadriceps,gluteals, hamstring, dan flexors pinggul. Latihan ini memiliki aplikasi yang luas untuk berbagai cabang olahraga yang melibatkan bersepeda, sepak bola, bola basket, takraw, dan nomor-nomor lompat dalam atletik. Pelaksanaan dari latihan ini adalah sebagai berikut : a)
Posisi Awal Ambilah posisi di samping kotak dan satu kaki pada ujung bangku.
Tempatkan kaki bagian dalam di atas bangku, dengan lengan berada di samping badan. b) Pelaksanaan Mulailah dengan menggerakkan lengan keatas. Gunakan tungkai yang di atas bangku untuk menggerakkan, kemudian loncatlah keatas setinggi mungkin. Gerakkan agak condong kearah bangku, ulangi gerakkan ini dengan segera untuk tungkai yang lain (kaki yang di tanah). Gunakan tungkai yang di atas bangku untuk menggerakkan dan menyangga, pada tungkai yang lain (yang baru saja menyentuh tanah) sebelum meloncat tinggi lagi. Jika telah mencapai bangku yang terakhir, maka kembali lagi dengan posisi tungkai yang berlawanan, ulangi rangkaian gerakan ini dengan arah yang lain. capailah loncat setinggi mungkin dan dengan ekstensi tubuh untuk tiap loncatan. Gerakan ini dimulai dari 2 set dengan jumlah ulangan 6 kali dan waktu istirahat antar set 2 menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Gambar 3. Latihan single leg stride jump (M. Furqon H., Muchsin Doewes, 2002:30) c) Kelebihan dan kekurangan latihan single leg stride jump Pelaksanaan latihan single leg stride jump ini adalah bentuk latihan meloncat ke depan dan ke atas, mendarat di kotak dengan tinggi kira-kira 12-22 inci, menggunakan otot-otot punggung bagian bawah dan gerakan lengan yang mendorong ke depan. Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan pliometrik single leg stride jump kelebihan cenderung mengembangkan unsur teknik yang lebih baik untuk menguatkan power otot tungkai yang akan digunakan untuk melompat ke atas saat melakukan smah kedeng. Sehingga apabila lompatan ke atas memiliki power yang kuat, akan mempermudah bola melewati net. Disamping itu latihan ini menguatkan satu kaki yang digunakan untuk menolak keatas seperti gerakan smash kedeng. Terlebih latihan pliometrik single leg stride jump menggunakan kotak sebagai pemberian beban lebih. Sebenarnya latihan ini hampir tidak mempunyai kelemahan, hanya saja latihan ini sangat bergantung satu kaki yang kuat sebagai tumpuan.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka yang mendasari dari variabel penelitian, maka dapat diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut: 1.
Perbedaan Pengaruh Latihan Knee Tuck Jump dan Single Leg Stride Jump terhadap Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw Latihan knee tuck jump merupakan bentuk latihan meloncat ke atas ke depan dengan kedua kaki diangkat tinggi di depan dada. Latihan ini dapat dilakukan di lapangan berumput, matras atau keset. Latihan ini dilakukan dalam satu bentuk rangkaian loncatan eksplosif yang cepat. Berdasarkan pelaksanaan latihan knee tuck jump dimana bentuk latihan adalah meloncat ke atas depan dengan kedua kaki diangkat tinggi didepan dada, secara bersama-sama dan berulang-ulang. Latihan ini kurang membutuhkan daya to user ledak otot yang kuat dikarenakancommit dilakukan dengan kedua kaki sehingga beban tubuh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
diangkat oleh kedua kaki pula. Bentuk latihan knee tuck jump cenderung dilakukan secara cepat. Hal ini akan berdampak pada cepatnya lompatan sehingga bepengaruh pada ketepatan menendang bola takraw pada saat diumpan rendah. Sedangkan latihan single leg stride merupakan bentuk latihan meloncat ke atas ke depan dengan tumpuan salah satu kaki di atas kotak yang berukuran tinggi kira-kira 12-22 inci, bangku, atau di tangga stadion. Penggunaan kotak ini memberikan beban lebih (overload) untuk kelompok otot punggung bagian bawah, quadriceps,gluteals, hamstring, dan flexors pinggul Ditinjau dari pelaksanaannya, latihan pliometrik single leg stride cenderung dilakukan secara lamban. Dikarenakan gerakannya
memerlukan
koordinasi untuk melompat, lompatan menggunakan satu kaki dan harus bertumpu pada box. Latihan ini akan berdampak pada tinggi lompatan sehingga dengan tingginya lompatan pemain akan lebih mudah mendapatkan momentum menendang bola dan sasaran yang dituju akan lebih luas pada saat bola diumpan tinggi.
2.
Latihan
yang
Lebih Baik Pengaruhnya antara Latihan Knee Tuck Jump
dengan Latihan Single Leg Stride Jump Terhadap Smash Kedeng Sepak Takraw Dari kedua bentuk latihan knee tuck jump dan latihan single leg stride jump keduannya mempunyai kelebihan dan kekurangan terhadap smash kemampuan kedeng sehingga diduga keduanya memberi pengaruh yang berbeda. Berdasarkan dari penjabaran pengertian latihan diatas dapat disimpulkan bahwa latihan single leg stride jump lebih baik pengaruhnya dibandingkan dengan latihan knee tuck jump. Hal ini dikarenakan latihan single leg stride jump mempunyai dampak pada tinggi lompatan sehingga dengan tingginya lompatan pemain akan lebih mudah mendapatkan momentum menendang bola dan sasaran yang dituju akan lebih luas pada saat bola diumpan tinggi. Dibandingkan dengan latihan knee tuck jump yang mengandalkan cepatnya lompatan yang tidak menitik beratkan pada tingginya lompatan sehingga kurang dapat mendapatkan momentum dan sasaran yang dituju kurang luas. Latihan ini hanya berpengaruh pada saat bola diumpan rendah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh latihan knee tuck jump dan single leg stride terhadap kemampuan smes kedeng sepak takraw pada pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS Surakarta tahun 2012. 2. Latihan single leg stride jump lebih baik pengaruhnya dari pada latihan knee tuck jump terhadap kemampuan smes kedeng sepak takraw pada pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS Surakarta tahun 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lapangan sepak takraw komplek stadion Manahan Surakarta.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama satu setengah bulan (enam minggu) dengan tiga kali latihan dalam satu minggu. Penelitian direncanakan dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2012, pada hari Senin sore mulai jan 15.00 sampai dengan jam 17.00, Rabu sore mulai jam 15.00 sampai dengan 17.00, Jum‟at pagi dari jam 07.00 sampai dengan jam 09.00.
B. Rancangan Penelitian
1. Metode Eksperimen Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Sugiyanto (1995: 21) menyatakan, “Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat serta besarnya hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan (treatment) terhadap kelompok eksperimen yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan atau diberi perlakuan yang berbeda”.
2. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah “Pretest-Posttest Design”. rancangan penelitian sebagai berikut: commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
KE 1
R
Pretest
Treatment A
Posttest
MSOP KE 2
Treatment B
Posttest
Keterangan : R = Random Pretest = Tes awal kemampuan smes kedeng sepaktakraw MSOP = Matched Subject Ordinal Pairing KE1 = Kelompok 1 (K1) KE2 = Kelompok 2 (K2) Treatment A = Latihan knee tuck jump dan smash Treatment B = Latihan single leg stride jump dan smash Posttest = Tes akhir kemampuan smash kedeng sepak takraw Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada kemampuan smash kedeng pada tes awal. Setelah hasil tes awal dirangking, kemudian subjek yang memiliki kemampuan setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2). Dengan demikian kedua kelompok tersebut sebelum diberi perlakuan merupakan kelompok yang seimbang. Apabila pada akhirnya terdapat perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing. Adapun teknik pembagian kelompok secara ordinal pairing menurut Sutrisno Hadi (1995: 485) sebagai berikut :
1
2
4
3
5
6
8
7
9
dan seterusnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi dalam penelitian ini mahasiswa putra pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS Surakarta tahun 2012 berjumlah 40 orang. 2. Sampel Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling dengan sampel yang digunakan adalah total dari semua populasi Sampel yang digunakan sebanyak 40 orang. Selanjutnya dibagi menjadi dua kelompok dengan cara ordinal pairing. Kelompok 1 sebanyak 20 orang mendapat perlakuan latihan knee tuck jump dan latihan smash kedeng . Kelompok 2 sebanyak 20 orang mendapat perlakuan latihan single leg stride dan latihan smash kedeng.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan tes dan pengukuran smash kedeng sebanyak 10 kali dari Sulaiman (2008: 88-89). Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.
E. Teknik Analisis Data
1. Mencari Reliabilitas Tingkat keajegan hasil tes diketahui melalui uji reliabilitas. Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan korelasi interklas dari Mulyono B. (2001: 42) dengan rumus sebagai berikut : MSA – MSW R= MSA commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Keterangan : R
= Koefisien reliabilitas
MSA
= Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah-langkah dari masing-masing uji prasyarat analisis sebagai berikut: 1) Uji Normalitas Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitan ini adalah uji normalitas. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors dari Sudjana (2002: 466). Prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai berikut : a) Pengamatan x1, x2,.....xn dijadikan bilangan baku z1, z2,...... zn dengan menggunakan rumus : Xi - X zi = S
Keterangan : Xi = Dari variabel masing-masing sampel X = Rata-rata S = Simpangan baku b)
Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar
distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(zi) = P(zzi). c) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,......zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S(zi).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
banyaknya z1, z2,......zn yang zi maka S(zi) = n d) Hitung selisih F(zi) - S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya. e) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo. 2) Uji Homogenitas Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara
membagi varians yang
lebih besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrisno Hadi (2004: 312) rumusnya adalah : SD2bs Fdbvb:dbvk = SD2kt Keterangan : Fdbvb : dbvk
= Derajat kebebasan KE1 dan KE2
SD2bs
= Standart deviasi KE1
2
= Standart deviasi KE2
SD kt
3. Uji Perbedaan Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji perbedaan dari Sutrisno Hadi (1995: 457) sebagai berikut :
Md t= d2
N(N-1)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Keterangan : t
= Nilai uji perbedaan
Md = Mean perbedaan dari pasangan d2 = Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean perbedaan N
= Jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut : D Md = N Keterangan : D = Perbedaan masing-masing subjek N = Jumlah pasangan Menghitung prosentase peningkatan kemampuan smes kedeng sepaktakraw antara latihan langsung dan tidak langsung menggunakan rumus sebagai berikut: Mean different Prosentase peningkatan =
X 100% Mean pretest
Mean different = mean posttest – mean pretest
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Tujuan penelitian dapat dicapai dengan pengambilan data pada sampel yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data tes awal secara keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok dan dilakukan tes akhir pada masingmasing kelompok. Data tersebut kemudian dianalisis dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran. Rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Diskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw pada Kelompok 1 dan Kelompok 2. Kelompok Kelompok 1
Kelompok 2
Tes
N
Max
Min
Mean
SD
awal
20
12
2
6.70
2.81
akhir
20
13
3
7.50
2.94
Awal
20
13
2
6.75
3.16
Akhir
20
16
4
8.35
3.18
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, pada kelompok 1 mengalami peningkatan setelah mendapatkan perlakuan. Demikian halnya pada kelompok 2 juga mengalami peningkatan akibat dari perlakuan yang diberikan. Jika dibandingkan antara kelompok 1 dan kelompok 2 menunjukkan bahwa, kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan smash kedeng sepak takraw yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok 2. Untuk memahami nilai data tes awal dan tes akhir kemampuan smash kedeng sepak takraw antara kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
1. Deskripsi Data Tes Awal Kemampuan Smes Kedeng Sepak Takraw Kelompok 1 dan Kelompok 2 15
12
13
10
6.76.75
5
K1 K2
2.813.16
2 2
0 Max
Min
Mean
SD
Grafik 1. Data Tes Awal Kemampuan Smash Kedeng Sepak takraw Kelompok 1 dan Kelompok 2 Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan, dari hasil tes awal kemampuan smes kedeng sepak takraw antara kelompok 1 dan kelompok 2 hasilnya stabil atau tidak ada perbedaan yang jauh baik dari Mean, SD, nilai Maximal dan nilai Minimal. Hal ini artinya, sebelum diberi perlakuan kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki kemampuan awal smash kedeng sepak takraw yang seimbang. 2. Deskripsi Data Tes Akhir Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw Kelompok 1 dan Kelompok 2 15 15
13 8.35 7.5
10
5
3
4
K1 2.94 3.18
K2
0 Max
Min
Mean
SD
Grafik 2. Data Tes Akhir Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan, dari hasil tes akhir kemampuan smes kedeng sepak takraw antara kelompok 1 dan kelompok 2 hasilnya ada perbedaan baik dari Mean, SD, nilai Maximal dan nilai Minimal. Hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan pada masing-masing kelompok. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
B. Mencari Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir kemampuan smes kedeng sepak takraw dalam penelitian sebagai berikut: Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Smes Kedeng Sepak Takraw Tes
Reliabilitas
Kategori
Tes awal kemampuan smes kedeng sepak takraw
0.887
Tinggi
Tes akhir kemampuan smes kedeng sepak takraw
0.918
Tinggi Sekali
Untuk memahami hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir kemampuan servis sepak takraw dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut: 0.918 0.92 0.91 0.9
0.887
0.89 0.88 0.87 Tes Awal
Tes Akhir
Grafik 3. Hasil Uji Reliabilitas Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Smes Kedeng Sepak Takraw Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa, hasil uji reliabilitas tes awal kemampuan smash kedeng sepaktakraw pada tes awal dalam kategori tinggi dengan nilai 0.887. Sedangkan hasil uji reliabilitas tes akhir kemampuan smes kedeng sepaktakraw dalam kategori cukup dengan nilai 0.918. Untuk mengartikan kategori koefisien reliabilita tes tersebut menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B.(1992: 15) sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas Kategori
Validita
Reliabilita
Obyektivita
Tinggi sekali
0,80 – 1,0
0,90 – 1,0
0,95 – 1,0
Tinggi
0,70 – 0,79
0,80 – 0,89
0,85 – 0,94
Cukup
0,50 – 0,69
0,60 – 0,79
0,70 – 0,84
Kurang
0,30 – 0,49
0,40 – 0,59
0,50 – 0,69
Tidak signifikan
0,00 – 0,29
0,00 – 0,39
0,00 – 0,49
C. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan analisis data perlu dilakukan pengujian persyaratan analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalannya dari data tes awal kemampuan smes kedeng sepak takraw. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut: Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok
N
Mean
SD
L hitung
Lt 5%
K1
20
6.70
2.74
0.1214
0.19
K2
20
6.75
3.08
0.1214
0.19
Untuk memahami hasil uji normalitas tes awal kemampuan smash kedeng sepak takraw antara kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
0.19
0.19
0.2 0.15
0.1214 0.1214 K1
0.1
K2
0.05 0 L.hit
L.tab 5%
Grafik 4. Hasil Uji Normalitas Data Tes Awal Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw Kelompok 1 dan Kelompok 2 Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada
kelompok 1 (K1)
diperoleh nilai Lhitung = 0.1214. Nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikan 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok 1 (K1) termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 2 (K2) diperoleh nilai Lhitung = 0.1214, ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol pada taraf signifikan 5% yaitu 0.190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok 2 (K2) termasuk berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut disebabkan perbedaan rata-rata kemampuan smes kedeng sepak takraw. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut: Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Hemogenitas Data Kelompok
N
SD
K1
20
8.24
K2
20
9.23 commit to user
Fhitung
Ft 5%
0.8930
2.15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Untuk memahami hasil uji homogenitas kemampuan smash kedeng sepak takraw antara kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut: 2.15 2.5 2 1.5
0.893
1 0.5 0 F.hit
F.tab 5%
Grafik 5. Hasil Uji Homogenitas Data Tes Awal Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai
Fhitung=
0.8930. Sedangkan dengan db =19 lawan 19, angka Ft 5%= 2.150, ternyata nilai Fhitung 0.8930 lebih kecil dari Ft
5%=
2,150. Karena Fhitung < Ftabel
5%,
maka hipotesis nol
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) memiliki varians yang homogen.
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian diuji perbedaanya terlebih dahulu.
Hal ini dengan maksud untuk mengetahui ketetapan
anggota pada kedua kelompok tersebut. Sebelum diberi perlakuan berangkat dari keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1 dan Kelompok 2. Kelompok
N
Mean
K1
20
6.60
K2
20
6.65
t
Ttabel 5%
0.349
2.093
Untuk memahami hasil uji perbedaan tes awal kemampuan smash kedeng sepak takraw antara kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut:
2.093
2.5 2 1.5 1
0.349
0.5 0 Uji T
t.tabel 5%
Grafik 6. Hasil Uji Perbedaaan Data Tes Awal Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dengan analisis statistik t-test antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai sebesar 0.349 dan ttabel dengan N = 20, db = 20 – 1 = 19 pada taraf signifikansi 5% sebesar 2.093. Hal ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, H0 diterima. Hal ini artinya, antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan pada awalnya. 2. Uji Perbedaan sesudah Diberi Perlakuan Setelah dilakukan perlakuan, yaitu kelompok 1 diberi perlakuan latihan smes kedeng sepak takraw secara langsung dan kelompok 2 diberi perlakuan latihan smes commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
kedeng sepaktakraw secara tidak langsung kemudian dilakukan uji perbedaan. Uji perbedaan yang dilakukan dalam penelitian ini hasilnya sebagai berikut: a.
Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 yaitu:
Tabel 7. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 Kelompok
N
Mean
thitung
ttabel 5%
Tes awal
20
6.60
Tes akhir
20
7.50
3.454
2.093
Untuk memahami hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir kemampuan smes kedeng sepak takraw kelompok 1 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut: 3.454 3.5 3 2.093
2.5 2 1.5 1 0.5 0 Uji T
t.tab 5%
Grafik 7. Hasil Uji Perbedaaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw Kelompok 1 Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test kelompok 1 antara hasil tes awal dan tes akhir diperoleh nilai sebesar 3.454 dan ttabel dengan N = 20, db = 20 – 1 = 19 dengan taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2.093. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel , sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 terdapat perbedaan yang signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
b. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 yaitu: Tabel 8. Rangkuman Hasil Ujin Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2. Kelompok
N
Mean
Tes awal
20
6.65
Tes akhir
20
8.35
thitung
ttabel 5%
4.518
2.093
Untuk memahami hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir kemampuan smes kedeng sepak takraw kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut: 4.518 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
2.093
Uji T
t.tab 5%
Grafik 8. Hasil Uji Perbedaaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw Kelompok 2 Berdasarkan pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test kelompok 2 antara hasil tes awal dan tes akhir diperoleh nilai sebesar 4.518, dan ttabel dengan N = 20, db = 20 – 1 = 19 pada taraf signifikansi 5% sebesar 2.093. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
c.
Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 yaitu :
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 Kelompok
N
Mean
K1
20
7.25
K2
20
8.25
thitung
ttabel 5%
2.609
2.093
Untuk memahami hasil uji perbedaan tes akhir kemampuan smash kedeng sepak takraw antara kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai berikut: 2.609 3
2.093
2.5 2 1.5 1 0.5 0 Uji T
t.tab 5%
Grafik 9. Hasil Uji Perbedaaan Data Tes Akhir Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 Berdasarkan pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test hasil tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh nilai sebesar 2.609, dan ttabel dengan N = 20, db = 20 – 1 = 19 pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 2.093. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan hasil tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan.
d. Perbedaan Prosentase Peningkatan Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki prosentase commit to user peningkatan kemampuan smes kedeng sepak takraw yang lebih besar dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
diketahui melalui penghitungan perbedaan prosentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Nilai perbedaan peningkatan kemampuan smash kedeng sepaktakraw dalam persen antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:
Tabel 10. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw antara Kelompok 1 dan Kelompok 2. Mean
Mean
Mean
Prosentase
Pretest
Posttest
Different
Peningkatan
20
6.60
7.50
0.90
13.636%
20
6.65
8.35
1.70
25.564%
Kelompok
N
Kelompok 1 Kelompok 2
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan grafik prosentase peningkatan kemampuan smes kedeng sepak takraw antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut: 25.57% 30.00% 25.00% 13.64%
20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% K1
K2
Grafik 10. Peningkatan Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 Berdasarkan hasil pengitungan prosentase peningkatan kemampuan smes kedeng sepak takraw diketahui bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan smes kedeng sepak takraw sebesar 13.636%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan semes kedeng sepak takraw sebesar 25.564%. Dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 2 memiliki prosentase peningkatan kemampuan smes kedeng sepak takraw yang lebih besar dari pada kelompok 1.
E. Pengujian Hipotesis
1. Perbedaan Pengaruh Latihan Knee Tuck Jump dan Latihan Single Leg Stride Jump terhadap Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh hasil thitung sebesar 2.609, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2.093. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara tes kelompok 1 dan kelompok 2. Perbedaan hasil tersebut karena kedua latihan tersebut memilki larakteristik yang berbeda. Latihan knee tuck jump merupakan bentuk latihan yang lebih menitik beratkan pada kecepatan lompatan, sedangkan latihan single leg stride jump menitik beratkan pada ketinggian lompatan. Dengan demikian
2. Latihan Single Leg Stride Jump Lebih Baik Pengaruhnya terhadap Kemampuan Smash Kedeng Sepak Takraw Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan kemampuan smes kedeng sepak takraw diketahui bahwa, kelompok 1 memiliki nilai prosentase peningkatan kemampuan smash kedeng sepak takraw sebesar 13.636%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan smash kedeng sepak takraw sebesar 25.564%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa, kelompok 2 memiliki prosentase peningkatan kemampuan smash kedeng sepak takraw yang lebih besar daripada pada kelompok 1. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, latihan single leg stride jump lebih baik pengaruhnya daripada latihan knee tuck jump terhadap kemampuan smes kedeng sepak takraw pada pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS Surakarta tahun 2012, dapat diterima kebenarannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan knee tuck jump terhadap kemampuan smash kedeng sepak takraw pada pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS Surakarta tahun 2012. 2. Latihan single leg stride jump lebih baik pengaruhnya daripada latihan knee tuck jumper terhadap kemampuan smash kedeng sepak takraw pada pemain sepak takraw pembinaan prestasi sepak takraw JPOK FKIP UNS Surakarta tahun 2012.
B. Implikasi
Berdasarkan pada hasil simpulan dalam penelitian ini, ternyata latihan knee tuck jump dan single leg stride jump
memberikan pengaruh terhadap peningkatan
kemampuan smash kedeng sepak takraw. Hal ini menunjukkan bahwa, setiap variabel memiliki implikasi baik secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri. Atas dasar hasil penelitian dapat dijelaskan implikasi yang ditimbulkan antara lain sebagai berikut: Latihan knee tuck jump dan single leg stride jump merupakan bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan smash kedeng sepak takraw. Latihan knee tuck jump dan single leg stride jump
merupakan latihan fisik untuk
menguatkan otot tungkai yang berorientasi pada keterampilan sebenarnya. Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga pemain dapat memiliki ketrampilan smash kedeng yang baik.
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada Pembina dan Pemain Sepak Takraw Pembinaan Prestasi Sepaktakraw FKIP JPOK UNS Surakarta disarankan sebagai berikut: 1. Hendaknya dalam pelaksanaan pembinaan prestasi sepak takraw di JPOK FKIP UNS Surakarta latihan lebih ditingkatkan baik aspek fisik, teknik, taktik dan mental agar mampu berpretasi lebih tinggi. 2. Dalam pelaksanaan pembinaan prestasi sepak takraw di JPOK FKIP UNS Surakarta hendaknya menggunakan latihan single stride jump untuk meningkatkan kemampuan smash kedeng. 3. Diharapkan para pelatih atau pembina sepak takraw di JPOK FKIP UNS Surakarta senantiasa meningkatkan pengetahuannya dalam pelatihan olahraga, khususnya pelatihan sepak takraw.
commit to user