e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017)
PENGARUH METODE BERMAIN BERBANTUAN MEDIA AUDIO BISIK BERANTAI TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK KELOMPOK B Ni Luh Putu Purnama Dewi1, I Wayan Sujana2, Luh Ayu Tirtayani3 1,2,3
Jurusan PG PAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak aktif. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian yaitu eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dengan rancangan Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B di TK Gugus Sandat Denpasar Utara terdapat delapan TK yang keseluruhannya berjumlah 339 anak. Penentuan sampel dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah anak kelompok B2 PAUD Candra Kasih Kecamatan Denpasar Utara berjumlah 20 anak sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan metode bermain berbantuan media audio bisik berantai dan anak kelompok B3 TK Swa Dharma Kecamatan Denpasar Utara berjumlah 18 anak sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Data hasil kemampuan menyimak aktif dikumpulkan dengan teknik observasi yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan uji-t. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh !"#$%&' = 3,200 sedangkan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 36 diperoleh nilai !"#$%& = 2,021 sehingga !"#$%&' = 3,200 > !"#$%& = 2,021. Berdasarkan kriteria pengujian, maka H0 ditolak. Adapun nilai rata-rata kemampuan menyimak aktif pada kelompok yang dibelajarkan dengan metode bermain berbantuan media audio bisik berantai adalah 81,75, sedangkan pada kelompok yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional adalah 74,17. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak pada anak kelompok B di TKGugus Sandat Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Kata-kata Kunci: Kemampuan Menyimak, Metode Bermain, Media Audio Bisik Berantai Abstract This study aims to determine influence play of audio media whispered chain to the active listening ability. This is a quasi experiment with the design of Nonequivalent Control Group Design. The population of this study is all children of group B in TK Gugus Sandat North Denpasar there are eight kindergarten that total of 339 children. Sampling by random sampling technique. The sample in this research is children group B2 PAUD Candra Kasih, North of Denpasar District, amounted to 20 children as experimental group which was taught by the method of assisted play of audio media whispered chain and children group of B3 TK Swa Dharma, North Of Denpasar Sub District amounted to 18 children as control group which was taught by method Conventional learning. The data of active listening ability is collected by observation technique which is analyzed by using descriptive statistical analysis technique and inferential statistic with t-test. Based on the results of the data analysis obtained !"#$%&' = 3,200 while at the level of significance of 5% with dk = 36 obtained value !"#$%& = 2.021 so !"#$%&' = 3,200 > !"#$%& = 2,021. Based on the test criteria,
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) then H0 is rejected. The average value of active listening ability in the group that is taught by the method of playing assisted audio media whispered chain is 81,75, whereas in the group taught by conventional learning method is 74,17. Based on the result of this research, it can be concluded that there is influence of the method of playing assisted audio media whispered chain to the ability of listening on children group B in TK Gugus Sandat District North Denpasar Lesson Year 2016/2017 Keywords: listening capabilities, play methods, whispered chain audio media
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia, sebab melalui pendidikan kita memindahkan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar mereka mampu menyerap, menilai dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajari. Pendidikan secara universal dipahami sebagai upaya pengembangan potensi kemanusiaan secara utuh dan penanaman nilai-nilai sosial budaya yang diyakini oleh sekelompok masyarakat agar dapat mempertahankan hidup dan kehidupan secara layak (Ulfah, 2015). Pendidikan harus dimulai dari usia dini yaitu Pendidikan Anak Usia Dini. Pendidikan anak usia dini merupakan “pendidikan yang diperuntukkan bagi anak usia 0-6 tahun, yang dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan segala kemampuan (potensi) yang dimiliki anak dalam rangka mempersiapkan pendidikan lebih lanjut” (Fadlillah, 2012:67). Masa usia Taman Kanak-kanak itu dapat disebut sebagai masa peka belajar. Dalam masamasa ini segala potensi kemampuan anak dapat dikembangkan secara optimal, tentunya dengan bantuan orang-orang yang berada di lingkungan anak-anak tersebut. Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia Taman Kanak-kanak adalah kemampuan berbahasa. Kemampuan bahasa anak usia Taman Kanak-kanak memang masih jauh dari sempurna. Namun potensi yang dimiliki dapat dirangsang melalui komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Salah satu kemampuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan anak yaitu kemampuan menyimak.
Kemampuan menyimak dapat dikatakan sebagai kemampuan berbahasa yang paling penting karena kemampuan menyimak merupakan dasar atau awal dari kemampuan lainnya. Tarigan (2008) menyatakan bahwa kemampuan menyimak adalah suatu proses yang mencangkup kemampuan mendengarkan bunyi bahasa dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna yang terkandung di dalamnya. media penunjang dan metode dalam pembelajaran sangat berpengaruh dengan proses belajar mengajar di sekolah. Keterbatasan media serta kurangnya penerapan metode-metode dalam proses belajar mengajar akan berdampak terhadap daya tarik anak untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga anak tidak memiliki semangat dan motivasi untuk memperhatikan guru serta menerima pembelajaran. Hasil pengamatan di TK Gugus Sandat rata-rata kemampuan menyimak pada anak kelompok B masih perlu dioptimalkan. Anak yang kurang aktif dan kurang konsentrasi menjadi penyebab utama kurangnya kemampuan menyimak. Permasalahan yang ditemukan merupakan permasalahan nyata yaitu berkaitan dengan permasalahan yang dialami guru dan siswa pada kemampuan menyimak. Dalam menyimak dituntut kemampuan mendengarkan dengan penuh perhatian. Menyimak aktif ini dapat juga disebut menyimak empatik atau menyimak pemahaman. Faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak secara eksternal seperti faktor lingkungan yang bising, tempat yang tidak nyaman, gaya dan teknik berbicara juga dapat menjadi gangguan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) dalam menyimak, materi yang disampaikan tidak dapat dimengerti pendengar (Hermawan, 2012). Menurut Degeng (Agung 2014), metode pembelajaran konvensional merupakan suatu istilah pembelajaran yang lazim diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Pembelajaran konvensional cenderung pada belajar hafalan dan menoleransi respons-respons yang bersifat konvergen, menekankan informasi konsep, dan hanya menuntut pada satu jawaban benar. Pembelajaran konvensional di Taman Kanak-kanak adalah metode ceramah. Fadlillah (2012), metode ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan penuturan secara lisan oleh guru dalam menyampaikan materi terhadap peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdullah (2014), metode ceramah, di mana guru menyajikan materi pembelajaran secara lisan. Proses pembelajarannya dilakukan secara klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak. Jadi penggunaan metode ceramah lebih bersifat monoton, guru lebih banyak berbicara. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang memerankan guru sebagai pelaku utama dengan gaya yang belum inovatif. Tujuan metode ceramah menurut Abdullah (2014:148) adalah untuk menyampaikan informasi dan membentuk keterampilan secara langkah demi langkah. Majid (2009:138) menyatakan tujuan metode ceramah adalah (1) menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah, (2) menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan yang terdapat dalam isi pelajaran (3) Merangsang peserta didik untuk belajar mendiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui belajar (4) Memperkenalkan hal-hal baru (5) Sebagi langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur-prosedur yang harus ditempuh peserta didik. Bermain dapat digunakan sebagai media atau cara untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu
pada anak. Istilah bermain merupakan konsep yang perlu dipahami dengan baik agar tidak terjadi kesalahan dalam menilai kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa bersama anak, khususnya bersama anak usia dini. bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara berulang-ulang semata-mata demi kesenangan dan tidak ada tujuan atau sasaran akhir yang ingin dicapainya. Khususnya pada anak usia dini, apa pun kegiatan yang dilakukan, selama membuat anak merasa senang, dapat dikategorikan sebagai bermain. Seafeldt dan Barbour (dalam Mulyani, 2016) bahwa “metode bermain merupakan suatu kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkannya dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk di dalamnya imajinasi, penampilan anak dengan menggunakan seluruh perasaan, tangan atau seluruh badan”. “Bermain diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dengan mempergunakan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian, memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat mengembangkan imajinasi anak” (Wiyani dan Barnawi, 2012:93). Selanjutnya Fadlillah (2012:168) mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Jadi dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang menyenangkan tanpa adanya ikatan hasil tertentu, sehingga anak dapat mengekspresikan diri dalam permainan tersebut tanpa takut akan suatu hal serta anak mampu mengeluarkan segala imajinasi yang ada pada dirinya. Achroni (2012) menyatakan bermain memberikan banyak manfaat untuk anak, antara lain sebagai berikut. Pertama, mendapatkan kegembiraan dan hiburan, yaitu kegembiraan atau emosi yang positif sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang anak dan pembentukan karakternya. Kedua, mengembangkan kecerdasan intelektual, yaitu dengan bermain dan mengeksplorasi lingkungan sekitar. Ketiga, mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Keempat, mengembangkan kemampuan motorik kasar anak;
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) Adapun kelebihan metode bermain (1) dapat mendorong minat anak untuk belajar, dengan bermain anak tidak menyadari bahwa ia sedang belajar sesuatu karena yang menjadi fokus utama mereka adalah ketertarikan terhadap bermainnya, (2) melalui bermain, anak akan belajar berbagai pengetahuan dan konsep dasar. Pengetahuan akan konsep-konsep ini jauh lebih mudah diperoleh melalui kegiatan bermain, karena rentang perhatian anak masih terbatas. Adapun kelemahan metode bermain (1) apabila metode ini dilakukan tanpa persiapan yang matang, maka tujuan-tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal karena anak terlalu larut dalam proses bermain, misalnya guru kurang memperhatikan tahapan-tahapan pembelajaran melalui metode bermain, (2) Metode bermain memerlukan media pembelajaran yang dipersiapkan secara baik oleh guru (Sujiono, 2010). Oleh karena itu ketersediaan media bermain merupakan syarat diterapkannya metode ini. Asyar (2012:45) mengatakan bahwa “media audio merupakan jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik. Pengalaman belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan kemampuan indera pendengaran. Melalui media audio anak diperintahkan untuk menyimak, mendengarkan, atau bahkan meniru cerita atau lagu yang diputarkan. Manfaat media audio untuk anak usia dini ialah dapat merangsang perkembangan imajinasi dan perkembangan bahasanya. Oleh karena itu untuk dapat memanfaatkan media audio dengan baik maka media ini harus disiapkan secara maksimal, seperti besar kecilnya volume suara, serta intonasiintonasi suara yang diperdengarkan Kelebihan media audio menurut Sanjaya (2012:216) yaitu dengan menggunakan alat perekam, program audio dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan pendengar/pemakai; media audio dapat melatih siswa untuk mengembangkan daya imajinasi yang abstrak; dapat merangsang partisipasi aktif para pendengar; program audio dapat menggugah rasa ingin tahu peserta didik tentang sesuatu sehingga
merangsang kreativitas anak; media audio dapat menanamkan nilai-nilai dan sikap positif terhadap para pendengar yang sulit dicapai dengan media lain. Adapun kelemahan yang dimiliki pada media audio antara lain yaitu sifat komunikasinya satu arah; media audio lebih banyak menggunakan suara dan bahasa verbal; media audio hanya akan mampu melayani secara baik untuk mereka yang sudah mampu berpikir abstrak; penyajian meteri melalui media audio dapat menimbulkan verbalisme bagi pendengar; serta media audio yang menggunakan program siaran radio biasanya dilaksanakan serempak dan terpusat, sehingga sulit untuk melakukan pengontrolan. Sanjaya (2012) menyatakan bahwa “Sebagai media yang bersifat auditif, maka media audio berhubungan erat dengan radio, alat perekam pita magnetik, piringan hitam atau mungkin laboraturium bahasa serta bahasa secara langsung berupa bisikan”. Bisikan juga dapat disebut sebagai media audio secara langsung karena melibatkan cara berbisik kepada anak. Media audio berbisik ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini media audio yang digunakan adalah bisik berantai. Bisik berantai adalah sebuah kegiatan dimana guru membisikkan kalimat kepada seorang siswa tersebut membisikkan kalimat tersebut kepada siswa ketiga, dan seterusnya sampai anak terakhir. Guru memeriksa apakah kalimat pesan tersebut sampai kepada siswa terakhir dengan benar (Ngalimun & Alfulaila, 2014). Naisaban (2004:8) bisik berantai merupakan “kegiatan yang dilakukan dengan membagi peserta menjadi dua kelompok setiap kelompoknya duduk dalam satu barisan dari depan ke belakang”. Fasilitator akan membisikan sebuah kalimat singkat ke telinga orang pertama, tanpa mengulanginya. Orang pertama meneruskan ke orang berikutnya sehingga sampai ke orang terakhir. Fasilitator akan mengecek kembali kalimat itu pada orang yang terakhir, apakah masih sesuai dengan kalimat aslinya. Orang terakhir dari kelompok yang masih mempertahankan kalimat itu yang akan keluar sebagai pemenang. Bisik berantai
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) bertujuan untuk menajamkan kemampuan menyimak atau mendengarkan dan berbicara. Selain itu anak dituntut untuk dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh temannya dengan cermat, cepat dan tepat. Bisik berantai ini mempunyai aturan teknis atau prosedur sebagai berikut (Malahayati & Murti, 2012). (1) Bariskan peserta secara berbanjar, (2) Bisikan sebuah kalimat pada peserta yang berada paling ujung depan. (3) Kalimat tersebut harus dibisikkan secara lengkap pada peserta disebelahnya. (4) Selanjutnya peserta tersebut membisikkan lagi ke temannya yang disebelahnya lagi, begitu seterusnya. (5) Sampai akhirnya kalimat sampai pada peserta yang berdiri paling ujung berlawanan dengan peserta yang mendapat pesan pertama kali. (6) Setiap peserta hanya boleh mengulang sekali jika teman yang dibisik tidak mengerti. (7) Peserta yang terakhir mendapatkan pesan berupa kalimat menyebutkan kalimat yang didepannya kepada peserta pertama. (8) Jika kalimat tersebut salah, maka cobalah cek dimana letak kesalahannya. (9) Lakukan sampai dua tiga kali pengulangan dengan kalimat yang berbeda. (10) Permainan dianggap selesai jika sudah sampai pada peserta yang paling akhir. Faridah (2013) menyatakan kelebihan bisik berantai pertama, meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. kedua melatih empat keterampilan bahasa. ketiga menarik minat siswa dalam pembelajaran. Keempat, menimbulkan rasa bahagia, tanpa beban dalam proses belajar mengajar. kelima meningkatkan rasa kerja sama antar siswa. Selain kelebihan pada bisik berantai, bisik berantai juga memiliki kekurangan, yaitu sebagai berikut (1) menimbulkan situasi kelas yang ramai atau riuh, (2) Memerlukan waktu yang cukup lama, (3) Menimbulkan siswa yang terlalu aktif, (4) Menimbulkan interaksi siswa dan guru yang kurang kondusif. Berdasarkan paparan diatas dapat dirumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. Apakah terdapat pengaruh metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak aktif pada
anak kelompok B di TK Gugus Sandat Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017? Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Untuk mengetahui pengaruh metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak aktif pada anak kelompok B di TK Gugus Sandat Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017 METODE Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak aktif pada anak kelompok B TK Gugus Sandat Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian yaitu eksperimen semu (Quasi Eksperiment) yang dilaksanakan di kelompok B Gugus Sandat Denpasar Utara. Desain yang digunakan yaitu “Nonequivalent Control Group Design”. (Sugiyono, 2015:114). Sugiyono (2015:117) memberikan pengertiam bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Agung (2014:69) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian. Menurut Koyan (2012:30) populasi adalah himpunan dari unsur-unsur yang sejenis. Jadi dapat disimpulkan bahwa, populasi adalah seluruh individu yang dijadikan objek dalam suatu penelitian.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelompok B di TK Gugus Sandat Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 339 anak dari delapan TK. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Agung, 2014:69). Menurut Sugiyono (2015: 118) menyatakan bahwa sampel adalah
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dapat disimpulkan bahwa sampel adalah perwakilan yang mewakili seluruh populasi diambil dengan menggunakan teknik tertentu Sampel dalam penelitian ini adalah anak kelompok B2 PAUD Candra Kasih Kecamatan Denpasar Utara berjumlah 20 anak sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan metode bermain berbantuan media audio bisik berantai dan anak kelompok B3 TK Swa Dharma Kecamatan Denpasar Utara berjumlah 18 anak sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik nontest berupa observasi. Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2012:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Sedangkan menurut Nurkancana (dalam Agung, 2014:94) observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Dalam penelitian ini, teknik observasi digunakan untuk menilai kegiatan atau pengamatan terhadap perlakuan yang dilakukan dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu penilaian terhadap metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak aktif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran dan akibat yang timbul setelah pembelajaran. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut apabila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Instrumen penelitian dibuat dalam bentuk kisi-kisi lembar observasi. Sebelum lembar observasi dapat digunakan makan diadakan uji coba instrumen yaitu uji validitas isi. Validitas isi yang menyangkut dengan isi dan format instrumen. Validitas isi berkenaan dengan ketepatan instrumen dalam suatu variabel yang akan diukur,
serta ketepatan format instrumen. Pada penelitian ini, validasi instrument diperoleh dari penilaian yang dilakukan oleh penguji (judgement expert). Dalam hal ini adalah dosen yang memiliki spesifikasi di bidang bahasa. Uji validitas isi dilakukan dengan membuat kerangka isi (blue print) atau kisikisi lembar observasi. Untuk mendapatkan validitas isi dari rubrik penilaian, maka ditempuh cara dengan menyusun tabel instrumen berdasarkan kisi-kisi yang materinya diambil dari kurikulum maupun buku ajar. Isi dikatakan valid apabila tabel pengumpulan data tersebut benar-benar representatif terhadap tujuan pengumpulan data. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari kegiatan pengolahan data dan analisis statistik. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu analisis deskripsi yang dilakukan mencari mean, median, modus, standar deviasi, uji prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas dengan chikuadrat, uji homogenitas dengan uji F, dan uji hipotesis menggunakan analisis uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yang berbunyi: tidak terdapat pengaruh metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak aktif pada anak kelompok B di TK Gugus Sandat Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Sedangkan hipotesis (Ha) alternatif yang berbunyi: terdapat pengaruh metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak aktif pada anak kelompok B di TK Gugus Sandat Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil perhitungan menunjukkan data kemampuan menyimak aktif kelompok eksperimen dengan tertinggi yang diperoleh siswa adalah 92 dan nilai terendah adalah 67 dengan angka rata-rata (mean) sebesar 81,75. Hasil perhitungan menunjukkan data kemampuan menyimak aktif kelompok kontrol dengan tertinggi yang diperoleh siswa adalah 87 dan nilai terendah adalah 67, dengan angka rata-rata (mean) sebesar 74,17.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) Dari data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa yang dibelajarkan dengan metode bermain berbantuan media audio bisik berantai dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui metode pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis diperoleh harga χ2 hitung = 3,80 untuk kelompok eksperimen. Harga tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga χ2 tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga χ2 tabel = 11,07. Karena χ2 hitung = 3,80 < χ2 tabel (α=0,05) = 11,07 maka H0 diterima (gagal ditolak). Ini berarti sebaran data kemampuan menyimak aktif kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan pada kelompok kontrol harga χ2 hitung = 1,61. Harga tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga χ2 tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga χ2 tabel = 11,07. Karena χ2 hitung = 1,60 < χ2 tabel (α=0,05) = 11,07 maka H0 diterima (gagal ditolak). Ini berarti
sebaran data kemampuan menyimak aktif kelompok kontrol berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians. Uji homogenitas data kemampuan menyimak kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh Fhitung = 1,39. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga Ftabel (α=0,05) = 2,23 dengan dk 19,17. Karena Fhitung = 1,39 < Ftabel (α=0,05) = 2,23 maka dapat dikatakan data kemampuan menyimak aktif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varians yang homogen. Berdasarkan hasil uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena data yang diperoleh telah memenuhi uji prasyarat, maka uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t. berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t. No
Sampel
N
1
Kelompok eksperimen
20
2
Kelompok kontrol
Dk
X
S2
81,75
47,71
36 18
Dari hasil analisis diperoleh thitung = 3,20 dan ttabel = 2,02 pada taraf signifikansi 5% (α=0,05) dengan dk = n1 + n2 – 2 = 20 + 18 – 2 = 36. Oleh karena thitung = 3,20 > ttabel (α=0,05) = 2,02 maka H0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak aktif pada anak kelompok B di TK Gugus Sandat Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017, ditolak, dan berarti Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak aktif pada anak kelompok B di
74,17
thitung
ttabel
Status
3,20
2,02
H0 ditolak
34,35
TK Gugus Sandat Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017, diterima. Dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak aktif pada anak kelompok B di TK Gugus Sandat Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Usia taman kanak-kanan masih dalam taraf usia bermain, sehingga guru perlu menerapkan pembelajaran yang dapat menyisipkan kegiatan bermain. Penerapan metode bermain berbantuan media audio bisik berantai melibatkan seluruh kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) dapat menemukan suatu proses pembelajaran dalam pencapaian tujuan. Keterlibatan tersebut dapat berbentuk pengekspresian diri serta penggunaan bahasa yang baik dan benar. Metode bermain berbantuan media audio bisik berantai dapat menumbuhkan rasa percaya diri anak, tingkat konsentrasi anak, dapet memotivasi anak dan dapat mengembangkan interaksi sosial anak dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Pengajaran perlu disisipkan hal-hal tertentu yang dapat merangsang pikiran anak agar materi yang diajarkan dapat menarik bagi siswa. Dalam hal ini metode bermain berbantuan media audio bisik berantai mempunyai peranan yang tepat untuk membangkitkan ingatan serta menanamkan pengetahuan secara efektif. Metode bermain berbantuan media audio bisik berantai ini mengajak siswa bermain melibatkan indera pendengarandan pengucap. Penyajian metode bermain berbantuan media audio bisik berantai, seorang guru lebih menonjolkan dirinya sebagai fasilitator terhadap anak. Guru juga dapat memberikan batasan-batasan atau aturan-aturan tertentu dalam menyajikan pembelajaran yang menggunakan metodel ini. Sehingga memiliki kesan guru lebih menonjolkan diri dengan rasa keakraban terhadap anak. Dari sisi lain anak tidak merasa dirinya berhadapan dengan guru. Bahkan guru dianggap sebagai teman bermainnya. Metode bermain berbantuan media audio bisik berantai secara tidak langsung telah menumbuhkan hubungan-hubungan tertentu di antara anak. Anak dapat berinteraksi serta menghargai antar temannya mampu mengkondisikan tempat mereka bermain. Anak tidak merasa ada perbedaan di antara teman bermainnya.Terlebih dapat menghargai sesama teman yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Dengan menampilkan permainan yang menyerupai bentuk sebenarnya menimbulkan kesan tertentu terhadap anak seperti ingatan yang kuat dan lama, gairah yang tinggi, unsur saling menyenangkan, memiliki rasa kebersamaan serta dapat
dihayati dalam kehidupan mereka seharihari baik di sekolah maupun di lingkungan atau masyarakat tempat tinggal siswa tersebut. Hal ini di dukung oleh penelitian Zubaidah (2013) , permainan bisik berantai dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak, sehingga dapat mendorong anak untuk konsentrasi saat menerima materi pembelajaran. dan Dewi (2014) yang meneliti “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script Melalui Permainan Bisik Berantai Untuk Meningkatkan Perkembangan Berbahasa Pada Anak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Cooperative Script melalui permainan bisik berantai dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada anak. Dalam hal ini media bukan hanya berfungsi sebagai alat bantu tetapi sebagai penyalur pesan kepada penerima pesan (siswa) sehingga pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan khususnya dalam kemampuan menyimak anak.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa terdapat pengaruh metode bermain berbantuan media audio bisik berantai terhadap kemampuan menyimak aktif pada anak kelompok B di TK Gugus Sandat Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2016/2017, dengan nilai thitung sebesar 3,20 dan ttabel 2,021 dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 36. Dengan demikian metode bermain berbantuan media audio bisik berantai berpengaruh terhadap kemampuan menyimak aktif anak kelompok B TK Gugus Sandat Kecamatan Denpasara Utara Tahun Pelajaran 2016/2017. Adapun saran yang ingin disampaikan melalui penelitian ini yaitu (1) Kepada Guru, Guru disarankan agar menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk meningkatkan keterampilan dalam merancang pembelajaran dengan tujuan memperoleh hasil belajar yang optimal. Khususnya guru yang mengajar di kelompok B disarankan untuk mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menerapkan strategi, pendekatan, dan metode yang mampu
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) mengoptimalkan kemampuan menyimak aktif anak serta meningkatkan motivasi pada anak dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru agar lebih kreatif untuk memberikan fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan metode bermain berbantuan media audio bisik berantai sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan menyenangkan bagi siswa. (2) Kepada Kepala Sekolah, Kepala sekolah disarankan agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pendukung dan acuan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah sehingga sekolah mampu menghasilkan anak yang berkualitas. (4) Kepada Peneliti Lain, kepada peneliti lain disarankan agar dapat melakukan penelitian pada kemampuan yang lebih beragam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, S R. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Achroni, K. 2012. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui Permainan Tradisional. Yogyakarta: Javalitera. Agung. A. A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Buku Ajar Metodelogi Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Asyar,
Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta.
Dewi, A K. dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script melalui Permainan Bisik Berantai untuk Meningkatkan Perkembangan Berbahasa Pada Anak”. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, volume 2(1). Tersedia pada http://www.undiksha.ac.id. (Diakses pada tanggal 3 Februari 2017).
Fadlillah, M. 2012. Desain Pembelajaran PAUD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Faridah. 2013. Peningkatan Kemampuan Menyimak Menggunakan Teknik Permainan Bisik Berantai di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Sungai Pinyuh. Artikel. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tanjungpura, Pontianak. Koyan, W. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha Press. Majid,
Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Malahayati & Murti, Tendi K. 2012. 50 Permainan Edukatif Untuk Mengembangkan Potensi & Mental Positif. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. Mulyani, N. 2016. Super Asik Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta: Diva Press. Naisaban, L. 2004. Bergembira Bersama 100 Permainan Rakyat.Jakarta: PT Grasindo. Ngalimun & Alfulaila. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Sanjaya, W. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sujiono, Yuliani Nurani. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 1 - Tahun 2017) Tarigan, Henry G. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung. Ulfah,
F. 2015. Manajemen PAUD Pengembangan Jejaring Kemitraan Belajar. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Wiyani & Barnawi. 2012. Format PAUD: Konsep, Karakteristik, &
Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Zubaidah, S. 2013. “Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Permainan Bisik Berantai Siswa Kelompok A Di TK Mahardhika Simokerto Surabaya”. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Tersedia pada http://www.unesa.ac.id (diakses pada tanggal 21 Desember 2016).