e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA Kadek Budiasih1, Dra. Ni Nyoman Garminah 2, Ni Wayan Rati3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) berbantuan media realia (real thing) pada siswa kelas V semester genap Sekolah Dasar Negeri 3 Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Selat sebanyak 27 orang. Metode pengumpulan data hasil belajar IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan berbantuan media Realia mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri 3 Selat. Hasil penelitian menunjukkan ratarata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 67,5 dengan kategori cukup. Pada siklus II rata-rata hasil belajar meningkat 12,6% menjadi 80,1 dengan kategori baik. Dengan demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media Realia dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V semester genap Sekolah Dasar Negeri 3 Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci: IPA, model pembelajaran kooperatif NHT, media realia, hasil belajar. Abstract This study aims to determine the increase science learning outcomes by implementing cooperative learning model numbered head together (NHT) media aided real thing in the second semester of fifth grade students of State Elementary School 3 Strait Sukasada District of Buleleng in the academic year 2015/2016. The subjects were fifth grade students of State Elementary School Strait as many as 27 people. Data collection methods used in this study is the test method. Data were analyzed using descriptive quantitative techniques. The results showed that the application of cooperative learning model NHT with media aided Realia able to improve student learning outcomes in science subjects in class V Elementary School 3 Strait. The results showed the average student learning outcomes in the first cycle is 67.5 with enough categories. In the second cycle the average learning result increased by 12.6% to 80.1 with both categories. Thus the implementation of cooperative learning model NHT aided Realia media can improve learning outcomes fifth grade science students of State Elementary School second semester 3 Strait Sukasada District of Buleleng in the academic year 2015/2016. Keywords: IPA, cooperative learning model NHT, real thing media, learning outcomes.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Jadi berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam baik makhluk hidup maupun benda mati, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Trianto (2012:141) menyatakan “IPA adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah”. Permendiknas RI No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar Menengah menyatakan “IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis yang berisi penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, serta proses penemuan sehingga dapat digunakan dalam kehidupan seharihari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui yang dapat diidentifikasikan”. Selain itu, Mariana dan Praginda (2009:66) menyatakan, “Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebagai produk dari suatu proses. Produk merujuk pada sekumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum”. Dalam pembelajaran IPA di SD lebih menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk mengembangkan keterampilan proses, sikap ilmiah didasarkan pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah serta pengetahuan sendiri difasilitasi oleh guru. Saat melakukan proses pembelajaran selain melibatkan siswa agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif, guru juga perlu menerapkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran tentang proses pembentukan tanah, maka sarana atau fasilitas harus tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Dimyati dan Moedjiono (2006:1) menyatakan “Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran yang optimal adalah suatu situasi siswa yang
dapat berinteraksi dengan komponen lain secara optimal dalam rangka mencapai tujuan”. Berdasarkan pendapat tersebut, situasi yang memungkinkan terciptanya pembelajaran yang optimal apabila menggunakan model dan media yang tepat. Joyce & Weil (dalam Rusman, 2010:133) berpendapat bahwa “model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”. Sedangkan Daryanto (2010:147) mengemukakan bahwa “kata media berasal dari bahasa Latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan mengenai hal yang sangat luas, namun kita membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran”. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Trianto (2007:62) menyatakan bahwa “Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional”. Sedangkan Kagan (dalam Marhaeni, 2013:151) menyatakan “model pembelajaran NHT melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut”. Model pembelajaran ini sangat cocok diterapkan pada pembelajaran IPA karena (1) pembelajaran IPA tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal konsep-konsep IPA tetapi, juga dibutuhkan suatu pemahaman serta kemampuan menyelesaikan permasalahan IPA dengan baik dan benar, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan, memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur dan seorang siswa akan menjadi sumber belajar bagi siswa yang lain, (2) setiap anggota dari kelompok 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
berusaha untuk memahami jawaban atas pertanyaan yang diberikan, sehingga setiap siswa dapat aktif dalam pembelajaran, (3) setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab dan kesempatan yang sama dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok. Selain penerapan model pembelajaran, pemanfaatan media juga perlu mendapat perhatian untuk memotivasi siswa dalam pelajaran. Salah satu media pembelajaran yang digunakan untuk membantu model pembelajaran NHT adalah media realia. Menurut Tegeh (2010:37) “media nyata merupakan media benda sebenarnya, apa adanya, utuh dan tidak mendapat perlakuan manusia”. Sedangkan Uno (2012:117) menyatakan “media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar”. Media realia membuat pembelajaran yang abstrak lebih konkret, sehingga dapat memberikan kesan mendalam dan lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa. Berdasarkan hasil observasi 12 Januari 2016 yang dilakukan di SD Negeri 3 Selat menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang banyak didominasi oleh guru, yaitu memberikan materi melalui ceramah, latihan soal dan memberikan tugas. Hal ini diduga merupakan salah satu penyebab terhambatnya kreativitas siswa sehingga hasil belajar IPA masih rendah. Selain itu, faktor lainnya yang dicermati adalah kesulitan siswa untuk mengingat materi yang telah disampaikan oleh guru. Dalam proses pembelajaran IPA masih didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan lebih atau pintar. Kemudian faktor terakhir yang diamati adalah kurangnya pemanfaatan media atau alat peraga yang digunakan untuk menunjang keberhasilan penyampaian materi pada siswa. Hal ini disebabkan karena guru beranggapan bahwa dalam menggunakan media membutuhkan waktu banyak sehingga materi yang dijelaskan tidak dapat selesai sesuai yang diinginkan. Selanjutnya hasil wawancara dengan wali kelas V yang dilakukan di SD Negeri 3
Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng, membuktikan bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran IPA masih tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar IPA siswa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya guru lebih sering menggunakan model ceramah dalam pembelajaran IPA. Guru juga jarang menggunakan media, padahal disekolah sudah di sediakan beberapa alat peraga/media yang digunakan dalam menjunjang proses pembelajaran, namun guru tidak memanfaatkan media karena beranggapan dengan menggunakan media waktu yang diperlukan lama dan kurangnya penguasaan guru dalam menggunakan media. Kurangnya memafaatan media ini berpengaruh terhadap siswa diantaranya siswa menjadi malas mengikuti pelajaran, siswa suka bermain saat guru menjelaskan materi pelajaran, dan rendahnya penanaman konsep pada diri siswa dalam pembelajaran. Permasalahan yang demikian kompleks menyebabkan hasil belajar siswa rendah pada mata pelajaran IPA. Hal ini diketahui dari pencatatan dokumen mengenai hasil UAS yang dilakukan pada tanggal 30 November 2015 siswa yang masih dibawah KKM. Rata-rata nilai siswa adalah 60,5 sedangkan KKM yang ditetapkan sekolah adalah 70. Dari 27 orang siswa, hanya 15 orang yang memproleh nilai di atas KKM, sedangkan 12 orang memproleh nilai di bawah KKM. Mencermati temuan tersebut, maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan, maka perlu adanya usaha untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada pembelajaran, utamanya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT berbantuan Media Realia (real thing) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Semester Genap SD Negeri 3 Selat, Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016”.
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah untuk mengetahui peningkatan
3) pengamatan atau observasi dan evaluasi untuk mengamati hasil yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan; 4) refleksi dilakukan dengan mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil dari tindakan yang dilakukan. Adapun rancangan penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar 1.
Hasil Belajar IPA setelah diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT berbantuan Media Realia (real thing) pada Siswa Kelas V Semester Genap SD Negeri 3 Selat, Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016.
Perencanaan
METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri 3 Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 27 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri 3 Selat Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Objek Penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Selat. Rancangan penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini dimulai dengan melakukan tindakan kolaborasi dengan guru kelas tempat melakukan penelitian. Permasalahan yang diteliti merupakan permasalahan nyata yang berkaitan dengan mata pelajaran IPA yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Permasalahan ini diharapkan dapat dipecahkan dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media realia (real thing). Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan langkah-langkah atau sintaks dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Adapun pelaksanaan penelitian terdiri dari 4 tahapan yang terdapat dalam penelitian tindakan kelas (PTK), mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Arikunto (2015), yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap observasi/evaluasi, (4) tahap refleksi. Keempat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah: 1) perencanaan yang meliputi perumusan masalah, penentuan tujuan, model penelitian dan membuat rencana tindakan; 2) pelaksanaan tindakan sebagai upaya perubahan yang dilakukan;
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Observasi/Evaluas i Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Observasi/Evaluas i ?
Siklus ke-N
Gambar 1. Model PTK Dimodifikasi dari Arikunto, 2015)
(Sumber:
Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode tes. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berbentuk pilihan ganda yaitu suatu tes yang menuntut siswa untuk mampu mengingat materi yang telah diajarkan dan bersifat objektivitas. Metode tes ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada ranah kognitif siswa sehingga dari hasil belajar siswa tersebut nantinya digunakan sebagai acuan dalam membuat kesimpulan. Menurut Agung (2011:60) meyatakan bahwa, “Model tes dalam kaitannya dengan penelitian adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval)”. Soal tes objektif yang digunakan berjumlah 20 butir. Setiap jawaban benar mendapat skor 1 dan menjawab salah mendapat skor 0, sehingga dari 20 butir soal tersebut akan mencapai skor maksimal 20 dan minimal 0. Penggunan tes objektif ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar penguasaan indikator pembelajaran dan
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
materi pejalajaran yang telah dikuasai oleh siswa. Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif kuantitatif. “Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperolah kesimpulan umum” (Agung, 2011:96). Data hasil belajar peserta didik yang diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan metode tes, kemudian disatukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar siswa dijelaskan sebagai berikut: 1. Untuk mencari skor rata-rata (mean) hasil belajar digunakan rumus sebagai berikut.
M
2. Menghitung rata-rata persentase hasil belajar IPA siswa
M (%)
M X100% SMI
3. Menghitung klasikal P
persentase
=
ketuntasan 100 %
Untuk mengetahui tingkat katagori peningkatan rata-rata hasil belajar IPA siswa dilakukan dengan membandingkan rata-rata berdasarkan Pedoman Konversi PAP skala lima pada tabel 1 berikut.
fx N Tabel 1. Pedoman Konversi Skala Lima tentang Peningkatan Hasil Belajar Persentase
Katagori
Persentase 85-100 70-84 55-69 40-54 0-39
Katagori Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Sangat kurang baik
Kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Selat. Keberhasilan penelitian tindakan ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar. Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Persentase ratarata hasil belajar berada pada rentang 70 ≤ M<84 dengan kriteria baik dan berpedoman pada Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima, (2) Ketuntasan klasikal siswa mencapai 85%, yang artinya sebanyak 85% siswa memproleh nilai diatas KKM yaitu 70 pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 3 Selat. Jadwal penelitian tindakan kelas
yang dilakukan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kalender akademik yang digunakan di sekolah tempat penelitian berlangsung. Mulai bulan februari adalah kegiatan persiapan penelitian, bulan maret sampai bulan april adalah kegiatan pelaksanaan penelitian siklus I dan siklus II, bulan mei adalah penyusunan laporan hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian yang telah dirancang. Pelaksanaan tindakan selama 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
ini secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data tentang hasil belajar IPA siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya. Data-data ini digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini. Dari hasil tes hasil belajar yang dilakukan terhadap siswa kelas V semester genap SD Negeri 3 Selat tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 27 orang siswa, didapatkan hasil belajar siswa yang dipakai untuk mengetahui persentase tingkat hasil belajar IPA siswa dalam proses pembelajaran pada masing-masing siklus yang telah dilakukan baik data pada siklus I maupun data yang diperoleh pada siklus II. Data yang diperoleh berdasarkan tes yang dilakukan tersebut kemudian dinanalisis menggunakan model analisis deskriptif kuantitatif. Dalam analisis yang dilakukan ini peneliti menghitung skor ratarata (mean), menghitung rata-rata persentase, dan menghitung persentase ketuntasan klasikal dari nilai hasil tes belajar IPA siswa, serta menyajikan data ke dalam grafik polygon. Model analisis deskriptif kuntitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar IPA siswa yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Setelah dikonversikan maka akan dapat diketahui persentase rara-rata nilai hasil belajar berada pada katagori sangat baik /baik /cukup baik/kurang baik/sangat kurang baik. Hasil tes akhir siklus I telah menunjukkan tingkat keberhasilan belajar siswa masih pada kategori cukup. Untuk itu penelitian ini dilanjutkan ke siklus II dengan harapan dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Adapun masalah yang ditemui dalam siklus I adalah: (1) siswa belum terbiasa bekerja kelompok, sehingga siswa terlihat kurang antusias dalam
berdiskusi bersama anggota kelompoknya masing-masing, (2) dalam diskusi kelompok, siswa masih terlihat kurang aktif berdiskusi bersama teman kelompoknya, baik itu bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dalam diskusi kelompok maupun guru, (3) siswa yang berkemampuan akademik lebih tinggi dalam setiap kelompoknya masih mendominasi dalam diskusi kelompok, sehingga beberapa siswa masih kurang menghargai gagasan/pendapat temannya dan siswa yang mempunyai kemampuan akademik lebih rendah tidak mendapatkan bagian dalam mengerjakan tugas-tugas kelompoknya masing-masing. Mencermati masalah yang dihadapi pada siklus I, maka bersama guru untuk mencari alternatif penyelesaian untuk mengatasi permasalahan serta kendala yang muncul pada siklus I yang kemudian disempurnakan pada siklus II. Perbaikan tindakan yang dilakukan adalah: (1) memberikan motivasi kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompoknya masingmasing dan meningkatkan aktivitas individu dalam kelompok dengan cara pembagian tugas dalam kelompok baik itu sebagai ketua, penyaji laporan serta bertugas sebagai notulis dalam kelompok, (2) memberikan bimbingan dan meyakinkan kepada siswa agar mau aktif dalam kelompok. Pengertian aktif berarti menanamkan jiwa demokratis kepada masing-masing siswa, (3) memberikan bimbingan kepada siswa yang berkemampuan akademik lebih tinggi agar membimbing teman yang mengalami kesulitan dan memberikan kesempatan kepada temannya yang memiliki kemampuan rendah, sehingga setiap siswa diberikan kesempatan untuk menanggapi kesimpulan temannya, agar siswa tidak mengalami kesalahpahaman terhadap konsep yang telah dipelajari. Maka dari itu, dilanjutkan pada siklus II. Selama pembelajaran siklus II ini, mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Hal ini dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti pelajaran IPA pada materi jenis-jenis tanah dan struktur bumi. Pelaksanaan belajar kelompok juga telah berjalan sesuai harapan. Siswa telah dapat bekerja sama dan membagi tugas dengan 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
baik. Tidak ada lagi siswa yang tidak aktif. Kendala-kendala yang dialami oleh siswa pada siklus I diatasi dengan memberikan teguran langsung dan pemberian pengawasan penuh selama pembelajaran. Hal ini sangat efektif untuk menjalin kedekatan dengan siswa, sehingga permasalahan lebih mudah diatasi. Hal ini dilihat dari analisis rata-rata nilai siswa mencapai 67,5 dengan kategori cukup dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah 62,9. Namun setelah dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan perbaikan pembelajaran dan pemecahan masalah dari refleksi siklus I serta menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media realia, maka ratarata nilai siswa meningkat 12,6 menjadi
80,1 dengan kategori baik dan ketuntasan hasil belajar IPA siswa meningkat sebanyak 23,1% menjadi 86%. Peningkatan dari siklus I ke siklus II telah dapat memenuhi kriteria keberhasilan penelitian pada siklus II karena indikator rata-rata persentase nilai hasil belajar siswa minimal 85% dan ketuntasan hasil belajar siswa mencapai minimal 85%. Oleh karena itu penelitian ini dapat dinyatakan telah berhasil. PEMBAHASAN Adapun perkembangan hasil belajar IPA yang terjadi dari siklus I sampai dengan siklus II secara klasikal dalam penelitia ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkatan Rata-rata Hasil Belajar IPA pada Siklus I dan Siklus II Jenis Data
Siklus
Hasil Belajar IPA Peningkatan
I II
Ratarata
Persentase ketuntasan klasikal
67,5 80,1 12,6
62,9% 86% 23,1%
Adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa dari siklus I ke siklus II disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa dapat meningkat. Pertama, penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Adanya pemberian tanggung jawab pada masingmasing individu menjadikan setiap individu berpikir terhadap masalah yang diberikan. Selain itu, diperlukan juga pengawasan dari pihak guru sehingga kegiatan bermain ketika pembelajaran dapat diminimalisir. Pengawasan dari guru dapat mengontrol kegiatan siswa saat proses pembelajaran dengan model NHT. Hal ini terbukti ketika guru menyebutkan salah satu nomor, siswa yang memiliki nomor tersebut sudah siap untuk menyajikan hasil diskusinya. Temuan dalam penelitian ini sejalan/sesuai dengan pernyataan Nur (2005) menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi
Kategori Persentase PAP Cukup baik Baik
kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa untuk mewakili kelompoknya agar menjamin keterlibatan total semua siswa sehingga dapat meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Keberhasilan penelitian ini diperkuat oleh Astuti (2012) yang menyatakan bahwa model pembelajaran NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berkomunikasi secara aktif dalam menyelesaikan tugas sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri siswa. Kedua, penggunaan media realia dalam pembelajaran membuat siswa merasa senang dalam belajar, karena siswa mendapatkan kesempatan untuk melihat secara langsung benda-benda nyata yang berkaitan dengan materi sehingga pembelajaran terasa menyenangkan. Hal ini dibuktikan pada saat siswa belajar dengan menggunakan media realia, banyak siswa yang senang
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dalam
proses
pembelajarannya.
siswa. Penerapan model pembelajaran NHT berbantuan media realia akan membuat perhatian siswa sangat berpusat dalam proses pembelajaran, karena siswa mengalami sendiri dan terlibat aktif selama proses pembelajaran sehingga akan memperjelas materi yang diberikan guru serta memudahkan siswa untuk memahami pelajaran IPA. Faktor ketiga adalah pemberian penghargaan (reward). Suatu reward dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Penghargaan (reward) yang diberikan dapat berupa tepuk tangan, pujian, ataupun pemberian hadiah khusus. Ketika melangsungkan proses pembelajaran menggunakan model NHT berbantuan media realia (real thing) di kelas V SD Negeri 3 Selat, ketika perwakilan kelompok yang dipanggil berdasarkan nomor secara acak menyampaikan hasil diskusinya dengan benar, maka guru dan seluruh siswa akan memberikan tepuk tangan yang meriah sebagai tanda bahwa hasil yang disampaikan benar. Pemberian penghargaan (reward) non verbal seperti ini dapat menjadikan siswa lebih percaya diri untuk menyampaikan hasil laporan di depan teman-temannya sehingga, dapat menciptakan suasana belajar yang menumbuhkan semangat belajar siswa dan tentunya siswa menjadi lebih antusias mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan ketika siswa melaporkan hasilnya tidak ditemukan siswa yang merasa canggung ataupun gugup, semua siswa sudah berani berbicara dengan keras dan lantang. Hal ini dikarenakan pemberian reward sudah menumbuhkan rasa percaya diri di masing-masing siswa. Temuan dalam penelitian ini sejalan/sesuai dengan pernyataan Sanjaya (dalam Abimanyu, 2008), mengungkapkan bahwa setiap tingkah laku yang dilakukan dengan baik oleh seseorang dapat diberi penguatan positif berupa penghargaan (reward). Tujuannya agar tingkah laku tersebut kembali dilakukan dan agar seseorang termotivasi untuk mencapai tingkah laku yang diharapkan. Berdasarkan urain hasil penelitian yang telah dilakukan, telah terjadi peningkatan hasil belajar IPA siswa dari
Pernyataan tentang media realia merujuk pada pernyataan Sriyono (Yasa, 2008) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan memanfaatkan benda real dapat menumbuhkan semangat belajar siswa yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi terasa menyenangkan karena siswa dapat melihat secara langsung hal-hal yang ada di lingkungan.
Keberhasilan penelitian ini diperkuat oleh Karisnasari (2012) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media nyata dapat membuat siswa merasa senang karena bisa melihat langsung benda-benda nyata yang berkaitan dengan pembelajaran sehingga memberikan pengalaman belajar secara langsung. 100% 80%
80,10% 67,50%
60%
86,00% 62,90%
40% 20% 0%
Rata-rata siklus I
Ketuntasan Belajar siklus II
Grafik 1. Peningkatan rata-rata dan ketuntasan belajar Dari grafik diatas, dijelaskan bahwa adanya peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I sebesar 67,5% mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 80,1%. Hal ini dikarenakan penerapan model pembelajaran NHT berbantuan media realia dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA lebih memberikan peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Model dan media ini menyebabkan siswa dapat berpikir kritis, bebas mengembangkan gagasan serta memproleh pengalaman belajar secara langsung yang lebih bermakna sehingga perolehan belajar siswa tidak bersifat verbal semata melainkan mampu memberikan pengalaman secara langsung yang bersifat konkrit dan lebih kuat melekat di memori 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran penelitian tindakan kelas siklus I dan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pada pembelajaran siklus I, dari hasil tes belajar mata pelajaran IPA berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima berada pada katagori CUKUP BAIK dengan nilai persentase rata-rata sebesar 67,5% yang berada pada tingkat persentase antara 55-69 dan ketuntasan klasikal sebesar 62,9% yang masih berada dibawah kriteria keberhasilan yang ingin dicapai (85%). Dari pelaksanaan tes siklus II yang diberikan kepada siswa kelas V SD Negeri 3 Selat, diperoleh data rata-rata hasil tes belajar IPA siswa siklus II, tingkatan hasil belajar mata pelajaran IPA berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima berada pada katagori BAIK dengan persentase nilai rata-rata sebesar 80,1% yang berada pada tingkat persentase antara 70-84 dan ketuntasan klasikal sebesar 86% sudah lebih tinggi dibandingkan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai (85%).
Terkait dengan uraian dan simpulan tersebut, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. Bagi siswa diharapkan dapat membantu siswa untuk memproleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga siswa lebih banyak membelajarkan diri dan dapat meningkatkan kemampuan hasil belajarnya, bagi guru diharapkan dapat menjadi informasi serta masukan bagi guru untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif dan kreatif di sekolah dasar, bagi sekolah diharapkan dapat berguna bagi sekolah, utamanya bagi kepala sekolah sehingga dapat membina dan mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan model-model pembelajaran di sekolah dasar, dan bagi peneliti lain diharapkan dapat memberikan motivasi atau menginspirasi kepada peneliti lain untuk melanjutkan penelitian yang terkait dengan model-model pembelajaran maupun meneliti aspek yang lainnya.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian tersebut simpulan penelitian ini adalah Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan media Realia (real thing) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V semester genap Sekolah Dasar Negeri 3 Selat Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai yang diproleh siswa pada siklus I bahwa nilai hasil belajar IPA lebih baik dari pada nilai hasil belajar sebelum dilaksanakan tindakan. Hasil belajar siswa setelah tindakan siklus I, ratarata mencapai 67,5 yang berada pada kategori “cukup” sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar meningkat menjadi 80,1 berada pada kategori “baik”. Peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 12,6. Untuk ketuntasan hasil belajar pada siklus I sebesar 62,9% dan mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 86%. Peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 23,1%. Adanya peningkatan rata-rata dan ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II menandakan bahwa penelitian ini telah dapat memenuhi KKM.
DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, S. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Agung, A.A. G. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, S. 2015. Penelitian Tindakan Kelas Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ke-3. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Karisnasari, E. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Minat Belajar dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 di SD N 1 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Sudaji Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng. Skripsi. Tidak diterbitkan. Singaraja: Undiksha.
Tegeh, I M. 2010. Media Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Mariana dan Praginda. 2009. Hakikat Pendidikan IPA.Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Balai Pustaka. -------. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Marhaeni, A.I.N. 2013. Landasan dan Inovasi Pembelajaran (Materi kuliah untuk S2 Pendidikan Dasar). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Uno,
Permendiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional.
10
H. 2012. Profesi Kependidikan. Jakarta: bumi aksara.