1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
PENGARUH MODEL SINEKTIK DAN MODEL 6M TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI Yesi Nurrizki Oktavia1, Etty Rohayati2, Edi Rohendi3
Jurusan S-1 PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi dengan rendahnya kemampuan menulis puisi siswa Sekolah Dasar. Hal ini disebabkan karena peserta didik merasa bosan dan pembelajaran menulis puisi cenderung monoton. Salah satu faktor mendasar yang mengakibatkan hal ini terjadi yaitu karena guru belum menerapkan model pembelajaran menulis puisi yang menarik dan efektif. Oleh karena itu, guru harus memilih model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan menulis puisi. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti menawarkan dua buah model yang dianggap dapat memberikan pengaruh terhadap pembelajaran menulis puisi yaitu model Sinektik dan model 6M. Model Sinektik memiliki 3 langkah yaitu analogi personal, analogi langsung dan konflik kempaan, sedangkan model 6M memiliki 6 langkah yaitu melatih tanggap sasmita, menangkap ilham, memunculkan kata pertama, mengolah kata, memberikan vitamin, dan menyeleksi kata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh model Sinektik dan model 6M terhadap kemampuan menulis puisi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design . Penelitain ini dilaksanakan di SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Berdasarkan pengolahan data yang didapatkan, diketahui rata-rata skor pre-test kelompok eksperimen 59,09 dan kelas kontrol sebesar 61,17. Setelah mendapatkan perlakuan berbeda, maka diperoleh rata-rata skor post-test kelas eksperimen sebesar 90,34 dan kelas kontrol sebesar 82,95. Kualitas peningkatan kelas eksperimen berada pada taraf tinggi, sedangkan kualitas peningkatan kelas kontrol berada pada taraf sedang. Signifikansi dua pihak (2tailed) post-test sebesar 0,001. Bedasarkan perolehan skor rata-rata kelas, perbedaan rata-rata kelas dan indeks gain, maka pengaruh model Sinektik lebih baik daripada pengaruh model 6M terhadap kemampuan menulis puisi
Kata kunci: Menulis Puisi, Model Sinektik, Model 6M.
1)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203284 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab 2)
Yesi Nurrizki Oktavia¹, Etty Rohayati², Edi Rohendi³ Pengaruh Model Sinektik dan Model 6M Terhadap Kemampuan Menulis Puisi | 2
THE INFLUENCE OF SYNECTHIC MODEL AND 6M MODEL TO POETRY WRITING SKILL Yesi Nurrizki Oktavia1, Etty Rohayati2, Edi Rohendi3
Jurusan S-1 PGSD Kampus Cibiru Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACT The reasearch is motivated by the lower peotry writing skill of the elementary school students. One of the reason is students feel borred and the lesson always being same. It was because of the weakness of teachers are not informed and not using the appropriate method to teach poetry. Therefore, teachers should be able to choose a learning model to develop students poetry writing skill. Based on that problem, researcher offer two model that can give the influence to poetry writing learning, which is Synecthic model dan 6M model. Synecthic model has three stages which is personality analogy, directed analogy and conlict, while 6M model has six stages which is response training, catch idea, show the first word, processing the word, give a vitamin and selection the word. The purpose of this research is to determine the differences of the influence between the Synecthic model and the 6M model to poetry writing skill of the elementary school students. This research is a quasi-experimental research with non-equivalent control group design. This research was done in SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Based on data processing of poetry writing learning test, the average pre-test results of experimental class is 59,09 and control class is 61,17. After receiving different treatments, the average post-test result of experimental class is 90,34 and control class is 82,95. Improvement quality of experimental class at high level and control class at medium level. Sygnification 2-tailed of both class post-test is 0,001. Based on the average result, difference average result and indeks gain, the influence of Synecthic model is better than 6M model to poetry writing skill of the elementary school students.
Keywords: Poetry Writing, Synecthic Model, 6M Model.
1)
Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1203284 Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab 2)
3|Antologi UPI
Volume
Seiring perkembangan zaman dan pengaruh globalisasi yang terus terjadi, menuntut masyarakat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi disertai keterampilanketerampilan yang dapat membuat manusia terus berkembang. Dengan perkembangan tersebut manusia harus mampu menghadapi tantangantantangan yang semakin berat. Pendidikan menjadi hal yang penting untuk menghadapai tantangan lokal, nasional, maupun global. Tanpa adanya pendidikan yang berkualitas, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan keterampilan, generasi penerus bangsa tidak akan dapat bersaing dengan masyarakat di negara lain yang lebih maju. Dalam sistem pendidikan Indonesia khususnya tahun ajaran 2013/2014 seluruh sekolah di Indonesia menerapkan kurikulum 2013. Namun setelah melalui tahap evaluasi kurikulum, pada saat ini beberapa sekolah menerapkan kurikulum 2013 dan sebagian sekolah kembali pada kurikulum 2006. Dengan diadakannya perubahan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 yaitu sebagai langkah penyesuaian pendidikan dengan perkembangan zaman abad ke21. Dalam kurikulum 2013 ini diharapkan siswa memiliki sejumlah keterampilan yang dapat digunakan siswa untuk menghadapi tantangan yang semakin berat. Beberapa keterampilan seperti berkomunikasi dan berpikir kreatif terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesisa sangat berperan penting dalam
Edisi No.
Juni 2016
pendidikan Indonesia karena dapat meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Melalui pembelajaran bahasa, siswa mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berkomunakasi baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu siswa diharapkan dapat meningkatkan apresiasinya terhadap kesastraan Indonesia. Adapun aspek dalam kemampuan berbahasa Indonesia meliputi beberapa hal diantaranya menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Pembelajaran bahasa Indonesia juga tentunya tidak luput dari pembelajaran sastra. Pembelajaran sastra atau sering dikenal dengan pembelajaran apresiasi sastra merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk memperoleh wawasan yang terkandung dalam suatu karya sastra dibawah bimbingan guru. Salah satu pembelajaran apresiasi sastra yaitu apresiasi puisi. Jika kita kaitkan dengan kemampuan berbahasa maka kita akan mengenal kemampuan menulis puisi. Menulis puisi atau biasa dikenal dengan istilah mencipta puisi merupakan suatu kegiatan siswa mengekspresikan ungkapan atau isi hatinya terhadap sesuatu hal melalui bahasa dengan tidak mengabaikan nilai estetik di dalam penyajiannya. Berdasarkan sebuah penelitian Irawati (2014) mengemukakan bahwa sebagian besar peserta didik merasa bosan dengan pembelajaran bahasa Indonesa khususnya mengenai materi pembelajaran menulis puisi. Pada proses pembelajaran cenderung bersifat monoton karena guru belum menerapkan model yang efektif dan menarik. Hal ini mengakibatkan
Yesi Nurrizki Oktavia¹, Etty Rohayati², Edi Rohendi³ Pengaruh Model Sinektik dan Model 6M Terhadap Kemampuan Menulis Puisi | 4
peserta didik merasakan kejenuhan, dan kurang termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Terkait hasil belajar, kemampuan menulis puisi siswa Sekolah Dasar masih sangat rendah. Hal mendasar yang menjadi permasalahan yaitu guru cenderung menggunakan metode yang sering dipakai namun tidak efektif. Maka dari itu guru perlu memperhatikan penggunaan model dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa yang pada prosesnya mengajak siswa untuk mengeluarkan ide-ide yang sesuai dengan kapasitas pengetahuan serta wawasan dan psikologinya khususnya pada pembelajaran menulis puisi yaitu model Sinektik. Model Sinektik menekankan pada proses penggalian ide-de yang bermakna guna dapat meningkatkan aktivitas kreatif melalui bantuan daya pikir yang lebih kaya. Model ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa menulis beragam jenis karya sastra baik puisi, prosa fiksi maupun drama. Selain itu terdapat model lain yang dikenal dengan model 6M. Disebut model 6M karena dalam proses pembelajaran menulis puisi, siswa akan melakukan enam langkah. Endraswara (2003) mengemukakan bahwa seorang penyair haruslah orang yang berjiwa kreatif. Orang yang berjiwa kreatif tersebut pasti memahami langkah-langkah yang tepat untuk memaksimalkan kekreatifannya dalam menulis puisi tersebut. Langkah-langkah yang tepat dirumuskan berdasarkan aturan-aturan yang terdapat dalam puisi. Hal ini
senada dengan pendapat Önkaş (2010) yang menyatakan bahwa puisi memiliki aturan hebat yang dapat membuat siswa mengasah kepekaan sehingga selalu mengutamakan nilai estetik. Dalam model 6M ini siswa akan melatih kepekaannya, menangkap ilham, memunculkan kata yang dapat mengembangkan imajinasnya, dapat mengolah kata, memberikan nyawa dalam puisi yang dibuatnya serta memilih kata terindah diantara katakata indah lainnya yang dirasa cocok dalam puisi yang dibuatnya. Kedua model ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran menulis puisi siswa Sekolah Dasar. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Sinektik dan model 6M terhadap kemampuan menulis puisi dan perbedaan kemampuan menulis puisi siswa yang menggunakan model Sinektik dan model 6M. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent control group design. Dimana dalam desain ini kedua kelompok mendapatkan pretes dan postes. Pretes dan postes adalah soal tes kemampuan menulis puisi yang diberikan kepada kedua kelas. Soal pretes dan postes adalah soal yang sama. Pretes diberikan diawal sebelum perlakuan dilaksanakan, sedangkan postes diberikan setelah seluruh perlakuan selesai dilaksanakan. Pada penelitian ini kelas eksperimen
5|Antologi UPI
Volume
memperoleh perlakuan dengan mnedapatkan pembelajaran menulis puisi menggunakan model Sinektik dan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran menulis puisi menggunakan model 6M. Berikut ini gambaran desain penelitian kuasi eksperimen Nonequivalent Control Group Design (pre-test, posttest design) menurut Sugiyono (2014). O1 X1 O2 O3 X2 O4 Gambar 1 Desain Penelitian Kuasi Eksperimen Keterangan : O1 : Pre-tes kelas eksperimen O3 : Pre-tes kelas kontrol O2 : Post-test kelas eksperimen O4 : Post-test kelas kontrol X1 : Pembelajaran menulis puisi menggunakan model Sinektik X2 : Pembelajaran menulis puisi menggunakan model 6M. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Peneliti menetapkan Kelas IV sebagai sampel penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara non probability sampling yaitu dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil observasi pada guru bidang studi bahasa Indonesia dan guru wali kelas, terdapat dua kelas yang dapat digunakan untuk pelaksanaan penelitian dimana kemampuan awal kedua kelas tidak jauh berbeda. Kedua kelas dipilih untuk menjadi sampel penelitian. Hasil Ujian Akhir Sekolah mata pelajaran bahasa Indonesia kedua kelas yang sama menjadi landasan peneliti dalam
Edisi No.
Juni 2016
menentukan kelas yang dapat dipilih menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas tersebut adalah kelas IVG dan IVE. Pada penelitian ini, peneliti menetapkan kelas I VG sebagai kelas eksperimen dan kelas IVE sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes, berupa soal untuk mengukur kemampuan menulis puisi siswa, selain itu digunakan pula instrumen pendukung berupa lembar observasi untuk kegiatan yang dilakukan guru dan siswa. Lembar observasi digunakan sebagai upaya pengumpulan informasi otentik atas apa yang dilakukan di kelas. Lembar observasi ini digunakan di kelas eksperimen. Instrumen penelitian diukur menggunakan pedoman penilaian yang telah divalidasi oleh dua orang ahli. Hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan SPSS (Statistic Producand Service Solution) versi 20.0 for Windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perolehan rata-rata skor pretes dan postes kelompok eksperimen adalah sebagai berikut. Tabel 1 Deskripsi Skor Pre-test dan Post-test kelas Eksperimen Eksperimen N Min Max Sum Mean Std. Deviation Variance
Pre-test 22 50,00 75,00 1300,01 59,09 7,11 60,65
Post-test 22 75,00 95,83 1987,49 90,34 5,36 28,74
Yesi Nurrizki Oktavia¹, Etty Rohayati², Edi Rohendi³ Pengaruh Model Sinektik dan Model 6M Terhadap Kemampuan Menulis Puisi | 6
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata skor pre-test kelas eksperimen 59,09 dan rata-rata skor post-test kelas eksperimen sebesar 90,34 sehingga memiliki selisih sebesar 31,25. Maka, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan. Untuk lebih meyakinkan, data diuji secara satatistik yaitu uji-t melalui uji normalitas dan uji homogenitas terebih dahulu. Uji normalitas terhadap dua data tersebut dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk data < 30 dengan menggunakan program SPSS 20.0 for Windows. Hipotesis dalam ujinormalitas ini adalah sebagai berikut. H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal. Ha : Data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Taraf signifikansi yang digunakan dalam menentukan hasil uji normalitas yaitu sebesar α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini yaitu H0 diterima jika nilai signifikasi (sig) ≥ 0,05 dan H0 di tolak jika nilai signifikasi (sig) ≤ 0,05. Adapun hasil uji normalitas dari data tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen Test Statistic
Nilai
Test of Normality Kolmogorov-Smirnov Data Statistic Df Sig. Pre,179 22 0,065 test Post,189 22 0,040 test
Berdasarkan tabel 2, diperoleh taraf signifikansi post-test kelas eksperimen > 0,05 yaitu 0,065 dan kelas kontrol < 0,05 yaitu 0,04. Maka dengan demikian H0 ditolak. Karena data tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan uji statistik nonpamaretrik melalui uji Mann-Whitney U. Adapun perumusan hipotesis uji rerata pre-test dan post-test kelas eksperimen adalah sebagai berikut. H0 : ᶯ1 = ᶯ2 Tidak terdapat perbedan kemampuan menulis puisi siswa kelas eksperimen antara nilai pre-test dan nilai post-test. Ha : ᶯ1 ≠ ᶯ2 Terdapat perbedan kemampuan menulis puisi siswa kelas eksperimen antara nilai pre-test dan nilai post-test. Keterangan: ᶯ1 : median nilai pre-test kemampuan menulis puisi siswa kelas eksperimen ᶯ2 : median nilai post-test kemampuan menulis puisi siswa kelas eksperimen Kriteria pengujian pada perbedaan reratanya adalah jika signifikansi ≥ 0,05, maka H0 diterima, jika nilai signifikansi < 0,05 maka keputusannya H0 ditolak. Berdasarkan kriteria uji taraf sifnifikansi di atas, berikut dipaparkan hasil signifikansi hitung uji perbedaan rerata pre-test dan post-test kemampuan menulis puisi siswa kelas eksperimen dengan uji Mann-Whitney U.
7|Antologi UPI
Volume
Tabel 3 Hasil Uji Mann-Whitney U Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen Test Statistic Mann-Whitney U Wilcoxon Z Assymp. Sig. (2-tailed)
Nilai 1,000 254,000 -5,697 ,000
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai uji Mann-Whitney U pretest dan post-test kelas eksperimen memiliki signifikansi sebesar 0,000. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak karena nilai signifikansi < 0,05, artinya terdapat perbedaan secara signifikan terhadap kemampuan menulis puisi antara nilai pre-test dan nilai post-test kelas eksperimen. Dapat disimpulkan pula bahwa terdapat pengaruh model Sinektik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas eksperimen. Selisih rata-rata pre-test dan posttest dan uji-t hanya menujukkan ada tidaknya pengaruh namun tidak menjelaskan seberapa besar pengaruh tersebut. Maka dilakukan uji gain ternormalisasi kelas eksperimen. Indeks gain ternormalisasi kelas eksperimen sebesar 0,76 > 0,70, sehingga berada pada taraf tinggi. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model Sinektik terhadap kemampuan menulis puisi siswa yang dinterpretasikan tinggi. Selanjutnya dilakukan analisis data terhadap kelas kontrol. Adapun perolehan skor pre-test dan post-test kelas kontrol sebagai berikut. Tabel 4 Deskripsi skor pre-test dan post-test kelas eksperimen
Edisi No.
Kontrol N Min Max Sum Mean Std. Deviation Variance
Juni 2016
Pre-test 22 50,00 79,17 1345,85 61,17 9,12 83,31
Post-test 22 70,83 95,83 1824,99 82,95 7,26 52,57
Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa rata-rata skor pre-test kelas kontrol yaitu 61,17 dan skor post-test kelas kontrol yaitu 82,95 sehingga memiliki selisih sebesar 21,78. Dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis puisi kelas kontrol mengalami peningkatan maka terdapat pengaruh model 6M terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas kontrol. Untuk meyakinkan, data diuji secara statistik melalui uji-t yang dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu. Berikut diuraikan perumusan hipotesis normalitas. H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal. Ha : Data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Taraf signifikansi yang digunakan dalam menentukan hasil uji normalitas yaitu sebesar α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini yaitu H0 diterima jika nilai signifikasi (sig) ≥ 0,05 dan H0 di tolak jika nilai signifikasi (sig) ≤ 0,05. Adapun hasil uji normalitas dari data tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol
Yesi Nurrizki Oktavia¹, Etty Rohayati², Edi Rohendi³ Pengaruh Model Sinektik dan Model 6M Terhadap Kemampuan Menulis Puisi | 8
Test Statistic Test of Normality Kolmogorov-Smirnov Data Statistic Df Sig. Pre0,168 22 0,109 test Nilai Post0,116 22 0,200 test Berdasarkan tabel 5, diperoleh taraf signifikansi pre-test dan post-test kelas eksperimen 0,05, yaitu 0,109 untuk pre-test dan 0,200 untuk post-test. Karena nilai taraf signifikansi kedua nilai tersebut lebih besar dari 0,05 maka dengan demikian H0 diterima. Artinya data pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing berasal dari data yang berdistribusi normal. Data yang berdistribusi normal, akan dilanjutkan dengan pengujian homogenitas. Berikut ini diuraikan perumusan hipotesis homogenitasnya. H0 : Tidak terdapat perbedaan varian antara kedua data sampel Ha : Terdapat perbedaan varian antara kedua kelas data sampel Kriteria pengambilan keputusan adalah H0 diterima jika nilai signifikansi >0,05 dan H0 ditolak jika nilai signifikansi yang diperoleh < 0,05 dimana 0,05 adalah taraf signifikansi homogenitasnya. Hasil uji homogenitas dari kedua data sampel tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 6 Hasil Uji Homogenitas Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol
Test of Homogeneity of Variance Levene df1 df2 Sig. Statistic Kelas Based 1,966 1 42 0,168 kontrol on Mean Berdasarkan tabel 6, diperoleh nilai signifikansi homogenitas pre-test dan post-test kelas kontrol sebesar 0,168. Hal ini menunjukan bahwa H0 diterima, karena taraf signifikansi homogenitas kedua data lebih dari α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan varian antara pre-test dan post-test kelas kontrol. Selanjutnya dapat dilakuakn uji perbedaan rerata. Uji perbedaan rerata pre-test ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan menulis puisi siswa antara nilai pretest dan post-test . Uji perbedaan dua rerata ini menggunakan uji-t dua sampel (Independent Sample T-test) dengan taraf signifikansi α= 0,05. Perumusan hipotesis uji rerata pre-test dan post-test kelas kontrol adalah sebagai berikut: H0 : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi siswa antara nilai pre-test dan post-test kelan kontrol. Ha : µ1 ≠ µ2 Terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi siswa antara nilai pre-test dan post-test kelan kontrol. Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 dan H0 diterima jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05. Hasil uji perbedaan dua
9|Antologi UPI
Volume
rerata untuk nilai pre-test dan post-test kelas kontrol adalah sebagai berikut. Tabel 7 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol Independent Samples Test t-test for Equality of Means t Df Sig. Mean (2- Differ tailed) ence Kelas Equal kontrol varianc es -8,75 42 0,000 -21,77 assume d
Berdasarkan tabel 7, diperoleh hasil perhitungan uji perbedaan rerata dengan uji t (Independent sample ttest) menunjukan nilai signifikansi perbedaan rerata pre-test dan post-test kelas kontrol sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa taraf signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, maka berdasarkan kriteria pengambilan keputusan yang telah ditetapkan, H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi siswa antara nilai pretest dengan nilai post-test. Selisih rata-rata pre-test dan posttest dan uji-t hanya menujukkan ada tidaknya pengaruh namun tidak menjelaskan seberapa besar pengaruh tersebut. Maka dilakukan uji gain ternormalisasi kelas eksperimen. Indeks gain ternormalisasi kelas eksperimen sebesar 0,56, sehingga berada pada taraf sedang. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model Sinektik terhadap kemampuan menulis puisi siswa yang dinterpretasikan sedang.
Edisi No.
Juni 2016
Berdasarkan perhitungan skor pretest dan post-test yang telah dilakukan pada masing-masing kelas, bahwa kemampuan menulis puisi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan. Namun untuk mengetahui perbedaan kemampuan akhir menulis puisi siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka data post-test dari kedua kelas dijui secara statistik parametrik uji-t melalui beberapa prasyarat yaitu uji normalitas, uji homogenitas dan uji perbedaan dua rerata. Berikut ini diuraikan perumusan hipotesis normalitas. H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal. Ha : Data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal. Taraf signifikansi yang digunakan dalam menentukan hasil uji normalitas yaitu sebesar α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan dalam pengujian ini yaitu H0 diterima jika nilai signifikasi (sig) ≥ 0,05 dan H0 di tolak jika nilai signifikasi (sig) ≤ 0,05. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan teknik test of normality dari Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS 20.0 for windows. Adapun hasil uji normalitas dari kedua sampel adalah pada tabel 11 berikut. Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Post-test Kemampuan Menulis Puisi Tests of Normality kelas
KolmogorovSmirnova Statis Df Sig. tic
Yesi Nurrizki Oktavia¹, Etty Rohayati², Edi Rohendi³ Pengaruh Model Sinektik dan Model 6M Terhadap Kemampuan Menulis Puisi | 10
Eksperimen
0,189
22
0,040
Kontrol
0,116
22
0,200
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov pada tabel 11, diperoleh taraf signifikansi post-test kelas eksperimen kurang dari 0,05 yaitu 0,04 dan kelas kontrol lebih dari 0,05 yaitu 0,20. Sehingga berdasarkan kriteria pengambilan keputusan yang telah ditetapkan, maka dengan demikian H0 ditolak. Karena data post-test tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, pengujian dilanjutkan dengan uji statistik non-pamaretrik melalui uji Mann-Whitney U. Uji perbedaan rerata post-test ditujukan untuk mengetahui adakah perbedaan kemampuan akhir menulis puisi siswa kelas IV yang menggunakan model Sinektik dan model 6M. Berdasarkan hasil uji prasyarat melalui uji normalitas menunjukan bahwa data tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji statistik non-parametrik melalui uji Mann Whitney U. Uji Mann Whitney U digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen yang berasal dari data yang tidak berdistribusi normal. Adapun perumusan hipotesis uji rerata post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut. H0 : ᶯ1 = ᶯ2 Tidak terdapat perbedaan kemampuan akhir menulis puisi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol Ha : ᶯ1≠ ᶯ2 Terdapat perbedaan kemampuan akhir
menulis puisi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Keterangan: ᶯ1 : median kemampuan menulis puisi siswa yang mendapatkan pembelajaran menulis puisi dengan Model Sinektik di kelas eksperimen. ᶯ2 : median kemampuan menulis puisi siswa yang mendapatkan pembelajaran menulis puisi dengan Model 6M di kelas kontrol. Kriteria pengujian pada perbedaan reratanya adalah jika signifikansi ≥ 0,05, maka H0 diterima, jika nilai signifikansi < 0,05 maka keputusannya H0 ditolak. Berdasarkan kriteria uji taraf sifnifikansi di atas, berikut Tabel 12 dipaparkan hasil signifikansi hitung uji perbedaan rerata post-test kemampuan menulis puisi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan uji Mann-Whitney U. Tabel 12 Hasil Uji Mann-Whitney U Post-test KemampuanMenulis Puisi Test Statisticsa Nilai_Posttest Mann-Whitney U
100,500
Wilcoxon W
353,500
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-3,375 ,001
Berdasarkan Tabel 12 di atas, diperoleh hasil perhitungan uji perbedaan rerata dengan uji Mann Whitney U menunjukkan nilai signifikansi dua pihak (2-tailed) perbedaan rerata post-test antara kelas eksperimen dalam kelas kontrol
11 | A n t o l o g i U P I
Volume
sebesar 0.001. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan akhir menulis puisi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil analisis pengujian hipotesis secara ststistik yang diungkapkan sebelumnya, menyatakan secara empirik hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hal ini memiliki artian bahwa terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi siswa kelas IV yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model Sinektik dengan dengan siswa kelas IV yang menggunakan model 6M di SD Laboratorim UPI Kampus Cibiru. Kemampuan menulis puisi siswa yang mendapatkan pembelajaran menulis puisi dengan model Sinektik lebih baik dibandingkan dengan kemampuan menulis puisi siswa yang mendapatkan pembelajaran menulis puisi dengan model 6M. Hal ini disebabkan karena model Sinektik dalam pembelajarannya melibatkan kumpulan imajinasi siswa yang dihubungkan untuk membentuk suatu keterkaitan dalam sebuah karya puisi yang diciptakan oleh siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat pencetus model Sinektik yaitu Gordon (dalam Endraswara, 2005) yang menyebutkan bahwa sinektik berarti menyambung atau menghubungkan suatu ide yang dikembangkan dari kreativitas seseorang. Maka dari itu, model ini sangat cocok diaplikasikan dalam pembelajaran menulis puisi. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Abidin (2012) menyebutkan bahwa model ini dapat digunakan untuk meningkatkan
Edisi No.
Juni 2016
kemampuan siswa menulis beragam jeins karya sastra seperti puisi, prosa dan drama. Penggunaan model Sinektik lebih efektif digunakan dibandingkan model 6M, karena dalam pembelajarannya melibatkan permainan imajinasi dimana siswa harus melakukan analogi-analogi baik terhadap suatu objek maupun terhadap dirinya sendiri. Hal ini yang mendasari siswa terdorong untuk melakukan perumpaan yang tidak seperti biasanya atau bisa disebut dengan ide-ide gila siswa terhadap sesuatu baik untuk dideskripsikan maupun diinterpretasikan. Maka, kreativitas sangat menonjol dari sebuah karya puisi yang diciptakan sehingga dapat menunjang ketercapaian indikator penilaian dalam penciptaan sebuah puisi atau menulis puisi yang sangat tinggi dan meningkat lebih pesat dibanding dengan kelas kontrol. Bertemali dengan pernyataan di atas, kelas kontrol mendapat perlakuan berupa pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model 6M. Penggunaan model 6M dalam pembelajaran puisi cukup memberikan pengaruh, perubahan dan peningkatan bagi kemampuan menulis puisi siswa meski tidak sebesar peningkatan yang dialami oleh kelas eksperimen dengan menggunakan model Sinektik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pre-test dan post-test kelas kontrol dengan selisih sebesar 25,00. Dalam pembelajarannya, model 6M memiliki tahapan-tahapan menulis puisi yang dapat membantu siswa dalam penciptaan suatu karya puisi. Dalam pemberian perlakuan pun, peneliti melaksanakan sesuai tahapan
Yesi Nurrizki Oktavia¹, Etty Rohayati², Edi Rohendi³ Pengaruh Model Sinektik dan Model 6M Terhadap Kemampuan Menulis Puisi | 12
yang ditawarkan oleh Endraswara (2003) yaitu melatih tanggap sasmita, menangkap ilham, memunculkan kata pertama, mengolah kata, memberikan vitamin, dan menyeleksi kata. Pada model ini dibutuhkan penggunaan panca indra secara maksimal, karena melalui panca indra siswa dapat memandang sesuatu dengan memanfaatkan kepekaan dirinya. Oleh karena itu, model ini pun memerlukan suatu objek nyata yang dapat berinteraksi langsung dengan panca indranya. Peneliti menggunakan keindahan lingkungan sekolah sebagai objek untuk menggali dan melatih kepekaan siswa yang akan dituangkan dalam sebuah karya puisi. Dalam hasil penciptaan puisi, rata-rata kretivitas siswa tidak begitu beragam. Unsurunsur dalam puisi seperti diksi, rima, dan majas pun tidak begitu terlihat keunikan dari masing-masing siswa. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penjelasan di atas merupakan penyebab penggunaan model 6M dalam pembelajaran menulis puisi tidak mengalami peningkatan yang sangat pesat seperti penggunaan model Sinektik dalam pembelajaran menulis puisi. Meskipun demikian, model 6M terbukti dapat memberikan pengaruh, perubahan dan peningkatan terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Terdapat peningkatan yang sangat pesat pada kemampuan menulis puisi di kelas eksperimen yang memperoleh pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model Sinektik, dapat membuktikan bahwa kemampuan menulis puisi siswa yang menggunakan model Sinektik lebih
baik dibandingkan menulis puisi yang model 6M.
kemampuan menggunakan
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti mengenai pengaruh model Sinektik dan model 6M terhadap kemampuan menulis puisi, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun simpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Terdapat pengaruh model Sinektik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas IV. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata pre-test dan post-test kelas eksperimen sebesar 59,09 dan 90,34 sehingga memiliki peningkatan sebesar 31,25. Indeks gain sebesar 0,76 berada pada taraf tinggi. Jadi, pengaruh model Sinektik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas IV di kelas eksperimen sudah sangat baik. 2. Terdapat pengaruh model 6M terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas IV. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata pre-test dan post-test kelas kontrol sebesar 61,17 dan 82,95 sehingga memiliki peningkatan sebesar 21,78. Indeks gain sebesar 0,56 berada pada taraf sedang. Jadi, pengaruh model Sinektik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas IV di kelas eksperimen sudah cukup baik. 3. Terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi antara siswa kelas IV yang menggunakan model Sinektik dan model 6M. Hal ini dapat dilihat berdasarkan pada hasil pengujian rata-rata post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan
13 | A n t o l o g i U P I
Volume
bahwa nilai signifikansi dua pihak (2-tailed) sebesar 0,001. Dilihat dari perolehan skor rata-rata kelas, perbedaan skor rata-rata kelas dan indeks gain masing-masing kelas, maka dapat dimaknai bahwa pengaruh model Sinektik lebih baik dari pada pengaruh model 6M terhadap kemampuan menulis puisi siswa. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2012). Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter. Bandung: Refika Aditama. Endraswara, S. (2003). Membaca, menulis, mengajarkan sastra. Yogyakarta: Kota Kembang.
Edisi No.
Juni 2016
Endraswara, S. (2005). Metode dan teori pengajaran sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka. Irawati, F. (2014). Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Peserta Didik SMP Negeri 1 Wates Dengan Metode 6 M. (Skripsi). Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Önkaş, N.A. (2010). Teaching poetry in the relationship of phonetics and semantics. Procedia – Social and Behavioral Sciences, 2 (2010), hlm. 4955-4960. Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta