PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERTUKAR PASANGAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 1 PERANAP Aditia Riki Pramana1, Fazri Zuzano1, Puspa Amelia1 1 Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta E-mail :
[email protected] ABSTRACT This research stems from the fact that the learning that takes place is still centered on the teacher, in which students are just waiting to hear the explanation given and teachers, then students are not accustomed to solve a math problem with a friend to be able to exchange ideas, then this is a negative impact on learning outcomes mathematics students. One effort that can be done by implementing cooperative learning with Couple Exchanging Technique. The purpose of this study was to determine whether students' mathematics learning outcomes after implementing cooperative learning technique is better than the pair exchanging mathematics learning outcomes of students who apply conventional learning in class VII SMPN1 Peranap. This type of research is experimental research. The population in this study were students of class VII SMPN 1 Peranap school year 2012/2013. The sample was selected at random and are selected as the experimental class VII1 class and the class as a class VII4 control. The instrument used is the achievement test. Analysis of student learning outcomes data obtained tcount = 2,8635 and ttable = 2,00. Because tcount> ttable, the hypothesis is accepted. So it can be concluded that the mathematics learning outcomes of students with learning implementing cooperative learning technique is better than the pair exchanging learning outcomes of students learning mathematics applying conventional learning. Keywords: Learning, Exchanging Couple, Learning outcomes Pendahuluan
siswa mencontoh jawaban dari temannya.
Penelitian ini bermula dari kenyataan
Rendahnya
hasil
belajar
siswa
bahwa pembelajaran yang berlangsung masih
disebabkan oleh banyak faktor, salah satu
terpusat pada guru, diantaranya dalam proses
faktornya berasal dari dalam diri siswa, hal
pembelajaran siswa bersifat menunggu dan
ini
mendengar penjelasan yang diberikan guru
matematika ketika guru memberikan soal-
sehingga menyebabkan siswa kurang kreatif
soal, sebagian besar
dan tidak berinisiatif untuk mempelajari
menjawab dan juga malas bertanya
atau
sendiri materi yang dipelajari, maka hal itu
mengeluarkan
saat
akan berdampak negatif pada hasil belajar
mengerjakannya.
dapat
dilihat
pada
pembelajaran
siswa tidak bisa
pendapat
matematika. Kemudian ketika diberi latihan
Siswa juga terbiasa belajar secara
banyak siswa yang tidak mengerjakan,
individual, sehingga siswa tidak terbiasa
bahkan dalam membuat latihan kebanyakan
menyelesaikan soal matematika bersama
temannya
saling
bertukar
Teknik belajar bertukar pasangan
mengantisipasi
masalah
memberi siswa kesempatan untuk bekerja
tersebut maka perlu dicarikan suatu teknik
sama dengan beberapa orang siswa pada
pembelajaran yang tepat sehingga dapat
kesempatan
meningkatkan
matematika
menyebabkan siswa mendapatkan beberapa
siswa. Para guru hendaknya terus berusaha
informasi atau pembelajaran dari siswa lain
menyusun dan menerapkan berbagai cara
dan begitu juga sebaliknya, Lie (2010:56) “
variasi agar siswa tertarik dan bersemangat
Teknik belajar mengajar bertukar pasangan
dalam mengikuti pelajaran matematika, salah
memberi siswa kesempatan untuk bekerja
satunya
sama dengan orang lain”. Teknik bertukar
pikiran.
untuk
dapat
Untuk
hasil
melalui
belajar
model
pembelajaran
kooperatif teknik bertukar pasangan. Model
pembelajaran
yang
berbeda
sehingga
pasangan mempunyai lima langkah yang
kooperatif
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
dikemukakan oleh Lie (2010:56), yaitu : a) Setiap
siswa
mendapatkan
berinteraksi dan belajar bersama-sama untuk
pasangan
mencapai tujuan bersama .menurut Asma
pasangannya atau siswa melakukan
(2009:2)
prosedur teknik mencari pasangan).
“Pembelajaran
kooperatif
merupakan salah satu model pembelajaran
(guru
mengerjakan
kelompok-kelompok
pasangannya.
bekerja
sama
untuk mencapai tujuan-tujuan bersama”.
menunjuk
b) Guru memberikan tugas dan siswa
yang terstruktur dan sistematis, dimana kecil
bisa
satu
c) Setelah
tugas
selesai,
dengan
setiap
pasangan
Rusman (2010:209): “Model pembelajaran
bergabung dengan satu pasangan yang
kooperatif dikembangkan untuk mencapai
lain.
setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting,
yaitu
penerimaan
hasil
belajar
terhadap
akademik,
keragaman,
dan
d) Kedua
pasangan
pasangan. yang
Masing-masing
baru
ini
pengembangan keterampilan sosial”. Pada
menanyakan
model pembelajaran kooperatif yang akan
jawaban mereka.
dilaksanakan, tujuan
pembelajaran
yang
tersebut
bertukar pasangan
kemudian
dan
saling
mengukuhkan
e) Temuan baru yang didapatkan dari
ingin di capai adalah hasil belajar akademik
pertukaran
pasangan
kemudian
yang baik, tetapi pada pelaksanaanya tidak
dibagikan kepada pasangan semula.
menutup kemungkinan penerimaan terhadap
Sesuai dengan kajian teori model
keragaman dan pengembangan keterampilan
pembelajaran kooperatif dan teknik bertukar
sosial siswa dapat dicapai.
pasangan, maka langkah-langkah penerapan model
pembelajaran
kooperatif
teknik 2
bertukar
pasangan
dalam
proses
i) Meminta kepada pasangan pertama
pembelajaran matematika pada penelitian
kemudian pasangan kedua setelah siswa
ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut bertukar pasangan dari
a) Guru menjelaskan materi pelajaran.
yang sedang
mempresentasikan jawabannya, untuk
b) Guru menentukan pasangan pertama dari setiap siswa, dan kedua dari setiap
membantu
dan
menambahkan
jika
siswa setelah bekerja dengan pasangan semula.
(pasangan
pertama
terdapat kekurangan atau kekeliruan
disaat
mengerjakan tugas dan pasangan kedua
j) Selanjutnya memberikan kesempatan
disaat mengukuhkan jawaban tugas
kepada siswa jika ada tanggapan atau
tersebut setelah bertukar pasangan), sanggahan dari presentasi yang tampil
yang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi dan rendah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
c) Setiap siswa duduk dengan pasangan pertama.
siswa
d) Guru memberikan tugas dan meminta siswa
untuk
mengetahui apakah hasil belajar matematika
mendiskusikan
tugas
tersebut dengan pasangannya. e) Setelah selesai mengerjakannya, tugas
setelah
pasangan lebih baik dari hasil belajar matematika
siswa
yang
menerapkan
pembelajaran konvensional pada kelas VII SMPN 1 Peranap
agar bertukar pasangan seperti yang
Metodologi
sudah ditunjuk oleh guru.
Berdasarkan
dan mengukuhkan jawabannya.
model
pembelajaran kooperatif teknik bertukar
guru memberitahukan kepada siswa
f) Pasangan baru ini saling menanyakan
menerapkan
masalah
yang
telah
peneliti kemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
g) Kemudian setiap siswa kembali kepada
Menurut Arikunto (2006:3) “Eksperimen
pasangan semula, jika ada temuan baru
selalu dilakukan dengan maksud untuk
yang
pertukaran
melihat akibat suatu perlakuan”. Penelitian
pasangan dibagikan kepada pasangan
ini dilakukan terhadap dua kelas sampel,
semula.
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
didapatkan
h) Memilih siswa
dari
secara acak untuk
Kelas eksperimen merupakan kelas yang
mempresentasikan hasil diskusinya dan
diberi
meminta siswa
kooperatif teknik bertukar pasangan, dan
lain mendengarkan
serta memberikan komentar.
perlakuan
model
pembelajaran
kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. 3
Menurut “Populasi
Arikunto
adalah
(2006:130)
keseluruhan
subjek
pasangan
dengan
kelas
kontrol
yang
menerapkan pembelajaran konvensional. Uji
penelitian”. Populasi dalam penelitian ini
hipotesis
adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1
apakah hipotesis penelitian diterima atau
Peranappada tahun pelajaran 2012/2013
ditolak. Hipotesis yang diuji adalah:
yang terdiri dari enam kelas. Sedangkan
H0:
menurut
(2006:131)
Arikunto
bertujuan
untuk
mengetahui
: Hasil belajar matematika
“sampel
siswa yang menerapkan
adalah sebagian atau wakil populasi yang
model
diteliti”. Sehingga sampel yang dipilih
kooperatif teknik bertukar
dalam
pasangan
penelitian
ini
haruslah
pembelajaran
sama
dengan
menggambarkan karakteristik dari suatu
hasil belajar matematika
populasi. Agar sampel yang diambil dapat
siswa yang menerapkan
mewakili dan menggambarkan sifat serta
pembelajaran
karakteristik
dari
populasi,
maka
konvensional pada siswa
menentukan
sampel
digunakan
teknik
kelas
random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak. Selembar kertas dibagi atas
VII
SMPN
1
Peranap H1:
: Hasil belajar matematika
enam bagian dan masing-masing kertas
siswa yang menerapkan
dituliskan nama kelas, untuk undian pertama
model
dijadikan kelas
eksperimen, hasilnya
kooperatif teknik bertukar
didapat kelas VII1 sebagai kelas eksperimen
pasangan lebih baik dari
dan undian kedua didapat kelas VII4 sebagai
hasil belajar matematika
kelas kontrol.
siswa yang menerapkan pembelajaran
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini
kuantitatif.Data
adalah
jenis
data
kuantitatif
yaitu
dapat
pembelajaran
konvensional pada siswa kelas
VII
SMPN
1
Peranap.
dipaparkan dalam bentuk angka-angka yang diperoleh setelah melakukan penelitian pada
Dimana:
kedua kelas sampel.Teknik analisa data
μ1 =Rata-rata hasil belajar siswa kelas
berupa uji hipotesis terhadap kedua kelas sampel
dengan
tujuan
membandingkan
antara kelas eksperimen yang menerapkan
eksperimen. μ2 = Rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol.
pembelajaran kooperatif teknik bertukar 4
Karena data hasil tes akhir kedua
Setelah dilakukan tes akhir diperoleh
kelas sampel berdistribusi normal
hasil belajar siswa pada kelas sampel, yaitu
dan
yang
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes
homogen maka uji statistik yang
akhir terdiri dari 11 butir soal essay yang
digunakan
diikuti oleh kedua kelas sampel,di kelas
mempunyai
variansi
menurut
Sudjana
(2005:239) adalah :
t
eksperimen jumlah siswa adalah 34 orang dan yang mengikuti tes akhir sebanyak 30
X1 X 2 1 1 S n1 n2
orang
sedangkan
untuk
kelas
kontrol
berjumlah 34 orang dan yang mengikuti tes akhir 32 orang. Dari analisis yang dilakukan maka didapat gambaran sebagai berikut:
dengan 2 2 (n1 1) S1 (n2 1) S2 2 S n1 n2 2 Keterangan:
Data Hasil Tes Akhir Siswa Kelas Eksperimen Kontrol
X1 nilai rata-rata kelas
Berdasarkan
eksperimen.
X 2 nilai
Jumlah Siswa 30 32
70,63 57,69
Kriteria
16,98 18,50
Ketuntasan
Minimum Pelajaran Matematika di SMPN I
rata-rata
kontrol. n1 jumlah
siswa
kelas
Peranap yaitu 70, maka seorang siswa
kelas
dikatakan tuntas belajar jika
meteri
eksperimen. n2 jumlah siswa kelas
pelajaran telah dikuasainya. Suatu kelas
kontrol.
dikatakan tuntas belajar jika
S12 = variansi hasil belajar siswa
telah tuntas dalam belajar. Dari hasil tes
kelas eksperimen. S22
akhir diperoleh ketuntasan sebagai berikut:
= variansi hasil belajar siswa
Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
kelas kontrol.
Kelas
S = standar deviasi total S2 = variansi total Terima
Eksperimen Kontrol
H0
jika
t
dari siswa
Jumlah siswa 30 32
Tuntas ( ≥70 ) % 60,00 34,38
Tidak Tuntas (<70 ) % 40,00 65,62
,dengan
Dari hasil tersebut dapat dinyatakan derajat kebebasan =
bahwa ketuntasan secara klasikal pada kedua
Tolak H0 jika t mempunyai harga
kelas
yang lain.
ketuntasan hasil belajar matematika siswa
Hasil dan Pembahasan
sampel
belum
tercapai,
namun
pada kelas eksperimen tercapai lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. 5
Analisis data mengemukakan hasil
masing-masing kelompok. dari hasil
penelitian mengenai model pembelajaran
perhitungan
kooperatif teknik bertukar pasangan (kelas
Kemudian dicari harga F dengan melihat
eksperimen) dan pembelajaran konvensional
tabel distribusi F dengan taraf nyata
(kelas kontrol) pada siswa kelas VII SMPN 1 Peranap. Dari tes akhir hasil belajar
diperoleh
Fhitung
didapat
.
.
Karena didapat Fhitung<
, maka
dilakukan analisis dengan langkah-langkah H0
sebagai berikut:
diterima,
disimpulkan 1) Uji
normalitas
dilakukan
dengan
menggunakan rumus uji Liliefors. Uji normalitas dilakukan pada kedua kelas sampel dan didapatkan harga
matematika
data
sehingga
dapat
hasil
belajar
kedua kelompok sampel
memiliki variansi yang homogen. 3) Dari hasil
uji
normalitas dan uji
dan
homogenitas yang telah dilakukan dapat
yang didapatkan pada tabel untuk
disimpulkan bahwa hasil belajar dua
taraf nyata α = 0,05 seperti terlihat pada
kelas sampel berdistribusi normal dan
tabel:
mempunyai variansi yang homogen. Untuk menguji hipotesis digunakan
Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa Kelas
Jumlah Siswa
Eksperimen
30
0,0749
0,161
Kontrol
32
0,1284
0,1566
uji
t
dengan
hipotesis
H0 :
1 2 dan H1 : 1 2 . Dari hasil perhitungan didapat t
. Harga t
dibandingkan dengan ttabel pada taraf Dari perbandingan
dengan
untuk kedua kelas sampel diperoleh
ternyata didapat t> t(0,975;
= 2,00
, sehingga
. Dengan demikian
hipotesis H0 ditolak. Sehingga didapat
dapat disimpulkan bahwa data hasil
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
belajar matematika siswa kelas sampel
lebih baik dari hasil belajar kelas
berdistribusi normal.
kontrol.
2) Uji
<
nyata α = 0,05 diperoleh t(0,975;
homogenitas
bertujuan
untuk
melihat apakah data hasil belajar kedua kelompok sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Dalam hal ini akan diuji H 0 : 12 22 , dimana 1 dan 2 adalah simpangan baku dari
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang menerapkan pembelajaran
6
konvensional
pada
pembelajaran
matematika kelas VII SMPN 1 Peranap. Selama melakukan penelitian pada kelas sampel terutama pada kelas eksperimen dapat memberikan kontribusi terhadap hasil belajar, meskipun ketuntasan siswa secara klasikal
belum
tercapai,
akan
tetapi
penerapan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan pada penelitian ini dapat melatih siswa terbiasa bekerja sama atau berdiskusi bersama temannya untuk saling bertukar pikiran dan siswa lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan karena siswa mempunyai tanggung jawab untuk mempersentasikannya di depan kelas, akibatnya pengetahuan siswa dapat terbangun dengan sendirinya. Berdasarkan ketuntasan hasil belajar pada kedua kelas sampel secara klasikal belum dikatakan tuntas, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya dalam
pelaksanaan proses model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan belum optimal atau terdapat kendala seperti: 1) Siswa
mengerjakan
bertukar
pasangan
dengan
pasangan lain untuk saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka. Pada tahap ini siswa yang telah bertukar pasangan banyak yang tidak menuliskan hasil diskusi pada lembar jawabannya, sehingga pada saat kembali ke pasangan semula, siswa tidak bisa membagikan serta menjelaskan temuan yang didapat.. Meskipun dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas eksperimen belum optimal atau terdapatnya kendala, namun secara umum model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan dapat memberikan dampak
yang
pembelajaran,
positif
pada
proses
sehingga
hasil
belajar
matematika siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik bertukar pasangan lebih baik dari hasil belajar matematika
siswa
yang
menerapkan
pembelajaran konvensional pada kelas VII SMPN 1 peranap Kesimpulan Dari
uraian
hasil
penelitian
dan
pembahasan yang dipaparkan pada bab IV bersama
diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut
pasangan pertamanya.Pada tahap ini
“hasil belajar matematika siswa kelas VII
banyak siswa yang selesai mengerjakan
SMPN 1 Peranap tahun pelajaran 2012/2013
tugas dan berdiskusi pada waktu yang
yang pembelajarannya menerapkan model
tidak bersamaan, sehingga beberapa
pembelajaran kooperatif teknik bertukar
pasangan menunggu terlebih dahulu
pasangan lebih baik dari hasil belajar
untuk
matematika siswa yang pembelajarannya
bertukar
tugas
2) Siswa
pasangan
dengan
pasangan lain, meskipun tiap pasangan
menerapkan pembelajaran konvensional
terdapat siswa berkemampuan tinggi.
Ucapan Terima Kasih 7
Pada bagian ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Fazri Zuzano, M.Si selaku pembimbing I
disebutkan
satu
per
satu
sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Daftar Pustaka
2. Ibu Puspa Amelia,
M.Si
selaku
pembimbing II. 3. Ibu Dra. Rita Desfitri, M.Sc selaku Ketua
Hatta dan semua pihak yang tidak dapat
Program
Studi
Pendidikan
Matematika FKIP Universitas Bung
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Asma, Nur. (2009). Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: Universitas Negeri Padang Press.
Hatta. 4. Ibu Syukma Netti, S.Pd, M.Si selaku
Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: PT. Grasindo
penasihat akademik, sekaligus Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bung Hatta. 5. Bapak Dr. Marsis, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Bung Hatta. 6. Bapak Guntur Abri Salim, S.Pd selaku Kepala SMPN 1 Peranap. 7. Ibu Hogy Halia, S.Pd selaku guru bidang studi matematika SMPN 1
Rusman.(2011). Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionlisme Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sudjana. (2005). Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Tim Penyusun Penulisan Skripsi Universitas Bung Hatta. (1993). Pedoman Penulisan Skripsi. Padang: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta.
Peranap. 8. Bapak Zazuli, S.Pd selaku Kepala SMPN 2 Peranap. 9. Ibu Zarmaina, S.Pd selaku guru bidang studi matematika SMPN 2 Peranap 10. Staf
pengajar/dosen
Pendidikan
Program
Matematika
Studi FKIP
Universitas Bung Hatta. 11. Orang tua, kakak, dan adik tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara moril dan materil. 12. Rekan-rekan yang senasib seperjuangan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Bung 8