PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X AKSELERASI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh: SETIYA PUTRI AMBARWATI K 7406028
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci perbaikan kualitas SDM sehingga perbaikan kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Kebijakan di bidang pendidikan harus melakukan terobosan secara konsisten dan berkelanjutan. Indonesia harus segera melakukan strategi baru dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas bangsa melalui pendidikan yang berkualitas sehingga diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang unggul, cerdas dan kompetitif. Perbaikan kualitas pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh oleh semua pihak baik pemerintah, guru, peserta didik, maupun orangtua siswa. Salah satu aspek yang mempengaruhi kualitas pendidikan adalah model pembelajaran. Model pembelajaran penting untuk diperhatikan karena dengan model pembelajaran yang tepat dapat membawa dampak positif dalam menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas dan hasil belajar yang optimal sehingga berujung pada perbaikan kualitas pendidikan yang lebih baik. Sejak Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) disahkan, secara otomatis peran guru harus berubah sesuai tuntutan kurikulum yang telah diberlakukan. Dalam pasal 20b disebutkan bahwa: ”Guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni”. Berdasarkan pasal tersebut, guru perlu memiliki kreatifitas agar dapat membuat suasana kelas dan pembelajaran menjadi nyaman, menyenangkan, dan bermakna sehingga siswa merasa belajar merupakan sesuatu yang menarik dan ditunggu-tunggu. Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal di Indonesia dimulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. SMA Negeri 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah atas negeri di Kota Surakarta yang memiliki prestasi yang baik. Sekolah ini mengajarkan dua bidang ilmu, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Salah satu kompetensi dari Ilmu Sosial yang diberikan di Sekolah Menengah Atas adalah Ekonomi, yang diberikan di kelas X-RSBI, XAksel, XI Ilmu Sosial dan XII Ilmu Sosial. Ekonomi merupakan mata pelajaran inti sehingga siswa dituntut memiliki hasil belajar yang tinggi agar mampu bersaing untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Observasi peneliti menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Surakarta cenderung masih bersifat konvensional, guru memberi penjelasan dan siswa mencatat disertai tanya jawab seperlunya kemudian dilanjutkan dengan latihan soal atau tugas. Penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran masih sangat dominan. Penggunaan metode konvensional ini dapat menghambat daya kritis siswa karena segala informasi yang disampaikan guru biasanya diterima secara mentah tanpa dibedakan apakah informasi itu salah atau benar, dipahami atau tidak. Dengan demikian, sulit bagi siswa untuk mengembangkan kreativitas yang dimilikinya secara optimal. Proses pembelajaran demikian membuat sebagian besar siswa kurang berminat dalam belajar ekonomi. Situasi dan kondisi pembelajaran tersebut berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar siswa yang rendah, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Rata-rata Nilai Ujian Semester 1 Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Akselerasi Rata-rata Nilai Ujian Semester 1
No.
Kelas
1.
X Aksel 1
68
2.
X Aksel 2
64
Mata Pelajaran Ekonomi
Sumber: Data Primer SMA Negeri 1 Surakarta TP 2009/2010 Berdasarkan data di atas, peneliti menetapkan kelas X Aksel 2 sebagai subjek penelitian karena di kelas tersebut terdapat masalah mengenai hasil belajar siswa. Batas nilai ketuntasan di SMA Negeri 1 Surakarta adalah 75 namun rata-rata nilai
Ujian Akhir Semester I mata pelajaran ekonomi siswa di kelas X Aksel 2 hanya 64. Siswa-siswi akselerasi adalah siswa-siswi luar biasa yang memiliki tingkat prestasi terbaik dari proses seleksi yang telah dilakukan namun siswa yang dinyatakan tidak tuntas dalam Ujian Akhir Semester di kelas tersebut berjumlah 16 siswa dari 28 siswa atau jika diprosentasekan sebesar 57,14%. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas X Aksel 2 mengenai pembelajaran ekonomi pada kelas mereka dapat disimpulkan bahwa adanya permasalahan hasil belajar tersebut disebabkan oleh: 1. Berdasarkan substansi materi, ekonomi merupakan pelajaran yang lebih didominasi oleh materi yang sifatnya hafalan. Jika model pembelajaran yang diterapkan bersifat konvensional akan menjadikan siswa hanya sebagai ”mesin penghafal” yang masa pengingatnya bersifat jangka pendek. Padahal hasil akhir dari pembelajaran yang diharapkan adalah siswa tidak hanya hafal akan materi yang disampaikan namun siswa dapat memahaminya secara menyeluruh. Oleh karena itu, untuk membentuk pemahaman yang sifatnya jangka panjang diperlukan pembelajaran yang bermakna sehingga mengena pada diri masing-masing siswa. 2. Kurangnya perhatian guru dalam meningkatkan kerja sama antar siswa dalam proses pembelajaran, terutama dalam melatih keterampilan proses pembelajaran, sehingga siswa masih bersifat individual dalam belajar. 3. Penyediaan fasilitas pembelajaran berupa sarana dan prasarana pada sekolah ini sudah sangat baik. Hal ini terlihat dari tersedianya AC, komputer, dan LCD yang ada pada masing-masing kelas sehingga harapannya kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang optimal. Pada kenyataannya guru belum menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia dengan optimal, hal ini terbukti dengan sistem pembelajaran yang diterapkan belum menggunakan komputer dan LCD sebagai alat bantu pengembangan pembelajaran. Banyak model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran, misalnya model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kuantum, model pembelajaran terpadu, dan model
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Adanya permasalahan hasil belajar tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi dan efektif untuk proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan, salah satu model yang tepat untuk diterapkan adalah model Quantum Learning. Model Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang membuat proses belajar menjadi sederhana (simple), menyenangkan (fun), dan efektif. Model pembelajaran ini diharapkan dapat melahirkan siswa-siswa yang tidak hanya memiliki keterampilan akademis, tetapi juga memiliki ketrampilan hidup (life skill). Kelas diibaratkan sebagai sebuah konser musik yang menyingkirkan hambatan
yang
menghalangi
proses
belajar
alamiah,
dengan
sengaja
menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling (ruang kelas) dengan berbagai poster, dan melibatkan peran aktif seluruh siswa. Seperti sebuah konser musik, semua siswa harus memainkan perannya masing-masing dengan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengingat materi pelajaran yang diberikan dalam waktu yang lama (ingatan jangka panjang) dengan menggunakan berbagai asosiasi, mengetahui berbagai keterkaitan dan memahami konsepnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran harus menciptakan lingkungan belajar yang mendorong seoptimal mungkin berkembangnya potensi diri. Kelas harus mempresentasikan masyarakat kecil, di mana siswa berinteraksi. Bentuk-bentuk kegiatan belajar kolaboratif, bekerja dengan kelompok (team) dalam melakukan eksplorasi alam, inkuiri dan tugas-tugas proyek berbasis masalah, merupakan aktivitas belajar yang dapat menghidupkan kelas dan memberi kontribusi terhadap pembentukan kepribadian anak secara utuh. Pembelajaran ekonomi akan lebih menarik jika disajikan dalam suatu bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya adalah dengan model Quantum Learning yang menggunakan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) agar dalam mempelajari materi, siswa tidak terpaku pada hafalan yang sifatnya sesaat. Dengan variasi simbol, warna, dan bentuk yang ada pada peta pikiran (mind mapping) diharapkan
siswa dapat lebih mudah mengingat dan memahami materi sehingga pembelajaran bermakna dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Penerapan Model Quantum Learning dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Mata Pelajaran Ekonomi sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”
B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Belum
diterapkannya
beberapa
model
pembelajaran
yang
dapat
mempermudah pemahaman siswa terhadap materi melalui kegiatan yang menarik dan dapat meningkatkan konsentrasi siswa. 2. Guru masih dominan dalam pembelajaran karena masih menerapkan model pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) dari pada berpusat pada siswa (student centered). 3. Proses pembelajaran yang diterapkan belum menggunakan sarana dan prasarana secara optimal. 4. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan, padahal penerapan metode pembelajaran konvensional kurang efektif dalam kegiatan belajar mengajar.
C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian untuk menghindari perluasan masalah. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas X Aksel 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010. Objek dari penelitian ini meliputi: 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Quantum Learning dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping). 2. Hasil belajar siswa yaitu berkenaan dengan nilai kognitif mata pelajaran ekonomi yang dicapai siswa melalui tes hasil belajar formatif.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada mata pelajaran ekonomi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta?”. Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model Quantum Learning merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. 2. Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) merupakan metode pembelajaran yang memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. 3. Hasil belajar merupakan salah satu indikator siswa dalam menguasai dan memahami pelajaran yang dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoris namun ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai materi pengajaran.
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian disini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah di atas. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada mata pelajaran ekonomi kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian yang dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut. b. Memberikan manfaat untuk mendukung teori-teori di bidang pendidikan tentang penggunaan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) .
2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa : Siswa termotivasi sehingga senang belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, khususnya mata pelajaran Ekonomi dan dapat memperoleh pengalaman belajar.
b. Bagi Guru Memberikan masukan bagi guru untuk menerapkan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam proses belajar mengajar di kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Sekolah 1) Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merealisasikan tujuan pembelajaran bagi siswa dan juga sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan selanjutnya. 2) Memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran.
d. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penggunaan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) serta
pengaruh dan perkembangan siswa setelah penggunaan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka Ilmu pengetahuan yang ada sekarang tidak lepas dari pengetahuan yang ada sebelumnya. Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan alat untuk mendapatkan pengetahuan baru ataupun menguji pengetahuan yang telah ada. Agar dapat diketahui bagaimana hubungan dan dimana posisi pengetahuan yang diperoleh dari penelitian, dalam kaitannya dengan pengetahuan yang telah ada, perlu dilakukan kajian terhadap bahan pustaka yang relevan dengan topik masalah.
1. Hakikat Model Quantum Learning a. Definisi Model Pembelajaran Winataputra dalam Sugiyanto (2008: 7) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pencanang pembelajaran dan para pengajar dalam mencanangkan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.
b. Jenis-jenis Model Pembelajaran Sugiyanto (2008: 7-15) mengemukakan bahwa ada banyak model pembelajaran
yang
dikembangkan
oleh
para
ahli
dalam
usaha
mengoptimalkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut antara lain terdiri dari: 1) Model Pembelajaran Kontekstual Model pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pembelajaran ini juga mendorong siswa membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika siswa belajar. 2) Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. 3) Model Pembelajaran Kuantum Model pembelajaran kuantum merupakan rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi yang jauh sebelumnya sudah ada. 4) Model Pembelajaran Terpadu Model
pembelajaran
terpadu
merupakan
pembelajaran
yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. 5) Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning – PBL) Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning – PBL) merupakan pembelajaran yang mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan siswa tetapi pada apa yang siswa pikirkan selama mereka mengerjakannya. Guru memfungsikan diri sebagai pembimbing dan
fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berfikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
c. Model Quantum Learning Akhmad Sudrajat (2008: 1) mengemukakan, ”Quantum Learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat”. Dalam Quantum Learning, beberapa teknik yang dipakai merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. Namun, teknik tersebut dikembangkan yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas. Bobby DePorter (2007: 14) mengatakan bahwa Quantum Learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya sugesti (suggestology). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil apa pun memberikan sugesti positif atau negatif. Untuk mendapatkan sugesti positif ada beberapa teknik yang dapat digunakan seperti membuat siswa merasa nyaman berada di kelas, memperdengarkan musik-musik klasik yang dapat meningkatkan daya konsentrasi siswa, mendorong partisipasi siswa untuk lebih aktif, menempelkan poster besar yang berisi informasi pada dinding kelas, dan menyediakan guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran maupun sugesti. Prinsip sugesti (suggestology) hampir sama dengan proses pemercepatan belajar (accelerated learning), yaitu proses belajar yang memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan diiringi dengan kegembiraan. Suasana belajar yang efektif diciptakan melalui percampuran antara unsur hiburan, permainan, cara berpikir positif, dan emosi yang sehat. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam Quantum learning pemberian sugesti positif berupa penciptaan suasana belajar yang menyenangkan sangatlah diperlukan. Hal ini bertujuan agar dalam waktu yang relatif singkat proses pembelajaran yang
berlangsung dapat mencapai efektifitas belajar yang maksimal yang ditandai dengan perolehan hasil belajar yang baik. Menurut Bobby DePorter (2007: 16), ”Quantum Learning sebagai interaksi-interaksi
yang
mengubah
energi menjadi cahaya”.
Mereka
menganggap kekuatan energi sebagai bagian penting dari setiap interaksi manusia. Dengan mengutip rumus klasik E = mc2, dimana: E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar mengajar, dan semangat), m = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, dan fisik), dan c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas). Berdasarkan persamaan ini dapat diketahui bahwa interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar terhadap efektivitas dan antusiasme belajar para peserta didik (Falah Yunus, 2009: 1). Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Learning menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Bobby DePorter (2007: 6) mengatakan bahwa Quantum Learning bersandar pada konsep bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Learning tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar. Quantum Learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan posistif – faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan ”pegangan” dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan (Bobby DePorter , 2007: 14-16).
Dengan
Quantum
Learning
kita
dapat
mengajar
dengan
memfungsikan kedua belahan otak, yaitu otak kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Eksperimen terhadap dua belahan otak tersebut telah menunjukkan bahwa masing-masing belahan bertanggung jawab terhadap cara berfikir, dan masing-masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa pesilangan dan interaksi antara kedua sisi. Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasioanal. Walaupun berdasarkaan realitas, otak kiri mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berfikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur seperti ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Cara berfikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berfikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal seperti perasaan, emosi, kesadaran yang berkenaan dengan perasaan, kesadaran spasial, pengenalan bentuk, pengenalan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan visualisasi (Bobby DePorter, 2007: 36-38). Penggunaan kedua belahan otak sangat penting artinya sehingga orang yang memanfatkan kedua belahan otak ini cenderung seimbang dalam setiap aspek hidupnya. Sugiyanto (2008: 69) mengatakan bahwa beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran kuantum adalah sebagai berikut: 1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif bukan fisika kuantum. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif bukan teori fisika kuantum. 2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistisempiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal.
3) Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis, bukan positivistisempiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. Oleh karena itu nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran kuantum relatif kuat. Pembelajaran kuantum menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran. 4) Pembelajaran kuantum berupaya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan sebagai konteks pembelajaran. 5) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum. Pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. 6) Pembelajaran
kuantum
sangat
menekankan
pada
pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. 7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran bukan keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedangkan keadaan yang dibuat-buat menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. 8) Pembelajaran
kuantum
sangat
menekankan
kebermaknaan
dan
kebermutuan proses pembelajaran. 9) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
Konteks
pembelajaran
meliputi
suasana
yang
memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
10) Pembelajaran
kuantum
memusatkan
perhatian
pada
pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau material. 11) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. 12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal. Bobby DePorter (2007: 7) mengatakan bahwa prinsip dari Quantum Learning terdiri dari: 1) Segalanya berbicara Lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran menyampaikan pesan tentang belajar. 2) Segalanya bertujuan Siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang diajarkan. 3) Pengalaman sebelum pemberian nama Pengalaman guru dan siswa akan diperoleh banyak konsep. 4) Akui setiap usaha Menghargai usaha siswa sekecil apa pun. 5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan Guru harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada proses pembelajaran, misalnya dengan memberi tepuk tangan dan berkata: bagus!, baik!, dll. Bobby DePorter (2007: 10) mengatakan bahwa kerangka rancangan belajar Quantum Learning yang diterapkan dikenal dengan istilah TANDUR yang meliputi: 1) TUMBUHKAN Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat BagiKu (AMBAK)” dan manfaatkan kehidupan pelajar.
2) ALAMI Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. 3) NAMAI Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah masukan. 4) DEMONSTRASIKAN Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. 5) ULANGI Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan “Aku tahu dan memang tahu ini”. 6) RAYAKAN Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Bobby DePorter (2007: 64-78) mengatakan bahwa metode dan strategi mengajar yang mengacu pada Quantum Learning meliputi: 1) Buat suasana kelas yang bisa membawa kegembiraan yang diatur berdasarkan kesepakatan kelas, seperti : a) Pengaturan meja dan kursi, tanaman, hiasan lain yang mendukung proses belajar. b) Pengecatan meja kursi yang yang menjadi keinginan dan kebanggaan kelas. c) Ruangan kelas dihiasi dengan poster. 2) Pemberian musik klasik dalam kegiatan belajar mengajar. Musik dapat merangsang otak kiri dan kanan untuk berpikir dan berinspirasi. Musik juga dapat sebagai perangsang untuk meningkatkan produktivitas seseorang. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Disamping itu kebanyakan siswa suka musik. Musik yang disarankan disini adalah musik klasik dan instrumental. Namun bisa diselingi jenis musik lain untuk bersenangsenang dan jeda dalam pembelajaran.
3) Pengalaman belajar hendaknya menggunakan sebanyak mungkin indera untuk berinteraksi dengan isi pembelajaran. Siswa belajar : 10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang di lihat dan dengar, 70% dari apa yang dikatakan, dan 90% dari apa yang dikatakan dan lakukan (Vernon A. Magnessen, 1983). Ini menunjukkan guru mengajar dengan ceramah, maka siswa akan mengingat dan menguasai hanya 20% karena siswa hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan melaporkannya maka akan mengingat dan menguasai sebanyak 90%. 4) Guru harus selalu menghargai setiap usaha dan hasil kerja siswa serta memberikan stimulus yang mendorong siswa untuk berbuat dan berpikir sambil menghasilkan karya dan pikiran kreatif. Ini memungkinkan siswa menjadi pembelajar seumur hidup. Untuk itu guru bisa menggunakan berbagai
metode dan pengalaman
belajar
melalui contoh
yang
konstekstual. Setiap kesuksesan dalam belajar siswa layak untuk dirayakan 5) Suasana belajar siswa, guru dapat mengarahkan kearah ke ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Suasana belajar juga melibatkan mental, fisik, emosi sosial siswa secara aktif supaya memberi peluang siswa untuk mengamati dan merekam data hasil pengamatan, menjawab pertanyaan dan
mempertanyakan
jawaban,
menjelaskan
sambil
memberikan
argumentasi, dan sejumlah penalaran. Pada proses pembelajaran unsur-unsur yang terdiri dari suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian dan fasilitasi harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menciptakan kesuksesan belajar siswa. Bobby DePorter (2007: 14) mengatakan bahwa konteks menata panggung belajar yang baik mempunyai empat aspek yang meliputi: 1) Suasana Suasana kelas mencakup bahasa yang dipilih, cara menjalin simpati dengan siswa, dan sikap guru terhadap sekolah serta belajar. Suasana yang penuh kegembiraan akan membawa kegembiraan pula dalam belajar. 2) Landasan
Kerangka kerja yang terdiri dari tujuan, keyakinan, kesepakatan, kebijakan, prosedur, dan aturan bersama yang memberi guru dan siswa sebuah pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar. 3) Lingkungan Adalah cara guru menata ruang kelas meliputi pencahayaan, warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik, dan semua hal yang mendukung proses belajar. 4) Rancangan. Penciptaan terarah unsur-unsur penting yang dapat menumbuhkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi. Bobby DePorter (2007: 115) mengatakan bahwa guru sebagai Quantum Teacher mempunyai ciri-ciri dalam berkomunikasi sebagai berikut: 1) Antusias
: menampilkan semangat untuk hidup
2) Berwibawa
: menggerakkan orang
3) Positif
: melihat peluang dalam setiap saat
4) Supel
: mudah menjalin hubungan dengan beragam siswa
5) Humoris
: berhati lapang untuk menerima kesalahan
6) Luwes
: menemukan lebih dari satu untuk mencapai hasil
7) Menerima
:mencari di balik tindakan dan penampilan luar untuk
menemukan nilai-nilai inti 8) Fasih
: berkomunikasi dengan jelas, ringkas, dan jujur
9) Tulus
: memiliki niat dan motivasi positif
10) Spontan
: dapat mengikuti irama dan tetap menjaga hasil
11) Menarik dan tertarik : mengaitkan setiap informasi dengan pengalaman hidup siswa dan peduli akan diri siswa 12) Menganggap siswa “mampu” : percaya akan keberhasilan siswa 13) Menetapkan dan memelihara harapan tinggi : membuat pedoman kualitas hubungan dan kualitas kerja yang memacu setiap siswa untuk berusaha sebaik mungkin. Dalam melakukan penilaian guru harus berorientasi pada :
1) Acuan/patokan. Semua kompetensi perlu dinilai sesuai dengan acuan kriteria berdasarkan indikator hasil belajar 2) Ketuntasan Belajar. Ketuntasan belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawakan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi berikutnya 3) Metode penilaian dengan menggunkan variasi, antara lain : a) Tes Terulis
: pertanyaan-pertanyaan tertulis
b) Observasi
: pengamatan kegiatan praktik
c) Wawancara
: pertanyaan-pertanyaan langsung tatap muka
d) Portofolio
: Pengamatan melalui bukti-bukti hasil belajar
e) Demonstrasi
: Pengamatan langsung kegiatan praktik/pekerjaan yang sebenarnya (Falah Yunus, 2009: 1).
d. Pembelajaran Model Quantum Learning dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) Mencatat merupakan salah satu aktivitas dalam proses belajar yang bertujuan untuk menambah ingatan dan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Aktivitas mencatat yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan catatan tradisional atau catatan linear. Catatan tradisional berbentuk tulisan-tulisan, menggunakan satu warna tinta, dan menyita banyak waktu sehingga manfaatnya dirasa kurang efektif dan membosankan. Metode mencatat yang baik harus membantu mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasikan materi, dan memberikan wawasan baru. Oleh karena itu, untuk mempermudah proses pembelajaran diperlukan cara mencatat yang efektif, salah satunya yaitu dengan menggunakan peta pikiran (mind mapping). Tony Buzan dalam Wiwin Yuni Lestari (2009: 27) mengemukakan, ” Mind Mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak”. Menurut Bobby DePorter
(2007: 153), ”Peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan”. Sedangkan menurut Teti Rostikawati (2009: 5), ”Peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peta pikiran
merupakan
metode
pembelajaran
yang
memadukan
dan
mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Aktivitas mencatat dengan menggunakan peta pikiran merupakan latihan yang dapat mengoptimalkan fungsi belahan otak kiri dan otak kanan sehingga sangat membantu siswa dalam memahami masalah dengan cepat dan tepat karena telah terpetakan. Teknik mencatat dengan menggunakan peta pikiran perlu untuk diterapkan karena banyaknya manfaat yang diperoleh seperti fleksibel, memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman, dan menyenangkan (Bobby DePorter, 2007: 173). Menurut Bobby DePorter (2007: 156) langkah-langkah teknis penggunaan peta pikiran terdiri dari: 1) Mulai dengan menuliskan topik pada bagian tengah halaman Tulis gagasan utama pada bagian tengah halaman kertas dan lingkupi dengan lingkaran, persegi atau bentuk lain. Hal ini sebagai pendorong untuk mendefinisikan gagasan inti subjek yang dipelajari sebagai titik awal pembelajaran yang efektif. Tema pokok inti dibuat dengan ukuran cukup kecil sehingga tersedia ruang untuk memperlihatkan dengan jelas sub-sub tema di sekelilingnya. Sub-sub tema tersebut dapat dihubungkan dengan tema pokok dengan menggunakan garis. 2) Buatlah cabang-cabangnya Tambahkan cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap point atau gagasan utamanya. Berpijak pada tema pokok buatlah cabangnya ke semua arah. Jumlah cabangnya bervariasi tergantung jumlah segmennya.
Namun batasilah cabang utama antara lima sampai tujuh cabang dan jangan terlalu banyak. 3) Gunakan kata-kata kunci Tuliskan kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk lebih rinci. Kata kunci adalah kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memudahkan memicu ingatan kita. Sasaran peta pikiran adalah hanya menangkap fakta-fakta penting sehingga ketika ditinjau ulang akan memicu ingatan terhadap semua subjek pelajaran. Gunakan kata kerja atau kata benda kunci dengan huruf kapital tebal. 4) Tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik 5) Gunakan huruf kapital Tulis dan ketik secara rapi dengan menggunakan huruf kapital. 6) Tuliskan gagasan-gagasan penting dengan huruf-huruf yang lebih besar Tulisan dengan huruf besar sehingga dapat membedakan konsep yang lebih penting. 7) Hidupkan peta pikiran dengan hal-hak yang menarik Gambarkan peta pikiran dengan hal-hal yang berhubungan dengan diri kita sesuai dengan selera. 8) Garis bawahi kata-kata itu dan gunakan huruf tebal 9) Bersikap kreatif dan berani Lakukan sendiri dan jangan takut salah atau jelek. Gunakan sebanyak mungkin gambar yang memang membantu pemahaman. 10) Gunakan bentuk-bentuk acak untuk menunjukkan gagasan-gagasan. 11) Buatlah peta pikiran secara horizontal agar dapat memperbesar ruang bagi setiap gagasan. Penerapan awal model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) perlu dilakukan secara kelompok. Dalam kelompok siswa dapat berdiskusi dengan teman yang lain agar hasilnya lebih maksimal karena hasil dari pemikiran banyak orang. Pembuatan peta pikiran secara kelompok pun bertujuan untuk melatih kebiasaan pada diri masing-masing siswa. Setelah
terbiasa, harapannya siswa dapat membuat peta pikiran untuk mencatat materi secara mandiri. Menurut Sugiyanto (2008: 93), langkah-langkah pembelajaran penggunaan peta pikiran secara klasikal terdiri dari: 1) Guru melakukan apersepsi dengan pertanyaan pada materi yang sedang dipelajari. 2) Sajikan gambar/CD tentang materi yang sedang dipelajari. 3) Gunakan pertanyaan tentang dimensi-dimensi atau cakupan materi. 4) Seraya bertanya guru mencoba mentransfer jawaban siswa dalam bentuk peta pikiran. 5) Perbaiki peta pikiran yang belum terstruktur menjadi terstruktur. 6) Setelah gambar peta pikiran jadi di papan tulis, guru meminta siswa untuk membuat peta pikiran secara berkelompok berdasarkan sub-sub materi yang ada atau menurut apa yang dipikirkan siswa tentang materi yang sedang dipelajari. 7) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kemudian siswa kerja kelompok untuk membuat peta pikiran. Untuk ini perlu diberikan batasan waktu misal 15-20 menit. Jika siswa sudah terbiasa membuat peta pikiran siswa dapat ditugaskan secara individual atau kelompok kecil per dua orang. 8) Selama siswa menyusun peta pikiran guru keliling untuk memberikan penjelasan jika ada kelompok yang bertanya. 9) Guru meminta siswa untuk membuat matrik peta pikiran, pengelompokan, dan atributnya. 10) Setelah
selesai
wakil-wakil
kelompok
diminta
maju
untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya. Sementara itu kelompok lain diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan dan masukan. 11) Jika diperlukan guru perlu memberikan penjelasan terhadap materi yang belum dapat dipahami siswa. 12) Berikan masukan terhadap hasil pekerjaan siswa. 13) Lakukan postest tentang peta pikiran yang dikuasai.
14) Berikan siswa untuk memberikan masukan terhadap cara pembelajaran yang dilakukan guru sebagai evaluasi untuk pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari. Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses pembuatan peta pikiran (mind mapping). 2. Hakikat Hasil Belajar a. Definisi Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar karena merupakan petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Sebagai cara untuk menilai kemampuan individual, diwujudkan dalam bentuk nilai yang diberikan kepada siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 102), hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Di sekolah, hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata-mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi. Nana Sudjana (2009: 3) mengungkapkan “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotoris”. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan pola
hidup. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek, yaitu gerakan terbiasa, kesiapan, persepsi, penyesuaian pola gerakan, gerakan kompleks, dan kreativitas. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Dalam penelitian ini, peneliti fokus pada hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh melalui tes hasil belajar formatif.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Slameto (2003: 54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar digolongkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. 1) a)
b)
c) 2) a)
b) c)
Faktor-faktor internal Faktor jasmaniah (1) Faktor kesehatan (2) Cacat tubuh Psikologis (1) Intelegensi (2) Perhatian (3) Minat (4) Bakat (5) Motif (6) Kematangan (7) Kesiapan Faktor kelelahan Faktor-faktor eksternal Faktor keluarga (1) Tingkat pendidikan orang tua (2) Hubungan antara anggota keluarga (3) Penyediaan fasilitas belajar (4) Keadaan ekonomi keluarga Faktor sekolah Faktor masyarakat
Ngalim Purwanto (2002: 106) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah: 1) Faktor yang ada pada diri orang itu sendiri yang disebut faktor individual, meliputi: a) faktor pertumbuhan b) kecerdasan c) latihan d) motivasi e) faktor pribadi 2) Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut faktor sosial, meliputi: a) faktor keluarga b) guru c) alat mengajar d) lingkungan dan kesempatan e) motivasi Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa di dalam melaksanakan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam diri siswa itu sendiri maupun dari luar. Faktor-faktor yang menyangkut keadaan diri siswa baik keadaan fisik maupun psikologis serta keadaan yang berada di luar diri siswa seperti lingkungan, sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai.
c. Fungsi Hasil Belajar Penyelenggaraan penilaian hasil belajar yang bertujuan mengidentifikasi hasil belajar siswa tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler serta tujuan pengajaran, materi pengajaran dan metode pengajaran serta sumber-sumber lain. Melalui evaluasi tersebut akan diperoleh informasi tentang hasil belajar yang secara tidak langsung dapat konseptualisasi
berfungsi sebagai dan
operasionalisasi
indikator tentang baik komponen-komponen
buruknya pengajaran
menjadi sistem pengajaran, yang proses kegiatannya merupakan upaya untuk mewujudkan kurikulum. Menurut Waridjan (1991: 4) pemanfaatan informasi tentang hasil belajar siswa sebagai berikut:
1) Dengan mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat mendesain program pengajaran yang apabila dilaksanakan akan mengisi selisih antara apa yang telah dicapai oleh siswa dengan apa yang dikehendaki oleh tujuan pengajaran. 2) Dengan mengetahui hasil belajar siswa dari waktu ke waktu, proses kemajuan dan kemunduran belajar siswa dapat diikuti dengan tujuan untuk memberikan motivasi belajar. 3) Dengan mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dan konselor pengajaran dapat mendiagnosis kesulitan belajar siswa dalam rangka memberikan bimbingan dan konseling pengajaran. 4) Dengan mengetahui hasil belajar siswa dapat diramalkan keberhasilan belajar siswa di masa depan. 5) Dengan mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat menetapkan siswa dalam kualifikasi tertentu (lulus dan tidak lulus atau tuntas dan tidak tuntas), menetapkan peringkat siswa dalam prestasi belajar siswa (rangking atau kelompok kurang pandai) serta menyeleksi siswa untuk tujuan-tujuan tertentu (memenuhi syarat atau tidak). 6) Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa termotivasi untuk belajar secara lebih bersemangat, tekun dan teliti.
d. Evaluasi Hasil Belajar Usaha untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dapat dilakukan melalui evaluasi. Menurut Slameto (2001: 15-16) evaluasi dapat berfungsi untuk: 1) Mengetahui kemajuan kemampuan belajar siswa. 2) Mengetahui status akademis seorang siswa dalam kelompok atau kelasnya. 3) Mengetahui penguasaan, kekuatan, dan kelemahan seoarang siswa atas suatu unit pelajaran. 4) Mengetahui efesiensi metode mengajar yang digunakan guru.
5) Menunjang pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang bersangkutan. 6) Memberi laporan kepada siswa dan orang tua siswa. 7) Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan promosi siswa. 8) Hasil evalusai dapat digunakan keperluan pengurusan. 9) Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan perencanaan pendidikan. 10) Memberi informasi kepada masyarakat yang memerlukan. 11) Merupakan bahan masukan bagi siswa, guru, dan program pengajaran. 12) Sebagai alat motivasi belajar mangajar. Tujuan evaluasi hasil belajar dapat terwujud sesuai dengan prinsipprinsip yang mendasari serta syarat-syarat yang diperlukan. Pelaksanaannya perlu menyesuaikan prosedurnya dengan menggunakan teknik yang cocok menurut jenis yang diperlukan. Materi yang disampaikan guru telah dapat dikuasai dengan baik oleh siswa dapat diketahui dengan melihat hasil belajarnya yang diambil melalui tes hasil belajar. Menurut Ngalim Purwanto (2006: 33), “Tes hasil belajar atau achievement test adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya , atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu”. Sedangkan menurut Slameto (2001: 30), “Tes hasil belajar adalah sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa dalam menjawab dan menyelesaikan pertanyaan yang berkaitan dengan sesuatu yang dipelajarinya. Menurut Anas Sudijono (2005: 68-91) teknik penilaian hasil belajar dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Teknik Tes Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan,
yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana yang dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu. Jenis-jenis tes sebagai berikut: a) Menurut fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan/kemajuan belajar peserta didik (1) Tes seleksi, sering dikenal dengan istilah ujian saringan masuk atau ujian masuk. (2) Tes awal, sering dikenal dengan istilah pre-test yaitu tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. (3) Tes akhir, sering dikenal denga istilah pos-test yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaikbaiknya oleh para peserta didik. (4) Tes diagnostik, yaitu tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. (5) Tes formatif, yaitu tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui,
sudah
sejauh
manakah
peserta
didik”telah
terbentuk”(sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan) setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. (6) Tes sumatif, yaitu tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. b) Menurut aspek psikis yang ingin diungkap (1) Tes intelegensi, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
(2) Tes kemampuan, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee. (3) Tes sikap, yaitu salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadapa dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu. (4) Tes kepribadian, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersisfat lahiriah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dll. (5) Tes hasil belajar, yaitu tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar. c) Menurut banyaknya orang yang mengikuti tes (1) Tes individual, yaitu tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja. (2) Tes kelompok, yaitu tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee. d) Menurut waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes (1) Power test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaiakan tes tersebut tidak dibatasi (2) Speed test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi. e) Menurut bentuk respon (1) Verbal test, yaitu suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis. (2) Nonverbal test, yaitu tes yang menghendaki respon (jawaban) dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku. f) Menurut cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawaban
(1) Tes tertulis, yaitu jenis tes dimana tester dalam mengajukan butirbutir pertanyaan atau soal dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawaban secar tertulis. (2) Tes lisan, yaitu tes dimana tester di dalam mengajukan pertanyaanpertanyaan atau soal dilakukan secara lisan, dan testee memberikan jawaban secara lisan pula. 2) Teknik Non Tes Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar tidaklah selalu dapat diukur dengan alat tes sebab masih banyak aspek kemampuan siswa yang sukar diukur secara kuantitatif dan objektif, misalnya aspek afektif dan psikomotor yang mencakup sifat, sikap, kerajinan, kejujuran, tanggung jawab, kerja sama, dan lain-lain. Untuk mengukur kedua aspek itu perlu alat penilaian yang sesuai dan memenuhi syarat. Alat khusus untuk melaksanakan teknik non tes ini dapat dilakukan melalui: a) Observasi Observasi merupakan cara menghimpun data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. b) Wawancara Wawancara adalah cara menghimpun data yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak , berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. c) Angket Angket adalah cara pengumpulan data berupa penghimpunan jawaban dari responden melalui lembar observasi yang diberikan. d) Pemeriksaan dokumen Pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen
dapat dilakukan untuk
evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan peserta didik.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis dapat digunakan sebagai referensi dalam membantu kelancaran proses penelitian. Penelitian sejenis yang penulis pakai dalam referensi penelitian ini adalah: ”Pattaufi. 2008. Penerapan Model Quantum Learning dalam Hubungannya dengan Kemampuan Siswa Berbahasa Inggris” menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Learning mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemampuan siswa berbahasa Inggris bagi peserta supercamp di lembaga kursus Britania Makassar serta siswa, keaktifan dan prestasi belajar siswa. ”Wiwin Yuni Lestari. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping): Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mlilir 01 Madiun” menyimpulkan bahwa penerapan metode peta pikiran dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerita dan kemampuan siswa dalam menulis cerita.
C. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada penelitian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Untuk mengetahui keberhasilan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar perlu dilakukan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara kontinyu. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal diperlukan langkah-langkah nyata untuk mencapainya. Pembelajaran konvensional yang diterapkan seperti guru masih dominan dalam pembelajaran karena masih menerapkan model pembelajaran teacher centered dari pada student centered, aktivitas siswa hanya meliputi mencatat disertai tanya jawab dari guru seperlunya kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan latihan soal atau tugas, dan proses pembelajaran yang diterapkan belum menggunakan sarana dan prasarana secara optimal berdampak pada pencapaian hasil belajar siswa yang rendah. Hal ini ditandai dengan pencapaian hasil nilai rata-rata kelas dibawah batas tuntas keberhasilan belajar yaitu 64 sementara nilai batas tuntas keberhasilan belajar yaitu 75. Siswa yang dinyatakan
tidak tuntas di kelas tersebut berjumlah 16 siswa dari 28 siswa atau jika diprosentasekan sebesar 57,14%. Permasalahan rendahnya hasil belajar siswa tersebut dapat diatasi dengan pemilihan model dan metode pembelajaran yang tepat. Model dan metode pembelajaran yang dipilih harus mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dan tidak menimbulkan kejenuhan. Oleh karena itu, guru harus membuat variasi atau kombinasi model dan metode mengajar inovatif yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Beberapa dekade terakhir ini mulai dikembangkan model pembelajaran yang lebih bervariatif, yaitu model Quantum Learning. Model Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang membuat proses belajar menjadi sederhana (simple), menyenangkan (fun), dan efektif. Dalam penerapan model Quantum Learning, ada tiga metode yang dapat digunakan yaitu peta pikiran (mind mapping), membaca cepat (speed reading), dan mengoptimalkan daya ingat (super memory system). Pembelajaran ekonomi akan lebih menarik jika disajikan dalam suatu bentuk pembelajaran interaktif yang menyenangkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya adalah dengan model Quantum Learning yang menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) agar dalam mempelajari materi, siswa tidak terpaku pada hafalan yang sifatnya sesaat. Dengan variasi simbol, warna, dan bentuk yang ada pada peta pikiran (mind mapping) diharapkan siswa dapat lebih mudah mengingat dan memahami materi sehingga pembelajaran bermakna dapat tercapai. Model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) akan menimbulkan rasa kegembiraan karena diskusi kelompok yang membahas materi pelajaran dalam bentuk peta pikiran dan permainan (games) yang bersifat menyenangkan sehingga terkadang peserta didik tidak merasa secara tidak langsung sedang melakukan pembelajaran. Dengan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan, minat dan motivasi siswa untuk belajar pun meningkat sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Oleh karena itu, dengan
diterapkannya model pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Bagan berikut ini menjelaskan kerangka pemikiran di atas:
Pembelajaran konvensional
Guru masih dominan
Aktivitas siswa hanya
Proses
dalam pembelajaran
meliputi mencatat
pembelajaran
karena
masih
disertai tanya jawab
yang diterapkan
menerapkan
model
dari guru seperlunya
belum
pembelajaran
kemudian dilanjutkan
menggunakan
teacher centered dari
dengan pengerjaan
sarana
pada
latihan soal atau
prasarana
tugas.
secara optimal.
centered.
student
dan
Pencapaian hasil belajar siswa rendah yang ditandai dengan nilai rata-rata dibawah batas tuntas keberhasilan belajar yaitu 64 sementara nilai batas tuntas keberhasilan belajar yaitu 75.
Penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan materi dalam bentuk peta pikiran 2. Siswa diminta berdiskusi secara kelompok membahas materi per sub bab dalam bentuk peta pikiran. 3. Salah satu siswa dari masing-masing kelompok mewakili
Peningkatan hasil belajar siswa pada tes formatif ditandai dengan tercapainya nilai batas tuntas keberhasilan belajar, yaitu 75. Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas X Akselerasi SMA Negeri 1 Surakarta.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik, hasilnya dimanfaatkan sebagai alat pengembangan prestasi, kurikulum, sekolah, ketrampilan mengajar, dan sebagainya. Penelitian tindakan kelas menghubungkan
antara teori dan praktek, yang secara kolaboratif pendidik dapat melakukan penelitian terhadap proses dan produk pembelajaran secara reflektif di kelas.
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Surakarta yang beralamat di Jalan Kol. Sutarto 62 Surakarta. Kelas yang dipilih adalah kelas X Aksel 2. Alasan pemilihan sekolah dan kelas X Aksel 2 karena: a. Terdapat permasalahan rendahnya hasil belajar siswa kelas X Aksel 2 pada mata pelajaran Ekonomi. b. Sekolah SMA Negeri 1 belum pernah digunakan sebagai obyek penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang.
2. Waktu Penelitian Waktu yang direncakan untuk kegiatan penelitian ini adalah mulai bulan November 2009. Kegiatan tersebut meliputi persiapan sampai penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian Jenis Kegiatan 1. Persiapan Penelitian a. Pengajuan Judul b. Penyusunan proposal c. Perijinan 2. Perencanaan Tindakan 3. Implementasi Tindakan a. Siklus I
November
Desember
Januari
Februari
b. Siklus II 4. Review 5. Penyusunan Laporan
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini yaitu kelas X Aksel 2 karena: a. Terdapat permasalahan rendahnya hasil belajar siswa kelas X Aksel 2 SMA Negeri 1 Surakarta. b. Kelas X Aksel 2 belum pernah digunakan sebagai obyek penelitian sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang pada subjek, waktu dan objek yang sama.
C. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini tidak menguji hipotesis secara kuantitatif, tetapi lebih bersifat mendeskripsikan data, fakta dan keadaan yang ada. Menurut Rochiati Wiriaatmadja (2006: 13), ”Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”. Guru dapat mencobakan suatu gagasan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya tersebut. Kegiatan penelitian diawali dari permasalahan yang dialami guru di dalam kelas. Permasalahan ini muncul dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap siswa maupun pembelajaran itu sendiri. Adanya permasalahan dalam kelas ini oleh guru direfleksikan dalam suatu tindakan perbaikan yang terencana dan terukur dengan pengamatan maupun ukuran kuantitatif melalui peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa. Pengertian dan karakteristik Penelitan Tindakan Kelas (PTK) itu sendiri perlu diketahui, untuk lebih memahami apa yang disebut Penelitan Tindakan Kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 2-3) ada tiga kata yang
membentuk pengertian Penelitian Tindakan Kelas, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan: 1. Penelitian; menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2. Tindakan; menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3. Kelas; dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru dilakukan oleh siswa. Hopkins dalam Rochiati Wiriaatmadja (2006: 25) mengatakan bahwa karakteristik penelitian tindakan kelas bersifat emansipatoris dan membebaskan karena penelitian ini mendorong kebebasan berpikir dan berargumen pada pihak siswa, dan mendorong guru untuk bereksperimen, meneliti, dan menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan (judgment). Kasihani Kasbolah (2001: 1517) menyebutkan karakteristik Penelitan Tindakan Kelas (PTK) meliputi: 1. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan oleh guru. 2. Munculnya penelitian tindakan kelas karena ada permasalahan praktik faktual permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru.
3. Adanya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas yang bersangkutan. 4. Penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif. Suharsimi Arikunto (2009: 108-109) menyebutkan karakteristik Penelitan Tindakan Kelas (PTK) meliputi: 1. Problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi oleh guru di kelas. 2. Penelitan Tindakan Kelas (PTK) akan dapat dilaksanakan jika pendidik sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapai di kelas. 3. Tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitan Tindakan Kelas (PTK) memiliki karakteristik dimana guru dan siswa saling bekerja sama dalam memperbaiki proses belajar mangajar di kelas sehingga permasalahan pembelajaran di kelas dapat terselesaikan dengan baik.
D. Teknik Pengumpulan Data Data yang relevan dengan permasalahan diperlukan untuk memecahkan masalah dalam penelitian, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benarbenar valid dan dapat dipercaya. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi Observasi merupakan proses perekaman dengan mengamati semua peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Menurut Kart Popper dalam Rochiati Wiriatmadja (2006: 104) observasi adalah tindakan yang merupakan penafsiran dalam teori. Sedangkan menurut Nana Syaodih (2008: 220), observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Observasi partisipatif Dalam observasi partisipatif, pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung sehingga pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. b. Observasi nonpartisipatif Dalam observasi nonpartisipatif, pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan sehingga pengamat hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi nonpartisipatif karena peneliti atau pengamat berperan pasif dalam aktifitas pembelajaran dan
hanya
melakukan pengamatan
langsung.
Data yang
dikumpulkan dalam pengamatan adalah penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dengan berpedoman pada lembar observasi yang telah dipersiapkan.
2. Wawancara Menurut Denzim dalam Goetz dan LeCompte dalam Rochiati Wiriatmadja (2006: 177) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dianggap perlu. Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, dimana bahan wawancara telah dipersiapkan terlebih dahulu. Wawancara dilakukan oleh interviewer kepada guru mata pelajaran ekonomi dan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar, yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran ekonomi, penentuan tindakan dan respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
3. Tes Hasil Belajar
Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tes ini dilaksanakan dalam rangka mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran siswa setelah pelaksanaan tindakan.
4. Dokumentasi Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran saat penelitian dilaksanakan.
E. Teknik Analisis Data Data yang tersedia dari pengumpulan data perlu dianalisis, sedangkan untuk menganalisis data tersebut perlu digunakan teknik analisis data sehingga data yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data sebagai berikut: 1. Analisis deskriptif komparatif Analisis deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan antara kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I dan siklus II sehingga dapat dilihat adanya perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan. 2. Analisis data kuantitatif Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengolah hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes formatif. Data kuantitatif yang digunakan adalah kuantitatif sederhana yang berupa penghitungan nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan persentase jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Dari informasi ini dapat diketahui sampai sejauh manakah keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. 3. Analisis data kualitatif Analisis kualitatif berupa catatan lapangan yang disajikan secara rinci dan lengkap selama proses penelitian berlangsung. Analisis data kualitatif
diperoleh berdasarkan hasil observasi, refleksi dari tiap-tiap siklus, dan membandingkan kinerja siswa maupun guru dalam hasil pengamatan dengan parameter atau teori tertentu.
F. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian dari awal sampai akhir secara urut. Prosedur penelitian ini melalui suatu siklus, dengan tahap kegiatan sebagai berikut:
1. Perencanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi: silabus mata pelajaran ekonomi dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b. Merancang penataan kelas yang sesuai dengan model Quantum Learning. Kelas ditata sesuai dengan ciri dalam model Quantum Learning seperti: 1) Letak tempat duduk siswa yang ditata sesuai dengan keinginan siswa agar siswa merasa nyaman dalam belajar. 2) Pemberian tanaman hias di setiap sudut ruangan agar kelas terasa asri dan dapat memberikan kesegaran dalam belajar. 3) Pemberian pengharum ruangan pada AC yang telah tersedia. 4) Pemberian poster-poster motivasi yang ditempel pada dinding kelas agar lebih memotivasi siswa dalam belajar. Penataan kelas dilakukan sebelum penerapan skenario pembelajaran agar ketika proses pembelajaran berlangsung siswa sudah berada pada lingkungan yang nyaman untuk belajar. c. Rancangan skenario penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) yang akan dilaksanakan selama 4 pertemuan (4 X 45 menit) adalah sebagai berikut: Pertemuan Pertama: 1) Guru membuka kelas dengan memberi salam dan siswa menjawab salam. 2) Guru meminta siswa untuk mengeluarkan contoh uang yang mereka bawa.
3) Guru bertanya kepada siswa apa pendapat mereka tentang definisi uang. 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari ini. 5) Guru menjelaskan materi tentang pengertian uang dan fungsi uang melalui peta pikiran (mind mapping) yang ditayangkan dalam slide. 6) Guru membagi siswa ke dalam kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 4 orang. Jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 28 orang sehingga kelompok yang ada berjumlah 7 kelompok. 7) Siswa diminta duduk bergabung dengan anggota kelompoknya masingmasing. 8) Guru membagikan kertas HVS pada masing-masing kelompok. 9) Guru meminta siswa secara berkelompok untuk membuat peta pikiran pada kertas yang sudah dibagikan dengan materi kelompok meliputi:
Kelompok 1
: Jenis Uang
Kelompok 2
: Definisi Jumlah Uang yang Beredar
Kelompok 3
: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang
Beredar
Kelompok 4
: Hubungan antara Jumlah Uang yang Beredar dan
Inflasi
Kelompok 5
: Definisi Permintaan dan Penawaran Uang serta
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang
Kelompok 6
: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran
Uang
Kelompok 7
: Skedul Penawaran Uang
10) Selama proses pembelajaran kelompok ini berlangsung, pembelajaran dilakukan dengan iringan musik klasik. 11) Guru memantau masing-masing kelompok dan memberikan bimbingan kepada siswa mengenai peta pikiran yang mereka buat. 12) Masing-masing kelompok diberi pekerjaan rumah untuk memindahkan peta pikiran yang mereka buat di kertas ke dalam bentuk slide. Pertemuan Kedua dan Ketiga:
1) Masing-masing
kelompok
melalui
perwakilannya
diminta
mempresentasikan peta pikiran yang mereka buat. 2) Guru memberikan tanggapan terhadap presentasi siswa, tanggapan bisa berupa pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang tepat dan tambahan materi dari apa yang siswa belum jelaskan. 3) Guru memberikan permainan (games) berupa permainan acak kata (word square) sebagai evaluasi awal dan penyegaran (refresh) untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Pelaksanaan permainan (games) ini pun dengan diiringi musik klasik. 4) Guru dan siswa secara bersama menyimpulkan pelajaran pada bab ini 5) Siswa sesuai dengan kelompoknya masing-masing diberi pekerjaan rumah untuk merangkum materi Bab Uang dalam bentuk peta pikiran berupa hasil ketikan (print out). Pertemuan Keempat: 1) Guru memberikan tes sebagai evaluasi hasil belajar. 2) Guru dan siswa bersama-sama merayakan keberhasilan proses belajar dengan memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. d. Menyusun instrumen penelitian dan menetapkan indikator ketercapaian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).
Tabel 3. Indikator Ketercapaian Permasalahan
Indikator
Ukuran
Kinerja
Keberhasilan
Cara Penilaian
Rendahnya
Meningkatnya 80
hasil
belajar hasil
siswa
dalam siswa
%
belajar memperoleh
atas
ekonomi, hal ini pelajaran
ketuntasan
Siswa
yang
tuntas
sebesar
dari tes siklus I yang
pada hasil belajar di dihitung dari
mata pelajaran mata
terlihat dari:
siswa Nilai diperoleh siswa
ekonomi
batas
= ∑ siswa tuntas ∑seluruh siswa
( > 75)
42, 86 % dan siswa
yang
tidak
tuntas
sebesar 57,14 %
e. Menyiapkan sumber bahan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar Kompetensi
: Memahami konsep uang, jumlah uang beredar, serta permintaan dan penawaran uang.
Kompetensi Dasar: 1) Menyimpulkan konsep uang 2) Menjelaskan jumlah uang yang beredar 3) Menjelaskan permintaan dan penawaran uang Indikator: 1) Mendeskripsikan pengertian uang 2) Mengidentifikasi fungsi uang 3) Menyebutkan jenis uang 4) Mendeskripsikan definisi jumlah uang yang beredar 5) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar 6) Mengemukakan hubungan antara jumlah uang beredar dan inflasi 7) Mendeskripsikan definisi permintaan dan penawaran uang 8) Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang
9) Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang 10) Menjelaskan skedul penawaran uang f. Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario pembelajaran. g. Mendesain alat evaluasi berupa soal tes untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa setelah diterapkannya model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
2. Pelaksanaan Tindakan Tahap ini merupakan implementasi rancangan strategi dan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Tindakan dalam penelitian ini berupa pembelajaran mata pelajaran ekonomi dengan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) agar dapat menarik minat belajar siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap tindakan yang dilaksanakan tersebut selalu diikuti dengan pemantauan dan evaluasi serta analisis dan refleksi.
3. Pengamatan/ Observasi Observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu bersamaan. Peneliti pada tahap ini mengadakan pemantauan apakah tindakan yang dilakukan dapat mengatasi masalah yang ada. Pemantauan dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Hal yang diobservasi yaitu suasana belajar saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, peran serta siswa dan hasil belajar siswa. Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai partisipan pasif dimana peneliti berada dalam lokasi penelitian namun tidak berperan aktif. Peneliti hanya mengamati dan mencatat segala aktivitas dalam proses pembelajaran.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi mencakup analisis, interpretasi dan evaluasi atas informasi yang diperoleh dari kegiatan pengamatan. Peneliti bekerja sama dengan guru sebagai kolaborator dalam melakukan refleksi. Peneliti dan guru mengadakan diskusi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan dalam pelaksanaan tindakan. Setelah itu, dilakukan penarikan kesimpulan apakah penelitian yang dilakukan berhasil atau tidak sehingga dapat disusun langkahlangkah berikutnya dalam pelaksanaan tindakan. Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat digambarkan dalam bagan berikut: Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
? Gambar 2. Model Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2009: 16). Prosedur penelitian tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut: a. Siklus I 1) Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus I 2) Melaksanakan observasi terhadap tindakan kegiatan belajar mengajar 3) Membuat refleksi pada siklus I oleh peneliti dan guru 4) Melakukan evaluasi dan perbaikan
b. Siklus II Apabila indikator hasil yang ditetapkan pada siklus I belum dapat tercapai dengan baik, maka perlu dilakukan penyempurnaan, yaitu dengan melakukan pembelajaran siklus II. 1) Merencanakan tindakan yang dilakukan pada siklus II yang mendasarkan pada perbaikan siklus I 2) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah diperbaiki pada siklus I 3) Melaksanakan observasi terhadap tindakan kegiatan belajar mengajar 4) Melakukan evaluasi dan perbaikan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Penerapan model Quantum Learning dalam penelitian ini hanya dikhususkan dalam penciptaan suasana pembelajaran saja. Kerangka rancangan belajar dalam model Quantum Learning yang dikenal dengan istilah TANDUR tetap diterapkan dalam pelaksanaan penelitian ini yang secara implisit dimasukkan ke dalam skenario pembelajaran. Suasana belajar yang menyenangkan dilaksanakan dengan penataan kelas yang dibuat santai dan sesuai dengan keinginan siswa seperti: 5) Letak tempat duduk siswa yang ditata sesuai dengan keinginan siswa agar siswa merasa nyaman dalam belajar 6) Pemberian tanaman hias di setiap sudut ruangan agar kelas terasa asri dan dapat memberikan kesegaran dalam belajar 7) Pemberian pengharum ruangan pada AC yang telah tersedia
8) Pemberian poster-poster motivasi yang ditempel pada dinding kelas agar lebih memotivasi siswa dalam belajar. Peneliti menggunakan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Penggunaan metode ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami materi. Pelajaran ekonomi identik dengan materi yang sifatnya hafalan sehingga terkadang membuat siswa jenuh dan malas untuk membaca. Kejenuhan ini timbul karena penggunaan buku-buku teks dan catatan yang guru berikan yang berisi tulisan-tulisan yang banyak dan kurang adanya unsur-unsur yang bersifat pembeda sehingga sumber belajar cenderung monoton. Dengan penerapan metode pembelajaran peta pikiran (mind mapping), siswa diminta membuat ringkasan-ringkasan dari materi yang dipelajari ke dalam bentuk peta pikiran yang berisi simbol-simbol beranekaragam warna sehingga dapat mempermudah belajar dan membantu mempercepat siswa dalam mengingat dan memahami pelajaran. Penggunaan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) juga diisi dengan kegiatan diskusi, presentasi, dan pengerjaan latihan soal dalam bentuk permainan (games). Kegiatan diskusi dilakukan untuk melatih kerjasama di antara siswa, keberanian mengeluarkan pendapat, kemampuan memecahkan masalah, dan dapat membantu siswa lain yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan presentasi perlu dilakukan untuk melatih keberanian siswa tampil di muka umum dan mengemukakan
pendapat
baik
melalui
kemampuan
bertanya
maupun
menjelaskan. Sedangkan pemberian latihan soal dalam bentuk permainan (games) dilakukan untuk memberikan sedikit penyegaran kepada siswa sehingga belajar seperti suasana bermain yang edukatif dan menyenangkan. Pada beberapa kegiatan dalam proses pembelajaran seperti pada saat diskusi dan permainan (games) dilakukan dengan memasukkan iringan musik klasik di dalamnya. Hal ini dilakukan untuk membuat suasana belajar menjadi lebih santai dan menambah daya konsentrasi siswa dalam belajar. Model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) memiliki beberapa kelebihan meliputi:
1. Lingkungan belajar yang ditata sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga suasana belajar menjadi nyaman dan menyenangkan untuk belajar. 2. Pembelajaran berpusat pada siswa sehingga siswa dapat secara aktif mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. 3. Penggunaan musik klasik dan peta pikiran dalam ringkasan materi dapat menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan otak kanan siswa sehingga dapat menambah daya konsentrasi dan mempermudah pemahaman siswa terhadap materi. 4. Diskusi dan presentasi dapat dijadikan sebagai sarana siswa untuk melatih keberanian dan kemampuan berfikir kritis. 5. Permainan (games) sebagai penyegaran siswa dalam proses belajar sehingga belajar terasa menyenangkan. Penilaian terhadap siswa pada model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dilakukan dengan menilai kerja sama dalam diskusi pembuatan materi dalam bentuk peta pikiran, ketepatan hasil peta pikiran yang telah dibuat, kemampuan menjelaskan dalam presentasi materi yang dibuat dengan peta pikiran, kemampuan bertanya/mengeluarkan pendapat, dan kemampuan dalam menjawab soal permainan (games). Setelah pembelajaran selesai, guru memberikan penilaian dengan menggunakan tes formatif berupa soal objektif dan uraian. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yaitu Siklus I dan Siklus II dengan menerapkan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Pengukuran peningkatan hasil belajar siswa melalui tes hasil belajar berupa tes objektif dan uraian. 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Senin, 7 Desember 2009 di ruang guru SMA Negeri 1 Surakarta. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan pada
siklus I akan dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, yakni tiap hari Rabu dan Sabtu, mulai tanggal 16 Desember 2009 hingga 26 Desember 2009. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Menyiapkan perangkat pembelajaran Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran ekonomi kelas X, kemudian guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan
mendiskusikan skenario
pembelajaran
ekonomi menggunakan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Skenario pembelajaran yang direncanakan sebagai berikut: Pertemuan 1 (Rabu, 16 Desember 2009) Alokasi waktu
: 1 x 45 menit
a) Sosialisasi model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dan materi yang akan dipelajari kepada siswa. b) Penyajian materi pengantar dengan menggunakan peta pikiran. c) Pembentukan kelompok diskusi, dari 28 siswa dibagi kedalam 7 kelompok sehingga masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa. d) Diskusi kelompok membahas materi dan membuat ringkasan materi dalam bentuk peta pikiran. e) Guru menginformasikan bahwa pertemuan yang akan datang akan diadakan presentasi dari masing-masing kelompok, siswa diminta mempersiapkan diri. Pertemuan 2 (Sabtu, 19 Desember 2009) Alokasi waktu
: 1 x 45 menit
a) Presentasi materi oleh kelompok 1 - kelompok 4. b) Diskusi melalui sistematika tanya jawab pada kelompok yang presentasi. c) Tanggapan dari guru baik pelurusan maupun tambahan materi dari apa yang sudah dijelaskan siswa. Pertemuan 3 (Rabu, 23 Desember 2009)
Alokasi waktu
: 1 x 45 menit
a) Presentasi materi oleh kelompok 5 - kelompok 7. b) Diskusi melalui sistematika tanya jawab pada kelompok yang presentasi. c) Tanggapan dari guru baik pelurusan maupun tambahan materi dari apa yang sudah dijelaskan siswa. d) Pelaksanaan Permainan Acak Kata (Games Word Square). Dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Guru membagikan lembaran kegiatan berupa soal dan kotak jawaban yang berisi huruf acak. (2) Siswa secara berkelompok menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban. (3) Berikan poin setiap jawaban dalam kotak. e) Pemberitahuan bahwa pertemuan yang akan datang akan diadakan tes hasil belajar, siswa diminta mempersiapkan diri.. Pertemuan 4 (Sabtu, 26 Desember 2009) Alokasi waktu
: 1 x 45 menit
a) Pelaksanaan tes hasil belajar. b) Pengumuman kelompok terbaik c) Pemberian penghargaan kepada kelompok terbaik 2) Menyiapkan instrumen penelitian Peneliti menyusun instrumen penelitian, yaitu berupa pedoman wawancara dan lembar observasi tentang penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). 3) Menyiapkan materi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi pokok yang digunakan dalam penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada siklus I adalah uang. Standar Kompetensi : Memahami konsep uang, jumlah uang beredar, serta permintaan dan penawaran uang. Kompetensi Dasar:
a)
Menyimpulkan konsep uang
b)
Menjelaskan jumlah uang yang beredar
c)
Menjelaskan permintaan dan penawaran uang
4) Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa setelah penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).
b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan selama 45 menit. Namun, karena pada kalender terdapat libur perayan Natal, maka waktu pelaksanaan tindakan kurang berjalan sesuai rencana. Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan pada tanggal 16, 19, 23, dan 30 Desember 2009. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah uang. Pada awal pelaksanaan tindakan diberikan suatu pengarahan tentang model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) kepada siswa. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan model pembelajaran tersebut berjalan lancar. Pengarahan tersebut berisi langkah-langkah model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), yang meliputi : mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan guru, diskusi kelompok membahas materi dan merangkum materi dalam bentuk peta pikiran, prsesentasi dan tanya jawab, serta pengerjaan soal dalam games word square secara berkelompok. Dengan adanya pengarahan tersebut maka siswa akan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), sehingga siswa dapat melaksanakan dengan baik kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada masing-masing tahapannya. Selain itu, guru juga memberikan penjelasan tentang aspek-aspek yang dinilai selama model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dilaksanakan, yaitu: kerja sama dalam diskusi pembuatan materi dalam bentuk peta pikiran, ketepatan hasil peta pikiran yang telah dibuat, kemampuan menjelaskan
dalam presentasi materi yang dibuat dengan peta pikiran, kemampuan bertanya/mengeluarkan pendapat, kemampuan dalam menjawab soal dalam permainan (games) dan terakhir nilai dari tes hasil belajar siswa. Guru juga menjelaskan bahwa akan ada penghargaan bagi kelompok terbaik sehingga akan menambah antusiasme siswa untuk bekerja sama dalam kelompok. Pertemuan pertama, guru mempresentasikan materi pengantar dengan menggunakan peta pikiran kemudian menempatkan siswa kedalam kelompok yang telah dibentuk untuk mendiskusikan materi pelajaran dan merangkumnya dalam bentuk peta pikiran. Pertemuan kedua dilaksanakan dengan mengadakan presentasi dan tanya jawab dari masing-masing kelompok siswa. Pertemuan ketiga dilaksanakan dengan melanjutkan presentasi dan tanya jawab yang belum terselesaikan pada pertemuan sebelumnya dan dilanjutkan dengan pengerjaan soal pada games word square secara berkelompok. Pertemuan keempat dilaksanakan dengan memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan pencapaian belajar siswa. Tabel 4. Urutan pelaksanaan tindakan pada Siklus I No.
Uraian Kegiatan
Pertemuan Pertama (Rabu, 16 Desember 2009) 1)
Guru membuka kelas dengan memberi salam dan siswa menjawab salam
2)
Guru menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa. Siswa yang tidak masuk berjumlah dua orang yaitu Annisa Nurhafika dan Diniar Putri Santosa dikarenakan sakit dan ada kepentingan lain.
3)
Guru menjelaskan kepada siswa bahwa mulai hari ini proses belajar mengajar dilakukan
Keterangan
dengan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Siswa memperhatikan
penjelasan
guru
dengan
seksama karena ini merupakan hal baru bagi mereka. 4)
Guru meminta siswa untuk mengeluarkan contoh
uang
yang
mereka
bawa
Tumbuhkan
dan
mengamatinya. 5)
Guru bertanya kepada siswa apa pendapat
Tumbuhkan
mereka tentang definisi uang. Siswa secara aktif merespon pertanyaan yang guru ajukan dengan
berusaha
menjawab
pertanyaan
tersebut dengan baik. Pertanyaan tersebut dijawab oleh tiga siswa yaitu Aulia Desy Parwati, Amira Hanan Humaira, dan Miko Hadi Wijaya. 6)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada
Tumbuhkan
hari ini. 7)
Guru menjelaskan materi tentang pengertian uang dan fungsi uang melalui peta pikiran (mind mapping) yang ditayangkan dalam slide. Materi yang disampaikan sebagai penjelasan kepada siswa sebagai tindak lanjut dari pertanyaan pra pembelajaran yang dilakukan di awal
pembelajaran.
Pada
saat
guru
menyampaikan materi, hanya sebagian besar siswa saja yang memperhatikan, sebagian kecil siswa khususnya enam siswa yang duduk di deretan
kursi
memperhatikan
paling
belakang
penjelasan
yang
kurang guru
Tumbuhkan
sampaikan. Mereka tidak fokus sehingga terkadang ngobrol dengan teman sebangku dan menggambar di buku tulis mereka. 8)
Guru membagi siswa ke dalam kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 4 orang. Jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 28 orang sehingga kelompok yang ada berjumlah 7 kelompok. Pembagian siswa dilakukan secara acak berdasarkan posisi tempat duduk karena pada dasarnya semua kemampuan siswa sama dan masing-masing siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri.
9)
Siswa diminta duduk bergabung dengan anggota kelompoknya masing-masing. Posisi duduk siswa dirubah sesuai dengan keinginan siswa untuk mempermudah diskusi kelompok yang berlangsung dan tercipta kenyamanan dalam belajar.
10) Guru membagikan kertas HVS dan petunjuk pembuatan peta pikiran pada masing-masing kelompok. 11) Guru meminta siswa secara berkelompok
Amati
untuk membuat peta pikiran pada kertas yang
Namai
sudah dibagikan dengan materi kelompok meliputi: Kelompok 1
: Jenis Uang
Kelompok 2
: Definisi Jumlah Uang yang Beredar
Kelompok 3
:
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar Kelompok 4
: Hubungan antara Jumlah Uang yang Beredar dan Inflasi
Kelompok
5:
Definisi
Permintaan
dan
Penawaran Uang serta Faktorfaktor
yang
Mempengaruhi
Permintaan Uang Kelompok 6
:
Faktor-faktor
Mempengaruhi
yang Penawaran
Uang Kelompok 7
: Skedul Penawaran Uang
12) Selama proses pembelajaran kelompok ini
Amati
berlangsung, pembelajaran dilakukan dengan
Namai
iringan musik klasik. Secara keseluruhan, proses
diskusi
berjalan
dengan
lancar.
Sebagian besar kelompok aktif berdiskusi tentang materi dan peta pikiran yang mereka buat. Namun, ada satu kelompok yaitu kelompok 4 yang kurang antusias dalam proses diskusi sehingga yang bekerja hanya sebagian dari
anggota
kelompok
saja
sementara
sebagian anggota kelompoknya lagi bersikap acuh. 13) Guru memantau masing-masing kelompok dan memberikan
bimbingan
kepada
siswa
mengenai peta pikiran yang mereka buat. 14) Guru memberi tugas (pekerjaan rumah) kepada
Amati
masing-masing kelompok untuk memindahkan
Namai
peta pikiran yang mereka buat di kertas ke
dalam bentuk slide yang pada pertemuan selanjutnya akan dipresentasikan. 15) Guru menutup pelajaran. Pertemuan Kedua (Sabtu, 19 Desember 2009) 1)
Guru membuka kelas dengan memberi salam dan siswa menjawab salam.
2)
Guru menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa. Semua siswa hadir dalam proses pembelajaran.
3)
Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
4)
Guru bersama peneliti menjelaskan tata cara presentasi kelompok dimana masing-masing kelompok mempunyai waktu presentasi dan tanya jawab selama 10 menit.
5)
Masing-masing perwakilannya
kelompok diminta
melalui Demonstrasikan
mempresentasikan
peta pikiran yang mereka buat. 6)
Presentasi kelompok dari kelompok 1 – Demonstrasikan kelompok
4.
Namun,
karena
ternyata
kelompok 4 belum siap maka presentasi kelompok 4 digantikan oleh kelompok 5. Siswa sangat antusias dalam bertanya kepada masing-masing kelompok yang presentasi. Namun, karena terbatasnya waktu hanya lima orang siswa yang mendapat kesempatan bertanya yaitu Aulia Desy Parwati, Diniar Putri Santosa, Elisabeth Dea Resitarani, Dyah
Rizky Pratiwi, dan Naomi Ratna Sari. 7)
Guru
memberikan
tanggapan
terhadap
presentasi siswa, tanggapan bisa berupa pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang tepat dan tambahan materi dari apa yang siswa belum jelaskan. 8)
Guru menginformasikan bahwa presentasi akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya.
9)
Guru menutup pelajaran.
Pertemuan Ketiga (Rabu, 23 Desember 2009) 1)
Guru membuka kelas dengan memberi salam dan siswa menjawab salam.
2)
Guru menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa. Semua siswa hadir dalam proses pembelajaran.
3)
Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
4)
Presentasi kelompok dari kelompok 4, 6, dan Demonstrasikan 7. Presentasi berjalan lancar, tidak jauh berbeda dengan presentasi pada pertemuan sebelumnya. Siswa cukup aktif mengikuti proses diskusi, dengan waktu yang terbatas maka
jumlah
siswa
yang
memiliki
kesempatan bertanya sebanyak tiga orang yaitu Aulia Desy Parwati, Dyah Rizky Pratiwi, dan Diona Ayu Melinda. 5)
Guru
memberikan
tanggapan
terhadap
presentasi siswa, tanggapan bisa berupa
pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang tepat dan tambahan materi dari apa yang siswa belum jelaskan. 6)
Guru memberikan permainan (games) berupa Demonstrasikan permainan acak kata (word square) sebagai evaluasi awal dan penyegaran (refresh) untuk mengetahui
pemahaman
siswa
terhadap
materi yang telah disampaikan. Pelaksanaan permainan (games) ini pun dengan diiringi musik klasik. Dalam pelaksanaan permainan ( games) ini siswa sangat antusias, hal ini terlihat dari kekompakan mereka dalam kerjasama kelompok untuk menyelesaikan soal-soal yang ada. 7)
Guru
dan
siswa
secara
bersama
menyimpulkan pelajaran pada bab ini. 8)
Siswa sesuai dengan kelompoknya masingmasing
diberi
pekerjaan
rumah
untuk
merangkum materi Bab Uang dalam bentuk peta pikiran berupa hasil ketikan (print out). 9)
Guru meminta soft file peta pikiran (tugas 1 dan tugas 2) yang dibuat oleh semua kelompok dikumpulkan dalam satu keping CD.
10) Guru
menginformasikan
bahwa
pada
pertemuan selanjutnya akan diadakan tes formatif. 11) Guru menutup pelajaran Pertemuan Keempat (Rabu, 30 Desember 2009) 1)
Guru membuka kelas dengan memberi salam
Ulangi
dan siswa menjawab salam. 2)
Menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa. Semua siswa hadir dalam proses pembelajaran. 3)
Guru meminta siswa mengumpulkan tugas yang telah diberikan.
4)
Guru menyampaikan aturan pengerjaan soal dalam tes formatif.
5)
Guru bersama peneliti membagikan soal dan meminta agar siswa mengerjakan secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama proses pembelajaran berlangsung.
6)
Guru bersama peneliti mengawasi dengan baik
agar
mencerminkan
tes
hasil
belajar
kemampuan
dapat
mereka
dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan tertib dan tenang. Selama tes berlangsung, siswa mengerjakan soal tersebut secara mandiri. 7)
Guru bersama peneliti meminta lembar jawab siswa.
8)
Guru
mengumumkan
penghargaan
kepada
dan
memberikan
kelompok
terbaik.
Penghargaan yang diberikan oleh guru berupa ucapan
selamat
dan
sertifikat
kepada
kelompok yang berhasil menjadi kelompok terbaik. Kelompok dengan predikat terbaik
Rayakan
diberikan kepada kelompok 7 dengan anggota kelompoknya
yang
terdiri
dari
Annisa
Nurhafika, Diniar Putri Santosa, Miko Hadi Wijaya, dan Setiya Wahyu Nugraha. 9)
Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk materi selanjutnya.
10) Guru menutup pelajaran
c. Observasi dan Evaluasi Pelaksanaan
tindakan
penelitian
ini
bersamaan
dengan
dilakukannya observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh peneliti, mengacu pada lembar observasi yang telah disusun. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dan untuk mengetahui kemampuan siswa menerima materi pembelajaran dengan adanya model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Pada saat observasi berlangsung, kegiatan peneliti adalah memantau pelaksanaan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Guru melakukan penyajian kelas tentang pelaksanaan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dan penjelasan konsep materi tentang uang. Guru juga melakukan penilaian terhadap peran serta siswa selama kegiatan pembelajaran, yang meliputi kerja sama dalam diskusi pembuatan materi dalam bentuk peta pikiran, ketepatan hasil peta pikiran yang telah dibuat, kemampuan menjelaskan dalam presentasi materi yang dibuat dengan peta pikiran,
kemampuan
bertanya/mengeluarkan
pendapat,
kemampuan
menjawab soal dalam permainan (games) dan terakhir nilai dari tes hasil belajar siswa. Awal pembelajaran atau pertemuan pertama, pada saat guru menjelaskan, sebagian besar siswa sudah fokus memperhatikan, hanya beberapa siswa pada bagian belakang kelas yang terlihat kurang
memperhatikan. Mereka cenderung acuh pada penjelasan guru dan sibuk mengobrol dengan teman sebelah. Ketika diskusi kelompok mulai dijalankan siswa terlihat antusias dalam belajar, hal ini terlihat dari kerjasama mereka di masing-masing kelompok dalam menyelesaikan peta pikiran yang dibuat. Namun, masih ada pula satu kelompok yang kurang aktif dalam diskusi. Hal ini terlihat dari tidak semua anggota kelompok turut berpartisipasi dalam diskusi yang berlangsung. Pada pertemuan kedua dan ketiga, keaktifan siswa semakin meningkat dalam presentasi dan tanya jawab. Meskipun masih ada satu kelompok yang bersikap tidak koperatif dalam mekanisme diskusi. Pada pertemuan keempat, semua siswa mengerjakan soal tes dengan baik dan mandiri.
d. Analisis dan Refleksi Hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) mampu meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas. Sebelum penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), rata-rata kelas adalah 64 namun setelah diterapkannya metode ini, rata-rata kelas menjadi 91. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan 75 sebanyak 27 siswa dari jumlah keseluruhan 28 siswa. Dengan kata lain, indikator ketercapaian pada siklus I telah tercapai, yaitu 96,43 % siswa telah memperoleh nilai diatas 75 dari 80% target yang direncanakan. Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus I, peneliti melakukan analisis sebagai berikut: 1)
Guru kurang menguasai kelas, hal ini terlihat dari posisi guru menjelaskan yang selalu berada di depan kelas sehingga siswa yang
bagian belakang kurang diperhatikan. Hal ini berdampak pada siswa yang duduk di bagian belakang kelas kurang memperhatikan penjelasan guru dan cenderung mengobrol dengan teman sebelah. 2)
Masih terdapat kelompok yang bersikap tidak koperatif baik dalam diskusi maupun presentasi. Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka tindakan refleksi
yang dapat dilakukan adalah : 1)
Ketika sedang mengajar, guru harus menguasai kelas dengan baik sehingga pengajaran dan perhatian guru tidak berfokus pada satu posisi saja namun bisa merata kepada seluruh siswa baik yang di depan, tengah, maupun belakang. Dengan demikian fokus dan konsentrasi siswa bisa terkontrol dengan baik.
2)
Guru harus bersikap tegas dan melakukan pendekatan kepada kelompok siswa yang kurang koperatif. Pendekatan dilakukan dengan memotivasi dan memberikan perhatian dalam proses pembelajaran sehingga siswa terpacu semangatnya dalam belajar.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi dan lebih memantapkan hasil yang diperoleh pada siklus I maka dilaksanakan siklus II.
2. Siklus II a.Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 30 Desember 2009 di ruang guru SMA Negeri 1 Surakarta. Guru bersama peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Peneliti dan guru sepakat bahwa pelaksanaan tindakan pada Siklus II akan dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, yakni pada tanggal 31 Desember 2009, 6, 7, dan 9 Januari 2010. Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Menyiapkan perangkat pembelajaran
Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran ekonomi kelas X, guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mendiskusikan skenario pembelajaran ekonomi menggunakan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Skenario pembelajaran yang direncanakan sebagai berikut: Pertemuan 1 (Kamis, 31 Desember 2009) Alokasi waktu
: 1 x 45 menit
a) Penyajian materi pengantar dengan menggunakan peta pikiran. b) Pembentukan kelompok diskusi, dari 28 siswa dibagi kedalam 4 kelompok sehingga masing-masing kelompok beranggotakan 7 siswa. c) Diskusi kelompok membahas materi dan membuat ringkasan materi dalam bentuk peta pikiran. d) Pemberitahuan bahwa pertemuan yang akan datang akan diadakan presentasi
dari
masing-masing
kelompok,
siswa
diminta
mempersiapkan diri. Pertemuan 2 (Rabu, 6 Januari 2010) Alokasi waktu
: 1 x 45 menit
a) Presentasi materi oleh kelompok 1 dan kelompok 2. b) Diskusi melalui sistematika tanya jawab pada kelompok yang presentasi. c) Tanggapan dari guru baik pelurusan maupun tambahan materi dari apa yang sudah dijelaskan siswa. Pertemuan 3 (Kamis, 7 Januari 2010) Alokasi waktu
: 1 x 45 menit
a) Presentasi materi oleh kelompok 3 dan kelompok 4. b) Diskusi melalui sistematika tanya jawab pada kelompok yang presentasi. c) Tanggapan dari guru baik pelurusan maupun tambahan materi dari apa yang sudah dijelaskan siswa. d) Pelaksanaan Games Word Square.
e) Pemberitahuan bahwa pertemuan yang akan datang akan diadakan tes hasil belajar, siswa diminta mempersiapkan diri. Pertemuan 4 (Sabtu, 9 Januari 2010) Alokasi waktu
: 1 x 45 menit
a) Pelaksanaan tes hasil belajar. b) Pengumuman kelompok terbaik. c) Pemberian peghargaan kepada kelompok terbaik. 2) Menyiapkan instrumen penelitian Peneliti menyusun instrumen penelitian,
yaitu berupa pedoman
wawancara dan lembar observasi tentang penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). 3) Menyiapkan materi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar Kompetensi : Memahami konsep perbankan dan kebijakan moneter Kompetensi Dasar : a) Menjelaskan pengertian bank b) Menjelaskan jenis – jenis bank c) Menjelaskan layanan bank dan manfaatnya d) Menjelaskan kebijakan moneter 4) Menyiapkan media pembelajaran yang digunakan sesuai dengan skenario pembelajaran. 5) Mendesain alat evaluasi berupa soal tes formatif untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).
b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dan masing-masing pertemuan selama 45 menit. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal pada tanggal 31 Desember 2009, 6, 7, dan 9 Januari 2010 dengan materi bank dan kebijakan moneter.
Pertemuan pertama, guru mempresentasikan materi pengantar dengan menggunakan peta pikiran kemudian menempatkan siswa kedalam kelompok yang
telah
dibentuk
untuk
mendiskusikan
materi
pelajaran
dan
merangkumnya dalam bentuk peta pikiran. Pertemuan kedua dilaksanakan dengan mengadakan presentasi dan tanya jawab dari masing-masing kelompok siswa. Pertemuan ketiga dilaksanakan dengan melanjutkan presentasi dan tanya jawab yang belum terselesaikan pada pertemuan sebelumnya dan dilanjutkan dengan pengerjaan soal pada games word square secara berkelompok. Pertemuan keempat dilaksanakan dengan memberikan tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan pencapaian belajar siswa.
Tabel 5. Urutan pelaksanaan tindakan pada Siklus II No.
Uraian Kegiatan
Keterangan
Pertemuan Pertama (Kamis, 31 Desember 2009) 1)
Guru membuka kelas dengan memberi salam dan siswa menjawab salam.
2)
Guru menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa. Semua siswa hadir dalam proses pembelajaran.
3)
Guru bertanya kepada seluruh siswa bahwa siapakah
diantara
mereka
yang
sudah
berkunjung ke bank dan sudah memanfaatkan produk – produk perbankan yang ada. Mereka ramai secara serentak menjawab pertanyaan
Tanamkan
tersebut. 4)
Guru bertanya kepada siswa apa pendapat
Tanamkan
mereka tentang definisi bank. Siswa secara aktif merespon pertanyaan yang guru ajukan dengan berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. Pertanyaan tersebut dijawab oleh empat siswa yaitu Aulia Desy Parwati, Diniar Putri Santosa, Alma Marikka Geraldina, dan Miko Hadi Wijaya. 5)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada
Tanamkan
hari ini. 6)
Guru menjelaskan materi tentang pengertian pengertian bank dan tujuan jasa perbankan melalui peta pikiran (mind mapping) yang ditayangkan
dalam
slide.
Materi
yang
disampaikan sebagai penjelasan kepada siswa sebagai tindak lanjut dari pertanyaan pra pembelajaran
yang
dilakukan
di
awal
pembelajaran. Pada saat guru menyampaikan materi, sebagian besar siswa sudah cukup memperhatikan penjelasan yang disampaikan bahkan di sela-sela penjelasan mereka aktif mengajukan pertanyaan kepada guru sehingga membuat suasana kelas menjadi ramai namun tetap masih bisa dikendalikan. 7)
Guru membagi siswa ke dalam kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 4 orang. Jumlah siswa dalam satu kelas berjumlah 28 orang sehingga kelompok yang ada berjumlah 7 kelompok. Pembagian siswa dilakukan secara
Tanamkan
acak berdasarkan posisi tempat duduk karena pada dasarnya semua kemampuan siswa sama dan masing-masing siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri. 8)
Siswa
diminta
duduk
bergabung
dengan
anggota kelompoknya masing-masing. Posisi duduk siswa dirubah sesuai dengan keinginan siswa untuk mempermudah diskusi kelompok yang berlangsung dan tercipta kenyamanan dalam belajar. 9)
Guru membagikan kertas HVS dan petunjuk pembuatan peta pikiran pada masing-masing kelompok.
10) Guru meminta siswa secara berkelompok untuk
Alami
membuat peta pikiran pada kertas yang sudah
Namai
dibagikan dengan materi kelompok meliputi: Kelompok 1
: Jenis-Jenis Bank (Bank Sentral
dan Bank Umum) Kelompok 2
:
Jenis
-Jenis
Bank
(Bank
Syariah dan BPR) Kelompok 3
: Layanan Bank dan Manfaatnya
Kelompok 4
: Kebijakan Moneter
11) Selama proses pembelajaran kelompok ini
Alami
berlangsung, pembelajaran dilakukan dengan
Namai
iringan musik klasik. Secara keseluruhan, proses diskusi berjalan dengan lancar. Sebagian besar kelompok aktif berdiskusi tentang materi dan peta pikiran yang mereka buat, hal ini ditandai dengan adanya tanya jawab sesama anggota kelompok jika ada materi yang kurang
dapat
dipahami
dan
saling
mengajukan
pendapat tentang model peta pikiran yang akan dibuat oleh kelompoknya. Jika dalam siklus pertama sumber belajar mereka hanya dari buku paket dan LKS, pada siklus kedua ini siswa sudah memanfaatkan fasilitas yang sudah sekolah sediakan dengan mencari tambahan materi dari internet melalui google. 12) Guru memantau masing-masing kelompok dan memberikan bimbingan kepada siswa mengenai peta pikiran yang mereka buat. 13) Guru memberi tugas (pekerjaan rumah) kepada
Alami
masing-masing kelompok untuk memindahkan
Namai
peta pikiran yang mereka buat di kertas ke dalam bentuk slide yang pada pertemuan selanjutnya akan dipresentasikan. 14) Guru menutup pelajaran Pertemuan Kedua (Rabu, 6 Januari 2010) 1)
Guru membuka kelas dengan memberi salam dan siswa menjawab salam.
2)
Guru menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa. Semua siswa hadir dalam proses pembelajaran.
3)
Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
4)
Guru bersama peneliti menjelaskan tata cara presentasi kelompok dimana masing-masing kelompok mempunyai waktu presentasi dan tanya jawab selama 20 menit.
5)
Masing-masing
kelompok
melalui Demonstrasikan
perwakilannya diminta mempresentasikan peta pikiran yang mereka buat. 6)
Presentasi kelompok dari kelompok 1 dan Demonstrasikan kelompok 2. Presentasi berjalan lancar, hal ini terlihat
dari
pelaksanaan
presentasi
yang
berjalan sesuai dengan urutannya, tidak seperti pada bab sebelumnya. Pada kelompok 1 materi disampaikan oleh Febrian Nurdyani. Setelah penjelasan
materi
selesai,
dibuka
sessi
pertanyaan dimana bagi kelompok 1 ini ada dua pertanyaan yang diajukan, yaitu oleh Aulia Desy Parwati dan Diona Ayu M. Pertanyaan ini dijawab oleh anggota kelompok yaitu Febrian Nurdyani dan Devi Ratna SKP. Presentasi dilanjutkan
oleh
kelompok
2.
Materi
disampaikan oleh Aulia Desy Parwati. Setelah penjelasan
materi
selesai,
dibuka
sessi
pertanyaan dimana bagi kelompok 2 ini ada empat pertanyaan yang diajukan, yaitu oleh Enno Monica, Amira Hanan H., Febrian Nurdyani, dan Dyah Rizky P. Pertanyaan ini dijawab oleh anggota kelompok yaitu Aulia Desy Parwati dan Diniar Putri Santosa. 7)
Guru
memberikan
presentasi
siswa,
tanggapan tanggapan
bisa
terhadap berupa
pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang tepat dan tambahan materi dari apa yang siswa belum jelaskan. 8)
Guru menginformasikan bahwa presentasi akan
dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. 9)
Guru menutup pelajaran
Pertemuan Ketiga (Kamis, 7 Januari 2010) 1)
Guru membuka kelas dengan memberi salam dan siswa menjawab salam.
2)
Guru menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa. Semua siswa hadir dalam proses pembelajaran.
3)
Guru menyampaikan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran.
4)
Presentasi kelompok dari kelompok 3 dan Demonstrasikan kelompok
4.
Pada
kelompok
3
materi
disampaikan oleh Ardirani Rensyta, Enno Monica, Irfan Nur Afif, Amira Hanan H., dan Maryam Hanifah. Setelah penjelasan materi selesai, dibuka sessi tanya jawab dimana bagi kelompok 3 ini ada lima pertanyaan yang diajukan, yaitu oleh Devi Ratna SKP, Annisa Nur Hafika, Dyah Rizky P., Diona Ayu M, Miko Hadi W. Pertanyaan ini dijawab oleh anggota kelompok yaitu Ardirani Rensyta, Enno Monica, dan Irfan Nur Afif. Pada kelompok 4 materi disampaikan oleh Elisabeth Dea dan Diona Ayu M.. Setelah penjelasan materi selesai, dibuka sessi tanya jawab dimana bagi kelompok 4 ini ada empat pertanyaan yang diajukan, yaitu oleh Amira Hanan H, Ahmad Jazmi B, Naomi Ratna Sari, dan Annisa Nur Hafika. Pertanyaan ini dijawab oleh anggota
kelompok yaitu Elisabeth Dea, Diona Ayu M, dan Dyah Rizky P. Penguasaan materi dari kelompok yang bertugas presentasi sudah bagus, hal ini terlihat dari mereka dengan sigap menjawab pertanyaan dari teman mereka yang mengajukan pertanyaan kepada kelompoknya. 5)
Guru
memberikan
presentasi
siswa,
tanggapan tanggapan
terhadap
bisa
berupa
pelurusan dari penjelasan siswa yang kurang tepat dan tambahan materi dari apa yang siswa belum jelaskan. 6)
Guru memberikan permainan (games) berupa
Demontrasikan
permainan acak kata (word square) sebagai evaluasi awal dan penyegaran (refresh) untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang
telah
disampaikan.
Pelaksanaan
permainan (games) ini pun dengan diiringi musik klasik. Dalam pelaksanaan permainan (games) ini siswa sangat antusias, hal ini terlihat
dari
kekompakan
mereka
dalam
kerjasama kelompok untuk menyelesaikan soalsoal yang ada. 7)
Guru dan siswa secara bersama menyimpulkan pelajaran pada bab ini.
8)
Siswa sesuai dengan kelompoknya masingmasing
diberi
pekerjaan
rumah
untuk
merangkum materi Bab Bank dan Kebijakan Moneter dalam bentuk peta pikiran berupa hasil ketikan (print out). 9)
Guru meminta soft file peta pikiran (tugas 1 dan
Ulangi
tugas 2) yang dibuat oleh semua kelompok dikumpulkan dalam satu keping CD. 10) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan tes formatif. 11)
Guru menutup pelajaran.
Pertemuan Keempat (Sabtu, 9 Januari 2010) 1)
Guru membuka kelas dengan memberi salam dan siswa menjawab salam.
2)
Menciptakan
situasi
pembelajaran
yang
kondusif untuk membangkitkan minat siswa dengan mengecek kehadiran dan kondisi siswa. Semua siswa hadir dalam proses pembelajaran. 3)
Guru meminta siswa mengumpulkan tugas yang telah diberikan.
4)
Guru menyampaikan aturan pengerjaan soal dalam tes formatif.
5)
Guru bersama peneliti membagikan soal dan meminta
agar
siswa
mengerjakan
secara
mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari selama proses pembelajaran berlangsung. 6)
Guru bersama peneliti mengawasi dengan baik agar tes hasil belajar dapat mencerminkan kemampuan
mereka
dan
memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan tertib dan tenang. Selama tes berlangsung, siswa mengerjakan soal tersebut secara mandiri. 7)
Guru bersama peneliti meminta lembar jawab siswa.
8)
Guru
mengumumkan
penghargaan
kepada
dan
memberikan
kelompok
Rayakan
terbaik.
Penghargaan yang diberikan oleh guru berupa ucapan selamat dan sertifikat kepada kelompok yang
berhasil
menjadi kelompok terbaik.
Kelompok dengan predikat terbaik diberikan kepada
kelompok
2
dengan
anggota
kelompoknya yang terdiri dari Ahmad Jazmi B, Annisa Nur Hafika, Alviansyah Zinka A, Aulia Desy Parwati, Diniar Putri Santosa, Naomi Ratna Sari, dan Setiya Wahyu N. 9)
Guru meminta siswa mempersiapkan diri untuk materi selanjutnya.
10) Guru menutup pelajaran
c. Observasi dan Evaluasi Pelaksanaan tindakan penelitian ini bersamaan dengan dilakukannya observasi selama pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh peneliti, mengacu pada lembar observasi yang telah disusun. Observasi tersebut dilakukan untuk mengevaluasi penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dan untuk mengetahui kemampuan siswa menerima materi pembelajaran dengan adanya model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Pada saat observasi berlangsung, kegiatan peneliti adalah memantau pelaksanaan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Guru melakukan penyajian kelas tentang pelaksanaan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dan penjelasan konsep materi tentang uang. Guru juga melakukan penilaian terhadap peran serta siswa selama kegiatan pembelajaran, yang meliputi kerja sama dalam diskusi pembuatan materi dalam bentuk peta pikiran, ketepatan hasil peta pikiran yang telah dibuat, kemampuan menjelaskan dalam presentasi materi yang
dibuat dengan peta pikiran, kemampuan bertanya/mengeluarkan pendapat, kemampuan dalam menjawab soal permainan (games) dan terakhir nilai dari tes hasil belajar siswa. Peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan pada Siklus II. Siswa yang semula kurang antusias dalam belajar dan menjadi kelompok yang kurang koperatif berubah menjadi semangat dalam belajar. Hal ini terlihat dari meningkatnya keaktifan mereka dalam diskusi kelompok dan presentasi. Ini disebabkan guru terus memberikan motivasi kepada para siswa agar dapat ikut aktif dalam proses pembelajaran.
d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi siklus II yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Siswa sudah jelas dan paham mengenai bagaimana penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) karena siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan. Hal ini tentu saja menyebabkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) menjadi lebih efektif. Rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas X Aksel 2 pada siklus II mengalami peningkatan. Sebanyak 100% siswa dinyatakan tuntas, karena pencapaian hasil belajar mereka siswa diatas standar batas tuntas nilai, yaitu 75. Dari hasil refleksi tersebut dapat diketahui bahwa penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada siklus II dinilai telah berhasil dan dianggap sudah memuaskan sehingga tidak perlu dilanjutkan lagi ke siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus II, peneliti melakukan analisis sebagai berikut: 1)
Guru sudah lebih bisa menguasai kelas sehingga ketika mengajar perhatiannya bisa tersebar pada seluruh bagian kelas.
2)
Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak perlu dan jauh lebih bersemangat saat diskusi dan presentasi berlangsung. Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan
analisis yang telah dilakukan adalah : 1)
Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.
2)
Guru lebih inovatif dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran pada saat mengajar sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan tidak cepat bosan.
B. Pembahasan Penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping)
merupakan
penelitian
tindakan
kelas
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa. Penelitian yang dilakukan dengan menerapkan dua siklus pembelajaran dengan model yang sama pada tiap siklusnya, yaitu model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Setiap siklus yang diterapkan pada proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada grafik berikut:
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Siklus II Siklus I Sebelum Penerapan Tindakan Sebelum Penerapan Tindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 3. Grafik hasil belajar siswa
Tabel 6. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kriteria
Jumlah Siswa
Persentase
Sebelum
Siklus
Siklus
Sebelum
Siklus I
Siklus
Penerapan
I
II
Penerapan
Tuntas
12
27
28
42,86 %
96,43 %
100%
Tidak
16
1
0
57,14 %
3,57 %
0%
II
Tuntas (Sumber: data primer yang diolah, 2010) Penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) menjadikan siswa lebih mudah dalam memahami materi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa diperoleh data bahwa model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) mengandung variasi pembelajaran, tidak hanya ceramah materi namun juga terdapat diskusi kelompok, presentasi dan tanya jawab, serta permainan (games). Pada metode sebelumnya yaitu ceramah, siswa hanya diberi penjelasan sebentar, siswa diminta menulis, dan siswa diminta menjelaskan kembali sehingga materi yang dipelajari kurang dapat diterima dan menimbulkan kebingungan bagi siswa. Dalam model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), siswa dilibatkan secara
langsung dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa lebih mudah memahami materi secara terperinci dan siswa dapat dengan bebas mengutarakan pendapat. Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan bagi siswa karena suasana belajar yang santai dan tidak formal sehingga siswa bebas belajar pada posisi duduk seperti apapun yang mereka inginkan yang membuat mereka nyaman dalam belajar. Penggunaan peta pikiran (mind mapping) dalam pembelajaran telah mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran karena mereka jadi mengetahui arah pembelajaran yang dilakukan kemana dan mengetahui kaitan atau hubungan antara materi satu dengan materi yang lain. Dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) akan membantu siswa dalam mengingat dan memahami materi dalam jangka panjang sehingga pembelajaran bermakna dalam proses pendidikan dapat tercapai. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terlihat bahwa nilai Ujian Akhir Semester siswa sebelum penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) berkisar antara 42 – 84 dengan nilai rata-rata kelas 64. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih kurang baik sebab masih banyak siswa yang belum mencapai nilai 75 yang merupakan nilai batas tuntas keberhasilan siswa. Masih rendahnya nilai ulangan siswa disebabkan siswa kurang memahami sepenuhnya materi yang diberikan oleh guru dan siswa kurang antusias dalam kegiatan belajar mengajar. Penyajian materi dengan menggunakan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus I nilai ulangan harian siswa berkisar antara 73 - 98 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 91 sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari sebelum adanya penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) yaitu sebesar 27 (nilai sebelum siklus 64 dan nilai siklus I 91). Hal ini menunjukkan siswa lebih memahami materi yang diberikan oleh guru dengan adanya penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping). Pada siklus II nilai ulangan harian siswa berkisar antara 75 - 100 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 94 sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 3 (nilai siklus I 91 dan nilai siklus
II 94).
Dibandingkan dengan sebelum penerapan model Quantum Learning
dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), nilai rata-rata siswa pada siklus II mengalami peningkatan angka sebesar 30 (nilai sebelum penerapan 64 dan nilai siklus II 94). Berdasarkan data siklus I dan siklus II diperoleh hasil belajar yang selalu mengalami peningkatan. Model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) berdampak positif terhadap kegiatan pembelajaran ekonomi. Hal ini terbukti pada peningkatan peran serta siswa pada pembelajaran dan hasil belajar siswa. Temuan yang muncul selama kegiatan belajar mengajar antara lain: 1. Kegiatan belajar mengajar di kelas yang berpusat pada siswa (student center) sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran baik dalam diskusi kelompok, presentasi, tanya jawab, dan permainan (games). Kegiatan ini dapat melatih siswa dalam bekerja sama dan menumbuhkan semangat kebersamaan di dalam kelompok belajar. 2. Suasana pembelajaran santai, menyenangkan, dan sesuai dengan keinginan siswa sehingga membuat siswa nyaman dalam belajar. Hal ini terlihat dari semangat dan antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran terus mengalami peningkatan. 3. Penggunaan peta pikiran dalam merangkum materi dapat mempermudah siswa dalam
mengingat
dan
memahami
materi
yang
dipelajari
sehingga
pembelajaran efektif dapat tercapai. 4. Penerapkan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar. Hasil belajar tersebut dinyatakan tuntas karena secara umum pencapaian hasil belajar siswa berada di atas standar batas tuntas yaitu 75. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum siswa telah memahami materi yang disajikan dengan baik pada proses belajar mengajar yang menggunakan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping).
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) pada penelitian ini telah dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan berlangsung selama 45 menit. Penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari pencapaian nilai rata-rata siswa dan jumlah siswa yang mencapai batas ketuntasan. Pada siklus I nilai ulangan harian siswa berkisar antara 73 - 98 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 91 sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari sebelum diadakannya tindakan yaitu sebesar 27 (nilai sebelum siklus 64 dan nilai siklus I 91). Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 27 orang dari 28 siswa. Pada siklus II nilai ulangan harian siswa berkisar antara 75 - 100 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 94 sehingga terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 3 (nilai siklus I 91 dan nilai siklus II 94). Dibandingkan dengan sebelum diadakannya tindakan, nilai rata-rata siswa pada siklus II mengalami peningkatan angka sebesar 30 (nilai sebelum penerapan 64 dan nilai siklus II 94). Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 100 %. Pada penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping), siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan variasi pembelajaran yang terdiri dari diskusi kelompok, presentasi, dan permainan (games) membuat siswa merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan materi yang disajikan dalam bentuk peta pikiran menjadi lebih mudah dipahami siswa sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
B. Implikasi Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa. Faktor dari pihak guru antara lain kemampuan guru dalam mengembangkan dan menjelaskan suatu materi, kemampuan guru dalam mengembangkan model dan metode pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, serta kemampuan guru dalam meningkatkan minat dan semangat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan faktor yang berasal dari siswa antara lain minat dan antusias belajar siswa serta keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa penerapan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran ini dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari yang disesuaikan pula dengan materi pembelajaran. Pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas baik proses maupun hasil dari pembelajaran ekonomi. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru dapat menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran yang baru, inovatif dan menyenangkan yang dapat memacu siswa untuk ikut aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
C. Saran Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saransaran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah : a. Kepala Sekolah lebih memberikan kesempatan kepada guru-guru mata pelajaran untuk mengikuti workshop yang berhubungan dengan model dan metode pembelajaran inovatif.
b. Sekolah mengadakan pertemuan MGMP pada tingkat sekolah yang diadakan rutin untuk mendiskusikan permasalahan pendidikan dan pembelajaran. 2. Bagi Guru: a. Guru
meningkatkan
kemampuannya
dalam
mengembangkan
dan
menyampaikan materi serta dalam mengelola kelas dengan menerapkan pembelajaran inovatif, sehingga proses dan hasil pembelajaran dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. b. Guru mengembangkan model dan metode pembelajaran yeng mendorong siswa untuk aktif dan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran. c. Guru yang belum menerapkan model Quantum Learning dengan metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat menerapkan model tersebut dalam pembelajaran ekonomi dengan variasi pembelajaran yang menarik sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian dan motivasi siswa untuk memahami materi yang disajikan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. d. Guru lebih optimal dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah disediakan oleh pihak sekolah sebagai alat bantu dalam pengembangan media pembelajaran. e. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kodusif dan siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran. 3. Bagi siswa : a. Siswa meningkatkan kerja sama dalam arti yang positif, baik dengan guru maupun dengan siswa yang lain dalam proses belajar mengajar. b. Siswa meningkatkan ketrampilan berkomunikasi yang baik dimana hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi siswa dalam menjalani kehidupan di masa yang akan datang. c. Siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran. d. Siswa membuka diri dan tidak menganggap pusat informasi adalah guru, namun bisa berasal dari teman, buku, televisi maupun internet.
DAFTAR PUSTAKA Akhmad Sudrajat. 2008. Quantum Learning. Artikel. Tersedia pada http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/quantum-learning/. Diunduh tanggal 11 Oktober 2009. Anas Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. 2007. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: PT Mizan Pustaka. Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie. 2007. Quantum Teaching Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: PT Mizan Pustaka. Falah Yunus. 2009. Quantum Teaching Melejitkan Prestasi. Artikel. Tersedia pada http: //falahyunus.com/2009/04/28/quantum-teaching-melejitkanprestasi/. Diunduh tanggal 11 Oktober 2009. Kasihani Kasbolah. 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Univesitas Negeri Malang. Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ______________________. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. ______________. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pattaufi. 2008. Penerapan Model Quantum Learning dalam Hubungannya dengan Kemampuan Siswa Berbahasa Inggris. Jurnal. Tersedia pada http:// pkab.wordpress.com/2008/07/18/penerapan-model-quantum-learning/. Diunduh tanggal 11 Oktober 2009.
Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. ______. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi. Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Teti Rostikawati. 2009. Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning: Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar dan Kreatifitas Siswa. Jurnal. Tersedia pada http://pkab.wordpress.com/2008/04/02/metode-quantum-learning/. Diunduh tanggal 11 Oktober 2009. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 dan Nomor 20 Tahun 2003. 2006. Tentang Guru dan Dosen serta Sisdiknas. Bandung: Citra Umbara. Waridjan. 1991. Tes Hasil Belajar Gaya Objektif. Semarang: IKIP Semarang Press. Wiwin Yuni Lestari. 2009. Tesis. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita dengan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping): Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mlilir 01. Madiun.