PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN JENIS BUKU TERCETAK : STUDI KASUS DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA Yani Soraya, Utami Budi Rahayu Hariyadi Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Abstrak Skripsi ini membahas tentang kegiatan pengembangan koleksi buku tercetak di Perpustakaan Universitas Negeri Jakarta serta penerapannya mulai dari analisis kebutuhan pemustaka, seleksi koleksi, pengadaan, penyiangan, evaluasi dan pemeliharaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian ini adalah bahwa perpustakaan UNJ belum memiliki kebijakan secara tertulis untuk kegiatan pengembangan koleksi. Saran penelitian ini adalah perpustakaan UNJ perlu membuat kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis agar dapat membantu mengatur proses pengembangan koleksi. Kebijakan ini memerlukan kerjasama antara perpustakaan UNJ dengan pihak universitas dan fakultas sehingga pelaksanaan kegiatan pengembangan koleksi dapat dilakukan secara maksimal. Kata Kunci : Pengembangan koleksi, perpustakaan perguruan tinggi Abstrack The focus of this study is collection development in The Jakarta State University Library and its implementations, from community analysis, selection, acquisition, weeding, evaluation and preservation. This research used qualitative approach with a case study methods. The results of this research revealed that Jakarta State University Library does not have a written collection development policy which makes the collection development. It is sugggested that The Jakarta State University Library should have a written collection development policy for collection development process. This policy requires cooperation between The Jakarta State University Library with
university administrator and faculty members so that the
implementation of collection development activities can be done properly. Keyword: Collection Development, academic library
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Dalam Undang-Undang No 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, khususnya pada pasal 1, disebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Salah satu jenis perpustakaan yang menyediakan kebutuhan pemustaka menurut pasal 20 dalam Undang-Undang tersebut di atas adalah perpustakaan perguruan tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai pusat sumber informasi sedapat mungkin menyediakan informasi terbaru demi memenuhi kebutuhan informasi pemustakanya dan kelangsungan kegiatan akademis di Perguruan Tinggi tersebut. Semakin banyak ragam muatan kurikulum disajikan dalam perguruan tinggi atau universitas, maka semakin banyak pula koleksi perpustakaan yang dibutuhkan. Ketersediaan koleksi perpustakaan terkait erat dengan kebijakan pengembangan koleksinya. Kegiatan pengembangan koleksi yang dilakukan perpustakaan adalah proses dalam menyediakan koleksi perpustakaan untuk pemustaka yang sesuai kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan koleksi perpustakaan diperguruan tinggi harus diatur dengan baik melalui perencanaan yang matang dan terarah yang terangkum dalam kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan. Universitas Negeri Jakarta (selanjutnya disebut UNJ) merupakan perguruan tinggi negeri yang ada di Jakarta, berdiri pada tahun 1964. UNJ memiliki 50 program studi tingkat sarjana yang tersebar di 7 fakultas, selain itu juga ada beberapa program pasca sarjana. UNJ saat ini memiliki lebih dari 24.000 mahasiswa setiap tahunnya. Pemanfaatan koleksi perpustakaan bagi mahasiswa merupakan tuntutan agar mahasiswa dapat membekali diri dengan informasi yang membantu dalam proses belajar mengajar, selain itu tantangan pekerjaan
membutuhkan menunutut lulusan yang berwawasan dan dapat memahami
perkembangan ilmu pengetahuan. Selain mahasiswa, Dosen dan staf administrasi juga termasuk pemustaka yang memanfaatkan Perpustakaan UNJ untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Pengembangan koleksi di perpustakaan UNJ menarik untuk dibahas karena penulis melihat pengembangan koleksi belum berjalan dengan maksimal. Selama di lapangan penulis melihat ada koleksi buku teks yang jumlah eksemplarnya terlalu banyak. Pengadaan jumlah eksemplar yang banyak akan berguna jika buku tersebut adalah buku yang dibutuhkan pemustaka. Namun setelah penulis melihat tanggal pengembalian yang berada di belakang buku, judul buku tersebut sangat jarang dipinjam pengguna, selain itu peneliti juga melihat
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
ada koleksi tersebut merupakan koleksi tahun terbitan lama. Saat ini pelaksanaan pengembangan koleksi di perpustakaan UNJ masih ditemukan beberapa masalah, karena koleksi yang dikembangkan belum sesuai sasaran dan tidak dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini terkait belum adanya kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis. Berbagai kegiatan lain yang terkait dalam proses pengembangan koleksi perpustakaan juga mempengaruhi penggunaan koleksi di perpustakaan. Kegiatan ini ini seperti kegiatan seleksi, evaluasi, penyiangan, evaluasi dan pemeliharaan koleksi perpustakaan. Pedoman yang digunakan masih berupa Pedoman Operasional Standar yang belum mencakup seluruh proses pengembangan koleksi. Di dalam peraturan Pedoman Operasional Standar hanya mengatur mengenai proses pengadaan, seleksi, penyiangan, pemeliharaan dan pengolahan. Perpustakaan UNJ telah memperoleh sertifikat ISO 9001-2008 pada bulan Desember 2008 dengan nilai baik karena telah memiliki kinerja dengan baik dalam melayani kebutuhan pemustaka. Proses mendapatkan nilai itu dilakukan melalui pengawasan (supervisi) setiap enam bulan sekali. Supervisi dilakukan baik secara internal maupun eksternal. Supervisi secara internal dilakukan oleh UNJ, sedangkan secara eksternal dilakukan oleh World Quality Assurance (WQA). Pada tahun 2012 dilakukan supervisi ketiga oleh WQA pada tanggal 13 Desember 2012. Hasilnya adalah perpustakaan masih berhak memperoleh sertifikat ISO. Label ISO berpengaruh dalam meningkatkan kinerja pustakawan dalam melayani pemustaka, serta berusaha dalam memenuhi kebutuhan pemustaka. Salah satu kriteria penilaian layanan perpustakaan yang baik adalah dilihat dari kualitas koleksi perpustakaan. Setiap kegiatan lain di perpustakaan akan bergantung pada koleksi perpustakaan yang bersangkutan. 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengembangan koleksi jenis buku tercetak di perpustakaan UNJ? 2. Apakah kendala yang dihadapi dalam proses pengembangan koleksi jenis buku tercetak? 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan kegiatan atau proses pengembangan koleksi jenis buku tercetak di Perpustakaan UNJ 2. Untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam proses pengembangan koleksi jenis buku tercetak? 1.4. Batasan Masalah
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
Dalam penelitian ini, saya membatasi masalah yang akan diteliti, yaitu hanya pada koleksi tercetak jenis buku teks dan buku rujukan. 2.1. Landasan Teori 2.1. Perpustakaan Perguruan Tinggi Dalam Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 51), dijelaskan bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan unit pelaksana teknis yang bersama-sama dengan unit lain melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam mengumpulkan, mengolah, merawat, serta melayani sumber informasi kepada lembaga induk khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya. Perpustakaan perguruan tinggi seperti perpustakaan pada umumnya, diharapkan pemustaka membantu pencarian informasi yang dibutuhkan melalui koleksi perpustakaan yang tersedia, sehingga kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi tercapai. Adapun misi Perpustakaan Perguruan Tinggi menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 7330:2009 tentang Perpustakaan Perguruan Tinggi (BSN, 2011:3) adalah: 1. Mengembangkan, mengorganisasi dan mendayagunakan koleksi perpustakaan 2. Menyelenggarakan pendidikan pemustaka 3. Meningkatkan literasi informasi pemustaka 4. Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi yang ada 5. Melestarikan koleksi perpustakaan 2.2. Koleksi Perpustakaan Koleksi merupakan salah satu faktor utama dalam menunjang keberadaan perpustakaan. Tanpa adanya koleksi yang baik dan memadai, perpustakaan tidak akan dapat memberikan layanan yang baik kepada pemustakanya. Perpustakaan berkewajiban membangun koleksi yang kuat demi kepentingan pemustaka. Dalam Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 51), koleksi perpustakaan harus lengkap dalam arti beragam subyeknya dan memadai besarnya agar dapat menunjang tujuan dan program perguruan tinggi di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Besarnya koleksi perpustakaan perguruan tinggi ditentukan oleh berbagai faktor antara lain jumlah program studi, jumlah mata kuliah, tingkat pendidikan, kegiatan penelitian. Selain itu jumlah dosen dan mahasiswa harus pula di pertimbangkan untuk menghitung jumlah eksemplar setiap judul.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 7330-2009
tentang perpustakaan perguruan tinggi(BSN, 2011: 7), bahwa perpustakaan perguruan tinggi menyediakan bahan bacaan mata kuliah yang ditawarkan di perguruan tinggi masing-masing disediakan tiga eksemplar untuk tiap seratus mahasiswa.
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
2.3. Pengembangan Koleksi (Collection Development) Pengembangan koleksi adalah awal dari pembinaan koleksi perpustakaan yang bertujuan agar koleksi tetap sesuai dengan kebutuhan dan jumlahnya selalu mencukupi bagi pemustaka. Evans dalam bukunya Developing Library and Information Center Collection (2000: 15), mengemukakan bahwa proses pengembangan koleksi di perpustakaan adalah suatu
proses mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan koleksi perpustakaan dalam
mendukung kebutuhan dan sumber daya pemustaka yang dilayani perpustakaan.
Gambar 1: Bagan proses pengembangan koleksi ( Evan. 2005: 20) Menurut Paul H. Mosher yang dikutip oleh Johnson menulis bahwa pengembangan koleksi adalah proses yang seharusnya perpustakaan perlu membuat kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis. Evans (2000: 51), menyatakan bahwa kebijakan pengembangan koleksi merupakan pernyataan tertulis dari perencanaan kegiatan dan berisi informasi yang digunakan untuk memberikan pedoman bagi staf perpustakaan dalam berfikir dan membuat keputusan. Kebijakan yang dibuat secara tertulis menurut Disher dalam bukunya Crash Course in Collection Development (2007: 46), diperlukan untuk mendapatkan kejelasan dalam membuat keputusan mengenai koleksi yang dimiliki. Menurut Frank W. Hoffmann dan Richard J. Wood seperti yang dikutip oleh Johnson (2009: 77) mengidentifikasikan komponen
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
penting apa saja yang harus dipertimbangkan dalam kebijakan pengembangan koleksi yang baik.
Komponen
tersebut
yaitu:
pernyataan
tujuan,
pernyataan
latar
belakang,
pertanggungjawaban pengembangan koleksi, misi, tujuan, sasaran, target pengguna, anggaran dan biaya, kriteria evaluasi, format, terbitan pemerintah, perawatan untuk koleksi khusus, koleksi khusus, berbagi sumber, layanan, alat bantu seleksi, hak cipta, kebebasan intelektual, pengadaan, hibah dan petukaran, pemeliharaan koleksi, penyiangan, evaluasi koleksi, revisi kebijkan, definisi istilah, daftar kata, bibliografi, dan lampiran. 2.3.1. Analisis Kebutuhan Pemustaka (Community Analisis ) Memahami kebutuhan pemustaka adalah kunci dalam membangun koleksi yang relevan. Pengembangan koleksi yang sesuai kebutuhan akan meningkatkan pemanfaatan penggunaan koleksi perpustakaan. Evans (2000: 17), menjelaskan bahwa proses pengembangan koleksi diawali dengan mengenali komunitas pemustaka atau analisis kebutuhan pemustaka. Pengembangan koleksi berfokus pada pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka yang dilayani. Evans (2000: 35), menjelaskan analisis kebutuhan pemustaka dan pelayanan perpustakaan dapat membantu menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk membuat perencanaan pengembangan secara efektif. Analisis kebutuhan pemustaka ini membantu pustakawan dalam menjawab pertanyaan tentang permintaan dan kebutuhan informasi dari pemustaka, khususnya sivitas akademika yang selanjutnya akan menunjang proses pengembangan koleksi. Perpustakaan biasanya melakukan analisis kebutuhan pemustaka dengan berbagai cara tergantung kebijakan yang telah ditetapkan diantaranya
membuat
kuisioner, ada juga melalui statistik peminjaman. 2.3.2. Kebijakan Seleksi ( Selection Policies ) Dalam membuat kebijakan seleksi harus mengetahui kebutuhan pemustaka saat ini dan apa yang yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, artinya mengumpulkan alat bantu seleksi dan meminta pendapat pustakawan, pakar, serta pemustaka. Dalam perpustakaan perguruan tinggi, pakar yang dimaksud adalah dosen perguruan tinggi tersebut, sedangkan pemustaka yang dilibatkan yaitu mahasiswa. Pada kegiatan menyeleksi koleksi perpustakaan, perpustakaan perguruan tinggi mempunyai berbagai kriteria yang dijadikan pertimbangan bagi pustakawan agar bahan pustaka yang dipilih tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Disher (2007: 77) menjelaskan kriteria seleksi sebagai berikut: 1.
Subjek
2.
Permintaan dan potensi penggunaan
3.
Koleksi perpustakaan yang berkualitas.
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
4.
Pertimbangan lain, yaitu: pengarang, penerbit, format koleksi perpustakaan,
biaya, pemustaka dan tanggal penerbitan. 2.3.3. Seleksi (Selection) Kebijakan pengembangan koleksi dimulai dengan kegiatan memilih koleksi perpustakaan yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka, maka akan diperoleh pengembangan koleksi yang baik pula. Definisi tentang seleksi koleksi dijelaskan Evans (2005: 18), bahwa seleksi koleksi adalah
proses memutuskan koleksi apa saja yang dibutuhkan oleh
perpustakaan. Proses ini termasuk memutuskan diantara koleksi perpustakaan yang tersedia manakah yang menyediakan informasi tentang subjek yang sama; memutuskan apakah informasi yang dimuat dalam koleksi perpustakaan sesuai dengan kebutuhan; atau memutuskan apakah koleksi perpustakaan yang digunakan tersebut dapat diterima oleh pemustaka. Lebih lanjut Evans (2005: 91), menjelaskan tahapan proses seleksi adalah sebagai berikut: 1. Pustakawan harus mengidentifikasi kebutuhan koleksi dalam hal subjek dan format 2. Menentukan jumlah anggaran yang tersedia untuk pengembangan koleksi 3. Mengembangkan rencana untuk mengidentifikasi potensi penggunaan koleksi yang dibutuhkan. 4. Melakukan pencarian untuk koleksi perpustakaan yang diinginkan. Dalam Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:53), dijelaskan bahwa memilih koleksi perpustakaan memerlukan alat bantu perpustakaan. Alat bantu yang dapat digunakan untuk memilih koleksi perpustakaan adalah: silabus, bibliografi, tinjauan dan resensi, pangkalan data perpustakaan lain serta umber-sumber dari internet. Alat bantu seleksi harus mampu membantu pustakawan dalam mempertimbangkan bahan pustaka yang dipilih agar efektif dan optimal. Alat bantu seleksi juga harus dipilih dengan cermat oleh pustakawan dan diharapkan alat bantu bantu seleksi tersebut dapat membantu memberikan informasi mengenai koleksi perpustakaan yang diperlukan. Setiap alat bantu seleksi harus mempertimbangkan kedua hal, seperti yang dijelaskan oleh Clayton and Gorman (2001: 102), yaitu: pertama, alat bantu seleksi harus dapat mengidentifikasi koleksi perpustakaan, dan menyediakan informasi yang cukup pada pustakawan untuk memutuskan apa saja koleksi perpustakaan yang dibutuhkan tersebut; ini berarti alat tersebut berfungsi sebagai alat pengingat. Kedua, alat bantu seleksi harus dapat digunakan untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan, atau memberitahu pustakawan tentang koleksi perpustakaan yang baik yang sesuai dengan kebutuhan, dan jika tidak sesuai berarti alat bantu seleksi tersebut gagal; ini berarti alat tersebut harus berfungsi sebagai alat evaluasi.
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
2.3.4. Pengadaan (Acquisitions) Pengadaan merupakan kegiatan inti dalam pengembangan koleksi. Kegiatan pengadaan merupakan proses mendapatkan koleksi perpustakaan setelah melalui proses seleksi, dengan cara pembelian, sumbangan maupun hadiah. Evans (2005: 315), menjelaskan bahwa bagian pengadaan juga mengumpulkan data-data dari terbitan, penerbit-penerbit baru, dan jasa pelayanan yang baru yang mungkin diperlukan bagi pengadaan. Proses pengadaan pada dasarnya sama, yaitu: pencarian koleksi perpustakaan, pemesanan, penerimaan koleksi perpustakaan, mengatur anggaran keuangan, dan menyimpan koleksi perpustakaan yang telah tersedia. Pengadaan koleksi perpustakaan dapat dilakukan dengan pertimbangan tetap memperhatikan kebutuhan informasi pemustaka dengan cara memberikan koleksi perpustakaan yang
mutakhir dan relevan sesuai dengan kebutuhan. Dalam Pedoman
Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 55), dijelaskan cara pengadaan koleksi perpustakaan dilaksanakan dengan cara pembelian, tukar menukar, hadiah atau sumbangan, titipan, dan terbitan sendiri. 2.3.5. Penyiangan( Deselection) Koleksi perpustakaan secara berkala perlu disiangi agar koleksi perpustakaan yang sudah tidak sesuai lagi dapat diganti dengan koleksi perpustakaan yang baru. Dalam Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 65), dijelaskan penyiangan koleksi adalah pemilahan koleksi perpustakaan yang dinilai tidak bermanfaat lagi bagi perpustakaan. Menurut Spiller dalam Providing Materials for Library User (2000: 98), bahwa penyiangan biasanya menggambarkan pengurangan jumlah koleksi perpustakaan dari rak. Sebuah asumsi dasar dari proses penyiangan adalah bahwa nilai sebuah buku dapat dilihat dan dapat diperkirakan dari jumlah penggunaan buku tersebut oleh pemustaka, yang berarti dapat dilihat dari peminjaman dan pencarian oleh pemustaka. Proses ini harus dilakukan secara berhati-hati, konsisten dengan kebijakan dan tujuan kelembagaan, dan mengerti terhadap kebutuhan pemustaka. Hal ini juga dijelaskan oleh Evans (2000: 412), bahwa pedoman dalam kegiatan penyiangan ini hendaknya mencangkup kriteria
untuk
mengidentifikasikan
koleksi
perpustakaan
yang
harus
dikeluarkan,
menyebutkan siapa yang melakukan penyiangan, frekuensi penyiangan, dan apa yang harus dilakukan dengan koleksi perpustakaan yang dikeluarkan. Dalam Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 65), dijelaskan bahwa kriteria koleksi perpustakaan yang perlu dilakukan penyiangan yaitu: koleksi perpustakaan
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
yang isinya sudah tidak relevan dengan program perguruan tinggi, isinya sudah rusak, koleksi yang sudah ada edisi barunyaya, jumlah eksemplarnya terlalu banyak, serta koleksi yang fisiknya sudah rusak. 2.3.6. Evaluasi (Evaluation) Sujana dalam artikelnya yang berjudul mengoptimumkan pengembangan koleksi (2008:1), menjelaskan bahwa evaluasi koleksi adalah kegiatan menilai koleksi perpustakaan baik dari segi ketersediaan koleksi itu bagi pemustaka maupun pemanfaatan koleksi bagi pemustaka. Perpustakaan perlu melakukan evaluasi koleksi secara periodik dan sistematik untuk memastikan bahwa koleksi itu mengikuti perkembangan kebutuhan pemustaka yang dilayani. Tujuan dari evaluasi koleksi menurut Clayton dan Gorman ( 2001:162) adalah: 1. Untuk mengetahui secara akurat pemahaman atas cakupan, kedalaman, dan kegunaan dari koleksi perpustakaan. 2. Untuk membantu dalam penyusunan kebijakan pengembangan koleksi 3. Untuk mengukur efektifitas atau keberhasilan kebijakan pengembangan koleksi 4. Untuk menentukan kecukupan dan kualitas koleksi 5. Pedoman untuk melaksanakan penyiangan dan pengawasan koleksi. Dalam melakukan kegiatan evaluasi, pustakawan dapat melakukan teknik atau cara untuk dapat mengukur kualitas koleksi perpustakaan bagi pemustaka. Evans (2000: 434-442), menyatakan bahwa teknik-teknik pengukuran atau evaluasi koleksi perpustakaan dapat dibagi menjadi: 1. Teknik yang berfokuskan koleksi perpustakaan Teknik-teknik ini digunakan untuk mengukur cakupan, besarnya, dan kedalaman suatu koleksi atau bagian dari koleksi perpustakaan. Teknik ini memanfaatkan berbagai daftar (checklist), katalog, bibliografi, dan mencakup juga kegiatan lain seperti pemeriksaan bahan di rak, dan pengumpulan statistik. 2. Teknik berfokuskan penggunaan Teknik ini bertujuan apakah suatu buku, majalah, atau bagian tertentu dari koleksi yang digunakan dan siapa yang menggunakannya. Penekanan dapat pada penggunaan, dan dapat pada pemustaka. 2.4. Pemeliharaan Koleksi (Collection Preservation ) Kondisi koleksi perpustakaan ditentukan oleh pemakaian, pengamanan, dan perawatannya. Kerusakan koleksi perpustakaan memang sulit dihindari, tetapi usia koleksi perpustakaan dapat diperpanjang dengan perawatan secara teratur. Dalam Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 64), bahwa kerusakan pada buku disebabkan kan
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
berbagai faktor diantaranya faktor mekanis, kimiawi, dan hayati. Salah satu pemeliharaan yang dapat dilakukan oleh pustakawan adalah dengan pelestarian atau preservasi. Dalam pedoman
Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 64), dijelaskan melestarikan
koleksi perpustakaan dapat dilakukan dengan cara menjilid, melaminasi, dan menyampul. Pemeliharaan lain yang bisa dilakukan adalah dengan memperhatikan perlindungan dari cahaya, baik cahaya matahari maupun cahaya lampu. Hal ini dikarenakan cahaya dapat memberikan efek memudarkan
pada buku. Menurut Clayton dan Gorman(2001: 188),
penyimpanan koleksi perpustakaan yang ideal adalah di tempat yang tidak terkena cahaya langsung. Dengan memperhatikan perlindungan dari cahaya, maka akan meminimalkan kerusakan koleksi perpustakaan. 3. Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Menurut Creswell, penelitian kualitatif merupakan metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna oleh sejumlah individu atau sekelompok orang yang berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (2010: 4). Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai bagaimana pengembangan koleksi buku di Perpustakaan UNJ. Sulityo-Basuki dalam bukunya Metode Penelitian (2006: 110), menyebutkan bahwa penelitian deskriptif mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari semua aktivitas, objek, proses dan manusia. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Metode studi kasus menurut Stake dalam Creswell (2010: 20), merupakan metode penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu individu. Adapun objek
penelitian dalam penelitian ini adalah
pengembangan koleksi tercetak di perpustakaan UNJ, sedangkan subjek penelitian ini adalah informan yang akan saya wawancara yaitu, Kepala Perpustakaan UNJ, staf bagian pengadaan, dosen, dan mahasiswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam adalah dengan
wawancara,
observasi, dan studi literatur. Proses pengumpulan data dilakukan selama 8 bulan dari bulan September – April. Setelah data-data telah didapatkan melalui beberapa teknik pengumpulan data selanjutnya data-data tersebut harus diinterpretasikan atau dianalisis. Adapun langkahlangkah yang dilakukan dalam analisis data menurut Creswell (2010: 276-283), adalah: 1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis. 2. Membaca keseluruhan data 3. Menganalisis lebih detail dengan mengkodekan data (coding)
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
Coding adalah proses mengolah materi atau informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya. 4. Menerapkan proses pengkodean (coding) untuk mendeskripsikan setting, orangorang, dan tema-tema yang akan dianalisis. 5. Menginterpretasi atau memaknai data 4. Pembahasan 4.1. Pengembangan Koleksi Dalam perpustakaan perguruan tinggi, pemustaka yang datang adalah sivitas akademika yang terdiri dari mahasiswa dan dosen. Mahasiswa merupakan pemustaka yang lebih sering memanfaatkan perpustakaan, karena sangat menunjang kegiatan perkuliahan yang membutuhkan koleksi perpustakaan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Nia, mahasiswa UNJ yang datang ke perpustakaan dengan tujuan mencari buku untuk tugas mata kuliah. Perpustakaan merupakan prasarana yang didirikan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang merupakan bagian dari Tri Darma Perguruan Tinggi, seperti yang dijelaskan dalam Pedoman Perpustaan Perguruan Tinggi (2004: 51), bahwa perpustakaan perguruan tinggi merupakan unit pelaksana teknis yang bersama-sama dengan unit lain melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam mengumpulkan, mengolah, merawat, serta melayani sumber informasi kepada lembaga induk khusunya dan masyarakat akademis pada umumnya. Perpustakaan yang ingin proses pengembangan koleksinya berjalan dengan terarah, maka diperlukan sebuah kebijakan koleksi yang dapat dijadikan panduan bagi setiap perpustakaan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan koleksi. Berdasarkan informasi yang dikatakan Ridha, UPT Perpustakaan UNJ belum memiliki kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis. Alasan Perpustakaan UNJ belum memiliki kebijakan pengembangan koleksi karena untuk membuat kebijakan ini perlu diadakan rapat dengan mengundang orangorang di luar perpustakaan seperti dekan, dan dosen. Hal ini belum memungkinkan untuk dilakukan karena masalah waktu yang belum terlaksana. Walaupun belum memiliki kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis, saat ini perpustakaan UNJ hanya memiliki SOP yang dibuat pada tahun 2009. SOP tersebut yaitu tentang pengadaan, pengolahan, seleksi, penyiangan
dan
pemeliharaan
koleksi.
Idealnya
perpustakaan
memiliki
kebijakan
pengembangan koleksi secara tertulis, sehingga kebijakan ini dapat menjadi panduan bagi pustakawan dalam melaksanakan pengembangan koleksi. Hal ini seperti dikatakan oleh Evans (2000: 51), yang menyatakan bahwa kebijakan pengembangan koleksi merupakan pernyataan tertulis dari perencanaan kegiatan dan berisi informasi yang digunakan untuk memberikan
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
pedoman bagi pustakawan untuk berfikir dan membuat keputusan. Pedoman ini akan menjadi pertimbangan pustakawan dalam menentukan langkah apa yang akan dilakukan dalam proses pengembangan koleksi, sehingga tujuan dari kegiatan ini yaitu pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka tercapai. Menurut informan Andi, belum tersedianya kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis di perpustakaan UNJ mengakibatkan kegiatan pengembangan koleksi perpustakaan belum berjalan secara maksimal. Kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis merupakan alat perencanaan dan sarana untuk mengkomunikasikan tujuan dan kebijakan pengembangan koleksi. Perpustakaan UNJ hanya memiliki SOP sebagai pedoman dalam kegiatan pengembangan koleksi. SOP bukanlah kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis, hal ini karena komponen dari SOP tidak menjelaskan secara rinci seperti komponen yang telah disebutkan oleh Hoffmann & Wood. Menurut Frank W. Hoffmann dan Richard J. Wood seperti yang dikutip oleh Johnson (2009:77) mengidentifikasikan komponen penting apa saja yang harus dipertimbangkan dalam kebijakan pengembangan koleksi yang baik. Komponen tersebut yaitu: pernyataan tujuan, pernyataan latar belakang, pertanggungjawaban pengembangan koleksi, misi, tujuan, dan sasaran, target pengguna, anggaran dan biaya, kriteria evaluasi, format, terbitan pemerintah, perawatan untuk koleksi khusus, berbagi sumber, layanan, alat bantu seleksi, hak cipta, kebebasan intelektual, pengadaan, hibah dan petukaran, pemeliharaan koleksi, penyiangan, evaluasi koleksi, revisi kebijkan, definisi istilah dan daftar kata, bibliografi, dan lampiran. Kebijakan koleksi perlu disosialisasikan kepada seluruh staf pustakawan, pihak universitas dan fakultas agar dapat memberikan pemahaman dan konstribusi mengenai kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis. 4.2.1. Analisis Kebutuhan Pemustaka (Community Analisis) Pada umumnya salah satu kegiatan sebelum melakukan kegiatan seleksi adalah dengan melakukan analisis kebutuhan pemustaka seperti yang dijelaskan Evans (2000:17), bahwa proses pengembangan koleksi diawali dengan mengenali kebutuhan pemustaka. Istilah analisis kebutuhan pemustaka berarti mengenali kelompok orang yang dilayani di perpustakaan. Dalam pengembangan koleksi, analisis kebutuhan pemustaka berisi penilaian informasi atau koleksi buku apa yang dibutuhkan oleh pemustaka. Perpustakaan UNJ sebenarnya tidak memiliki kegiatan analisis kebutuhan pemustaka secara khusus. Menurut Maya, perpustakaan UNJ tidak memiliki kegiatan analisis kebutuhan pemustaka secara khusus. Perpustakaan UNJ menyediakan formulir usulan pemesanan buku, untuk membantu pemustaka yang menginginkan koleksi yang dicarinya tersedia di
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
perpustakaan. Usulan ini selanjutnya akan dijadikan pertimbangan oleh pustakawan dalam kegiatan pengadaan. Statistik juga menjadi pertimbangan dalam usaha mengetahui kebutuhan pemustaka, yaitu dengan melihat jumlah pengunjung dan jenis koleksi yang dipinjam. Formulir pemesanan buku dan statistik ini memang dapat mengetahui kebutuhan informasi pemustaka,tetapi belum bisa membantu banyak dalam kegiatan analisis kebutuhan pemustaka. Kedua cara ini
belum bisa menjawab pertanyaan tentang permintaan dan kebutuhan
informasi pemustaka. Analisis kebutuhan pemustaka menurut Evans (2000:35), perlu dilakukan agar dapat membantu menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk membuat perencanaan pengembangan secara efektif. Penggunaan formulir usulan pemesanan buku juga belum dilakukan secara efektif, karena banyak pemustaka yang belum mengetahui keberadaan formulir tersebut. Pemustaka yang mengisi formulir biasanya hanya kebetulan bertanya kepada pustakawan tentang buku yang dicari tetapi tidak tersedia, kemudian pustakawan mengusulkan agar mengisi formulir tersebut. Menurut Nia, bahwa dia sama sekali tidak mengetahui tentang adanya formulir tersebut, hal ini dikarenakan tidak adanya sosialisasi atau petunjuk tentang formulir tersebut. Sehubungan dengan itu Perpustakaan UNJ harus lebih aktif dalam sosialisasi mengenai formulir usulan pemesanan tersebut bila ingin mengetahui kebutuhan pemustaka. 4.2.2. Kebijakan Seleksi Kebijakan seleksi ini diperlukan untuk membantu pustakawan dalam memilih buku yang akan dijadikan koleksi perpustakaan dan mana yang tidak. Pada umumnya kebijakan seleksi ini berisi kriteria seleksi koleksi. Dalam melakukan seleksi, perpustakaan UNJ memiliki beberapa kriteria mengenai koleksi yang akan dipilih. Menurut Ridha, kriteria yang digunakan dalam seleksi koleksi perpustakaan di perpustakaan UNJ, yaitu subjek, format, harga dan tahun terbit. Perpustakaan UNJ memprioritaskan koleksi perpustakaan yang memang sesuai dengan program studi dan kurikulum di UNJ, karena koleksi perpustakaan tersebut lebih dibutuhkan dan menunjang kegiatan belajar mengajar sivitas akademika UNJ. Penerbit dan pengarang diutamakan yang berkualitas. Harga koleksi juga menjadi pertimbangan pustakawan, yaitu harga koleksi perpustakaan dengan harga yang terjangkau, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk tetap membeli buku yang harganya cukup mahal, misalnya saja buku untuk fakultas teknik. Tahun terbit juga menjadi kriteria penting dalam memilih koleksi perpustakaan di UNJ, yaitu koleksi perpustakaan yang mutakhir. Kriteria yang ditetapkan UNJ tersebut, juga sependapat seperti yang dijelaskan oleh Disher (2007: 77), bahwa kriteria dalam memilih koleksi perpustakaan, yaitu subyek, permintaan dan
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
potensi penggunaan, serta pertimbangan lain yaitu penerbit, pengarang, harga, dan tahun penerbitan. Menurut Maya, dalam kegiatan seleksi koleksi mereka tidak menetapkan berapa persen jumlah koleksi perpustakaan pada setiap jurusan. Pustakawan lebih memprioritaskan koleksi mana yang saat ini dibutuhkan dan dicari oleh pemustaka, tetapi koleksi perpustakaan tersebut belum tersedia. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Disher (2007: 77), yang menyebutkan jika pustakawan ingin
memastikan koleksi perpustakaan sesuai dengan
kebutuhan pemustaka, maka putakawan harus membuat daftar prioritas subjek yang dibutuhkan pemustaka. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan data statistik peminjaman. Kedua informan juga mengatakan bahwa saat ini sebenarnya perpustakaan UNJ ingin menambah koleksi perpustakaan untuk Fakultas Seni dan Bahasa serta Fakultas Olahraga, tetapi untuk koleksi perpustakaan bidang tersebut sulit untuk dicari. 4.2.3. Seleksi Koleksi Proses seleksi ini dilakukan pustakawan dalam mempertimbangkan dan membuat keputusan dalam memilih buku apa saja yang dibutuhkan oleh perpustakaan (Evans, 2005: 18). Kegiatan seleksi di UPT Perpustakaan UNJ melibatkan dosen-dosen program studi yang ada di UNJ. Menurut Ridha, kegiatan seleksi diawali dengan memberikan katalog disertai formulir ke masing-masing program studi melalui fakultas. Dosen-dosen program studi tersebut menuliskan judul buku yang saat ini dibutuhkan untuk menunjang kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi di UNJ. Dosen membantu pustakawan untuk menentukan koleksi apa yang dibutuhkan pemustaka. Formulir yang telah dituliskan oleh dosen, kemudian dikembalikan ke perpustakaan, untuk selanjutnya akan dipilih oleh pustakawan mana yang akan dilakukan pengadaan. Memilih koleksi perpustakaan yang akan dilakukan pengadaan, tergantung dari anggaran yang tersedia. Apabila anggaran tidak cukup untuk membeli semua koleksi perpustakaan yang diajukan oleh dosen, maka perpustakaan akan memilih koleksi perpustakaan mana yang saat ini dibutuhkan. Tahapan kegiatan seperti yang dijelaskan oleh informan Ridha, sesuai seperti yang dijelaskan oleh Evans (2005: 91), bahwa tahapan dalam proses seleksi adalah dengan mengidentifikasi kebutuhan koleksi dalam hal dan subjek dan format, menentukan jumlah anggaran yang tersedia, kemudian mengembangkan rencana untuk mengidentifikasi potensi penggunaan koleksi perpustakaan yang dibutuhkan, untuk selanjutnya melakukan pencarian untuk koleksi perpustakan yang dinginkan. Agar pustakawan dengan mudah mengidentifikasi koleksi apa yang dibutuhkan, pustakawan menggunakan alat bantu seleksi. Alat bantu yang digunakan perpustakaan bisa saja berbeda antara perpustakaan yang lain. Alat bantu yang digunakan diharapkan bisa
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
membantu pustakawan dalam memilih koleksi buku apa yang saat ini diterbitkan dan dibutuhkan pemustaka. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Clayton dan Gorman (2001: 102), bahwa alat seleksi harus mampu mengidentifikasi koleksi perpustakaan, dan memberikan pustakawan informasi yang cukup untuk memutuskan apa saja koleksi perpustakaan yang dibutuhkan tersebut. Kegunaan alat bantu seleksi sangat besar dalam kegiatan seleksi karena alat bantu ini memberikan ulasan singkat mengenai terbitan-terbitan yang dihasilkan oleh penerbit. Menurut Ridha, alat bantu seleksi koleksi yang dibutuhkan adalah katalog penerbit, brosur, pamflet, selain itu pustakawan juga menelusur melalui internet. Penelusuran melalui internet biasanya melihat website perpustakaan lain, misalnya seperti melihat website perpustakaan UIN untuk mengetahui koleksi buku berbahasa Arab. Hal ini dilakukan untuk mengetahui koleksi buku tentang bahasa arab yang digunakan oleh UIN untuk selanjutnya menjadi pertimbangan pengadaan oleh pustakawan di Perpustakaan UNJ. Alat bantu seleksi yang digunakan oleh perpustakaan UNJ sesuai seperti yang dijelaskan pada Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:53), bahwa dalam memilih koleksi perpustakaan dapat menggunakan alat bantu seperti silabus, bibliografi, tinjauan dan resensi, pangkalan data perpustakaan lain dan sumber-sumber dari internet. 4.2.4. Pengadaan Pengadaan adalah proses mencari koleksi perpustakaan setelah melalui proses seleksi. Kegiatan pengadaaan dapat dilakukan dengan banyak cara tergantung dari kebijakan perpustakaan masing-masing. Perpustakaan UNJ melakukan pengadaan koleksi dengan cara pembelian, tukar menukar dan hadiah. Maya menjelaskan bahwa
pengadaan buku di
Perpustakaan UNJ sama seperti halnya perpustakaan lain yang diperoleh dari pembelian, tukar menukar dan hadiah serta titipan. Proses kegiatan pengadaan koleksi perpustakaan dilakukan seperti yang dijelaskan oleh Evans ( 2000: 315), pada dasarnya adalah dengan melakukan pencarian koleksi perpustakaan, pemesanan, penerimaan koleksi perpustakaan, mengatur anggaran keuangan, dan menyimpan koleksi perpustakaan yang telah tersedia. Kegiatan pengadaan yang dilakukan pustakawan Pengadaan melalui pembelian dilakukan melalui tender yang memang sudah ditunjuk oleh pihak perguruan tinggi. Tender yang dipilih oleh UNJ melakukan pembelian bahan pustaka sesuai dengan data pada draft yang disusun oleh pustakawan. Lebih lanjut, Maya mengatakan bahwa selama 4 tahun ini pengadaan melalui pembelian belum dilakukan lagi. Perpustakaan UNJ terus mengupayakan agar koleksi terus bertambah, yaitu sumbangan, tukar-menukar, dan titipan. Bagi mahasiswa yang akan lulus, diwajibkan oleh pustakawan untuk menyumbangkan buku sesuai dengan program studi mahasiswa sehingga sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika dan juga
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
koleksi yang terbit pada tahun 2008 keatas. Kegiatan tukar menukar dilakukan oleh Perpustakaan UNJ misalnya dengan perpustakaan Umum Daerah Jakarta. Pengadaan koleksi peprustakaan juga dilakukan melalui titipan. Titipan koleksi perpustakaan UNJ adalah koleksi milik dosen yang disimpan di lantai 5. Koleksi perpustakaan tersebut berupa buku ajar yang ditulis oleh dosen, maupun hasil seminar yang diikuti oleh dosen. Koleksi perpustakaan ini hanya dapat dibaca ditempat dan difotokopi. 4.2.5. Penyiangan Penyiangan merupakan proses mengeluarkan koleksi perpustakaan dari
rak
penyimpanan koleksi setelah menilainya terlebih dahulu apakah masih sesuai dengan kebutuhan pemustaka atau tidak. Kegiatan ini merupakan proses berkesinambungan dan dilakukan secara teratur untuk mengeluarkan koleksi perpustakaan dari jajaran koleksi. Kebijakan pengembangan koleksi setiap perpustakaan harus mencakup kegiatan penyiangan. Maya menjelaskan bahwa kegiatan penyiangan di perpustakaan UNJ memang tidak dilakukan secara rutin. Penyiangan dilakukan terakhir pada tahun 2009. Penyiangan buku pada tahun 2009 dengan jumlah 11.808 judul/ 20.299 eksemplar dan penyiangan majalah berjumlah 183 judul/ 580 eksemplar. Tidak terlaksananya kegiatan penyiangan secara teratur, mengakibatkan banyak buku yang sebenarnya jarang digunakan dan tidak sesuai dengan kebutuhan masih berada di rak penyimpanan. Hal ini seharusnya menjadi pertimbangan seperti yang dijelaskan dalam Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 65), bahwa penyiangan dilakukan apabila koleksi perpustakaan tersebut sudah tidak relevan dengan program perguruan tinggi, isinya sudah rusak, sudah ada edisi barunya, jumlah eksemplarnya terlalu banyak. Mengacu pada pedoman tersebut Perpustakaan UNJ sebaiknya melakukan kegiatan penyiangan karena penulis melihat buku banyak yang sudah edisi lama, terlalu banyak eksemplarnya padahal buku tersebut kurang diminati. Buku tersebut kurang bermanfaat berada di rak penyimpanan apabila buku tersebut ternyata tidak bisa memenuhi kebutuhan pemustaka dan tidak dimanfaatkan yang selanjutnya hanya akan memenuhi rak-rak perpustakaan saja. Dalam melakukan penyiangan sebaiknya perlu pertimbangan dalam meminta pendapat dan masukan pemustaka terhadap koleksi perpustakaan yang akan dilakukan penyiangan. Proses penyiangan harus harus dilakukan secara hati-hati, serta konsisten dengan kebijakan dan tujuan lembaga dan mengerti terhadap kebutuhan pemustaka. Evans (2000: 412), juga menjelaskan bahwa pedoman dalam kegiatan penyiangan ini hendaknya mencakup kriteria untuk mengidentifikasikan koleksi perpustakaan yang harus dikeluarkan, menyebutkan siapa yang melakukan penyiangan, frekuensi penyiangan, dan apa yang harus dilakukan dengan
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
koleksi yang akan dikeluarkan tersebut. Perlu dipertimbangkan apakah masih dibutuhkan pemustaka atau tidak, karena dikhawatirkan apabila buku tersebut sudah disiangi ternyata masih dibutuhkan oleh pemustaka. Pemustaka dapat mengajukan keberatan mereka terhadap koleksi perpustakaan tersebut agar tidak disiangi dan pustakawan akan meninjau kembali kegiatan penyiangan pada koleksi perpustakaan. 4.2.6. Evaluasi Kebutuhan informasi selalu berkembang, untuk itu agar kebutuhan pemustaka terpenuhi, perpustakaan harus mampu menyediakan koleksi yang relevan dengan kebutuhan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan evaluasi koleksi secara berkala. Evaluasi koleksi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kualitas keterpakaian koleksi perpustakaan oleh pemustaka. Ridha menjelaskan kegiatan evaluasi di perpustakaan UNJ, lebih dikatakan sebagai kegiatan stock opname. Stock opname adalah kegiatan pemeriksaan koleksi perpustakaan secara menyeluruh apakah koleksi itu masih sesuai dengan catatan laporan yang dimiliki. Kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa data buku yang ada di dalam catatan laporan atau data base komputer dengan kondisi nyata yang ada di rak sehingga akan diketahui ada dan tidaknya buku tersebut. Kegiatan ini juga dilakukan untuk memeriksa koleksi perpustakaan yang rusak, untuk dilakukan perbaikan. Kegiatan yang dilakukan oleh perpustakaan UNJ dalam kegiatan evaluasi ini berfokuskan koleksi perpustakaan. Menurut Evans (2000: 434-442), teknik ini digunakan untuk mengukur cakupan, besarnya, dan kedalaman suatu koleksi atau bagian dari koleksi perpustakaan. Teknik ini memanfaatkan berbagai daftar (checklist), katalog, bibliografi, dan mencakup juga kegiatan lain seperti pemeriksaan bahan di rak, dan pengumpulan statistik. Perpustakaan UNJ dalam hal ini menggunakan statistik dan memeriksa koleksi perpustakaan di rak. 4.2.7. Pemeliharaan Meningkatnya kebutuhan buku dan seringnya penggunaan buku tersebut, maka pemeliharaan terhadap buku perlu diperhatikan. Seringkali banyak buku di rak yang mengalami kerusakan, baik yang diakibatkan oleh faktor mekanis, kimiawi, dan hayati seperti yang dijelaskan dalam Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 64). Faktor mekanis tersebut misalnya kecerobohan manusia yang menyebabkan kerusakan pada buku; debu dan kotoran, air, dan api. Faktor kimiawi seperti pada jenis tinta, kertas, sedangkan faktor hayati yang dapat menyebabkan kerusakan seperti serangga, dan jenis hewan pengerat lainnya. Andi menjelaskan kegiatan pemeliharaan dilakukan dengan
cara penjilidan ulang. Cara
pemeliharaan dengan dijilid ulang ini juga dijelaskan dalam Pedoman Perpustakaan
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
Perguruan Tinggi (2004: 64). Penjilidan ulang dilakukan terhadap koleksi yang sampulnya rusak, koleksi yang terlalu tipis, koleksi yang jilidannya lepas, atau sekumpulan majalah yang lepas.Menurut informasi dari informan, bahwa pemeliharaan buku hanya terbatas pada penjilidan ulang saja.
Perawatan lain yang dilakukan oleh pustakawan adalah dengan
mengatur suhu ruangan, membersihkan debu. Menurut pendapat peneliti, salah satu yang bisa menjadi penyebab dari kerusakan koleksi perpustakaan adalah karena pengguna yang meletakkan koleksi perpustakaan secara sembarangan di rak, disusun dengan bertumpukkan yang justru merusak buku. Hal ini juga didukung kurangnya kegiatan shelving perpustakaan yang hanya dilakukan seminggu sekali yaitu pada hari rabu, padahal dengan kegiatan ini yang seharusnya rutin dilakukan bisa meminimalkan kerusakan dengan merapikan buku di rak. 4.3. Kendala Pengembangan Koleksi Perpustakaan Pengembangan koleksi perpustakaan UNJ memang belum berjalan dengan baik. Hal ini diakui oleh pustakawan di Perpustakaan UNJ. Ada banyak kendala yang dihadapi dalam mengusahakan ketersedian koleksi di perpustakaan UNJ. Kendala tersebut seperti yang dijelaskan oleh informan Maya adalah anggaran. Anggaran menjadi masalah utama dalam mengusahakan ketersediaan koleksi buku di perpustakaan UNJ. Anggaran sangat menentukan keberlangsungan kebijakan pengembangan koleksi, jika anggaran untuk pengadaan koleksi tidak rutin diberikan, maka proses penambahan koleksi perpustakaan akan terhambat. Anggaran pengadaan di perpustakaan UNJ masih belum berjalan setiap tahunnya, pembelian koleksi perpustakan terakhir dilakukan tahun 2009. Selama ini pengadaan koleksi perpustakaan hanya melalui sumbangan, baik dari mahasiswa maupun dari donatur. Anggaran perpustakaan dalam membeli koleksi perpustakaan menunggu persetujuan dari pihak universitas. Setelah dana disetujui, selanjutnya pihak perpustakaan UNJ melakukan usulan seleksi koleksi kepada setiap fakultas di Univeristas Negeri Jakarta. Selain itu, ketersediann koleksi yang diterbitkan
juga menjadi kendala dalam
pengembangan koleksi perpustakaan UNJ. Andi menjelaskan permasalahan dalam pengembangan koleksi terjadi juga dikarenakan masalah ketersedian koleksi yang jarang seperti koleksi buku olahraga. Ketidaktersediaan koleksi untuk olahraga di perpustakaan UNJ dikarenakan minimnya penerbit yang menulis tentang olahraga. Ketersediaan koleksi di perpustakaan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberadaan perpustakaan. Tanpa adanya koleksi yang baik dan memadai, perpustakaan tidak akan dapat memberikan layanan yang baik kepada pemustakanya. Bab 5. Kesimpulan dan Saran
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
5.1. Kesimpulan a.i.1.
UPT Perpustakaan UNJ saat ini belum memiliki kebijakan pengembangan
koleksi secara tertulis untuk dijadikan pedoman dalam melakukan kegiatan pengembangan koleksi. 2. Perpustakaan UNJ tidak melakukan analisis kebutuhan pemustaka secara khusus. Untuk mengetahui kebutuhan pemustaka, perpustakaan UNJ hanya menyediakan formulir usulan buku di bagian sirkulasi.. 3. Perpustakaan UNJ melakukan kegiatan seleksi koleksi belum melibatkan dosen dan mahasiswa. Dosen dan mahasiswa dilibatkan hanya terbatas pada pengajuan usulan. 4. Kegiatan pengadaan koleksi jenis buku tercetak di perpustakaan UNJ dilakukan melalui pembelian, sumbangan, tukar menukar, dan titipan.
Pada tahun 2012 kegiatan
pengadaan banyak dilakukan melalui sumbangan. 5. Kegiatan penyiangan terakhir dilakukan pada tahun 2009. Tidak dilakukan kegiatan ini secara berkala, mengakibatkan banyak koleksi dengan banyak eksemplar yang juga jarang digunakan masih tersimpan di rak perpustakaan. 6. Kegiatan evaluasi koleksi perpustakaan dilakukan dengan memeriksa koleksi di rak dan menggunakan statistik. 7.
Perpustakan UNJ melakukan kegiatan pemeliharaan koleksi melalui penjilidan.
Kegiatan ini dilakukan setiap tahunnya terhadap kurang lebih 700 eksemplar buku. 5.2. Saran 1. UPT Perpustakaan UNJ diharapakan memiliki kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis yang bertujuan untuk memandu kegiatan pengembangan koleksi agar lebih terarah. 2. Perpustakaan UNJ sebaiknya melakukan analisis kebutuhan pemustaka dengan menggunakan kuisioner yang disebarkan pada mahasiswa masing-masing program studi. 3. Kegiatan penyiangan perlu dilakukan secara rutin oleh pustakawan. Penyiangan dilakukan agar koleksi perpustakaan yang kurang dibutuhkan pemustaka agar dikeluarkan dari rak koleksi. Pustakawan menerapkan kebijakan agar kegiatan ini dilakukan secara rutin. Jadwal dan prosedur penyiangan koleksi secara umum tertuang dalam Kebijakan Pengembangan Koleksi. 4. Kegiatan evaluasi kebutuhan koleksi pemustaka sebaiknya tidak hanya terbatas pada kegiatan pemeriksaan koleksi di rak dan menggunakan statistik, tetapi juga
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
menggunakan survey kebutuhan koleksi perpustakaan melalui angket yang disebarkan kepada pemustaka pemustaka. Daftar Pustaka Clayton, Peter & G E Gorman. (2000). Managing Information Resources in Libraries; Collection Management in Theory and Practice. London: Facet Publishing. Creswell, John W. (2010). Research Design; Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2004). Perpustakaan Perguruan Tinggi; Buku Pedoman (3nd ed). Jakarta. Disher, Wayne (2007).Crash Course in Collection Development. Westport: Libraries Unlimited. Evans, Edwards. (2000). Developing Library and Information Center Collection. Wetsport: Libraries Unlimited Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Johnson, Peggy. (2009). Fundamentals of a Collection Development and Management. Chicago: Americans Library Association. Perpustakaan Nasional RI. (2011). Standar Nasional Indonesia Bidang Perpustakaan
dan
Kepustakawanan. Jakarta Sulistyo-Basuki. (2006). Metode Penelitian. Depok: Wedatama Widya Sastra Bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI. Sujana,
Janti.
(2006).
Mengoptimumkan
Pengembangan
Koleksi.
art.blogspot.com/2006/10/mengoptimumkan-pengembangan-koleksi.html. pada tanggal 12 April 2013
Pengembangan Koleksi..., Yani Soraya, FIB UI, 2013
http://bpib Diakses