Artikel Penelitian
Pengaruh Siaran Transnasional terhadap Perilaku Remaja di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan Influence Transnational Broadcast to Teenage Behavior in Helvetia Tengah Subdistrict of Medan Helvetia Medan Matias Siagian Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Abstrak Perkembangan teknologi yang begitu cepat antara lain mengakibatkan siaran transnasional telah menjadi bagian hidup dari remaja. Penelitian ini secara khusus mengkaji hubungan antara siaran transnasional terhadap perilaku menyimpang remaja. Populasi penelitian ini adalah remaja yang berusia 13 – 21 tahun, yang berstatus sebagai penduduk Kelurahan Helvetia Tengah Kecamataan Medan Helvetia, Kota Medan, yang memiliki channel televisi kabel, yang dapat mengakses siaran televisi dari banyak negara sehingga sering menonton siaran-siaran yang lebih vulgar, seperti olahraga keras, percintaan dan seks, film kekerasan, yang jarang ada pada siaran televisi nasional. Hasil analisis data menyimpulkan bahwa aktivitas menonton siaran televisi asing oleh remaja adalah tergolong kategori tinggi, aktivitas melakukan atau menampilkan perilaku menyimpang remaja adalah tergolong kategori tinggi, dan terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas menonton dengan melakukan atau menampilkan perilaku menyimpang. Kata kunci: Siaran transnasional, perilaku menyimpang. Abstract Technology development that is so fast among others result transnational broadcast has become part live off teenage. This research especially looked into a relationship between transnational broadcast to behavior deviate teenage. This population research is teenage that aged 13 – 21 year, that live in Helvetia Tengah, sub district of Medan Helvetia, Medan city, that own channel cable TV, that can access telecasts from countries wealth until often watch events those are more bawdy, like hard exercise, romances and sex, film violence , that rare is on broadcast national television. Data analysis result conclude that activity watch foreign telecasts by teenage is appertain high category, activity make or featured behavior that deviate teenage is appertain high category, and occurred by relationship that significant between activity watch by doing or featured behavior that deviate. Keywords: transnational broadcast, behavior that deviate.
14
Siagian, Pengaruh Siaran Transnasional terhadap Perilaku Remaja
Pendahuluan Akhir-akhir ini masyarakat di kota-kota besar di Indonesia dikejutkan dengan berita keberadaan geng motor dengan segala sepak terjangnya. Mereka pada umumnya terdiri dari remaja, yang sering mengendaraai sepeda motor secara bergerombolan. Dalam aksinya mereka sering melakukan berbagai aktivitas yang mengganggu ketenteraman umum, seperti mengganggu orang, menyerang orang, merampok warung/swalayan. Jika mereka mendapat teguran dari masyarakat maupun aparatur keamanan, mereka justru merasa terganggu dan protes. Penampilannya mengindikasikan bahwa mereka identik dengan suatu kerajaan lengkap dengan penguasanya, bahkan mereka memberlakukan sistem rekruitmen dengan prosedur yang tegas. Perilaku dan tindakan mengejutkan juga sering dilakukan oleh sosok yang masih dikategorikan sebagai anak. Sebagai contoh, seorang yang masih duduk di bangku SD di Pangkalan Berandan, Langkat, Sumatera Utara melakukan penganiyaan terhadap teman sekolahnya. Oleh keluarga korban peristiwa tersebut bukan lagi dianggap sekadar peristiwa biasa dimana di antara anak-anak terlibat pertengkaran, kemudian berkelahi, dan dalam waktu singkat berdamai dan berteman kembali. Bagi keluarga korban, peristiwa itu dianggap sebagai perbuatan kriminal, sehingga pelaku pun dilaporkan ke polisi, dan polisi pun memproses laporan tersebut secara hukum. Sebagai konsekwensi logisnya, maka si anak kecil dianggap telah melakukan tindakan kriminal, sehingga berurusan dengan pengadilan dan dijatuhi vonis.1 Jika kita perhatikan lebih mendalam, akan kita ketahui bahwa remaja sekarang semakin atraktif dalam bersikap dan bertindak. Sebagai contoh, seorang remaja SMK menikam teman sekolahnya hingga meninggal dunia.2 Peristiwa tersebut membuka mata hati kita untuk lebih memperhatikan remaja dengan segala permasalahannya. Demikian halnya dengan seorang anak remaja yang dengan teganya memperkosa seorang anak perempuan yang masih duduk di bangku SD.3 Peristiwa ini menuntut perubahan persepsi kita terhadap penyimpangan perilaku remaja yang semula kita
anggap hanya sekadar kenakalan menjelma menjadi perbuatan kriminal. Hasil penelitian Gerbner yang dimuat dalam artikel yang ditulis oleh Hawkin dan Pingree dengan judul Television’s Influence On Social Reality yang dimuat dalam mengindikasikan adanya korelasi positif antara banyaknya menonton televisi perhari dengan prevalensi terhadap kekerasan (dengan menggunakan kontrol variabel pendidikan, jenis kelamin, umur, ras). Kesimpulan yang sama juga diperoleh Gerbner ketika dalam penelitiannya menggunakan variabel kontrol yang lain, yakni jenis kelamin, umur, membaca koran, dan pendidikan ayah. Demikian halnya ketika dalam penelitiannya menggunakan umur, kelas, achievement dan pengalaman menjadi korban sebagai variabel kontrol juga diperoleh kesimpulan yang sama.4 Hubungan antara film yang ditonton dengan pembentukan imagi juga dikemukakan oleh Slamet Rahardjo Djarot, seorang sutradara film kesohor. Dalam makalah seminarnya, Djarot mengemukakan bahwa pendapat pakar film Ingmar Bergman dan Alfred Hitchcock yang dikenal dengan ucapannya, bahwa membuat film berarti membentuk imagi. Lebih dalam lagi, Djarot mengemukakan, bahwa secara teknis sinematrografis, bahasa televisi adalah bahasa medium shot sebagai resiko ukuran layarnya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan layar bioskop. Kesan yang ditimbulkan oleh format medium shot adalah adanya penggarisbawahan dan biasanya suatu penggarisbawahan menuntut adanya perhatian yang lebih dan untuk kepentingan itu setiap shot yang tampil di layar televisi harus memiliki daya pikat yang tinggi. Penggunaan format medium shot harus diperhitungkan, karena jarak yang diciptakannya menimbulkan kesan bahwa kita telah berada di antara masalah.5 Hawkins dan Pingree mengemukakan bahwa pengaruh televisi dalam pembentukan realitas sangat kompleks. Muatan siaran televisi berkontribusi nyata dalam konstruksi realitas sosial. Bagaimanapun juga, siaran televisi cepat atau lama secara jelas berpengaruh terhadap konstruksi realitas sosial, mungkin saja sangat dalam, baik secara langsung maupun tidak langsung yang terbentuk dalam interaksi yang
15
Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 12, No. 1, Juni 2013
variatif dari lingkungan maupun institusiinstitusi.6 Simanjuntak (1992) mengemukakan, menurut teori panduan, salah satu teori yang menjelaskan latar belakang kenakalan remaja menegaskan, bahwa faktor penyebab kenakalan remaja dapat berupa faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal meliputi kepribadian, jenis kelamin dan kedudukan dalam keluarga. Sedangkan faktor eksternal adalah kemudian dibedakan antara interpersonal environment dan cultural environment. Secara khusus, faktor interpersonal environment meliputi disharmoni keluarga, perlindungan yang berlebihan, pendidikan yang kurang baik. Adapun cultural environment meliputi lingkungan sekolah, media komunikasi massa dan disorganisasi sosial.7 Pada masyarakat kota-kota besar, tampaknya pengaruh faktor eksternal semakin dominan. Kondisi mana diakibatkan oleh perubahan sosial yang demikian cepat dan cenderung radikal baik dalam sistem sosial, sistem ekonomi dan sistem budaya. Kondisi ini merupakan konsekwensi logis dari pembangunan yang lebih mengutamakan pertumbuhan, sehingga tatanan yang mengental sejak jaman penjajahan dipaksa untuk berubah, baik dalam norma maupun peran. Sebagai contoh, seseorang yang selama ini pedagang bisa saja dipaksa menganggur akibat digusur pembangunan, pedagang menjadi bupati, priyayi tiba-tiba menjadi pedagang, sedangkan petani menjadi buruh. Harus diakui, akibat pembangunan senantiasa bermata dua, yakni berdampak positif dan negatif. Terlebih pembangunan tidak selamanya berimbang dan konsekwen. Misalnya, pembangunan yang demikian pesat yang diikuti pertumbuhan yang demikian cepat tidak didukung oleh pembangunan infrastruktur maupun kesadaran hukum masyarakat. Kemacetan lalu lintas menjadi pemandangan yang umum di kota-kota besar saat ini. Pagi hari masyarakat kota dipaksa mendapat sarana angkutan berdesak-desakan untuk mengejar tiba di sekolah dan tempat bekerja tepat waktu. Sepanjang jalan kita sering berhadapan dengan berbagai pihak yang memiliki identitas sebagai
16
preman. Kita sering dipaksa untuk ikut gaya dan aturan mereka. Kehidupan masyarakat berjalan terus. Saat sore dan malam hari tiba, penduduk kota tiba kembali di rumah setelah lelah dalam kesehariannya. Mereka yang beruntung dalam hidupnya dapat dengan nyaman menikmati berbagai fasilitas, seperti alat pendingin udara dengan berbagai kamar dan ruang rumah yang lapang. Sedangkan bagi mereka yang kurang beruntung dipaksa bernafas dalam suasana ruang sesak. Sebagian dari mereka yang tiba di rumah tidak mendapati anggota keluarga lain secara lengkap, karena anggota keluarga lain masih sibuk dengan urusan sendiri. Dalam berbagai kondisi yang ada, setelah tiba di rumah, sangat jarang dari masyarakat kota langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Pada umumnya mereka mengisi waktunya dengan menonton televisi. Ketika mulai menonton televisi apa yang terjadi? Menonton televisi berarti memasuki tatanan global, dengan sistem yang didominasi oleh pusat imperial, terutama Amerika Serikat, yang dengan dayanya yang adi senantiasa mengontrol aliran modal, barang dan jasa baik dengan internal, sesama bangsa maju dan bangsa yang dianggap pinggiran sistem seperti Indonesia. Negara-negara besar seakan-akan mendukung dengan ikhlas pembangunan negara-negara yang berada di pinggiran sistem, padahal sesungguhnya tidak. Pembangunan negara-negara pinggiran yang sering diidentifikasi dan mengidentifikasi diri sebagai negara dunia ketiga bagi mereka hanya sebagai pendukung dan memperkuat dominasi bangsa-bangsa maju dan memelihara ketergantungan negara-negara pinggirian. Secara teoritis, perusahaan multi nasional dan komunikasi transnasional melakukan fungsi yang sama dengan fungsi yang dijalankan tentara imperial pada abad ke 18 dan 19. Perusahaan multi nasional dan komunikasi transnasional datang, melihat, dan menduduki, lalu memanipulasi keinginan, kebutuhan, serta membuat negara dunia ketiga percaya bahwa pembangunan hanya akan dapat berhasil melalui sistem global yang mereka ciptakan dan sedang berlaku.8 Rembesan informasi global ini mendominasi televisi kita, terutama televisi
Siagian, Pengaruh Siaran Transnasional terhadap Perilaku Remaja
swasta dimana lebih separoh jam tayangnya berisi program dari luar, yang justru menawarkan model kehidupan yang berbeda dan serba baru. Negara maju sangat lihai dalam menjual kebudayaan populer, bahkan mampu meyakinkan masyarakat dari negara-negara sedang berkembang, bahwa masalah yang ada hanya dapat dijawab oleh Rambo, Superman, Batman, dan lain-lain produk mereka. Depari mengemukakan bahwa televisi dan CD/DVD adalah media pandang dengar yang memadukan antara bahasa lisan, bahasa tulisan, gambar yang bergerak, warna, animasi dan sound effect menjadi satu-kesatuan. Potensi televisi lebih besar dibandingkan dengan radio maupun media cetak karena sifatnya yang pandang dengar. Dalam literatur dewasa ini, pengaruh televisi dan CD/DVD makin banyak dibicarakan. Hal tersebut disebabkan oleh sifatnya, sehingga mendapat kedudukan yang demikian sentral dalam kehidupan masyarakat perkotaan.9 Kehadiran televisi kabel merupakan salah satu unsur kemajuan di bidang teknologi informasi dan entertain. Wallace mengemukakan, pembangunan yang sedang berjalan saat ini senantiasa dihiasi ketimpangan antara kemajuan fisik dengan kemajuan mental dan moral. Masyarakat menerima begitu saja kemajuan itu, tanpa dipersiapkan secara moral dan mental, sehingga banyak muncul penyimpangan-penyimpangan mental dan moral.10 Erat kaitannya dengan apa yang dikemukakan Wallace, perilaku menyimpang remaja atau kenakalan remaja merupakan penyimpangan moral. Dalam konteks ini penyimpangan tersebut menggunakan norma sebagai kriteria. Oleh karena itu perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma sosial yang berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat merupakan penyimpangan perilaku. Gerald mengemukakan bahwa teknologi komunikasi cenderung menjadikan masyarakat itu sama, padahal kondisi nyata masyarakat itu berbeda, terutama dari tingkat kemajuan yang dialami. Melalui teknologi komunikasi, masyarakat tradisional dapat menerima berbagai unsur dari masyarakat modern. Termasuk di dalamnya adalah masyarakat dari negara sedang berkembang dapat menerima berbagai unsur
modern dari masyarakat yang ada di negaranegara maju. Akibatnya, unsur-unsur baru tersebut seakan-akan memaksa masyarakat tradisional tersebut menerimanya sebagai suatu pola baru yang dianggap lebih ideal, padahal sering justru mengakibatkan gangguan terhadap sistem kehidupan mereka.11 Hardin (2003) mengemukakan bahwa teknologi yang menyajikan informasi seperti televisi, film, internet mengakibatkan seseorang memasuki dunia baru, tetapi sekaligus meninggalkan dunia lama, seperti keluarga. Seseorang semakin menjauhi diri dari institusi keluarga, semakin besar pengaruh teman, karena banyak muatan informasi yang diperoleh dianggap kurang tepat untuk didiskusikan dengan keluarga, seperti orangtua dan saudara. Akibatnya terbuka peluang untuk melakukan halhal yang tidak diharapkan orangtua.12 Metode Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, yang bertujuan menggambarakan fenomena penggunaan media internasional sebagai variabel bebas dan perilaku remaja sebagai terikat, serta pengaruh penggunaan media internasional terhadap perilaku remaja. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Populasi penelitian ini adalah remaja yang berusia 13 – 21 tahun, yang berstatus sebagai penduduk Kelurahan Helvetia Tengah Kecamataan Medan Helvetia, Kota Medan, yang memiliki channel televisi kabel, yang dapat mengakses siaran televisi dari banyak negara sehingga sering menonton siaran-siaran yang lebih vulgar, seperti olahraga keras, percintaan dan seks, film kekerasan, yang jarang ada pada siaran televisi nasional. Sangat sulit mengetahui berapa jumlah populasi penelitian ini, karena kepemilikan channel televisi kabel seperti indovision dan astro tidak dilaporkan kepada pihak pemerintah setempat. Oleh karena itu dalam penelitian ini tidak mungkin diterapkan teknik penarikan sampel yang termasuk random. Peneliti menerapkan teknik penarikan sampel snow ball, yang merupakan salah satu jenis teknik penarikan sampel non random. Dalam hal ini, selain menggunakan pengguna channel televisi kabel
17
Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 12, No. 1, Juni 2013
(sampel penelitian) sebagai pintu masuk ke sampel penelitian, peneliti juga menggunakan pegawai lapangan indovision dan astro sebagai pintu masuk ke sampel penelitian. Melalui pendekatan tersebut diperoleh 25 orang sampel penelitian. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Dalam hal ini observasi dilakukan untuk mengetahui sekilas gambaran perilaku remaja, termasuk membantu penentuan sampel. Sedangkan wawancara dilakukan dengan dibantu angket. Pendekatan persuasif dilakukan terhadap sampel sekaligus responden agar mereka dengan suka rela mau memberikan informasi apa adanya tentang aktivitas menonton siaran internasional perilaku mereka. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif, melalui statistik deskriptis. Ukuran yang dominan digunakan dalam analisis data adalah persentase, setelah terlebih dahulu menggunakan skala likert dalam proses kuantifikasi data. Sehubungan dengan penggunaan skala likert ini, maka instrumen penelitian disusun secara simetris dan paralel, sehingga melalui kuantifikasi data, fenomena sosial yang menjadi variabel penelitian dapat diklasifikasi ke dalam tiga kelas, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan jarak antara nilai tertinggi dan terendah, maka diperoleh interval sebesar 1,66. Sehingga nilai untuk kategori setiap kelas adalah sebagai berikut: a) Ketegori tinggi 3,66 – 5,00 b) Ketegori sedang 2,33 – 3,655 c) Ketegori rendah 1,00 – 2,325 Temuan Penggunaan Siaran Transnasional Oleh Remaja Adapun data yang pertama kali disajikan adalah perihal jenis channel yang digunakan responden sebagaimana disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Jenis Televisi Kabel/Channel yang Digunakan No Jenis Channel 1 Indovision 2 Astro Jumlah Sumber: Data Primer
18
F 18 7 25
% 72 72 100
Tabel 1 menyajikan data yang menunjukkan bahwa responden penelitian dominan menggunakan channel indovision, yang mencapai 72%. Sedangkan yang menggunakan channel astro hanya 28%. Peneliti mencoba menelusuri perihal kecenderungan dominasi penggunaan channel indovision ini, dengan mencari informasi tentang sumber informasi pertama yang mereka peroleh sehubungan dengan pengambilan keputusan dalam pemilihan salah satu dari dua channel tersebut. Data tentang sumber informasi tersebut disajikan pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Sumber Informasi Pertama dalam Pemilihan Jenis Televisi Kabel/ Channel yang Digunakan No 1 2 3 4 5
Sumber Informasi Pertama Teman Iklan Petugas lapangan Ibu Ayah Jumlah Sumber: Data Primer
F 20 3 2 0 0 25
% 80 12 8 0 0 100
Data yang disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sumber informasi pertama dari mayoritas responden dalam rangka menjatuhkan pilihan atau menetapkan keputusan tentang jenis televisi kabel yang digunakan adalah teman. Sebesar 80% responden memperoleh informasi dari teman. Sumber ini diikuti oleh iklan, yang hanya 12%. Sedangkan responden yang menyatakan petugas lapangan kedua televisi kabel sebagai sumber informasi pertama hanya 8%. Selain lebih sering bertemu dan terlibat interaksi yang intensif dan dengan frekuensi yang tinggi, teman tentu menjadi pihak yang mudah dipercaya responden. Hal ini menunjukkan bahwa teman menjadi sosok yang istimewa bagi responden, dan jauh memasuki kehidupan responden. Peran yang seharusnya dibawakan orang tua kenyataannya justru dilakukan oleh teman. Dalam konteks ini terjadi kealpaan orang tua. Selanjutnya perihal siapa dari atau dalam keluarga yang pertama kali mengusulkan penggunaan televisi kabel. Data tentang hal ini disajikan pada tabel 3.
Siagian, Pengaruh Siaran Transnasional terhadap Perilaku Remaja
Tabel 3. Anggota Keluarga yang Pertama Kali Mengusulkan Penggunaan Televisi Kabel No 1 2 3 4 5
Pengusul Responden sendiri Saudara Laki-laki Saudara Perempuan Ayah Ibu Jumlah Sumber: Data Primer
F 13 6 2 3 1 25
% 52 24 8 12 4 100
Data yang disajikan pada tabel menunjukkan bahwa ternyata lebih separoh menyatakan bahwa responden sendirilah yang pertama kali mengusulkan penggunaan televisi kabel. Jumlah ini diikuti oleh saudara laki-laki dari responden, yakni 24%. Sedangkan responden yang menyatakan ayah sebagai pihak yang pertama kali mengusulkan penggunaan televisi kabel adalah 12%, diikuti oleh saudara perempuan sebanyak 8%. Sedangkan responden yang menyatakan ibu menjadi pihak yang pertama kali mengusulkan penggunaan televisi kabel hanya satu orang atau 4%. Tentu tidak selalu sama antara pihak yang pertama kali mengusulkan dengan pihak yang paling dominan dalam memutuskan penggunaan televisi kabel. Pada tabel 4 berikut ini disajikan data tentang siapa yang menjadi pihak yang paling dominan dalam memutuskan penggunaan televisi kabel. Tabel 4. Anggota Keluarga yang Paling Dominan dalam Memutuskan Penggunaan Televisi Kabel No Pemutus 1 Anak 2 Ibu 3 Ayah Jumlah Sumber: Data Primer
F 0 3 22 25
% 0 12 88 100
Data yang disajikan pada tabel 4 menunjukkan bahwa ternyata ayah merupakan pihak yang paling dominan dalam memutuskan apakah keluarga tersebut akan menggunakan televisi kabel atau tidak. Hal ini ternyata dinyatakan oleh 88% responden. Hanya 12%
responden yang menyatakan bahwa yang menentukan penggunaan televisi kabel adalah ibu. Bahkan tidak terdapat responden yang menyatakan anak yang paling dominan dalam memutuskan penggunaan televisi kabel. Informasi selanjutnya adalah siapa yang paling sering dijadikan teman dalam menonton tayangan internasional. Data perihal ini disajikan pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Pihak yang Paling Sering Menonton Bersama Siaran Televisi Asing No 1 2 3 4 5
Teman Menonton Sembarang orang Teman Saudara Ibu Ayah Jumlah Sumber: Data Primer
F 0 19 4 1 1 25
% 0 76 16 4 4 100
Data yang disajikan pada tabel 5 menginformasikan bahwa pihak yang paling sering menonton bersama adalah teman, yang mencapai 76%. Hanya 16% responden yang menyatakan saudara sebagai teman paling sering menonton siaran televisi asing. Bahkan responden yang menyatakan sering menonton siaran televisi asing dengan ayah dan ibu masingmasing hanya 4%. Setelah menonton siaran internasional, remaja kemudian akan berbincang-bincang atau berdiskusi tentang apa yang telah mereka tonton. Dengan demikian sangatlah perlu ditelusuri pihak yang menjadi mitra bagi responden dalam mendiskusikan siaran yang sudah ditonton, yang datanya disajikan pada tabel 6 berikut. Tabel 6. Pihak yang Paling Sering Sebagai Mitra Diskusi tentang Siaran Televisi Asing yang Ditonton No 1 2 3 4 5
Teman Diskusi Sembarang orang Teman Saudara Ibu Ayah Jumlah Sumber: Data Primer
F 0 20 2 1 2 25
% 0 80 8 4 8 100
19
Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 12, No. 1, Juni 2013
Data yang disajikan pada tabel 6 menginformasikan bahwa pihak yang paling sering menjadi mitra dalam mendiskusikan siaran asing yang telah ditonton bersama adalah teman, yang mencapai 80%. Hanya 8% responden yang menyatakan saudara dan ayah adalah sebagai teman paling sering dalam mendiskusikan siaran asing yang telah ditonton. Bahkan responden yang menyatakan paling sering mendiskusikan siaran televisi asing yang telah ditonton dengan ibu hanya 4%. Hal lain yang sangat penting adalah jenis acara atau thema siaran asing yang paling disukai responden. Data mengenai hal ini disajikan pada tabel 7 berikut. Tabel 7. Thema Siaran Televisi Asing yang Disukai Untuk Ditonton Responden No Thema 1 Cinta dengan seks 2 Film action/kekerasan 3 Cinta tanpa seks 4 Olah raga keras 5 Sepak bola 6 Berita 7 Ilmu Pengetahuan Sumber: Data Primer
F 23 22 16 23 22 3 3
% 92 88 64 92 88 12 12
Dalam konteks ini responden dapat memilih lebih dari satu thema siaran yang disukai. Hal yang cukup mengejutkan adalah, meskipun remaja sedang menduduki bangku sekolah, namun mereka kurang tertarik memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan. Data yang disajikan pada tabel 7 menginformasikan bahwa hanya 12% responden yang menyukai thema siaran ilmu pengetahuan. Persentase ini sama dengan responden yang menyukai berita. Thema-thema yang paling disukai remaja adalah olah raga keras (seperti tinju, smack down, karate dan gulat) dan film percintaan dengan adegan seks, yang mana keduanya sama-sama mencapai 92%. Persentase ini diikuti oleh thema sepakbola dan olah raga lain tanpa kekerasan (seperti bulu tangkis dan basket) dan film kekerasan (action) yang keduanya mencapai 88%. Sedangkan responden yang menyukai thema percintaan tanpa adegan seks mencapai 64%. Responden cenderung menonton siaran yang monumental.
20
Informasi selanjutnya adalah perihal waktu responden menonton siaran asing. Data mengenai hal ini disajikan pada tabel 8 berikut. Tabel 8. Waktu yang Paling Sering Digunakan Responden Menonton Siaran Televisi Asing No 1 2 3 4 5
Waktu 01.00 - 03.00 WIB 23.00 - 01.00 WIB 21.00 - 23.00 WIB 19.00 - 21.00 WIB 17.00 - 19.00 WIB Jumlah Sumber: Data Primer
F 10 12 3 0 0 25
% 40 48 12 0 0 100
Data yang disajikan pada tabel 8 menginformasikan bahwa waktu yang paling banyak digunakan responden menonton siaran televisi asing adalah malam hingga dini hari, yang mencapai 48%. Jumlah ini diikuti oleh responden yang menonton siaran televisi asing malam hari hingga larut malam, yakni mencapai 40%. Sedangkan responden yang menonton siaran televisi asing pada malam hari hingga sebelum tengah malam hanya 12%. Lamanya remaja menonton siaran televisi asing tentu sangat penting untuk diketahui. Pada tabel 9 berikut akan disajikan data tentang alokasi waktu responden menonton siaran televisi asing dalam sehari. Tabel 9. Alokasi Waktu Rata-rata Responden Menonton Siaran Televisi Asing dalam Sehari No 1 2 3 4 5
Alokasi Waktu Lebih 5 jam 5 jam 4 jam 3 jam 2 jam Jumlah Sumber: Data Primer
F 6 13 4 2 0 25
% 24 52 16 8 0 100
Data yang disajikan pada tabel 9 menginformasikan bahwa mayoritas responden menghabiskan waktu 5 jam untuk menonton siaran televisi asing. Sedangkan responden yang menghabiskan waktu lebih 5 jam untuk
Siagian, Pengaruh Siaran Transnasional terhadap Perilaku Remaja
menonton siaran televisi asing mencapai 24%. Hanya 16% responden yang mengalokasikan waktu menonton siaran televisi nasional 4 jam. Sedangkan responden yang mengalokasikan waktu menonton siaran televisi asing selama 3 jam perhari adalah 8%. Bagaimana interaksi antara orang tua dengan anak, yang dalam hal ini diukur dengan tingkat kedalaman informasi yang diketahui orang tua berkenaan dengan kegiatan responden atau anaknya yang berkaitan dengan aktivitas menonton siaran televisi asing? Tabel 10 berikut akan menyajikan data tentang sejauh mana orang tua mengetahui jenis siaran televisi asing yang ditonton responden. Tabel 10. Pengetahuan Orang Tua tentang Jenis Siaran Televisi Asing yang Ditonton Responden No 1 2 3 4 5
Pengetahuan Orang Tua Sama sekali tidak tahu Sebagian kecil tahu Separuh tahu Sebagian besar tahu Tahu semua Jumlah Sumber: Data Primer
F 16 9 0 0 0 25
% 64 36 0 0 0 100
Data yang disajikan pada tabel 10 menginformasikan kepada kita bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa orang tua mereka tidak mengetahui sama sekali tentang jenis siaran televisi asing yang mereka tonton, yang dalam hal ini mencapai 64%. Sedangkan responden yang menyatakan bahwa orang tua mereka hanya mengetahui sebagian kecil yang berkenaan dengan jenis siaran televisi asing yang mereka tonton mencapai 34%. Hal yang penting kita ketahui di sini adalah bahwa pengetahuan orang tua atas nilai-nilai yang tersosilisasi dalam diri anak sangatlah minim. Padahal sosialisasi nilainilai ini adalah proses mengisi memori anak tentang sesuatu yang akan mempengaruhi kehidupan si anak. Apakah orang tua mendapat informasi tentang alokasi waktu responden atau anaknya menonton siaran televisi asing? Tabel 11 berikut akan menyajikan data tentang alokasi waktu yang digunakan responden menonton siaran televisi asing.
Tabel 11. Pengetahuan Orang Tua tentang Alokasi Waktu yang Digunakan Responden Menonton Siaran Televisi Asing No 1 2 3 4 5
Pengetahuan Orang Tua Sama sekali tidak tahu Sebagian kecil tahu Separuh tahu Sebagian besar tahu Tahu semua Jumlah Sumber: Data Primer
F 14 7 4 0 0 25
% 56 28 16 0 0 100
Data yang disajikan pada tabel 11 menginformasikan bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa orang tua mereka tidak mengetahui sama sekali tentang alokasi waktu yang mereka gunakan dalam menonton siaran televisi asing, yakni mencapai 56%. Sedangkan responden yang menyatakan bahwa orang tua mereka hanya tahu sebagian kecil tentang tentang alokasi waktu yang mereka gunakan dalam menonton siaran televisi asing mencapai 28%. Selanjutnya responden yang menyatakan bahwa orang tua mereka mengetahui separuh tentang tentang alokasi waktu yang mereka gunakan dalam menonton siaran televisi asing hanya 14%. Perilaku Menyimpang Remaja Temuan aktivitas menonton remaja pada umumnya dan alokasi waktu yang digunakan dalam menonton siaran televisi asing yang cukup panjang dan waktu mereka menonton siaran televisi asing tersebut yang larut malam hingga menjelang subuh pada khususnya tentu cukup mengejutkan. Terlebih jika dikaitkan dengan status responden yang semuanya masih di bangku sekolah dan kuliah, dimana mayoritas sebagai siswa SLTA (14 orang), SLTP (8 orang) dan sebagai mahasiswa (3 orang). Dalam konteks ini telah terjadi proses sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai yang jenis dan materinya sesungguhnya tidak sesuai dengan usia maupun status responden sebagai pelajar dan mahasiswa. Lalu bagaimana pengaruh aktivitas menonton siaran televisi asing tersebut terhadap perilaku remaja? Bagaimana perilaku mereka di sekolah? Pada tabel 12 berikut akan disajikan tentang frekuensi responden tidur saat guru/dosen menyajikan pelajaran.
21
Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 12, No. 1, Juni 2013
Tabel 12. Frekuensi Responden Tertidur Saat Guru/Dosen Menyajikan Pelajaran No 1 2 3 4 5
Frekuensi Tidur Selalu Sering Separohnya Jarang Tidak pernah Jumlah Sumber: Data Primer
F 7 10 7 1 0 25
% 28 40 28 4 0 100
Data yang disajikan pada tabel 12 menginformasikan bahwa terdapat 40% responden yang menyatakan sering mengantuk saat guru/dosen menerangkan pelajaran di kelas. Sedangkan 28% responden menyatakan selalu dan separohnya mengantuk saat guru/dosen menerangkan pelajaran di kelas. Responden yang menyatakan jarang mengantuk saat guru/dosen menerangkan pelajaran di kelas hanya 14%. Perlu ditambahkan bahwa tidak ada responden yang menyatakan tidak pernah mengantuk saat guru/dosen menerangkan pelajaran di kelas. Apakah semua dari responden mendapat hukuman sebagai akibat mereka mengantuk saat guru/dosen menerangkan pelajaran di kelas? Informasi tentang hal ini disajikan dalam tabel 13 berikut. Tabel 13. Frekuensi Responden Mendapat Hukuman karena Tertidur Saat Guru/Dosen Menyajikan Pelajaran No 1 2 3 4 5
Frekuensi Dihukum Selalu Sering Separohnya Jarang Tidak pernah Jumlah Sumber: Data Primer
F 0 13 12 0 0 25
% 0 52 48 0 0 100
Data yang disajikan pada tabel 13 menginformasikan bahwa terdapat 52% responden yang menyatakan sering dihukum karena mengantuk saat guru/dosen menerangkan pelajaran di kelas. Sedangkan 48% responden menyatakan jarang dihukum akibat mengantuk pada saat guru/dosen menerangkan pelajaran di kelas mereka.
22
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pentingnya adalah jenis atau bentuk sanksi yang diperoleh dari sekolah atas kesalahan yang dilakukan oleh responden. Tabel 14 menyajikan jenis atau bentuk sanksi tersebut. Tidak terdapat responden yang menyatakan selalu, jarang dan tidak pernah dihukum karena mengantuk saat guru/dosen menerangkan materi pelajaran. Tabel 14. Jenis Hukuman/Sanksi yang Pernah Diterima Akibat Tertidur Saat Guru/Dosen Menyajikan Pelajaran No Jenis Hukuman 1 Dipecat 2 Dilaporkan ke orangtua 3 Dikeluarkan dari kelas 4 Dimarahi 5 Dipermalukan Sumber: Data Primer
F 0 3 20 21 21
% 0 12 80 84 84
Karena terdapat kemungkinan responden sudah menerima beberapa jenis hukuman, maka responden dapat memilih lebih dari satu jawaban. Data yang disajikan pada tabel 14 menginformasikan bahwa terdapat 12% responden yang menyatakan pernah mendapat hukuman berupa dilaporkan ke orang tua karena mengantuk saat guru/dosen menerangkan pelajaran di kelas. Sedangkan 80% responden menyatakan pernah mendapat hukuman berupa dikeluarkan dari kelas karena mengantuk saat guru/dosen menerangkan pelajaran di kelas. Hukuman lainnya adalah dimarahi maupun dipermalukan, dimana masing-masing hukuman tersebut pernah dialami 84% responden akibat mengantuk saat guru/dosen menerangkan pelajaran di kelas. Tidak mengerjakan tugas merupakan salah satu bentuk kenakalan. Pada tabel 15 berikut disajikan data tentang hal ini. Data yang disajikan pada tabel 15 menginformasikan bahwa terdapat 52% responden yang menyatakan sering tidak mengerjakan tugas dari guru/dosen. Sedangkan 48% responden menyatakan jarang tidak mengerjakan tugas dari guru/dosen. Data ini mengindikasikan bahwa responden merupakan pelajar dan mahasiswa yang tidak menjalankan perannya sebagai pelajar dan mahasiswa.
Siagian, Pengaruh Siaran Transnasional terhadap Perilaku Remaja
Tabel 15. Frekuensi Responden Tidak Mengerjakan Tugas dari Guru/ Dosen No 1 2 3 4 5
Frekuensi Selalu Sering Separohnya Jarang Tidak pernah Jumlah Sumber: Data Primer
F 0 13 12 0 0 25
% 0 52 48 0 0 100
Berbagai jenis kenakalan remaja saat ini. Demikian kompleksnya kenakalan remaja tersebut sehingga perlu digolongkan. Oleh karena itu terdapat dua aspek yang perlu dinilai, yakni jenis kenakalan dan frekuensi melakukan kenakalan tersebut. Pada tabel 16 berikut disajikan data tentang frekuensi melakukan hubungan suami-istri dengan pacar. Tabel 16.
No 1 2 3 4 5
Frekuensi Responden Melakukan Hubungan Suami Istri dengan Pacar
Frekuensi Sering Lumayan/agak sering Jarang Sangat jarang Tidak pernah Jumlah Sumber: Data Primer
F 5 4 8 0 8 25
% 20 16 32 0 32 100
Data yang disajikan pada tabel 16 menginformasikan bahwa terdapat 32% responden tidak atau belum pernah melakukan hubungan suami-istri dengan pacar. Sedangkan 68% sudah pernah melakukan hubungan suamiistri dengan pacar, yang terdistribusi ke tingkat sering (20%), lumayan/agak sering (16%), dan jarang (32%). Data ini sesunggunya menujkkan kepada kita bahwa responden dengan statusnya sebagai pelajar dan mahasiswa sudah melakukan tindakan yang jauh dari kewajaran. Hal ini berarti telah terjadi penyimpangan perilaku. Hubungan suami-istri tentu bisa juga dilakukan dengan PSK. Pada tabel 17 berikut disajikan data tentang frekuensi melakukan hubungan suami-istri dengan PSK.
Tabel 17.
Frekuensi Responden Melakukan Hubungan Suami Istri dengan PSK
No 1 2 3 4 5
Konsumsi Narkoba Sering Lumayan sering Jarang Sangat jarang Tidak pernah Jumlah Sumber: Data Primer
F 2 3 6 0 14 25
% 8 12 24 0 56 100
Data yang disajikan pada tabel 17 menginformasikan bahwa terdapat 56% responden yang menyatakan tidak atau belum pernah melakukan hubungan suami-istri dengan PSK. Sedangkan 44% sudah pernah melakukan hubungan suami-istri dengan PSK, yang terdistribusi ke tingkat sering (8%), lumayan sering (12%), dan jarang (24%). Salah satu bentuk kenakalan remaja yang saat ini mendapat perhatian banyak pihak adalah berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba. Pada tabel 18 berikut disajikan frekuensi penggunaan narkoba. Tabel 18. Frekuensi Responden Menggunakan Narkoba No 1 2 3 4 5
Konsumsi Narkoba Sering Lumayan sering Jarang Sangat jarang Tidak pernah Jumlah Sumber: Data Primer
F 2 3 6 3 11 25
% 8 12 24 12 44 100
Data yang disajikan pada tabel 18 menunjukkan tidak ada dominasi jenis kenakalan yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba. Namun paling banyak atau 44% responden tidak atau belum pernah menggunakan narkoba. Sedangkan 24% menyatakan jarang, 12% lumayan sering dan sangat jarang. Sedangkan responden yang menyatakan sering menggunakan narkoba adalah 8%. Bentuk lain dari kenakalan remaja adalah perkelahian. Pada tabel 19 berikut disajikan frekuensi berkelahi dengan menggunakan alat,
23
Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 12, No. 1, Juni 2013
seperti kayu, pisau, clurit, dan lain-lain yang membahayakan nyawa manusia. Tabel 19. Frekuensi Responden Berkelahi dengan Menggunakan Alat Berbahaya No 1 2 3 4 5
Frekuensi Selalu Sering Separohnya Jarang Tidak pernah Jumlah Sumber: Data Primer
F 0 8 10 7 0 25
% 0 32 40 28 0 100
Data yang disajikan pada tabel 19 menujukkan bahwa tidak terdapat responden yang menyatakan selalu maupun tidak pernah menggunakan alat berbahaya saat berkelahi. Dengan demikian, semua responden pernah menggunakan alat berbahaya saat berkelahi, yang terdistribusi ke dalam separohnya (40%), sering (32%) dan jarang (28%). Pada tabel 20 berikut disajikan data tentang frekuensi responden melakukan pencurian di rumah atau barang/milik keluarga sendiri. Tabel 20. No 1 2 3 4 5
Frekuensi Responden Mencuri Barang/Uang di Rumah Sendiri
Frekuensi Mencuri Sering Lumayan sering Jarang Sangat jarang Tidak pernah Jumlah Sumber: Data Primer
F 8 10 7 0 0 25
% 32 40 28 0 0 100
Data yang disajikan pada tabel 20 menujukkan bahwa semua responden pernah mencuri barang/uang milik keluarga sendiri. Paling banyak menyatakan lumayan sering (40%), diikuti sering (32%), dan jarang (28%). Kenakalan terakhir yang disoroti adalah mencuri barang/uang di luar rumah. Tentu kenakalan ini lebih parah daripada mencuri barang/uang milik keluarga sendiri. Datanya disajikan pada tabel 21 berikut.
24
Tabel 21. No 1 2 3 4 5
Frekuensi Responden Mencuri Barang/Uang di Luar Rumah
Frekuensi di Rumah Sering Lumayan sering Jarang Sangat jarang Tidak pernah Jumlah Sumber: Data Primer
F 9 12 4 0 0 25
% 36 48 16 0 0 100
Data yang disajikan pada tabel 21 menujukkan bahwa semua responden pernah mencuri barang/uang di luar rumah. Bahkan 48% menyatakan lumayan sering mencuri barang/uang di luar rumah. Sedangkan yang menyatakan sering mencuri barang/uang di luar rumah adalah 36%. Selanjutnya 16% menyatakan jarang mencuri barang/uang di luar rumah. Analisis Menonton Siaran Asing (Transnasional) Data tentang aktivitas menonton siaran asing atau internasional dianalis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif. Untuk dapat dianalisis dengan statistik deskriptif terlebih dahulu dilakukan kuantifikasi data dengan menggunakan skala likert. Semua item pertanyaan sebagai alat penjaring data sudah dirancang sedemikian rupa sehingga jika digunakan skala likert, memiliki nilai yang bersifat paralel, yakni nilai maksimal 5 dan nilai minimal 1. Nilai yang diperoleh dengan menggunakan skala likert selanjutnya diklasifikasi ke dalam tiga kelas, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan jarak antara nilai tertinggi dan terendah (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah), maka diperoleh interval sebesar 1,66. Sehingga nilai untuk kategori setiap kelas adalah sebagai berikut: a) Ketegori tinggi 3,66 – 5,00 b) Ketegori sedang 2,33 – 3,655 c) Ketegori rendah 1,00 – 2,325 Terdapat 10 item pertanyaan yang memenuhi syarat dikuantifikasi melalui penggunaan skala likert. Selanjutnya diperoleh nilai rerata sebesar 3,80. Dengan demikian dapat diketahui bahwa variabel bebas termasuk kategori tinggi.
Siagian, Pengaruh Siaran Transnasional terhadap Perilaku Remaja
Perilaku Menyimpang Remaja Data tentang aktivitas perilaku menyimpang remaja dianalis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif. Untuk dapat dianalisis dengan statistik deskriptif terlebih dahulu dilakukan kuantifikasi data dengan menggunakan skala likert. Semua item pertanyaan sebagai alat penjaring data sudah dirancang sedemikian rupa sehingga jika digunakan skala likert, memiliki nilai yang bersifat paralel, yakni nilai maksimal 5 dan nilai minimal 1. Nilai yang diperoleh dengan menggunakan skala likert diklasifikasi ke dalam tiga kelas, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan jarak antara nilai tertinggi dan terendah, maka diperoleh interval sebesar 1,66. Sehingga nilai untuk kategori setiap kelas adalah sebagai berikut: a) Ketegori tinggi 3,66 – 5,00 b) Ketegori sedang 2,33 – 3,66 c) Ketegori rendah 1,00 – 2,33 Perlu ditambahkan bahwa dalam penelitian ini terdapat 10 item pertanyaan yang memenuhi syarat dikuantifikasi melalui penggunaan skala likert. Artinya, tidak semua pertanyaan yang ada dalam angket memenuhi syarat untuk dijadikan data yang akan dianalisis. Oleh karena itu dilakukan seleksi terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada, agar kuantifikasi data yang dilakukan mendukung proses temuan dalam penelitian ini. Setelah dilakukan kuantifikasi data dengan menggunakan skala likert, diperoleh nilai rerata sebesar 3,67. Dengan demikian dapat diketahui bahwa variabel bebas termasuk kategori tinggi. Pengaruh Aktivitas Menonton Siaran Televisi Asing terhadap Perilaku Menyimpang Remaja Hasil analisis variabel bebas yakni aktivitas menonton siaran televisi asing dan variabel terikat yakni perilaku menyimpang remaja yang sama-sama tinggi (3,80 dan 3,67) sesungguhnya sudah mengindikasikan adanya signifikansi antara menonton siaran televisi asing dengan perilaku menyimpang remaja. Untuk lebih mendalami hubungan di antara kedua variabel tersebut peneliti menyajikan tabel silang yang menyajikan data kedua variabel tersebut melalui tabel 22 berikut ini.
Tabel 22. Hubungan Sebaran Data Varibel X dan Y menurut ukuran ketinggian. Y
Tinggi
Sedang
X Tinggi 14 3 Sedang 1 4 Rendah 0 0 Jumlah 15 7 Sumber: Hasil Olahan Data
Rendah Jumlah 1 0 2 3
18 5 2 25
Berdasarkan sebaran data yang disajikan pada tabel 22 dapat diketahui hubungan antara variabel x dan y sebagai berikut. a. Variabel x dan y sama-sama tinggi: 14 b. Variabel x dan y sama-sama sedang: 4 c. Variabel x dan y sama-sama rendah: 2 Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki kategori yang sama dalam variabel x dan y adalah 20 orang atau 80%. Berdasarkan sebaran data ini dapat dipastikan bahwa jumlah responden yang memiliki kategori yang berbeda dalam variabel x dan y hanya 20%. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan, bahwa: 1. Aktivitas menonton siaran televisi asing oleh remaja yang tergolong kategori tinggi dan sangat minimnya pengetahuan orang tua atas kegiatan menonton siaran internasional menunjukkan sangat renggangnya pengawasan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak. Hal ini menunjukkan bahwa peran orangtua sebagai pembimbing sekaligus supervisor atas anak tidak berjalan dengan baik. Akibatnya anak sering melakukan kegiatan yang tidak mendukung, bahkan kontra produktif bagi masa depan anak sendiri. 2. Aktivitas melakukan atau menampilkan perilaku menyimpang remaja adalah tergolong kategori tinggi menunjukkan bahwa perbuatan anak sering tidak sesuai atau melampaui usia dan statusnya sebagai pelajar dan mahasiswa. Perbuatan mana diawali oleh perbuatanperbuatan yang sedikit menyimpang, tetapi lamm kelamaan semakin dalam penyimpangannya. Bahkan pada satu titik
25
Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Vol. 12, No. 1, Juni 2013
waktu perilaku yang ditampilkan sudah sangat menyimpang dari usia dan statusnya sebagai pelajar dan mahasiswa. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas menonton dengan melakukan atau menampilkan perilaku menyimpang, dimana 80% responden menunjukkan perilaku dengan kategori yang selaras antara kedua variabel tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas menonton dengan muatan siarannya sangat tidak sesuai dengan informasi-informasi yang diperlukan oleh responden yang merupakan pelajar dan mahasiswa. Akibatnya muncullah perbuatan-perbuatan yang juga sangat tidak sesuai atau tidak pantas dilakukan oleh seorang pelajar dan mahasiswa. Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis data, peneliti merumuskan dan mengajukan rekomendasi sebagai berikut: 1. Orang tua harus lebih ketat dalam melakukan pengawasan atas anak. Walaupun anak cenderung tampil layaknya sebagai orang dewasa, dan seakan-akan mampu melakukan yang terbaik bagi diri dan masa depannya, namun faktanya anak belum mampu melakukan keputusan yang terbaik atas apa yang sebaiknya dilakukan. 2. Tidak ada alasan apapun dan kepada orang tua manapun untuk membiarkan anak melakukan apa saja sesuai dengan keinginannya. Lebih jauh lagi, tidak ada alasan bagi orang tua untuk tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh anak dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah maupun di luar rumah. Dalam rangka pengawasan terhadap anak tersebut, orang tua harus menggunakan berbagai cara dan sarana untuk benar-benar setiap saat senantiasa melakukan pengawasan terhadap, seperti menggunakan telepon genggam atau media lainnya. 3. Dalam menghadapi anak, orang tua harus mampu melakukan cara-cara persuasif terhadap anak melalui penerapan tipe dan
26
gaya kepemimpinan demokratis. Dalam kaitannya dengan tipe dan gaya kepemimpinan ini, maka orang tua tidak salah jika menganggap anak sebagai teman, dan orang tua benar-benar mampu tampil sebagai teman bagi anak. Dengan cara demikian, maka anak akan mau menampilkan sikap terbuka terhadap orang tua. Anak akan menjadikan orang tua tempat curhat kala mana anak menghadapi masalah. Daftar Pustaka 1. Harian Indonesi Baru, 7 Januari 2008. 2. Kompas, 8 Oktober 2008 3. Kompas, 3 Oktober 2002 4. Gerbner, G (1980). The Demonstration of Power: Violence Profile. No. 10, Journal of Communication. 5. Djarot, Rahardjo, Slamet. (1997). Televisi dan Kenakalan Remaja Tinjauan Sinematografis. Makalah Seminar Televisi dan Remaja Menjelang Abad 21 Oleh LIPI. 5 Juni 1997: Jakarta. 6. Hawkins, Pingree. (1987), Television: Symbolic Reality And Subjective Reality. London: Sage Publications. 7. Simanjuntak, B. (1992). Latar Belakang Kenakalan Remaja. Alumni: Bandung. 8. Comstock, George. Et.al. (1984). Television and Human Behavior. New York: Columbia University Press. 9. Depari, Eduard. (1997). Televisi dan Kenakalan Remaja. Seminar Televisi dan Remaja: Dampak dan Prospek Menjelang Abad 21: Jakarta. 10. Wallace, Samuel, E, 2001, Social Problems: An Ecological Perspective, Department of Sociology, University of Tennessee: Knoxville 11.Gerald, D. Suttles. (2002). The Social Construction of Communities. Chicago: University of Chicago. 12.Hardin, Garrett (2003). Information Technology and Behaviour, Journal of Social Problems: Philipina – Manila.