e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CTL BERBANTUAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA SEKOLAH DASAR Ni Made Sri Utami Dewi1, Kt. Gading2, I Wayan Romi Sudhita3 1
Jurusan PGSD, 2Jurusan BK, 3Jurusan TP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:
[email protected] 1,
[email protected] 2,
[email protected] 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA dalam pembelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 1 Abiansemal pada tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan peta konsep.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Abiansemal yang berjumlah 21 orang.Data mengenai hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda satu jawaban benar. Tes hasil belajar IPA di berikan pada saat pembelajaran pada siklus I selesai, begitu pula dengan siklus II. Data yang diperoleh selanjutnya di analisis dengan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif.Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif kuantitatif diketahui hasil belajar siswa kelas IV SD No 1 Abiansemal pada siklus 1 masih kurang yaitu baru mencapai 62,81%. Hasil tersebut masih berada pada kategori “cukup”. Pada siklus 2 hasil belajar IPA siswa mengalami peningkatan yang signifikan yaitu mencapai 84%. hasil tersebut berada pada kategori “baik”. Hasil belajarsiswa sudah menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah berjalan secara optimal dengan diterapkannya pendekatan CTL berbantuan peta konsep. Hasil belajar siswa kelas IV SD No 1 Abiansemal telah menunjukkan keberhasilan karena sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 84% sehingga tindakan ini tidak perlu dan tidak akan berlanjut ke siklus atau tindakan berikutnya.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Peta Konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di SD No 1 Abiansemal tahun ajaran 2015/2016 Kata-kata kunci: Pendekatan CTL, hasil belajar IPA.
ABSTRACT This research was aimed at improving the learning outcomes of Sciences subject of the fourth grade students of SD Negeri 1 Abiansemal in the academic year of 2015/2016 through the implementation of mind map-assisted Contextual Teaching and Learning approach. This study belongs to classroom action research. The subject of this research was fourth grade students of SDN 1 Abiansemal with the total amount of 21 students. The data in the form of learning outcomes of sciences learning subject was collected by using multiple choice test with one correct answer. The test was administered at the end of each cycle (i.e. the first and second cycle). The collected data was then analyzed by using descriptive quantitative statistical analysis method. Based on the result of the descriptive quantitative statistical analysis, it was found out that the learning outcomes of the fourth grade students of SDN 1 Abiansemal in the first cycle were not enough, with only 62.81%. This result was still categorized as “sufficient”. In the second cycle, the outcomes improved significantly into 84%. This result was categorized as “good”. Students’ learning outcomes showed that the learning process had been carried out optimally through the implementation of mind map-assisted CTL approach. The learning outcomes of the fourth grade students of SD N 1 Abiansemal have shown a success
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 since it has reached the set achievement indicators as much as 84% so that there was not any necessity to carry out the action into the next cycle/action. It can be concluded that the implementation of mind map-assisted Contextual Teaching and Learning approach can improve the learning outcomes of sciences learning subject of the fourth grade students of SD N 1 Abiansemal in the academic year of 2015/2016. Keywords: CTL approach, sciences learning outcomes
PENDAHULUAN IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di sekilah dasar. Menurut Susanto (2013:168) “IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang memanfaatkan lingkungan alam sekitar dan gejala-gejala yang terjadi di alam sebagai sumber belajar”. IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain, penyelidikan, penyusunan, dan penyajian gagasan. Itu sebabnya, dalam pembelajaran IPA seorang guru dituntut untuk mengajak siswa terlibat langsung dalam memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Alam sekitar merupakan sumber belajar yang paling otentik dan tidak akan habis digunakan. Menurut Suprihatiningrum (2012:35) Kegiatan belajar mengajar akan berlangsung secara optimal jika didukung oleh suasana kelas yang kondusif. Dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan beberapa komponen penting yang menunjang kegiatan belajar mengajar”. Siswa yang belajar tanpa berbuat langsung, akan menghasilkan konsep yang bersifat hapalan. Sedangkan siswa yang belajar dengan berbuat langsung, akan menghasilkan pemahaman konsep yang lebih baik dan lama diingat. Dalam kegiatan belajar mengajar diperlukan beberapa komponen penting yang menunjang kegiatan belajar mengajar”. Siswa yang belajar tanpa berbuat langsung, akan menghasilkan konsep yang bersifat hapalan. Sedangkan siswa yang belajar dengan berbuat langsung, akan menghasilkan pemahaman konsep yang lebih baik dan lama diingat.
masih belum optimal. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar IPA di Sekolah Dasar. Rendahnya kualitas hasil belajar IPA dapat dilihat dari nilai ulangan umum siswa. Di SD N 1 Abiansemal diperoleh nilai rata-rata ulangan semester ganjil siswa kelas IV untuk mata pelajaran IPA. Nilai rata-rata ulangan umum siswa Nilai rata-rata ulangan semester untuk mata pelajaran IPA belum optimal karena dari 21 siswa 15 siswa belum memenuhi KKM. Hal ini berarti sebanyak 71,42% belum tuntas. Hal yang menyebabkan belum optimalnya hasil belajar IPA adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap konsepkonsep IPA. Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPA diakibatkan oleh guru yang jarang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA. Padahal, jika guru melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran khususnya memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam kegiatan percobaan, tentunya konsep-konsep IPA yang dipelajari akan terbentuk dengan siswa sendirilah yang mengkonstruksinya. Proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar masih sering menggunakan metode ceramah. Guru menjadi pusat informasi dan murid menerima informasi dari guru. Interaksi antara guru dengan siswa kurang optimal, sebab siswa hanya terlibat pasif dalam pembelajaran. Karena aktivitas siswa kurang, maka siswa menjadi bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Ini mengakibatkan materi yang disampaikan guru tidak mencapai sasaran. Kurangnya pemahaman akan konsep materi yang dipelajari, khususnya IPA tentunya akan berpengaruh pada perolehan hasil belajar. Untuk itu, diperlukan suatu inovasi dalam pembelajaran agar siswa dapat
Pembelajaran di sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran IPA
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
terlibat aktif, membangkitkan minat siswa dalam belajar, serta membangun kemandirian dan tanggung jawab siswa dalam penyelesaikan tugas. Inovasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan suatu pendekatan yang komprehensif dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka ada beberapa solusi yang bisa digunakan oleh tenaga pendidik dalam mengatasi permasalahan tersebut, yakni dengan menerapkan salah satu pendekatan CTL. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan diharapkan hasil pembelajaran siswa menjadi lebih bermakna, proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa (Suyati, 2013). Jadi jelaslah bahwa pemanfaatan pendekatan pembelajaran CTL akan menciptakan ruang kelas yang didalamnya siswa akan menjadi peserta yang aktif bukan hanya sekedar menjadi pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan diharapkan hasil pembelajaran siswa menjadi lebih bermakna, proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa (Suyati, 2013). Pendekatan pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu kontruktivisme (constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assesment) (Rusman, 2012). Dalam membuat sebuah rancangan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran CTL, beberapa komponen yang ada pada
CTL harus disertakan dalam proses kegiatan pembelajaran baik pada kegiatan awal, kegiatan inti, maupun kegiatan akhir (Rusman, 2012). Adapun komponenkomponen tersebut diuraikan penjelasannya sebagai berikut: Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Inkuiri Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intektual, mental emosional maupun pribadinya. Bertanya (questioning). Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Oleh sebab itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: (1) menggali 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran; (2) membangkitkan motivasi siswa untuk belajar; (3) merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu; (4) memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan; dan (5) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu. masyarakat belajar (learning community). Dalam CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dialukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain. Pemodelan (modeling). Maksudnya adalah, proses pembelajaran dengan menggunakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasionalkan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberi contoh bagaimana cara memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana cara mengggunakan thermometer dan lain sebagainya. Proses modelling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modelling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang memungkinkan terjadinya verbalisme. Refleksi (reflection) adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya. Dalam setiap proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk ‘’merenung’’ atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkanlah secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa. Penilaian autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipejarinya. 2. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memberikan kemudahan belajar 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Lingkungan yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaraan secara keseluruhan. Seperti halnya pendekatan pembelajaran lainnya, tentunya pendekatan pembelajaran kontekstual juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Supinah (2008: 28) menyatakan, kelebihan dari pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut. Siswa sebagai subyek belajar. Siswa lebih memperoleh kesempatan meningkatkan hubungan kerja sama antar teman. Siswa memperoleh kesempatan lebih untuk mengembangkan aktivitas, kreativitas sikap kritis, kemandirian, dan mampu mengkomunikasi dengan orang lain. Siswa lebih memiliki peluang-peluang untuk menggunakan keterampilanketerampilan dan pengetahuan baru yang diperlukan dalam kehidupan yang sebenarnya. Tugas guru sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi siswa selama pembelajaran berlangsung sebagai contoh menyiapkan media pembelajaran. Adapun kelemahan dari pendekatan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut: Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa
tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini. Ada empat langkah-langkah dalam pendekatan pembelajaran CTL yaitu: Guru memilih dan menetapkan permasalahan sesuai dengan karakteristik siswa, kemampuan yang diperlukan yaitu menampung secara terbuka dan berpikir positif terhadap semua pernyataanpernyataan atau pendapat dari siswa kemudian menyeleksi atau merumuskan kembali pernyataan atau pendapat tersebut sesuai dengan kategori masalah. Guru membimbing secara aktif, membantu siswa dalam prosedur pembelajaran, menelaah materi dan permasalahan, kemampuan yang diperlukan adalah pemahaman guru dalam memahami kecakapan dan kejelian siswa dalam belajar, baik secara individu maupun kelompok. Guru menghadirkan model sebagai contoh belajar Langkah selanjutnya berupa pengembangan dan aplikasi, yang menyangkut kegiatan menguji solusi (jawaban) permasalahan, atau mengaitkannya dengan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pendekatan Pembelajaran CTL berbantuan peta konsep merupakan pendekatan pembelajaran yang menggabungkan antara pendekatan pembelajaran CTL dengan peta konsep. Pendekatan pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Rusman, 2012). Penerapannya dalam pembelajaran dapat dilihat berdasarkan tahapan atau langkah-langkah model pembelajaran CTL berbantuan peta konsep. Adapun langkah-langkahnya yaitu:
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
meningkatkan hasil belajar IPA dalam pembelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 1 Abiansemal pada tahun pelajaran 2015/2016 melalui penerapan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan peta konsep. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Abiansemal yang berjumlah 21 orang. Data mengenai hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda satu jawaban benar. Tes hasil belajar IPA di berikan pada saat pembelajaran pada siklus I selesai, begitu pula dengan siklus II. Data yang diperoleh selanjutnya Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Analisis Data Hasil Belajar Untuk menentukan data hasil belajar dapat menghitung nilai hasil belajar individu, menghitung rata-rata nilai hasil belajar siswa, dan menghitung persentase rata-rata hasil belajar siswa.
Guru memilih dan menetapkan permasalahan sesuai dengan karakteristik siswa, kemampuan yang diperlukan yaitu menampung secara terbuka dan berpikir positif terhadap semua pernyataan-pernyataan atau pendapat dari siswa kemudian menyeleksi atau merumuskan kembali pernyataan atau pendapat tersebut sesuai dengan kategori masalah. Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang materi pembelajaran dengan menggunakan media peta konsep dan memberikan permasalahan kemudian siswa menanggapi sesuai dengan pengetahuan awal/pengalaman yang mereka miliki, sehingga siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya melalui pengamatan dan pengalaman. Siswa melakukan observasi untuk mengumpulkan data tentang materi yang diberikan oleh guru melalui peta konsep yang telah disediakan di papan tulis oleh guru kemudian siswa membentuk kelompok belajar sehingga menjadi lebih aktif dalam menemukan informasi yang di butuhkan. Dalam menyelesaikan tugas, siswa meanfaatkan peta konsep yang ada di papan tulis dan berbagai sumber belajar, sehingga suasana kelas tidak cenderung teacher centred (pembelajaran yang berpusat pada guru).
(Koyan, 2007:13) Untuk mencari nilai rata-rata persen hasil belajar siswa digunakan rumus :
M M (%) x100% (Agung, 2011:32) SMI HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan hasil perhitungan pada siklus I, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas IV SD No 1 Abiansemal pada siklus 1 masih kurang yaitu baru mencapai 62,81%. Jika dikonversikan pada PAP skala lima tentang peningkatan hasil belajar, maka hasil tersebut masih berada pada kategori “cukup”. Hasil perhitungan di atas menunjukkan hasil belajar siswa belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sehingga penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya.
Siswa secara bergiliran memodelkan/mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sementara kelompok lain memberikan tanggapan. Dengan bimbingan guru siswa merangkum atau mengingat kembali materi yang telah dibahas. Guru melakukan evaluasi pembelajaran dengan tes tertulis serta memberikan tindak lanjut.
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Selanjutnya dilakukan perhitungan pada siklus II, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas IV SD No 1 Abiansemal pada siklus 2 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu mencapai 84%. Jika dikonversikan pada PAP skala lima tentang peningkatan hasil belajar, maka hasil tersebut berada pada kategori “baik”. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah memenuhi kategori dan menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah berjalan secara optimal dengan diterapkannya pendekatan CTL berbantuan peta konsep. Hasil belajar siswa kelas IV SD No 1 Abiansemal telah menunjukkan keberhasilan karena sudah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 84% sehingga tindakan ini tidak perlu dan tidak akan berlanjut ke siklus atau tindakan berikutnya. Pembahasan Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang pelaksanaannya dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu 2 kali pertemuan untuk melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk mengadakan tes evaluasi hasil belajar. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD No 1 Abiansemal yang berjumlah 21. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan metode tes yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil belajar siswa berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan pendekatan CTL berbantuan peta konsep sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar IPA pada pelaksanaan siklus I ke siklus II. Pada pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar siswa sebesar 62,81 kemudian dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar IPA sebesar 21,19% yaitu dari rata-rata siklus I sebesar 62,81 menjadi rata-rata siklus II sebesar 84. Hal tersebut sudah tentu menunjukkan adanya suatu peningkatan hasil belajar IPA siswa dengan diterapkannya pendekatan CTL
berbantuan peta konsep. Hasil penelitian yang diperoleh pada akhir siklus I yaitu hasil belajar IPA siswa sebesar 62,81% yang termasuk dalam kategori cukup. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa belum memenuhi kriteria target pencapaian yang telah ditetapkan yaitu sebesar 84%. Hal tersebut tentu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor termasuk kendala-kendala yang menghambat dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan kurang baik dan hasil yang diperoleh menjadi kurang optimal. beberapa kendala dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I yaitu menyangkut hal-hal seperti: kurangnya materi yang ada di buku siswa sehingga siswa dituntut harus secara aktif dalam mencari tambahan materi atau informasi dari berbagai sumber yang tentu hal tersebut akan berjalan apabila semua siswa mau untuk aktif dalam mencari informasi, sedangkan siswa yang masih kurang aktif cenderung akan hanya diam saja dan menunggu jawaban dari teman yang aktif sehingga hal tersebut akan berdampak pada kurang terlaksananya proses pembelajaran secara optimal. waktu yang diperlukan dalam satu pembelajaran masih kurang karena terbagi-bagi atas beberapa mata pelajaran sehingga materi yang disampaikan tidak secara penuh bisa diserap oleh siswa karena pemikiran mereka akan terbagibagi dengan materi yang berbeda-beda pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang kurang aktif dalam bertanya dan menyampaikan pendapat, mereka cenderung diam dan hanya menerima pertanyaan dan jawaban dari temannya yang aktif saja. ketika guru memberikan waktu kepada siswa untuk melakukan diskusi bersama dengan kelompoknya masih banyak yang belum bisa berkomunikasi dengan baik bahkan masih ada yang hanya bermain-main saja dan membiarkan satu orang dalam kelompok untuk mengerjakan tugas atau permasalahan yang diberikan. apabila diamati masih banyak siswa yang belum berani dan bisa dalam membuat simpulan di akhir pembelajaran 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
karena masih terlihat bahwa mereka hanya membuat simpulan berdasarkan apa yang mereka ingat dan hanya berupa kata-kata saja bukan berbentuk kalimat yang disampaikan secara terurut atau sistematis sesuai dengan yang diharapkan. dalam proses pembelajaran masih ada satu atau dua siswa yang memang kurang mau memperhatikan dan sibuk mengerjakan kegiatan lain sesuai dengan kehendaknya sehingga ketika diberikan evaluasi mereka menjawab dengan asalasalan dan tidak nyambung antara soal dengan jawaban. Berdasarkan atas kendala-kendala tersebut, selanjutnya diadakan diskusi bersama guru kelas untuk mencarikan solusinya dan akan dirumuskan pada kegiatan refleksi. Kegiatan refleksi yang dilakukan setelah pengadaan siklus I bertujuan untuk merumuskan cara-cara dalam mengatasi kendala-kendala yang terdapat pada pelaksanaan siklus I. Berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan, maka disepakati beberapa solusi yang akan dilakukan yaitu: memotivasi siswa agar mau aktif dalam mencari materi yang berkaitan dengan materi pembelajaran sehingga pengetahuan siswa tidak terbatas hanya pada materi yang ada pada buku siswa dan apa yang disampaikan oleh guru/ peneliti, siswa lebih difokuskan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik sapa dan jawab dengan menggunakan kata “hai” dan “halo” sehingga semakin cepat siswa terfokuskan pada kegiatan pembelajaran, maka semakin cepat dan efektif pula penyampaian materi kepada siswa yang tentunya waktu tidak akan terbuang pada kegiatan lain yang tidak penting, memotivasi siswa untuk ikut berperan aktif dalam mengajukan pertanyaan dan yang bisa menjawab ataupun mengajukan pertanyaan akan dijanjikan mendapat nilai yang baik dan mendapat tepuk tangan dari semua teman di kelas, selalu memantau kegiatan siswa baik pada saat mengumpulkan informasi maupun pada saat diskusi agar siswa benar-benar melakukan kegiatan diskusi
dan yang main-main akan diberikan teguran atau dapat memerintahkan bagi siswa yang bermain-main pada saat diskusi harus mau mencatat hasil diskusi kelompoknya, menumbuhkan rasa percaya diri siswa untuk menyampaikan simpulan dan mengarahkan siswa dalam membuat suatu simpulan dengan menggunakan kalimat yang lebih teratur dan sistematis agar mudah dipahami oleh pendengar atau teman-temannya yang lain. Siswa ditunjuk secara acak untuk menyampaikan hasil simpulannya dan dibimbing oleh guru/ peneliti dan siswa yang lainnya dapat menambahkan atau memperbaiki hasil simpulan dari temannya, siswa yang main-main atau melakukan kegiatan lain pada saat kegiatan pembelajaran akan diberikan teguran atau dapat pula dengan memindahkan tempat duduknya di dekat guru sehingga siswa yang bermain-main tersebut tidak lagi berani untuk melakukan kegiatan lain selain kegiatan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil dari perbaikan rancangan pelaksanaan siklus II dari pelaksanaan siklus I telah memberikan atau menunjukkan suatu peningkatan yang signifikan. Hal tersebut dapat diketahui dari persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus II sebesar 84% yang termasuk pada kategori baik. Pada pelaksanaan tindakan siklus II secara umum sudah menunjukkan adanya perbaikan dalam kegiatan pembelajaran karena kendala-kendala yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus I sudah tidak muncul lagi pada pelaksanaan tindakan siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas siswa yaitu siswa sudah mulai terbiasa dan terlatih untuk belajar dengan mengikuti pendekatan CTL berbantuan peta konsep. Siswa sudah mulai bisa mengaitkan materi pembelajaran yang diterimanya dengan pengetahuan yang mereka miliki berdasarkan pada pengalaman mereka masing-masing. Siswa juga sudah mulai aktif dalam menemukan informasi yang berkaitan dengan materi tanpa berpatokan hanya pada satu buku yaitu buku siswa. Siswa aktif menemukan materi yang sesuai dengan bahasan dalam 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran pada buku-buku sumber lain dan tidak hanya mengandalkan buku siswa dan informasi dari guru. Siswa yang tidak tahu juga mulai berusaha untuk mencari informasi di media-media lain seperti internet sebelum membahas materi yang disampaikan dan apabila masih bingung siswa juga tidak segansegan untuk bertanya kepada teman yang lebih tahu. Pada setiap kegiatan pembelajaran berlangsung siswa tetap diberikan motivasi dan semangat dalam melakukan kegiatan agar siswa belajar secara aktif dan sesuai dengan yang diharapkan. Menciptakan suasana dan kondisi yang nyaman sehingga proses pembelajaran menjadi menyenangkan bagi siswa dan siswa tidak akan merasa bosan dalam proses pembelajaran. Tidak menunjukkan adanya intimidasi bagi siswa yang kurang dalam kegiatan pembelajaran yaitu tidak hanya mementingkan siswa yang pintar saja. Dalam menyampaikan simpulan, siswa akan dibimbing oleh guru apabila simpulan yang disampaikannya masih kurang tepat dan masih menggunakan bahasa yang kurang baik dan selalu memberikan semangat agar siswa yang lain juga belajar untuk mengungkapkan pendapatnya tanpa takut merasa salah karena tidak akan ada yang berani untuk menyalahkan. Hal tersebut tentu akan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi dan tidak takut menyampaikan pendapatnya sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal. Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh telah menunjukkan adanya peningkatan pada hasil belajar IPA siswa setelah penerapan pendekatan CTL berbantuan peta konsep karena dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali dapat mewujudkan pembelajaran yang bersifat konstruktivisme yaitu siswa berusaha untuk menemukan sendiri pengetahuannya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih lama tersimpan di ingatan siswa. Jawaban-jawaban yang disampaikan dalam menjawab pertanyaan akan lebih akurat karena jawaban diperoleh dari hasil pemikiran oleh banyak siswa dan bukan hanya berpacu pada
jawaban satu siswa saja. Selain itu, siswa juga akan terus terpacu semangatnya untuk berani mengungkapkan atau menyampaikan pendapatnya berdasarkan pengatahuan yang dimilikinya tanpa rasa takut salah lagi karena telah dimotivasi bahwa tidak ada jawaban yang salah melainkan sudah benar tetapi hanya perlu diperbaiki. Berdasarkan pada pernyataanpernyataan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pendekatan CTl berbantuan peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD No 1 Abiansemal tahun pelajaran 2015/2016. PENUTUP Berdasarkan paparan hasil peneitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa kelas IV SD No 1 Abiansemal telah mengalami suatu peningkatan pembelajaran ke arah yang lebih baik. Hal tersebut terbukti dari hasil analisis data yang telah dilakukan yaitu dari persentase rata-rata hasil belajar IPA siswa pada siklus I ke siklus II telah mengalami peningkatan sebesar 21,19% yaitu dari persentase rata-rata siklus I sebesar 62,81% yang berada pada kategori Cukup menjadi 84%. Hasil persentase rata-rata hasil belajar pada siklus II masuk kedalam kategori Baik. Setelah melakukan perbandingan antara hasil belajar yang telah dicapai dengan target atau kriteria yang ditetapkan sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh telah menunjukkan hasil yang optimal. Berdasarkan atas pertimbangan dan perbandingan tersebut, maka pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan akan dihentikan sampai siklus II saja. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja.UniversitasPendidikanG anesha. Arini Ni Wayan, I Gede Astawan. 2014. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha Press
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Arikunto, Suharsimi dkk. PenelitianTindakanKelas. Jakarta:BumiAksara.
2014.
Koyan, I Wayan.2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif.Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada. Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Suprihatinigrum, Jamil. 2012. StrategiPembelajaranTeoridanApli kasi. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Susanto.2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenamedia Group. Suyati, Retno. 2013. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta. Graha Ilmu.
10