eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 3(1) 169-180 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2015
PELUANG, HAMBATAN DAN KEBIJAKAN EKSPOR KOPI INDONESIA KE PASAR AMERIKA SERIKAT Siti Kurnia Laraswati Muna Zatul Salamah NIM. 1002045029
Abstract The chances of Indonesia's coffee exports to US markets is quite large. The high level of coffee consumption in the United States and the emergence of the Third Wave era and also the diversity of types and flavors of typical Indonesian coffee is an opportunity for Indonesian coffee exports. Furthermore, Indonesia's coffee export barriers to overseas markets comes from within and outside the country. The barriers from domestic are the form of raw material problems, the low number of production, distribution and technology. While barriers to the export of coffee from abroad in the form of export competition and import regulatory policies regarding quality standards, labels, and US production applied on export goods coffee into the United States. Indonesian government then takes ISCOffee as a policy to deal with regulatory issues US coffee imports. The government also takes some selling strategies to promoted Indonesia’s coffee products to the world’s coffee market. Keywords : Opportunities, Barriers, Export Policy, Coffee, United States. Pendahuluan Indonesia merupakan negara agraris yang hasil perkebunan dan pertaniannya menjadi salah satu komoditi ekspor yang cukup menjanjikan bagi perekonomian di Indonesia, salah satunya adalah kopi. Harga kopi di pasaran dunia bisa berfluktuasi tergantung pada persedian dan tingkat permintaan, cuaca, serta kondisi-kondisi perekonomian. Pada awal akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an, harga kopi sempat mengalami penurunan secara drastis. Keadaan ini memunculkan inisiatif antarpemerintah untuk menstabilkan kembali harga kopi di pasaran global dan menghentikan penurunan harga. Bagi sejumlah besar negara di Amerika dan Latin dan Afrika permasalahan mengenai ketidakstabilan harga kopi di pasaran ini memiliki konsekwensi politis dan ekonomis yang serius bagi negara-negara tersebut.
eJournalIlmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015: 169-180
Peningkatan produksi kopi olahan di Indonesia relatif lebih tinggi daripada bentuk kopi lainnya. Namun Pasar kopi olahan ini lebih banyak dikuasai Brasil, Colombia, Ecuador, India dan Ivory Coast. Di Indonesia Ekspor kopi hanya dapat dilakukan oleh Eksportir Terdaftar Kopi (ETK) dan Eksportir Kopi Sementara (EKS), sesuai tataniaga ekspor kopi yang diatur dalam Permendag No. 10/M-DAG/PER/5/2011 tentang ketentuan ekspor kopi, berlaku mulai 3 Mei 2011 (http://gaeki.or.id/ketentuan-ekspor-kopi/). Secara umum ekspor kopi Indonesia dari tahun 2005 hingga tahun 2011 terus mengalami fluktuasi, baik volume maupun nilainya. Dari tahun 2007 ekspor kopi Indonesia terus mengalami peningkatan pada tahun-tahun selanjutnya, namun sempat mengalami penurunan pada tahun 2010-2011 kemudian kembali meningkat di tahun berikutnya. Semakin meningkatnya permintaan jumlah ekspor kopi Indonesia ke pasar luar negeri, menunjukkan keberhasilan produk kopi Indonesia dalam menembus pasar luar negeri dan hal ini merupakan kemajuan yang sangat baik bagi perkembangan pertumbuhan perekonomian di Indonesia serta mampu meningkatkan jumlah penghasilan bagi para petani kopi. Jumlah ekspor kopi di Indonesia memiliki potensi yang menjanjikan bagi perkembangan ekonomi, jenis produk kopi yang diekspor berupa biji kopi baik Green Coffee (kopi mentah) dan biji kopi yang telah dipanggang serta berbentuk kopi olahan (serbuk kopi) namun kebanyakan jumlah ekspor kopi di indonesia didominasi oleh biji kopi di bandingkan dengan jumlah kopi olahan yang diekspor ke pasar luar negeri. Kopi dari jenis robusta dan arabika menjadi primadona ekspor kopi bagi Indonesia. Tujuan ekspor kopi Indonesia masih didominasi oleh negara-negara Eropa, USA, dan beberapa negara Asia seperti Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Pilipina, Singapura dan beberapa negara Afrika seperti Afrika Selatan, Mesir dan UEA. Amerika Serikat merupakan negara pengimpor produk kopi terbesar pertama di Indonesia. Permintaan ekspor produk kopi Indonesia ke pasar Amerika Serikat (AS) terbilang cukup tinggi, namun selain mengimpor kopi dari Indonesia AS juga melakukan impor kopi dari negara-negara pengekspor kopi lainnya di dunia untuk memenuhi jumlah kebutuhan kopi di AS. Berdasarkan data dari International Trade Center (ITC) tahun 2012, AS juga merupakan pengimpor kopi terbesar di dunia. Suplayer utama eksportir kopi Amerika adalah Brazil sebesar 26%, Colombia 16%, Vietnam 13%, Guatemala 8%, Mexico 6%, Indonesia 6%, Peru 4% and Costa Rica 4%. Sisanya El Salvador, Honduras dan Nicaragua sebanyak 11% (http://www.thecoffeeguide.org/coffee-guide/the-markets-for-coffee/United-Statesof-America/). Brazil dan Vietnam merupakan negara pesaing bagi pasar ekspor kopi Indonesia ke pasar kopi Amerika Serikat. Kedua negara ini juga merupakan negara suplayer utama eksportir kopi di AS. Brazil sendiri merupakan negara produsen kopi terbesar di dunia dengan jumlah produksi yang jauh lebih besar dari Indonesia. Jumlah produksi yang tinggi dan kualitas kopi yang lebih unggul membuat kopi Brazil mampu menguasai pangsa pasar kopi dunia.
758
Analisis Konflik Laten Jepang-Cina (Marga. Berayu. Putra.)
Keunggulan pemerintah Vietnam dalam mengembangkan perkebunan kopi di negaranya telah mampu meningkatkan jumlah produksi kopinya, sehingga kini Vietnam menjadi negara produsen kopi terbesar kedua di dunia setelah Brazil. Jika ditinjau ulang hal ini merupakan tantangan bagi para eksportir kopi di Indonesia untuk dapat meningkatkan jumlah ekspornya. Mengingat iklim di Indonesia yang lebih baik di bandingkan Vietnam yang hanya mengandalkan sungai Mekong sebagai sumber pengairan dan jumlah lahan perkebunan Indonesia yang lebih besar daripada lahan perkebunan milik Vietnam terlebih lagi bibit kopi yang dimiliki Vietnam berasal dari Indonesia. Seharusnya dengan faktor keadaan alam yang lebih baik Indonesia dapat mengungguli Vietnam dalam hal ekspor kopi namun kenyataannya jumlah hasil produksi kopi Vietnam jauh mengungguli Indonesia hingga Vietnam mampu menduduki peringat kedua dalam pengekspor kopi terbesar di dunia meninggalkan Indonesia di posisi ketiga. Dalam menyikapi peluang dan hambatan ekspor yang dihadapi ekspor kopi Indonesia ke pasar Amerika Serikat maka pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan ISCOffee, yaitu kebijakan sertifikasi produk kopi Indonesia agar mampu memenuhi kebijakan regulasi impor yang diterapkan AS. Kerangka Dasar Teori Teori Keunggulan Kompetitif Menurut E. Porter, dalam era persaingan global saat ini suatu bangsa atau negara yang memiliki competitive advantage nation (teori keunggulan kompetitif) dapat bersaing di pasar internasional bila memiliki 4 faktor penentu yang digambarkan sebagai suatu diamond sebagai berikut (Michael. E. Porter, 2004: 23): Competitive Advantage of Nation Gambar Skema M. Porter - Diamond Skema M. Porter – Diamond
Factor Strategy Struktur & Rivalry
Factor Conditions
Damand Conditions
Related & Supporting Industry
759
eJournalIlmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015: 169-180
Factor Conditions adalah sumber daya ( resources ) yang dimiliki oleh suatu Negara yang terdiri atas 5 kategori, berikut ini: 1. Human Resouces ( SDM ) 2. Physical Resources ( SDA ) 3. Knowledge ( IPTEK ) atau ( SDT ) 4. Capital Resources ( Permodalan ) atau (SDC ) 5. Infrastructure ( Prasarana ) atau ( SDI ) Permintaan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keunggulan daya saing suatu bangsa/perusahaan produk atau jasa yang dihasilkannya. Adapun yang dimaksud dengan “demand conditions” tersebut terdiri atas: 1. Composition of home demand 2. Size and pattern of growth of home demand 3. Rapid home market Growth 4. Trend of international demand Untuk menjaga dan memelihara kelangsungan daya saing, maka perlu selalu dijaga kontak dan koordinasi dengan pemasok (supplier), terutama dalam menjaga dan memelihara value chain. Strategi perusahaan, struktur organisasi dan modal perusahaan, serta kondisi persaingan di dalam negeri merupakan faktor-faktor yang akan mementukan dan mempengaruhi competitive advantage perusahaan. Rivalry yang berat di dalam negeri biasanya malah justru mendorong perusahaan untuk melakukan pengembangan produk dan teknologi, peningkatan produktivitas, efisiensi dan efektifitas, serta peningkatan kualitas produk dan layanan. Strategi Orientasi Industrialisasi Ekspor Dalam melakukan transaksi ekspor sebuah negara juga menerapkan strategi untuk memenuhi permintaan pasar terhadap barang komoditi ekspornya, salah satunya adalah dengan strategi Industrialisasi Orientasi Ekspor (IOE). Strategi IOE pada dasarnya merupaan upaya suatu negara untuk memproduksi barang-barang industri bagi kepentingan pemenuhan permintaan pasar dunia. Sebagai suatu strategi IOE diadopsi secara luas oleh negara-negara industri baru terutama di kawasan Asia Timur dan Tenggara sejak akhir tahun 1960-an. Berikut karakteristik strategi IOE ( Bob Sugeng hardiwinata, 2002:86) : 1. Teknologi yang dipilih dalam penerapan strategi ini adalah teknologi padat karya (labour intensive) dimana negara negara menggantungkan keuntungan komparatif pada murahnya tenaga kerja. 2. Dengan penggunaan teknologi padat karya, industrialisasi yang dilakukan memberikan efek distribusi pendapatan yang lebih langsung dan lebih besar kepada anggota masyarakat melalui penyediaan lapangan kerja yang luas. 3. IOE berorientasi pada perdagangan bebas. Kalaupun ada kebijakan proteksi yang diberlakukan untuk melindungi industri-industri yang kurang efisien hal itu dilakukan seminimal mungkin untuk menghindari tindak pembalasan dari negara lain. Karena ketergantungan kepada pasar internasional maka perdagangan bebas merupakan pilihan yang paling tepat bagi negara-negara penganut IOE.
760
Analisis Konflik Laten Jepang-Cina (Marga. Berayu. Putra.)
Ada beberapa persyaratan penting yang harus dipenuhi suatu negara untuk mengimplementasikan strategi IOE secara efektif. Pertama persyaratan pendapatan (threshold effect) yaitu batas minimal pendapatan per kapita per tahun penduduk yang dapat mendorong proses akumulasi modal bagi perkembangan investasi baru untuk meningkatkan ekspor. Kedua strategi IOE mensyaratkan kehadiran sebuah negara yang kuat (strong state) yang mampu mengontrol kekuatan-kekuatan internal maupun eksternal yang berpotensi menentang proses industrialisasi. Ketiga, dalam situasi dimana negara memegang “komando” berbagai insturmen kebijakan ekonomi, proses pembuatan keputusan yang kohesif dan tersentralisasi menjadi syarat yang sangat penting. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif Analitis dimana penulis akan menggambarkan perkembangan ekspor kopi Indonesia di pasar luar negeri serta menganalisis bagaimana peluang dan hambatan yang dimiliki oleh produk kopi Indonesia dalam menembus pasar luar negeri serta kebijakan dan strategi ekspor kopi Indonesia. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah, tinjauan pustaka (library research) dengan mengumpulkan data-data sekunder yang bersumber dari buku-buku, artikel, dan data-data dari internet. Teknik analisis data yang telah digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif, yang menjelaskan dan menganalisis data dengan cara menggambarkan hasil penelitian melalui sejumlah data yang berhasil diperlukan penulis, kemudian menyajikan hasil dari penelitian tersebut, yaitu Peluang , Hambatan dan Kebijakan Ekspor Kopi Indonesia Ke Pasar Amerika Serikat. Hasil Penelitian Produksi Kopi Indonesia Indonesia merupakan negara produsen kopi ketiga terbesar dunia setelah Brazil dan Vietnam. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tingkat konsumsi kopi dalam negeri berdasarkan hasil survei LPEM UI tahun 1989 adalah sebesar 500 gram/kapita/tahun (http://www.aeki-aice.org/page/industri-kopi/id). Terdapat 3 jenis kopi yang yang dihasilkan oleh perkebunan Indonesia, yaitu kopi arabika, robusta, dan kopi specialty. Jenis kopi specialty adalah merupakan jenis kopi arabika atau robusta yang memiliki cita rasa yang khas. Hal ini disebabkan oleh faktor cuaca, tingkat kelembaban, lokasi penanaman, serta cara pengolahan biji kopi yang berbeda sehingga mampu menghasilkan kopi yang memiliki cita rasa yang khas dan berbeda. Contoh kopi jenis specialty adalah kopi Luwak, kopi Sumatra Mandeling, kopi Bali Kintamani, kopi Lanang dan lain sebagainya. Meskipun kopi Indonesia memiliki jenis yang sangat beragam namun permintaan ekspor kopi Indonesia masih didominasi oleh jenis kopi arabika dan robusta. Bentuk dari jenis kopi yang diekspor ke luar negeri pun beragam, mulai dari kopi mentah atau green cofee, kopi biji, dan kopi olahan. Untuk beberapa jenis produk kopi olahan tujuan ekspor bentuk kemasannya berupa boks berukuran besar untuk produk roasted coffee dan instant coffee. Sedangkan untuk liquid extract coffee berupa kemasan khusus yaitu drum. Industri kopi di Indonesia dibagi dalam beberapa jenis industri, yaitu :
761
eJournalIlmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015: 169-180
1. Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industry) Industri yang tergolong dalam kelompok ini adalah industri yang bersifat rumah tangga (home industri) dimana tenaga kerjanya adalah anggota keluarga dengan melibatkan satu atau beberapa karyawan. Industri yang tergolong pada kelompok ini pada umumnya tidak terdaftar di Dinas Perindustrian maupun di Dinas POM. Industri pada kelompok ini tersebar di seluruh daerah penghasil kopi. 2. Industri kopi olahan kelas menengah Industri kopi yang tergolong pada kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk atau produk kopi olahan lainnya seperti minuman kopi yang produknya dipasarkan di wilayah Kecamatan atau Kabupaten tempat produk tersebut dihasilkan. Produknya dalam bentuk kemasan sederhana yang pada umumnya telah memperoleh Izin dari Dinas Perindustrian sebagai produk Rumah tangga. 3. Industri kopi olahan kelas Besar Industri kopi kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk, kopi instant atau kopi mix dan kopi olahan lainnya yang produknya dipasarkan di berbagai daerah di dalam negeri atau diekspor. Produknya dalam bentuk kemasan yang pada umumnya telah memperoleh nomor Merek Dagang dan atau label lainnya. Seiring dengan meningkatnya taraf hidup dan pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan di Indonesia telah mendorong terjadinya pergeseran dalam pola konsumsi kopi khususnya pada kawula muda. Generasi muda pada umumnya lebih menyukai minum kopi instant, kopi three in one maupun minuman berbasis expresso yang disajikan di café-café. Sedangkan kopi tubruk (kopi bubuk) masih merupakan konsumsi utama masyarakat/penduduk di pedesaan dan golongan tua. Peningkatan konsumsi kopi domestik Indonesia, selain didukung dengan pola sosial masyarakat dalam mengkonsumsi kopi, juga ditunjang dengan harga yang terjangkau, kepraktisan dalam penyajian serta keragaman rasa/citarasa yang sesuai dengan selera konsumen. Kondisi Pasar Ekspor Kopi di Amerika Serikat Amerika Serikat (AS) merupakan negara dagang tebesar di dunia. AS juga merupakan negara produsen terbesar di dunia yang mempresentasikan seperlima output manufaktur global dari 500 perusahaan besar di dunia yang 133 diantaranya berlokasi di AS. Bagi Indonesia, AS merupakan salah satu mitra dagang strategis dimana AS menjadi negara tujuan ekspor non migas Indonesia terbesar ketiga setelah Cina dan Jepang. AS juga merupakan negara tujuan ekspor kopi terbesar di Indonesia. Terkait mengenai kegiatan ekspor kopi, pemerintah menerapkan beberapa kebijakankebijakan ekspor bagi para eksportir kopi dalam melakukan ekpor kopi demi meningkatkan daya saing produk kopi Indonesia di pasar kopi dunia. Kebijakankebijakan tersebut antara lain adalah : 1. Permendag No. 10/M-DAG/PER/5/2011 mengenai perizinan ekspor bagi para eksportir kopi, sesuai tataniaga ekspor kopi di Indonsia hanya Eksportir Terdaftar Kopi (ETK) dan Eksportir Kopi Sementara (EKS) yang dapat melakukan ekspor kopi .
762
Analisis Konflik Laten Jepang-Cina (Marga. Berayu. Putra.)
2. Permendag No. 27/M-DAG/PER/7/2008 pasal 9 Kopi yang diekspor wajib sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan Menteri Perdagangan dan harus disertai dengan Surat Keterangan Asal (SKA) Form ICO sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perdagangan mengenai Penerbitan Surat Keterangan Asal (certificate of origin) Untuk Barang Ekspor Indonesia . Dalam kebijakan ini terdapat peraturan dan formulir standar mutu kopi yang sesuai dengan standar mutu kopi yang telah diterapkan oleh International Coffee Organization (ICO). Kerjasama ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat sendiri sudah berlangsung saat Indonesia resmi bergabung dengan ICO (International Coffee Organization) pada tahun 1963. Pangsa pasar kopi Indonesia di Amerika terbilang cukup baik, perubahan daya saing kopi Indonesia di pasar kopi Amerika Serikat terus meningkat. Sepanjang tahun 2008-2011 nilai perubahan daya saing kopi Indonesia di Amerika Serikat mengalami peningkatan 19,98% tiap tahun. Sementara rata-rata nilai pangsa pasar kopi Indonesia di Amerika Serikat naik sekitar 4,08% tiap tahunnya. hal ini disebabkan penyebabnya adalah sejak tahun 2009 sampai tahun 2012 market penetration Kopi Indonesia ke Amerika Serikat cenderung meningkat 4,7% tiap tahun (http://pphp.pertanian.go.id/upload/pdf/Jurnal_Edisi_Ags_13.pdf). Jenis kopi yang diekspor indonesia ke Amerika kebanyakan berupa biji kopi dari jenis arabika dan robusta serta beberapa jenis olahan kopi specialty. Peluang Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Amerika Serikat Produk kopi dari Indonesia telah cukup dikenal dipasar mancanegara, jumlah ekspor kopi telah mampu menyumbang devisa yang cukup besar bagi Indonesia. Peluang ekspor yang dimiliki produk kopi Indonesia cukup besar jika dilihat dari jumlah permintaan ekspor kopi yang terus meningkat tiap tahunnya. Produk kopi Indonesia juga telah cukup terkenal di pasar kopi Amerika Serikat, berbagai jenis kopi baik green coffee (biji kopi mentah), roasted coffee (biji kopi yang telah disangrai), maupun kopi olahan dari Indonesia merupakan komoditi ekspor yang diimpor oleh Amerika Serikat (AS). Namun ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat saat ini masih di dominasi oleh jenis kopi biji dari jenis arabika dan robusta di bandingkan dari jenis kopi specialty dan olahan. Biji kopi yang diimpor oleh AS dari Indonesia nantinya akan melalui tahap pengolahan kembali di AS hingga kemudian menjadi berbagai minuman kopi yang tersedia di café-café atau coffee shop di Amerika Serikat. Indonesia memiliki faktor-faktor keunggulan kompetitif yang dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk dapat bersaing di dalam pasar ekspor kopi di Amerika. berikut faktor keuntungan keunggulan mutlak yang dimiliki Indonesia : 1. Faktor Kondisi (Conditions) Kondisi lahan dan tingkat keasaman tanah serta kondisi alam Indonesia yang sangat cocok untuk perkembangan tanaman kopi membuat biji kopi Indonesia menghasilkan biji kopi dengan rasa dan aroma yang kuat. Rasa biji kopi Indonesia yang kuat kemudian menarik minat importir kopi di AS untuk mengimpor kopi dari Indonesia, hal ini dikarenakan selera konsumen kopi di AS sangat menyukai kopi yang memiliki rasa dan aroma yang tajam.
763
eJournalIlmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015: 169-180
2. Faktor persaingan (Rivalry) areal perkebunan kopi di Indonesia yang tersebar hampir diseluruh daerah di Indonesia dan tingkat keasaman tanah yang erbeda dari tiap-tiap daerah di Indonesia telah menciptakan jenis-jenis biji kopi arabika dan robusta yang beragam. Kondisi tanah yang berbeda di tiap daerah penghasil di Indonesia menghasilkan karakteristik biji kopi yang memiliki cita rasa yang unik dan khas dari tiap-tiap daerah. Biji-biji kopi ini kemudian yang disebut sebagai kopi specialty. Sejak tahun 2002 industri café-café atau coffeeshop di Amerika Serikat telah memasuki era The Third Wave, yaitu jenis kopi yang ditawarkan mulai beragam dari jenis kopi specialty . Jika dibandingkan dengan Vietnam, Indonesia memiliki lebih banyak jenis biji kopi specialty. Jenis kopi specialty yang dimiliki Vietnam hanya ada 2 yaitu Highlands Coffee dan Trung Nguyen Coffee. Kemunculan era The Third Wave di kalangan penikmat kopi di Amerika Serikat ini tentu saja membuka peluang besar untuk meningkatkan daya saing ekspor biji kopi specialty Indonesia di pasar kopi AS, mengingat jumlah jenis kopi specialty Indonesia yang lebih beragam jika dibandingkan dengan Vietnam. 3.Faktor permintaan (Demand), tingginya tingkat konsumsi kopi di Amerika Serikat dan besarnya minat konsumen kopi di AS dalam menikmati kopi dari Indonesia telah mendorong jumlah permintaan ekspor kopi ke Amerika Serikat. Tingginya jumlah permintaan impor kopi dari AS ini kemudian menjadi peluang ekspor bagi Indonesia untuk terus meningkatkan jumlah ekspor kopinya ke Amerika Serikat. Hambatan Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Amerika Serikat Peluang ekspor produk kopi Indonesia ke Amerika memang cukup menjanjikan namun dibalik semua itu terdapat hambatan-hambatan ekspor yang dihadapi oleh para eksportir kopi lokal. Hambatan-hambatan ekspor tersebut berasal dari dalam dan luar negeri. Industri pengolahan kopi dalam negeri masih kurang berkembang disebabkan oleh faktor teknis, sosial dan ekonomi. Hambatan-hambatan ekspor kopi Indonesia memiliki beberapa faktor yang dapat dianalisis dengan menggunakan teori kompetitif , yaitu : 1. Faktor Pesaingan (Rivalry), selain dari Indonesia, suplayer utama kopi AS adalah Brazil yang merupakan negara produsen kopi terbesar pertama di dunia. Keunggulan kopi Brazil telah mampu menguasai pangsa pasar kopi di AS sebesar 20.64% sementara pangsa pasar kopi Indonesia berada jauh dibawah Brazil yakni sebesar 6.11% (Ekspor Impor Kopi AS, 2012). Jenis kopi biji kopi arabika yang dihasilkan Brazil juga sangat beragam, contohnya Brazilian Santos, Bourbon, Typica, Mundo Novo, dan lain-lain. Produksi kopi arabika Brazil yang tinggi membuat kopi Brazil mampu menguasai 25% pangsa pasar kopi dunia hal ini dikarenakan biji kopi arabika lebih diminati di pasar koi dunia jika dibandingkan dengan biji kopi robusta(http://www.coffeeresearch.org/coffee/brazil.htm). 2. Faktor Kondisi (Conditions) terdapat beberapa hambatan ekspor yang disebabkan oleh faktor kondisi, hambatan-hambatan tersebut adalah : a. permasalahan bahan baku menjadi salah satu faktor hambatan ekspor dalam negeri yang dihadapi eksportir kopi lokal. Lahan perkebunan kopi di Indonesia lebih banyak menghasilkan biji kopi dari jenis robusta yakni sebesar 93% dan sisanya sebesar 7% berupa biji kopi arabika . Padahal pasar dunia lebih menyukai jenis biji kopi arabika
764
Analisis Konflik Laten Jepang-Cina (Marga. Berayu. Putra.)
dibandingkan jenis biji kopi robusta. Rendahnya produksi jenis kopi arabika disebabkan oleh sulitnya budidaya tanaman kopi arabika di Indonesia. b. Rendahnya tingkat teknologi yang dimiliki oleh para petani kopi lokal juga merupakan hambatan bagi ekspor kopi Indonesia. Terbatasnya fasilitas produksi biji kopi (mesin/peralatan: pengering, pengupas dan sortasi). Hal ini terutama terjadi ditingkat usaha industri skala kecil dan menegah. Terbatasnya penguasaan teknologi proses pada tahap roasting menyebabkan proses pengeringan dan pengolahan biji kopi mentah menjadi roasted bean cenderung lebih lama. Kurangnya kemampuan eksportir kopi dalam melakukan inovasi produk kopi olahan untuk meningkatkan daya saing juga menjadi alasan rendahnya jumlah ekspor kopi olahan Indonesia. Hingga saat ini permintaan ekspor kopi Indonesia dari luar negeri termasuk Amerika Serikat lebih didominasi oleh jenis biji kopi atau coffee bean dari jenis robusta dan arabika. Nantinya biji kopi ini akan diolah kembali oleh negara importir menjadi kopi olahan yang dijual di café-café atau coffee shop. 3. Faktor Permintaan (Demand Condition) Rendahnya jumlah produksi menyebabkan eksportir dalam negeri mengalami kewalahan dalam memenuhi permintaan ekspor dari konsumen. Luas areal perkebunan kopi Indonesia saat ini mencapai 1,2 juta hektar dengan sekitar 96% dari luas lahan tersebut merupakan perkebunan rakyat yang dikelola oleh petani kecil sisanya dimiliki oleh pihak swasta dan Pemerintah (PTP Nusantara). Dengan luas lahan yang begitu besar seharusnya jumlah produksi kopi Indonesia telah mampu untuk memenuhi permintaan ekspor dari Amerika Serikat, namun kenyataannya para eksportir terkadang masih kewalahan dalam menghadapi permintaan ekspor kopi. Kurangnya pemahaman petani lokal dalam penanganan pasca panen (cara tradisional) menyebabkan mutu biji kopi sebagai bahan baku pada industri pengolahan kopi rendah. Selain itu pengaruh kondisi cuaca yang buruk telah menyebabkan rendahnya jumlah produksi biji kopi yang dihasilkan. Pada tahun 2011 produksi biji kopi Indonesia mengalami penurunan yang drastis yang disebabkan oleh cuaca ekstrem. 4. Faktor Industri Pendukung (Related Supported Industry), kegiatan ekspor kopi secara langsung dan pengolahan kopi secara modern di Indonesia hanya dapat dilakukan oleh industri kopi besar sementara itu para petani kopi tidak dapat melakukan ekspor kopi secara langsung. Petani kopi hanya dapat menjual hasil panen kopinya di dalam negeri kepada eksportir , hal ini dikarenakan ekspor kopi Indonesia hanya dapat dilakukan oleh eksportir kopi terdaftar. Syarat untuk menjadi eksportir kopi terdaftar adalah para eksportir/perusahaan kopi harus mampu memenuhi standar mutu ekspor kopi yang diterapkan oleh kementrian perdagangan, harus memiliki Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK) dan harus mendapat pengakuan sebagai Eksportir Kopi Sementara yang diakui oleh Direktur Jenderal Kementrian Perdagangan Luar Negeri. Kurangnya perkembangan industri kopi dalam negeri ini yang kemudian menghambat perkembangan ekspor kopi Indonesia ke pasar kopi dunia. Kebijakan regulasi impor kopi yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap barang ekspor kopi yang masuk ke Amerika juga merupakan hambatan ekspor yang dihadapi ekspor kopi Indonesia. Amerika Serikat menerapkan kebijakan mengenai standar label dan produksi terhadap impor kopi yang masuk ke AS. Produksi dan standar
765
eJournalIlmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015: 169-180
label industri kopi di AS diatur oleh Food and Drug Administration (FDA) dalam Federal Food, Drug and Cosmetic Act (FD&C Act) dan Fair Packaging and Labeling Act. Misi FDA adalah mempromosikan dan menjaga kesehatan masyarakat dengan membantu menjaga produk yang beredar di pasar dan memonitor keamanan produk setelah dipergunakan . Konsumen AS cenderung meminta peraturan yang lebih ketat mengenai label makanan, iklan, kemasan, dan nutrisi yang diklaim oleh manufaktur makanan. Ketidakpatuhan dalam hal tersebut dapat mengakibatkan penarikan produk dan dikenakan denda. Masalah ini merupakan hambatan bagi ekspor produk kopi Indonesia ke Amerika Serikat dikarenakan banyak jenis produksi kopi Indonesia masih belum memiliki sertifikasi produk. Sehingga beberapa produk ekspor kopi Indonesia khususnya kopi olahan masih belum dapat memenuhi standar impor yang diterapkan oleh Amerika Serikat dan kemudian berdampak pada menurunnya ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat. Itulah mengapa produk kopi yang diimpor AS dari Indonesia lebih banyak berupa coffee bean curah yang dijual per kantong dari jenis arabika dan robusta dibandingkan dengan jenis produk kopi olahan. Kebijakan dan Strategi Ekspor Kopi Indonesia Ke Pasar Amerika Serikat Untuk mengatasi hambatan-hambatan ekpor kopi Indonesia yang datang dari dalam dan luar negeri, termasuk hambatan ekspor dari Amerika Serikat yaitu berupa kebijakan regulasi impor dan standarisasi mutu terhadap produk impor kopinya, pemerintah menerapkan kebijakan ekspor berupa ISCOffee dan kebijakan mengenai teknologi pasca panen yang tertulis dalam Peraturan Menteri Pertanian RI nomor 52/Permentan/OT.140/9/2012 mengenai teknologi pasca panen . Pada ISCOffee terdapat peraturan mengenai legalitas dan sertifikasi kopi termasuk standar mutu dan Labelling serta pedoman teknis teknologi pasca panen. Penerapan strategi IOE memiliki beberapa karakteristik yang berkaitan dengan kebijakan yang diterapkan pemerintah Indonesia terhadap ekspor kopinya , berikut kebijakan dan strategi ekspor kopi yang diterapkan pemerintah Indonesia: 1. Pemerintah menerapkan Kebijakan teknologi pasca panen yang berbasis pada teknologi padat karya untuk menyerap sumber daya manusia (SDM) yang lebih besar dalam industri pengolahan kopi. Penyerapan tenaga kerja dibidang usaha perkopian sebagian besar masih pada sub sektor perkebunan, sedangkan pada sub sektor industri pengolahan masih sedikit. Pada industri-industri kopi kecil dan menengah pengolahan kopi masih dilakukan secara tradisional, kurangnya pemahaman mengenai pengolahan kopi menyebabkan rendahnya jumlah produksi kopi yang dihasilkan industri kopi kecil dan menengah. Kualitas serta mutu produksi yang dihasilkan juga terbilang masih cukup rendah . Dalam menjalankan kebijakan ini pemerintah berusaha untuk memberikan penyuluhan kepada petani kopi lokal mengenai industri pengolahan kopi. Dengan memberikan pengetahuan mengenai industri pengolahan kopi secara otomatis akan meningkatkan kemampuan petani kopi dalam hal pengolahan kopi sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas baik. Industri-industri kopi di Indonesia juga berusaha dijalankan dengan cara semi padat karya dan bukan padat teknologi, oleh karena itu standar kemampuan managerial dan keterampilan SDM dapat dicapai.
766
Analisis Konflik Laten Jepang-Cina (Marga. Berayu. Putra.)
Pemerintah juga mendirikan koperasi-koperasi yang bertujuan untuk membantu proses pemasaran kopi dari petani kopi kecil ke eksportir kopi besar. Koperasi ini juga telah dilengkapi peralatan pengolahan yang cukup modern dan berskala besar mulai dari mesin Huller, Grader, Desimetri, dan lain-lain. Koperasi ini juga mempekerjakan karyawan musiman yang cukup banyak sehingga bisa ikut menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan petani kopi di daerah tersebut. Salah satu dari koperasi ini didirikan di Takengon, Aceh. Selanjutnya pemerintah berfokus pada peningkatan ekspor dan nilai tambah kopi. Hal ini dimaksudkan agar ekspor kopi Indonesia tidak lagi berupa bahan mentah (green bean), tapi dalam bentuk hasil olahan dengan mutu yang dikehendaki konsumen, sehingga akan diperoleh nilai tambah di dalam negeri. Saat ini ekspor kopi di Indonesia didominasi oleh ekspor biji kopi mentah dari jenis arabika dan robusta, sementara produk kopi olahan Indonesia masih kurang diminati oleh pasar dunia. Termasuk di Amerika Serikat, jenis produk kopi yang diimpor dari Indonesia biasanya berupa jenis biji kopi arabika dan robusta. Dengan adanya kebijakan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pangsa ekspor kopi olahan Indonesia. 2. Dengan penggunaan teknologi padat karya, pengembangan industrialisasi kopi di Indonesia diharapkan dapat membuka kerja sama antara petani kecil dan industri kopi besar sehingga mampu menyerap tenaga kerja yang berasal dari para petani kopi kecil. Pengembangan industri kopi dalam negeri yang berbasis semi padat karya ini juga diharapkan memberikan efek distribusi pendapatan yang lebih langsung dan lebih besar kepada para petani kopi. Untuk dapat memberikan hasil yang nyata dilakukan penumbuhan dan penguatan kelembagaan usaha tani. Untuk mendukung kebijakan ekspor ini telah dilakukan pelatihan dan pendampingan bagi petani agar petani dapat memanfaatkan peluang bisnis dan mengembangkan kemitraan usaha. Pemerintah juga telah mendirikan beberapa lembaga atau organisasi khusus yang menangani jalannya ekspor kopi di Indonesia yang menjadi tempat berkumpulnya para eksportir kopi dalam negeri. Lembaga atau organisasi tersebut adalah Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) dan Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI). Kedua organisasi ini menjadi tempat berkumpulnya para eksportir kopi lokal yang membantu para eksportir dan petani kopi dalam negeri untuk dapat meningkatkan hasil produksi kopi serta menjadi sarana untuk membantu memasarkan produk kopi Indonesia baik didalam maupun luar negeri dan memantau perkembangan ekspor kopi Indonesia di pasar luar negeri.Lembaga ini bertujuan untuk membantu membuka akses bagi para petani lokal dalam memasarkan hasil produksinya ke pasar luar negeri. Selain kebijakan tersebut diatas guna mengembangkan industri kopi nasional, pemerintah juga bergabung dengan organisasi internasional seperti menjadi anggota ICO (International Coffee Organization) dan anggota ASEAN National Focal Point Working Group (ANFPWG) on Coffee. 3. IOE berorientasi pada perdagangan bebas, sehingga selalu mengikuti standar dan peraturan yang berlaku di pasar dunia. Adanya kebijakan mengenai regulasi impor yang diterapkan oleh AS bagi ekspor kopi yang masuk ke negaranya berusaha diatasi pemerintah Indonesia dengan menerapkan ISCOffee (Indonesian Sustainable Coffee). ISCOffee adalah tindakan untuk melakukan sertifikasi terhadap produk-produk ekspor
767
eJournalIlmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015: 169-180
kopi Indonesia agar mampu memenuhi standar yang diterapkan dalam aturan perdagangan Internasional, sehingga mampu menangani masalah kebijakan regulasi standar ekspor kopi yang diterapkan Amerika Serikat. Dalam ISCOffee terdapat standarisasi Keamanan Pangan dan Labelling serta Pelestarian Lingkungan terhadap produk kopi Indonesia. Pemerintah juga berusaha untuk mendorong jumlah ekspor produk kopi olahan Indonesia dengan melakukan diversifikasi produk. Dengan diversifikasi ini industriindustri kopi di Indonesia diharapkan dapat melakukan inovasi terhadap produk kopi olahan sehingga dapat menjadi komoditas unggulan yang mempunyai daya saing tinggi di pasar internasional dan menghasilkan produk kopi olahan yang beragam agar dapat menarik minat konsumen kopi dunia dan juga meningkatkan jumlah ekspor produk kopi olahan. Pengembangan promosi Kopi Indonesia juga dilakukan pemerintah melalui keikutsertaan dalam pameran dagang Kopi internasional di Amerika Serikat. Promosi melalui pemasangan iklan pada berbagai macam media seperti televisi, majalah, dan internet di Amerika Serikat juga patut untuk dilakukan. Pemerintah juga melakukan kerjasama dengan asosiasi kopi internasional di AS yaitu Specialty Coffee Assosiation of America (SCAA), kemudian mengikuti pameran-pameran kopi yang diadakan oleh SCAA. Dengan mengikuti pameran kopi bertaraf international ini pemerintah berupaya untuk dapat memperkenalkan produk-produk kopi Indonesia ke pasar AS. Kesimpulan Ekspor produk kopi Indonesia memiliki peluang yang cukup besar untuk dapat menembus pasar luar negeri termasuk pasar ekspor kopi di Amerika Serikat (AS). Kebutuhan akan tingkat konsumsi kopi yang tinggi di AS dan cita rasa serta aroma produk kopi Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen penikmat kopi di AS sehingga membuat produk kopi Indonesia sangat diminati di pasar AS. Selain peluang ekspor terdapat pula hambatan-hambatan ekspor yang dihadapi oleh ekspor produk kopi di Indonesia, baik berupa hambatan yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Hambatan dari dalam negeri disebabkan oleh masalah jumlah produksi yang disebabkan oleh kondisi cuaca, masalah distribusi (angkutan dan jarak), dan masalah yang disebabkan oleh masih rendahnya teknologi yang dimiliki oleh para petani kopi lokal dalam proses pengolahan kopi. Sementara hambatan dari luar negeri disebabkan oleh kebijakan regulasi mengenai standar mutu dan label yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk impor kopinya. Penerapan kebijakan ISCOffee diterapkan pemerintah terhadap produk kopi yang akan diekspor ke Amerika Serikat merupakan langkah yang diambil pemerintah untuk menangani permasalahan regulasi impor kopi yang diterapkan oleh pemerintah AS. ISCOffee merupakan kegiatan sertifikasi standar produk kopi yang disesuaikan dengan aturan perdagangan Internasional. Sertifikasi ini sendiri mencakup standarisasi Keamanan Pangan, Labelling dan Pelestarian Lingkungan, sehingga mutu dan kualitas produk kopi Indonesia mampu untuk memenuhi kebijakan regulasi impor yang diterapkan oleh AS.
768
Analisis Konflik Laten Jepang-Cina (Marga. Berayu. Putra.)
DAFTAR PUSTAKA Buku Bob Sugeng hardiwinata. 2002. “Politik Bisnis Internasional” Yogyakarta : Kanisius Media. Michael. E. Porter. “Keunggulan bersaing: Menciptakan dan mempertahankan kinerja unggul”. Jakarta. 2004. Jurnal “DEPPERINDAG, Warta Ekspor”, No.1/Tahun XXXII – Pebruari 2004, Hal. 8, diterbitkan oleh Badan Pengembang Ekspor Nasional (BPEN) “ICO : Organisasi Kopi Internasional” http://ditjenkpi.kemendag.go.id/website_kpi/files/content/4/ICO__ORGANISASI_KOPI_INTERNATIONAL20060109120016.doc diakses pada 22 Januari 2014 “Jurnal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian: “Market Intellegence” Beberapa Komoditi Andalan Ekspor Indonesia” http://pphp.pertanian.go.id/upload/pdf/Jurnal_Edisi_Ags_13.pdf dikutip pada 5 Oktober 2015 Sumber Lain “Brazilian Coffee History” dapat http://www.coffeeresearch.org/coffee/brazil.htm
dilihat
pada
“Ekspor” dapat dilihat pada http://gaeki.or.id/ekspor/ “Kebijakan Impor:Regulasi dan Ketentuan Produk Kopi di AS” dapat dilihat pada http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/researchcorner/528137 6297807.pdf “ Kebijakan Peningkatan Daya Saing Ekspor Kopi ” dapat dilihat pada http://pphp.deptan.go.id/disp_informasi/1/5/54/1523/kebijakan_peningkatan_ daya_saing_ekspor_kopi.html “Luas Areal dan Produksi” dapat dilihat pada http://www.aeki-aice.org/page/arealdan-produksi/id “Penurunan Produksi Pengaruhi Ekspor Kopi Indonesia” dapat dilihat pada http://www.kemenperin.go.id/artikel/2918/Penurunan-Produksi-PengaruhiEkspor-Kopi-Indonesia “Peraturan Ekspor” dapat dilihat pada http://gaeki.or.id/ketentuan-ekspor-kopi/
769
eJournalIlmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015: 169-180
“Penurunan Produksi Pengaruhi Ekspor Kopi Indonesia” http://www.kemenperin.go.id/artikel/2918/Penurunan-Produksi-PengaruhiEkspor-Kopi-Indonesia diakses pada 25 Maret 2015 “The Coffee Guide : United States Of America“ dapat dilihat pada http://www.thecoffeeguide.org/coffee-guide/the-markets-for-coffee/UnitedStates-of-America/
770