sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi 2 Sedang 11 Sedikit Masalah 21 Tidak Ada Masalah 66 Tabel 25. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Tingkat Kebisingan Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) 6.2.10 Penilaian Wisatawan terhadap Karcis Masuk Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak untuk kawasan konservasi, harga tiket masuk TWA Gunung Pancar adalah Rp 2.000,00. Harga tiket masuk ini mulai berlaku sejak tahun 2007 sampai dengan sekarang. Persepsi pengunjung mengenai harga tiket masuk TWA Gunung Pancar digambarkan oleh Tabel 26 berikut ini. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Murah 74 Sedang 23 Mahal 3 Tabel 26. Penilaian Pengunjung Responden TWA Gunung Pancar Mengenai Karcis Masuk Tahun 2011 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Berdasarkan pada diagram di atas, sebanyak 74% responden menilai murah dari harga tiket masuk tersebut. Sebesar 23% responden menilai sedang, sisanya sebanyak 3% responden menilai mahal harga tiket masuk TWA Gunung Pancar. Responden menilai murah harga tiket masuk tersebut karena harga tiket masuk tersebut dianggap masih terjangkau bagi responden. VII. FUNGSI PERMINTAAN DAN NILAI EKONOMI WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 65
Nilai ekonomi wisata dapat diestimasi menggunakan pendekatan biaya perjalanan dengan memperoleh besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh setiap pengunjung untuk menikmati jasa rekreasi pada suatu tempat rekreasi tertentu. Dengan demikian, nilai biaya perjalanan sebanding dengan apa yang diperoleh pada keadaan pasar yang sesungguhnya. Model permintaan rekreasi di TWA Gunung Pancar diturunkan melalui pendekatan model persamaan regresi linier berganda dengan menggunakan beberapan variabel sosial ekonomi untuk menduga pengaruhnya terhadap frekuensi kunjungan wisatawan. Berikut akan dijelaskan mengenai fungsi permintaan wisata beserta interpretasi variabel-variabel yang mempengaruhinya dan nilai ekonomi wisata dari TWA Gunung Pancar. 7.1
Statistik Variabel dalam Fungsi Permintaan Wisata Frekuensi kunjungan yang dilakukan oleh responden rata-rata selama satu
tahun terakhir adalah lima kali, dengan minimum frekuensi kunjungan sebanyak satu kali dan maksimum kunjungan sebanyak 52 kali dalam satu tahun. Dari hasil pengamatan, orang yang mempunyai frekuensi kunjungan lebih banyak adalah pengunjung dengan motivasi kunjungan untuk berolahraga. Biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh responden untuk melakukan satu kali kunjungan ke TWA Gunung Pancar rata-rata sebesar Rp 75.035,00 per orang. Minimum biaya perjalanan adalah sebesar Rp 2.000,00 per orang dan maksimum biaya perjalanan sebesar Rp 405.000,00 per orang. Total penghasilan rata-rata responden TWA Gunung Pancar sebesar Rp 3.761.000,00 per orang per bulan, dengan minimum penghasilan sebesar Rp 300.000,00 per orang per bulan, dan maksimum penghasilan sebesar Rp 60.000.000,00 per orang per bulan. Tingkat pendidikan rata-rata responden adalah 66
12,93 tahun atau dapat dikatan rata-rata responden sudah atau sedang menempuh pendidikan di sekolah menengah atas. Berdasarkan analisis, dapat dikatakan bahwa TWA Gunung Pancar merupakan tempat rekreasi yang dikunjungi oleh pengunjung dari berbagai kelas, baik kelas menengah ke bawah atau kelas menengah ke atas, hal tersebut dapat disebabkan TWA Gunung Pancar merupakan tempat wisata yang cukup murah sehingga dapat dinikamati oleh kalangan tersebut. Umur rata-rata responden adalah 30,84 tahun yang umumnya merupakan pengunjung yang sudah berkeluarga. Responden yang mengunjungi TWA Gunung Pancar rata-rata mempunyai jarak tempuh sebesar 42,64 km dengan rata-rata waktu tempuh sebesar 1,63 jam. Waktu tempuh yang cukup lama dapat disebabkan karena sebagian besar responden yang mendatangi TWA Gunung Pancar berasal dari Jakarta, dan umumnya berkunjung pada hari libur sehingga mengalami kemacetan di ruas tol Jagorawi. Jumlah tanggungan rata-rata dari responden dari responden adalah 1 orang. Jenis kelamin responden telah dibahas pada bab sebelumnya, yaitu mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Waktu yang dihabiskan responden di TWA Gunung Pancar rata-rata 4,17 jam dan rata-rata responden telah mengetahui lokasi TWA Gunung Pancar selama 2,19 tahun. Hasil perhitungan mengenai deskripsi statistik yang telah dijabarkan sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 27 dan Lampiran 6. Tabel 27. Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan Variabel N Maksimum Minimum Mean Frekuensi Kunjungan (Y) 100 52 1 5,36 Biaya Perjalanan (X1) 100 405.000,00 2.000,00 75.035,00 Total Penghasilan (X2) 100 60.000.000,00 300.000,00 3.761.000,00 Tingkat Pendidikan (X3) 100 16 6 12,93 Umur (X4) 100 55 17 30,84 Jarak Tempuh (X5) 100 82 4 42,64 Waktu Tempuh (X6) 100 4 0,5 1,63 67
Jumlah Tanggungan (X7) 100 Jenis Kelamin (X8) 100 Waktu di Lokasi (X9) 100 Lama Tahu Lokasi (X10) 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) 7.2
7 10 27
0 1 0
1,48 4,17 2,19
Fungsi Permintaan Wisata Fungsi permintaan wisata di TWA Gunung Pancar ditentukan oleh
beberapa independent variabel yang diperkirakan dapat mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan per tahun terhadap TWA Gunung Pancar. Independent variable yang digunakan untuk menganalisis pengaruhnya terhadap jumlah kunjungan (dependent variable) antara lain biaya perjalanan, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah tanggungan, jenis kelamin, waktu yang dihabiskan di lokasi, dan lama mengetahui lokasi. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini diestimasi dengan menggunakan software Minitab 15, yang kemudian digunakan untuk membentuk model regresi linier berganda sebagai berikut: Y = 2,90 + 0,000009 X1 – 0,00000002 X2 – 0,0985 X3 + 0,0181 X4 – 0,00522 X5 – 0,197 X6 – 0,074 X7 – 0,704 X8 + 0,164 X9 + 0,0504 X10 Berikut merupakan tabel hasil analisis dengan menggunakan software Minitab 15.
Tabel 28. Hasil Analisis Regresi Fungsi Permintaan Wisata TWA Gunung Pancar Variabel Konstanta Biaya Perjalanan (X1) Total Penghasilan (X2) Tingkat Pendidikan (X3)
Koefisien 2,9026 0,00000913 -0,00000002 -0,9845
SE Koefisien 0,9985 0,00000142 0,00000014 0,05670
T 2,91 6,43 -0,15 -1,74
P
VIF
0,005 0,000* 0,880 0,087***
1,867 3,739 1,356
68
Umur (X4) Jarak Tempuh (X5) Waktu Tempuh (X6) Jumlah Tanggungan (X7) Jenis Kelamin (X8) Waktu yang Dihabiskan (X9) Lama Tahu Lokasi (X10) R2 R2 (adj)
0,01812 -0,005216 -0,1967 -0,0739 -0,7042 0,1642 0,05040
0,02135 0,85 0,006706 -0,78 0,1974 -1,00 0,1216 -0,61 0,2512 -2,80 0,1006 1,63 0,02878 1,75 65,8% 60,7%
0,399 0,439 0,323 0,545 0,007* 0,107**** 0,085***
4,581 1,922 1,806 4,799 1,286 1,591 1,220
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Keterangan : * ** *** ****
nyata pada taraf nyata α = 1% nyata pada taraf nyata α = 5% nyata pada taraf nyata α = 10% nyata pada taraf nyata α = 15%
Dari hasil analisis regresi tersebut, didapatkan nilai R2 sebesar 65,8% dan R2 (adj) sebesar 60,7% (Tabel 28). Hal tersebut dapat diartikan bahwa keragaman permintaan jumlah kunjungan ke TWA Gunung Pancar dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 65,8% dan sisanya sebesar 34,2% dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model. Selain itu, dari hasil analisis regresi dinyatakan bahwa tidak terdapat pelanggaran asumsi OLS (Ordinary Least Square) seperti adanya multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Pembuktian tidak adanya multikolinearitas dalam model dapat dilihat dari nilai V ariance Inflation Factor (VIF) yang nilainya kurang dari 10 untuk semua variabel. Selanjutnya, tidak adanya heteroskedastisitas dapat dilihat dari hasil Uji Glejser (Lampiran 4) yaitu dengan melakukan regresi dari nilai absolut residual dengan variable-variabel bebas. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai P sebesar 0,803. Nilai tersebut lebih besar dari α sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model. Selain itu, tidak terdapatnya autolorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-W atson dari model yang berada dalam selang 1,65
7.3
Variabel yang Berpengaruh Signifikan terhadap Permintaan Wisata TWA Gunung Pancar Nilai koefisien variabel menentukan kecenderungan dalam meningkatkan
atau menurunkan jumlah kunjungan wisata. Pada regresi linier berganda, peningkatan independent variabel yang bertanda positif akan meningkatkan peluang rata-rata dependent variabel. Nilai positif dari suatu variabel menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai dari variabel tersebut akan cenderung meningkatkan peluang rata-rata jumlah kunjungan. Sebaliknya tanda negatif menunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai dari suatu variabel akan cenderung menurunkan peluang rata-rata jumlah kunjungan wisatawan terhadap TWA Gunung Pancar. Berdasarkan uji t yang dapat kita lihat dari nilai P pada Tabel 28, terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata dalam model. Adapun variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 7.3.1 Biaya Perjalanan Biaya perjalanan merupakan faktor yang sangat penting dalam keputusan melakukan suatu kegiatan wisata. Biaya perjalanan dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh setiap pengunjung dalam satu kali melakukan kegiatan rekreasi. Biaya perjalanan tersebut meliputi biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi selama berekreasi, parkir, pembelian souvenir, dan biaya lainnya, tidak termasuk tiket masuk ke lokasi wisata. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, diketahui bahwa nilai probability dari biaya perjalanan nyata pada taraf 1% sehingga dapat dikatakan biaya perjalanan signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan TWA Gunung Pancar. Nilai koefisiennya yang bertanda positif menunjukkan bahwa tingginya nilai biaya perjalanan maka akan semakin menambah peluang rata-rata jumlah kunjungannya. Hal ini tidak sesuai dengan 70
hipotesis awal dimana jika harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya, karena berdasarkan keadaan dilapangan, dari hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata wisatawan yang datang ke TWA Gunung Pancar berasal dari Jakarta sehingga biaya perjalanan yang dikeluarkan cukup besar. Namun tingginya biaya perjalanan tersebut tidak mempengaruhi frekuensi kunjungan mereka karena TWA Gunung Pancar dianggap sebagai tempat wisata alternatif yang potensial serta lokasinya tidak terlalu jauh dari Kota Jakarta dan harga karcis untuk masuk ke kawasan ini masih tergolong murah. 7.3.2
Tingkat Pendidikan Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan pengunjung
memiliki koefisien negatif, dan berpengaruh nyata pada taraf 10% sehingga dapat dikatakan tingkat pendidikan secara signifikan mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan TWA Gunung Pancar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan wisatawan maka akan cenderung menurunkan peluang rata-rata kunjungannya terhadap TWA Gunung Pancar. Hal tersebut diperkirakan karena dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, wisatawan akan lebih memahami kondisi tempat wisata tersebut. Berdasarkan karakteristik pengunjung dimana sebagian besar melakukan kunjungan wisata secara berkelompok, fasilitas wisata menjadi penting untuk diperhitungkan. Oleh karena itu, terdapat kecenderungan untuk memilih berkunjung ke tempat wisata yang memiliki sarana dan prasarana lebih baik. Hal tersebut sesuai dengan keadaan di lapangan dimana masih kurang memadainya sarana dan prasarana rekreasi yang ada di TWA Gunung Pancar. 7.3.3
Jenis Kelamin
71
Variabel jenis kelamin berpengaruh secara signifikan pada taraf uji 1% dan mempunyai koefisien yang bertanda negatif. Jenis kelamin dalam model merupakan variabel dummy dimana angka 1 menunjukkan responden berjenis kelamin laki-laki sedangkan angka 2 menunjukkan responden berjenis kelamin perempuan. Koefisien yang bernilai negatif menunjukkan bahwa individu berjenis kelamin laki-laki akan cenderung untuk menurunkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan mereka. Hal ini disebabkan kurangnya aktivitas wisata yang cocok untuk kaum laki-laki. Berdasarkan uraian di atas pengelola dapat mencoba untuk mengarahkan fokus aktivitas wisata dalam hal petualangan alam, wisata trackking, camping maupun hiking yang cocok untuk kaum laki-laki. 7.3.4 Waktu di Lokasi Waktu yang dihabiskan di lokasi berpengaruh nyata pada taraf uji 20% dan memiliki koefisien positif terhadap frekuensi kunjungan ke TWA Gunung Pancar. Artinya semakin lama waktu yang dihabiskan individu di lokasi tersebut maka semakin meningkatkan jumlah kunjungan ke TWA Gunung Pancar. Hal tersebut dapat disebabkan karena keindahan alam dan kesejukan udara yang ditawarkan TWA Gunung Pancar memberikan sensasi relaksasi bagi pengunjung yang datang sehingga pengunjung merasa nyaman berada di lokasi. Oleh karena itu, mereka berkeinginan untuk kembali lagi ke tempat ini bahkan cenderung akan meningkatkan frekuensi kunjungan mereka. Selain itu, sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar berasal dari Jakarta yang memiliki permintaan tinggi terhadap wisata back to nature atau wisata alam untuk menghilangkan kejenuhan selama beraktivitas di Kota Jakarta. Namun, tempat wisata dengan konsep wisata alam sangat jarang ditemukan di Jakarta sehingga waktu yang dihabiskan
72
pengunjung di lokasi juga cenderung lebih lama dan TWA Gunung Pancar tetap menjadi pilihan wisata potensial bagi pengunjung. 7.3.5
Lama Mengetahui Lokasi Lama mengetahui diartikan sebagai jumlah tahun atau lamanya wisatawan
mengetahui keberadaan TWA Gunung Pancar. Variabel lama mengetahui tempat wisata berpengaruh nyata pada taraf 10% dan mempunyai koefisien yang positif. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin lama individu mengetahui keberadaan TWA Gunung Pancar maka akan semakin meningkatkan peluang ratarata frekuensi kunjungan. Hal tersebut sesuai dengan fakta dilapangan bahwa ratarata responden sudah mengetahui keberadaan TWA Gunung Pancar lebih dari 2 tahun dan memiliki kecenderungan untuk kembali lagi ke lokasi. 7.4
Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi TWA Gunung Pancar Surplus konsumen merupakan proxy dari nilai keinginan membayar
(WTP) terhadap lokasi rekreasi yang dikunjungi. Surplus konsumen dapat diduga dengan pendekatan biaya perjalanan. Menurut Fauzi (2006), surplus konsumen bisa didapatkan dengan cara jumlah kunjungan kuadrat dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan. Berdasarkan rumus tersebut, dan berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dengan pendekatan biaya perjalanan didapatkan surplus konsumen atau nilai WTP pengunjung sebesar Rp 297.777,778 per individu per kunjungan. Perhitungan mengenai surplus konsumen ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Nilai manfaat ekonomi merupakan agregat atau penjumlahan WTP. Maka dari itu, nilai tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan nilai surplus konsumen yang telah didapat sebelumnya dengan total kunjungan tahun 2010 yaitu sebesar
73
17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih mau membayar lebih mahal untuk berekreasi atau menikmati pemandangan alam di TWA Gunung Pancar. Hal ini tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas dari tempat wisata itu sendiri sehingga manfaat yang didapat baik bagi dari segi pengelola maupun pengunjung TWA Gunung Pancar dari kegiatan rekreasi tersebut dapat mencapai optimum. Nilai ekonomi dari manfaat wisata menunjukkan bahwa TWA Gunung Pancar memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya pencapaian nilai ekonomi TWA Gunung Pancar salah satunya dapat dilakukan dengan menaikan tiket masuk yang sesuai dengan keinginan membayar maksimal pengunjung. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menambah fasilitas dengan berdasarkan persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR
Analisis terhadap prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial-
74