PERANWANITA DALAM PEMBANGI.INAN MENGHADAPIERA GLOBALISASI
Oleh: RahardiRamelan Wakil KetuaBappenas
iO!,(UMEIITASI & AFISIP
BAPPENAS
DISAMPAIKAN PADA ACARA PROGRAM KERIA UNIT DFIARMA WANITA DEPARTEMEM PEKERJAAN UMUM JAKARTA, 19JUNI T997
PERANWANITA DALAM PEMBANGUNAN MENGHADAPIERAGLOBALISASI Oleh: RahardrRamelan Wakil Ketua Bappenas
1.
Pendahuluan
Saya sangat berbahagia
atas kesempatan yang dlberlkan
untuk
menyampaikan pengarahan pada pertemuan Anggota Dharmawanita Unit Departemen Pekerjaan umum, yang mengambll tema peran serta wanita dalam pembanganan
dalam menghadapi era globalisasi. Pertemuan ini
merup al
kegtatan di berbagai sektor ekonomi dan sosial, dalam bidang politik, serta bidang-bidang pembangunan lainnya, seperti misalnya bidang olah raga) w anrta telah berperan membaw a nama harum bagi b angsanya. Dengan mengabatkan wanita berarti l
Dalam Pembangunan Jangka PanjangII (pJp II), komitmen pemer intah Indonesia dalam upaya pentngkata:nperanan wanita drlandasi pada amanat GBHN 1993 yang menggarisbawahi bahwa wantta sebagaimitra sejajar pria harus
lebih
dapat
berperan
dalam
pembangunan dan
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta ikut melestarikan nllai-nllai Pancaslla. DaIam Repelita VI peningkatan peranan wanita ditujukan untuk meningkatkan kedu dukan, peranan ) kemampuan, kemadirt an, dan ketahanan mental dan spiritual wanita sebagai bagtan tak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas SDM. Kualitas SDM itu sendiri merupakan faktor penentu utama dari kemajuan dankemandrrian suafrtbangsa. Dewasa ini upaya peningkatan SDM juga dlhadapkan pada tantangan era globalisasi yang sedang berlangsung dengan intensitas dankecepatanyang semakin tinggi. Prosestersebut melanda seluruh dunia dan semua aspek kehidupan manusia, bahkan sampai kepada aspek-aspekkehidupan unit masyarakat yang terkecil, yaitu keluarga. Tidak ada masyarakatataubangsa yang dapat menghindar dari prosestersebut. Dalam era globalisasi tersebut, kemampuan
bersaing suatu negara
sudah tidak lagi semata-mata ditentukan oleh keunggulan komparatif
ya:ng
dtdasarkan pada pemilikan sumber daya alam dan ketersedtaan tenaga kerja murah, tetapi akan ditentukan oleh penguasaan informasi, teknologr, dan keahhan. Untuk
itu
yang menjadi kunci
adalah keberhasilan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu menyerap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berbekalkan akhlak danbudi pekerti yang muba sesuaidengan nllai-nllai yang terkandung dalam Pancaslla danUUD 1945.
Dalam hal itulah peran wanita sebagai potensi SDM yang besar memegang peran sfrategis menghadapi tuntlutan peningk atan kuabtas SDM. Di samping ifu wanita juga memiliki peran yang sangat strategis dalam menghasilkan generasi muda
yang berkualitas dan
berpotensi bagi
p embangunan bangsa y ang maju, mandtri, sejahtera, dan berkeadllan. D engan demikian upaya peningkatan kualttas SDM dalam menghadapi era globalisasi antara lain dapat ditempuh
melalui peningkatan peran wanita dalam
pembangunan.
Selanjutnya hal penting yang menjadi pokok permasarahan adalah bagatmana peran wanita dt dalam pembangunan) yang saat ini sangat kuat dipengaruhi oleh era globaLisasi,serta bagaimana upaya agar peranan wanita disesuaikan unfuk menjawab tantangan serta tttntatan dari pembangunan dalam era globalisasitersebut.
Z.
Peran Wanita SebagaiMitrasejajar Pria Dalam Pembangunan di Era Globalisasi
Upaya pembangunan peran wanita sebagai mitrasejalar pria dalam menghadapi era globalisasi pertama-tama perlu diawali oleh peningkatan kualitas wanita ifu sendiri. Karena dengan kualitas yang prima, wanita akan d,apat berper an optimal di dalam p embangunan.
Di dalam RepelitaVI peningkatanperanwanita diarahkan padasasaran utama sebagarberikut: 1) meningkatnya taraf pendidikan wanita, antara lain ditunjukkan dengan makin menurunnya jumlah penduduk wanita yang menderrta tiga buta (buta aksara Latin dan angka, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan dasar); 2) meningkatnya kuahtas SDM wanita melalut pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaaniptek; 3) meningkatnya derajat kesehatan wanrta termasuk keluarganya sehingga memungkinkan wanrta berperan aktrf dalam kegtatan pembanglrnan;4) meningkatnya kuabtas dan produktivitas tenaga kerja wanita dan makin sempurna dan mantapnya perlindungan tenaga kerja wanrta, termasuk hak dan jaminan sosialnya; S) meningkatnya peran ganda wanita
dalam pembinaan keluarga dan
peransertanya yang aktif dr masyarakat secara serasi dan seimbang; 6) berkembangnya iklim
sosial budaya yang
lebih
mendukung
vpaya
mempertinggt harkat dan martabat wanrta1,7) dan mal
Sejalan dengan itlu,peran serta wa n ita daLamp embangunan p aling tidak dapat ditilik dari tiga macam peran balk di dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pertama adalah peran reproduktif wanita, yang tidak terbatas dalam konteks biologis, yaitu melahirkan, tapr lebrh dalam konteks sosial. Peran rni mencakup tanggungawab pengasuhan dan pendidlkan anak serta tugas-tugas rumah tangga (tugas domestik), untuk ittt peran reproduktif ini juga dimengerti sebagaiperan wanita sebagailbu rumahtangga. Kedua adalah peran produkfif wanrta. Peran ini berlaku pada saat wanita bekerja secara produktif dan mendapatkan rmbalan untuk pekerjaannya ittt, balk dalam bentuk uang maupvn barang (economically active) . Dengan kata Iain peran ini adalah peran wanita dalam mencari nafkah. Selanjutny% peran wanita yang ketiga saya istilahkan sebagaiperan sosial-polittk wanita dalam masyarakat atau peran sosial-politik kemasyarakatan. Peran ini mencakup kegratankegratanyang dilakukan dalam masyarakat, yang umvmnya bersifat sukarela, dan dllakukan umumnya diwaktu senggang. Karena sifatnya yang sukarela, umumnya kegiatan ini dilakukan tanpa memperoleh kompensasi dalam bentuk
upah. Kegratan tersebut seringkali berhubungan dengan generasi muda, olah rag% keagamaan, pelayanan kesehatan, pendidikan, pelatlhan, pembinaan danlarn-Lain.
Pada kenyataannya seringkali terjadi overlapping antara ketiga peran tersebut. Di samping itu, peran yang satu dapat mendukung fungsi peran lainnya. Namun melalui ketiga peran utama wanita tersebut, dapat ditinjau bagaimana wanita dapat berperan dalam pembangunan di era globalisasi sekarang ini
dan upaya-upaya apa saja yang dapat dllakukan untuk
meningkatkan peran w anita tersebut.
Peran Reproduktif
:
upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang handar sangat berkattan dengan peran reproduktif wanrta. Mulai dari masih di dalam kandungan, sampai seorang anak tumbuh menjadt dewasa serta mengecap pendidlkan, dan kemudian terjun kedalam masyarakat, lbu sebagarorang tua memiliki peran yang sangat besar. Hal ini terutama ditemukan dt sebagian besar masyarakat I
wanita
didalam
keluarga,
di
mana
pria/suami
terutama
bertanggungawab terhadap urusan-urusan publik, yaitu yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan di luar rumah, dan wanita (istri) terutama bertanggungawab
atas sektor domestik, yaitu
menanga:ni tugas-tugas
rumahtangga, termasuk mengasuh anak. Peran reproduktrf wanita ya:ng tidak lain adalah peran wanita sebagai lbu rumahtangga tidak dapat dianggap remeh. Karena ternyata tugas-tugas rumahtangga dan keluarga yang dllakukan wanita frdak saja memiliki nilai tambah bagi kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga, namltn lebih dari itu memiliki ntlai tambah bagi kekuatan tenaga kerja (labor force) saat ini dan di masa yang akan datang. Karena tidak hanya sekedar mengasuh dan membesarkan anak, tetapr pada kenyataannya wantta juga memiliki peran
dominan dalam hal mengurus dan mengasuh keluarga secara keseluruhan, termasuk suami. Sehingga tidak saja wanrta berperan dalam pembenhtkan kekuatan tenagakerja dt masadepanryaitu dengan melahirkan, membesarkan serta mengasuh anak, tramttn juga secaranyata berperan dalam memellhara kekuatan tenaga kerja saat im, yaitu dengan mengurus suami atau anak yang telah dewasadan bekeri a.
Di dalam era globalisasi ini, wanita perlu iebih dittngkatkan lagi perannya di
dtdalam kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Pengaruh
globalisasi yang sedemikian kuat dapat secaralangsung menyenfuh keluarga tanpa harus melalut institusi-instifusi masyarakat lainnya. Misalnya saja dengan adanya teknologi komunikasi yang semakin canggth, balk melalui surat kabar, radio, televisi, internet, maupun media massa lainnya, globalisasi dapat langsung dtrasakan oleh keluarga. secara ttdak langsung, pengaruh globalisasi menyentuhkeluarga melalui institusi-instifusi masyarakatyang ada, misalnya sala melalui institusi pekerjaan yang meminta persyaratan tenaga kerja dengan kualifikasi yang semakin tinggi dan denganjenis-jenis pekerjaan yang semakin beragam.
Keluarga sebagai unit masyarakat yang terkecil dlharapkan dapat bertahan untuk menghadapi pengaruh-pengaruh buruk dari globalisasi,dan selanjutnya menyesuaikan diri dengan fitntutan positif globalisasi. bblh dari itu keluarga sebagaiunit dari masyarakat dapat tarut mempersiapkanbangsa dalam menghadapi arus globalisasi itn, yaitu melalut sumber daya manusia keluarga.
DaIam hal inllah wanita bersama-sama dengan pria dalam suatu pola hub ungan kemitr aan yang sejajar dapat lebih b erperan dalam mempersi apkan generasi penerus yangberkualitas. Hal ini terutama dtlakukan melalui upaya pemellharaan kesehatan dan grzi, yang perlu dilakukan sejak masa awal kehamilan pendidikan
sampai dengan pertumbuhan
anak menjadi dewasa, serta
anak, terutama penanaman nllai-nllai
yang
mendukung
pembentukan akhlak dan budi pekerti yang mulia sesuai dengan nilai-nilai Pancaslla dan UUD 7945. Dalam hal ini peran pria, balk sebagai suami maupun sebagaibapak juga sangat diperlukan. Karena dengan pengertian dan rasa tanggungawab yang besar dari seorang pria, pemberian gizi serta pemeliharaan kesehatanbalkbagi lbu yang mengandung maupun anak dapat lebih berjalan optimal. Di samping, upaya mendidik anak oleh keluarga akan lebih optimal dengankehadtran sosokbapak sebagaibagiandari orangtua dan untuk ttl;Jah peran pr ia dalam p endidlkan anak menj adr p enting. Hal ini juga semakin jelas dalam menjawab tuntutan tenaga kerja berkualttas di masa yang akan datang. Dengan persiapan yang matang d,ari keluarga, maka tenaga kerja yang sehat, mandiri, profesional, serta memiliki wawasan yang luas akan dapat membentuk kekuatan tenaga keqa nasional yanghandal.
b.
Peran Produktif
Lebih dari separuh jumlah penduduk usia kerja atau penduduk usia 10 tahun ke atas di Indonesia adalah wanrta. Seiama lebih dari satu d.asawarsa terakhir, keadaan ini tidak berubah. Dengan demikian kualitas tenaga kerja wantta sebagai potensi kekuatan tenaga kerja sangat menentukan kualitas kekuatan tenaga kerja tersebut secar a keseluruhan. Saat ini, proporsi penduduk wanita yang aktif melakukan kegiatan ekonomi dan aktif mencaripekerjaan, disebut denganistilah Tingkat parbisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita terus meningkat, namun masih jauh \ebth rendah dlbandingkan dengan TPAK pria. Akan tetapr perkembangan selama periode 1980 - 1994 menunjukan bahwa ttngkat partisipasi wanita d,alam kegiatan ekonomi telah meningkat jauh lebih tinggi dlbandtngkan d,engan tingkat partisipasi pria. Pada tahun 1980, TPAK wanita diperkirakan hanya 32,6 persen yang meningkat menjadi 44,s persen pada tahun lgg4. Ini merupakan peningkatan sebesar12 persen.Sedangkanuntuk penduduk pria,
TPAK tahun 198o adalah 68,4 persendanhanya meningkat 4 persen menjadi 72 persenpada tahun 7994.
Namun dthhat dari p endtdlkannya, kualitas tenaga kel a w anita tersebut masih relatif rendah dan bahkan lebih rendah dari tenaga kefia Ia7
Dt era pasar bebas nanti tenaga-tenaga kerja asing akan memasuki pasar tenaga kerja di Indonesia dengan iebih deras lagi. Mereka yang datang umumnya memiliki keahlian dan kecakapan yang khusus serta pendrdtkan yang relattf tinggi. Dengan demikian tenaga kerja wantta akan mengalami tantangan yang lebih berat lagi, karena selain harus bersaing dengan tenaga kerja pria di dalam negeri, merekapun harus bersaing dengan tenaga-tenaga kerja asing yang berkualitas. DemiT
dapat memasuki i ntern asi o naI, atau b ekerj a di negar a- negar a lain.
pasar tenaga kerla
Dengan kualitas yang rendah dan persaingan kerja yang ketat,balk di pasar tenaga kerja domestik maupvn pasar tenaga kerja internasional, maka
tenaga kerja wanita hanya akan semakin tergeserpada posisi-posisidan jemsjenis pekerjaan yang marginal, yaitu jenis-jenis pekerjaan yang tidak terlalu menuntut keahhan, kec akapan, sertaprofesionalismeyang tinggi.
Dengan demtl
Dalam
menrngkatkan
peran
produktif
wanita,
yaitu
melalui
peningkatan kuahtasnya sebagai tenaga kerja, dapat dtidentiflkasi beberapa tantangan yang perlu dtatasi. Pertama, adalah beban wanita yang cukup berat, karena terutama bagt mereka yang telah berkeluaga, wanita sebagailbu rumahtangga juga bertanggungawab terhadap urusa:n-urusa:nrumahtangga dan keluarga (peran reproduktifl
selain bekerja mencarT nafkah (peran
produkti0.
Hal y ang ked ua b erhubungan dengan persoalan buday a, atau apa y ang disebut oleh Bank Dunia sebagai social conventions and norms. Maslh ada persepsidi dalam masyarakat yang memandangbahwa investasi sumber daya manusra yang
dlberlkan
pada anak wanita
tidak
akan menghasilkan
keuntungan (return) sebesar investasi yang sama jlka dlberlkan kepada anak laki-laki, karena wanlta akan menlkah, menjadi lbu rumahtangga, dan umumnya tidak bekerja secaraproduktif. Hal ini selanjutnya mempengaruhi pola perencanaan investasi di dalam rumahtangga. Misalnya terutama pada keluarga yang berpendapatan rendah, maka jlka harus memilih, mereka umumnya akan memilih memberi pendidlkan atau menyekoiahkan anaklakilaki daripada anak perempuan, dengan alasan tersebut di atas. Dengan demikian, rendahnya investasi dalam modal manusia (human capitaD yang ada pada diri wanita menghasilkan kualitas wanita yang juga relatif rendah dtbanding pria, terutama dalam hal pendidrkan dan kesehatan. Dengan
kualitas tersebut, maka dalam pasar tenaga kerja wantta mendapatkan upah relatif lebih kecil dan jabatan yang relatif lebih rendah dart pada pria. Dengan demikian upaya peningkatan peran produktif wanita dalam pembangunan bangsa di era globalisasi perlu pertama-tama diwujudkan meialui pentngkatan kualitas wanita. Terutama adalah pendidikan, yaitu penguasaanilmu pengetahuan dan teknologi termasuk pendidikanmoral, serta tingkat derajat kesehatan wanita yang perlu difingkatkan dalam vpaya menciptakan tenaga kerja wanita y ang berkualitas. Tantangan-tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan kualitas tenaga kerja wanrta dapat ditangani olehberbagai macam pihak,yaitu meIalui i n stitus i p emerint ah dengan pr ogr am - pr ogr am p embangunannya, oleh masyarakat secara umlrm) maupun oleh keluarga yang dalam hal ini diwakili oleh peran wanita dan pria dalam hubungan kemifrasejajaran. Pemahaman kemitrasejalaran dalam keluarga sangat memainkan peran penting dalam mengatasi peran ganda wanita yang terlalu membebani wanita., yaita dengan adanya sikap saling pengertian dan salingkerjasama antara suami-istri dalam pembagian kerja di dalam rumahtangga, terutama dalam masalah pengasuhan dan pendtdlkan anak. Selanjutnya) upaya unfuk mengatasi adanya pola pikir yang masih keliru mengenai keunfungan dari melakukan investasi, terutama dalam pendidrkan bagi anak perempuan, perlu dlkerjakan oleh semua plhak, yaitu baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat sendiri, dan diupayakan antara rarn melalui benfuk- bentuk komunikasi, informa si. dan edukasi. c.
PeranSosial-Kemasyarakatan
Terutama di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia, peran w antta dalam kegiatan -kegtatan kemasyar akatan y ang bersifat sukarcla s angat besar. Partisipasi wanita dalam organisasi kemasyarakatan mencakup keterllbatannya dalam organisasi fungsional seperti Korpri danDharmawanrta; partar politik; dan pekerjaan sosial lainnya, seperti kegratan pembinaan 10
kesejahteraankeluarga(PKK), dankegratankeagamaan)sepertiMajelis Taklim, pendidikan,olah rag% keseniandanlain-latn.
Partisipasi wanita, terutama yang telah berkeluarga, dalam kegiatan sosial-politik kemasyarakatannya dapat dlllhat sebagai perluasan dari peran reproduktif merekarhanya sajadalam skala yang lebih besarryaitu masyarakat atau komunitas. Dalam melakukan peran sosial-polifik kemasyarakatan inr wanita hlrut berperan dalam vpaya pendistribusian serta pemehharaan sumber - sumber daya y ang langka, mtsalnya seperfi pendidlkan, ke sehatan, air bersih, danlain-latn. Hal ini selanjutnya memberikan ntlai tambahbagi wanita maupvn keluarganya. Bagi wanita, partisipasi mereka memberikan nllai tambah dalam bentuk pentngkatankapasitas dirt, percaya din, aktualisasidiri, serta kualttasnya sebagaipelayan-pelayansosial. Bagi keluargany% partisipasi wanita memberikan ntlai tambah dalam bentuk peningkatan kedudukan keluarga di dalam masyarakat, antara lain terlihat dari pengakuan serta penerimaan masyarakat (misalnya lingkungan tetangga, hngkungan teman kanto r, 1i ngkung an keluar ga luas) kepada keluarga mereka. Peran serta wanita dalam organisasi kemasyarakatanterutama terllhat dartkegtatan-kegiatanyangbersifat sosial serta pelayanankepada masyarakat. Terutama di ttngkat desa, h,tta ketahuL peran aktif wanita dalam kegiatankegratan pelayanan kesehatandan pendrdrkan, serta pelayanan sosial lainnya. Dalam pelayanan kesehatan masyarakat, wantta telah sangat berperan d,alam pelayanan kesehatan dasar, imunisasi, dan perbalkan gizi keluarga, yang secara teratur d,iselenggarakan di puskesmas dan posyand.u. pelayanan kesehatan ini umumnya dikelola oleh masyarakat, terutama PKK. Kelompok PKK ini telah sangat berkembang hingga telah mencakup seluruh desa dan kelurahan yang ada di Indonesia. Melalui gerakan PKK,wanitaberperan aktif dalam membtna kesejahteraan keluarganya. Dalam pelayanan pendidtkan, wantta banyak berperan upaya pemberantasanbuta huruf, serta pemberian makanan tambahan untuk
anak sekolah. Sementara itu
11
dalam bidang
kependudukan dan keluarga sejahtera,wanita telah sejak lama berpartisipasi sebagaimotivator KB, yaitu yangdikenal sebagaipetugaslapanganKB (PLKB). Di dalam era globalisasiini, intensitas maupun kualitas dari upaya pelayanan kepada masyarakat perlu terus ditingkatkan lagt. Terlebih dalam upaya meningkatkan kualitas SDM, maka pelayanan-pelayanan masyarakat yang langsung tertaju kepada aspek peningkatan SDM merupakan kunci utama, yarttt terutama pelayanan kesehatan, pendidtkan, dan kesejahteraan keluarga. Upaya pemberian pelayanankepada masyarakat ini perlu mellbatkan segala pihak., karena walaupun plhak pemerintah dalam hal rm merupakan inisiator, peran serta masyarakat dalam mendukung keberhasllan upaya tersebut merupakan hal vital. Dalam pengertian inllah, peran sosial-politik kemasyarakatan wanita, yang terutama memang berkaitan
erat dengan
benhrk-benfuk pelayanan masyarakat yang ditajukan kepada peningkatan kualitas sDM,
memegang peranan penttng dalam vpaya pembangunan
bangsa.
Selain itu organisasi-organisasisosial-politik kemasyarakatanmemiliki fungsi perekat bagi anggotanya, terutama karena bentuk-benfuk kegi atannya yang bersifat melayani dan sukarela, sehingga pada a\dtirnya organisasi tersebut
merupakan
salah
satu
wadah
bagi
upaya
menciptakan
kesetiakawanan sosial, batk antara anggotanya maupun antara anggotanya dengan masyarakat umum. Dengan demrl
mempunyai nilai
tambah bagi vpaya
pemerataansosialdan ekonomi. Di dalam era globalisasiini, peran sosial-politik kemasyarakatan wanita terbukti memberikan artt positif bagi wanita it;usendiri, keluarganya, dan juga masyarakatluas, dan untuk itu peningkatan peran tersebut mutlak dtperlukan.
12
3.
Peran Dharmawanita
Dalam Pembangunan dt Era Globalisasi
Peran Dharmawanita sebagai sekelompok wanita tstrt para pegawar negeri dalam pembangunan di era globalisasipada hakekatnya tidak terlepas dari pengertian ketiga peran wanita dalam pembangunan tersebut dr atas. Karena anggota Dharmawanita yang adalah wanita jugaberperan sebagailbu rumahtangga (peran reprodukttf), bLLabekerja produktif dan memperoleh penghasilan juga berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarga (peran produktifl , dan melalui keanggotaannya didalam organisasi Dharmawanita turut berperan nyata didalam organisasi kemasyarakatan (peran sosial-politik kemasyarakatan').
Namun seperti telah diuralkan dalam ketrga peranwanita di atas,peran Dharmawantta sebagai mitra sejajar prta di dalam pembangunan maslh perlu ditingkatkan
lagi, terutama dalam hal kualitasnya sebagai sumber daya
manusia- Masih banyak terllhat keterfi nggalan w anita darrp ada pria, terutama dalam btdang pendidlkan, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Unfuk mengatasi hal tersebut, maka dlbuthkan beberapa hal utama, yaitu perlu diupayakan peningkatan kualitas wanita. TJpaya ini juga perlu didukung oleh adanya kemauan dari wanita itu sendiri unfuk meningkatkan kualitasnya. Disamping itu juga
diperlukan
adanya kesadaran serta pengertian
akan makna
kemitrasejajaran antara pria dan wanita dalam pembangunan dari masyarakat umum dan juga pria. Dengan demikian Dharmawanita sebagai mttrasejajar prta, terus ditantang untuk meningkatkan perannya) batk sebagai pelaku maupun pemanfaat dart pembangunan tersebut. Namun disamping itu ada tiga catatan yang akan saya kemukakan di sini berkaitan dengan peran wanita sebagai anggota Dharmawanita di dalam pembangunan.
Pertama, sebagai mitr asejajar, maka w anita ber sama- sama dengan pria, perlu saling dukung mendukung dengan sikap saling pengertian dalam 1.3
menjalankan peran masing-masing di
dalam
pembangunan. Dengan
demikian, Dharmawanita juga dlharapkan dapat mendukung para suami, yang merupakan abdi negara dan abdi masyarakat, dalam menjalankan tugasnya.Sikappengabdtankepadanegaradan masyarakattersebut juga perlu drjadlkan panutan bagi seluruh anggota keluarga. Kedua, adalah mengenar pengaturan pembagian peran wanrta. sebagai anggota Dharmawantta, wanita berarti telah menjalankan lebth dari satw peran (multi peran) dan untak itu perlu memiliki kemampuan mengatur pembagian perannya. Wanita perlu lebih hati-hatt dalam mengalokasikan waktu dan parttsipasinya dalam pembangunan serta memberikan penekanan pada prrorttas peran tertentu. Salah safu kriteria unfuk menenhrkan pada peran yang mana wantta seharusnya membertkan penekanan lebih dlbanding peran-peran lainnya, adalah jenis keluarga berdasarkan rata-rata usia anak. JIka secaraumum kita kelompokan keluargakedalam 3 jenjang,yaittt pertama adalah keluarga muda, keluarga yang memilik anak balita; kedua adalah keluarga remaja,keluarga yang telah memiliki anak remajal dan kettga adalah keluarga dewasa, keluarga yang telah memiliki anak dewasa, maka seorang wanita dapat meninjau ulang peran-peran utama yang perlu dllakukan, Terutama bagi wanita yang ttdakbekerla, dalam pengertian kerja formal dengan jam kerja yang tetap, maka ia harus dapat memberikan penekanan antara peran reproduktifnya dengan peran sosial-politik kemasyarakatannya. Sebagaicontoh, wanita yang datang darikeluarga muda tentunya masih perlu lebih memperh atlkan kebutahan pengasuhan anak daripada kegtatan-kegiatan kemasyarakatannya, dan dengan demlkian peran reproduktif masih merupakan prioritas utama di banding peran sosial-politik kemasyarakatan. Sebaliknya wanita yang datang dari keluarga dewasa dimungkinkan unfuk lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosiai-politik kemasyarakatan. Namun bagr para tbu-tbu Dharmawantta yang saat ini tidak bekerja, tidak berarti mereka tidak dapat menjalankan fungsi produktifnya. Karena pengertian bekerja tidak harus selalu bekerja di sektor formal, namun 14
juga pekerjaan-pekerjaan yang bersifat informal dalam bentuk wLrausaha, misalnya saja dengan membuka katering, berdagang pakaian, dan lainIainnya.
Leblh dari rtu, organisasi Dharmawanita, sebagai organisasi sosialfungsional kemasyarakatan, juga dapat berfungsi sebagai wadah penerapan kesettakawanan sosial. Seperti kita
ketahui,
wantta-wanrta
anggota
Dharmawanita berasal dari berbagai stafus ekonomi, yang antara lain dapat drllhat dari jeryangkepangkatan dan golongan suami sebagaipegawai neger| D engan demlkian, kegiatan -kegiatan yang dllakukan oleh D har maw anita tidak saja dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat, seperti misalnya pelayanan ke panti asuhan, rumahjompo, rumah sakit, danlain-lain, tapr juga terutama perlu dllakukan bentuk pelayanan antar-anggota Dharmawanita. Dalam hal inilah kesetiakawanansosial dapat dinyatakan,yaitu melaluikegiatan-kegiatan yang membanta anggota Dharmawanita yang kurang mampu) seperti halnya pemberian beasiswa untuk anak. Dengan demikian Dharmawanita dapat menjalankan fungsinya secara lebih optimal, yaitu dengan memberikan pelayanan kepada anggotanya dan juga kepada masyar akat.
Penutup
Demikianiah
sekedar sumbangan pikiran
unfuk
para
anggota
Dharmawanlta Unit Departemen Pekerjaan lJmum.
Saya harapkan dengan sumbangan pikiran ini., Dharmawanita tJnit Departemen Pekerjaan umum dapat leblh berperan dalam pembangunan bangsa, khususnya dalam menghadapi era gLobalisas| Karena seperti kita ketahui bahwa wanita memiliki potensi yangbesar dalam vpaya pembangunan bangsa. Terutama dengan adanya multi peran yang dlbawakanny% wanita tidak sajaberperan penting dalam upaya peningkatan kesejahteraankeluarga, namun juga kesejahteraanmasyarakat secaraluas serta pembangunan bangsa
dan negara. Bahkan seperti yang telah saya kemukakan di atas, wanita memiliki andil besar dalam membentuk sumber daya manusia, khususnya kekuatan tenaga kerja
yang berkualitas,
gttna menghadapi tantangan
globalisasi yang semakin kuat ini. Oleh karena ifit saya sangat mengharapkan agar L<tprah Dharmawanita
sebagai mitrasejajar pria dalam pembangunan
nasional semakin nyata di kemudianhari.
Demikian sekedar sumbang pllor saya.
Jakarta,19Juni 1997
16