Pemberdayaan Masyarakat Konsep pemberdayaan dalam pengembangan pembangunan masyarakat seringkali dihubungkan dengan konsep kemandirian, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan (Adimihardja, 2004). Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Pemberdayaan juga diartikan sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik, dan hak-haknya menurut undang-undang (Rappopont,l987) dalam Suharto (2005). Dengan demikian, pemberdayaan mencakup upaya untuk meningkatkan kemandirian, partisipasi, memperbaiki jaringan kerja, dengan tujuan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan praktis (ekonomi) dan menentukan pilihan (melakukan kontrol). Pemberdayaan menunjuk pada upaya peningkatan kemampuan orang atau kelompok yang lemah sehingga mereka memiliki kekuatan dan kemampuan dalam
memenuhi
kebutuhan
dasar,
melalui
peningkatan
pengetahuan,
keterampilan, dan sumber-sumber lain untuk mencapai kemandirian. Dengan kemampuan dan kekuatannya mereka mampu menjangkau sumber-sumber produksi yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang mereka inginkan. Berdasarkan Jim Ife (1995), pemberdayaan mempunyai tujuan yaitu menambah kekuasaan bagi yang tidak beruntung. Strategi pemberian kekuasaan yang ada dalam pemberdayaan adalah :
1. Kekuasaan terhadap piiihan pribadi dan kesempatan untuk hidup 2. Kekuasaan terhadap kebutuhan 3. Kekuasaan terhadap pemikiran
4. Kekuasaan terhadap lembaga 5. Kekuasaan terhadap sumber 6 . Kckuasaan tcrhadap aktivitas ekonomi
7. Kekuasaan terhadap produksi
Pemberdayan mempakan gerakan yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui partisipasi aktif atas dasar prakarsa komunitas. Strategi pemberdayaan masyarakat secara partisipatif merupakan strategi yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan karena kegagalan pembangunan seringkali terkait dengan kurangnya partisipasi masyarakat. Dalam kondisi yang demikian itu maka upaya peningkatan kemampuan dan kapasitas masyarakat merupakan strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam peran yang tidak hanya terbatas sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai pengupaya, penilai dan pemelihara keberlanjutan pembangunan. Dalam
pemberdayan
masyarakat,
pendekatan
kelompok
merupakan
pendekatan yang lazim digunakan. Kelompok dapat berperan dalam mengontrol suatu keputusan maupun kebijakan yang berpengaruh langsung kepada kehidupan komunitas. Pendekatan kelompok mempunyai kelebihan antara lain dapat mempercepat proses adopsi, karena adanya interaksi sesama anggota kelompok dalam bentuk saling mempengaruhi satu sama lain (Vitayala 1986). Sedangkan Soekanto (2005), mengemukakan bahwa dalam kelompok terjadi hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong berdasarkan kesamaan nasib, kepentingan, dan tujuan sehingga hubungan antara anggota bertambah erat.
Kapital Sosial Di dalam pembahasan tentang pemberdayaan masyarakat dikenal suatu konsep modal sosial, yang secara umum dipahami sebagai bentuk institusi, relasi, dan n o m a - n o m a yang membentuk kualitas dan kuantitas dari interaksi sosial dalam masyarakat. Kapital sosial merupakan suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum
(world view),
kepercayaan (trust). pertukaran timbal balik (reciprocity). pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan
informal
(formaland
informal
groups),
serta asosiasi-asosiasi
yang
melengkapi memudahkan
modal-modal terjadinya
lainnya tindakan
(fjsik, kolektif,
manusiawi,
budaya)
pertumbuhan
sehingga
ekonomi,
dan
pembangunan (Colletta dan Cullen, 2000). Pandangan tersebut memberikan gambaran bahwa modal sosial dapat dilihat dari organisasi sosial ekonomi yang dapat mewujudkan pengembangan kapasitas lokal (locality capacity). Suatu kelompok akan menjadi modal sosial suatu komunitas yang dapat diandalkan sebagai suatu kekuatan sosial dalam bentuk energi yang tidak pernah habis dalam suatu komunitas (Rubin dan Rubin, 1992). Modal sosial yang merupakan suatu kesatuan sisten dalam organisasi atau kelompok mengandung empat dimensi sebagai berikut : Pertama, interaksi (integration) yaitu merupakan ikatan yang kuat antar anggota komunitas. Kedua, pertalian (linkage) merupakan ikatan dengan komunitas di luar komunitas asal. Ketiga, integrasi organisasional (organizational integrity) yang merupakan keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya. termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan. Keempat adalah sinergi (sinergy) yang merupakan relasi antara pemimpin dan institusi pemerintah dengan komunitas (state community relations). Dengan demikian modal sosial merujuk pada seperangkat norma, jaringan, dan organisasi yang orang akan memperoleh akses pada kekuasaan (power) dan sumber daya yang merupakan sarana yang memungkinkan pegambilan keputusan dan formulasi kebijakan. Coleman dalam Dasgupta (2000) mengatakan bahwa modal sosial menekankan pada adanya struktur sosial yang ada pada masyarakat tersebut. Coleman dalam Dasgupta (2002) membagi modal sosial menjadi tiga bentuk yaitu modal finansial, modal fisik, dan modal manusia. Sementara Serageldin dan Grootraert dalam Dasgupta juga menyebutkan ada tingkatan modal sosial yaitu pertama, semua hubungan kerjasama informal dan asosiasi horizontal. Kedua. Asosiasi-asosiasi yang bersifat hurarki yang mencakup berbagai entitas yang berlainan. Ketiga, mencakup lingkungan sosial dan politik \ang memungkinkan norma-norma berkembang dan membentuk struktur sosial. Tingkatan-tingkatan modal sosial
memiliki karakteristik ?ang sama
bahwa modal sosial berkaitan erat dengan wilayan ekonomi, sosjal dan politik
serta memiliki kepercayaan yang sama bahwa relasi sosial mempengaruhi dan dipengaruhi produk-produk ekonomis. Modal sosial memfokuskan pada relasi antar agen-agen ekonomi dan cara-cara di mana organisasi formal dan informal tersebut dapat meningkatkan efisiensi ekonomi. Modal sosial mengimplikasikan bahwa relasi-relasi dan institusi-institusi sosial memiliki pengaruh ekstemal yang bersifat positif. Kelompok Tani Sebagai Strategi Pemberdayaan Masyarakat Kelompok dalam suatu komunitas mencerminkan adanya dinamika tindakan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Darmajanti (2004) menjelaskan bahwa kelompok sebagai gambaran kehidupan berorganisasi suatu komunitas merupakan refleksi dinamika tindakan kolektif warga dalam mengatasi masalah bersama, termasuk peningkatan pendapatan rumah tangga di komunitas. Pemberdayaan masyarakat akan lebih efektif jika dilakukan dengan pendekatan kelompok karena dalam kelompok ada kebersamaan. kesamaan kepcntingan serta tujuan sehingga keinginan yang diharapkan lebih cepat tercapai. Adanya kekuatan dalam menolak keputusan serta kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan lebih baik jika dilakukan dalam kelompok. Keputusan yang diambil akan lebih menyeluruh sehingga mengurangi tingkat kesenjangan antara masyarakat dengan pengambil kebijakan. Salah satu kelompok yang dapat meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat terutama
masyarakat petani adalah kelompok tani Kelompok diartikan sebagai suatu sistem yang diorganisasikan dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan beberapa fungsi, memiliki seperangkat standar hukum, peranan antara anggotanya dan mempunyai seperangkat norma yang mengatur fungsi kelompok dan masingmasing anggotanya (Mc. David dan Karari dalam Effendi, 2001). Di dalam kelompok terjadi suatu diulogicul encounrer yang menumbuhkan dan memperkuat kesadaran dan solidaritas kelompok. Anggota kelompok menumbuhkan identitas serazam dan mengenali kepentingan mereka bersama.
Pemahaman terhadap kelompok bila diterapkan kepada kelompok tani memberikan pengertian bahwa kelompok tani adalah sejumlah petani yang mempunyai kaitan antar hubungan satu dengan yang lainnya atas dasar keserasian dan kebutuhan yang sama, terikat secara informal dalam suatu wadah kelompok. Pemberdayaan masyarakat petani adalah dengan pendekatan kelompok tani sebagai forum interaksi petani. Kelompok tani merupakan wujud konkrit kelembagaan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Hal ini dapat dilihat dari aspek produksi, distribusi dan pcngolahan hasil. Walaupun aspek distribusi dan pengolahan hasil biasanya dilakukan oleh pihak lain, namun untuk melnperkuat posisi tawar petani di dalatn mengembangkan kemandirian petani maka kedua aspek tersebut selayaknya dikelola petani dalam kelompoknya. Dalam pemberdayaan kelompok tani kelembagaan masyarakat seperti lembaga kemasyarakatan desa, kelembagaan pasar, kelembagaan permodalan. maupun kelembagaan pemerintah akan berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. lronisnya ada beberapa variabel yang mempengaruhi ketidakberdayaan petani sehingga menghambat produktivitas lahan penanian yaitu keterbatasan modal, keterbatasan produksi, latar belakang pendidikan petani, serta kebijakan pemerintah yang kurang berpihak kepada petani.
Konsepsi Ketahanan Pangan dan Ekonomi Masyarakat
World Bank memberikan pengertian ketahanan pangan (fbod security) sebagi akses semua orang pada setiap saat terhadap pangan yang cukup. Hal ini memberikan batasan bahwa kunci utama ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan sepanjang waktu. Sementara itu dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun
1996 tentang Pangan, diartikan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumahtangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutunya, aman. merata dan terjangkau. Berdasarkan pengertian tersebut pangan bukan berarti hanya beras atau komoditi tanaman pansan tetapi mencakup makanan dan minuman !ang
berasal dari tumbuhan dan hewan termasuk ikan, baik produk primer maupun turunannya. Walaupun demikian istilah pangan dalam ha1 ini adalah sebagai bahan pangan pokok (staple food). Bahan pangan pokok yang banyak dikonsumsi masyarakat Long Midang adalah beras. Pada kerawanan pangan sementara, konsistensi ketahanan pangan masyarakat dapat dibedakan kerawanan pangan secara siklikal dan secara temporer. Kerawanan pangan dalam ha1 ini melekat erat dengan masalah kemiskinan dan keterbelakangan, sehingga dalam program pemberdayaan masyarakat tidak terlepas dari pengembangan ekonomi masyarakat itu sendiri. Ekonomi
Masyarakat dimaksudkan sebagai kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat baik dalam bentuk koperasi, usaha menengah, kecil maupun gurem. Sebagai pelaku ekonomi, masyarakat menjaiankan usahanya dalam bentuk usaha tradisional yang bersifat informal dan dalam skala usaha kecil. Kelembagan pangan yang dibangun oleh masyarakat pada dasarnya merupakan usaha ekonomi bersama.
Program Peningkatan Produktivitas Padi d a n Perluasan Areal Tanam dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU) Program Peningkatan Produktivitas Padi dan Perluasan Areal Tanam dan Pengembangan Ubi Kayu (P3PATPU) merupakan komitmen pemerintah dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah perbatasan salah satunya dilakukan dengan penguatan kelembagaan kelompok tani. Dewasa ini daerah perbatasan merupakan tujuan pembangunan yang diprioritaskan, agar jarak ketertinggalan antara daerah pantai dengan daerah pedalaman dapat dipersempit. Percepatan pembangunan daerah perbatasan dilakukan melalui pembangunan ekonomi yang ditunjang dengan pembangunan sumber daya manusia, infrastruktural, sehingga sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan secara bijaksana. Program P3PATPU diarahkan untuk mendorong peningkatan produksi padi dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. dengan pertimbangan lahan untuk perluasan areal tanam masih sangat luas, banyaknya lahan tidur serta masih kuatnya hubungan kekerabatan pada masyarakat Long Midang.
Persiapan pemberdayaan ditujukan untuk mempersiapkan kondisi yang kondusif bagi masyarakat Long Midang untuk melakukan transformasi teknologi dan informasi sosial yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Tahap kegiatan pemberdayaan yang dilakukan antara lain : I . Persiapan pemberdayaan yaitu pemetaan sosial, penjajakan awal, studi kelayakan, perencanaan dan penyusunan program 2. Pelaksanaan pemberdayaan yaitu pemberdayaan sumber daya m a n u s i ~dan
lingkungan sosial 3. Monitoring dan evaluasi Sumber dana kegiatan program P3PATPU dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Lingkup program P3PATPU adalah pemberian bantuan berguiir kepada kelompok tani dimana dana tersebut akan digunakan untuk : I.
Pembelian alat-alat pertanian
2.
Pembelian bibit tanaman
3.
Pembelian obat-obatan hama tanaman
4.
Perbaikan pematang
5.
Perluasan lahan pertanian
6.
Pembelian mesin giling padi
7.
Pembayaran upah pekerja
Kerangka Pemikiran
Pemberdayaan merupakan bagian dari strategi program pembangunan kesejahteraan sosial. Pembanguan masyarakat dan pemberdayaan rakyat tidak mungkin dapat dipisahkan dari arena dan konteks di mana ia berada. Untuk meningkatkan
kelompok tani
menjadi berkembang,
maju atau mandiri,
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan dari luar. Di samping itu faktor dari dalam juga sangat berpengaruh dalam pengembangan kelompok tani antara lain terdiri dari kepengurusan/manajemen.
nilai-nilai dan norma kepemimpinan. x n a
potensi dan masalah kelompok tani.
Kelompok akan baik jika dapat melaksanakan fungsi sesuai dengan tujuan bersama. Keberfungsian kelompok dapat dilihat dari kinerja kelompok yang mencakup kemampuan dalam penentuan tujuan dan aktivitas untuk mencapai tujuan, pelaksanaan kegiatan kelompok dan dukungan finansial untuk operasional sehari-hari.
Dengan
demikian,
kinerja
kelompok
tani
mencakup
unsur
perencanaan partisipatif, pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan dana bergulir. Kelompok akan berfungsi jika didukung oleh kapasitas dan partisipasi baik pengurus maupun anggota. Dalam kelompok tani, kapasitas pengurus mencakup pengctahuan, keterampilan dan kematnpuan menjalin kerjasama. Eade dalam Nasdian (2005) menyatakan bahwa bahwa pengembangan kapasitas mencakup pengembangan pendidikan, pelatihan dan keterampilan, membangun kerja kelompok dan pengembangan jejaring. Tidak jauh berbeda, Sumpeno (2002) mengemukakan
bahwa
pengembangan
kapasitas
mencakup
peningkatan
pengetahuan dan kemampuan individu dan organisasi agar terbangun sinergi antar pelaku kelembagaan, sehingga tujuan dapat dicapai lebih efektif dan efisien. Dari konsepsi tersebut dapat dikemukakan bahwa unsur-unsur kapasitas sang harus dimiliki pengurus sebagai pengelola kelompok meiiputi pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen dan pengembangan kemampuan membangun kerjasama baik kerjasama dalam kelompok maupun pengembangan jejaring dengan pihak luar. Meskipun terdapat sumberdaya berupa luas dan kesuburan lahan pertanian. hubungan kekerabatan yang masih kuat dan dukungan keuangan dari program P3PATPU, tetapi kelompok tani belum memanfaatkan sumberdaya tersebut untuk peningkatan kapasitas kelompok. Hal ini mengindikasikan ada faktor-faktor yang mempengaruhi arah perilaku pengurus dan anggota. Faktor penting yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu tindakan. Motivasi
menurut Gray dan Starke sebagaimana
dikutip oleh Pandjaitan. dkk (2005) menunjuk pada proses sang menimbulkan antusiasme dan kemantapan untuk melakukan tindakan tertentu. Lebih lanjut Pandjaitan (2005) menyatakan bahwa orang akan tcrmotivasi unruk menghasilkan a h h i t a s )ang baik jika mereka dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan pribadinya. Berdasarkan pengertian itu, kebutuhan-kebutuhan pribadi dari
pengurus akan berpengaruh terhadap antusiasrne untuk melakukan perubahan tindakan dalam rneningkatkan kinerja kelompok tani. Keberhasilan kelompok tani dapat dilihat dari kinerja kelompok yang dapat dicapai melalui strategi pemberdayaan yaitu dengan melakukan penguatan kapasitas pengurus dan anggota yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pendidikan dan keterampilan baik teknis maupun menejerial, sehingga kebutuhan akan infonnasi serta pengetahuan yang diperlukan dalam meningkatkan produktivitas padi dapat diperoleh. Selain ha1 tersebut yang sangat menunjang keberhasilan sebuah kelompok tani dalam meningkatkan produktivitas padi tersebut adalah adanya potensi lokal. Potensi lokal ini sangat berpengaruh karena masih tersedianya lahan yang masih luas, hubungan kekerabatan yang masih kental (masih mengadakan senguyun gotong royong). Dengan strategi pemberdayaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian, sehingga dapat meningkatkan kecukupan pangan keluarga. Secara lebih ringkas, alur pemikiran disajikan pada Gambar I . Kapasitas Kelompok Tani: Kepengurusan: - Motivasi - Pengetahuan - Keterampilan Anggota: - Motivasi - Partisipasi dalam pengelolaan kelompok
pemberdayaan:
- Penguatan Kinerja pengurus - Penguatan Kinerja anggota
Kinerja Kelompok Tani:
- Perencanaan -
-
Pelaksanaan Kegiatan Pengeiolaan bantuan dana bergulir
Gambar I Skema Kerangka Pemikiran Kajian
Kecukupan