PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DALAM MATERI CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 PENYARINGAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Oleh: Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd NIP. 19880521 201101 1 010
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA UPT. DISDIKPORAPARBUD KECAMATAN MENDOYO SD NEGERI 6 PENYARINGAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016
i
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA UPT. DISDIKPORAPARBUD KECAMATAN MENDOYO
SD NEGERI 6 PENYARINGAN Alamat : Banjar Tibu Beleng Tengah, Desa Penyaringan, Kec. Mendoyo
LEMBAR PENGESAHAN PTK Nomor:………………………………..
Judul Penelitian
Disusun oleh a. Nama b. NIP c. Pangkat/Gol d. Jabatan Anggota Peneliti Lokasi Penelitian Lama Penelitian
: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016”. : Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd : 19880521 201101 1 010 : Penata Muda Tk I, III/b : Guru Pertama : 1 (satu) orang : SD Negeri 6 Penyaringan : 3 Bulan (April-Juni)
Mengetahui Kepala SD Negeri 6 Penyaringan
Jembrana, 30 September 2016 Peneliti
Ni Luh Sekarini, S.Pd NIP.19630922 198404 2 001
Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd NIP. 19880521 201101 1 010
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd
Pangkat, Golongan
: Penata Muda Tk. I (III/b)
NIP
: 19880521 201101 1 010
Jabatan
: Guru Pertama
Satuan Pendidikan
: SD Negeri 6 Penyaringan
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016” yang saya susun untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Mendoyo, 21 September 2016 Peneliti
Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd NIP.19880521 201101 1 010
iii
iv
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA UPT. DISDIKPORAPARBUD KECAMATAN MENDOYO
SD NEGERI 6 PENYARINGAN Alamat : Banjar Tibu Beleng Tengah, Desa Penyaringan, Kec. Mendoyo
SUARAT KETERANGAN Nomor : ……………………………. Yang bertanda tangan di bawah ini, Petugas perpustakaan SD Negeri 6 Penyaringan menerangkan dengan sesungguhnya bahwa laporan PTK : Judul
:“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016”
Penulis
: Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd
NIP
: 19880521 201101 1 010 Telah didokumentasikan/disimpan di perpustakaan dan telah menjadi milik
perpustakaan SD Negeri 6 Penyaringan. Demikian surat keterangan ini di buat untuk dapat dipergunakan sebagai mana mestinya.
Mengetahui Kepala SD Negeri 6 Penyaringan
Jembrana, 30 September 2016 Petugas Perpustakaan
Ni Luh Sekarini, S.Pd NIP.19630922 198404 2 001
Pande Paf Rusdyana, S.Pd NIP. 19900807 201403 1 005
v
KATA PENGANTAR
Melalui kesempatan yang berbahagia ini, peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadapan Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Peneliti sadari bahwa laporan penelitian ini tidak akan berjalan dengan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kepala SD Negeri 6 Penyaringan yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 2. Rekan Guru-guru dan pegawai SD Negeri 6 Penyaringan yang telah memberikan bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. 3. Siswa-siswi kelas V SD Negeri 6 Penyaringan yang telah dengan senang hati mengikuti proses pembelajaran selama peneliti mengadakan penelitian. 4. Semua pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, baik bentuk maupun isinya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang peneliti miliki, sehubungan dengan hal tersebut dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, peneliti berharap semoga laporan penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama bagi perkembangan dunia pendidikan . Mendoyo, September 2016 Peneliti
vi
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DALAM MATERI CAHAYA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 6 PENYARINGAN SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh: Susilo Fitri Yatmoko, M.Pd NIP. 19880521 201101 1 010 Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa dalam pata pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Penelitan ini dilakukan di keas V SD Negeri 6 Penyaringan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih rendahnya hasil belajar IPA dikelas V Hal ini berdasar observasi pra siklus di ketahui nilai ulangan harian matematika pada pelajaran IPA sebelumnya nilai ratarata kelas untuk IPA masih rendah yaitu 60.87. Nilai rata-rata ini masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 65. Maka dari itu perlu untuk ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 6 Penyaringan, Semester genap tahun pelajran 2015/2016 yang berjumlah 23 siswa. Objek penelitian adalah hasil belajar IPA dalam materi cahaya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Pelaksanaan Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus selama tiga bulan. Dengan keriteria keberhasilan dalam penelitian apa bila nilai rata-rata kelas minimal 65, dan ketuntasan belajar minimal 85. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang Cahaya siswa kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Kesimpulan tersebut didungkung oleh hasil belajar siswa jika dilihat dari Rerata skor hasil belajar IPA siswa dari prasiklus (sebesar 60.87) ke siklus I (sebesar 69.35), dan Siklus II (sebesar 74.13). dan ketuntasan belajar siswa meningkat berturut-turut dari pra siklus 30.43, siklus I 78.26 dan siklus II 82.61. Jika dibandingkan dengan keriteria keberhasilan pada siklus II sudah memenuhi rata-rata kelas melebihi KKM diatas 65 dan kentuntasan belajar juga lebih dari 80. Maka dapat dikatakan penelitian ini telah berhasil. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe time token, dan hasil belajar IPA
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................ii LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................iii BERITA ACARA SEMIANR ................................................................................iv SURAT KETERANGAN PERPUSTAKAAN .......................................................v KATA PENGANTAR .............................................................................................vi ABSTRAK...............................................................................................................vii DAFTAR ISI............................................................................................................viii DAFTAR TABEL.................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK .....................................................................x DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 6 C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ......................................................... 6 D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran....................................................... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................... 9 A. Kajian Teori......................................................................................................... 9 B. Kerangka Berpikir ............................................................................................. 26 C. Hipotesis Tindakan............................................................................................ 26 BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 27 A. Jenis Penelitian.................................................................................................. 27 B. Seting Penelitian................................................................................................ 27 C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 29 D. Instrumen Penelitian.......................................................................................... 31 E. Metode Pengumpulan Data................................................................................ 32 F. Metode Analisis Data......................................................................................... 32 G. Kriteria Keberhasilan ........................................................................................ 34 BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................. 35 A. Hasil Penelitian ................................................................................................. 35 B. Analisis Data ..................................................................................................... 44 C. Pembahasan ....................................................................................................... 45 BAB V PENUTUP ................................................................................................... 50 A. Simpulan............................................................................................................ 50 B. Saran dan Tindak Lanjut ................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
TABEL
HALAMAN
Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ...................................12 Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Time token ................................................15 Tabel 3.1 : Daftar Nama Siswa Kelas V (lima) ........................................................28 Tabel 4.1 Analisi Hasil Belajar Ipa Siswa Pada Prasiklus. ………………………...35 Tabel 4.2: Pemetaan Kompetensi Dasar pada Siklus I …………………………….38 Tabel 4.3: Analisi Data Prestasi Belajar IPA Siklus I ……………………………..39 Tabel 4.4 Pemetaan Kompetensi Dasar IPA pada Siklus II ……………………….42 Tabel 4.5: Analisi Data Hasil Belajar IPA Siklus II………………………………. 43 Tabel 4.6: Perbandingan Rerata Skor Hasil Blajar IPAdari Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ……………………………………………………...........45 Tabel 4.7: Data Hasil Belajar IPA dari Pra Siklus Sampai Siklus II ………………46
ix
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas………………..…………….. 29 Grafik 4.1. Peningkatan daya serap dan ketuntasan belajar pra siklus dengan tes akhir pada siklus I – II ...........................................................46
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian. 2. Daftar nama siswa. 3. Nilai prestasi belajar Matematika pra siklus 4. Pemetaan Setandar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika 5. Silabus Matematika 6. Daftar hadir siswa siklus I 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 8. Instrument tes sklus I 9. Rekap nilai prestasi belajar Matematika siklus I 10.Sampel Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I 11.Dokumentasi Siklus I 12.Daftar hadir siswa siklus II 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 14.Instrument tes sklus II 15. Rekap nilai prestasi belajar siklus II 16. Sampel Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II 17. Dokumentasi Siklus II 18.Surat izin penelitian 19. Surat keterangan telah melaksanakan penelitian 20. Notulen Seminar PTK 21. Daftar Hadir Peserta Seminar 22. Dokumentasi Seminar PTK
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam
pembangunan
nasional, pendidikan
diartikan sebagai
upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Pendidikan berkualitas harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Pembaharuan kurikulum
yang
sesuai
dengan
ilmu
pegetahuan
dan
teknologi
tanpa
mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun, etika serta didukung penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan yang dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, mutu pendidikan menjadi sorotan penting di masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing sejalan dengan kemajuan IPTEK yang semakin berkembang pesat. IPA merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, begitu juga dalam kehidupan manusia. IPA juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Tujuannya tidak hanya menambah ilmu pengetahuan guna mempersiapkan diri didalam meniti karier terutama dalan menjalankan tugas-tugas sebagai guru SD, tetapi juga berguna untuk
1
menunjang ilmu pengetahuan lainnya. Suherman dan Winataputra (1992:127) menyatakan bahwa “banyak ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari IPA”. Aisyah, dkk (2008:4) menyatakan tujuan pembelajaran IPA sekolah, khususnya di SD atau MI adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. memahami
konsep
IPA,
menjelaskan
keterkaitan
antarkonsep
dan
informasi
atau
mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah, 2. melatih cara berpikir dan bernalar siswa, 3. mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, 4. mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
mengkomunikasikan gagasan, baik secara lisan maupun tulisan, dan 5. memiliki sikap menghargai kegunaan IPA dalam kehidupan. Model pembelajaran yang mampu mewujudkan tujuan pembelajaran IPA ini adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran IPA. Siswa dapat bekerja sama dengan anggota kelompok untuk mempelajari materi, menyelesaikan tugas-tugas, persoalan yang disajikan oleh guru, dan memberikan penjelasan di dalam kelompok. Secara individu siswa mampu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah IPA, sehingga akan mengurangi (bahkan menghilangkan) rasa cemas terhadap IPA yang banyak dialami para siswa. Sementara secara sosial, siswa mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi, bertukar pikiran, ide dan gagasan dalam sebuah kelompok diskusi (Ibrahim, 2000). Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin (dalam Ibrahim dkk, 2000) pada beberapa mata pelajaran, termasuk IPA, telah membuktikan
2
bahwa siswa yang belajar secara kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan siswa yang belajar secara individu. Berdasarkan hasil penelitiannya, melalui penerapan pembelajaran kooperatif tidak ditemukan pengaruh negatif pada hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa, model pembelajaran kooperatif cocok diterapkan dalam pembelajaran, termasuk mata pelajaran IPA.Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaranpada siswa-siswa SD Negeri 6 Penyaringan, Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA belum tercapai secara maksimal. Hal tersebut secara umum nampak dari kurangnya antusias siswa SD Negeri 6 Penyaringandalam mengikuti proses pembelajaran IPA dan rendahnya hasil belajar siswa. Berdasarkan data yang ada, hasil belajar IPA siswa SD Negeri 6 Penyaringan tergolong rendah walaupun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
hasil
belajar
dalam
mata
pelajaran
IPA,
seperti
melalui
penyempurnaan kurikulum, mengadakan penataran bagi staf pengajar, mensuplai buku-buku yang relevan. Namun semua usaha ini belum memberikan hasil yang diharapkan. Hal ini terbukti dari perolehan hasil belajar IPA siswa kelas V, yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Menurut Nurman, Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) (Nurman, 2012). Berpatokan pada Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 65 pada mata pelajaran IPA, siswa kelas V pada hasil belajar pra siklus menunjukkan bahwa baru 7
3
siswa yang mencapai KKM di tetapkan. Hal ini menyebabkan 16 siswa perlu meningkatkan perolehan hasil belajar. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sebenarnya perlu ada upaya yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan data diatas ada beberapa faktor yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa SD adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPA di kelas tersebut kurang optimal. Menurut Artini (2011), kurang optimalnya proses pembelajaran yang dilaksanakan bisa bersumber pada metode pembelajaran, tidak menggunakan media dalam pembelajaran, alat evaluasi yang tidak memiliki blue-print, tidak tersedia buku pelajaran yang memenuhi tuntutan kurikulum, paradigma guru yang yang menganut sistem transfer pengetahuan, tidak menganut filosofi konstruktivisme, dan guru yang sering meninggalkan kelas. Sehubungan dengan penggunaan metode pembelajaran, seorang guru harus jeli (prigel) di dalam memilih metode pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Menurut Puger (2004: 14), untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan penanaman konsep, penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar siswa.Salah satu metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan pemahaman, penalaran, dan memotivasi kegiatan belajar siswa adalah dengan menggunakan metode belajar kooperatif.
Dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif,
maka
pengungkapan konsep-konsep dalam suatu bidang studi dapat diwujudkan melalui cara-cara yang rasional, komunikatif, edukatif, dan kekeluargaan.
4
Sesungguhnya dalam pembelajaran kooperatif banyak cara yang dapat dilakukan dalam berdiskusi. Salah satunya adalah menggunakan tipe time token. Tipe time token dapat membantu guru dalam mengelola kelompok belajar, sehingga siswa yang mendominasi percakapan dapat berbagi aktif dengan siswa yang malu bahkan tidak pernah berbicara sama sekali (Ibrahim dkk, 2000). Adapun kelebihan tipe time token adalah adanya peluang pemeratan kesempatan bagi siswa untuk mengemukakan pendapat/gagasan/jawaban maupun pertanyaan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan kupon bicara dalam waktu ± 10-30 detik, tanpa menghalangi aktivitas maupun kreativitas siswa yang memiliki kemampuan lebih. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat menyampaikan gagasan/pendapat maupun memberikan penjelasan pada teman yang kurang mengerti di tengah kelompok. Secara tidak langsung melalui tipe time token siswa belajar untuk bisa mendengarkan dan menghormati pendapat orang lain serta bertanggung jawab pada tugas bersama. Jadi, manfaat proses pembelajaran time token adalah selain siswa berdiskusi sesamanya, siswa juga mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kelompok. Tipe pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa, khususnya siswa kelas V SD Negeri 6 Penyaringanberbagi aktif serta menumbuhkan komunikasi yang efektif dan kerja sama yang baik di antara anggota kelompok. Berdasarkan uraian di atas, sangat penting dilakukan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif dengan tipe time token dalam proses pembelajaran IPA dengan suatu usulan tindakan yang berjudul ”Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dalam Materi
5
Cahaya pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:Bagaimana model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkanhasil belajar IPA siswa kelas VSD Negeri 6 PenyaringanSemester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanpenerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe time tokendalam meningkatkan hasil belajarIPA siswa kelas VSD Negeri 6 PenyaringanSemester Genap Tahun Ajaran 2015 / 2016.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretik a. Dapat menambah informasi, khususnya bagi guru IPASD dalam ranah model pembelajaran kooperatiftipe time token.Hal ini berperan sebagai variasi di dalam mengimplementasikan materi ajar di kelas. b. Sebagai bahan informasi, khususnya bagi guru IPASD agar memberikan latihan menggunakan media asli yang tepat dalam menyampaikan pokok bahasan, sehingga siswa mempunyai kemampuan berpikir konkret yang baik.
6
c. Dapat dijadikan dasar pijakan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan ruang lingkup yang lebih khusus dalam usaha mendapatkan hasil penelitian yang betul-betul representatif dan akurat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Dengan adanya temuan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan pemahaman konsep IPAsehingga hasil belajar siswa dapat memenuhi standar KKM yang telah ditentukan dan dapat melatih keterampilan kooperatif siswa.Dengan demikian siswa akan memperoleh gambaran bahwa belajar agama dapat lebih mudah dipahami dengan bekerjasama dalam kelompok. Selain itu pula,melalui model pembelajaran ini, siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar yang lebih efektif dan tidak membosankan. b. Bagi Guru Penelitian ini berusaha mengungkap beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar dan pemahaman konsep IPA khususnya pada materi sifat operasi hitung bilangan. Apabila ternyata terungkap bahwa strategi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA(prestasi) dan ketrampilan kooperatif siswa, maka informasi ini akan merupakan masukan yang berharga bagi para guru IPAdalam memilih pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai dengan situasi kondisi di sekolah, dan materi yang diajarkan serta diharapkan dapat memiliki pedoman baru tentang pembelajaran dan membina proses belajar mengajar yang lebih efektif, efesien serta dapat memberikan kontribusi yang positif untuk meningkatkan prestasi belajar
7
c. Bagi Sekolah Temuan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan pemahaman konsep IPAdan meningkatkan keterampilan kooperatif siswa, dapat memberikan masukan kepada sekolah untuk memasukan model pembelajaran ini sebagai salah satu model pembelajaran IPAyang dapat dipilih. Dan tidak hanya terbatas pada mata pelajaran IPAsaja, jika memungkinkan untuk dapat pula digunakan pada mata pelajaran yang lain, sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Model pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan oleh para ahli pendidikan untuk digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Sehubungan dengan pernyataan tersebut Slavin (dalam Sanjaya, 2009) mengemukakan dua alasan penggunaan pembelajaran kooperatif. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Murda (dalam Astawan, 2010) bahwa ”pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan tidak hanya untuk meningkatkan prestasi akademik tetapi juga untuk mengembangkan budi pekerti”. Sehubungan dengan prestasi akademik siswa, Slavin (dalam Ibrahim dkk, 2000) telah menelaah penelitian dan melaporkan 45 penelitian yang dilakukannya antara tahun 1972 sampai 1986 untuk menyelidiki pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar. Studi ini dilakukan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, IPA, bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, membaca, dan menulis. Dari 45 laporan tersebut, 37 diantaranya
9
menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, 8 studi menunjukkan tidak ada perubahan, dan tak satupun yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan suatu permasalahan dalam pembelajaran. Pada model pembelajaran kooperatif, pembelajaran lebih terpusat pada siswa. Selama pembelajaran berlangsung, siswa bekerja sama dengan anggota kelompok untuk mempelajari materi dan menyelesaikan tugas-tugas, serta memberikan penjelasan pada kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Santyasa (dalam Astawan, 2010) yang menyatakan bahwa ”pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran atau strategi pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama”. Simpulan mengenai model pembelajaran kooperatif adalah ”kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri” (Suyatno, 2009:51). Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana dalam kegiatan belajar siswa dibagi dalam kelompok diskusi untuk membahas bersama
10
masalah yang disajikan oleh guru dengan mengutamakan pemberian penghargaan kelompok dibandingkan individu. Pendekatan struktural merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang pertama kali dikembangkan Spencer Kagen, dkk. Pada pendekatan ini lebih memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola intraksi siswa (Ibrahim dkk, 2000). Jadi struktural itu lebih mengarah kepada interaksi dan kerja sama dalam kelompok. Setiap tindakan yang dilakukan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu pula penerapan model pembelajaran kooperatif. Arends (dalam Ibrahim dkk, 2000: 7) menyatakan ”model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu: hasil akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial”. Ketiga tujuan pembelajaran kooperatif menurut Arends dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Hasil Belajar Akademik Selain mencakup tujuan sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Menurut para ahli pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk memberikan penghargaan kelompok telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. 2) Penerimaan terhadap Perbedaan Individu Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif
ialah
penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial,
11
kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang pada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah megajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan bekerja sama inilah yang disebut dengan keterampilan kooperatif Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran koopertif selain meningkatkan hasil belajar juga menumbuhkembangkan keterampilan sosial siswa untuk dapat saling menghargai dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama di dalam pelaksanaan pelajaran, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase
Tingkah Laku Guru Fase-1 Guru menyampaikan semua tujuan yang ingin Menyampaikan tujuan dan dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi memotivasi siswa siswa belajar. Fase-2 Guru menyajikan informasi kepada siswa Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi, ceramah, tanya jawab atau lewat bahan bacaan. Fase-3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana Mengorganisasikan caranya membentuk kelompok belajar dan siswa ke dalam setiap kelompok belajar dan membantu setiap kelompok kooperatif/tim-tim kelompok agar melakukan transisi secara belajar efisien. Fase-4 Guru membimbing kelompok-kelompok Membimbing/membantu belajar pada saat mereka mengerjakan tugas kelompok bekerja dan belajar mereka. Fase-5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi Evaluasi atau mengujikan yang telah dipelajari atau masing-masing berbagai materi kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
12
Memberi penghargaan atau upaya maupun hasil belajar individu maupun pengakuan kelompok. (Sumber : Ibrahim dkk, 2000: 10) Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural tersusun atas kelompok yang terdiri dari dua, tiga, empat, sampai enam orang dengan kemampuan dan latar belakang berbeda. Struktur yang dikembangkan ini lebih menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil dan penghargaan yang diberikan secara kooperatif. Ada dua macam pengembangan dalam pendekatan struktural yaitu untuk meningkatkan perolehan isi akademik dan untuk mengajarkan keterampilan sosial dan keterampilan kelompok. Model active learning dan time token merupakan dua contoh struktur yang dikembangkan untuk mengajarkan keterampilan sosial (Ibrahim dkk, 2000).Time token sangat tepat untuk pembelajaran struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan dan menjamin peran serta yang seimbang antara anggota kelompok.
Menurut Sugihharto (2011) tipe time token merupakan
salah satu pendekatan struktural dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Model pembelajaran time token digunakan untuk mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali (Suyatno, 2009). Pembelajaran time token memberi kesempatan yang sama pada siswa untuk menjawab pertanyaan atau mengungkapkan pendapat/ide/gagasan. Pengertian time token dapat dijelaskan sebagaisuatu kegiatan khusus yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran koooperatif untuk dapat membantu membagikan peran serta lebih merata pada setiap siswa dengan menggunakan kupon berbicara untuk waktu yang telah ditentukan, dengan nilai 10 atau 15 detik (Ibrahim, 2000). Tentunya
13
penerapan tipe time token dalam pembelajaran akan efektif bila dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. Banyak pendapat mengenai langkahlangkah pembelajaran time token. Arends (dalam Suprijono, 2009: 113) menyatakan, langkah-langkah pembelajaran time token: “(a) kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning/CL), (b) tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ±30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan, (c) bila telah selesai berbicara kupon yang dipegang siswa diserahkan, setiap berbicara satu kupon, (d) siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi, yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis, (e) dan seterusnya. Pendapat yang tidak jauh berbeda mengenai langkah pembelajaran time token dikemukakan oleh Suyatno (2009:76), “langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi. Tiap siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai, kupon dikembalikan”. Secara sederhana Riyatno (2010:277) menjelaskan, “model ini menggunakan kartu. Langkah-langkanya sebagai berikut: (a) semua siswa diberi ‘kartu bicara’, (b) di dalam kelompok siswa yang sudah menyampaikan pendapat harus menyerahkan satu kartunya, (c) demikian seterusnya sampai siswa yang sudah habis kartunya tidak berhak bicara lagi” Adapun Tata Cara Pelaksanaan Time token menurut Ibrahim, dkk (2000) secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
14
(a) tiap siswa diberikan kupon berbicara dengan nilai 10 atau 15 detik waktu bicara (dapat disesuaikan), (c) seorang siswa memonitor interaksi dan meminta pembicara untuk menyerahkan satu kupon apabila ia telah menghabiskan waktu yang ditetapkan di kupon itu, dan (d) apabila seorang siswa telah menghabiskan kuponnya, siswa tersebut tidak dapat berbicara lagi, agar siswa yang masih memegang kupon dapat ikut berbicara dalam diskusi tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan ciri khusus dari model pembelajaran kooperatif tipe time token terlihat pada pelaksanaan pembelajaran, dengan memberikan kupon bicara pada setiap siswa dengan waktu ±10 atau 15 detik. Apabila siswa telah menghabiskan kuponnya, siswa itu tidak dapat berbicara lagi. Hal ini menghendaki siswa yang masih memegang kupon untuk ikut berbicara dalam diskusi. Cara ini menjamin keterlibatan semua siswa yang ada di kelas. Rumusan
tahap
pelaksanaan
pembelajaran
time
token
yang dapat
membedakannya dengan model pembelajaran lainnya dapat dijelaskan melalui tabel berikut. Tabel 2.2 Sintaks Model Pembelajaran Time token Tahap Aktivitas yang dilakukan Tahap 1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD kepada Menjelaskan tujuan siswa pembelajaran/KD Guru menjelaskan kegiatan belajar yang akan dilalui siswa Tahap 2 Guru membentuk kelompok belajar, masing-masing Membentuk kelompok terdiri dari 2-6 orang kelompok Tahap 3 Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan Menyajikan demonstrasi , ceramah, tanya jawab atau melalui bahan informasi bacaan Tahap 4 Guru membagikan sejumlah kupon berbicara dengan Pembagian kupon waktu ± 10 atau 15 detik hingga 30 detik per kupon bicara pada tiap siswa. Tahap 5 Guru mengkondisikan kelas untuk melakukan diskusi Diskusi kelompok Tahap 6 Kupon sudah dapat digunakan sebelum kegiatan 15
Penggunaan kupon bicara
Tahap 7 Penilaian
diskusi dimulai untuk merespon pertanyaan dari guru. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara siswa menyerahkan satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara. Jika semua kupon habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi kupon lagi dan mengulangi prosedurnya kembali
Guru memberi sejumlah nilai sesuai dengan waktu yang digunakan dan jumlah indikator yang muncul melalui penggunaan kupon Guru memberikan penghargaan atau pengakuan terhadapm upaya maupun hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok
Tahap 8 Memberi penghargaan atau pengakuan (Sumber : Sintaks Pembelajaran Time token Arends yang telah dimodifikasi sesuai dengan keperluan).
2. Media Dalam Pembelajaran. Peranan Media dalam proses pembelajaran tidak perlu diragukan lagi karena dengan penggunaan
media pembelajaran
yang tepat, proses transformasi
pengetahuan dapat berjalan dengan cepat.Dalam kontek pembelajaran media dapat diartikan segala sesuatu yang dapat mermbantu jalannya proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Arsyad (2007) yang mengatakan,media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat, grafis,photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal
16
yang dapat membawa pesan atau informasiyang bertujuan untuk instruksional yang mengandung maksud pengajaran. Laria. (2008) mengatakan media pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajarsumber ( guru ) maupun sumber lain kepada penerima (siswa ). Disisi lain media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemampuan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya prosesdan hasil belajar pada diri peserta didik.( Sudrajat,2008 : 15 ).
3. Hasil Belajar Hamalik (2001) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Tentu dalam suatu proses belajar terdapat hasil yang dicapai, di bawah ini dijelaskan pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi dan ciri-ciri hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunnya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai–nilai (sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman(interaksi dengan
lingkungan),
dimana
proses
mental
dan
emosional
terjadi.
Bloom dalam Sudjana (1990 : 22), secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga aspek, yakni aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, yaitu pengetahuan atau
17
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif berkenaan dengan sikap yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan dalam melakukan serangkaian kegiatan. Dari ketiga aspek di atas yang menjadi obyek penilaian yang paling banyak dinilai oleh para guru adalah aspek kognitif, karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Nurkancana dan Sunartana (1990:11) “Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai seseorang dalam kegiatan belajar selama kurun waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai”. Berdasarkan penjelasan dari para pakar pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan aktual yang dapat diukur dan berwujud penguasaan ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil belajar.Hasil belajar mata pelajaran IPA yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengalami proses interaksi mata pelajaran IPA. Dalam kaitannya dengan penelitian ini tentunya hasil belajar mata pelajaran IPA yang dimaksud yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah penerapan metode demonstrasi melalui media alat peraga dalam proses pembelajaran materipelajaran yang akan diteliti dalam mata pelajaran IPa. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap pendidikan, ini berarti berhasil atau tidak pendidikan tergantung dari proses belajar yang dialami siswa. Sebagai suatu proses tentu ada yang diproses masukan atau input. Untuk menghasilkan suatu out put yang
18
diinginkan tersebut maka faktor-faktor yang mempengaruhi proses tersebut harus diperhatikan. Suryabrata (1995:249) menyatakan bahwa "faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu: faktor luar dan faktor dalam diri siswa". Sedangkan Rusyan (1993:2) "menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu: 1) faktor kesiapan, yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu, 2) motivasi, yaitu dorongan dari diri sendiri untuk melakukan sesuatu, 3) tujuan yang ingin dicapai". Setelah siswa memperoleh pengetahuan, pengalaman di sekolah dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi perubahan tingkah laku baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang merupakan ciri-ciri hasil belajar yang diperoleh siswa. Dengan perubahan tingkah laku yang dimiliki siswa setelah belajar maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar tersebut memiliki ciri-ciri tertentu. Mengenai ciri-ciri hasil belajar akan diuraikan sebagai berikut. Ciri-ciri hasil belajar mengandung tiga hal yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Hasil belajar kognitif merupakan keinginan intelektual yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar dengan ciri-ciri sebagai berikut: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi. Hasil belajar afektif adalah perubahan sikap atau kecenderungan yang dialami siswa sebagai hasil belajar dari kegiatan sebagai berikut: adanya penerimaan atau perhatian, adanya respon atau tanggapan dan penghargaan. Hasil belajar psikomotor merupakan perubahan tingkah laku atau keterampilan yang dialami siswa dengan ciri-ciri:
keberanian
menampilkan
minat
19
dan
kebutuhannya,
keberanian
berpartisipasi di dalam kegiatan sebagai usaha kreatifitas dan kebebasan melakukan hal di atas tanpa tekanan guru atau orang lain (Dimyati dan Moedjiono, 1999:201). Ahmadi (dalam Muliana, 2010:20) menyatakan bahwa ciri-ciri hasil belajar berupa kemampuan-kemampuan yang mencakup tiga hal yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Yang tergolong pada ranah kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis. Ranah afektif meliputi: perhatian menerima, respon, dan penghargaan. Kemudian ranah psikomotor meliputi: keberanian dan kemampuan berpendapat, kreatif, dan melakukan hal-hal tanpa tekanan orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri hasil belajar adalah: 1) Adanya perubahan baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada siswa yang belajar. 2) Adanya perubahan pada seseorang yang belajar akibat adanya usaha. Seseorang akan mengalami perubahan dari belum mampu menjadi mampu atau dari belum tahu menjadi tahu. Kemampuan tersebut berlaku relatif lama sehingga siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Pengertian Penilaian Hasil Belajar Salah satu indikator keberhasilan penilaian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran adalah tinggi atau rendahnya nilai yang diperoleh siswa untuk mata pelajaran tersebut. Umumnya alat ukur yang paling sering digunakan guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran adalah berupa tes.Berkenaan dengan penilaian hasil belajar Suprayekti, dkk. ( 2008 : 4.43 ) mengatakan penilaian hasil belajar tidak semata-mata diperoleh dari siswa mengerjakan tes akhir, atau tes hasil belajaryang berbentuk uraian terbatas atau objektif saja, namun hasil belajar siswa dinilai melalui berbagai cara dan
20
perwujudan.Guru
menggunakan
beragam
teknik
dan
alat
ukur,
siswa
mengekspresikan keberhasilannya dalam beragam bentuk. Sementara itu Kemp dalam Ibrahim (2000) menilai hasil belajar merupakan unsur terakhir dari keempat unsur penting dalam proses perancangan pengajaran yang meliputi siswa, tujuan,metode,dan evaluasi.Sebagai salah satu tindak lanjut dari pelaksanaan evaluasi adalah menetukan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru,hal ini berguna sebagai perbaikan pengajaran yang akan dilaksanakan kemudian. Dengan diketahuinya daya serap siswa terhadap materi pembelajaran, memudahkan guru untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah tercapai sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Menurut Suherman ( 1993 – 243 ) daya serap adalah sebagai cerminan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya atau materi tes yang disajikan. Daya serap untuk setiap pokok bahasan atau sub pokok bahasan dalam satu bidang studi dinamakan daya serap studi atau daya serap khusus, sedangkan daya serap yang berkenaan dengan seluruh bidang studi dalam satu kelas tertentu dinamakan daya serap umum. Seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila ia telah mencapai daya serap 60 % atau nilai rata-rata 60 disebut daya serap perseorangan. Suatu kelas disebut tuntas belajar apabila kelas tersebut telah mencapai nilai 80 %, yang telah mencapai daya serap 60 % disebut daya serap klasikal. ( Anonim,1994 : 30 ). Menurut Kartono ( 1985 : 1 ) faktor yang menyebabkan rendahnya daya serap siswa digolongkan dalam dua macam yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
21
kecerdasan dan motivasi, sedangkan faktor eksternal meliputi siswa itu berada di sekolah serta peralatan belajar.
5. Materi IPA SD Kelas 5 Semester 2 : Cahaya dan Sifat-Sifatnya Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380–750 mm.Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang gelombang kasat mata maupun yang tidak.Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton. Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area riset yang penting pada fisika modern. Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris dan optika fisis. Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar katoda, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai model dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi yang
22
teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen energi, E. Pada tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori dualitas partikel-gelombang. Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat berdasarkan efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak ilmuwan, termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann, Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain. Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960.Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat cahaya yang lain yaitu difusi dan hamburan. Sifat-Sifat Cahaya Dapatkah kamu melihat benda-benda yang ada di sekelilingmu dalam keadaan gelap? Kamu tentu menjawab tidak dapat. Tahukah kamu mengapa kita hanya dapat melihat benda-benda ketika ada cahaya yang mengenai benda tersebut? Cahaya yang masuk melalui jendela kamarmu di pagi hari merambat lurus seperti terlihat pada gambar di awal bab. Merambat lurus merupakan salah satu sifat cahaya.
23
Agar kamu mengetahui sifat-sifat cahaya lainnya, perhatikan uraian berikut ini. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki sifat merambat lurus, menembus benda bening, dan dapat dipantulkan. Cahaya Merambat Lurus Pernahkah kamu melihat cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah atau jendela yang ada di rumahmu? Bagaimana arah rambatan cahaya tersebut? Cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela merambat lurus Bagaimanakah cahaya itu bergerak, apakah merambat lurus atau berkelok-kelok? Pernahkah kamu memperhatikan seberkas cahaya yang masuk pada sebuah lubang kecil di ruang yang relatif gelap? Bagaimanakah perambatan cahaya yang kamu lihat? Untuk membuktikan jawabanmu, Jika kamu melakukan kegiatan tersebut dengan baik, cahaya akan keluar dari karton terakhir ketika lubang ketiga karton tersebut berada pada satu garis lurus. Hal ini membuktikan bahwa cahaya merambat lurus. Hal yang sama terjadi pada saat kamu melihat perambatan cahaya melalui lubang kecil di suatu ruang yang gelap. Jika sumber cahaya tersebut adalah Matahari, kamu akan melihat perbedaan arah rambat cahaya di ruang gelap tersebut ketika Matahari terbit sampai Matahari terbenam. Akibat cahaya merambat lurus, benda yang tidak tembus cahaya seperti buku, pohon, kertas, atau tubuh manusia akan membentuk bayangan apabila terkena cahaya.
24
Cahaya Menembus Benda Bening Mengapa kaca jendela rumahmu merupakan kaca yang bening? Bagaimana jika kaca tersebut ditutup dengan triplek atau kertas karton? Apakah cahaya matahari dapat masuk? Cahaya dapat masuk ke dalam rumahmu selain melalui celah-celah juga melalui kaca jendela yang ada di rumahmu. Kaca yang bening dapat ditembus oleh cahaya matahari. Apabila kamu menutup kaca jendela rumahmu dengan menggunakan karton maka cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumahmu. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya hanya dapat menembus benda yang bening. Cahaya Putih Terdiri Atas Berbagai Warna Tahukah kamu warna dari cahaya matahari yang setiap hari dipancarkan ke bumi? Apakah cahaya matahari berwarna putih? Bagaimana dengan sumber cahaya lainnya? Cahaya matahari yang kita lihat seperti warna putih sebenarnya terdiri dari berbagai macam warna. Agar lebih jelas, pehatikan uraian berikut ini! Peristiwa
Penguraian
Cahaya
dalam
Kehidupan
Sehari-hari
Kalian tentu penah melihat pelangi di langit. Pelangi merupakan salah satu peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan penguraian cahaya. Pelangi biasanya dapat kita lihat pada saat hujan turun rintik-rintik. Warnapelangi sama halnya seperti warna spektrum cahaya yang terbentuk pada kegiatan yang telah kamu lakukan sebelumnya. Warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu pada pelangi berasal dari pembiasan dan penguraian cahaya putih matahari oleh bintikbintik air hujan. Pelangi yang memilki warna dan bentuk yang indah dapat kita buat melalui percobaan sederhana berikut ini..
25
B. Kerangka Berpikir Selain memunculkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, model pembelajaran kooperatif tipe time token akan berpengaruh pada hasil belajar IPA siswa. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe time token dalam mata pelajaran IPA, ternyata lebih memberi peluang pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Perhatian siswa terfokus pada kegiatan belajar, karena siswa akan mengalami sendiri kegiatan belajar. Penemuan konsep setelah melalui kegiatan diskusi yang melibatkan seluruh anggota kelompok akan membuat informasi yang diperoleh melekat kuat dalam memori pikiran mereka. Terfokusnya perhatian siswa dan melekat kuatnya informasi yang diperoleh inilah yang secara tidak langsung memberi pengaruh pada peningkatan hasil belajar IPA siswa. Bertitik tolak dari kerangka berpikir demikian, dapat ditegaskan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token secara tepat dalam kegiatan pembelajaran IPA akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar IPA siswa.
C. Hipotesis Tindakan Bertolak dari permasalahan dan kerangka berpikir yang didasarkan pada kerangka teori serta didukung oleh bukti-bukti empirik yang relevan, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time tokendiharapakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mengenai pemahaman konsep IPA tentang Cahaya dan keterampilan kooperatif siswa kelas VSD Negeri 6 Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana.
26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
B. Seting Penelitian Tempat penelitian tindakan kelas ini bertempat di SD Negeri 6 Penyaringan, yang berlokasi di daerah pegunungan, beralamat di Banjar Tibu Beleng Tengah, Desa penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembarna. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V (lima) SD Negeri 6 Penyaringan Tahun Pelajaran 2015/2016 Semester II. Dengan jumlah siswa 23 orang, 13 orang laki-laki dan 10 orang Perempuan. Berikut ini peneliti sajikan daftar nama siswa kelas V sebagi subyek penelitian .
27
Tabel 3.1 : Daftar Nama Siswa Kelas V (lima) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
NIS 1356 1357 1358 1359 1360 1361 1362 1363 1364 1365 1366 1367 1368 1369 1370 1371 1372 1373 1374 1375 1376 1377 1378
Nama I GEDE AGUS WIDIANTARA NI KADEK ARI PUSPITA ANA DEWI NI MADE APRI LIANTINI KOMANG ADI WIRADANA NI KADE AYU RIFSI GISILAWATI I GUSTI MADE ADI ARTAWAN I KOMANG AGUS ADI PUTRA I PUTU GEDE DARMA ARDI PUTRA NI MADE AYU SRI PARAMITA DEWI I MADE AGUS RYAN SETIAWAN I PUTU AGUS ARY MAHARDIKA NI PUTU CHRISYA MARSYA GITA DEWI GUSTI PUTU HADI NUGRAHA I NYOMAN IVAN MERTHA ANANDA PUTRA NI KOMANG INTAN TRIASTINI RAHAYU KADE MEITHA NANDA SUKMA LESTARI I GEDE PANDE PRADNYANA PUTRA NI PUTU RAHAYU APRILIANI I MADE RIPKI ANGGARA PUTRA NI NYOMAN SINTYA MAHARANI NI NYOMAN WIASTIKA PUTRI I PUTU WEDA WIDYATAMA I KADEK DWIPA YOGA SAPUTRA
Objek penelitian adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Waktu yang digunakan dalam penelitian beserta penyusunan laporan penelitian ini selama 3 bulan dari bulan April-Juni. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran IPA Kelas V yaitu pada hari senin dan selasa. Berikut ini rincian jadwal penelitiannya. Prasiklus
: Tanggal 6-11 April 2016
Siklus I
: Pertemuan ke – 1 : Hari Selasa, tanggal 12 April 2016 Pertemuan ke – 2 : Hari Senin, tanggal 18 April 2016 Pertemuan Ke- 3 : Hari Selasa, tanggal 19 April 2016
28
Siklus II
: Pertemuan ke – 1 : Hari Senin, tanggal 25 April 2016 Pertemuan ke – 2 : Hari Selasa, tanggal 26 April 2016 Pertemuan Ke- 3 : Hari Senin, tanggal 2 Mei 2016
C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan melalui beberapa siklus. Berdasar refleksi awal akan dilakukan perbaikan pada suklis I, refleksi siklus I akan diperbaiki pada siklus II dan begitu juga seterusnya. Setiap siklus yang dilaksanakan terdiri dari perencnaan tindakan, pelaksanaan, observasi/evaluasi dan refleksi (Arnyana, 2009:3). Setiap siklus dilakukan dalam tiga kali pertemuan, dua kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan satu pertemuan untuk evaluasi pembelajaran. Adapun bagan alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilihat pada bagan dibawah ini..
Keterangan: 1. Rencana 2. Tindakan 3. Evaluasi 4. Refleksi
Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas Penjelasan alur di atas adalah:
29
1.
Perencanaan, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2.
Pelaksanaan /Tindakan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model resitasi.
3.
Observasi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Untuk mengetahui efektif tidaknya tindakan, dilakukan pemantauan atau observasi dan evaluasi. Pemantauan ini dilakukan oleh dua orang guru dari sekolah yang sama pada saat tindakan dilaksanakan. Pemantauan diarahkan pada proses pembelajaran itu sendiri, untuk mengetahui apakah tindakan yang ditempuh peneliti pada saat menerapkan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Evaluasi dilakukan tiap selesai pelaksanaan tindakan baik pada siklus I maupun II. Caranya, dengan mengkaji data hasil belajar siswa. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar siswa. Segenap informasi yang terkumpul dari hasil evaluasi dimanfaatkan untuk membuat keputusan atas tindakan
4.
Refleksi, Semua data yang diperoleh selanjutnya dianalisis. Analisis dilakukan secara kontinyu setelah tindakan atau pada setiap akhir siklus. Berdasarkan hasil analisis ini dilakukan refleksi dengan melibatkan tim pengamat/observer. Refleksi dilaksanakan setelah semua informasi hasil tindakan terkumpul, baik itu informasi berupa efektif tidaknya tindakan peneliti sesuai dengan rencana, perilaku belajar siswa maupun informasi berupa perolehan hasil belajar siswa
30
berdasarkan tindakan tersebut. Tujuan refleksi, untuk mendiskusikan hasil yang diperoleh dari penganalisisan data termasuk temuan-temuan dalam pelaksanaan tindakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan atau revisi terhadap tindakan siklus terdahulu serta merancang tindakan siklus berikutnya. Refleksi akan memperlihatkan beberapa kemungkinan yaitu: Jika tindakan yang dilaksanakan menunjukkan
hasil
yang
baik
(efektif),
maka
tindakan
tersebut
diulang/dipertahankan pada siklus berikutnya. Jika tindakan yang dilaksanakan menunjukan hasil yang kurang baik (kurang efektif), maka tindakan dimodifikasi atau direvisi atau diganti untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada siklus berikutnya.
D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. 2. Rencana Proses Pelajaran (RPP) Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. 4. Tes formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Pengetahuan Sosial
31
pada pokok bahasan kerajaan Hindu, Budha dan Islam di Indonesia. Tes formatif ini diberikan setiap akhir siklus.
E. Metode Pengumpulan Data Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang dan menggolongkan data untuk mejawab dua permasalahan pokok, yaitu: 1. Tema apa yang dapat ditemukan pada data-data ini dan (2) seberapa jauh data-data ini dapat meyokong
tema
tersebut
(Sukidin
dkk.,
2002:111).
Penelitian
ini akan
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Data yang akan dianalasis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA siswa. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data utama yaitu data hasil belajar siswa. Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar dalam bentuk tes formatif. Dilihat dari waktu pelaksanaannya, ada dua macam tes yang digunakan yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan untuk memperoleh data awal sebelum dilaksanakannya tindakan hasil. Tes awal ini di ambil dari nilai ulangan harian sebelumnya. Tes akhir dilakukan memperoleh data pada setiap berakhirnya pelaksanan tindakan yang dilakukan sebanyak dua kali masing-masing menjelang berakhirnya pelaksanaan tindakan pada siklus I dan pada siklus II. Berpedoman pada metode pengumpulan data tersebut di atas maka instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Butir soal tes hasil belajar dibuat sama bentuk maupun isi soalnya.
F. Metode Analisis Data Untuk menganalisis data yang diperoleh maka digunakan teknik analisis data
32
deskriptif komparatif yang digunakan untuk menganalisis data hasil belajar siswa. Dalam analisis dicari nilai rata-rata kelas, daya serap, dan ketuntasan belajar siswa berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dalam setiap siklus. Adapun teknik analisi data tersebut adalah sebagi berikut 1. rata-rata kelas (M) Prestasi belajar siswa dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menggunakan nilai rata-rata kelas (M) hasil tes dengan rumus : ∑X M= N
Keterangan : M = Nilai rata-rata kelas ∑X = Jumlah total skor siswa N = Jumlah siswa
(Nurkancana, 1992)
2. Ketuntasan Belajar (KB) Untuk analisis Ketuntasan Belajar (KB). Dengan rumus daya serap dan ketuntasan belajar sebagai berikut:
Banyak siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 KB=
X 100 N
Keterangan: KB N
= Ketuntasan Belajar = Jumlah siswa (Depdikbud, 1994)
33
G. Kriteria Keberhasilan Kriteria keberhasilan penelitian tindakan ini didasarkan pada pedoman kriteria / Indikator keberhasilan prestasi belajar siswa, yaitu apa bila nilai rata-rata kelas (M) minimal 65, dan ketuntasan belajar (KB) minimal 80.
34
BAB IV HASIL PENELITIAN
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan April2016 sampai dengan bulan Mei 2016 pada siswa kelas V semester genap SD Negeri 6 Penyaringan tahun pelajaran 2015/2016 untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token. A. Hasil Penelitian 1. Pada Prasiklus Data hasil belajar pada prasiklus diambil dari nilai ulangan siswa pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Setelah data terkumpul, yang dalam hal ini berupa skor hasil belajar IPA, setelah dilakukan analisis data diketahui bahwa dari 23 siswa yang memperoleh nilai sesuai KKM sebanya 7 siswa dan 16 siswa masih dibawah KKM. Nilai rata-rata kelas (M) 60.87 dan Ketuntasan Belajar (KB) 30.43 jika di bandingkan dengan keriteria keberhasilan masih belum memenuhi. Berikut ini peneliti sajikan analisis data pra siklus kedalam bentuk tabel. Tabel 4.1 Analisi Hasil Belajar Ipa Siswa Pada Prasiklus. NO 1 2 3 4 5 6 7
NILAI TES 50 55 60 65 70 75 80 N
∑X Rata-rata Ketuntasan
FREKUENSI JUMLAHNILAI 2 7 7 2 3 1 1 23
100 385 420 130 210 75 80 1400 60.87 30.43
35
NO ABSEN SISWA 2, 18 1, 5, 6, 8, 10, 12, 20 4, 9, 13, 14, 16, 21, 23 7, 22 11, 15, 19 17 3
KET BT BT BT T T T T
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan maka dapat direfleksi bahwa nili hasil belajar matetmatika siswa masih tergolong rendah dilihat dari analisi data nilai ulangan harian sebelumnya diketahui rata- rata kelas 60.87, dan ketuntasan belajar secara kelasikal 30.43, jika dibandingkan dengan keriteria yang ditentukan masih belum memenuhi yaitu rata-rata kelas sesuai KKM harus ≥ 65 , daya serap dan ketuntasan belajra ≥ 80.. Maka dari hasil observasi awal ini nilai hasil belajar IPA harus ditingkatkan lagi agar memenuhi keriteria yang ditentukan. Untuk memperbaiki hasil belajar ini maka perlu perbaikan yang dilakukan pada siklus selanjutnya. Untuk memperbaiki hasil belajar IPA siswa maka peneliti akan mencoba mengunakan metode yang belum pernah peneliti gunakan. Melihat dari observasi awal bahwa peneliti merasa dalam pembelajaran sebelumnya hanya mengunakan metode ceramah dan jarang mengunakan media pembelajaran sehinga siswa kurang aktif. Jadi dalam perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya peneliti akan menerapkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Dengan harapan siswa akan lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Pada Siklus I Pembicaraan pada siklus I, pelaksanaanya dibagi menjadi 4 tahapan, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan pengukuran, dan tahap refleksi. Masing-masing tahapan ini, akan dibahas secara rinci pada bagian berikut. a. Tahap perencanaan.
36
Perencanaan pembelajaran pada siklus I menggunakan dasar analisis hasil pengukuran bidang studi IPApada prasiklus. Peneliti mengkaji-ulang (review) mengenai RPP pada prasiklus dan skor hasil belajar IPAsiswa. Hasil review peneliti terhadap RPP yang dikaitkan dengan jumlah siswa yang memperoleh skor di bawah KKM menunjukkan bahwa metode ceramah yang diterapkan pada prasiklus kurang cocok untuk mengomunikasikan materi ajar yang menuntut pemahaman konsep secara konkret. Metode ceramah lebih banyak berperan untuk memahami konsep secara abstrak. Padahal pemahaman konsep secara konkret merupakan base philosophy untuk memahami konsep secara abstrak. Hal inilah yang menyebabkan kebanyakan siswa mengalami miskonsepsi (misconception). Indikator dari siswa mengalami miskonsepsi adalah sebanyak 16 siswa memperoleh skor IPAdi bawah KKM. Berpijak atas analisis RPP dan skor hasil belajar IPApada prasiklus, peneliti merancang skenario pembelajaran dalam bentuk RPP untuk diimplementasikan pada siklus I. Metode ceramah diganti dengan metode pembelajaran kooperatif tipe time token. Mengenai perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP pada siklus I dapat dikaji secara lengkap pada Lampiran 4b. b. Tahap pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan disesuaikan dengan perencanaan yang telah disusun. Sesuai dengan jadwal yang telah disusun, penelitian tindakan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pada pertemuan ketiga dilaksanakan tes siklus untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Pelaksanaan tindakan pada tiap pertemuan disajikan dalam tabel 4.2 berikut.
37
Tabel 4.2: Pemetaan Kompetensi Dasar pada Siklus I Pertemuan Setandar Kompetensi Kompetensi Dasar 1 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat 6.1.1Memahami peta konsep cahaya tentang cahaya 6.1.2Menyebutkan sifat cahaya
2
3
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat 6.1.3 Memahami sifat cermin cahaya datar, cermin cekung dan cermin cembung. 6.1.4 6.1.4 Memahami bayangan yang terjadi pada cermin datar, cermin cekung, cermin cembung. UJIAN SIKLUS I
Fokus pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token adalah siswa aktif membangun pengetahuannya (student centered). Hal ini dapat disaksikan pada aktivitas siswa saat mengerjakan tugas pada kelompok. Melalui metode kooperatif tipe time token
ini, dimaksudkan dapat mengurangi
miskonsepsi siswa, menambah aktivitas siswa dalam pembelajaran, meningkatkan hubungan sosial, dan meningkatkan pemahaman konsep secara holistik. c. Tahap pengamatan dan pengukuran. Pengamatan (observation) terhadap pelaksanaan pembelajaran difokuskan pada aktivitas siswa saat mengerjakan tugas pada kelompok dan keterampilan siswa saat menyampaikan hasil tugasnya (peer teaching) pada kelompok. Hasil amatan peneliti saat siswa mengerjakan tugas di kelompok masih terlihat dominasi siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah cenderung hanya mengadopsi pendapat dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi. Saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok, pihak yang menyajikan cenderung masih gugup, tidak percaya diri, dan ada nuansa keragu-raguan terhadap apa yang
38
menjadi tanggungjawabnya. Pada saat mengerjakan tugas dalam kelompok, beberapa siswa dalam kelompok masih bersikap acuh, pada saat diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal yang belum dimengerti, siswa lebih banyak diam, beberapa siswa yang belum terbiasa berbicara di kelas masih mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendapat/ide, jawaban, pertanyaan maupun sanggahan, siswa yang aktif berbicara masih belum mampu berbagi aktif dengan teman yang lainnya. Hal inilah yang menjadi indikator awal dari prediksi bahwa masih banyak siswa yang mengalami miskonsepsi pada siklus I.Metode pembelajaran yang diterapkan pada siklus I adalah metode pembelajaran kooperatif tipe time token . Berdasarkan Tahapan pelaksanaan yang telah peneliti lakukan dari evaluasi pembelajaran Siklus I, penulis dapat mengobservasi nilai hasil belajar IPA yang diperoleh oleh masing-masing siswa. Hasil pengumpulan dan analisis data siklus I peneliti paparkan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.3: Analisi Data Prestasi Belajar IPA Siklus I NO 1 2 3 4 5 6 7
NILAI TES 55 60 65 70 75 80 85 N
∑X Rata-rata Ketuntasan
FREKUENSI JUMLAHNILAI 2 3 6 4 3 3 2 23
110 180 390 280 225 240 170
NO ABSEN SISWA 2, 6 1, 8, 14, 4, 9, 10, 13, 18, 20 5, 7, 12, 23 11, 15, 16, 17, 21, 22 3, 19
KET BT BT T T T T T
1595 69.35 78.26
d. Tahap Refleksi Berdasarkan analisis data dari tahap observasi diatas tampak bahwa nilai ratarata kelas siklus I 69.35 sudah memenuhi keriteria. Itu artinya sebagian kecil pada
39
siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan pembelajaran. Namun dari ketuntasan belajar secara klasikal 78.26 masih belem memenuhi keriteria ketuntasan 80, siswa yang mendapat nilai tuntas 18 orang dan yang belum tuntas 5 orang siswa. Jadi masih perlu diadakan tindakaan pada siklus II untuk memaksimalkan nilai hasil belajar siswa. Dari perbandingan skor pada prasiklus dan siklus I dapat dikatakan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPAsiswa. Namun demikian, karena indikator keberhasilan belum terpenuhi maka penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan pada siklus II. Tidak terpenuhinya indikator keberhasilan pada siklus I disebabkan oleh dua hal, yakni masih didominasinya pelaksanaan diskusi pada kelompok oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa saat menyampaikan hasil tugasnya pada kelompok tidak percaya diri.
3. Pada Siklus II Pembicaraan pada siklus II, pertelaannya dibagi menjadi 4 tahapan, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan pengukuran, dan tahap refleksi. Masing-masing tahapan ini, akan dibahas secara rinci pada bagian berikut. a. Tahap perencanaan Perencanaan pembelajaran pada siklus II menggunakan dasar analisis hasil pengukuran bidang studi IPA pada siklus I. Peneliti yang juga guru IPAkelas VSD Negeri 6 Penyaringan mengkaji-ulang (review) mengenai RPP pada siklus I, pelaksanaan tindakan, tahap refleksi, dan skor hasil belajar IPA siswa. Hasil review peneliti terhadap RPP yang dikaitkan dengan jumlah siswa yang memperoleh skor di
40
bawah KKM berkonklusi bahwa indikator keberhasilan pelaksanaan tindakan kelas (PTK) pada siklus I belum tercapai. Masih banyak siswa yang melakukan diskusi pada kelompok hanya mengadopsi pendapat siswa yang dianggap memiliki kemampuan tinggi dan saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok tampak tidak percaya diri. Hal inilah yang menyebabkan masih banyak siswa yang belum berhasil meningkatan kemampuan di dalam memahami konsep IPA . Indikator dari siswa yang belum berhasil meningkatan kemampuan di dalam memahami konsep IPA adalah sebanyak 5 siswa dari 23 siswa. Berpijak atas analisis RPP, pelaksanaan tindakan, tahap refleksi, dan skor hasil belajar IPA pada siklus I, peneliti merancang skenario pembelajaran dalam bentuk RPP untuk diimplementasikan pada siklus II. Metode pembelajaran kooperatif tipe time token tetap digunakan, aktivitas siswa saat mengerjakan tugas pada kelompok yang menuntut penggunaan media dan penggunaan literatur yang sudah dirujuk sebelumnya ditekankan, dan peningkatan kepercayaan diri saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok. Penggunaan media sebagai konkretisasi konsep dan penggunaan buku-buku yang dirujuk berperan sebagai abstraksi konsep. Mengenai perencanaan pembelajaran dalam bentuk RPP pada siklus II dapat dikaji secara lengkap pada Lampiran 7. b. Tahap pelaksanaan tindakan Tindakan siklus II dilaksnanakan dalam 3x Pertemuan.. Materi ajar yang dikomunikasikan adalah menggunakan sifat operasi hitung dengan berpatokan pada RPP yang sudah disiapkan pada tahap perencanaan. Pelaksanaan tindakan pada tiap pertemuan disajikan dalam tabel 4.4 berikut.
41
Tabel 4.4 Pemetaan Kompetensi Dasar IPA pada Siklus II Pertemuan Setandar Kompetensi Kompetensi Dasar 1 6.1 Mendeskripsikan sifat- 6.1.5 Memahami istilah dari sifat cahaya pemantulkan teratur, bayangan semu, bayangan nyata, pembiasan, medium, garis normal, spektrum. 6.1.6 Menyebutkan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari. 2
3
6.1 Mendeskripsikan sifat- 6.1.7 Memahami bahwa benda sifat cahaya terlihat oleh mata karena benda memantulkan cahaya 6.1.8 Memahami bahwa mata tidak dapat melihat benda yang sangat kecil. 6.1.9 Mengetahui cara menjaga mata agar tidak rusak 6.1.10 Mengetahui cacat mata 6.1.11 Menyebutkan alat-alat optik yang lain UJIAN SIKLUS II
Fokus pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe time token
adalah masing-masing siswa berani berbicara, mengungkapkan
pendapat, jawaban, pertanyaan, dalam pembelajaran.. Melalui metode kooperatif tipe time token ini, dimaksudkan dapat mengurangi miskonsepsi siswa, menambah aktivitas siswa dalam
pembelajaran, meningkatkan hubungan sosial, dan
meningkatkan memahami konsep secara holistik. Peneliti melakukan pengawasan saat siswa melakukan diskusi pada kelompok dan saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok. Melalui perhatian dan pengawasan yang lebih ketat, siswa melakukan aktivitas belajar secara intens.
c. Tahap pengamatan dan pengukuran.
42
Pengamatan
(observation)
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran
difokuskan pada aktivitas siswa saat mengerjakan tugas pada kelompok dan keterampilan siswa saat menyampaikan hasil tugasnya (peer teaching) di kelompok. Hasil amatan peneliti saat siswa mengerjakan tugas di kelompok sudah kelihatan semua siswa berkontribusi terhadap tugas yang menjadi tanggungjawabnya, dan saat menyampaikan hasil tugas pada kelompok, pihak yang menyajikan sudah tampak percaya diri terhadap apa yang menjadi tanggungjawabnya. Dua hal inilah yang menjadi indikator awal dari prediksi bahwa siswa yang belum berhasil meningkatan kemampuan di dalam memahami konsep IPA pada siklus II dapat ditekan.Metode pembelajaran yang diterapkan pada siklus II adalah metode pembelajaran kooperatif tipe. Berdasarkan Tahapan pelaksanaan yang telah peneliti lakukan dari evaluasi pembelajaran Siklus II, penulis dapat mengobservasi nilai hasil belajar matematika yang diperoleh oleh masing-masing siswa. Hasil pengumpulan dan analisis data Siklus II peneliti paparkan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.5: Analisi Data Hasil Belajar IPA Siklus II NO 1 2 3 4 5 6 7
NILAI TES 60 65 70 75 80 85 90 N
∑X Rata-rata Ketuntasan
FREKUENSI JUMLAHNILAI 4 4 4 2 2 3 4 23
240 260 280 150 160 255 360 1705 74.13 82.61
d. Tahap refleksi.
43
NO ABSEN SISWA 5, 6, 14, 18 1, 2, 8, 13 4, 9, 20, 21 7, 23 10, 11 12, 15,16 3, 17, 22
KET BT T T T T T T
Tampak pada analisis data hasil belajar siklus II di atas siswa adanya peningkatan yang sangat baik, bisa dilihat siswa yang memperoleh nilai tuntas/sesuai KKM sebanyak 19 orang dan yang belum tuntas 4 orang. Dilihat dari rata-rata kelas siklus II 74,13 dan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 82.61 sudah memenuhi kreteria yang ditentukan. Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ke II dilihat ketuntasan belajar secara kelasikal siswa yang sudah memenuhi KKM sebanyak 19 orang walu ada 4 siswa belum tuntas namun secara umum sudah mengalami peningkatan hasil belajar yang signifikan.
B. Analisis Data Oleh karena rumusan hipotesis tindakan pada Bab II menyatakan perbandingan peningkatan skor hasil belajar IPA, maka analisis data dalam PTK ini menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif. Adapun rumusan hipotesis tindakan alternatif (H1) adalah: penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPAsiswa. Agar bisa dilakukan analisis data dengan statistik deskriptif kuantitatif, maka hipotesis tindakan alternatif (H1) diubah menjadi hipotesis tindakan nol (Ho). Adapun rumusan hipotesis tindakan nol (Ho) adalah: penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe time token tidak dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
44
Adapun hasil analisis statistik deskriptif kuantitatif, yakni melalui perbandingan rerata skor hasil belajar IPA pada prasiklus, siklus I, dan siklus II, dapat dikaji pada Tabel 4.6. Tabel 4.6: Perbandingan Rerata Skor Siklus II Nomor Perbandingan Rerata dari: 1. Prasiklus ke Siklus I 2. Siklus I ke Siklus II
Hasil Blajar IPAdari Prasiklus, Siklus I, dan Rerata Skor
Poin Peningkatan
60.87 - 69.35 69.35 - 74.14
8.48 poin 4.79 poin
Dari perbandingan rerata (yakni dari prasiklus ke siklus I, dan dari siklus I ke siklus II) ternyata terjadi peningkatan skor hasil belajar IPA, secara berurut sebesar 8.48 poin, dan 4.79 poin. Oleh karena ketiga perbandingan rerata skor hasil belajar IPA siswa terjadi peningkatan maka hipotesis tindakan nol (Ho) ditolak. Dengan kata lain, hipotesis tindakan alternatif (H1) diterima. Hal ini berarti penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
C. Pembahasan Pembahasan difokuskan pada variabel yang diteliti yaitu hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA setelah penerapan model pmbelajaran kooperatif tipe time token.Hasil analisis data menunjukkan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPAsiswa. Temuan dalam penelitian ini adalah rerata skor hasil belajarIPA siswa dari prasiklus (sebesar 60.87) ke siklus I (sebesar 69.35), dan ke siklus II (sebesar 74.13),. Dan ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan dari prasiklus (sebesar 30.43), siklus I (sebesar 78.26) dan siklus II (sebesar 82.61), ternyata terjadi peningkatan yang signifikan. Untuk lebih jelasnya peneliti sajikan kedalam bentuk tabel dan diagram batang di bawah ini.
45
Tabel 4.7: Data Hasil Belajar IPA dari Pra Siklus Sampai Siklus II Pra siklus Siklus I Siklus II No Nilai tes Frekuensi Jml Frekuensi Jml Frekuensi Jml 1 50 100 2 2 55 385 2 110 7 3 60 420 3 180 4 240 7 4 65 130 6 390 4 260 2 5 70 210 4 280 4 280 3 6 75 75 3 225 2 150 1 7 80 80 3 240 2 160 1 8 85 2 170 3 255 9 90 4 360 N= 23 23 23 ∑X Rata-rata Ketuntasan
1400 60.87 30.43
1595 69.35 78.26
1705 74.13 82.61
Adanya peningkatan rata-rata, daya serap, dan ketuntasan hasil belajar pada pra siklus dan tes akhir baik itu pada siklus I maupun siklus II juga dapat diamati pada grafik histogram berikut ini.
90.00
78.26
80.00
82.61 69.35
70.00
74.13
60.87
60.00
Pra Siklus
50.00 40.00
Siklus I
30.43
30.00 Siklus II
20.00 10.00 0.00 Ketuntasan
Rata-rata Kelas
Grafik 4.1. Peningkatan daya serap dan ketuntasan belajar pra siklus dengan tes akhir pada siklus I – II
Dari hasil penelitian ini diketahui beberapa temuan penting, diantaranya: (1) meningkatnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA, (2) meningkatnya hasil belajar IPA siswa, dan (3) terjadinya komunikasi yang multi arah, yakni antara 46
Ket BT BT BT T T T T T T
guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa lainnya dalam satu kelompok, dan antara siswa dengan siswa lainnya dalam kelompok yang berbeda dalam proses pembelajaran dan (4) timbulnya pemerataan kesempatan bagi siswa dalam berbicara. Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa penerapan model pembelajaran koopertif tipe time token dalam pembelajaran IPA memberikan suasana baru dalam kegiatan belajar, kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan, siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti kegiatan belajar IPA, siswa lebih terpacu dalam menyampaikan jawaban/pendapat/ pertanyaan, pelaksanaan diskusi menjadi lebih terarah dan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, menyampaikan ide/pendapat/gagasan maupun dalam menanggapi jawaban dari teman menjadi lebih merata, dan dapat menumbuhkan sikap menghargai pendapat orang lain, seperti terlihat pada gambar berikut ini. Model pembelajaran kooperatif tipe time token terbukti menjamin keterlibatan semua siswa. Meski telah terbukti mampu mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan dalam penelitian, namun demikian dalam pelaksanaannya masih ditemukan beberapa kendala sebagai berikut: (1) tingkat pengetahuan siswa berbeda, dan (2) waktu pembelajaran IPA yang relatif singkat (2x 35 menit). Waktu yang singkat ini membuat peneliti tidak bisa menerapkan pembelajaran model pembelajaran yang dilakukan secara maksimal. Selain untuk meningkatkan kerjasama dan tanggung jawab dalam kelompok, Arends (dalam Ibrahim, 2000) menyatakan tujuan lain dikembangkannya model pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan hasil belajar akademik siswa. Pernyataan tersebut memperkuat penelitian Slavin sehubungan dengan prestasi akademik siswa. Hasil penelitian Slavin (dalam Ibrahim, 2000) menunjukkan bahwa
47
kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran individual, termasuk mata pelajaran IPA. Salah satu tipe yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah time token. Time token merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok (Sugihharto,2011). Lebih lanjut Sugihharto (2011) menyatakan tipe time token merupakan salah satu pendekatan structural dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Temuan dalam penelitian telah membuktikan bahwa hasil belajar IPA siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Dalam kelompok siswa dapat bekerjasama menemukan konsep-konsep maupun hubungan-hubungan antar konsep yang sulit dalam IPA. Keterlibatan seluruh siswa dalam penemuan konsep maupun penyelesaian tugas dalam kelompok membuat informasi yang diperoleh siswa melekat kuat dalam memori pikiran mereka. Selain itu, kesempatan yang merata bagi siswa dalam menyampaikan pendapat dalam kegiatan belajar terbukti dapat memfokuskan perhatian siswa pada kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Terfokusnya perhatian siswa dan melekat kuatnya informasi yang diperoleh siswa mengenai konsep IPA yang dipelajarainya berpengaruh pada hasil belajar, sehingga dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token hasil belajar IPA siswa dapat ditingkatkan. Dibalik kendala yang dijumpai, model pembelajaran kooperatif tipe time token telah memberikan sumbangan positif terhadap pembelajaran IPA, tidak hanya berdampak positif meningkatkan hasil akademik tetapi juga berdampak positif dalam
48
aspek sosial, seperti meningkatkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan tanggung jawab, mampu menghargai pendapat yang disampaikan oleh orang lain, dan dapat meningkatkan disiplin diri. Dengan demikian maka tindakan ini cocok untuk ditindaklanjuti dalam pembelajaran berikutnya. Hasil penelitian terkait hasil belajar mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitriyastutik, Heni (2012). Hasil penelitian yang berjudul: upaya meningkatkan hasil belajar siswa dengan metode time token pada mata pelajaran IPA pada kelas IV SD Negeri 02 Pule Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2011/2012 menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa pada pokok bahasan bangun ruang kubus dan balok. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar IPA khususnya pokok bahasan Bangun Ruang Kubus dan Balok setelah diterapkan strategi time token dari 38,09 % pada pra siklus; 47, 6 % pada siklus I pertemuan 1; 52,28 % pada siklus I pertemuan 2; 71,42 % pada siklus II; dan 85,71% pada siklus III.
Penelitian lain yang juga sejalan dengan penelitian ini adalah
peneitian Haikal Nurseha yang berjudul: Penerapan model pembelajaran kooperatif time token untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu Kelas VII-SMP N 1 Kuta Baroe. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan strategi time token dapat meningkatkan hasil belajar siswa, tidak hanya dalam mata pelajaran IPA melainkan dapat diterapkan pada mata pelajaran selain IPA.
49
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time token dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang Cahaya siswa kelas V SD Negeri 6 Penyaringan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Kesimpulan tersebut didungkung oleh hasil belajar siswa jika dilihat dari Rerata skor hasil belajar IPA siswa dari prasiklus (sebesar 60.87) ke siklus I (sebesar 69.35), dan Siklus II (sebesar 74.13). dan ketuntasan belajar siswa meningkat berturut-turut dari pra siklus 30.43, siklus I 78.26 dan siklus II 82.61. Jika dibandingkan dengan keriteria keberhasilan pada siklus II sudah memenuhi rata-rata kelas melebihi KKM diatas 65 dan kentuntasan belajar juga lebih dari 80. Maka dapat dikatakan penelitian ini telah berhasil.
B. Saran dan Tindak Lanjut Berdasarkan kesimpulan di atas, terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa antara lain: 1. Kepada siswa, agar mengikuti penjelasan dan petunjuk guru, aktif dalam kegiatan diskusi,
berani
mengkomunikasikan
jawaban/pendapat/pertanyaan
maupun
sanggahan, berperan aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas baik secara kelompok maupunindividu.
50
2. Kepada guru, agar dapat mengembangkan model pembelajaran ini pada pokok bahasan lainnya dalam mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran lainnya. Guru juga diharapkan dapat membiasakan siswa berani berbicara menyampaikan jawaban/pendapat/pertanyaan
maupun
sanggahan,
walaupun
dalam
penyampaiannya masih kurang tepat. 3. Kepada kepala sekolah selaku pemegang kebijaksanaan di sekolah,
agar
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan bagi sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan senantiasa memotivasi guru-guru untuk mengadakan inovasi-inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran. 4. Kepada peneliti lain, terlebih lagi bagi yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran kooperatif tipe time token memilih atau mempertimbangkan
model
agar dapat
pembelajaran maupun
metode
pembelajaran dalam laporan ini yang tepat digunakan guna memperoleh peningkatan kualitas belajar siswa, baik itu menyangkut aktivitas belajar, hasil belajar,
pemahaman konsep, berpikir kritis dan lain sebagainya serta untuk
meneliti aspek atau variabel lain yang diduga memiliki kontribusi terhadap konsep-konsep dan teori-teori tentang pembelajaran.
51
DAFTAR PUSTAKA Artini, Ketut. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa”. Makalah yang Disampaikan dalam Seminar Ilmiah yang Diselenggarakan Oleh Disdikpora Provinsi Bali, Tanggal 14-16 Juli 2011. Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Dirjendikti Depdiknas. Aisyah, Nyimas, dkk. 2008. Pengembangan Pelajaran IPA SD. Jakarta: Dirjendikti Depdiknas. Astawan, I Gede. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Buku tidak diterbitkan. Deden. 2010. “Metode Example non Example dan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD.” Tersedia pada http://dedenbinlaode.blogspot.com / 2010/11/ metode-examplenon-example-dan-hasil html (diakses pada tanggal 20 Desember 2011). Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Fitriyastutik, Heni. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Time token pada Mata Pelajaran IPA pada Kelas IV SD Negeri 02 Pule Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.Skripsi thesis (tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. -------. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesha Press Infu5. 2011. “Model Pembelajaran Time token Arends 1998”. Tersedia pada: http://Rumahdesakoe.blogspot.com/2011/05/Model-Pembelajaran-TimeToken-Arends.html (diakses Pada Tanggal 9 September 2012). Nurman. 2012. “Pengertian dan Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)”, Dalam http://nurmanspd.wordpress.com/2009/09/08/kriteria-ketuntasanminimal-kkm/, Diakses Tanggal, 20 Desember 2012. Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Mengaplikasikan Metode Pembelajaran Kooperatif Learning. Makalah yang Disampaikan pada Seminar Rutin Unipas, Tanggal 24 Maret 2004.
52
Riyatno, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajan Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugihharto. 2011. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token. Tersedia pada: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2162650pengertian-pembelajaran-kooperatif-tipe-time/. Diakses pada tanggal 28 Mei 2012. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning:Teori dan Aplikasi PAIKEM . Yogyakarta: Pustaka Belajar. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Suherman, Erman dan Udin.S Winataputra. 1992. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta.
53
Lampiran-ampiran
54