PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATF TIPE THINK, PAIR AND SHARE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS XI IPS 4 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Nur Haetik1, Djoko Darmono2 dan Slamet Subagyo2. 1 2
Program Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP, UNS Surakarta
Dosen Program Pendidikan Sosiologi Antropologi, FKIP, UNS Surakarta e-mail :
[email protected] Abstract
This research was aimed to improve the students’s participations dan learning outcomes in Sociology grade XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta academic year 2015/2016 by implementating cooperative learning model type Think, Pair and Share (TPS). This is a classroom action research that included two cycles that consist of 4 stages like, planning, acting, observing and reflecting. The subject of this research is the students of XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta which consist of 47 students. Data was collected by observation and test as the main technique, while interview and documentation were used as secondary technique. The data were analyzed by descriptive statistic and descriptive qualitative. The results show there are improvement of students’s participations and learning outcomes in XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta at each cycles. The participations at pre cycles show 2,77 with 34,04% active students and improved to 3,37 with 59,57% active students at cycle I and then became 3,37 with 80,85% active students at cycle II. While, the average of students’s learning outcomes also increase from the pre cycle stage was 74,52 improved to 79,36 at cycle I and then improved again to 84,09 at cycle II. Based on the result of this research, can be concluded that the implementation of cooperative learning model type Think, Pair and Share (TPS) can improve students’s participations and learning outcomes especially at cognitive aspect in Sociology grade XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta academic year 2015/2016. Keyword : Participations, Learning Outcomes, Think Pair and Share (TPS), Classroom Action Research
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar mata pelajaran Sosiologi pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Pair and Share (TPS). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yakni, perencanaan, pelaksanaan, observasi serta refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta dengan jumlah siswa 47 anak. Teknik pengumpulan data utama dilakukan dengan teknik observasi dan tes, sedangkan teknik pendukung yaitu wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa di kelas XI IPS 4 pada setiap siklus. Partisipasi belajar siswa pada pra siklus menunjukkan skor 2,77 dengan siswa yang berpartisipasi aktif sebesar 34,04% meningkat pada siklus I menjadi 3,06 dengan siswa aktif sebesar 59,57% dan pada siklus II meningkat menjadi 3,37 dengan siswa yang berpartisipasi aktif sebesar 80,85%. Sedangkan rata-rata hasil belajar kognitif siswa juga meningkat dari tahap pra siklus sebesar 74,52 meningkat menjadi 79,36 pada siklus I, kemudian meningkat kembali menjadi 84,09 pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Pair and Share (TPS) dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran sosiologi kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. Kata Kunci : Partisipasi, Hasil Belajar, Think, Pair and Share (TPS), PTK.
PENDAHULUAN
lembaga
A. Latar Belakang
pendidik dan tenaga kependidikan
Di era globalisasi seperti pada zaman
sekarang
ini,
pendidikan
pendidikan
memiliki
yang memiliki peran yang sangat strategis
dalam
mengelola
merupakan
aspek
yang
sangat
pembelajaran untuk mencapai tujuan
dibutuhkan
oleh
setiap
orang.
pendidikan baik secara institusional
Pendidikan formal sampai sekarang
maupun tujuan secara nasional. Untuk
tetap menjadi lembaga pendidikan
mencapai tujuan tersebut, semua pihak
utama
pusat
harus ikut andil dalam mewujudkan
pengembangan sumber daya manusia
tujuan tersebut, termasuk guru. Oleh
dengan didukung oleh pendidikan
karena itu, guru sebagai salah satu
dalam keluarga dan masyarakat. Setiap
komponen
yang
merupakan
yang
penting
bagi
terciptanya
generasi
harus
Oleh karena itu, diperlukan
mampu menempatkan diri sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas
sosok yang membangkitkan minat dan
pembelajaran di kelas tersebut agar
hasrat siswa untuk terus belajar.
partisipasi dan hasil belajar siswa
Observasi
hebat
yang
peneliti
meningkat.
Salah
lakukan di kelas XI IPS 4 SMA Batik
pembelajaran
1
meningkatkan
Surakarta
menunjukkan
bahwa
satu
model
yang
dapat
partisipasi
sekaligus
partisipasi dan hasil belajar siswa pada
hasil belajar siswa adalah model
mata pelajaran Sosiologi sangatlah
pembelajaran kooperatif khususnya
rendah.
satunya
model Think, Pair and Share (TPS).
dikarenakan model pembelajaran yang
Dalam model pembelajaran TPS, guru
digunakan oleh guru kurang sesuai
bertindak sebagai motivator, fasilitator
dengan
dan
Hal
ini
tuntutan
salah
kurikulum
2013.
evaluator
sedangakn
semua
Kurikulum 2013 menghendaki adanya
aktivitas berpusat pada siswa. TPS
pembelajaran yang student center
mempunyai banyak kelebihan, satu
sedangkan
diantaranya
pembelajaran
yang
adalah
dilakukan guru sosiologi kelas XI IPS
memberikan
4 masih terkesan seperti teacher center
banyak
karena sering menggunakan ceramah
berpartisipasi
sebagai metode mengajar dan belum
pembelajaran.
melalui
sedikitnya
kepada
8x
siswa dalam
TPS lebih untuk proses
menerapkan model pembelajaran yang variatif. B. Tujuan Penelitian Penelitian
ini
C. Kajian Pustaka
bertujuan
untuk
1. Partisipasi Belajar
meningkatkan partisipasi dan hasil
Keit Davis (Suryo Subroto, 2006 :
belajar siswa dalam pembelajaran
279)
sosiologi melalui penerapan model
adalah keterlibatan mental dan emosi
pembelajaran kooperatif tipe Think
seseorang untuk pencapaian tujuan dan
Pair and Share di kelas XI IPS 4 SMA
ikut bertanggung jawab di dalamnya.”
Batik
Dari
1
2015/2016.
Surakarta
tahun
ajaran
mengemukakan,
pengertian
“partisipasi
tersebut
dapat
dipahami bahwa partisipasi melibatkan
seluruh aspek yang dimiliki manusia
partisipasi dan keaktifan anak didik
yaitu berupa mental dan emosi yang
yang belajar. Setiap anak didik pasti
demi mencapai suatu tujuan tertentu.
berpartisipasi dalam belajar, hanya
Selain
juga
yang membedakannya adalah kadar
mengandung makna bahwa seseorang
pasif dan aktifnya”. Dari pernyataan
juga ikut bertanggung jawab atas apa
yang
yang dilakukannya begitu juga dengan
tersebut, dapat peneliti pahami bahwa
siswa.
partisipasi
itu,
partisipasi
Selanjutnya, Suryo Subroto (2006 : 293) mengemukakan bahwa,
Suryo
Subroto
tersebut, dalam pembelajaran siswa
untuk
meliputi, berlatih
menjelajah suatu
hal
atau
materi, mencari sumber dan referensi lain,
mempertanyakan
akan
penting
dan
karena
jika
tidak
ada
terjadi.
Semua
anak
pasti
berpartisipasi dalam belajar hanya yang membedakan partisipasi mereka adalah aktif atau tidaknya. Partisipasi pasif
belum
tentu
anak
tidak
melakukan apapun di kelas, namun tingkat partisipasi tersebut hanya guru yang dapat menentukan. Berikut
merupakan
indikator
partisipasi belajar yang ditentukan dalam penelitian ini : Tabel 1. Indikator / Aspek Partisipasi
sesuatu
terhadap guru, mengelola jawaban
Yamin
partisipasi maka proses tersebut tidak
harus ikut berpartisipasi. Partisipasi yang dimaksud
sangat
oleh
diperlukan dalam suatu proses belajar mengajar
Partisipasi dalam pembelajaran meliputi, siswa harus terlibat dalam proses belajar, berlatih untuk menjelajah, mencari, mempertanyakan sesuatu, menyelidiki jawaban atas pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Dari pendapat yang dikemukakan oleh
dikemukakan
Belajar Siswa No
Aspek yang diamati
yang dikemukakan oleh guru dan dapat menyampaikan hasilnya secara komunikatif entah untuk teman lain ataupun secara klasikal di depan kelas. Yamin (2007 : 80) mengatakan, “Tidak
ada
proses
belajar
tanpa
1 2 3 4
Mengamati gambar / video Mengajukan / menjawab pertanyaan guru Memberikan tanggapan/pendapat dalam diskusi Mempresentasikan hasil
diskusi Mendengarkan penjelasan 5 materi dari guru Mengerjakan soal yang 6 diberikan guru Mencatat point-point penting 7 materi 2. Hasil Belajar
mengambil
sebuah
keputusan.”
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa evaluasi hasil belajar merupakan
kegiatan
mengumpulkan sesuatu
untuk
informasi
dimana
tentang
informasi
yang
Suharsimi Arikunto (2009 : 24)
didapatkan berguna untuk menentukan
mengemukakan bahwa, “Hasil belajar
jalan lain yang tepat untuk digunakan
adalah hasil yang dicapai seseorang
dan
setelah melakukan kegiatan belajar.
suatu keputusan. Arikunto (2009 : 30)
Hasil belajar merupakan penilaian
mengemukakan bahwa ada 3 jenis tes
yang dicapai seorang siswa untuk
yang dapat digunakan untuk mengukur
mengetahui
atau menilai hasil belajar yaitu, tes
sejauh
mana
bahan
diterapkan
pelajaran atau materi yang diajarkan
diagnostic,
dapat
summatif.
dipahami
siswa.”
Dari
dalam
tes
formatif
mengambil
dan
tes
pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa hasil belajar merupakan sesuatu
3. Model Pembelajaran Kooperatif
yang dicapai oleh seseorang setelah
tipe Think Pair and Share (TPS)
orang tersebut melakukan kegiatan
Pembelajaran
belajar. Hasil belajar dinilai untuk
Muhammad Nur (2010:19),
mengetahui sejauh mana bahan atau materi
pelajaran
tertentu
dapat
dipahami oleh siswa. Hasil belajar dapat diketahui dan dinilai dengan cara evaluasi. Evaluasi menurut Arikunto (2009 : 2) yaitu, ”Kegiatan
untuk
informasi
tentang
mengumpulkan bekerjasanya
sesuatu, yang selanjutnya informasi
kooperatif,
menurut
“pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecil saling membantu belajar satu sama lainnya. Kelompok-kelompok tersebut beranggotakan siswa dengan hasil belajar tinggi, ratarata, rendah, laki-laki dan perempuan, siswa dengan latar belakang suku berbeda untuk mencapai suatu penghargaan bersama.” Berdasarkan
pengertian
yang
tersebut digunakan untuk menentukan
dikemukakan oleh Muhammad Nur,
alternative
pembelajaran kooperatif terdiri dari
yang
tepat
dalam
beberapa kelompok yang anggotanya
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
heterogen.
yang
dipahami bahwa model pembelajaran
dimaksudkan disini adalah adanya
kooperatif tipe Think, Pair and Share
banyak perbedaan yang mendasari
dapat memengaruhi pola interaksi
kelompok tersebut terjadi, contohnya
siswa. Pola interaksi yang dimaksud
berbeda suku, berbeda agama, berbeda
adalah pola interaksi
jenis kelamin dan yang terpenting
intensif
adalah berbeda tingkat kemampuan
terbentuk adalah kelompok kecil yang
akademiknya. Hal ini dimaksudkan
terdiri antara 2-4 anggota kelompok.
Heterogen
agar mereka dapat bekerja dengan
karena
Anita
yang lebih
kelompok
Lie
(2006
yang
:
menghargai perbedaan dan akhirnya
mengungkapkan
mencapai suatu penghargaan atau
pembelajaran kooperatif tipe Think,
prestasi bersama.
Pair
Terdapat beberapa tipe atau jenis pembelajaran
and
Share
“model
memberikan
kesempatan sedikitnya delapan kali
Slavin
lebih banyak kepada setiap siswa
(Isjoni, 2009 : 11), menyebutkan
untuk menunjukkan partisipasi kepada
beberapa tipe pembelajaran kooperatif
orang lain.” Itu artinya, partisipasi
diantaranya adalah STAD ( Student
belajar
Team Achievement Division), Jigsaw,
pembelajaran
TGT ( Team Game Tournament), TPS
dalam
( Think, Pair and Share), CIRC (
setidaknya delapan kali lipat.
Cooperative Intergrated Reading and
4. Pembelajaran Sosiologi
Composition),
kooperatif,
bahwa,
57)
dan
GI
(Group
Investigation).
69
Kerangka
akan
meningkat
Dasar
and Share adalah jenis pembelajaran
Atas/Madrasah
kooperatif yang mempengaruhi pola
kurikulum
interaksi
diperkenankan
menghendaki
diterapkan
Tahun
Kurikulum
dan
model
tersebut
kelas
mengemukakan bahwa, “Think, Pair
siswa
ketika
Berdasarkan pada Permendikbud Nomor
Ibrahim dkk (Trianto, 2010 : 81)
siswa
siswa bekerja saling membantu dalam
pilihan
kelompok kecil antara (2-4) anggota.”
Peminatan,
2013 dan
Sekolah
dalam
Struktur Menengah
Aliyah,
2013
bentuk
pilihan
dalam
peserta
untuk
tentang
didik
menentukan Kelompok
Lintas
Minat,
dan/atau pilihan Pendalaman Minat. Kelompok Peminatan terdiri dari 3 kelompok,
yaitu
Penelitian
ini
merupakan
Peminatan
Penelitian Tindakan Kelas dengan
Matematika dan Sains, Peminatan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Sosial dan Peminatan Bahasa.
Pendekatan
Kedudukan Sosiologi
:
METODE PENELITIAN
mata
dalam
pelajaran
kurikulum
2013
kuantitatif
peneliti
gunakan untuk mengolah data dalam bentuk angka sebagai alat ukur untuk
berada di kelompok Peminatan Sosial.
mengukur
Artinya, jika sejak kelas X tidak
Sedangkan,
mengambil Peminatan Sosial maka
peneliti gunakan untuk menghasilkan
siswa tersebut tidak akan mempelajari
data deskriptif berupa kata-kata tertulis
mata
selama
atau lisan, serta perilaku yang dapat
jenjang
diamati dari sumber informasi.
pelajaran
menempuh
sosiologi
pendidikan
di
SMA. Kedudukan tersebut berbeda dari
kurikulum
Kurikulum Sosiologi
sebelumnya
2006
(KTSP)
termasuk
yaitu dimana
pendekatan
Penelitian berfokus memperbaiki
belajar
tindakan
pada
siswa. kualitatif
kelas
upaya
proses
ini
untuk
dan
hasil
mata
pembelajaran ke arah kondisi yang
pelajaran wajib untuk kelas X. Dalam
diharapkan. Penelitian ini terdiri dari 2
kedudukannya
satu
siklus dimana masing-masing siklus
disiplin ilmu, keberadaan Sosiologi
terdiri dari 4 tahap, yakni perencanaan
memiliki posisi yang strategis dalam
tindakan,
membahas dan mempelajari masalah
observasi dan interpretasi serta refleksi
sosial
tindakan.
politik
berkembang
dalam
hasil
sebagai
dan
salah
budaya
di
yang
pelaksanaan
tindakan,
masyarakat.
Teknik pengumpulan data yang
Pembelajaran sosiologi dimaksudkan
digunakan yaitu dengan observasi dan
untuk mengembangkan kemampuan
tes sebagai teknik utama, sedangkan
pemahaman
tentang
fenomena
teknik pendukungnya menggunakan
kehidupan
sehari-hari
dalam
wawancara dan dokumentasi. Teknik
lingkungan masyarakat.
analisis data yang digunakan adalah statistic
deskriptif
untuk
membandingkan hasil hitung statistic
dari setiap siklus dalam penelitian dan
pembelajaran dengan penerapan model
deskriptif
pembelajaran kooperatif tipe Think,
kualitatif
mengidentifikasi kelebihan
untuk
kelemahan
proses
dan
dan
Pair and Share
hasil partisipasi belajar siswa pada setiap
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Tabel 2. Perbandingan Prosentase
Setelah melaksanakan tindakan siklus
I dan
II,
mendapatkan
peneliti
data-data
telah yang
diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini. Data-data yang diperoleh meliputi data capaian aspek dalam partisipasi belajar dan data hasil belajar
kognitif
menerapkan
model
siswa
ketika
pembelajaran
kooperatif tipe Think, Pair and Share dikelas XI IPS 1 SMA Batik 1 Surakarta. Berikut merupakan hasil penelitian yang didapatkan peneliti : A. Peningkatan
Partisipasi
Belajar Siswa
partisipasi
Partisipasi
Siswa
Setiap
Prosentase (%) Aktif Pasif Pra Siklus 34.04 % 65.96 % Siklus I 59.57 % 40.43 % Siklus II 80.85 % 19.15 % Dari tabel 2 tersebut diperoleh Tahap
data : hanya 16 siswa (34,04%) yang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
sedangkan
31
(65,96%) lainnya berpartisipasi pasif. Selanjutnya pada siklus I, partisipasi belajar siswa meningkat meskipun belum secara maksimal. Dari 47 yang
terlibat
aktif
berpartisipasi ada 26 (59,57%) anak
siswa
dan sisanya 21 anak (40,43) masih
sangat rendah. Hal ini ditunjukkan
berpartisipasi pasif dalam proses
dengan
pembelajaran. Sedangkan pada siklus
sedikitnya
belajar
Belajar
Siklus
siswa,
Pada saat pra tindakan atau pra siklus,
tahap :
siswa
yang
melakukan aspek-aspek pada lembar
II,
observasi. Setelah itu, pada siklus I
meningkat
dan II partisipasi belajar siswa
(80,85) siswa dan sisanya 9 anak
meningkat secara perlahan. Berikut
(19,15%)
merupakan
tabel
perbandingan
partisipasi
belajar
kembali
masih
siswa
menjadi
belum
38
dapat
berpartisipasi aktif karena skor yang
3,06.
diperoleh kurang dari 3.
peningkatan sebanyak 0,9 dari skor
Sedangkan untuk capaian skor setiap
aspek
juga
mengalami
pra
Angka
siklus
ini
menunjukkan
yang
hanya
2,77.
Meskipun belum meningkat secara
peningkatan dari pra siklus ke siklus
maksimal,
I
merupakan
mampu menunjukkan peningkatan
perbandingan setiap aspek partisipasi
yang melebihi batas minimal atau
belajar dalam setiap tahap :
KKM. Oleh karena itu, diperlukan
dan
Tabel
II.
3.
Berikut
Perbandingan
Capaian
Aspek Partisipasi Belajar Siswa Tahap Skor Pra Siklus 2.77 Siklus I 3.06 Siklus II 3.37 Pada pra siklus, perolehan skor rata-rata dari aspek partisipasi belajar siswa adalah sebesar 2,77. Skor tersebut masih sangat rendah karena berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga kemudian diterapkan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Think, Pair and Share pada proses pembelajaran di siklus selanjutnya.
Setelah
upaya-upaya
namun
skor
dari
tersebut
guru
bersama
dengan peneliti untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa kembali. Setelah
melakukan
menyepakati
refleksi
dan
perbaikan-perbaikan
yang akan dilakukan, pada siklus II diperoleh
skor
rata-rata
meningkat
lagi
dari
yang
siklus
I.
Peningkatan tersebut adalah sebesar 0,31 sehingga perolehan skor ratarata pada siklus II adalah sebesar 3,37. B. Peningkatan
Hasil
Belajar
Kognitif Siswa
diterapkan
Penerapan model pembelajaran
model pembelajaran kooperatif tipe
kooperatif tipe Think, Pair and Share
Think, Pair and Share pada siklus I
yang dilakukan dalam penelitian ini
dan II, skor rata-rata yang diperoleh
salah satunya dimaksudkan agar
siswa kelas XI IPS 4 SMA Batik 1
dapat
Surakarta mengalami peningkatan.
siswa pada ranah kognitif.
Pada siklus I, skor rata-rata yang
Tabel 3. Perbandingan Hasil Belajar
diperoleh oleh siswa adalah sebesar
Kognitif Setiap Siklus
memperbaiki
hasil
belajar
Tahap Pra Siklus Siklus I Siklus II
Rata-Rata 74,52 79,36 84,09
Berdasarkan
data
tersebut,
diperoleh perbedaan rata-rata pada tahap pra siklus, siklus I maupun siklus II. Pada tahap pra siklus, ratarata hasil belajar kognitif siswa masih dibawah batas ketuntasan minimal karena hanya menunjukkan angka 74,52. Sedangkan, pada siklus I,
rata-rata
hasil
belajar
siswa
meningkat jika dibandingkan dengan pra siklus. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 4,84 sehingga ratarata hasil belajar kognitif yang diperoleh oleh siswa adalah 79,36. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar siswa
juga
meningkat
jika
dibandingkan dengan rata-rata pada siklus I. Peningkatan yang terjadi saat evaluasi siklus II adalah sebesar 4,73
sehingga
rata-rata
yang
diperoleh adalah 84,09.
Belajar Siswa pada Tiap Siklus Kriteria Tahap Tuntas Tidak Tuntas Jumlah Jumlah Pra Siklus 28 19 Siklus I 39 8 Siklus II 42 5 Berdasarkan tabel 4, dapat kita ketahui bahwa terdapat peningkatan dalam ketuntasan belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta. Pada tahap pra siklus, prosentase siswa yang tuntas hanya sebesar 59,57% (28 anak) sedangkan yang tidak tuntas mencapai 40,43% (19 anak). Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think, Pair and Share ketuntasan belajar di kelas
tersebut
mengalami
peningkatan dimana prosentase siswa yang tuntas menjadi 82,98% (39 anak) dan siswa yang tidak tuntas hanya sebesar 17,02% (8 anak).
Selain itu, ketuntasan belajar di kelas XI IPS 4 SMA Batik 1 Surakarta
juga
mengalami
peningkatan.
Berikut
merupakan
tabel ketuntasan belajar pada setiap siklus :
Tabel 4. Perbandingan Ketuntasan
Walaupun
telah
mengalami
peningkatan, guru dan peneliti masih berusaha untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga pada siklus II terjadi peningkatan kembali yaitu menjadi 89,36% (42 anak) yang
tuntas, sedangkan yang tidak tuntas
hasilnya.” (Suprihatiningrum, 2013 :
hanya sebesar 10,64% (5 anak).
26). Dari pendapat tersebut, peneliti
Peningkatan yang terjadi pada
memahami
bahwa
pembelajaran
setiap tindakan atau siklus tersebut
jangan hanya memfokuskan pada
tidak
guru
hasil belajar anak, namun harus
untuk
memusatkan kepada pikiran dan
mengoreksi
mental anak atau siswa. Hal tersebut
proses
relevan dengan penelitian tindakan
yang
kelas yang dilakukan oleh peneliti.
untuk
Pada penelitan tindakan kelas ini,
terlepas
bersama
dari
dengan
peran
peneliti
merefleksi
dan
bagaimana
jalannya
pembelajaran.
Refleksi
dilakukan
berguna
mengidentifikasi kekurangan
kelemahan
yang
terjadi
dan
selama
guru
bersama
memilih
dengan
model
peneliti
pembelajaran
proses pembelajaran. Kelemahan-
kooperatif kaitannya dengan proses
kelemahan itu menjadi salah satu
pembelajaran. Agar siswa mampu
masalah
maksimalnya
menunjukkan mental dan pikirannya,
partisipasi dan hasil belajar siswa
diperlukan suatu usaha atau upaya
khususnya
yang
kurang
pada
ranah
kognitif.
nyata
dalam
Masalah yang muncul dapat terjadi
pembelajaran.
dari segi guru, segi siswa, segi media
yang berlaku adalah kurikulum 2013
pembelajaran,
yang
segi
model
Apalagi
proses
menghendaki
kurikulum
pembelajaran
pembelajaran dan lain-lain. Ketika
hendaknya terpusat pada anak atau
proses
student center. Salah satu model
pembelajaran
mengalami
banyak masalah, maka hasil belajar
pembelajaran
kooperatif
yang
yang diciptakan juga tidak akan
menghendaki kegiatan terpusat pada
maksimal.
siswa adalah tipe Think, Pair and
Hal tersebut sesuai dengan teori
Share (TPS). Model pembelajaran
konstruktivisme yang dikemukakan
tersebut mendukung teori belajar
oleh Piaget bahwa “Pembelajaran
konstruktivis
dilakukan
memusatkan
pembelajaran yang terpusat pada
perhatian kepada berpikir atau proses
anak akan menimbulkan hasil belajar
mental anak, tidak sekedar pada
yang lebih maksimal.
dengan
karena
proses
b. Guru
SIMPULAN DAN SARAN
sebaiknya
menciptakan
komunikasi yang baik dengan
A. Simpulan Berdasarkan
pada
hasil
peserta didik agar pembelajaran
penelitian yang telah dibahas pada
lebih
bab sebelumnya, penelitian dengan
sehingga tidak terjadi komunikasi
menerapkan
yang hanya satu arah.
model
pembelajaran
kooperatif tipe Think, Pair and Share
c. Guru
bersifat
komunikatif
sebaiknya
memberikan
pada materi Konflik, Kekerasan dan
contoh kasus yang sesuai dengan
Upaya Penyelesaiannya, diperoleh
perkembangan
kesimpulan
bahwa,
“Penerapan
peserta
didik
sehingga peserta didik tertarik
model pembelajaran kooperatif tipe
untuk
mendengarkan
Think, Pair and Share (TPS) dapat
berusaha menjawabnya.
meningkatkan partisipasi dan hasil
2. Bagi siswa
belajar siswa kelas XI IPS 4 SMA
a. Siswa
sebaiknya
atau
selalu
Batik 1 Surakarta tahun ajaran
memperhatikan
2015/2016”.
sedang menjelaskan sesuatu atau
B. Saran
sedang
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti
ketika
menyampaikan
guru
materi
pembelajaran. b. Siswa sebaiknya lebih antusias
menyampaikan beberapa saran agar
dalam
menjadi bahan pertimbangan, antara
sehingga
lain :
berlangsung dengan aktif dan
1. Bagi guru
menyenangkan.
a. Dalam belajar
melaksanakan mengajar,
proses
proses
pembelajaran
pembelajaran
dapat
3. Bagi sekolah
guru
a. Sekolah hendaknya memberikan
hendaknya menerapkan model
motivasi kepada para guru mata
pembelajaran
bervariatif
pelajaran untuk melaksanakan
sehingga siswa tidak merasa
pembelajaran yang kreatif, aktif
jenuh dengan pembelajaran yang
dan
sedang berlangsung.
mengadakan
yang
inovatif
dengan
cara
waorkshop
atau
pelatihan-pelatihan
mengenai
model-model pembelajaran yang bervariasi. b. Sekolah
hendaknya
meningkatkan sarana dan pra sarana
yang
tercipta
memadai
pembelajaran
agar yang
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi dkk.(2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Isjoni. (2009). Cooperative Learning: “Efektifitas Pembelajaran Kelompok”. Bandung: Alfabeta. Lie, Anita.(2006). Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo. Diakses pada tanggal 5 Februari 2016 melalui eprints.uny.ac.id/12778/1/Skr ipsi%20%20Elsa%20Winda%20Pras tiana.pdf Nur, Muhammad. (2010). Teori Belajar. Surabaya : University Press. Subroto, Suryo. (2006). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Karya Suprihatiningrum, Jamil. (2013). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Trianto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik: Konsep, Landasan, Teristik Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka
Yamin,
Martinis.(2007). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta : Gaung Persada Press. Diakses pada tanggal 3 Februari 2016 melalui https://lib.atmajaya.ac.id/defa ult.aspx?tabID=52&pbit=Gau ng+Persada+Press+Jakarta