PEMETAAN SARANA PRASARANA SD NEGRI DI KECAMATAN SUKOHARJO BERDASARKAN PERMENDIKNAS NOMOR 24 TAHUN 2007 MS Khabibur Rahman 1, Pranichayudha Rohsulina2 FKIP Pendidikan Geografi, Universitas Veteran Bangun Nusantara email:
[email protected], email:
[email protected] ABSTRAK Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia yang sangat penting. Salah satu faktor penentu keberhasilan adalah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persebaran dan kecukupan sarana dan prasarana Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo pada Tahun 2014. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan metode penelitian dengan cara melakukan pemetaan kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh masingmasing sekolah dasar negeri, dengan cara melakukan ploting lokasi sekolah yang dilengkapi dengan data atribut sarana dan prasarana yang dimiliki. Setelah semua data atribut yang diperlukan terkumpul, lalu data hasil ploting dan data atribut diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sehingga menghasilkan peta kelengkapan sarana dan prasarana Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis peta diketahui bahwa persebaran Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sukoharjo cukup merata dengan jumlah 2-5 sekolah setiap kelurahan. Terdapat 7 Sekolah Dasar Negeri yang memiliki sarana prasarana lengkap atau hanya 15,9% dari total 44 Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sukoharjo. Selanjutnya terdapat 6 sekolah dengan kategori sangat tinggi atau 13,6% yang memiliki standar sarana dan prasarana yang disyaratan dalam PERMENDIKNAS No 24 Tahun 2007. Kata Kunci: Permendiknas No 27 Tahun 2007, Pemetaan, Sarana, Prasarana I.
PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan definisi pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan di masyarakat. Untuk menunjang ketercapaian pendidikan nasional tersebut
perlu didukung oleh banyak hal, salah satunya adalah sarana dan prasarana kelengkapan kegiatan pembelajaran dalam hal ini sarana prasarana yang dimiliki oleh setiap sekolah. Terkait dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh sekolah, kondisi yang kurang baik terjadi di banyak sekolah yang ada di Indonesia. Salah satu contohnya adalah kondisi sekolah yang ada di Jakarta pada tahun 2013, ada 112 sekolah yang memerlukan rehab total, 309 sekolah memerlukan rehab berat sedangkan 82 sekolah
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.49
diperlukan rehab sedang (Kurnia Sari Aziza, diposting tanggal 4 November 2013). Pemerintah mempunyai keinginan yang kuat guna mewujudkan tercapainya pendidikan yang baik, yaitu dengan membuat sebuah peraturan perundang – undangan yang mengatur standar sarana dan prasaran yang harus dimiliki oleh sekolah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2007. Peratuan menteri tesebut menjadi acuan standar sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh sekolah. Dalam arti lain, setiap sekolah harus memiliki sarana dan prasarana sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan tersebut, namun kenyataan dilapangan tidaklah sesuai dengan apa yang menjadi angan-angan pemerintah. Masih banyak sekolah yang belum memiliki sarana dan prasarana yang sesuai dengan peraturan menteri tersebut. Tidak beda halnya dengan di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, masih banyak sekolah yang belum meiliki sarana dan prasarana yang lengkap. Gambaran mengenai sekolah yang belum memiliki sarana dan prasarana sesuai peraturan tersebut belum dimiliki oleh Pemerintah Kecamatan Sukoharjo. Geografi yang memiliki sebuah piranti yang bernama Sistem Informasi Geografis (SIG) mampu memberikan gambaran secara spasial (keruangan) mengenai keadaan sekolahsekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Sukoharjo. Berbekal dengan kemampuan SIG dan data sarana dan prasarana yang dikumpulkan dari tiap sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Sukoharjo, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui persebaran Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun 2014. 2. Mengetahui ketersediaan sarana dan prasarana di Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoahrjo tahun 2014 berdasarkan Permendiknas Nomor 24 tahun 2007.
II. KAJIAN LITERATUR A. Analisis Pemetaan Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) menyebutkan bahwa analisis spasial mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan, data yang dikumpulkan dapat berupa data titik, garis maupun area. Hal yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada hakekatnya analisis spasial adalah analisis lokasi yang menitikberatkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement) Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan yang dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes). Struktur keruangan berkenaan dengan elemen pembentuk ruang yang disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu titik, garis dan area. B.
Peta dan Pemetaan Banyak para ahli memberikan pendapat mengenai definisi peta. Menurut International Cartographic Asociation (ICA) dalam Sinaga (1999:1) peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi, biasanya dalam skala tertentu dan digambarkan di atas bidang datar melalui suatu sistem proyeksi. Peta menggunakan simbol dua dimensi untuk mencerminkan fenomena geografikal yang dilakukan secara sistematis dan memerlukan kecakapan untuk membuat dan membacanya. Menurut buku panduan membaca peta rupa bumi Indonesia, yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survei dan pemetaan Nasional (Bakosurtanal) mendeskripsikan peta adalah suatu gambaran dari unsure-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada diatas maupun dibawah permukaan bumi yang
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.42
digambarkan pada satu bidang datar dengan skala tertentu. Secara umum peta dapat dibagi kedalam dua jenis, yaitu: 1. Peta Rupabumi Peta yang menampilkan sebagian unsure-unsur buatan manusia serta unsure alam pada bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu. Dalam istilah asing, peta Rupabumi sering disebut juga topographical map. 2. Peta Tematik Peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu dengan menggunakan peta rupabumi yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya.
Dunia
Penelitian mengenai pemetaan ketersediaan sarana dan prasana ini, memerlukan peta rupabumi Indonesia sebagai peta dasar yang digunakan sebagai tempat diletakkannya informasi tematiknya berupa ketersediaan sarana dan prasarana. Hasil akhir dari penelitian ini adalah peta tematik persebaran sekolah dan peta tematik ketersediaan sarana dan prasaran sekolah. Peta merupakan sebuah media komunikasi antara pembuat peta dengan pemabaca / pengguna peta. Apa yang dimaksudkan oleh pembuat peta dan tertuang dalam peta yang dibuat, diharapkan mampu diinterpretasikan dengan baik oleh pembaca peta.
Konsep Kartografi
Peta
Interpretasi Pengguna
Gambar 1. Model Komunikasi dalam Pemetaan
Supaya data yang dihasilkan sesuai, dengan yang diharapkan, dimengerti dan memberikan gambaran yang jelas, rapi dan bersih maka hal yang harus diperhatikan adalah mengenai desain peta, desain symbol, dan tata letak komponen peta. Ada beberapa hal pula yang harus diperhatikan dalam membaca dan membuat peta, yaitu: 1. Skala peta Skala peta erat kaitannya dengan ukuran geometri bumi, misalnya perbandingan jarak di lapangan dengan jarak dipeta. 2. Simbol Merupakan penggambaran kenampakan yang ada di permukaan bumi. 3. Sistem koordinat Berkaitan dengan penentuan posisi obyek yang berada di lapangan.
4.
Arah utara Panduan kea rah utara target di peta dan dipakai sebagai petunjuk arah ke utara bila kita berada di lapangan.
Pada dasarnya, ada dua hal informasi yang akan ditemui dalam sebuah peta, yaitu: 1. Muka peta Merupakan bagian pokok peta yang menunjukkan sejumlah obyek yang ada di daerah tertentu dan termasuk informasi tersebut. Adapun informasi yang ditampilkan dalam muka peta antara lain : man made features (buatan manusia seperti jalan, bangunan, sawah,dll), perairan, unsure alam (missal : gunung, bukit, lembah, dll), serta penggunaan lahan.
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.43
2.
Informasi tepi (marginal information) Merupakan bagian peta yang berisi penjelasan secara detail, yang dapat membantu pengguna peta. Adapun informasi yang berada pada bagian informasi tepi antara lain: Judul, skala, legenda, orientasi arah, sumber data, pembuat peta, insert, dan lainlain.
Tata letak peta dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. Tata Letak Peta
Keterangan : 1. Judul peta 2. Skala peta 3. Orientasi arah 4. Legenda 5. Peta insert 6. Sumber data 7. Pembuat peta 8. Grid (Garis Lintang) 9. Grid (Garis Bujur)
C. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sekolah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 ayat (1) disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkahlaku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sementara itu, dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan melalui kurikulum. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada falsafah dan tujuan pendidikan nasional. Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah pendidikan keluarga, bersifat formal namun tidak kodrati. Kendatipun demikian banyak orangtua (dengan berbagai alasan) menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah (Hasbullah 2005: 45-46). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ketersediaan berasal dari kata dasar sedia yang berarti siap. Ketersediaan yaitu suatu kesiapan sarana (tenaga, barang, modal, anggaran) untuk dapat digunakan pada waktu yang telah ditentukan. Sarana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang digunakan sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk mendapatkan perubahan fisik, mental serta emosionla. Prasarana adalah segala sesuatu yang menunjang terselenggaranya proses pendidikan yang memanfaatkan fisik untuk menghasilkan perubahan.
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.44
Dari definisi di atas, sarana pendidikan atau sarana sekolah merupakan alat yang digunakan untuk mencapai pendidikan serta menunjang kelancaran proses pembelajaran disekolah, sedangkan prasarana merupakan fasilitas yang secara tidak langsung menunjang tercapainya tuuan pembelajaran. Prasarana pendidikan adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau usaha pendidikan agar tujuan pendidikan tercapai. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah SMP/MTs dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah SMA/MA seharusnya SD/MI sekurang kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut: 1. Ruang Kelas, 2. Ruang Perpustakaan, 3. Laboratorium Ipa, 4. Ruang Pimpinan, 5. Ruang Guru, 6. Tempat Beribadah, 7. Ruang UKS, 8. Jamban, 9. Gudang, 10. Ruang Sirkulasi, 11. Tempat Bermain/Berolahraga. Adapun kaitan antara sarana dan prasarana dengan proses pendidikan dapat dikatakan bahwa penggunaan sarana dan prasarana secara efektif dan efisien serta kelengkapan dari sarana dan prasarana yang dimaksud, dapat membantu dalam mencapai tujuan pendidikan. Sarana pendidikan ini berkaitan erat dengan semua perangkat, peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Prasarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang secara langsung menunjang pelaksanaan pembelajaran di sekolah seperti: ruang, perpustakaan, kantor sekolah, UKS, ruang osis, tempat parkir, ruang laboratorium, dan lain-lain.
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di seluruh Sekolah Dasar Negeri yang ada di daerah administrasi Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. B.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif spasial. Metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini secara aktual dan cermat (Hasan, 2002: 22). Metode deskriptif spasial digunakan untuk melukiskan secara sistematik dari karakteristik populasi, dalam hal ini sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah dasar negeri secara actual dan cermat berdasarkan keruangan. C. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Tika (1997: 67) berpendapat bahwa “Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti”. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah dasar negei di Kecamatan Sukoharjo. “Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli”. Penggunaan data sekunder dalam penelitian ini adalah data dari Peta Rupabumi Indonesisa (RBI) yang digunakan sebagai base map atau peta dasar dalam penelitian ini. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data digunakan adalah :
yang
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.45
1.
2.
3.
Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi merupakan teknik yang memberikan informasi secara tepat dan akurat untuk dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengutip pada sumber data yang tersedia. Teknik ini digunakan pada saat menyadap data yang berada pada peta RBI, yang kemudian digunakan sebagai peta dasar dalam penelitian. Teknik Observasi Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data primer yang berupa titik koordinat masing-masing sekolah dasar yang didapat dengan menggunakan alat bantu yaitu Global Positioning System (GPS). Teknik Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi 2 orang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh komunikasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana 2004 : 180). Sedangkan Mardalis (2002: 64) berpendapat bahwa “Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan – keterangan lisan melalui bercakap– cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti”. Teknik wawancara digunakan untuk menggali informasi ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
E.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data sekunder dan teknik analisis peta. Teknik analisis data sekunder dilakukan dengan cara mentabulasi data ke dalam bentuk tabel dan grafik maupun peta, kemudian diuraikan dalam bentuk kalimat. Adapun data yang perlu dianalisis adalah: 1. Analisis Distribusi Sekolah Dasar Negeri Analisis distribusi sekolah dasar negeri digunakan untuk mengetahui persebaran secara keruangan lokasi sekolah dasar negeri yang berada di Kecamatan Sukoharjo dengan menggunakan analisis peta. 2. Analisis Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Untuk mengetahui ketersediaan sarana dan prasarana SD Negeri digunakan pedoman dari Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 24 Tahun 2007 mengenai standar sarana dan prasarana Sekolah Dasar. Dengan menggunakan dasar tersebut, ketersediaan sarana dan prasarana SD negeri di Kecamatan Sukoharjo dapat dianalisis. Dalam penentuan kelas interval digunakan perhitungan statistic menurut Sudjana (46:2002). Dengan membagi data menjadi empat kelas, digunakan cara: Penentuan kelas = 3,3Log N-1 = 3,3 Log 43 = 3,3 x 1,633 = 5,39 = 5 kelas Interval = data tertinggi – data terendah / 5 Dari hasil yang diperoleh, data dikelompokkan menjadi 5 kelas yaitu Sangat Rendah, Rendah, Sedang, Tinggi, Sangat Tinggi. Setelah setiap sekolah diketahui jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki, maka dikelompokkan berdasarkan 5 kelas
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.46
tersebut didalam analisis.
kemudian digambarkan peta untuk dilakukan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persebaran SD di Kecamatan Sukoharjo Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persebaran SD Negeri di Kecamatan Sukoharjo adalah analisis
spasial dengan menggunakan peta. Dalam penelitian ini peta digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan lokasi persebaran SD. Dalam penggambarannya pada peta, sekolah dasar disimbolkan menggunakan symbol titik (point). Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi absolute SD Negeri di Kecamatan Sukoharjo dapat dilihat pada table berikut:
Table 1. Persebaran SD Negeri di Kecamatan Sukoharjo No.
Sekolah Dasar
1
SD Sukoharjo 1
2
Y
X
No.
Sekolah Dasar
Y
X
-7.6755
110.8450
23
SD Begajah 3
-7.6940
110.8647
SD Sukoharjo 2
-7.6733
110.8500
24
SD Begajah 4
-7.7000
110.8800
3
SD Sukoharjo 3
-7.6730
110.8410
25
SD Kenep 1
-7.6908
110.8156
4
SD Sukoharjo 4
-7.6750
110.8440
26
SD Kenep 2
-7.6919
110.8165
5
SD Sukoharjo 6
-7.6580
110.8260
27
SD Kenep 3
-7.6958
110.8166
6
SD Jetis 1
-7.6741
110.8470
28
SD Combongan 1
-7.6881
110.8289
7
SD Jetis 2
-7.6800
110.8390
29
SD Combongan 2
-7.6828
110.8207
8
SD Jetis 3
-7.6800
110.8500
30
SD Combongan 3
-7.6857
110.8271
9
SD Jetis 4
-7.6800
110.8442
31
SD Kriwen 1
-7.6823
110.7995
10
SD Banmati 1
-7.7070
110.8250
32
SD Kriwen 2
-7.6863
110.8072
11
SD Banmati 2
-7.6980
110.8360
33
SD Bulakan 1
-7.6705
110.8091
12
SD Banmati 3
-7.7070
110.8280
34
SD Bulakan 2
-7.6695
110.8021
13
SD Joho 1
-7.6820
110.8580
35
SD Bulakan 3
-7.6761
110.8062
14
SD Joho 2
-7.6870
110.8353
36
SD Dukuh 1
-7.6592
110.8062
15
SD Joho 4
-7.6870
110.8580
34
SD Dukuh 2
-7.6592
110.8062
16
SD Mandan 1
-7.7010
110.8510
37
SD Dukuh 3
-7.6690
110.8126
17
SD Mandan 2
-7.7040
110.8580
38
SD Sonorejo 1
-7.6517
110.8130
18
SD Mandan 3
-7.7010
110.8490
39
SD Sonorejo 2
-7.6523
110.8072
19
SD Gayam 1
-7.6800
110.8620
40
SD Bulakrejo 1
-7.6492
110.8356
20
SD Gayam 3
-7.6770
110.8600
41
SD Bulakrejo 2
-7.6498
110.8378
21
SD Gayam 5
-7.6750
110.8560
42
SD Bulakrejo 3
-7.6547
110.8312
22
SD begajah 1
-7.6980
110.8700
43
SD Bulakrejo 4
-7.6497
110.8398
Sumber : Penghitungan Langsung Dalam penyajian penyebaran data persebaran SD Negeri di Kecamatan Sukoharjo menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam pengolahan datanya. Pengolahan datanya yang berupa titik lokasi absolute dari SD Negeri di Sukoharjo akan dimasukkan kedalam peta
dasar. Data yang digunakan adalah data keseluruhan SD Negeri atau disebut juga sampel populasi, yang berjumlah 45 SD Negeri yang berada di Kecamatan Sukoharjo. SD Negeri yang berada di Kecamatan Sukoharjo tersebar kedalam 14 Kelurahan
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.47
di Kecamatn Sukoharjo, yaitu Sukoharjo, Banmati, Begajah, Bulakan, Bulakrejo, Combongan, Dukuh, Gayam, Jetis, Joho, Kenep, Kriwen, Mandan, dan Sonorejo. Mayoritas SD Negeri berada di Kelurahan Sukoharjo dengan jumlah 5 dari 44 sekolah dasar negri yang ada di kecamatan sukoharjo atau 11,4% dari total sekolah dasar di Kecamatan Sukoharjo sedangkan yang paling sedikit ada di Kelurahan Kriwen yaitu 2 Sekolah Dasar.
Dalam penggambaran pada peta, persebaran SD Negeri digambarkan dengan simbil titik yang berbentuk segi lima dengan warna hijau, yang artinya satu titik mewakili 1 sekolah dilengkapi dengan nomor urut yang menunjukkan identitas sekolah. Urutan nomor urut sekolah dapat dilihat pada legenda peta yang terletak pada informasi tepi peta. Untuk lebih jelasnya persebaran SD Negeri yang ada di Kecamatan Sukoharjo dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 3. Peta Persebaran Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sukoharjo Dari analisis peta persebaran sekolah dasar di kecamatan sukoharjo dapat diketahui bahwa persebaran sekolah dasar di kecamatan sukoharjo cukup merata, dengan jumlah sekolah antara 2 – 6 sekolah negri disetiap kelurahan. Namun, jumlah ini juga harus diimbangi dengan jumlah penduduk usia sekolah dasar yang ada di masing-masing kelurahan, sehingga
apakah perlu adanya tamhana sekolah dasar atau justru ada sekolah dasar negri yang tidak efektif sehingga perlu dilakukan regroup sekolah. B.
Sarana dan Prasarana di Sekolah Dasar Sebuah Sekolah Dasar/MI sekurangkurangnya memiliki semua sarana dan
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.48
prasarana yang telah disarankan berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Standar sarana dan prasarana merupakan keharusan atau sarana prasarana minimal yang dimiliki Sekolah Dasar/MI. Sarana dan prasarana dapat dikatakan sebagai fasilitas pelayanan
sehingga dapat dihitung dengan menggunakan metode ketersediaan pelayanan. Apabila fasilitas pelayanan tersebut ada maka diberikan nilai 1 (satu), dan apabila fasilitas pelayanan tersebut tidak ada maka diberikan angka 0 (nol). Berdasarkan data perhitungan dilapangan diperoleh data sebagai berikut:
Table 2. Ketersediaan Sarana Prasarana di SD Negeri di Kecamatan Sukoharjo Sekolah Dasar
RK
RP
L RPi
RG
Sukoharjo 1
1
1
1
1
1
Sukoharjo 2
1
1
1
1
Sukoharjo 3
1
1
0
Sukoharjo 4
1
1
0
Sukoharjo 6
1
1
Jetis 1
1
Jetis 2
TI
U J
G
RS
TB
Total
1
1 1
1
1
1
11
1
0
1 1
1
1
1
10
1
1
0
1 1
1
1
1
9
1
1
0
1 1
1
1
1
9
0
1
1
0
1 1
0
0
0
6
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
11
1
1
0
1
1
0
1 1
0
1
0
7
Jetis 3
1
1
0
1
1
1
1 1
1
1
1
10
Jetis 4
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
11
Banmati 1
1
0
0
0
1
0
0 1
1
1
1
6
Banmati 2
1
1
0
0
1
0
0 1
1
0
1
6
Banmati 3
1
1
0
1
1
1
0 1
0
0
0
6
Joho 1
1
1
0
1
1
1
1 1
1
1
1
10
Joho 2
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
11
Joho 4
1
1
0
0
0
0
0 1
1
0
0
4
Mandan 1
1
1
0
1
1
0
0 1
0
1
1
7
Mandan 2
1
1
0
0
1
0
0 1
1
0
1
6
Mandan 3
1
1
0
0
1
0
1 1
0
0
0
5
Gayam 1
1
1
0
0
1
1
1 1
1
0
0
7
Gayam 3
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
11
Gayam 5
1
1
0
0
1
0
0 1
1
0
1
6
Begajah 1
1
1
1
0
1
1
1 1
1
1
1
10
Begajah 3
1
1
0
0
1
0
0 1
0
0
1
5
Begajah 4
1
1
0
1
1
0
0 1
0
0
1
6
Kenep 1
1
1
0
1
1
0
0 1
1
0
1
7
Kenep 2
1
1
0
1
1
0
0 1
0
0
0
5
Kenep 3
1
1
0
1
1
1
1 1
1
1
1
10
Combongan 1
1
1
0
0
1
0
1 1
0
0
1
6
Combongan 2
1
1
0
0
1
0
0 1
1
0
1
6
Combongan 3
1
1
0
0
1
0
0 1
1
0
1
6
Kriwen 1
1
1
1
0
1
0
1 1
1
0
1
8
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.49
Kriwen 2
1
1
0
0
1
1
0 1
1
0
1
7
Bulakan 1
1
1
0
1
1
1
1 1
0
1
1
9
Bulakan 2
1
1
0
1
1
0
1 1
1
0
1
8
Bulakan 3
1
1
1
1
1
1
1 1
1
0
1
10
Dukuh 1
1
1
0
1
1
0
1 1
1
0
1
8
Dukuh 2
1
1
0
1
1
0
1 1
1
0
1
8
Dukuh 3
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
11
Sonorejo 1
1
1
0
1
1
0
0 1
1
0
1
7
Sonorejo 2
1
1
0
1
1
0
1 1
1
1
1
9
Bulakrejo 1
1
1
0
0
1
1
1 1
0
1
1
8
Bulakrejo 2
1
1
0
1
1
0
1 1
1
0
1
8
Bulakrejo 3
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
11
Bulakrejo 4
1
1
1
0
1
0
1 1
1
0
0
7
Keterangan : 1 = ada 0 = Tidakada RK: ruang kelas, RP : ruang perpustakaan, L : laboratorium IPA, RPi: ruang pimpinan, RG: ruang guru, TI : tempat beribadah, U : ruang UKS, J : jamban, G : gudang, RS : ruang sirkulasi, TB : tempat bermain/berolahraga
Dengan melihat Tabel di atas, maka dapat diketahui sekolah SD maupun MI yang sudah memenuhi maupun belum memenuhi sarana dan prasarana yang diharuskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007. Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa SD/MI yang memiliki
sarana dan prasarana lengkap yakni SD/MI yang memiliki jumlah angka 11 yakni SD Sukoharjo 1, Jetis 1,Jetis 4, Joho 2, Gayam 3, Dukuh 3, Bulakrejo 3. Untuk melihat persebaran kecukupan sarana dan prasarana SD di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo secara keruangan dapat dilihat pada gambar berikut:
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.50
Gambar 4. Peta Pemenuhan Sarana Prasarana Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sukoharjo Untuk menunjang kualitas pendidikan, hendaklah sarana dan prasaran tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan undang-undang untuk dipenuhi. Selain 11 komponen utama standar sarana dan prasarana yang dimiliki, dijabarkan pula kelengkapan dari sarana prasarana tersebut yang minimal dimiliki sekolah, mulai dari ruang kelas hingga tempat bermain / olahraga. Dalam penelitian kali ini, akan diberikan penilaian 1 (satu) jika kelengkapan tersebut dimiliki oleh sekolah dannila 0 (nol) jika kelngkapan tersebut tidak dimiliki sekolah. Pemberian nilai ini tidak mempertimbangkan skala prioritas,
hanya memberikan penilaian terhadap ada dan tidak adanya kelengkapan tesebut. Setelah diperoleh jumlah total kelengkapan, akan dibagi kedalam 5 kelas yaitu sangat rendah, rendah, sdang, tinggi dan sangat tinggi. Pembagian kelas ini berdasarkan rumus sturgest, yaitu Jumlah kelas = 3,3 Log N-1 3,3 Log 44-1 3,3 Log 43 3,3 x 1,6 5,3 = 5 kelas Setelah dilakukan penghitungan dilapangan, diperoleh data sebagai berikut:
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.51
Table 3. Kelas Standar Sarana Prasarana Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014 Nama Sekolah
Total
Kelas
Nama Sekolah
SD Sukoharjo 1
91
Tinggi
SD Begajah 3
72
Sedang
SD Sukoharjo 2
89
Tinggi
SD Begajah 4
74
Sedang
SD Sukoharjo 3
83
Tinggi
SD Kenep 1
69
Sedang
SD Sukoharjo 4
83
Tinggi
SD Kenep 2
53
Rendah
SD Sukoharjo 6
88
Tinggi
SD Kenep 3
88
Tinggi
SD Jetis 1
94
Sangat Tinggi
SD Combongan 1
69
Sedang
SD Jetis 2
73
Sedang
SD Combongan 2
63
Rendah
SD Jetis 3
83
Tinggi
SD Combongan 3
61
Rendah
SD Jetis 4
87
Tinggi
SD Kriwen 1
81
Tinggi
SD Banmati 1
38
Sangat Rendah
SD Kriwen 2
54
Rendah
SD Banmati 2
45
Sangat Rendah
SD Bulakan 1
86
Tinggi
SD Banmati 3
42
Sangat Rendah
SD Bulakan 2
71
Sedang
SD Joho 1
86
Tinggi
SD Bulakan 3
98
Sangat Tinggi
SD Joho 2
95
Sangat Tinggi
SD Dukuh 1
98
Sangat Tinggi
SD Joho 4
61
Rendah
SD Dukuh 2
84
Tinggi
SD Mandan 1
75
Sedang
SD Dukuh 3
101
SD Mandan 2
73
Sedang
SD Sonorejo 1
71
Sedang
SD Mandan 3
69
Sedang
SD Sonorejo 2
69
Sedang
SD Gayam 1
93
Tinggi
SD Bulakrejo 1
60
Rendah
SD Gayam 3
91
Tinggi
SD Bulakrejo 2
74
Sedang
SD Gayam 5
89
Tinggi
SD Bulakrejo 3
83
Tinggi
SD Begajah 1
98
Sangat Tinggi
SD Bulakrejo 4
54
Rendah
Dari tabel diatas dapat dilhat bahwa sekolah yang memiliki nilai sangat tinggi baru 6 sekolah atau 13,6 % dari total sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Sukoharjo. Untuk sekolah yang tergabung dalam kelas tinggi sebanyak 16 sekolah atau 36,4% dari total sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Sukoharjo. Untuk sekolah yang tergabung dalam kelas sedang sebanyak 12 sekolah atau 27,3% dari total sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Sukoharjo. Untuk sekolah yang tergabung dalam kelas rendah sebanyak 7
Total
Kelas
Sangat Tinggi
sekolah atau 15,9% dari total sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Sukoharjo, dan Untuk sekolah yang tergabung dalam kelas sangat rendah sebanyak 3 sekolah atau 6,8% dari total sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Sukoharjo dan semua berada di Kelurahan Banmati. Untuk melihat persebaran standar sarana dan prasarana SD di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo secara keruangan dapat dilihat pada gambar berikut:
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.52
Gambar 5. Peta Pemenuhan Sarana Prasarana Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sukoharjo V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : a. Mayoritas sekolah dasar negeri berada di Kelurahan Sukoharjo dengan jumlah 5 sekolah dan yang paling sedikit berada di kelurahan Kriwen dengan jumlah 2 sekolah. b. Terdapat 7 sekolah Dasar negeri yang memiliki sarana dan prasarana lengkap sesuai dengan PERMENDIKNAS No 24 Tahun 2007, serta ada 6 sekolah yang memiliki kelas sangat tinggi dalam hal kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA Bintarto, R dan Hadisumarno, Surastopo. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta : LP3ES. Hasan, M. Igbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Mardalis. 2002. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.53
Mulyana, Deddy, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sinaga, Maruli. 1995. Pengetahuan Peta. Jogjakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Sudjana, 2002. Metoda Bandung: Tarsito
Statistika.
Tika, Moch Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Perundang-undangan : UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Peraturan Menteri Pendidikan No. 24 Tahun 2007 mengenai Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah SMP/MTs dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah SMA/MA Internet : Kurnia Sari Aziza, diposting tanggal 4 November 2013 http://megapolitan.kompas.com/rea d/2013/11/04/1125091/Ratusan.Ba ngunan.Sekolah.di.Jakarta.Tidak.L ayak dari 1.708
Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Rahman, M.S.K., P. Rohsulina.54