PERANAN AKTIVITAS PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NON-FORMAL DI DESA KARANGANYAR KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: AHMAD MUBAROK NIM. 111 06 069
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011 i
ii
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Ahmad Mubarok
NIM
:
111 06 069
Jurusan
:
Tarbiyah
Program Studi :
Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiblakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 08 Agustus 2011 Yang menyatakan
AHMAD MUBAROK NIM. 111 06 069
v
MOTTO
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S. Al-alaq : 1-5).
Artinya: Ketahuilah bahwa di tangan pemudalah urusan ummat dan di kakinyalah kehidupannya (H.R. Ahmad).
Serahkanlah urusan pada ahlinya Jika tidak, maka tunggulah kehancurannya (H.R. Abu Hurairoh)
vi
Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu Tidak ada sesuatu yang lebih beruntung daripada adab Tidak ada kawan yang lebih bagus daripada akal Tidak ada benda ghaib yang lebih dekat daripada maut (as-Syahrudi) PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Ayahanda Ali Samchan tercinta yang selalu memberikan dorongan spirituil dan moril dalam setiap hal. 2. Ibunda Robikhatun dan Adik Trissa’adah tercinta yang selalu mendoakan dan senantiasa sabar menunggu keberhasilan dalam studi ini. 3. Adik Titik Puji Lestari (Almarhumah) yang telah meninggalkan penulis ketika memulai pembuatan proposal Skripsi (Semoga Allah senantiasa mengapuni segala dosanya dan menerima amal kebaikannya amin ya Robb). 4. Segenap teman-temanku HMJ Tarbiyah dan HMJ Syari’ah yang telah memberikan perhatian dan dorongan demi terselesaianya penulisan ini. 5. Segenap teman-temanku PAI B Angkatan 2006 6. Segenap teman-teman seperjuanganku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu 7. Para pembaca yang budiman
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada hamba-hambanya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia menuju jalan keilmuan dan keridhoan. Alhamdulillah, dengan rasa syukur skripsi yang berjudul “PERANAN AKTIVITAS PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
NON-FORMAL
DI
DESA
KARANGANYAR
KECAMATAN
WELAHAN KABUPATEN JEPARA” telah selesai. Skripsi ini dipenuhi untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam Ilmu Tarbiyah STAIN Salatiga. Penulis menyadari bahwa hingga selesainya penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih kepada: 1. Yth. Ketua STAIN Salatiga, Dr. Imam Sutomo, M.Ag. 2. Yth. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Suwardi, M.Pd. 3. Yth. Ketua Program Studi PAI STAIN Salatiga, Dra. Asdiqoh, M.Si.
viii
4. Yth. Pembimbing Skripsi, pembimbing
yang
telah
Mufiq, S.Ag., M.Phil. Selaku dosen berkenan
memberikan
waktunya
untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan Skripsi ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasannya. 5. Segenap Dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu dan motivasi. 6. Bapak dan Ibu penulis tercinta, yang telah memberikan dorongan moril, materiil, maupun spritual. 7. Bapak kepala desa Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 8. Masyarakat desa Karanganyar yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesainya penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini telah dilakukan dengan seluruh daya dan upaya seoptimal mungkin. Namun demikian, penulis menyadari sangat dimungkinkan terjadinya kesalahan dan kekeliruan dalam beberapa isi, di luar pengetahuan dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Peneliti
ix
AHMAD MUBAROK NIM. 111 06 069
ABSTRAK Mubarok, Ahmad. 2011. Peranan Aktivitas Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan Agama Islam Non Formal di desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara Tahun 2011. Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Bapak Mufiq, S.Ag.,M.Phil. Kata Kunci: Aktivitas Pemuda, pendidikan Agama Islam, Non Formal. Pemuda merupakan individu yang secara fisik sedang mengalami pertumbuhan jasmani dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional. Pemuda harus memiliki kapasitas tertentu untuk masuk ke kalangan kelompok profesional agar mampu bersaing pada tataran global. Di sinilah peranan pendidikan terutama bidang keagamaan yang merupakan penolong utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan dan pemuda menjadi titik strategis untuk tumpahnya perhatian dalam pengembangan kegiatan pendidikan Islam non formal. Oleh karena itu, penulis mencoba mengangkat “Peranan Aktivitas Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan Islam Non Formal di desa Karanagnyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara Tahun 2011”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Data yang diperoleh berupa hasil wawancara, penemuan dokumentasi dan pengamatan melalui observasi. Penelitian dilakukan dengan analisis diskriptif kualitatif yaitu dengan cara mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi. Hasil penelitian ini digambarkan adanya peran aktifnya pemuda dalam sebuah organisasi yang ada di desa Karanganyar untuk mengembangkan pendidikan Islam non formal. Orientasi pemuda dalam berorganisasi adalah adanya keinginan diri pemuda sendiri untuk ikut andil dalam berorganisasi di desa Karanganyar. Faktor pendukung adalah adanya dukungan dari aktivitas organisasi pemuda yang berkembang di desa Karanganyar yaitu organisasi pemuda tersebut menjadi starting poin dan menjadi penompang dalam perkembangan pendidikan Islam non formal, dan adanya latar belakang masyarakat yang mayoritas penduduknya beragama Islam, serta keinginan penduduk dalam memperdalam agama Islam cukup tinggi. Faktor penghambat adalah kurang terpenuhinya sarana dan prasarana yang kurang memadahi serta sering terkedalanya dalam keuangan untuk memenuhi seluruh kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, peranan aktivitas pemuda mempunyai konstribusi yang positif dalam pengembangan pendidikan Islam non formal, yaitu melalui perkumpulan Organisasi yang ada di desa Karanganyar. Diantaranya: IPNU, IRMAS dan Karang Taruna. Pendidikan Islam Non Formal di desa Karanganyar x
berupa TPA, kursus bahasa Arab, majelis taklim, kajian keIslaman dan seni budaya Islam. Pengembangan yang dilakukan adalah pada metode pembelajaran yang dulunya hanya menggunakan metode ceramah saja, akan tetapi sekarang ada beberapa metode yang digunakan seperti; metode demonstrasi, permainan, dan diskusi pada setiap akhir pembelajaran. Di sini pemuda berperan lebih ditekankan pada organisasi yang diikuti, dimana peranan pemuda lebih banyak menjadi tutor dan fasilitator pada setiap penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN LOGO ........................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………….. iv HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... v MOTTO………………………………………………………………………... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................... vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii ABSTRAK ......................................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………..…1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………... 5 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….6 D. Manfaat Penelitian ……………………………………..………… 6 E. Definisi Operasional …………………………………..….………. 7 F. Metode Penelitian ……………………………….................……... 9 G. Sistematika Pembahasan ……………………………..…………... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
xi
A. Aktivitas Pemuda ………….………………………..……………. 18 1. Pengertian Pemuda ……………………………….………...…. 19 2. Keikutsertaan Pemuda dalam Organisasi ………………...
21
3. Keikutsertaan Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan Islam ………………………………………………. 30 B. Pendidikan Agama Islam Non Formal …..……………………….. 32 1. Pengertian Pendidikan Islam ……………………………..….... 33 2. Dasar Pendidikan Islam ………………………...……………… 34 3. Institusi Pendidikan Islam ……………………………………… 34 4. Definisi Pendidikan Non Formal ………………………………. 36 5. Peranan Pendidikan Non Formal Di Masyarakat ……………… 39 6. Perbedaan Pendidikan Formal dan Pendidikan Non Formal ….. 41 C. Peranan Aktivitas Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan Islam Non Formal ………………………………….... 42 1. Pemimpin Atau Mobilisator ………………….…………….…. 42 2. Tutor Dan Fasilitator ………………………………………….. 45 BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Tinjauan Umum Objek Penelitian ……………………………….. 47 1. Tinjauan Letak Wilayah Geografis ………….………………… 47 2. Tinjauan Keadaan Demografis ……………….……………….. 48 3. Tinjauan Sosial Ekonomi …………………..…………………. 49 4. Tinjauan Sosial Budaya ……………………………..………… 50 5. Tinjauan Sosial Keagamaan …………………….…………….. 51
xii
6. Tinjauan Pendidikan …………………………………….…….. 51 7. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Karanganyar…….…… 52 B. Tinjauan Umum Aktivitas Pemuda Desa Karanganyar …….…… 53 1. Keikutsertaan Pemuda dalam Berorganisasi ………………..… 53 2. Tinjauan Organisasi Pemuda di desa Karanganyar ………….... 60 C. Tinjauan Umum Pendidikan Agama Islam Non Formal di Desa Karanganyar …………………………………………….. 64 1. TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) ………………………......65 2. Kursus Bahasa Arab ………………………………………..…. 68 3. Majelis Ta’lim ………………………………………..……….. 70 4. Kajian keislaman ……………………………………………… 75 5. Seni Budaya Islam ……………………………………………. 78 D. Tinjauan Umum Peranan Aktivitas Pemuda Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Non Formal …………... 80 1. Pemimpin ………………………………………………...…… 80 2. Tutor dan Fasilitator …………………………….……….…….. 81 BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN A. Aktivitas Pemuda di Desa Karanganyar ……………………….... 88 B. Adanya Objek Sasaran dalam Bidang Pendidikan Islam……….. 89 C. Pendidikan Islam Non Formal ………………………………….. 90 D. Peran Organisasi Pemuda dalam Pendidikan Islam …………….. 91 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………..……... 92
xiii
B. Saran-saran ………………………………………………………93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan setiap manusia. Melalui pendidikan, individu mampu untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Ditinjau dari sisi filasafat pendidikan, memang manusia adalah yang layak dan memiliki potensi untuk belajar dan mengajar, mungkin karena itu pula alasan Islam menempatkan pendidikan dalam kedudukan yang sangat tinggi. Sesusai dengan firman Allah dalam surat Al-Mujadalah ayat 11:
… … Artinya: “…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang
diberi
ilmu
pengetahuan
beberapa
derajat.…”
(Departemen Agama RI, 2002 : 544). Sebagaimana telah dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945; “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa,
dan
ikut
melaksanakan
ketertiban
dunia
yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial” (UUD
1
2
1945, 2007: 39-40). Dan salah satu tujuan NKRI adalah mencerdaskan bangsa (Priyanto, 2008: 99). Untuk merealisasikan cita-cita tersebut bukanlah hal yang sederhana, melainkan sungguh amat sulit. Untuk itu peranan aktivitas dari semua pihak, di antaranya; pemerintah, lembaga pendidikan (baik formal maupun non-formal) dan seluruh elemen masyarakat terutama para pemuda. Pemuda adalah individu yang secara fisik sedang mengalami pertumbuhan jasmani dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional. Dengan begitu pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun kelak (Hasibun, 2008: 4). Oleh karena itu, pemuda menjadi titik strategis untuk tumpahnya perhatian dari berbagai kalangan baik kepentingan formal maupun non-formal, sesaat maupun jangka panjang, individual maupun organisasional. Perjalanan bangsa Indonesia sejatinya tidak terlepas dari keberadaan pemuda, justru sejarah telah mencatat dalam perkembangan lahirnya bangsa Indonesia pada masa perjuangan kemerdekaan, masa kemerdekaan bahkan pasca masa kemerdekaan itu sendiri tidak terlepas dari peranan pemuda. Oleh sebab itu, pada tahap awal pemuda membutuhkan bekal untuk menguasai dan menekuni bidang-bidang tertentu yang menjadi kebutuhan bersama, pembangunan bangsa dan masyarakat. Pemuda harus memiliki kapasitas tertentu untuk masuk ke kalangan kelompok profesional agar mampu bersaing pada tataran global. Globalisasi menyediakan ruang tantangan yang amat luas, sehingga jika pemuda tidak memiliki nilai
3
kompetitip, maka ancaman bangsa untuk tergilas menjadi kian nyata (Hasibun, 2008: 247). Sejarah memang penting, bangga pada masa silam adalah menjadi bagian rasa hormat pada para pendahulu. Tetapi yang lebih penting adalah melanjutkan sejarah dengan pahatan-pahatan sejarah baru, yang lebih baik dan mengesankan. Para pemuda harus menjadi sosok histories yang mampu menjadi aktor, dan pemain utama untuk kemajuan bangsa. Sebagai contohnya telah dijelaskan Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Al-kahfi ayat 13:
Artinya: “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula untuk mereka petunjuk” (Departemen Agama RI, 2002 : 846). Pendidikan merupakan penolong utama bagi manusia untuk menjalani kehidupan. Tanpa pendidikan maka manusia sekarang tidak akan berbeda dengan keadaan terdahulu yakni pada masa purba. Islam menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang esensial dalam kehidupan umat manusia. Melalui pendidikan, individu dapat terbentuk karakter pribadinya secara positif dan dapat mewujudkan dirinya sesuai dengan potensi dan minat yang dimilikinya. Tanpa melalui pendidikan tidak jarang terjadi karakternya kurang positif dan potensi yang dimiliki, seperti kecerdasan, bakat, atau bahkan perkembanganya tidak sesuai dengan harapan atau minat (Moh. Ali, 2007:59).
4
Dalam UU No 20 tahun 2003 pasal 30 berbunyi; “Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal dan informal” (UU No 20 Tahun 2003, 2007: 15). Mengingat pembahasan dalam pendidikan Islam cukup kompleks dan luas, maka sudah sewajarnya akan membutuhkan waktu yang panjang dan sarana prasarana yang mendukung, dan ilmu pengetahuan tidak selesai pada tataran tekstual karena masih harus digali dan dikembangkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-baqarah ayat 164:
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Departemen Agama RI, 2002: 170).
5
Ayat diatas menjelaskan bahwasanya ilmu penegetahuan harus digali dan dikembangkan agar bisa secara komprehensif mendapatkan penegtahuan, dan itu semua membutuhkan waktu yang pnjang. Akan tetapi Sesuai yang kita ketahui bahwasannya Pendidikan Islam yang diselenggarakan pada pendidikan formal sangat terbatas, padahal pendidikan Islam merupakan pendidikan yang sangat esensial dimana dengan pendidikan Islam bisa digunakan untuk memfilter budaya bangsa barat yang masuk ke Indonesia, karena dengan Pendidikan Islam bisa membentuk Insan kamilah dengan akhlaqul karimah. Maka dari itu pendidikan Islam selain diselenggarakan di pendidikan formal juga perlu ditambahkan dengan pendidikan non-formal yakni sebagai penyempurna pendidikan Islam yang diselenggarakan oleh pendidikan formal. Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan
judul
“PERANAN
AKTIVITAS
PEMUDA
DALAM
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM NON-FORMAL DI DESA KARANGANYAR KECAMATAN WELAHAN KABUPATEN JEPARA TAHUN 2011”.
B. Rumusan Masalah Pelaksanaan dalam penelitian tentunya membutuhkan rumusan masalah yang nantinya akan mengarah pada proses penelitian serta sebagai acuan sistematika pembahasan. Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
6
1. Bagaimana aktivitas pemuda desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara? 2. Bagaimana pendidikan Islam non-formal di desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara? 3. Bagaimana peranan aktivitas pemuda dalam pengembangan pendidikan Islam non-formal di desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk Mengetahui aktivitas pemuda desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara. 2. Untuk mengetahui pendidikan Islam non-formal di desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara. 3. Untuk mengetahui peranan pemuda dalam pengembangan pendidikan Islam non-formal di desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat dirumuskan secara teoritis dan praktis. Secara teoritis berhubungan dengan metodologi dan secara praktis berhubungan dengan dampak hasil penelitian bagi user (Endra, 2006 : 106). Adapun Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teroritis
7
a. Bagi objek penelitian, sebagai bahan pertimbangan serta memberikan masukan kepada pemuda untuk mengembangkan pendidikan Islam non-formal. b. Bagi akademik, semoga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi kemajuan
pendidikan
dan
sebagai
tambahan
khazanah
ilmu
pengetahuan.
2. Manfaat Praktis Bagi penulis; semoga dengan penelitian ini dapat menambah wawasan bagi penulis serta tambahan pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis.
E. Definisi Operasional 1. Peranan Aktivitas Pemuda Peranan adalah bagian yang dimainkan atau dilakukan oleh seseorang di suatu peristiwa (www.kamusbahasa indonesia.org). Aktivitas adalah Keaktifan, atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan (www.kamusbahasaindonesia.org). Pemuda diartikan sebagai remaja, orang laki-laki yang masih muda sebagai harapan bangsa (www.kamusbahasaindonesia.org). Pemuda adalah Generasi muda atau kaum muda yang memiliki terminologi beragam, yang berusia 12-22 tahun (Hasibuan, 2008 : 3-4).
8
Maksud dari peranan aktivitas pemuda dalam penelitian ini adalah kegiatan atau keaktifan pemuda dalam pengembangan pendidikan Islam non-formal baik yang dilakukan secara individual yaitu sebagai tutor dan fasilitator di lembaga pendidikan keagamaan atupun aktivitas yang dilakukan secara organisasi yaitu organisasi kepemudaan adalah IPNUIPPNU, Remaja Masjid, dan Karang Taruna. Adapun indikator aktivitas pemuda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Adanya keikutsertaan pemuda dalam organisasi. b. Adanya keikutsertaan pemuda dalam kegiatan kemasyarakatan khususnya di bidang pengembangan pendidikan Islam non-formal. 2. Pengembangan Pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan secara bertahap dan teratur yang menjurus ke sasaran yang dikehendaki (www.kamusbahasaindonesia.org). Pengembangan adalah pembinaan yang diberikan untuk melakukan pekerjaan yang akan datang (Darwies Ibrahim, 2004:120). Yang dimaksud di sini adalah proses mengembangkan pendidikan Islam non formal. Adapun indikator pengembangan pendidikan Islam non-formal adalah sebagai berikut: a. Adanya kontribusi yang positif yang diberikan oleh para asatidz yang mengajar di lembaga pendidikan keagamaan, yakni mengembangkan metode-metode pembelajaran yang lebih efesien.
9
b. Adanya
kontribusi
positif
dalam
berorganisasi
dan
kegiatan
pengembangan pendidikan Islam non-formal sebagai pemimpin atau mobilisator di masyarakat. c. Adanya konstribusi positif dalam berorganisasi dan kegiatan dan pengembangan pendidikan Islam non-formal sebagai tutor dan fasilitator di masyarakat. 3. Pendidikan Islam Non Formal Pendidikan
Islam
adalah
bimbingan
jasmani
dan
rohani
berdasarkan hukum-hukum ajaran Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam yaitu kepribadian muslim (Moh. Roqib, 2009: 20). Non-formal adalah kondisi sasaran yang menekankan pada peningkatan kehidupan, pemberian keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang dialami terutama dalam hidup dan kehidupan di tengah-tengah masyarakat (Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, 2007: 288). Non-formal dimaksudkan adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib berencana diluar kegiatan sekolah. Yang dimaksud dengan pendidikan Islam non-formal adalah segala usaha bimbingan dan asuhan yang dilakukan para pemuda agar peserta didik dapat menghayati dan memahami ajaran agamanya sesuai jalan kehidupan pribadi maupun sosial kemasyarakatan di luar sekolah.
F. Metode Penelitian
10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang penulis lakukan pada desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara menyeluruh (Lexy J. Moleong, 2009: 4). Adapun yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka, tetapi mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan tentang aktivitas pemuda dalam pengembangan pendidikan agama Islam non-formal di desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan; Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan yang berbeda, Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Endraswara, 2006: 89). Demi tercapainya sasaran penelitian, maka dalam metode ini perlu adanya langkah-langkah yang sistematis, berencana yang sesuai dengan konsep ilmiah. Sistematis artinya penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan kerangka tertentu, dari yang paling sederhana sampai yang komplek hingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien.
11
2. Sumber Data Pada penelitian ini, ada beberapa sumber data yang diperoleh untuk memperkuat penelitian ini. Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data berupa manusia dan bukan manusia. a. Sumber data manusia Sumber data ini berasal dari informan, yaitu orang-orang yang terlibat secara langsung dalam aktivitas pemuda untuk pengembangan pendidikan agama Islam non-formal di desa karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara sebagai fokus penelitian. Sumber data utama dalam penelitian adalah sebagian dari pemuda
masyarakat
pendukungnya
yaitu
desa keluarga
Karanganyar, yang
sedangkan
dianggap
mengerti
data dan
memahami kehidupannya. b. Sumber data bukan manusia Sumber data ini berasal dari keadaan keluarga, peristiwa yang terjadi, dokumen dan bahan-bahan lain yang dapat mendukung dalam penelitian ini. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Karanganyar, desa ini berada di kecamatan Welahan kabupaten Jepara dan desa ini merupakan salah satu desa yang mempunyai penduduk sedikit ditingkat kecamatan.
12
4. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Wawancara/Interview Wawancara merupakan istilah terjemahan dari bahasa Inggris “interview”. Kata ini sendiri berasal dari bahasa prancis “entrevoir”. “Entre” berartri antar atau diantara, saling, bersama-sama. “Voir” berarti melihat,
mengetahui,
mengerti.
Maka secara harfiah
wawancara atau “interview” berarti saling melihat bersama atau bertemu untuk mengetahui bersama-sama (Kanisius, 2003: 111). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Lexy J. Moleong, 2009: 186). Wawancara merupakan metode yang sangat fleksibel dan mengizinkan pewancara untuk memahami perspektif dari orang yang diwawancarai (Daymon, 2008: 260). Wawancara merupakan cara untuk memperoleh informasi dari terwawancara, atau sebagai pengungkap data yang akan diketahui langsung dari subyek sample yang akan diteliti maupun nara sumber lain.
Wawancara disini adalah sebagian dari pemuda desa
Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara. b. Observasi Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan
13
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan (Djaali dan Mulyono, 2000 : 16). Observasi ini penulis gunakan untuk melakukan pengamatan terhadap objek penelitian. Penulis melakukan observasi di desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara. Selanjutnya penulis mencatat dan mengumpulkan data yang terkait dengan penelitian.
c. Dokumentasi Dokumentasi
dimaksudkan
untuk
melengkapi
data
dan
wawancara dan observasi. Dokumentasi dapat berupa surat-surat, gambar atau foto dan catatan-catatan lain yang berhubungan dengan penelitian. Pertimbangan peneliti menggunakan metode dokumentasi adalah 1) dokumentasi adalah sumber data yang stabil, menunjukkan suatu fakta yang telah berlangsung dan mudah didapatkan, 2) dokumentasi sebagai sumber data yang kaya untuk memperjelas keadaan atau identitas subjek penelitian, sehingga dapat mempercepat proses penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mengetahui keadaan desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara dengan mengambil dokumen yang tersedia di desa yang akan diteliti.
14
5. Analisis Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai, maka teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu mendiskripsikan pelaksanaan aktivitas pemuda di desa Karanganyar dan menganalisisnya. Dalam hal ini analisis difokuskan pada kegiatan pemuda desa Karanganyar yang di dalamnya mengandung unsur pendidikan agama Islam. Tentunya dalam teknik ini data yang diperoleh secara sistematis melalui hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian diolah atau dianalisis sesuai karakteristik penelitian yaitu induktif atau metode yang bertumpu pengamatan sejumlah gejala secara individual, kemudian merumuskannya dalam bentuk konsep yang bersifat abstrak (W. Gulo, 2003: 37). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua cara yaitu (1) analisa data lapangan dan (2) analisa data setelah pengumpulan data selesai, dengan pertimbangan dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan positivistik. Pendekatan positivistik adalah sebuah kajian atas realitas yang bersifat objektif (Eriyanto, 2001: 57). Penemuan
subyek
maupun
informasi
ini
menggunakan
pertimbangan snowball sampling (berkembang mengikuti informasi atau data yang diperlukan), sehingga memungkinkan untuk melibatkan pihak di luar lokasi penelitian yang dipandang mengerti dan memahami kehidupan individu sebagai anggota masyarakat lokasi penelitian. Di samping itu,
15
peneliti tidak mungkin dan tidak boleh sejak awal sudah membatasi subyek atau informasi penelitian sebelum pengumpulan data dilakukan. Data penelitian dicatat, diamati secara langsung, dan diwawancarai dengan mendalam. Dokumentasi juga digunakan sebagai teknik pengumpulan data penunjang. Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses pengumpulan data. Di antaranya adalah melalui tiga tahap model yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data (Lexy J. Moleong, 2009: 248). 6. Validasi/Uji Keabsahan Temuan Untuk menjamin validasi data temuan yang diperoleh peneliti melakukan beberapa upaya, di samping menanyakan langsung kepada objek, peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain, yakni menggunakan beberapa sumber, metode, penelitian dan teori. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua teknik validasi, adapun teknik validasi yang digunakan adalah validasi sumber data yaitu pemuda di desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara dan validasi metode yang meliputi: interview, observasi dan dokumentasi.
G. Sistematika Pembahasan Adapun sistem pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan yang berisi tentang: A. Latar Belakang Masalah
16
B. Rumusan Masalah C. Tujuan Masalah D. Manfaat Penelitian E. Definisi Operasional F. Metode Penelitian G. Sistematika Pembahasan. BAB II Kajian Pustaka yang berisi tentang: A. Aktivitas Pemuda 1. Pengertian Pemuda 2. Keikutsertaan Pemuda dalam Organisasi 3. Keikutsertaan Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan Islam B. Pendidikan Islam Non-Formal 1. Pengertian Pendidikan Islam 2. Dasar Pendidikan Islam 3. Institusi Pendidikan Islam 4. Definisi Pendidikan Non-Formal 5. Peranan Pendidikan Non-Formal di Masyarakat 6. Perbedaan Pendidikan Formal dan Non-formal C. Perananan Aktivitas Pemuda Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Non-Formal 1. Pemimpin atau Mobilisator 2. Tutor dan Fasilitator
17
BAB III Penyajian Data Penelitian yang meliputi: A. Tinjauan Umum Objek Penelitian 1. Tinjauan Letak Wilayah Geografis 2. Tinjauan Keadaan Demografis 3. Tinjauan Sosial Ekonomi 4. Tinjauan Sosial Budaya 5. Tinjauan Sosial Keagamaan 6. Tinjauan Pendidikan 7. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa B. Tinjauan Umum aktivitas Pemuda di Desa Karanganyar C. Tinjauan Umum Pendidikan Islam Non-Formal di Desa Karanganyar D. Tinjauan Umum Peranan Aktivitas Pemuda dalam Pendidikan Islam Non-Formal BAB IV Analisis Data Penelitian A. Aktivitas Pemuda di desa Karanganyar B. Pendidikan Islam Non-Formal di desa Karanganyar C. Peranan Aktivitas Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan Islam Non-Formal di desa Karanganyar BAB V Penutup A. Kesimpulan B. Saran-saran
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Aktivitas Pemuda Generasi pemuda menyimpan bermacam-macam harapan dan masalah yang sangat bervariasi, dimana ketika tidak diatasi secara profesional maka pemuda akan kehilangan fungsinya sebagai penerus bangsa. Di samping menghadapi berbagai masalah, pemuda memiliki potensi yang melekat pada dirinya dan sangat penting dalam artian sebagai sumber daya manusia yang berpotensi dan berkualitas (Syahmuharnis & Harry, 2006 : 13). Oleh karena itu berbagai potensi yang ada pada diri pemuda harus dikembangkan sesuai dengan bidangnya masing-masing, dan jika itu terlaksana, maka aktivitas pemuda akan memiliki konstribusi yang berarti bagi pembangunan bangsa ini terutama dalam bidang pendidikan.
19
Pemuda menjadi penting bukan saja karena bagian terbesar penduduk Indonesia saat ini berusia muda, akan tetapi dikarenakan adanya berbagai alasan, diantaranya; Pertama, pemuda adalah generasi penerus yang akan melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa. Kedua, kelangsungan sejarah dan budaya bangsa, corak dan warna masa depan suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh arah persiapan atau pembinaan dan pengembangan generasi muda pada saat ini (Erwan, Eriyandi & Rita, 2005 : 88).
1. Pengertian pemuda
18 Pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu
dikaitkan dengan masalah “Nilai” hal ini merupakan pengertian ideologis dan cultural dari pada pengertian ilmiah, misalnya “Pemuda harapan bangsa” dan “pemuda pemilik masa depan” dan lain sebagainya. Semua itu merupakan beban moral bagi pemuda untuk memberikan konstribusi pada masa depan masyarakat bangsa Indonesia. Akan tetapi di lain pihak pemuda menghadapi persoalan-persoalan yang menakutkan, seperti narkoba, kenakalan remaja, dan terbatasnya lapangan kerja (Hasibun, 2008: 5). Dalam pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda bahwa yang dimaksud pemuda (www.psikologizone.com) adalah: a. Dilihat dari segi biologis -
Bayi
: 0-1 tahun
20
-
Anak
: 1-12 tahun
-
Remaja : 12-15 tahun
-
Pemuda : 15-30 tahun
-
Dewasa : 30 tahun ke atas
b. Dilihat dari segi budaya -
Anak
: 0-12 tahun
-
Remaja : 13-18 tahun
-
Dewasa : 18-21 tahun ke atas
c. Dilihat dari angkatan kerja, ada istilah tenaga muda dan tenaga tua. Tenaga muda adalah calon-calon yang dapat diterima sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18-22 tahun. d. Dilihat dari ideologis politis, maka generasi muda adalah calon pengganti dari generasi terdahulu, dalam hal ini berumur antara 18-30 tahun, dan kadang-kadang sampai umur 40 tahun. e. Dilihat dari umur, lembaga dan ruang lingkup tempat diperoleh ada 3 kategori: -
Siswa, usia antara 6-18 tahun, masih ada di bangku sekolah.
-
Mahasiswa, usia antara 18-25 tahun, masih ada di Universitas atau perguruan tinggi.
-
Pemuda, di luar lingkungan sekolah ataupun perguruan tinggi, usia antara 15-30 tahun.
21
Batasan pemuda berdasarkan umur cenderung memiliki keragamaan. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pemuda sebagai seseorang yang berusia antara 10 sampai 24 tahun (Hasibun, 2008: 4). Berdasarkan pengelompokan di atas, maka batasan umur pemuda yang diambil oleh penulis yaitu berkisar antara 13 sampai 24 tahun. Pada umur tersebut individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami pertumbuhan jasmani dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional. Dengan begitu pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun kelak, terutama sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. 2. Keikutsertaan Pemuda dalam Organisasi Organisasi adalah sebuah wadah atau tempat berkumpulnya orang-orang yang diatur untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (M.Masan, 2007: 47). Organisasi didirikan pada dasarnya adalah ingin mencapai tujuan dan sasaran yang telah disepakati bersama dengan penuh rasa tanggung jawab. Berikut pendapat-pendapat tentang definisi organisasi: a. Dessler mengemukakan pendapatnya tentang organisasi sebagai berikut: "Organisasi dapat diartikan sebagai pengaturan sumber daya dalam suatu kegiatan kerja, dimana tiap-tiap kegiatan tersebut telah disusun secara sistematika untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pada organisasi tersebut masing-masing personel yang terlibat di dalamnya diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang
22
dikoordinasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dirumuskan secara musyawarah sebagai tujuan bersama yang diwujudkan secara bersama-sama". b. Dimock mendefinisikan organisasi adalah suatu cara yang sistematis untuk memadukan bagian-bagian yang saling tergantung menjadi suatu kesatuan yang utuh di mana kewenangan, koordinasi, dan pengawasan dilatih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Hessel, 2007: 132). Dari uraian pendapat-pendapat tentang definisi organisasi dapat dimengerti bahwa organisasi adalah suatu bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan bersama-sama secara efisien dan efektif melalui kegiatan yang telah ditentukan secara sistematis yang mana di dalamnya ada pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Organisasi dapat dilihat dari beberapa sudut pandang (Hessel, 2007: 133-135), antara lain: a. Organisasi sebagai Wadah Organisasi adalah suatu wahana kegiatan yang mencerminkan bahwa organisasi merupakan tempat beraktifitas saja, yakni kegiatan administrasi dan manajemen. Dalam wadah kegiatan itu setiap orang harus jelas tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya, serta hubungan dan tata kerjanya. b. Organisasi sebagai suatu proses pembagian kerja
23
Organisasi sebagai suatu proses pembagian kerja melihat bahwa ada unsur-unsur yang saling berhubungan, yakni sekelompok orang atau individu, ada kerja sama, dan ada tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Interaksi dalam organisasi akan terjadi antara individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Hubungan ini terjadi karena sudah sudah ada pembagian kerja yang jelas dalam suatu sistem. Kerja sama dalam suatu sistem yang teratur ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah disepakati bersama.
c. Organisasi sebagai suatu alat dalam mencapai tujuan Manusia mendirikan suatu organisasi karena adanya beberapa tujuan dari individu, yang hanya akan tercapai lewat tindakan yang harus dilakukan dengan kesepakatan-kesepakatan atau persetujuan bersama. Seperti halnya organisasi sosial, yaitu sebuah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
24
Adapun bentuk-bentuk organisasi sosial yang berkembang di masyarakat desa Karanganyar diantaranya adalah: a. IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) adalah badan otonom Nahldlatul Ulama yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan NU pada segmen pelajar dan santri putra. IPNU didirikan di Semarang pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H/ 24 Pebruari 1954, yaitu pada Konbes LP Ma’arif NU. Pendiri IPNU adalah M. Shufyan Cholil (mahasiswa UGM), H. Musthafa (Solo), dan Abdul Ghony Farida (Semarang).
Ketua Umum Pertama IPNU adalah M. Tholhah Mansoer yang terpilih dalam Konferensi Segi Lima yang diselenggarakan di Solo pada 30 April-1 Mei 1954 dengan melibatkan perwakilan dari Yogyakarta, Semarang, Solo, Jombang, dan Kediri. Pada tahun 1988, sebagai implikasi dari tekanan rezim Orde Baru, IPNU mengubah kepanjangannya menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama. Sejak saat itu, segmen garapan IPNU meluas pada komunitas remaja pada umumnya. Pada Kongres XIV di Surabaya pada tahun 2003, IPNU kembali mengubah kepanjangannya menjadi “Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama”. Sejak saat itu babak baru IPNU dimulai. Dengan keputusan itu, IPNU bertekad mengembalikan basisnya di sekolah dan pesantren (www.ip4nu.wen9.com).
25
Visi IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syari’at Islam menurut faham ahlussunnah wal jama’ah
yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Misi IPNU adalah (1) Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul
Ulama
dalam
satu
wadah
organisasi
IPNU
(2)
Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa (3) Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat (maslahah Al-Amah), guna terwujudnya Khaira Ummah (4) Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain selama tidak merugikan organisasi (www.nu.or.id). b. IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) Ikatan Remaja Masjid adalah komponen jamaah masjid yang bertugas dan berkewajiban dalam menjalin hubungan harmonis dengan para remaja masjid, hingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan maju (E. Ayub, 1996: 145). Asas atau dasar IRMAS adalah Islam dan pancasila, islam sebagai dasar pembinaan berarti Islam merupakan sumber keyakinan dan sumber nilai di dalam setiap bentuk pembinaan. Baik aktivitas pembinaan rohani maupun jasmani tidak boleh bertentangan dengan ajaran Islam. Sebagai ideologi negara Indonesia, Pancasila pun harus
26
dijadikan remaja sebagai pedoman berperilaku. Sehingga remaja masjid akan menjadi umat yang taat beragama sekaligus merupakan warga negara yang baik. Visi IRMAS yaitu (1) Menjadi media pengikat dan pembina akhlaqul karimah remaja masjid dalam mencetak generasi saleh salehah, berilmu, cerdas, dan berkualitas. (2) Menjadi pusat kajian dan kegiatan Islam sekaligus sebagai perekat komunitas muslim demi terwujudnya kejayaan Islam. Sedangkan misi IRMAS adalah (1) Menyelenggarakan kegiatan dengan tujuan memberikan landasan akidah yang kokoh dan akhlaq yang mulia. (2) Mengoptimalkan peranan remaja untuk kemakmuran masjid sekaligus merupakan program regenerasi remaja masjid. Memfungsikan dan memposisikan Ikatan Remaja Masjid sebagai payung Menyelenggarakan
kegiatan Taman Pendidikan Al Quran. program
sosial
keagamaan
dalam
(3)
rangka
kemaslahatan dan pemberdayaan ummat yang bersifat pertukaran informasi agama dan pemberdayaan ekonomi ummat. Dalam merekrut kader-kader dan memperluas konstituen IRMAS, kelompok-kelompok remaja masjid menggunakan materi, metode training, dan program-program mentoring dari gerakan masjid (Yudi Latif, 2005: 537). Pembagian tugas dan wewenang dalam remaja masjid termasuk dalam golongan organisasi yang menggunakan
27
konsep Islam dengan menerapkan asas musyawarah, mufakat, dan amal jama'i (gotong royong) dalam segenap aktivitasnya. Perbedaan antara pemuda dan remaja masjid adalah: 1. Pemuda Masjid kriterianya; Usia 25-40 tahun, telah Mampu menjadi Imam dan Khatib Salat Jama'ah, memiliki kemampuan manajerial secara fiqud Dakwah Islamiyah. 2. Remaja Masjid kriterianya; Usia 15-25 tahun, hanya Mampu menjadi Muadzin dan pembaca Acara Hari Besar Islam, hanya mampu membantu manajerial Dakwah Islamiyah sebagai upaya memakmurkan Masjid (E. Ayub, 1996: 145). Kegiatan-kegiatan remaja masjid sangat bermanfaat, tidak hanya untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga untuk kepentingan para remaja umumnya dan masyarakat luas. Di dalam masyarakat, remaja masjid mempunyai kedudukan yang khas, berbeda dengan remaja kebanyakan. Mereka menyandang nama masjid, sebuah imbuhan status dengan harapan mereka mampu menjaga citra masjid dan nama baik umat Islam. IRMAS menjadi suri tauladan bagi remajaremaja
lainnya,
dan
ikut
membantu
memecahkan
berbagai
problematika remaja di lingkungan masyarakat. c. Karang Taruna Karang Taruna adalah sarana tempat berkumpul pemudapemudi untuk melakukan suatu kegiatan yang bernilai positif (Kanisius, 2010:72). Karang Taruna merupakan wadah pengembangan
28
generasi muda non partisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah desa atau komunitas sosial sederajat, yang terutama bergerak di bidang kesejahteraan sosial. Sebagai
organisasi
sosial
kepemudaan
Karang
Taruna
merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia di lingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada. Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah mulai dari Desa atau Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang Taruna baik di masa sekarang
maupun
masa
yang
akan
datang.karang
Taruna
beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD ART nya diatur keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan batasan sebagai Pengurus adalah berusia mulai 17 - 35 tahun. Karang
Taruna
didirikan
dengan
tujuan
memberikan
pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, ketrampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian.
29
Adapun visi Karang Taruna secara umum adalah; (1) Menumbuhkembangkan prakarsa Karang Taruna dalam pembangunan kesejahteraan sosial, (2) Meningkatkan tanggung jawab sosial Karang Taruna dalam pembangunan kesejahteraan sosial, (3) Mengembangkan sistem jaringan dan kemitraan dalam penanganan permasalahan kesejahteraan sosial. Misi
Karang
Taruna
adalah;
(1)
Membangun
dan
meningkatkan ekonomi produktif, (2) Kepedulian terhadap lingkungan sosial masyarakat, (3) Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak yang berkompeten dalam masalah pemuda dan sosial kemasyarakatan, mewujudkan kerukunan dan persatuan antar pemuda se-desa, (4) Mengangkat nilai-nilai seni dan budaya kemasyarakatan (katargama.blogspot.com). Keikutsertaan pemuda dalam suatu organisasi menjadi peranan penting dalam menentukan arah pembangunan sebagai penerus bangsa. Hal ini dapat terlihat pada tahun 1928 dimana para pemuda memiliki inisiatif sendiri dalam perjuangannya untuk menyatukan bangsa Indonesia yang terpisah jauh di antara pulau-pulau dan mengikrarkan sumpah, saat ini dikenal dengan Sumpah Pemuda. Peranan mereka dalam keikutsertaan organisasi sangatlah penting untuk pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Inilah bukti peranan pemuda sebagai generasi kritis, dinamika inovatif dan pemberani dengan idealismenya yang dapat mengubah zaman suatu bangsa.
30
Secara garis besar pemuda memiliki peranan sebagai berikut (www.artikeldanopini.blogspot.com): a. Agent of change, yang akan membawa perubahan-perubahn dalam berbagai bidang ke arah yang lebih baik. b. Agent of development, pemuda diharapkan mengembangkan dan melancarkan jalannya pembangunan di berbagai bidang baik yang bersifat fisik maupun non fisik. c. Agent of modernization, agar masa-masa yang akan dilalui menjadi masa baru yang lebih baik daripada masa yang telah ditinggalkan dan bertindak menjadi pelopor pembaharuan untuk kemajuan bangsa dan negara. 3. Keikutsertaan Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan Islam Masa depan suatu bangsa terletak pada generasi mudanya sebab merekalah yang menggantikan generasi sebelumnya dalam memimpin bangsa, oleh karena itu generasi muda perlu diberi bekal berupa ilmu pengetahuan dan agama sesuai dengan tuntunan zaman. Salah satu cara untuk memperoleh bekal pengetahuan dan agama tersebut melalui pendidikan Islam non formal. Keikutsertaan pemuda dalam pengembangan pendidikan Islam di desa Karanganyar yaitu dengan pemuda ikut serta dalam proses pendidikan Islam yang ada ada di masyarakat pada umumnya, di antaranya adalah; TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), kursus Bahasa Arab, majelis Taklim, Kajian Keislaman, dan Seni budaya Islam dan dakwah.
31
Pendidikan
Islam
bisa
dikembangan
dengan
cara
mengembangkan sisi moral atau akhlak dengan ditambahi materi-materi sosial yang dapat memantapkan penguasaan pendidikan Islam. Untuk itu, dibutuhkan rekonseptualisasi pendidikan Islam. Ketiadaan konsep atau teori yang jelas bagi tenaga kependidikan Islam maka akan membuat keraguan dan kebingungan pengelola lembaga dan masyarakat itu sendiri (Moh.Roqib, 2009: 4). Hal-hal yang menghambat perkembangan kemajuan pendidikan Islam di desa harus diganti dengan hal-hal baru sesuai dengan tuntunan dan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu dalam mengadakannya, perlu memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat desa tersebut. Pengembangan yang dilaksanakan itu harus jelas yaitu dengan sejumlah rangkaian gerakan pengembangan menuju kemajuan dalam pendidikan Islam. Dalam beberapa hal, pengembangan itu merupakan perombakan
yang
sangat
mendasar.
Pengembangan
atau
proses
memajukan dalam pembangunan bukan hanya perubahan fisik saja tetapi membawa serta perubahan dalam hal pendidikan Islam. Perubahan sosial itu mengandung kekuatan dinamika karena menyangkut tata nilai, sikap dan tingkah laku, dan pengembangan dalam pendidikan Islam itu mengandung nilai-nilai edukatif Islami yang mengandung kekuatan dalam menjalin hubungan sesama muslim dan intelektual Islami yang cukup. Dengan kata lain pengembangan itu memerlukan kerjasama yang baik antara para organisasi masyarakat dan warga sekitar (Moh.Roqib, 2009:7).
32
Pengembangan ini tidak akan berjalan lancar jika manusia tidak giat dalam mengikuti proses dari kegiatan pendidikan Islam yang berlangsung di masyarakat. Oleh karena itu pengembangan dalam keikutsertaan pemuda pendidikan Islam perlu diperhitungkan oleh keadaan sekitarnya, maka mahasiswa berkewajiban untuk ikut serta dalam derap pembangunan. Disamping itu pemuda yang aktif diorganisasi masyarakat bertugas sebagai pelopor pengembangan pendidikan Islam sehingga perlu difikirkan kesesuaian pengembangan dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Meskipun hal-hal baru itu tidak selalu membawa kebahagiaan kepada masyarakat, bahkan kadang-kadang dapat
menjerumuskan
masyarakat ketingkat kehidupan yang kurang baik. Oleh karena itu para aktivis pemuda desa yang telah dibekali ilmu pengetahuan yang tinggi hendaknya dapat memilih mana-mana yang perlu diubah dan tidak perlu diubah di samping itu perlu dipikirkan keikutsertaan masyarakat dalam pengembangan tersebut. Dengan demikian, hasilnya akan seperti yang diharapkan.
B. Pendidikan Agama Islam Non-Formal Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang
diperlukan
dirinya
dan
masyarakat
(www.
id.wikipedia.org). Apabila dipandang dari segi kemasyarakatan, pendidikan
33
merupakan suatu proses dan sekaligus suatu kata benda. Pendidikan merupakan interaksi edukatif dalam suatu masyarakat, sedangkan sebagai suatu benda, pendidikan mempunyai suatu visi kehidupan yang hidup dalam suatu masyarakat (Mahmud Arif, 2008: 108). Pendidikan merupakan sarana mendasar upaya manusia untuk memperoleh kelangsungan hidupnya (Surya, 2004 : 139). Pendidikan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Maka kehidupan komunitas manusia akan ditentukan oleh aktivitas pendidikan secara alami yang masuk dalam kebutuhan pendidikan manusia tersebut.
1. Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan Islam adalah suatu kajian yang memuat teori-teori pendidikan serta data-data dan penjelasannya dalam perspektif Islam. Ilmu pendidikan Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengkaji pandangan Islam tentang pendidikan dengan menafsirkan nilai-nilai Illahi dan mengkomunikasikannya secara timbal balik dengan fenomena (alam dan sosial) dalam situasi pendidikan. Secara sederhana, ilmu pendidikan bisa dipahami sebagai ilmu yang memuat teori-teori kependidikan dalam Islam dengan berdasarkan pada sumber otentiknya. Teori-teori tersebut tentu saja harus dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan juga dapat dipraktikkan secara operasional dalam dunia pendidikan. Dengan demikian, ilmu pendidikan Islam bukanlah sekedar berisi teori-teori
34
pendidikan yang ada atau dalil-dalil Al-Qur'an dan hadits yang diinterpretasi dan dikaitkan dengan pendidikan, melainkan ilmu yang memuat teori-teori pendidikan yang operasional sesuai dengan dasar kitab suci Al-Qur’an dan Hadits (Moh. Roqib, 2009: 22-23). Dengan demikian Pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik individu maupun sosial, untuk mengarahkan potensi baik, potensi dasar atau fitrah manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendidikan Islam berwatakkan akomodatif kepada tuntutan zaman yang ruang lingkupnya berada di dalam kerangka acuan norma kehidupan Islam. 2. Dasar Pendidikan Islam Dasar pendidikan agama Islam adalah Al-Qur'an dan As-Sunnah (hukum tertulis), hukum yang tidak tertulis, yakni hasil pemikiran manusia tentang hukum-hukum tersebut, antara lain Undang-undang dasar 1945 (Jusuf Amir Feisal, 1995: 118). Adapun Firman Allah tentang Pendidikan Islam dalam Al-Qur`an Surat Al-Alaq ayat 1 sampai ayat 5, yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya:
35
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan
Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. Dari ayat-ayat di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa ayat tersebut untuk memberikan dorongan kepada para pemuda yakni untuk selalu belajar dan mengajar serta memperkokoh keyakinan kita dan memelihara agar tidak luntur dalam pelaksanakan pendidikan dan pengajaran Islam. 3. Institusi Pendidikan Islam Salah satu sistem yang mendukung terselenggaranya pendidikan Islam berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuannya adalah institusi atau lembaga pendidikan Islam. Pendidikan bisa berlangsung di pondok pesantren, sekolah, langgar, masjid, di rumah, di lingkungan masyarakat, dll. disini keluarga merupakan institusi pendidikan Islam yang pertama dan utama, dimana proses pendidikan yang berlangsung di dalamnya lebih konstan, kontinu dan dominan (Moch. Eksan, 2000: 134). Penyelenggara pendidikan Islam diselenggarakan oleh tokohtokoh masyarakat, yayasan dan organisasi Islam. Secara kelembagaan pendidikan Islam terdiri atas pendidikan formal yaitu sekolah dan madrasah yang dibawah naungan dinas pendidikan, dan pendidikan non formal seperti majlis taklim, TPQ dan lembaga kursus.
36
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia tahun 2003 Sisdiknas pasal 30 sebagai berikut: a. Pendidikan
keagamaan
diselenggarakan
oleh
pemerintah
dan
kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilainilai ajaran agamannya dan menjadi ahli ilmu agama. c. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal, dan informal. d. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pahaja samarena, dan bentuk lain yang sejenis. e. Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah (UU Republik Indonesia No 20, 2003: 15). 4. Definisi Pendidikan Non Formal Pengertian mengenai pendidikan non formal mempunyai cakupan yang luas, dapat merupakan kegiatan atau lembaga atau lembaga yang melengkapi pendidikan non formal, dapat pula berdiri sendiri. Pendidikan non formal dapat dirumuskan sebagai pendidikan dewasa (adult
education),
pendidikan untuk pengembangan
(development
education), pendidikan berkelanjutan (continuing education), pendidikan kemasyarakatan (sosial education) (J.B. Banawiratma, 1991: 70).
37
Semua istilah tersebut memiliki perbedaan dan kesamaan dengan pendidikan non formal, akan tetapi sangat sulit untuk merumuskan pengertian yang komprehensif dan berlaku umum, mengingat titik pandang yang berbeda. Berikut ini definisi tentang pendidikan non formal : a. Pendidikan non-formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Jalur pendidikan ini diselenggarakan bagi warga
masyarakat
yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
dan
pelengkap
pendidikan
formal
dalam
rangka
mendukung pendidikan sepanjang hayat (Sumardiono, 2007: 55-56). b. Pendidikan non-formal merupakan proses kegiatan di luar sistem persekolahan yang dilakukan secara teratur dan bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan berencana (Antony, 2004: 225). Pendidikan luar sekolah sifatnya tidak formal dalam artian tidak ada keseragaman pola yang bersifat nasional. Modelnya sangat beragam. Dalam hubungan ini pendidikan keluarga dan masyarakat merupakan bagian jalur pendidikan di luar sekolah fungsi utamanya menemukan budaya, keyakinan agama dan moral, serta keterampilan praktis. Komponen pendidikan Islam non formal harus disesuaikan dengan keadaan anak atau peserta didik agar memperoleh hasil yang memuaskan, antara lain:
38
a. guru atau tenaga pengajar atau pembimbing atau tutor b. fasilitas c. cara menyampaikan atau metoda d. waktu yang dipergunakan Pendidikan ini juga dapat disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing. Pengungkapan istilah pendidikan non formal memberikan informasi bahwa pada hakekatnya pendidikan tidak hanya diselenggarakan di pendidikan formal saja, tetapi juga di pendidikan non formal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (10) Satuan
pendidikan
adalah
kelompok
layanan
pendidikan
yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan; ayat (11) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi; ayat (12) Pendidikan nor formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; ayat (13) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, maka pendidikan non formal merupakan salah satu jalur dari penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia (UU Republik Indonesia No 20, 2003: 2-3). Tugas pokok pendidikan non-formal adalah membelajarkan peserta didik. dengan tujuan agar peserta didik memiliki atau
39
mengembangkan nilai-nilai signifikan terhadap keberhasilan peserta didik, baik keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran maupun keberhasilan proses pembelajaran. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya perubahan atau peningkatan dalam nalar, pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan asumsi tersebut peserta didik akan mudah memahami, menguasai materi yang diberikan karena mendapat pengetahuan secara langsung dari kehidupan nyata (Tim Pengembangan ilmu Pendidikan, 2007: 312-315). Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan non formal dalam proses penyelenggaraannya memiliki suatu sistem yang terlembagakan, yang di dalamnya terkandung makna bahwa setiap pengembangan pendidikan non formal perlu perencanaan program yang matang, melalui kurikulum, isi program, sarana prasarana, sasaran didik, sumber belajar serta faktor-faktor yang satu sama lain tak dapat dipisahkan dalam pendidikan non formal. 5. Peranan Pendidikan Non Formal Di Masyarakat Pentingnya peranan pendidikan non formal di masyarakat biasanya di analisis dari jenis kebutuhan belajar beragam, hal ini sejalan dengan UUD 1945 yang menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan UU Sisdiknas nomor 20/2003 dalam pasal 5 menegaskan bahwa: a. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
40
b. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. c. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. d. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. e. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat (UU Republik Indonesia No 20, 2003: 6). Adapun program pendidikan non formal dapat dikelompokkan ke dalam dua hal yaitu: a. Program pendidikan dasar, yang memberikan pelayanan belajar kepada masyarakat yang belum memiliki kemampuan-kemampuan dasar seperti program literasi. b. Program pendidikan lanjutan, yang memberikan pelayanan pendidikan untuk
mengembangkan
dan
keterampilan ke jenjang yang
meningkatkan
pengetahuan
dan
lebih tinggi, seperti pendidikan
peningkatan produktivitas tinggi (www.satuwidodo.blogspot.com). Pada sasaran pengembangan kelompok pertama pendidikan non formal memiliki peranan mendasar dalam rangka membangun kemampuan dasar masyarakat (sasaran pendidikan), terutama dalam implementasi pendidikan sepanjang hayat. Maka pendidikan non formal memiliki tugas khusus bukan hanya sekedar tuntunan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun tetapi yang lebih penting mencerdaskan masyarakat yakni
41
membuka wawasan dan cakrawala masyarakat ke arah kemajuan dan perubahan hidup dan kehidupan yang lebih baru. 6. Perbedaan Pendidikan Formal dan Pendidikan Non Formal Pendidikan formal dilakukan berdasarkan sifat-sifat pendidikan umum yang menuju spesialisasi (di perguruan tinggi) dan pendidikan kejuruan di antaranya: a. Pesantren (tidak berjenjang) b. Madrasah (dasar, menengah, perguruan tinggi) c. Sekolah (dasar, menengah, perguruan tinggi) Sedangkan pendidikan Non Formal yakni meliputi kegiatankegiatan seperti: a. Pengajian/dakwah Islam b. Pengajian masyarakat (ibadah khusus) c. Pengajian rumah tangga (untuk pemuda) d. Kursus-kursus kader (untuk pemuda/mahasiswa, dewasa/orang tua) (Jusuf Amir Feisal, 1995: 222). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa idealnya pendidikan formal dan non formal adalah: Tabel 2.1 Model Ideal Pendidikan Formal dan Non Formal Kriteria Tujuan
Waktu
Formal
Non Formal
Jangka panjang & Umum
Jangka pendek & spesifik
asas kepercayaan
bukan asas kepercayaan
Relatif panjang/persiapan
Relatif singkat/berulang
42
waktu penuh
ulang/paruh waktu
Isi
Terstandarisasi/masukan
Individual/keluaran
Sistem
Syarat masuk ketentuan
Siswa menentukan syarat
rekrutmen
siswa
masuk
Kontrol
Eksternal/hirarkis
Membangun diri demokratis
C. Peranan Aktivitas Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan Islam Non Formal 1. Pemimpin Atau Mobilisator Kepeloporan dan kepemimpinan bisa berarti sama yakni berada di muka dan diteladani oleh yang lain. Tetapi, dapat pula memiliki arti sendiri. Kepeloporan jelas menunjukkan sikap berdiri di muka, merintis, membuka jalan, dan memulai sesuatu, untuk diikuti, dilanjutkan, dikembangkan, dipikirkan oleh yang lain. Dalam kepeloporan ada unsur menghadapi risiko. Kesanggupan untuk memikul risiko ini penting dalam setiap perjuangan, dan pembangunan adalah suatu bentuk perjuangan. Dalam jaman modern ini, seperti juga kehidupan makin kompleks, demikian pula makin penuh risiko. Seperti diikat akan oleh Giddens “Modernity is a risk culture”. Modernitas memang mengurangi risiko pada bidang-bidang dan pada cara hidup tertentu, tetapi juga membawa parameter risiko baru yang tidak dikenal pada era-era sebelumnya. Untuk itu maka diperlukan ketangguhan, baik mental maupun fisik. Tidak semua orang berani, dapat atau mampu mengambil jalan yang penuh resiko.
43
Sifat-sifat itu ada dalam diri pemuda, karena tugas itu cocok buat pemuda. Kepemimpinan bisa berada di muka, bisa di tengah, dan bisa di belakang, seperti ungkapan “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani” (Djokosantoso Moeljono, 2008: 92). Tidak semua orang juga bisa menjadi pemimpin. Pemimpin juga tidak dibatasi oleh usia, bahkan dengan tambah usia makin banyak pengalaman, makin arif kepemimpinan. Kepemimpinan yang saya bicarakan adalah kepemimpinan di “lapangan”.
Kepemimpinan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan
pembangunan yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat, dalam berbagai kegiatan. Kepemimpinan serupa itu sangat sesuai untuk para pemuda, karena ciri pemuda yang dinamis. Kepemimpinan yang dinamis diperlukan oleh masyarakat yang sedang membangun. Apabila dengan bertambahnya
usia,
kepemimpinan
menjadi
lebih
arif
karena
bertambahnya pengalaman, namun hal itu bisa dibarengi dengan berkurangnya dinamika. Barangkali itu adalah trade off-nya. Pada lapisan pemimpin-pemimpin muda itulah kita harapkan memperoleh sumber dinamika. Sumber dinamika yang dapat mengembangkan kreativitas, melahirkan gagasan baru, mendobrak hambatan-hambatan, mencari pemecahan masalah, kalau perlu dengan menembus sekat-sekat berpikir konvensional. Oleh karena itu, menjadi tugas kita sekarang, terutama tugas dari para pemimpin pemuda untuk membangun semangat, kemampuan, dan
44
pengamalan kepeloporan dan kepemimpinan. Membangun semangat adalah membangun sikap, karena itu terkait erat dengan pembangunan budaya. Pendidikan merupakan wahana yang paling penting dan mendasar, di samping upaya lain untuk merangsang inisiatif dan membangkitkan motivasi. Keteladanan adalah pendekatan lain untuk membangkitkan semangat. Dorongan masyarakat, atau tantangan dari masyarakat, juga merangsang bangkitnya semangat. Membangun kemampuan juga penting, karena kepeloporan dan kepemimpinan tidak cukup hanya dengan kata-kata. Harus ada perbuatan. Seorang pemimpin harus dapat menunjukkan kepada yang dipimpin, atau seorang pelopor kepada yang dipelopori, apa yang harus dilakukan. Oleh karena itu, profesionalisme atau pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu yang relevan dengan kepeloporan dan kepemimpinannya amat diperlukan. Tidak berarti harus menguasai lebih teknis dari yang dipimpin, tetapi
sekurang-kurangnya
harus
mampu
memberikan
inspirasi,
menunjukkan arah, dan mampu mencari jalan untuk memecahkan masalah-masalah kepemimpinan
yang itu
dihadapi.
adalah
Pengamalan
muaranya.
kepeloporan
dan
semangat
ada,
Walaupun
pengetahuan cukup, tetapi tidak berbuat apa-apa, tidak ada gunanya bagi siapapun. Untuk itu selain perlu dirangsang, para pemuda juga perlu diberi kesempatan sebesar-besarnya untuk berpartisipasi dan berprakarsa dalam pembangunan dan pengembangan pendidikan non formal. 2. Tutor dan Fasilitator
45
Salah satu sumber belajar yang paling utama dalam pendidikan non-formal adalah guru pendidikan non-formal. Namun kata guru seringkali tidak dipergunakan dalam istilah-istilah pembelajaran no formal, guru biasanya digunakan dalam istilah pendidikan formal atau sekolah. Guru dalam pendidikan non-formal disebut dengan tutor, fasilitator atau pelatih (Winarno Surakhmad, 2009: 276-277). Dalam pendidikan non formal tutor dan fasilitator memiliki fungsi dan peran yang berbeda, akan tetapi fasilitator dapat juga bertindak sebagai tutor atau sebaliknya. Tutor ialah orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada seseorang atau sejumlah kecil siswa (di rumah dan bukan di sekolah) (www.kamusbahasaindonesia.org). Tutor dalam pendidikan non-formal adalah orang yang profesional (memiliki kompetensi, kemampuan dan keterampilan) dalam mengelola proses pembelajaran pendidikan non formal tugas yang dibebankan kepadanya diantaranya: a. Memahami kurikulum b. Menyiapkan materi c. Mengelola administrasi pembelajaran d. Mengelola proses pembelajaran e. Memotivasi warga belajar f. Menggali sumber-sumber pembelajaran g. Mengajak warga berperan serta dalam proses pembelajaran h. Mengevaluasi pembelajaran
46
Fasilitator adalah Orang yang menyediakan fasilitas yang dibutuhkan
dalam
kegiatan
dan
bersifat
sebagai
pendukung
(www.kamusbahasaindonesia.org). Fasilitator merupakan orang yang professional dalam memfasilitasi program pendidikan non-formal dan tugas-tugasnya diantaranya: a. Menyiapkan rencana program b. Mengelola program c. Menyiapkan sumber pembelajaran (manusia atau non manusia) d. Melakukan monitoring dan evaluasi program e. Memelihara kelangsungan pendidikan non formal.
BAB III PENYAJIAN DATA PENELITIAN
A. Tinjauan Umum Objek Penelitian Penelitian mengembangkan
merupakan dan
menguji
suatu kebenaran
usaha suatu
untuk
menemukan,
pengetahuan.
Dalam
pelaksanaannya, suatu penelitian agar mencapai hasil yang valid diperlukan adanya data-data yang dijadikan objek penelitian. Di bawah ini akan dijelaskan dan disertakan data-data mengenai situasi umum desa Karanganyar dan aktivitas pemuda dalam pengembangan pendidikan agama Islam nonformal. 1. Tinjauan Letak Wilayah Geografis
47
Secara geografis, desa Karanganyar terletak di sebelah timur Kecamatan Welahan dan memiliki wilayah seluas 80.887 hektar yang terbagi menjadi 2 Rukun Warga (RW) dan 8 unit Rukun Tetangga (RT). Berikut batas-batas wilayah desa Karanganyar: a. Sebelah utara
:
Desa Sidigede kecamatan Welahan
b. Sebelah selatan
:
Desa Rejosari kecamatan Mijen
c. Sebelah barat
:
Desa Guwo Sobokerto kecamatan Welahan
d. Sebelah timur
:
Desa Ujung Pandan kecamatan Welahan
2. Tinjauan Keadaan Demografis Desa Karanganyar adalah desa yang mempunyai penduduk cukup padat. Berdasarkan data statistik desa periode akhir Juli 2010, keseluruhan penduduk desa Karanganyar berjumlah 1.963 jiwa yang terdiri dari 934 laki-laki dan 1029 perempuan 46 dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 531 orang. Adapun jumlah penduduk menurut kelompok umur adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Klasifikasi Penduduk Menurut Umur No
Kelompok Umur 0 – 4 tahun 1.
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
75 orang
100 orang
175 orang
5 – 9 tahun 2.
100 orang
120 orang
220 orang
10 – 14 tahun 3.
105 orang
106 orang
211 orang
15 – 19 tahun 4.
123 orang
130 orang
253 orang
48
20 – 24 tahun 5.
150 orang
152 orang
302 orang
25 – 29 tahun 6.
110 orang
131 orang
241 orang
30 – 39 tahun 7.
100 orang
107 orang
207 orang
40 – 49 tahun 8.
101 orang
103 orang
204 orang
50 -59 tahun 9.
47 orang
53 orang
100 orang
60 dst
23 orang
27 orang
50 orang
934 orang
1029 orang
1.963 orang
10.
Jumlah
Sumber: data Statistik Kelurahan desa Karanganyar 3. Tinjauan Sosial Ekonomi Dilihat dari segi ekonomi, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sebagian besar penduduk desa Karanganyar berprofesi sebagai
perajin
produk mainan anak (Home Industri). Tetapi tidak tertutup kemungkinan ada penduduk yang mempunyai mata pencaharian yang lain. Adapun klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan tingkat tenaga kerjanya, dapat digolongkan menjadi beberapa sektor mata pencaharian sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.2 Klasifikasi Penduduk Menurut Mata Pencaharian No
MATA PENCAHARIAN
JUMLAH
1
Petani
122 0rang
2
Buruh Tani
52 0rang
3
Nelayan
4
Pengusaha
320 0rang
49
5
Buruh industri
110 0rang
6
Buruh banguan
76 0rang
7
Pedagang
261 0rang
9
Pegawai negeri (Sipil/ABRI)
25 0rang
10
Pensiunan
27 0rang
11
Lain-lain
100 0rang
Sumber: data Statistik Kelurahan desa Karanganyar
4. Tinjauan Sosial Budaya Secara geografis, desa Karanganyar sangat menguntungkan bila dilihat dari sudut sosial budaya. Bangunan tempat tinggal hampir seluruhnya sudah permanen. Hal yang menjadi ukuran tingkat kebudayaan masyarakat desa Karanganyar adalah cukupnya sarana sosial budaya, sarana ibadah seperti: masjid, musholla, madrasah, sekolah maupun sarana lainnya yang mencerminkan tingkat pendidikan dan sumber daya manusia penduduk setempat. Sarana tersebut adalah sebagai berikut: a. Sarana Pendidikan Umum 1) Tk
:
1 gedung
3 guru
39 murid
2) SD
:
1 gedung
10 guru
210 murid
3) MTs
:
1 gedung
25 guru
350 murid
4) MA
:
1 gedung
35 guru
514 murid
b. Sarana pendidikan khusus
50
1) TPA
: 1 gedung
3 guru 30 murid
2) Madrasah Diniyah
: 1 gedung
7 guru 135 murid
c. Sarana Ibadah 1) Masjid
:
1 buah
2) Mushalla
:
6 buah
5. Tinjauan Sosial Keagamaan Adapun masyarakat desa Karanganyar seluruhnya beragama Islam dengan tingkat kualitas keagamaan tergolong Baik. Hal ini bisa dilihat dari intensitas kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat cukup tinggi, baik berupa pengajian ibu-ibu, pengajian bapak-bapak, kumpulan remaja, pengajian yasinan, mujahadah dan tahlil di tingkat RT, dan desa serta kegiatan lainnya seperti, peringatan hari
besar Islam dan lain
sebagainya. Berikut tabelnya: Tabel 3.3 Klasifikasi Penduduk Menurut Agama No
AGAMA
JUMLAH PEMELUK
1
Islam
1.963
2
Katholik
-
3
Kristen
-
4
Hindu
-
51
5
Budha
-
JUMLAH
1.963
Sumber: data Statistik Kelurahan desa Karanganyar
6. Tinjauan Pendidikan Dari segi pendidikan, dapat dikatakan cukup maju. 1533 orang dari jumlah penduduk usia sekolah yang ada di desa Karanganyar telah mengenyam pendidikan formal dari sekolah dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendidikan bagi generasi penerus cukup besar meskipun pada kenyataannya sebagian besar dari mereka hanya mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai pada tingkat SLTP saja. Berikut tabelnya:
Tabel 3.4 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan NO
Tamatan
Jumlah
1
Tidak Tamat SD
430 Orang
2
Tamatan SD sederajat
358 Orang
3
Tamatan SMP sederajat
594 Orang
4
Tamatan SMA sederajat
527 Orang
5
Tamatan SI
52 Orang
6
Tamatan S2
2 Orang
Sumber: data Statistik Kelurahan desa Karanganyar
52
7. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Karanganyar Untuk mengkoordinasi terhadap program-program desa sehingga dapat berjalan sesuai dengan rencana, maka perlu dibentuk suatu organisasi pemerintahan desa yang bertugas sebagai penanggungjawab terhadap perkembangan dan kemajuan desa. Demikian juga di desa Karanganyar, kelengkapan susunan pemerintahan desa sebagaimana tercantum di bawah ini. Kepala desa
: M. Solikin
Sekretaris desa
: Syaiful Halim
Kepala Urusan (kaur)
:
a. Kaur Umum
: Khoirul Dzat
b. Kaur Pemerintahan
: Agus Susilo
c. Kaur Pembangunan
: Bambang Hermanto
d. Kaur Keuangan
: Abdullah
e. Kaur Kesra
: Karjono
B. Tinjauan Umum Aktivitas Pemuda Desa Karanganyar Peninjauan yang telah dilakukan oleh peneliti dalam aktivitas pemuda di desa Karanganyar dimaksudkan fokus pada aktifnya seorang pemuda dalam sebuah organisasi masyarakat yang berkembang. Dengan peninjauan ini aktivitas pemuda dalam sebuah organisasi masyarakat akan tergambar dengan
53
jelas. Berikut adalah hasil wawancara dengan para responden mengenai aktivitas pemuda di desa Karanganyar. 1. Keikutsertaan Pemuda dalam Berorganisasi Wawancara yang dilakukan peneliti, yakni dengan mengajukan pertanyaan seputar “apakah anda ikut dalam organisasi kepemudaan di desa Karanganyar?” dan “organisasi apa saja yang anda ikuti? Serta apa alasan anda memilih organisasi tersebut?” Jawaban yang didapatkan dari responden yang berinisial MK adalah sebagai berikut: “…. Ya, saya ikut organisasi pemuda di sini mas, akan tetapi saya cuma ikut di IPNU saja, karena di sekolahan tiap hari tugasnya banyak dan jika saya ikut organisasi lain saya khawatir tidak mampu dalam mengatur waktu belajar”. Jawaban serupa yang ditemukan peneliti dari responden berinisial Yt adalah sebagai berikut: “… Saya memang ikut di organisasi desa, dan hanya organisasi yang saya ikuti itu adalah IPNU. Karena organisasi itu saya anggap organisasi yang memang untuk kemaslahatan ummat terutama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah”. Untuk memantapkan tinjaun ini, perlu peneliti cantumkan struktur organisasi pengurus IPNU yang didapati dari hasil pengamatan peneliti. Berikut adalah struktur organisasi pemuda IPNU desa Karanganyar periode 2010-2011. Ketua umum
: Muhammad Abidin
Sekretaris
: Ainur Rasyidah
Bendahara
: Asmaul Khusnah
Departemen dan lembaga
54
Departemen Pendidikan Dan Dakwah 1. Khoirul Ulum (koordinator) 2. Nur Hidayati 3. Ismiyah Faizah 4. Dewi Anita Sari 5. Umatul Mahmudiyah Departemen olahraga dan seni 1. Abdul Syukur (koordinator) 2. Tri Rahayu 3. Siti Zahrotul Jannah 4. Uis Qomariyah 5. Nur Azizah Departemen Humas 1. Moh. Khoiruddin (koordinator) 2. Yuliati 3. Diah Dewi 4. Nur Wachidiyah 5. Sulistiyo Rini Departemen Sosial 1. Ahmad Hafidzin (Koordinator) 2. Jazilatul Rahmah 3. Kurnia Widayati 4. Lailatul Hifdiah
55
5. Windi Departemen Kaderisasi 1. Imam Fauzi (koordinator) 2. Tholiah 3. Nurul Khomariah 4. Nur Wahyu Fitria 5. Ayu Lembaga Bimbingan Belajar 1. Khoirul Annas 2. Mushonnef 3. Arita 4. Sri Hidayati 5. Wiwik Handayani Lembaga Ekonomi 1. Mukhlisin 2. Ali Wahyudi 3. Amirul Mu’minin 4. Dewi Novita 5. Lukman Hakim 6. Uci Farida Lembaga Santunan Anak Yatim 1. Anang Zubaidi 2. Siti Arofah
56
3. Adam Suyuti 4. Sulastri 5. Ririn 6. Abdul Muid
Responden yang berinisial AS mengatakan: “… Ya saya ikut organisasi, yang saya ikuti itu adalah organisasi IRMAS mas, karena menurut saya organisasi tersebut adalah bentuk syiar agamanya lebih banyak”.
Dan pendapat serupa yang dinyatakan oleh responden yang berinisial At “…. Ya mas, saya memang ikut organisasi IRMAS. Karena IRMAS Darussalam dalam mengasah kader-kadernya untuk berorganisasi dengan mensyiarkan ajaran Islam dengan akhlakul karimah”. Setelah peneliti memaparkan hasil mawancara dari responden, kini peneliti mencantumkan hasil observasi yang ada kaitanya dengan keikutsertaan pemuda dalam berorganisasi. Di bawah ini adalah struktur organisasi pemuda IRMAS Darussalam. Adapun struktur organisasi IRMAS Darussalam desa Karanganyar adalah sebagai berikut: Pelindung
:
K. Fathoni
Pembina
:
Seksi pemuda dan wanita Ketua
:
Fathul Ulum
Sekretaris
:
Zusrotun Tiya
Bendahara
:
Rojmiatiyah
57
seksi-seksi
:
Seksi pendidikan dakwah dan pengkaderan a. Rahmat
d. Siti Zahrotul Jannah
b. Dewi Anita
e. Nur Azizah
c. Nur Hidayati
f. Yuningsih
Seksi sosial dan kemasyarakatan dan bakat a. Ubaidillah b. Nur Wachidiyah c. Jazilatul Rahmah d. Syafi’ah Seksi informasi dan komunikasi a. Agus Salam b. Arita c. Wiwik Handayani d. Arita e. Nur hayati
Ungkapan lain yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan responden yang berinisial AS yang mengatakan: “… Ya saya mengikuti organisasi yang ada di desa, organisasi itu adalah karang taruna. Saya memilih organisasi tersebut karena dalam sepak terjang organisasi itu memang cocok untuk mengembangkan rasa kesosialisasian kita pada sesama” Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh responden yang berinisial DN yaitu:
58
“… Ya, saya memang mengikuti organisasi karang taruna, dikarenakan organisasi itu lebih peka terhadap kegiatan sosial di masyarakat dan merupakan wadah pembinaan dan pengembangan untuk pemuda”. Untuk melengkapi data di atas, peneliti menambahkan gambaran struktur organisasi Karang taruna yang didapati dari hasil observasi. Adapun struktur organisasi Karang taruna desa Karanganyar adalah sebagai berikut: Pembina
:
Kepala desa Karanganyar
Ketua
:
Abdul Basir
Sekretaris
:
Roisatul B.
Bendahara
:
Robihatul Hamidah
Seksi Pendidikan dan Pelatihan Koordinator
:
Adam Suyuti
Sekretaris
:
Dewi Novita
Seksi Usaha Kesejahteraan Sosial Koordinator
:
Anang Zubaidi
Sekretaris
:
Sulastri
Seksi Kelompok Usaha Bersama Koordinator
:
Lukman Hakim
Sekretaris
:
Tri Rahayu
Seksi Kerohanian dan Pembinaan Mental Koordinator
:
Arif
Sekretaris
:
Nur Azizah
59
Seksi Olahraga dan Seni Budaya Koordinator
:
Abdul Muid
Sekretaris
:
Andri
Seksi Lingkungan Hidup Koordinator
:
Ikhsan
Sekretaris
:
Fitri
Seksi Hubungan Masyarakat Koordinator
:
Mukhibbin
Sekretaris
:
Wahyu
Seksi Keamanan Lingkungan Koordinator
:
Darrin
Sekretaris
:
Laila
Tanggapan yang berbeda pula dinyatakan oleh responden AZ bahwa: “… Ya saya ikut, organisasi yang saya ikuti IPNU dan Karang taruna. Karena menurut saya kedua organisasi itu dalam proses pendewasaan pemudanya lebih bagus terutama jiwa kesosialannya:. Dari hasil observasi dan wawancara yang disampaikan para responden di atas, tergambar adanya beberapa aktifitas pemuda yang diwujudkan
dengan
keikutsertaan
pemuda
dalam
organisasi
kemasyarakatan di desa Karanganyar. Diantaranya adalah; IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’), IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) Darussalam dan Karang taruna desa Karanganyar.
60
2. Tinjauan Organisasi Pemuda di desa Karanganyar Setelah tergambarnya keikutsertaan pemuda dalam berorganisasi, penulis melanjutkan dengan pertanyaan seputar tentang “apa tujuan organisasi yang anda ikuti? dan kegiatan apa saja yang anda ikuti? Pertanyaan di atas pastilah membutuhkan jawaban yang rinci dan jelas. Untuk itu penulis berinisiatif dalam penyajian hasil tinjauan ini, di klasifikasikan sebagai berikut:
a. IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’) 1) Tujuan Organisasi IPNU Menurut hasil wawancara dengan responden yang berinisial MA adalah sebagai berikut: “… Tujuan organisasi pemuda IPNU di sini ialah pertama, untuk memelihara rasa persatuan dan kekeluargaan di antara pelajar, santri dan mahasiswa desa Karanganyar. Kedua, untuk tegak dan berkembangnya ajaran Islam, kesempurnaan pendidikan, dan pengajaran, serta ukhuwah pelajar ahlussunah wal jamaah”. Dan jawaban yang diungkapkan oleh responden AR adalah: “… Tujuannya adalah IPNU sebagai wadah berhimpun pelajar putra- putri Nahdlatul Ulama di desa Karanganyar, sarana komunikasi, interaksi dan integrasi pelajar putra-putri Nahdlatul Ulama desa Karanganyar untuk Menggalang Ukhuwah Islamiyah dan mengembangkan syi’ar Islam ahlussunnah waljama’ah”. serta sebagai sarana kaderisasi dan keilmuan pelajar putra-putri Nahdlatul Ulama desa Karanganyar untuk mempersiapkan kaderkader bangsa. Dari paparan responden di atas, dapat dimengerti bahwa tujuan dari organisasi IPNU di desa Karanganyar sudah tergambar
61
dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada para responden. 2) Kegiatan IPNU Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial KA sebagai berikut: “… Kegiatan yang diselenggarakan IPNU banyak mas, di antaranya; pelatihan kaderisasi pemuda, masa kesetiaan anggota IPNU, kegiatan pemberian bantuan bagi fakir miskin, diskusi rutin mingguan, Kegiatan pendidikan Al-Qur’an, dan lain-lain”. Dinyatakan pula oleh responden lain yang berinisial Ms adalah: “… Penyelenggaraan kegiatan IPNU di wujudkan dengan diselenggarakannya kegiatan kursus bahasa Arab untuk anak MTS dan MA, ziarah wali songo, pengajian dalam rangka peringatan hari besar Islam, bhakti sosial, dan lain-lain". Dari pernyataan responden di atas, tergambar adanya kegiatan
yang
dilakukan oleh organisasi
IPNU
di desa
Karanganyar baik berupa perkaderan atau kegiatan yang ada kaitannya dengan kemasyarakatan.
b. IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) Darussalam 1) Tujuan IRMAS Darussalam Untuk mengorganisir semangat ukhuwah remaja dalam berorganisasi di IRMAS Darussalam, dibutuhkan adanya suatu tujuan yang jelas dalam berorganisasi.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan responden yang berinisial FU adalah:
62
“… Tujuan IRMAS di desa ini adalah: (1) meningkatkan tali silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah antar sesama Warga desa Karanganyar. (2) meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta. (3) memberikan wawasan dan pengetahuan tentang nilai-nilai keIslaman yang mendalam kepada remaja, pemuda dan mayarakat. (4) menumbuhkan rasa kecintaan terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW serta Alquran dan Sunnah. (5) menciptakan harmoni syiar Islam yang diaplikasikan melalui segala aktifitas yang diadakan dalam organisasi ini”.
2) Kegiatan IRMAS Darussalam Kegiatan
organisasi
IPNU
Darussalam
dalam
merealisasikan tujuan tersebut, menurut hasil pernyataan responden AS yaitu dengan mengadakan beberapa kegiatan: “… Kegiataan yang yang dilakukan oleh IRMAS Darussalam yaitu; (1) mengadakan kegiatan kajian keislaman, (2) majelis taklim, (3) peringatan maulid nabi SAW, (4) Bhakti sosial bersama masyarakat, (5) melakukan diskusi bulanan”. Dari uraian dan hasil wawancara di atas jelas sudah tergambar adanya kegiatan yang menunjang aktivitas yang positif untuk pemuda di desa Karanganyar.
c. Karang taruna 1) Tujuan Karang taruna Berdasarkan hasil wawancara dengan reponden yang berinisial AB adalah sebagai berikut: “… Tujuan Karang taruna desa Karanganyar dalam usaha mengembangkan potensi pemuda desa adalah: (1) meningkatkan
63
pengalaman kerjasama antar sesama generasi muda dalam rangka mewujudkan dan meningkatkan kesosialisasian, (2) menyiapkan kader-kader yang siap mengabdi kepada masyarakat, (3) menumbuhkan potensi keberagaman bakat, keterampilan, dan pengetahuan untuk mendukung kemajuan masyarakat dalam pendidikan di desa, (4) mendorong setiap anggota dan warga masyarakat pada umumnya untuk mampu menjalin toleransi dalam kehidupan kemasyarakatan, (5) dan membina kerjasama strategis dan saling menguntungkan dengan kalangan Pemerintah, dan organisasi sosial lain”.
2) Kegiatan Karang taruna Untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial RB adalah: “… Yang berkaitan dengan kegiatan Karang taruna di sini adalah; menyelenggarakan bhakti sosial kemasyarakan, pelatihan rutin olah raga (baik volly atau sepak bola), peringatan hari besar nasional, peringatan hari besar Islam, kegiatan seni budaya Islam, penyelengaraan lomba 17-an dandiskusi rutin bulanan”. Hasil pernyataan wawancara yang yang diungkapkan oleh para responden di atas, sudah tergambar adanya kegiatan yang membangun diri pemuda dalam berorganisasi di Karang taruna desa Karanganyar. Dari rangkaian pernyataan yang dipaparkan oleh responden di atas, tujuan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh beberapa organisasi kemasyarakatan di desa Karanganyar sudah tergambarkan dan telah diungkapkan oleh responden dengan baik.
64
C. Tinjauan Umum Pendidikan Agama Islam Non-Formal di Desa Karanganyar Pendidikan Islam non-formal adalah jalur pendidikan Islam di luar pendidikan formal, pendidikan tersebut diselenggarakan untuk warga desa yang memerlukan layanan pendidikan Islam. Melanjutkan pertanyaan yang telah disiapkan peneliti untuk para responden tentang “Apakah organisasi
yang anda ikuti dapat membantu pelaksanaan pendidikan Islam?” maka hasil yang peneliti dapatkan dari wawancara dengan para responden adalah sebagai berikut: 1. TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) Pendidikan Agama Islam non formal yang ada di desa Karanganyar salah satunya TPA, berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial KA adalah: “… Salah satu pendidikan Islam yang di luar jam sekolah itu di sini adalah TPA mas, akan tetapi memang keseluruhan kegiatan yang menghendel itu adalah dari IPNU di desa ini”. Sebagai penguat ungkapan yang dinyatakan responden di atas, ada responden lain yang berinisial Ms menyatakan ungkapan yang hampir sama yaitu: “… Asal mula TPA di sini itu memang didirikan oleh IPNU, dan seluruh kegiatan yang ada kaitannya dengan TPA sepenuhnya yang melakukan adalah dari IPNU yang sasarannya itu adalah anak-anak penduduk desa sini”. Dari pernyataan responden di atas, jelaslah bahwa yang mendirikan TPA di desa Karanganyar adalah IPNU. Oleh karena itu peneliti perlu
65
mengetahui tentang kegiatan apa saja yang dilakukan oleh IPNU di dalam TPA? Berikut ini adalah hasil peneliti yang didapatkan dari para responden tentang hal-hal yang berkaitan di atas. Proses dalam penyelenggaraan kegiatan TPA, pastilah memerlukan tempat yang nyaman dalam melangsungkan pembelajaran. Dari hasil wawancara yang didapatkan peneliti dari responden yang berinisial KU adalah: “… Tempat untuk penyelenggaraan pembelajaran TPA, itu dilaksanakan di Masjid Darussalam desa Karanganyar. Tepatnya TPA tersebut berada di RT 03 RW I desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara”. Adapun jadwal pembelajaran TPA berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan responden yang berinisial AR yaitu: “… Kegiatan tersebut dilaksanakan pada setiap hari Selasa, Sabtu dan Ahad. Jadwal pembelajaran TPA di sini adalah: a. Hari Selasa (Sore: pukul 15.00 WIB) : Qira'aty, kelas gabungan b. Hari Sabtu (Sore pukul 15.00 WIB): Fiqh c. Hari Ahad (Pagi-Sore pukul 09.00-15.30): Aqidah akhlak, Qur’an Hadits dan Tarikh. Mengenai pengajar atau ustadz yang mengajar di TPA tersebut, berdasarkan pernyataan reponden yang berinisial KU adalah: “… Ustadz yang mengajar di TPA di sini, semua diambil dari pemuda IPNU desa Karanganyar, yaitu; Ustadz Khoirul Ulum, Ustadzah Nur Hidayati dan Ustadzah Islamiyah Faizah”. Jumlah peserta didik berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan responden yang berinisial At yaitu: “… Kegiatan TPA di sini mayoritas anak-anaknya dari warga desa Karanganyar, jumlahnya ada 30 anak yang terbagi dalam 2 kelas”.
66
Berikut daftar nama peserta didik TPA berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti: Tabel 3.5 Daftar Nama Peserta Didik Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) NO
NAMA
NO
NAMA
1
Fajar Bayu Widodo
16
Meisya Dwi Utami
2
Akmal
17
Anggi
3
Zaki
18
Fafa
4
Sandy
19
Nazha
5
Rangga
20
Nisya
6
Julang Wicaksono
21
Sasa
7
Sinta
22
Pratama
8
Zalfa
23
Brina
9
Ririn Supiyah
24
Aldiyan
10
Arif
25
Erlangga
11
Ihya Alif Ridho
26
Ataya Raihan Zaky
12
Nandang Nugroho Aji
27
Syafira Raisa Rahmi
13
Khusna
28
Mar’atus Sholihah
14
Ridho Santoso
29
Karina
15
Maulida Birrul Walidaini
30
Lutfi Zian Nafisah
Sumber: data Absensi Siswa
67
Metode yang digunakan dalam pembelajaran TPA, menurut hasil wawancara dengan responden yang berinisial KA yaitu: “… Proses kegiatan pembelajaran TPA adalah ustadz itu membacakan kata per-kata dalam sebuah ayat lalu anak-anak menirukan dan diulangulangi oleh ustadz sampai anak-anak itu bisa untuk melafalkannya”. Ungkapan serupa dinyatakan responden yang berinisial Ms: “… Metode yang kita gunakan yaitu ustadz mendemonstrasikan bunyibunyi ayat, lalu anak-anak disuruh menirukan apa yang telah di dilakukan oleh ustadz, dan kegiatan itu dilakukan berulang-ulang sampai sekiranya anak-anak paham dan mampu untuk melafalkannya”. Adanya sebuah proses pembelajaran, pastilah ada evaluasi pembelajaran yang dilakukan, berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial KU adalah: “… Penilaian kita lakukan sebulan sekali dalam kegiatan pembelajaran yang dipilih ustadz untuk materi pengujian sekiranya materi itu mencakup keseluruhan pembelajaran”. Menurut responden yang berinisial Ms yaitu: “… Ujian yang dilakukan ustadz yaitu sebulan sekali dengan memilih materi-materi apa saja yang telah diajarkan selama sebulan itu. Materi yang dipilih ustadz sekiranya mencakup dari semua materi-materi yang diajarkan”. Untuk menunjang kemajuan sebuah lembaga pendidikan, pastilah tidak lepas dari administratifan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial KU yaitu: “… Sumber dana TPA di sini diperoleh dari; kas TPA, bantuan dari kas masjid Darussalam, masyarakat, bantuan dan sumbangan dari berbagai pihak yang tidak mengikat”. 2. Kursus Bahasa Arab
68
Kegiatan kursus bahasa Arab adalah salah satu kegiatan pendidikan Islam non formal yang ada di desa Karanganyar. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial Ms adalah sebagai berikut: “… Kegiatan kursus bahasa Arab memang baik untuk menunjang pendidikan Islam. Kegiatan ini diampu sepenuhnya oleh IPNU desa ini mas, dan sasarannya adalah anak-anak remaja yang sekolah di MTS dan MA”. Adapun tempat dan waktu kegiatan tersebut, berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan responden yang berinisial KU yaitu: “… Memang sangat sulit untuk menentukan tempat kegiatan kursus akan tetapi kami melaksanakan kegiatan itu di masjid Darussalam desa Karanganyar”. Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan peneliti dari responden yang berinisial KU, jadwal kegiatan kursus bahasa Arab adalah: “… Pelaksanaan kegiatan kursus dilakukan pada sore hari mulai dari jam 15.30-14.45 WIB dan dua kali dalam pelaksanaan kegiatan pada satu minggu”.. Kegiatan tersebut tentunya membutuhkan pembimbing, menurut hasil wawancara dengan responden KU: “… Kegiatan kursus bahasa Arab ini dibimbing oleh para pemuda IPNU desa yang masih kuliyah di daerah Jepara. Itu karena yang kuliyah jauh kadang sering tidak berangkat”. Adapun jumlah peserta kursus bahasa Arab, menurut pernyataan responden KU yaitu:
69
“… Peserta yang mengikuti kursus ini, berjumlah 20 anak remaja. Yaitu 12 dari MTS dan 8 dari MA”. Untuk memperkuat hasil wawancara tersebut, peneliti mencantumkan hasil observasi yang telah dilakukan. Berikut adalah daftar peserta kursus bahasa Arab di desa Karanganyar: Tabel 3.6 Daftar Peserta Kursus Bahasa Arab No Nama
Pendidikan
No
Nama
Pendidikan
1.
Abdul Somat
MTS
13.
Rois A’m
MA
2.
Faris Rahmat
MTS
14.
Baidhowi
MA
3.
Farid Nafirin
MTS
15.
Suhada’
MA
4.
Agus Salim
MTS
16.
Tris Sa’adah
MA
5.
Zusrotun I
MTS
17.
Aliyatun Nisa’
MA
6.
Vera Irmawati
MTS
18.
Siti Mahmudah
MA
7.
Ayu Putri
MTS
19.
Nur Hidayati
MA
8.
Sari Fitriyani
MTS
20.
Tia Rahmawati
MA
9.
Indah Puryanti
MTS
10
Siti Sa’diyah
MTS
Sumber; Data Absensi Peserta Metode yang digunakan dalam kegiatan tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial Ms adalah: “… Kursus bahasa Arab ini seperti halnya belajar bersama dalam sebuah kelompok.tapi biasanya proses kegiatan itu berdasarkan apa yang tidak dipahami di sekolahan ditanyakan pada saat kegiatan kursus itu berlangsung”. Responden lain yang berinisial SH mengatakan:
70
“… Proses kegiatan kursus itu berlangsung dengan adanya pembimbing mengkaji dari pelajaran bahasa Arab yang didapatkan peserta dari sekolahan. Dan pembimbing membantunya dengan mengkupas materi itu dari sudut nahwu dan shorof”. Adapun
penilaian
yang
dilakukan
pembimbing,
menurut
pernyataan responden yang berinisial Ms yaitu: “… Penilaian ini dilakukan pada setiap 4 kali pertemuan, materi yang diujikan adalah pemahaman peserta dalam menguasai nahwu dan shorof”. Pendapat serupa dikatakan oleh responden yang berinisial KA adalah: “… Biasanya kami lakukan untuk mengetes kemampuan peserta dalam segi nahwu dan sorof dalam sebuah bab dalam pokok bahasan yang pernah dikaji”. 3. Majelis Ta’lim Pelaksanaan dalam pendidikan Islam non formal di desa Karanganyar salah satunya adalah adanya kegiatan majelis taklim. Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan peneliti dari responden yang berinisial AS adalah sebagai berikut: ”… Keberadaan majelis taklim ini memang baik untuk mendalami pengaetahuan Islam lebih dalam. Majelis taklim tersebut dipegang sepenuhnya oleh IRMAS desa ini, mayoritas peserta kegiatan itu orangorang yang sudah tua mas”. Pernyataan lain diungkapkan oleh responden yang berinisial At yaitu: “… Kegiatan majelis taklim ini memang cocok untuk untuk orang tua, karena memang pendalaman pada materi ini berbobot pada pembahasan yang berbau kepasrahan”. Adapun tempat dalam penyelenggaraan kegiatan majelis taklim, berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial FU adalah: “… Kegiatan majelis taklim itu dilakukan di masjid dan rumah warga (undian putaran). Warga desa sangat senang apabila mereka mendapatkan undian bahwa majelis taklim akan dilaksanakan di rumahnya. Karena
71
memang respon warga dalam menerima pembelajaran di majelis taklim dengan baik”. Mengenai penjadwalan dalam kegiatan tersebut, menurut hasil observasi dan wawancara dengan responden yang berinisial Fh yaitu: “… Banyak sekali kegiatan yang ada di kegiatan majelis taklim, antara lain; pengajian mingguan, santunan yatim piatu, ziarah walisongo dan pengajian peringatan-peringatan hari besar Islam”. Tentang penjadwalan kegiatan yang diungkapkan responden di atas, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti adalah: 1) pengajian mingguan yakni pada hari minggu yang diikuti oleh seluruh anggota dari jam 08.30 sampai 10.00 di isi dengan ½ jam untuk belajar membaca Al-Quran dengan benar 1 jam ½ untuk ceramah pandalaman tentang ajaran islam serta untuk dialog dan tanya jawab seputar keagamaan setiap hari Ahad Pukul 08.30 sampai 10.00. 2) bakti Sosial 1 tahun 2 kali di bulan Muharram dan Ramadhan menyantuni yatim piatu, fakir jompo di sekitar majelis taklim. 3) perjalanan Wisata Rohani
yakni mengunjungi pondok-pondok
pesantren dan sejenisnya yang manfaatnya menambah khazanah keislaman tentang sejarah islam 1 tahun 1 kali setiap bulan Juli mengunjungi pondok-pondok pesantren atau berziarah ke makam orang-orang sholeh seperti wali songo atau ke tempat-tempat lainnya. 4) peringatan Hari Besar Islam yakni guna memeriahkan dan mengenang hari-hari bersejarah misalnya Maulid Nabi sebagai penyadaran diri akan hadirnya nabi Muhammad SAW Misalnya setiap tahun baru Islam 1 Muharram”.
72
Adapun mubaligh atau kyai yang diundang untuk memimpin dan ikut serta dalam dalam kegiatan majelis taklim, berdasarkan pernyataan responden yang berinisial FU adalah: “… Majelis taklim di desa ini dipimpin oleh berbeda-beda kyai mas, yaitu; Bp. Kyai Ali Samkhan, Kyai Fathoni, dan Kyai Masyhur”. Peserta jama’ah majelis taklim di desa Karanganyar, menurut hasil wawancara yang diungkapkan oleh responden yang berinisial WH adalah: “… yang ikut kegiatan ini yaitu semua dari penduduk pribumi desa Karanganyar yang berjumlah 57 orang mas, terdiri dari bapak-bapak dan Ibu-Ibu serta pemuda yang ingin mengikuti” . Dari hasil observasi yang dillakukan peneliti, berikut ini adalah daftar nama para jama’ah majelis taklim desa Karanganyar:
Tabel 3.7 Daftar Nama Jama’ah Majelis Taklim NO
NAMA
NO
NAMA
1.
K. Ali Samkhan
30.
Masyhur
2.
Sokep
31.
Tarmuji
3.
Supa’at
32.
Busono
4.
Kosem
33.
Busyairi
5.
Abdul hadi
34.
Parto
6.
Tasleman
35.
Khozin
7.
Sodono
36.
Mukalal
73
8.
Ngatrozi
37.
Santoso
9.
Solikin
38.
Muslih
10.
Riyadi
39.
Khoiri
11.
Kunasem
40.
Muhdi
12.
Supono
41.
Robikhatun
13.
Kusnan
42.
Zuhriyah
14.
Tohir
43.
Sutipah
15.
Suko
44.
Paryamah
16.
Sulkhan
45.
Sarilah
17.
Abdul Mu’id
46.
Nur Hayati
18.
Karsan
47.
Syamsiyah
19.
Sugiran
48.
Aminah
20.
Hamim
49.
Zulaikhah
21.
Ngadono
50.
Ko’imah
22.
Bisri
51.
Ramidah
23.
Nur Khan
52.
Jumiyati
24.
Matsari
53.
Sukiyah
25.
Syamlawi
54.
Sa’diyah
26.
Sudomo
55.
Rumini
27.
Nur Kholim
56.
Suneki
28.
Urip
57.
Tarmi’ah
29.
Karjono Sumber: data Absensi Majelis Taklim
74
Metode yang digunakan dalam proses kegiatan majelis taklim tersebut adalah simai, berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial FU adalah: “… Kegiatan majelis taklim diselenggarakan dengan cara penyampaian materi yang mengacu pada kitab kuning. Dan masyarakat hanya mendengar dari apa yang telah disampaikan serta doa bersama setelah kegiatan itu selesai”. Ungkapan lain yang dinyatakan oleh responden yang berinisial AS adalah: “… Penyelenggaraan kegiatan majelis taklim dilakukan dengan baik, diantaranya: ceramah Islam dan peserta kegiatan hanya mendengar. Ada juga penyelenggaraan itu diupayakan tinjauan ke luar yaitu dengan ziarah walisongo, dan lain-lain”.
4. Kajian keislaman Kegiatan kajian keIslaman di desa Karanganyar adalah merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan Islam non formal. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada responden yang berinisial FU adalah: “… Kegiatan yang dilakukan pemuda di sini memang salah satunya kajian keIslaman, kegiatan tersebut banyak diminati oleh kalangan pemuda. Karena di lewat kegiatan ini pemuda pola pemikiran pemuda diasah untuk ikut andil dalam proses kajian berlangsung”. Pernyataan lain diungkapkan oleh responden yang berinisial WH yaitu: “… Pelaksanaan kegiatan kajian keIslaman di desa Karanganyar memang pesertanya mayoritas dari kalangan pemuda, kegiatan ini dihendel
75
sepenuhnya oleh IRMAS Darussalam. Dengan adanyan kegiatan ini proses syiar Islam pada remaja tanpa disadari tumbuh dengan sendirinya”. Adapun waktu dan tempat yang dijadikan kajian keIslaman, menurut responden yang berinisial FU adalah: “… Pelaksanaan kegiatan kajian keIslaman tersebut dilakukan setiap seminggu sekali yang tepatnya pada hari senin malam selasa di masjid Darussalam desa Karanganyar”. Mengenai materi yang disampaikan dalam kajian tersebut, berdasarkan pernyataan responden yang berinisial Ra yaitu: “… untuk menarik daya tangkap remaja, materi yang disajikan harus menarik. Diantara materi yang disampaikan adalah; seputar persoalanpersoalan yang yang ada kaitannya dengan remaja dan endingnya adalah adanya sebuah kajian yang religius dalam memecahkan persoalan tersebut”. Pernyataan yang mendukung dinyatakan oleh responden yang berinisial DA adalah: “… Materi yang disampaikan dalam kajian keIslaman kepada remaja yaitu; a. ceramah umum, yang berkaitan dengan persoalan-persoalan; Keagamaan. Kemasyarakatan, Kenegaraan dan keluarga. b. kajian intensif, meliputi; Akidah, Fikih/Hukum, Akhlak dan Adab sosial politik”. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial FU, pemateri dalam kegiatan tersebut adalah: “… Pemateri dalam membimbing dalam kegiatan kajian Keislaman seluruhnya diambil dari pemuda IRMAS yang dianggap mampu adalah; Rahmat, Dwi Anita, dan Nur Hidayati”. Peserta dalam kajian keIslam tersebut, menurut pernyataan responden AS yaitu:
76
“… Peserta dalam kegiatan kajian keIslaman itu seluruhnya dari remaja asal desa sendiri, yaitu berjumlah 39 remaja. Yang terdiri 17 remaja putra dan 22 remaja putri”. Untuk mendukung pernyataan responden di atas, berikut daftar peserta kajian keIslaman berdasarkan hasil obaservasi yang dilakukan oleh peneliti. Tabel 3.8 Daftar Peserta Kajian KeIslaman Desa Karanganyar No
Nama
Pa/Pi
No
Nama
Pa/Pi
1.
Agus Salam
Putra
21.
Nur Azizah
Putri
2.
Ubaidillah
Putra
22.
Yuningsih
Putri
3.
Fathul Ulum
Putra
23.
Nur Wahidiyah
Putri
4.
Syafi’i
Putra
24.
Jazilatul Rahmah
Putri
5.
M. Buhadi
Putra
25.
Syafi’ah
Putri
6.
Afandi
Putra
26.
Arita
Putri
7.
Solekhan
Putra
27.
Wiwik Handayani
Putri
8.
Mukhibbin
Putra
28.
Nur Hayati
Putri
9.
Khamdan S.
Putra
29.
Sulastri
Putri
10.
Basir
Putra
30.
Maslikhah
Putri
11.
Sodiq
Putra
31.
Tris Sa’adah
Putri
13
Abidin
Putra
32.
Sa’idah
Putri
14.
Anas S.
Putra
33.
Rofi’ah
Putri
15.
Zamroni
Putra
34.
Bikhatul Ulya
Putri
16.
Khafidzin
Putra
35.
Ifrotun Na’imah
Putri
77
17.
Feri Susilo
Putra
36.
Susanti
Putri
18.
Zusrotun T.
Putri
37.
Musyafi’ah
Putri
19
Rojmiatiyah
Putri
38.
Rina Susanti
Putri
20.
Siti Zahrotul
Putri
39.
Rika Susanti
Putri
Sumber: data Absensi Kajian KeIslaman Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan kajian keIslaman, menurut pengakuan responden yang berinisial NH adalah: “… Penyampaian dalam kegiatan kajian keIslaman pada penyampaian materi, biasanya pemateri menyampaikan terlebih dahulu lalu dibuka beberapa cermin pertanyaan”. Evaluasi yang dilakukan, menurut penuturan responden yang berinisial Ra bahwa: “… Materi yang disampaikan pemateri lalu memancing peserta untuk bertanya. Itu diharapkan para remaja dapat ikut andil dalam pengkajian yang ada dan selanjutnya didiskusikan bersama untuk menemukan masalah yang telah ditanyakan oleh peserta”. 5. Seni Budaya Islam Pelaksanaan pendidikan Islam non formal di desa Karanganyar di antaranya adalah kegiatan seni budaya Islam. Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan peneliti dari responden yang berinisial AB adalah: “… Adanya kegiatan seni budaya Islam dipegang sepenuhnya oleh Karang taruna desa Karanganyar. Kegiatan ini meliputi anak-anak MTS dan MA dan kegiatan ini mendapatkan tanggapan dan respon yang baik dari anakanak tersebut, karena kegiatan seni budaya Islam membantu anak-anak dalam menghidupkan daya kreativitas yang positif bagi anak”. Adapun tempat kegiatan tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial FU yaitu:
78
“… Tempat yang nyaman untuk kegiatan seni budaya Islam dilaksanakan di halaman masjid Darussalam desa Karanganyar, dimaksudkan untuk peserta kegiatan agar lebih dekat dan lebih mudah”. Jadwal dan kegiatan yang diselenggarakan dalam kegiatan tersebut, menurut pernyataan responden yang berinisial DN adalah: “… Jadwal dan kegiatan seni budaya Islam ini di titik beratkan dalam 2 hal: a. pelatihan rebana Kegiatan pelatihan rebana dilakukan pada malam rabu pukul 19.30 s/d 21.00 WIB. b. pelatihan pidato Kegiatan pelatihan pidato ini dilaksanakan pada setiap malam sabtu pukul 19.30 s/d 21.00. Dari dua kegiatan tersebut di atas, menurut responden yang berinisial AS: “…Pembimbing kegiatan seni budaya Islam itu di pegang sepenuhnya oleh saudara Adam Suyuti selaku pengurus karang taruna desa Karanganyar dan semua kegiatan yang ada kaitannya dengan seni budaya Islam”. Adapun peserta kegiatan seni budaya Islam, menurut pernyataan responden yang berinisial AS yaitu: “… Memang yang mengikuti kegiatan tersebut adalah anak MTS dan MA dan peserta itu ada 21 anak yang terdiri dari 14 anak laki dan 7 anak perempuan” Sebagai penguat data di atas, Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: Tabel 3.10 Daftar Absensi Peserta Kegiatan Seni Budaya Islam No
Nama
No
Nama
79
1.
Agus Salim
12.
Indah Puryanti
2.
Faris Rahmat
13.
Siti Sa’diyah
3.
Farid Nafirin
14.
Tris Sa’adah
4.
Edi setyo
15.
Aliyatun Nisa’
5.
Bagus Saputra
16.
Siti Mahmudah
6.
Veri ariyanto
17.
Nur Hidayati
7.
Saiful
18.
Tia Rahmawati
8.
Abdul Somat
19.
Irnawati
9.
Ro’is A’m
20.
Fitri Yani
10. Fajar Purnomo
21.
Indah Dwi Setyani
11. Rizki Sumber; data Absensi Seni Budaya Islam
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan seni budaya Islam berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang berinisial AS yaitu: “… Proses kegiatan pelatihan rebana seperti biasa pembimbing memberikan teori tentang langkah-langkahnya dan setelah memperoleh teori pembimbing mempraktekkan di depan anak-anak lalu peserta mengikuti apa saja yang dilakukan oleh pembimbing. Itu berlaku juga pada pelatihan berpidato”. Tentang evaluasi dalam kegiatan seni budaya Islam, menurut responden yang berinisial AS adalah: “…. Evaluasi dilakukan pada satu bulan sekali mas, pelatihan rebana; peserta harus mampu membunyikan gerakan menerbang sesuai apa yang telah dipelajari. Sedangkan pelatihan berpidato, pembimbing memberikan waktu 10 menit untuk peserta mempraktekkan berpidato di depan temantemannya”.
80
D. Tinjauan Umum Peranan Aktivitas Pemuda Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Non Formal 1. Pemimpin Peranan aktivitas pemuda di desa Karanganyar diwujudkan dengan adanya peran aktifnya pemuda dalam organisasi kemasyarakan. Peranan pengembangan pendidikan Islam non formal di desa Karanganyar adalah salah satunya menjadikan pemuda sebagai pemimpin di masa yang akan datang. Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan peneliti dari salah seorang aktivis IPNU yang berinisial MA yaitu: “… Semua program kerja yang diselenggarakan IPNU baik yang sudah atau belum dilakukan terutama yang ada kaitannya dengan pengembangan pendidikan Islam itu memberikan bekal pada kader-kader IPNU untuk menjadi seorang pemimpin masa depan” Lain responden yang berinisial MK menyatakan bahwa: “… Kegiatan yang dilakukan IPNU dalam pengembangan itu memang di antara lain adalah pemuda di arahkan untuk menjadi seorang pemimpin yang yang peranannya ditunggu-tunggu di masyarakat”. Pernyataan lain dikemukakan oleh aktivis IRMAS Darussalam yang berinisial FU adalah: “… Beberapa kegiatan yang telah direncanakan dimaksudkan untuk menjadikan sebagai bahan dalam membekali pemuda untuk menjadi calon-calon pemimpin yang bijaksana dalam menjalankan segala hal, terutama dalam bersyi’ar untuk agama Islam”. Renponden yang berinisial ZT menambahkan bahwa: “… dalam kegiatan IRMAS ini selalu diupayakan agar para kader IRMAS dalam gerakannya menjadi seorang pemimpin terutama dalam kegiatan prndidikan non formal. Untuk itu kami selalu mengasah daya pola kekritisan mereka lewat sebuah kegiatan tersebut”.
81
Ungkapan lain didapatkan peneliti dari aktivis pemuda Karang taruna yang berinisial AB: “… Upaya dalam menjadikan para pemuda sebagai calon pemimpin yaitu dengan melatih tantangan berupa tanggung jawab atas apa yang telah diamanahkan kepada mereka dalam menjalankan sebuah kegiatan non formal”. Ditambahkan oleh responden yang berinisial AS bahwa: “…. Adanya kegiatan yang berupa pelatihan yang dilakukan oleh Karang taruna, itu tidak lain untuk pemuda itu sendiri. Agar mereka tumbuh dengan dengan semangat kepemimpinan, karena sesungguhnya mereka adalah calon pemimpin di masa yang akan datang”. 2. Tutor dan Fasilitator Peranan organisai pemuda dalam mengembangkan pendidikan Islam non formal adalah sebagai turor dan fasilitator.
a. Tutor 1) TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) Upaya dalam mengembangkan TPA dan kursus bahasa Arab, berdasarkan hasil wawancara dengan responden KA adalah: “… Pengembangan yang saya lakukan, difokuskan dalam metode pembelajaran, metode yang kuno kami kembangkan menjadi sebuah pembelajaran yang sekiranya mampu memancing daya kretif perserta didik, berhubung peserta didik masih dalam tataran usia kanak-kanak, metode permainan selalu kami masukkan dalam proses pembelajaran. Hampir mirip pendapat yang dikatakan oleh responden Ms: “… Pembelajaran TPA yang dulunya hanya peserta mengikuti bacaan guru, kami berupaya mengembangkan proses pembacaan itu diselingi dengan aktivitas permainan, dengan harapan anakanak faham dan kreatif dalam pembelajaran yang diikuti”.
82
2) Kursus Bahasa Arab Lain hal nya pendapat yang disampaikan oleh pengampu kegiatan kursus bahasa Arab, menurut SH: “… Materi yang disampaikan pada peserta, diupayakan pada materi apa saja yang kurang difahami di sekolahan. Dan mencoba memancing pertanyaan yang sekiranya menyangkut terhadap materi yang dipelajari di sekolahan”. 3) Majelis Taklim Berdasarkan
hasil
wawancara,
pengembangan
yang
dilakukan oleh responden yang berinisial Ra dalam peranannya mengembangkan pendidikan Islam adalah: “… Memang perlu sekali mas untuk mengembangkan kegiatan majelis taklim karena memang kegiatan itu untuk para orang tua.
Pernyataan lain ditambahkan oleh responden yang berinisial DA bahwa: “… Beberapa hal yang kami lakukan untuk mengembangkan kegiatan majelis taklim mas, di antaranya: dalam kegiatan pengajian mingguan, biasanya dlm proses kegiatannya saya hanya terfokuskan pada ceramah dan saya mengembangkan dengan setelah ceramah saya selingi dengan diskusi pada peserta pengajian meskipun semua itu dari kalangan orang tua. Dan evalusi dari kegiatan yang telah dilakukan dengan adanya tanya jawab pada setiap akhir kegiatan”. 4) Kajian KeIslaman Pada kajian keIslaman, menurut penyataan responden yang berinisial NH yaitu: “… Memang sih mas kegiatan kajian keIslaman ini untuk para pemuda, dalam meningkatkan pemahaman pemuda desa saya selalu berupaya untuk semaksimal mungkin. Contohnya pada saat
83
berlangsungnya kegiatan saya selalu memaparkan materi yang pada saat itu baru tenar. Dan evaluasi ini berbeda dari yang sebelumnya, kalalu sekarang ini, pada setiap akhir pembahasan saya membuka beberapa pertanyaan untuk para pemuda dan solusi dari pertanyaan tidak serta merta dari saya akan tetapi saya limpahkan dulu pada peserta, terus dari beberapa pendapat akan saya jawab semampu yang saya ketahui”. 5) Seni Budaya Islam Menurut pernyataan responden yang berinisial AS yaitu: “… sebagai seorang tutor saya akan memberikan apa yang terbaik selagi saya masih mampu untuk memberikan pengetahuan yang saya punyai mas. upaya yang saya lakukan mas itu adalah; saya memberikan wacana pengetahuan yang sekiranya mampu untuk menunjang proses kegiatan pembelajaran”. b. Fasilitator Adapun fasilitator dalam hal ini adalah para pemuda yang aktif di organisasi dan masyarakat yang telah mendukung kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi pemuda desa Karanganyar. 1) Organisasi a) IPNU Menurut pernyataan dari responden yang berinisial MA adalah: “… dalam menunjang perkembangan kegiatan TPA dan Kursus bahasa arab, saya memilihkan tempat yang setidaknya nyaman untuk kegiatan itu. Dan pada ustadz atau pembimbing, keperluan apa saja yang ada kaitanya dengan proses kegiatan tersebut setidaknya dapat terpenuhi. Dalam metode pembelajaran selalu salah sarankan untuk lebih tepat sasaran, dan pada selang-selang waktu saya selalu meninjau proses kegiatan tersebut, jika ada yang kurang saya selalu menanyakan kepada para ustadz atau pembimbing kegiatan untuk hari berikutnya agar lebih baik lagi”.
84
Pendukung
dalam
kegiatan
tersebut
berdasarkan
pernyataan responden yang berinisial AR adalah: “… Untungnya mas dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pemuda IPNU mendapatkan respon positif dari masyarakat sehingga para ustadz atau pembimbing semakin giat untuk mengamalkan ilmunya, dan para anak-anak dalam menerima pengetahuan semakin tenang dan nyaman”. Mengenai penghambat dalam kegiatan tersebut menurut responden yang berinisial MA bahwa: “… Penghambat dalam kegiatan ini mas, yaitu seringnya absen oleh ustadz atau pembimbing dengan alasan mereka ada jam kuliyah di kampus mas. Dan solusinya saya yang mengisinya mas”. b) IRMAS Darussalam Menurut pernyataan yang diungkapkan oleh responden yang berinisial FU adalah: “… pada kegiatan majelis taklim dan kajian keIslaman, di sini saya berupaya memberikan tempat yang layak dan nyaman untuk kegiatan ini. Menampung segala apapun yang dikeluhkan oleh peserta atau pengampu kegiatan ini. Memilihkan cara penyampaian dan evaluasi yang tepat untuk berlangsungnya kegiatan. Dan memonitoring setiap adanya kegiatan”. Dalam pengembangan kegiatan tersebut, berdasarkan ungkapan responden yang berinisial ZT bahwa: “… Pengembangan yang saya lakukan mas itu memilihkan tempat studi banding kepada para peserta jama’ah untuk dapat menerapkan apa yang telah dikaji dapat diterapkan pada diri masing-masing peserta kegiatan mas, contohnya; memilih tempat pesantren yang dikunjungi, memilihkan tempat untuk ziarah bersama seperti ke tempat maka para auliya’ mas. Dan mencarikan donatur untuk menunjang kegiatan tersebut”.
85
Faktor pendorong dalam kegiatan tersebut, menurut pernyataan responden yang berinisial FU adalah: “… Keberlangsungan kegiatan ini dirorong oleh semangat para peserta yang mengikuti mas, mereka sangat antusias dalam mengikuti kajian-kajian yang ada”. Dan penghambat dalam kegiatan tersebut menurut hasil wawancara dengan responden yang berinisial ZT yaitu: “ … Kalau masalah penghambat mas, itu terkadang jam kegiatan bersamaan dengan acara hajatan oleh masyarakat mas. Sehingga kegiatan kajian itu di undur waktunya mas, untuk itu saya mengantisipasinya yaitu dengan cara mendahulukan acara hajatan warga dan setelah itu dilanjutkan kegiatan rutinitas IRMAS”. c) Karang Taruna Menurut hasil wawancara yang disampaikan oleh responden yang berinisial AB yaitu: “… dalam memfasilitasi kegiatan seni budaya Islam, saya memberikan peralatan-peralatan yang sekiranya memang dibutuhkan dalam kegiatan itu mas, selain itu saya memantau disaat proses kegiatan itu berlangsung. Karena dengan hal itu saya mengetahui apa saja kekurangan yang harus dicukupi dan apa saja yang harus di evaluasi mas”. Dalam
pengembangan
kegiatan
tersebut
menurut
responden yang berinisial RB bahwa: “… Pengembangan yang saya lakukan mas itu berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi peralatan-peralatan yang dianggap masih dibutuhkan”. Penghambat kegiatan tersebut menurut pernyataan respon yang berinisial AB yaitu:
86
“… Kegiatan seni budaya Islam ini terkadang membutuhkan alat-alat yang terbilang mahal, dan minimnya kas Karang taruna untuk menunjang kegiatan itu mas”.. Mengenai
pendorong
dalam
kegiatan
tersebut
berdasarkan ungkapan yang disampaikan oleh responden yang berinisial RB adalah: “… Semangat dari anak-anak dalam mengikuti kegiatan ini dan respon positif dari orang anak itu untuk selalu mengikuti kegiatan ini mas”. 2) Masyarakat Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan peneliti dari responden yang berinisial Ft adalah sebagai berikut: “… Saya sebagai orang tua mas, apapun yang baik untuk anak saya akan saya dukung mas”. Responden lain yang berinisial Ms menyatakan: “… Saya senang dengan adanya kegiatan-kegiatan itu mas. Bahkan saya mendukung pada anak saya untuk ikut kegiatan-kegiatan itu mas, karena saya khawatir jika anak saya terpengaruh oleh anakanak yang nakal mas”. Upaya untuk mendukung kegiatan tersebut, menurut pernyataan responden yang berinisial Sp adalah: “… yang saya lakukan mas, itu saya memberikan bantuan yang sekirannya berguna untuk kegiatan-kegiatan itu yaitu kepada organisasi yang mengampu kegiatan itu mas. Karena jika anakanak disibukkan dengan hal-hal yang baik pasti saya sebagai orang tua lebih terasa nyaman mas”. Lain responden yang berinisial Ft mengungkapkan: “… saya hanya bisa mendoakan mas, semoga yang menjalankan kegiatan itu mendapatkan keberkahan dari yang telah diamalkan mas, karena saya ini orang tani, tidak dapat memberikan apa-apa kecuali doa mas”.
87
Mengenai
hambatannya,
berdasarkan
pernyataan
responden yang berinisial Rd bahwa: “…disaat kebutuhan datang bersamaan mas. Terkadang untuk memberikan bantuan kepada organisasi yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan itu saya tidak bisa memberikannya mas. Kegiatan-kegiatan organisasi pemuda di desa Karanganyar dalam mengembangkan pendidikan Islam non-formal di kalangan anak-anak, orang dewasa dan orang tua, apabila dilihat dari hasil pengumpulan data-data di atas nampak jelas sudah menunjukkan adanya indikasi peran aktivitas pemuda yang digambarkan dengan aktifnya pemuda dalam sebuah organisasi pemuda di desa Karanganyar
yang
ikut
serta
berperan
dalam
kegiatan-kegiatan
yang
diselenggarakan oleh organisasi dalam pengembangan pendidikan Islam nonformal.
BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Aktivitas Pemuda di Desa Karanganyar. Seperti yang telah di kemukakan dalam penyajian data penelitian sebelumnya, bahwa aktivitas pemuda di desa Karang anyar adalah melalui keaktifan mereka dalam beberapa organisasi. Organisasi pemuda yang di ikuti
88
oleh pemuda desa Karang anyar adalah IPNU, IRMAS, dan Karang Taruna. Aktivitas kegiatan yang diadakan melalui organisasi pemuda tersebut dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat pada umumnya dan bagi umat Islam pada khususnya di bidang pengembangan pendidikan Islam. Aktivitas organisasi IPNU terbentuk dikarenakan adanya kegiatan pengkaderan di setiap desa atau ranting desa, dan aktivitas organisasi pemuda IRMAS terbentuk dikarenakan adanya ide untuk lebih mengembangkan keaktifan remaja dalam berbagai kegiatan pendidikan dakwah dan pendidikan Islam yang difokuskan di masjid Darussalam desa Karanganyar, sedangkan organisasi pemuda Karang Taruna dibentuk dalam upaya mengembangkan kreatifitas pemikiran pemuda dibidang kesejahteraan sosial kemasyarakatan, dalam
pelaksanaan
kegiatanya
selalu
bersinggungan
dan
saling
menguntungakan dengan organisasi IPNU dan IRMAS dalam pendidikan Islam walaupun tujuan organisasi tersebut menuju pada kesejahteraan sosial.
Peran organisasi pemuda Islam dalam mengembangkan pendidikan 87 dalam bidang pendidikan Islam. Yang adalah adanya objek sasaran organisasi dimaksud dengan adanya objek sasaran organisasi bidang pendidikan Islam adalah kepada siapa program kerja organisasi pemuda akan dikembangkan untuk pengembangan pendidikan Islam. Objek yang dimaksud di sini adalah masyarakat pada umumnya yaitu; orang tua, remaja dan anak-anak. Adanya objek inilah yang mengakibatkan
89
program kerja organisasi dapat terealisasikan. Dengan demikian aktivitas pemuda desa Karanganyar dalam berorganisasi mampu mengembangkan pendidikan Islam di desa karanganyar dapat terlihat dengan baik. 1. Adanya dorongan dari masyarakat dan pemerintah desa setempat. Peran organisasi pemuda Islam dalam mengembangkan pendidikan didukung oleh beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama beserta pemerintahan setempat. penyelenggara
Mereka ditunjuk
sebagai
kegiatan pengembangan pendidikan.
fasilisator
dan
Berpijak
dari
dukungan oleh berbagai pihak inilah kegiatan pengembangan pendidikan keislaman mereka dapat terwujud dan tetap konsisiten eksistensinya. 2. Adanya aspek visi, misi dan tujuan organisasi pemuda, objek sasaran organisasi serta adanya dorongan dari masyarakat dan pemerintah desa setempat merupakan faktor yang mempengaruhi aktivitas organisasi dalam usaha mengembangkan pendidikan Islam di desa Karanganyar.
B. Pendidikan Islam Non-Formal. Pendidikan Islam Non-Formal di desa Karanganyar terlaksana dengan baik dan menyeluruh di setiap jenjang usia peserta didik pendidikan karena adanya aspek-aspek sebagai berikut: 1. Adanya dukungan dari aktivitas organisasi pemuda. Perkembangan pendidikan Islam non formal didukung oleh organisasi pemuda sebagai penyelenggara dan fasilisator. Eksistensi
90
organisasi pemuda tersebut menjadi starting poin dan menjadi penompang dalam perkembangan pendidikan Islam. 2. Mayoritas Agama Masyarakat. Perkembangan pendidikan Islam non formal dipengaruhi oleh latar belakang masyarakat yang mayoritas penduduknya beragama Islam, serta keinginan penduduk dalam memperdalam agama Islam cukup tinggi. 3. Jenis-jenis pendidikan Non-Formal. Adapun perkembangan jenis-jenis pendidikan Islam non-formal di desa Karanganyar meliputi: a. TPA (Tempat Pendidikan Al-Qur’an) b. Kursus Bahasa Arab c. Majelis Ta’lim d. Kajian keislaman e. Kelompok seni budaya Islam Jenjang pendidikan non-formal ini terbagi karena adanya pengklasifikasian peserta didik. Program pendidikan TPA diikuti oleh anak-anak, kursus bahasa arab di ikuti oleh siswa-siswi yang bersekolah dalam naungan lembaga pendidikan Islam, majelis Ta’lim diikuti oleh orang tua yang ingin meningkatkan pemahaman agama sehingga pelaksanaan peribadatan mereka lebih mantap karena adanya landasan syari’at yang kuat. dan kajian keislaman dan seni budaya Islam diikuti oleh para remaja.
91
Aspek-aspek yang telah penulis paparkan di atas telah memberikan dukungan yang baik sehingga pendidikan Islam non formal di desa Karanganyar dapat terealisasikan dengan baik.
C. Peran Organisasi Pemuda dalam Pengembangan Pendidikan Islam NonFormal. Peran organisasi pemuda dalam pengembangan pendidikan Islam nonformal di desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara terlaksana dengan baik karena didukung oleh adanya aspek-aspek yang ditinjau dari; visi, misi dan tujuan organisasi (IPNU, IRMAS dan Karang taruna) yang ada di desa Karanganyar. Seperti yang telah di kemukakan dalam pengumpulan data bahwa aktivitas pemuda di desa Karanganyar adalah melalui keaktifan pemuda dalam beberapa organisasi. Organisasi yang di ikuti oleh pemuda desa Karang anyar adalah
IPNU,
IRMAS
Darussalam,
dan
Karang
Taruna.
Mereka
menyelenggarakan organisasi tersebut sesuai dengan visi dan misi masingmasing organisasi. Visi, misi dan tujuan organisasi tersebut dijadikan sebagi pedoman dalam mekanisme kerja organisasi. Dalam pelaksanaan visi, misi dan tujuan organisasi sering ada hubungan erat dengan peningkatan dan pembinaan pendidikan Islam. Peran
lain
yang
dilakukan
dari
masing-masing
organisasi
kemasyarakatan di desa Karanganyar dalam upaya mengembangkan pendidikan Islam non-formal yaitu sebagai tutor dan fasilitator dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Tutor mengembangkannya dengan adanya
92
pengembangan cara mengajar terhadap para peserta didik. Seperti; pengembangan metode pembelajaran. Fasilitator mengembangkannya dengan memberikan sebuah solusi yang baik dalam setiap evaluasi peninjauan kegiatan yang dilakukan oleh tutor, dan memberikan kontribusi yang baik dalam memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Dengan demikian, peranan aktivitas pemuda dalam pengembangan pendidikan Islam non-formal di desa Karanganyar kecamatan Welahan kabupaten Jepara sudah tergambarkan dengan baik dalam penelitian ini.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah melakukan kajian teori, penyajian data, dan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
93
1. Kegiatan organisasi pemuda di desa Karanganyar cukup banyak, di antaranya; IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’), IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) Darussalam, dan Karang taruna desa Karanganyar. Organisasi tersebut memberikan konstribusi yang baik bagi para pemuda untuk selalu aktif dalam berorganisasi. 2. Penyelenggaraan kegiatan non-formal di desa Karanganyar cukup banyak, dengan latar belakang masyarakat yang mayoritas beragama Islam maka pendidikan non formal lebih banyak yang berazaskan Islam yaitu: Lembaga TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) lembaga Kursus Bahasa Arab, Majlis Ta'lim, Kajian keislaman, dan seni budaya Islam. 3. Peranan pemuda dalam pengembangan pendidikan Islam non-formal di desa Karanganyar cukup memberikan konstribusi yang baik, yaitu dibuktikan
dengan
adanya
kemampuan
para
pemuda
dalam
mengembangkan sistem pembelajaran yang lebih baik yaitu dimana awalnya hanya metode ceramah saja yang digunakan, akan tetapi sekarang ada beberapa metode yang digunakan seperti; metode demonstrasi, permainan, dan diskusi pada setiap akhir pembelajaran. Di sini pemuda berperan lebih ditekankan pada organisasi yang diikuti, dimana peranan pemuda lebih banyak menjadi tutor dan fasilitator pada setiap 92 penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. B. SARAN-SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
94
1. Bagi pemuda, Janganlah pernah lelah berkreasi dan teruslah aktif dalam organisasi kemasyarakatan dalam mengembangkan pendidikan Islam non formal. Karena masa depan bangsa terletak di pundak pemuda. Pemuda juga harus jeli memilih pergaulan karena pada masa ini banyak budaya barat yang mengancam keberlangsungan masa depan pemuda seperti pergaulan bebas dan narkoba. 2. Pendidikan non-formal, harus memberikan kesempatan bagi pemuda untuk mengkonstribusikan pengetahuan yang mereka miliki, karena banyak potensi dalam diri mereka yang harus dikembangkan dan itu semua butuh kerja sama yang baik untuk memberikan fasilitas dan kesempatan dari lembaga pendidikan non-formal. 3. Bagi masyarakat, harus mendukung dan memberikan kesempatan untuk pada generasi muda untuk berkreasi dan selalu aktif dalam organisasi kemasyarakatan. Dan masyarakat menjadi controlling dalam pergaulan pemuda karena banyak tantangan budaya barat yang akan mereka hadapi sedang psikologis pemuda selain sangat aktif juga labil, dan tugas masyarakat adalah menjaga labilitas pemuda untuk merespon hal-hal yang negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 2007. Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional; Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Bandung: Imperial Bhakti Utama, Lingkar Selatan. Arif, Mahmud. 2008. Pendidikan Islam Transformatif. Cet-1. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara.
95
Ayub, Mohammad E. 1996. Manajemen Masjid. Cet, 1. Jakarta: Gema Insani Press. Dagur, Antony Bagul. 2004. Prospek & Strategi Pembangunan. Cet-1. Bogor: Indomedia Global. Daymon, Christine. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communications. Yogyakarta: Bentang. Departemen Agama RI. 2002. Mushaf Al-Qur'an Terjemahan. Jakarta: Al-Huda. Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan; Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Eksan, Moch. 2000. Kiai Kelana. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Eriyanto. 2001. Analisis Wacana; pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang. Feisal, Jusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Cet.1. Jakarta: Gema Insani. Gulo, W. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gransedia Widiasarana Indonesia. Harry Sidharta, Syahmuharnis. 2006. TQ Transcendental Quotient Kecerdasan Diri Terbaik. Jakarta: Republika. Ibrahim, Darwies. 2004. Smart Selling "Fish Where the Fish Are" Pendekatan Baru untuk Meningkatkan Penjualan. Elex Media Komputindo. Jakarta: Anggota IKAPI. Kadir Olong, Hatib Abdul. 2006. TATO. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Kanisius. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Cet-5, Yogyakarta. Latif, Yudi. 2005. Inteligensia Muslim dan Kuasa; Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad ke-20. Bandung: Mizan Pustaka. Malahayati. 2010. Super Teens; Jadi Remaja Luar Biasa dengan Kebiasaan Efektif. Cet-1. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. Mochlisin. 2007. Kewarganegaraan. Jakarta: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
96
Moeljono, Djokosantoso. 2008. More About Beyond Leadership. Jakarta: Anggota IKAPI. Elex Media Komputindo. Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muljana, Slamet. 2008. Kesadaran Nasional; Dari Kolonialisme sampai Kemerdekaan. Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara. Murdiyatmoko, Janu. 2007. Sosiologi; Memahami dan Mengkaji Masyarakat untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Grafindo Media Pratama. Nogi, S. Tangkilisan, Hessel. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo. Rita Rohayati, Erwan Juhara, Eriyandi Budiman. 2005. Cendekia Berbahasa. Jakarta: PT Setia Purna. Roqib, Moh. 2009. Ilmu Pendidikan Islam; Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat. Cet.1. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang. Sugeng Priyanto,...(et.al.). 2008. Contextual Teaching and Learning Pendidikan Kewarganegaraan: Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VII. Edisi 4. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sulaiman, Mundir. 1997. Islam Akhir Zaman. Al-abikan: Maktabah. Sukardi, Imam, dkk. 2003. Pilar Islam; Bagi Pluralisme Modern. Solo: Tiga Serangkai. Surya, Mohamad. 2004. Bunga Rampai Guru dan Pendidikan. Cet-1. Jakarta: Balai Pustaka. Surakhmad, Winarno. 2009. Pendidikan Nasional-strategi dan Tragedi. Cet-1. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Syadat Hasibuan, Muhammad Umar. 2008. Revolusi Politik Kaum Muda. Edisi Pertama, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan; Bagian 1 Ilmu Pendidikan Teorities. Cet-1. Bandung: Imperial Bhakti Utama.
97
Visimedia. 2007.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003; Sistem Pendidikan Nasional & Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005; Guru dan Dosen, Cet. 2, Jakarta. Waluya, Bagja. 2007. Sosiologi; Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat untuk SMA/MA Kelas X. Edisi 1. Cet-1. Bandung: Setia Purna Inves. www. id.wikipedia.org www.ip4nu.wen9.com www.kamusbahasaindonesia.org www.nu.or.id