e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE PEMBERIAN TUGAS BERBANTUAN MEDIA KOTAK MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF Luh Suarsini¹, Ni Ketut Suarni², I Nyoman Wirya³ 1, 3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dalam mengelompokkan bentuk geometri setelah diterapkan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 203/2014 di PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 17 orang anak kelompok B PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Variabel penelitian ini adalah kemampuan kognitif dalam mengelompokkan bentuk geometri dan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika. Untuk mengumpulkan data digunakan metode observasi. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika dapat meningkatkan kemampuan kognitif dalam mengelompokkan bentuk geometri mengurutkan angka pada anak kelompok B Semester II Tahun pelajaran 2013/2014 di PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha. Hal ini terlihat dari rata-rata persen kemampuan kognitif dalam mengelompokkan bentuk geometri pada siklus I sebesar 67,05% (cukup) menjadi sebesar 88,10% (tinggi) pada siklus II. Jadi terjadi peningkatan belajar sebesar 21,05%. Kata Kunci : metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika, kemampuan kognitif mengelompokkan bentuk geometri
Abstract This study aimed at finding out the improvement of cognitive ability in grouping geometrical form after the method of giving task with matematical box media implemented to students in group B semester II in academic year 2013/2014 in Sutha Kertya Banjar Tegeha Kindergarten. The design of the present study was classroom action research with two cycles. The subjects of the study were 17 students of group B in Sutha Kertya Banjar Tegeha Kindergarten semester II in academic year 2013/2014. The variable of the study was cognitive ability in grouping geometrical form after the method of giving task with matematical box media. In order to collect the data, observation method was used. Data collected was analyzed by using descriptive statistics method. The result of the study showed that the implementation of the method of giving task with matematical box media can improve cognitive ability in grouping geometrical form ordering numbers of the students in group B semester II in academic year 2013/2014 in Sutha Kertya Banjar Tegeha Kindergarten. It can be observed from the average of cognitive ability in grouping geometrical form in cycle I about 67,05% (sufficient) became 88,10% (high) in cycle II. There was an improvement about 21.05%. Keywords : method of giving task with matematical box media, cognitive ability in grouping geometrical form
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan yang dinamis dan sarat perkembangan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan. Undangundang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 berbunyi sebagai berikut. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi anak agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Taman Kanak-kanak atau TK merupakan lembaga yang memberikan layanan pendidikan kepada anak usia dini dengan rentangan usia 4-6 tahun. Para pendidik di lembaga ini harus dapat memberikan layanan secara profesional kepada anak didiknya dalam rangka peletakan dasar ke arah pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan, agar anak didiknya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mempersiapkan diri mereka untuk memasuki pendidikan dasar. Penyempurnaan kurikulum mengacu pada Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan pemerintah yang terkait, mengamanatkan tentang Standar Nasional Pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah. Upaya penyempurnaan kurikulum ini telah menghasilkan dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan.
Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik. Sejalan dengan pokok pikiran tersebut maka program kegiatan belajar TK sebagai yang tercantum dalam standar pendidikan anak usia dini disusun untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional dan perkembangan dalam pengetahuan serta seni (Depdikbud, 1997). Kualitas pendidikan patut ditingkatkan secara terpadu, sistematis, bertahap, dan berkesinambungan. Guru sebagai ujung tombak dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan perlu ditingkatkan kemampuan potensialnya dalam mengelola proses pembelajaran, sehingga dapat membantu terwujudnya perkembangan kemampuan intelektual yang optimal serta berkepribadian anak. Seorang guru yang baik harus memahami dan menghayati prinsip-prinsip perkembangan anak dari TK sampai perguruan tinggi. Tidak ada satupun metode pembelajaran yang sesuai untuk setiap mata pelajaran di dalam kelas dengan anak yang beragam. Semua pendidik harus mampu memilih, mengembangkan, dan menerapkan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik anak, serta kondisi dan situasi lingkungan. Perbedaan latar belakang anak, karakteristik anak, dan kemampuan anak dalam hal memahami materi pelajaran merupakan bagian dari faktor penyebab belum optimalnya proses pembelajaran baik dari proses maupun dan segi hasil belajar. Hal lain yang menjadi faktor dalam ketidakberhasilan proses pembelajaran yakni, jumlah anak di kelas melebihi dari jumlah kelas ideal dan penggunaan media pembelajaran yang belum mampu membangkitkan motivasi belajar dan aktivitas seluruh anak, karena pembelajaran yang demikian menyebabkan aktivitas anak tidak berkembang secara maksimal. Sehubungan dengan perkembangan kemampuan kognitif anak, kemampuan mengelompokkan bentuk geometri merupakan salah satu konsep dasar yang
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) harus dikuasai anak, dan ditinjau dari segi kemampuan ini masih banyak anak belum mampu untuk mengelompokkan bentukbentuk geometri. ”Kemampuan kognitif adalah pengembangan kemampuan dasar yang telah dimiliki anak secara ilmiah, misalnya: meningkatkan kemampuan anak dari berpikir secara kongkrit kepada berpikir secara abstrak” (Depdikbud,1998:3). Di samping itu pengembangan kognitif juga merupakan “salah satu pengembangan kemampuan dasar yang penting agar anak didik mampu mengembangkan pengetahuan yang sudah dilaluinya dengan pengetahuan yang baru diperolehnya”. (Depdikbud,1997:44). Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengembangan kognitif adalah pengembangan kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak secara ilmiah dengan tujuan agar anak didik mampu mengembangkan kemampuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan yang baru diperoleh dan meningkatkan kemampuan anak dari berpikir secara kongkrit ke abstrak. Berdasarkan hasil pencatatan data yang dilakukan di PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha pada tanggal 16 Januari 2014, kemampuan anak dalam mengelompokkan bentuk geometri masih rendah. Berdasarkan pencatatan data 5 orang (29%) anak berada pada bintang 1 yaitu anak belum berkembang, 10 orang (59%) anak berada pada bintang 2 yaitu anak mulai berkembang, dan 2 orang (12%) anak berada pada bintang 3 yaitu anak sudah berkembang sesuai harapan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru, hal ini disebabkan karena dalam mengajar mengelompokkan bentuk geometri tidak menggunakan media, sehingga pembelajaran bersifat verbalisme atau hafalan. Konsep mengelompokkan bentuk geometri dapat ditanamkan pada anak dengan menggunakan metode pemberian tugas dengan bantuan media kotak matematika. Kemampuan kognitif anak dalam mengelompokkan bentuk geometri dapat ditingkatkan melalui penerapan metode pemberian tugas berbantuan media berupa kotak matematika, yang bertujuan untuk mengubah pembelajaran yang berpusat
kepada guru beralih pada pembelajaran yang berpusat kepada anak. Pemahaman bentuk geometri dapat ditanamkan pada anak dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya di rumah dan di lingkungan kelompok bermainnya sendiri, misalnya ketika anak sedang bermain dengan media kertas gambar anak disuruh menyebutkan bentuk bentuk geometri dari kertas tersebut. Mengelompokkan bentuk geometri merupakan salah satu kemampuan kognitif yang harus dikuasai anak. Ada beberapa jenis bentuk geometri yang harus diketahui anak, yang nantinya pengetahuan tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam mengenali jenis-jenis bentuk geometri. Dalam penelitian ini anak belajar mengelompokkan bentuk geometri yang ada dalam kotak matematika. Pengalaman-pengalaman tersebut banyak membantu usaha dalam menanamkan pengertian atau konsep bentuk geometri yang dipelajari anak. Mengelompokkan bentuk geometri dapat diberikan dengan menggunakan media yang telah disiapkan. Kemampuan ini dapat diajarkan di TK dengan metode pemberian tugas. Dengan metode pemberian tugas, guru memberikan anak tugas untuk mengelompokkan bentuk geometri dengan menggunakan media yang telah disiapkan oleh guru. Metode pemberian tugas digunakan oleh guru untuk merumuskan tujuan yang ingin dicapai dan membuat petunjuk yang jelas agar anak dapat mengerjakan tugas yang diberikan dengan benar. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1992:25) metode pemberian tugas atau metode tugas adalah “suatu cara mengajar dicirikan oleh adanya kegiatan perencanaan antara murid dengan guru mengenai suatu persoalan atau problem yang harus diselesaikan dikuasai oleh murid dalam jangka waktu tertentu yang disepakati bersama antara murid dengan guru”. Pada metode pemberian tugas ini tugas yang diberikan secara individu untuk melihat kognitif anak. Moedjiono dan Dimyati (1993:10), mengatakan metode pemberian tugas adalah “suatu cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi/bahan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) pelajaran melalui batasan tugas terhadap anak didik sesuai dengan kemampuan yang diharapkan”. Jadi metode pemberian tugas merupakan suatu cara menyampaikan pelajaran kepada anak dengan cara memberikan tugas yang harus dikerjakan oleh anak. Metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Roestiyah (1994:20) mengatakan “teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar anak menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena anak melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman anak dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi”. Dalam memberikan tugas kepada anak, guru harus memperhatikan hal - hal (1) tujuan penugasan, (2) bentuk pelaksanaan tugas, (3) manfaat tugas, (4) bentuk pekerjaan, (5 tempat dan waktu penyelesaian tugas, (6) memberikan bimbingan dan dorongan, serta (7) memberikan penilaian Roestiyah (1994:21). Melalui metode pemberian tugas anak langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan sesuai dengan pengajaran yang disajikan dapat diukur sampai dimana kemampuan mereka dalam mengerjakan tugas yang diberikan sesuai dengan tugas yang diharapkan. Tujuan dari metode pemberian tugas adalah agar guru dapat memberi batasan tegas terhadap anak didik sesuai dengan kemampuan yang diharapkan dicapai. Anak mampu memahami tugas, menerapkan dan mengkomunikasikan isi tugas tersebut dengan benar melalui perbuatan. Media yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah kotak matematika. Media yang digunakan dalam pemberian tugas mengelompokkan bentuk-bentuk geometri untuk meningkatkan kemampuan kognitif adalah kotak matematika. Dalam kotak tersebut ada beberapa bentuk bentuk geometri, dan anak belajar mengelompokkan bentuk geometri yang ada dalam kotak matematika. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah mengelompokkan bentuk geometri dengan
memanfaatkan media yang ada dalam kotak matematika. Penerapan metode pemberian tugas dibantu dengan media tersebut diharapkan dapat membantu pengembangan kognitif anak. Melalui penerapan metode pemberian tugas dengan penggunaan media kotak matematika, anak akan mampu meningkatkan kemampuan kognitif mengelompokkan bentuk geometri pada anak Kelompok B Semester II PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar pada tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan latar belakang tersebut, kemampuan kognitif yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas pada kemampuan mengelompokkan bentuk geometri, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat peningkatan kemampuan kognitif dalam mengelompokkan bentuk geometri setelah diterapkan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha? Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dalam mengelompokkan bentuk geometri setelah diterapkan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika pada anak kelompok B semester II tahun pelajaran 2013/2014 di PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha. Kemampuan kognitif yang rendah tersebut terlihat pada kemampuan anak yang kurang dalam mengelompokkan bentuk-bentuk geometri berdasarkan ciri-ciri tertentu, mengelompokkan benda tiga dimensi yang berbentuk geometri, dan memasangkan bentuk geometri dengan benda tiga dimensi yang bentuknya sama. Hal ini disebabkan karena dalam poses pembelajaran guru tidak menggunakan media yang tepat. Berdasarkan teori Piaget (dalam Sujiono, 2008) pada usia 2 – 7 tahun anak berada pada masa praoperasional dengan kategori penggunaan simbol dan penyusunan tanggapan dalam permainan, bahasa, dan peniruan. Pada tahap ini anak mempunyai kemampuan untuk berpura-pura atau meniru dan memanipulasi simbol. Menurut Sujiono (2008:3.11) “sebuah simbol
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) merupakan perwakilan sesuatu yang lain, menggambar, menulis huruf atau perkataan yang dapat dimengerti untuk mewakili benda yang sesungguhnya”. Proses memanipulasi simbol pada dasarnya dapat mewakili ketidakhadiran objek aktual yang rumit. Anak cukup egosentris pada tahap ini karena itu dia memandang segala sesuatu bagus dari satu sudut pandang. Pada masa ini kemampuan anak akan lebih cepat berkembang apabila menggunakan media yang tepat. Benda konkret merupakan salah satu media yang dapat digunakan. Berdasarkan observasi tanggal 16 Januari 2014 menunjukkan guru kurang menggunakan media dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga kemampuan anak tidak dapat berkembang dengan baik. Dalam pembelajaran mengelompokkan bentuk geometri guru hanya memperlihatkan saja, tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk mengamati atau memegang langsung bentuk-bentuk geometri tersebut. Selain itu, metode yang diterapkan guru juga kurang sesuai dengan karakteristik anak. Guru juga lebih banyak menggunakan metode ceramah atau melalui cerita dalam menyampaikan konsep baru kepada anak. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengelompokkan bentuk-bentuk geometri adalah metode pemberian tugas dibantu dengan media kotak matematika. Guru dapat memberikan media kotak matematika yang berisi beberapa bentuk geometri kepada anak, kemudian anak diminta untuk mengelompokkan bentuk-bentuk geometri tersebut berdasarkan jenisnya yang dilakukan sambil bermain. Dengan begitu anak akan merasa senang dan tanpa sadar anak belajar. Anak akan belajar berpikir lebih optimal dan dapat menggunakan alat yang bervariasi sehingga anak menjadi tidak cepat bosan. Melalui penggunaan media kotak matematika, anak melihat langsung bentuk-bentuk geometri sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam hal mengelompokkan bentukbentuk geometri. Apabila guru menerapkan model pembelajaran yang tepat menggunakan berbagai media yang menarik seperti kotak
matematika, anak akan merasa senang sehingga mereka tertarik pada kegiatan yang diberikan oleh guru. Hal ini akan meningkatkan dorongan atau motivasi anak untuk bermain sambil belajar sehingga pada akhirnya mereka dapat menguasai konsep mengelompokkan bentuk geometri. Dengan demikian diduga akan terjadi peningkatan kemampuan kognitif dalam mengelompokkan bentuk geometri. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir seperti yang diuraikan di atas maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut. Jika penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika dilaksanakan dengan baik, maka kemampuan kognitif anak dalam mengelompokkan bentuk geometri dapat meningkat. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan dalam pengembangan model pembelajaran dalam upaya peningkatan kemampuan kognitif dalam mengelompokkan bentuk-bentuk geometri. Hasil observasi yang telah dilaksanakan pada saat penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika dengan menggunakan 5 indikator yang muncul pada saat proses pembelajaran akan diberi bobot, yakni bintang (****) berkembang sangat baik, bintang (***) berkembang sesuai harapan, bintang (**) mulai berkembang, bintang (*) belum berkembang. Bagi guru, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengelompokkan bentuk geometri. Bagi Kepala TK, temuan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan dalam pengembangan berbagai kebijakan sekolah dalam rangka pengembangan manajemen berbasis sekolah, dan sekaligus sebagai media strategis dalam menjalin kemitraan yang baik antara sekolah dengan pihak lain, dalam upaya melakukan berbagai inovasi dan perbaikan-perbaikan kualitas pembelajaran. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadi acuan dasar dalam penelitian lebih lanjut melalui penerapan rancangan penelitian dan penggunaan instrumen yang lebih baik dan lengkap bidang pengembangan lainnya.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 17 orang yang terdiri dari 6 orang anak laki-laki dan 11 orang anak perempuan. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan kognitif pada anak kelompok B PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha pada semester II melalui penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK) Menurut Agung (2010:2) menyatakan “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-prakter pembelajaran di kelas secara lebih profisional”. Sudarsono (1996:1) mengemukakan sebagai berikut. PTK merupakan salah satu upaya peraktis dalam bentuk melakukan kegiatan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Singkatnya, PTK merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru sehari-hari dilapangan atau kelas sehingga merupakan hal yang mereka kenal dan hayati dengan baik. PTK merupakan penelitian praktis yang dilakukan sebagai refleksi pembelajaran dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran yang ada saat ini. Jadi dapat disimpulkan PTK merupakan penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan di dalam kelas untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di dalam kelas secara lebih profisional. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup
kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan evaliasi begitupun dengan siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi target penelitian. Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. a) Rencana Tindakan Adalah perencanaan yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rencana tindakan ini adalah: (1) menyamakan persepsi dengan guru mengenai kemampuan kognitif pada anak, (2) menyiapkan materi yang akan diajarkan, (3) menyusun rencana kegiatan harian (RKH), (4) menyiapkan media kotak matematika, (5) menyiapkan instrumen penilaian. b) Pelaksanaan Tindakan Tindakan merupakan upaya yang dilakukan oleh guru/peneliti untuk melakukan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini adalah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dipersiapkan. c) Evaluasi/Observasi Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengamati kemampuan kognitif anak dalam mengelompokkan bentuk geometri dengan menggunakan lembar observasi. d) Refleksi Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Kegiatan yang dilakukan pada refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Menurut Sudarsono (1996:20)) mengidentifikasi variabel adalah “atribut dari objek yang mempunyai variasi yang antar objek yang satu dengan yang
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) lainnya”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas: metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika, dan variabel terikat: kemampuan kognitif mengelompokkan bentuk geometri. Pengumpulan data tentang kemampuan kognitif mengelompokkan bentuk geometri pada anak kelompok B PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha menggunakan metode observasi. Menurut Agung (2010:68) “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu”. Pendapat di atas dapat dipertegas bahwa metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera penglihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan kognitif mengurutkan angka pada anak kelompok B PAUD Sutha Kertya Banjar Tegeha adalah lembar observasi. Setelah data dalam penelitian terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2010:70) ada dua jenis metode analisis statistik yaitu metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik inferensial. Metode analisis deskriptif adalah cara pengelolaan data yang dilakkan dengan jalan menerapan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan Modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Dalam penerapan metode analisis dekskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung
angka rata-rata (mean), c) menghitung median, d) menghitung modus, e) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Tingkat keberhasilan kemampuan kognitif anak dapat ditentukan dengan cara membandingkan M% atau rata-rata persentase ke dalam PAP skala lima dan pemanfaatan media kotak matematika dikatakan tuntas apabila minimal berada pada kriteria tinggi dengan skor pada rentangan 80-89%, apabila indikator keberhasilan pada pencapaian penguasaan materi sudah tercapai maka penelitian dihentikan dan akan dijadikan simpulan dan pembahasan bahwa siklus tersebut telah tercapai (Agung, 2005:9). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan di kelompok B Paud Sutha Kertya Banjar Tegeha dengan jumlah siswa 17 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari lima kali pertemuan, yaitu empat kali pertemuan untuk pembelajaran dan satu kali untuk evaluasi penilaian. Data yang dikumpulkan adalah mengenai hasil belajar anak terhadap kemampuan kognitif mengelompokkan bentuk geometri dengan bantuan kotak matematika. Dari hasil observasi yang telah dilaksanakan pada saat penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika dengan menggunakan 5 indikator yang muncul pada saat proses pembelajaran akan diberi bobot, yakni bintang 4 (****) berkembang sangat baik, bintang 3 (***) berkembang sesuai harapan, bintang 2 (**) mulai berkembang, bintang 1 (*) belum berkembang, selanjutnya data yang telah didapat tersebut dianalisis untuk memperoleh kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus I diperoleh Mean 13,41, Modus 14, Median 14, dan M% 67,05 % yang dikonvesikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 65 – 79 % yang berarti bahwa hasil belajar kemampuan kognitif siklus I berada pada kriteria cukup. Dari hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah dan hambatan yang menyebabkan hasil belajar anak masih berada pada kreteria cukup, maka masih perlu
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) ditingkatkan pada siklus II. Apabila hasil analisis data siklus I digambarkan dalam grafik polygon, maka akan tampak seperti gambar berikut.
Membuat bentuk geometri yang lebih menarik dan lebih bervariasi. Berdasarkan hasil analisis data pada siklus II diperoleh Mean 17,92, Modus 19, Median 18, dan M% 89,10 % yang dikonvesikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 80% 89% yang berarti bahwa hasil belajar kemampuan kognitif siklus II berada pada kriteria tinggi. Apabila hasil analisis data siklus II digambarkan dalam grafik polygon, maka akan tampat seperti gambar berikut.
Mo/Md = 14,00 M = 13,41
Gambar 01 Grafik Polygon Hasil Belajar Kemampuan Kognitif Siklus I Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat M < Md = Mo (13,41 < 14,00 = 14,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar kemampuan kognitif pada siklus I dapat di interpretasikan skor kognitif anak cukup. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain 1) Anak dalam kemampuan menerima kegiatan rendah dengan alat peraga yang peneliti gunakan, anak sudah mengenal belajar menggunakan kotak matematika, serta ada beberapa anak yang belum merespon kegiatan pembelajaran saat proses pembelajaran berlangsung, 2) Beberapa anak belum senang menerima kegiatan dengan alat peraga seperti kotak matematika, karena kotak matematika kurang menarik bagi anak. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah 1) Mensosialisasikan kembali alat peraga dengan kegiatan bermain menggunakan kotak matematika dalam mengelompokkan bentuk geometri, dengan kegiatan pembelajaran seperti itu sehingga pertemuan berikutnya anak akan lebih terbiasa dalam mengikuti pembelajaran, 2)
M = 17,82
Mo =19 Md = 18,00
Gambar 02 Grafik Polygon Hasil belajar Kemampuan Kognitif Siklus II Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon di atas terlihat M < Md < Mo (17,82 < 18,00 < 19,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data hasil belajar kemampuan kognitif pada siklus II cenderung tinggi. Melalui perbaikan peroses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksaaan siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan hasil belajar anak. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II 1) Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti, sehingga hasil belajar yang diharapkan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) dapat tercapai dengan memuaskan, 2) Anak yang pada awalnya dalam kemampuan mengelompokkan bentuk geometri kurang dalam proses pembelajaran menjadi baik, 3) Peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberi motivasi pada anak apabila ada anak yang belum bisa mengerjakan tugas yang diberikan pada saat kegiatan. Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan kotak matematika untuk meningkatkan kemampuan kognitif sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata prsentase (M%) hasil belajar dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil analisis memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika untuk kemampuan kognitif anak dalam mengelompokkan bentuk geometri persentase rata-rata hasil belajar anak pada siklus I sebesar 67,05% (cukup) dan meningkat pada siklus II menjadi 89,01% (tinggi). Ini menunjukan adanya peningkatan rata-rata persentase hasil belajar anak dari siklus I ke siklus II sebesar 21,05%. Secara umum proses pembelajaran dengan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika untuk kemampuan kognitif anak dalam mengelompokkan bentuk geometri sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata prsentase (M%) hasil belajar dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Kebehasilan penerapan metode pemberian tugas dilakukan oleh Srinadi (2012) yang menunjukkan hasil bahwa penerapan metode pemberian tugas dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar kemampuan kognitif anak kelompok B TK Widya Dharma Temukus tahun pelajaran 2011/2012. Melalui metode pemberian tugas, siswa dilatih untuk memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Dibantu dengan media yang tepat dan menarik, akan memudahkan siswa memahami materi yang dipelajari. Keberhasilan dalam penelitian ini menunjukan bahwa metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika untuk kemampuan kognitif anak dalam mengelompokkan bentuk geometri ternyata sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika untuk kemampuan kognitif anak dalam mengelompokkan bentuk geometri secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan hasil belajar anak. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan di depan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan kognitif mengelompokkan bentuk geometri setelah penerapan metode pemberian tugas berbantuan media kotak matematika pada anak kelompok B Semester II tahun pelajaran 2013/2014 di Paud Sutha Kertya Banjar Tegeha sebesar 21,05%. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentase hasil belajar mengelompokkan bentuk geometri anak pada siklus I sebesar 67,05% (cukup) menjadi sebesar 88,10% (tinggi) pada siklus II. Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran yaitu guru diharapkan untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan dalam membuat bentuk geometri yang lebih bervariasi (bermacam-macam warna), inovatif dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Kepala sekolah, diharapkan mampu memberikan suatu informasi mengenai media kotak matematika yang bervariatif untuk dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif, dan menyenangkan bagi anak disetiap kelas. Peneliti lain disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan dari kemampuan kognitif.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (Volume 2 No 1 Tahun 2014) DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2005. Konsep dan Teknik Analisis Data Hasil Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja. -------.
2010. Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Pengantar. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997. Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak, Landasan Program dan Pengembangan Kegiatan Belajar, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Depdikbud. 1998. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud. Moedjiono, Moh. Dimyati. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Nurkancana, Sunartana. 1992. Strategi Pembelajaran. Surabaya: Usaha Nasional. Roestiyah, M.K. 1994. Masalah Pembelajaran sebagai Suatu Sistem. Jakarta: Rineka Cipta. Sudarsono, F.X. 1996, Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sujiono, Yuliani Nurani. 2008. Model PembelajaranPengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.