PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU UBI JALAR MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ) (Studi Kasus pada UKM Novita) Raw Material Requirements Planning Sweet Potato Using Economic Methods order Quantity (EOQ) (case study to UKM Novita ) Jamaludin 1), Imam Santoso 2), Siti Asmaul. M. 3) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Email :
[email protected] 1)
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kuantitas ubi jalar yang harus dipesan dengan menggunakan metode EOQ, menentukan jumlah persediaan pengaman, titik pemesanan kembali, persediaan bahan baku ubi jalar di UKM Novita serta menentukan total biaya persediaan yang dihasilkan menggunkan metode EOQ bila dibandingkan dengan total biaya persediaan di UKM Novita. Perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Pemesanan bahan baku yang saat ini dilakukan UKM Novita yang ekonomis dengan menggunkan perhitungan EOQ sebesar 2.397,36 kg. Frekuensi pemesanan bahan baku ubi jalar sebesar 24 kali pemesanan per tahun. Besar nilai persediaan pengaman yang diperlukan UKM Novita sebesar 24,09 kg. Perhitungan titik pemesanan kembali di UKM Novita harus melakukan pemesanan sebesar 3.86,81 kg, dengan (lead time) bahan baku samapai ke pabrik 2 hari. Total biaya persediaan yang dihasilkan dengan menggunkan metode EOQ adalah Rp. 6.799.435,26 per tahun sedangkan total biaya persediaan dengan menggunkan metode UKM Novita adalah sebesar Rp. 8.567.606,88 per tahun. Hasil perbandingan total biaya persediaan menggunkan metode Economic Order Quantity (EOQ) dan perhitungan kondisi reil di UKM Novita bahwa selisih total biaya persediaan adalah sebesar Rp. 1.768.171,62 (20,6). Kata kunci: Bahan Baku, Economic Order Quantity, Ubi jalar ABSTRACT This study was aimed at determining the quantity of sweet potato to order by using the method of (EOQ, amount of safety stock and reorder point) for the raw material supply of sweet potatoes in the home industry. The other purposes were to determine the total supply cost resulting from the use of Economic Order Quantity (EOQ) method in comparison with the existing total supply cost. It was found that the order for raw material based on the calculation of Economic Order Quantity (EOQ) was 2,397.76 kg. The frequency of raw material order for sweet potatoes was 24 orders annually. The amount of necessary safety stock was 24.09 kg. The calculation of reorder point by which Novita required was 386.81 kg. The lead time was 2 days for the raw material to get to the home industry. The total supply cost calculated through the use of Economic Order Quantity (EOQ) was Rp 6.799.435,26 annually. Novita’s existing calculation, on the other hand, was 8.567.606,88 annually. It was observed that a comparison between the Economic Order Quantity (EOQ) and the existing model showed a difference of Rp. 1.768.171,62 (20,6%). Keyword: Economic Order Quantity, Raw Materials , Sweet Potato
PENDAHULUAN Indonesia merupakan 5 Negara pengekspor ubi jalar terbesar di dunia dengan jumlah ekspor sebanyak 9.269,2 ton Manrique and Roca (2007). Banyaknya bahan baku ubi jalar di Indonesia maka semakin banyak pula ragam olahan ubi jalar di Indonesia. Menurut Manrique and Roca (2007) produksi ubi jalar Indonesia mencapai 2% produksi ubi jalar diseluruh dunia. Salah satu olahan ubi jalar tersebut adalah carang mas. Carang mas merupakan olahan ubi jalar dalam bentuk bulatan berwarna coklat yang banyak dijual di
Jawa Timur. Salah satu UKM di Jawa Timur yang memproduksi carang mas adalah UKM novita. UKM Novita merupakan salah satu UKM yang bergerak di bidang pengolahan Carang mas yang berlokasi di kota Malang, Jawa Timur. Kapasitas produksi olahan Carang mas di UKM Novita mencapai 200 kg/hari. Sebagai penunjang produksi, UKM Novita menggunakan bahan baku ubi jalar yang diperoleh langsung dari petani daerah Tumpang.
Menurut SNI 01-4493-1998 Ubi jalar yang baik yaitu bebas dari hama dan penyakit, ubi jalar harus bersih dari bahan kimia, dan ubi jalar dalam keadan bersih. UKM Novita yang bergerak di pengolahan makanan ringan ini sudah melakukan perencanaan bahan baku, namun perencanaan yang dilakukan masih belum optimal, sehingga kendala yang dihadapi UKM Novita ini dalam perencanaan bahan baku meliputi kekurangan dan kelebihan bahan baku ubi jalar. Penyebab kekurangan bahan baku ubi jalar di UKM Novita disebabkan pada musim penghujan. Bahan dalam pengerjaan (work in process) yang menganggur, dan pemesanan bahan baku secara berkala dengan jumlah yang belum pasti. Menurut Bedworth dan Bailey (1982), persediaan memiliki fungsi penting yang dapat meningkatkan efisiensi operasional suatu perusahaan. Dengan adanya persediaan maka proses produksi tidak terhambat oleh kekurangan bahan baku. Perencanaan bahan baku yang dibutuhkan untuk UKM Novita yang bergerak dalam pengolahan Carang Emas ini harus mampu mengutamakan ketepatan waktu, efisiensi biaya serta kebutuhan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk produksi sehingga pemesanan bahan baku dapat dilakukan secara berkala. Perencanaan bahan baku umumnya ditunjukan untuk memenuhui kebutuhan bahan baku agar tidak terjadi kekurangan dan kelebihan bahan baku dalam proses produksi (Haming, 2007). Perencanaan persediaan bahan baku yang baik dapat mencegah terjadinya biaya penyimpanan (holding cost). Selain itu, manajemen yang baik dalam persediaan bahan baku dapat menyebabkan tercapainya efisiensi dalam produksi. Solusi untuk mengatasi kendala tersebut, UKM Novita perlu adanya perencanaan bahan baku yang sesuai dengan karakteristik produk maupun tujuan proses produksi. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam perencanaan bahan baku dengan model permintaan bebas menggunakan teknik Economic Order Quantity (EOQ). Economical Order Quantity adalah jumlah pesanan yang dapat meminimumkan total biaya persediaan dan menentukan pembelian yang optimal (Nasution, 2003). Metode Economical Order Quantity (EOQ) mengasumsikan permintaan secara pasti dengan pemesanan yang dibuat sudah konstan serta tidak adanya kekurangan
persediaan. Asumsi-asumsi yang terdapat pada metode Economical Order Quantity (EOQ) yaitu, tingkat permintaan datang secara konstan, tidak diperbolehkan kehabisan persediaan, bahan yang dipesan dan diproduksi pada satu waktu, biaya pemesanan setiap unit adalah konstan, barang yang dipesan tunggal (Rangkuti, 2007). Kekurangan penggunaan model Economical Order Quantity (EOQ) adalah menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan dapat mengganggu proses produksi. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat memperkirakan perencanaan kebutuhan bahan baku ubi jalar yang harus di pasok untuk memenuhi kebutuhan bahan baku di UKM Novita. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di UKM Novita yang terletak di Jalan Turno Joyo Rejoso junrejo Kota Batu. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan September 2014 hingga selesai. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu survei pendahuluan, pengumpulan data, dan analisis. Metode EOQ dimulai dari tahap peramalan, pengujian validitas dan perhitungan EOQ. Tahap pemilihan metode peramalan ini dilakukan dengan melihat pola data kebutuhan bahan baku emping jagung periode bulanan, selama 24 bulan sebelumnya terhitung dari bulan Januari 2013 sampai dengan Desember 2014. Tahap pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan nilai tracking signal sebesar ± 4 sebagai batas kendali. Tahap perhitungan EOQ digunakan, dengan mempergunakan rumus perhitungan EOQ, yakni: EOQ
=
Keterangan : EOQ = jumlah pemesanan (unit/pemesanan) D = kebutuhan barang (unit/bulan) P = biaya pemesanan (rupiah) H = biaya penyimpanan (rupiah/kg)
ekonomis
Selanjutnya dihitung besarnya frekuensi siklus pemesanan (fp) dengan menggunakan persamaan: fp =
Persediaan pengaman dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: SS = Z x α x Keterangan: SS = Persediaan Pengaman (Safety Stock) α = Standar deviasi Z = Faktor keamanan ditentukan atas kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku L = Waktu Tunggu (Lead Time)
Titik pemesanan kembali ditetapkan dengan cara menambahkan penggunaan selama waktu tenggang dengan persediaan pengaman, atau dalam persamaan: ROP = d x L + Safety Stock (SS) Keterangan: ROP = demand during lead time (DDLT ) + Safety Stock (SS) ROP = Titik pemesanan kembali (re-order point) SS = Stok pengaman (safety stock) D = Jumlah kebutuhan bahan baku setiap hari (kg) L = Lead time pemesanan (hari)
d
=
Total biya persediaan (Total Inventory Cost) dapat di hitung dengan persamaan berikut ini: TIC = ( S) + ( + SS) H Keterangan : D = Jumlah kebutuhan bahan baku per tahun (kg) Q = Jumlah pemesanan ekonomis tiap kali pesan (kg) S = Biaya pemesanan setiap kali pesan (Rp) H = Biaya penyimpanan bahan baku (Rp) Q/2 = Persediaan rata-rata yang dipelihara SS = Persediaan Pengaman (Safety Stcok)
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan UKM Novita merupakan suatu UKM yang bergerak di bidang pengolahan hasil pertanian khususnya pengolahan ubi jalar menjadi carang mas. Carang mas merupakan jajanan tradisional yang menggunkan bahan baku dari hasil pertanian. Usaha ini berdiri pada tahun 2009. Perusahaan ini didirikan oleh ibu Novita yang berlokasi di Jalan Turno Joyo RT 01 RW 10 Rejoso Junrejo Kota Batu Malang Jawa Timur. Produk yang dihasilkan ini bebeda dengan carang mas pada umumnya, karena dalam menentukan bahan baku dan bahan pembantu benar-benar memilih kualitas yang bagus. Produk yang
dihasilkan mempunyai tekstur yang renyah dan rasa manis yang berasal dari gula merah. Carang mas UKM Novita ini bisa bertahan selama tujuh bulan. UKM Novita pertama merintis usaha pembutan carang mas ini hanya memeperkerjakan 5 pekerja. Seiring dengan meningkatnya permintaan produk carang mas di pasaran, ibu Novita terus menambah pekerjanya untuk memenuhi kebutuhan pasar. Saat ini UKM Novita memiliki 10 orang pekerja yang membantunya pada bagian produksi. Pekerja tersebut terbagi dalam setiap bagian, yaitu bagian produksi, bagian pengemasan, dan bagian pemasaran. UKM Novita selalu berupaya menghasilkan carang mas yang berkualitas baik. Proses produksi yang dilakukan di UKM Novita masilh sederhana dan tidak ada mesin khusus yang digunkan untuk memproduksi pengolahan carang mas. Hampir semua proses dilakukan dengan tenaga manusia dan bantuan beberapa alat mesin sederhana. Tahapan proses pengolahan carang mas yang dilakukan di UKM, diantaranya pengupasan ubi jalar yang hanya menggunakan pisau, proses pemotongan yang menggunakan mesin pemotong yang sudah di modifikasi untuk mengecilkan ukuran, proses pencucian hanya direndam menggunakan bak besar, proses penggorengan hanya menggunkan wajan dan proses pengemasan masih menggunkan mesin handsealer. Proses produksi UKM Novita dalam pembuatan carang mas ini hanya dilakukan selama 6 hari dalam satu minggu. Dalam satu hari, UKM Novita memulai produksi pada pukul 06:00 WIB-16:00 WIB. Setiap harinya UKM Novita dapat memproduksi carang mas yang terbuat dari bahan baku ubi jalar yaitu 200 kg/hari. Produk carang mas ini dipasarkan di daerah Malang, Jombang, Surabaya, Lamongan, Mojokerto,dan Tuban. Proses produksi UKM Novita berbentuk intermitten process industries (industri dengan proses terputus-putus) dengan sistem volume batch production (volume menengah). Intermitten process industries adalah suatu proses produksi yang menggunakan waktu yang pendek dalam persiapan peralatan untuk perubahan cepat guna (handoko, 2000). Menurut Harjanto (2008), batch production memproduksi barang diproduksi dalam lot yang kecil dengan berbagai tahap pengerjaan, setiap tahap pengerjaan dilakukan untuk seluruh batch
sebelum menuju tahap pengerjaan berikutnya. Sistem produksi cukup flaksibel produksi di UKM Novita juga mengunakan peralatan multiguna agar mampu memenuhi berbagai persyaratan dan fluktuasi permintaan. UKM Novita melakukan persediaan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksi setiap bulanya. Pemesanan bahan baku ubi jalar dilakukan secara periodik yaitu 4 hari sekali dengan jumlah pemesan bahan baku yang tidak sama tergantung berapa banyak permintaan carang mas di pasaran. UKM Novita biasanya memesan bahan baku pada hari ketiga setelah bahan baku datang. UKM Novita dalam sebulan mampu memesan bahan baku ubi jalar sebanyak 4 kali pemesanan. Sehingga selama satu tahaun UKM Novita dapat memesan bahan baku ubi jalar sebanyak 48 kali pemesanan selama satu tahun. Kebutuhan bahan baku ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil peramalan yang digunkan adalah data Simple Moving Average untuk dijadikan proyeksi menetukan produksi bahan baku ubi jalar pada periode Januari-Desember 2015 yang dapat dilihat pada Tabel. 2.
Tabel. 1 Kebutuhan Ubi Jalar di UKM Novita Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Dimana apabila dimunculkan bentuk grafik di bawah ini.
2014 4450 4650 4550 4500 4200 4350 4250 4350 4400 4450 4650 4750
ke
Bulan
Hasil Peramalan 2015 (kg)
Januari
4.700
Febuari
4.725
Maret
4.712,5
April
4.718,75
Mei
4.715,33
Juni
4.717,04
Juli
4.716,18
Agustus
4.716,125
September
4.716,39
Oktober
4.716,50
Nopember
4.716,44
Desember
4.716,47 56.586,725
Total
Pembelian ubi jalar (Kg) 2013 4150 4650 4350 4100 4300 4200 4250 4350 4500 4350 4550 4650
Tabel. 2 Hasil Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Bulan Januari - Desember 2015
dalam
Gambar 1. Polo Kebutuhan Ubi Jalur UKM Novita Periode Bulan Januari Tahun 2013- Desember 2014
4.715,56
Rata-rata
5,696
Standar Deviasi
Ukuran akurasi hasil peramalan didapatkan dari hasil peramalan yang telah dilakukan dengan metode peramalan MA, SA, SES, dan DES. Tabel 3. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan Ukuran Akurasi
Metode Peramalan SA SES 155,7 176,2
MAD
MA* 118,1
MSE
24659,1
40178,3
48356,3
72679,3
2,6
3,4
3,8
4,9
MAPE
DES 224,1
Nilai terkecil pada hasil peramalan untuk menentukan akurasi tedapat pada metode peramalan pada Moving Average (MA) yaitu MAD 118,1, MSE 24659,1, dan MAPE 2,6. Semakin kecil nilai MAD, MSE, dan MAPE maka diharapkan menghasilkan peramalan yang baik. Hal ini sesuai dengan Fikri (2008) bahwa nilai MAD, MSE, MAPE merupakan kebijakan akurasi metode yang paling akurat dalam hasil peramalan. Hasil nilai Moving Average (MA) yang diperoleh, maka nilai tersebut akan digunakan untuk mengetahui nilai tracking signal untuk mengetahui nilai tracking signal. Data tracking signal (TS) dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Data Signal Metode Moving Average Pada Gambar 2. dapat dilihat bahwa tracking signal berada dalam batas-batas yang dapat diterima (maksimum ± 4). Hasil perhitungan biaya persediaan bahan baku yang terdapat dalam UKM Novita dapat digolongkan manjadi dua yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan yang dikelurkan di UKM Novita untuk setiap pemesanan bahan baku meliputi biaya telepon dan biaya angkut ke gudang. Biaya penyimpanan yang dikeluarkan di UKM Novita untuk setiap penyimpanan bahan baku meliputi biaya listrik yang digunakan untuk penerangan gudang. Adapun biaya pemesanan dan biaya penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Biaya Pemesanan dan Penyimpanan Bahan Baku Ubi Jalar Biaya Bahan Baku 1. Pemesanan Biaya telepon Biaya Angkut Total 2. Penyimpanan Biaya listrik Total
Jumlah (Rp)/bulan 2.600 140.000 142.600 2.808 2.808
Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa biaya telepon pemesanan bahan baku di UKM Novita selama pemesanan sebesar 2.600 rupiah/bulan. Biaya tersebuat di dapatkan dari pemesanan bahan baku selama 4 kali pemesanan dalam satu bulan, dimana setiap satu kali pemesanan UKM Novita membutuhkan percakapan selama 2 menit sebesar 650,00 rupiah per sekali pemesanan. Selanjutnya biaya angkut sebesar 140.000 rupiah/bulan. Selain diketahui biaya pemesanan kemudian dilakukan perhitungan biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan yang dikeluarkan di UKM Novita untuk setiap penyimpanan bahan baku meliputi biaya listrik. Biaya listrik yang digunakan di UKM Novita untuk penerangan gudang sebesar 2.808 rupiah/bulan.
Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) didasarkan pada biaya pemesanan dan penyimpanan pada Tabel 4.5 yaitu dengan nilai total biaya pemesanan sebesar Rp. 142.600 rupiah/bulan dan total biaya penyimpanan sebesar 2.808 rupiah/bulan. Selain itu untuk menentukan nilai Economic Order Quantity (EOQ) di gunakan nilai kebutuhan bahan baku selama satu tahun. Nilai kebutuhan bahan baku UKM Novita selama satu tahun sebesar 56.586,725 kg. Dengan demikian dapat dihitung nilai Economic Order Quantity (EOQ) berdasarkan persamaan3.1 sebagi berikut : EOQ
=
= = 2.397,36 kg Kemudian dapat ditentukan besarnya frekuensi pembelian bahan baku ubi jalar selama tahun 2015 adalah sebagai berikut : sp = = = 23,60 = 24 kali pemesanan dalam satu tahun Persediaan pengaman (Safety Stcok) digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatisipasi adanya kekurangan bahan baku atau adanya fluktuasi permintaan. Menurut Jusko (2011) menyatkan bahwa sevice livel 99,9% merupakan tingkat pelayanan yang cukup baik untuk UKM Novita. Angka 99,9% ini berarti terdapat peluang sebesar 0,1% terjadi kehabisan persediaan bahan baku. SS = Z x α x = 3 x 5,69 x = 24,09 kg Hasil menunjukkan bahwa seharusnya perusahaan melakukan persediaan pengaman bahan baku sebanyak 24,09 kg. Hal ini sesuai menurut Ratnaningsih, dkk (2013), bahwa pengadaan persediaan pengaman yaitu untuk mengurangin terjadinya kekurangan bahan baku yang ada digudang. Untuk mengetahui nilai Reorder Point (ROP), maka dimasukan nilai Safety Stcok (SS) dikali Waktu tunggu (lead time), dan ditambah tingkat kebutuhan per unit waktu (d). Lead
time diperoleh dari waktu pemesanan bahan baku sampai ke pabrik dibagi jumlah hari kerja per tahun, dimana jumlah hari kerja sebanyak 26 hari per bulan dikali 12 bulan. Hasil perhitungan Reorder Point (ROP) dapat dilihat sebagai berikut: d
=
= 181,36 kg/hari
Demand During Lead Time = d x L = 181,36 x 2 hari = 362,72 kg ROP = d x L + Safety Stock (SS) = 24,09 = 386,81 kg Berdasarkan perhitungan ROP, maka dapat diketahui bahwa pemesanan bahan baku ubi jalar di UKM Novita harus dilakukan ketika jumlah bahan baku ubi jalar di dalam gudang sebesar 386,81 kg. Hal ini sesuai dengan menurut Gruendemann dan Billie (2005), Reorder Point diperoleh dari jumlah rata-rata yang diinginkan dan digunakan selama waktu jeda (lead time) ditambah dengan persediaan cadangan. Tingkat Persedian
EOQ 2397,36 kg
ROP 386,81 kg
SS 24,09 kg 2
2
2
Waktu
Gambar 3. Grafik Persediaan Model EOQ Berdasarkan Gambar 3. dapat dilihat bahwa, UKM Novita harus melakukan pembelian ubi jalar segar pada saat persediaan sebesar 2.397,36 kg. Jumlah pemesanan bahan baku ini sebagai pertimbangan jumlah yang harus dipesan untuk mengurangin biaya pemesanan dan penyimpanan yang dilakukan oleh UKM Novita. Pada titik pemsanan (Reorder Point) sebesar 386,81 kg. Saat ubi jalar segar yang dipesan akhirnya diterima di tempat penyimpanan dengan lead time dua hari atau 2. Besaran nilai persediaan pengaman (Saftey Stock) pada UKM Novita adalah 24,09 kg. Terlihat bahwa perhitungan pesanan persediaan barang dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) akan meminimalkan pengeluaran biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan pengendalian persediaan bahan ubi jalar di UKM Novita dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dan dibandingkan dengan menggunakan perhitungan pengendalian persediaan bahan baku hasil perhitungan di UKM Novita. Kemudian perbandingan total biaya persediaan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dan total biaya persediaan di UKM Novita. Tabel
5. Perbandingan Pengendalian Persediaan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) dan Pengendalian Persediaan di UKM Novita Perbandingan Total Biaya Persediaan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) dan Total Biaya Persediaan di UKM Novita
Rincian
Total kebutuhan bahan ubi jalar 1 tahun Banyaknya ratarata pemesanan dalam 1 tahun Jumlah pesanan Total biaya Persediaan
Model EOQ
Kondisi Riel di UKM Novita
56.586,72 kg
56.586,72 kg
24 Kali/tahun
48 kali/tahun
2.397,36 kg Rp. 6.799.435,2
Selisih Persediaan Model EOQ dan Kondisi Perusahaan (%)
1.178,89 kg Rp. 8.567.606,8
Hasil frekuensi pemesanan berdasarkan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk bahan baku ubi jalar dilakukan 24 kali pemesanan dalam satu tahun, sedangkan berdasarkan sistem pengendalian yang telah ada di UKM Novita membutuhkan 48 kali pemesanan dalam satu tahun. Pada jumlah pemesanan bahan baku ubi jalar dengan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) didapatkan sebesar 2.397,36 kg, dan pada perhitungan pemesanan bahan baku dengan menggunakan perhitungan riel di UKM Novita sebesar 1.178,89 kg dengan selisih pemesanan bahan baku sebesar 1.218,47 kg (50%). Hal tersebut dapat meminimalkan jumlah pemesanan bahan baku ubi jalar di UKM novita. Hal ini sesuai dengan menurut Gozali (2012), dengan melakukan pengendalian persediaan menggunakan metode perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) dapat mengefisiensi biaya persediaan. Metode Economic Order Quantity (EOQ) ini cocok untuk karakteristik di UKM Novita sebagai pengendalian Persediaan bahan baku
50 20,6
ubi jalar. karena, dapat meminimalkan jumlah persediaan bahan baku yang ada di UKM Novita dan mampu meminimalkan frekuensi pemesanan bahan baku ubi jalar. Hasilkan perbandingan pengendalian persediaan menggunakan metode EOQ dan pengendalian persediaan di perusahaan, kemudian dilakukan perhitungan perbandingan total biaya persediaan (Total Inventory Cost). Menurut Ratna (2013), menyatakan bahwa total biaya persediaan (Total Inventory Cost) merupakan biaya yang dikelurkan untuk melakukan persediaan bahan baku yang dipengaruhi oleh besar biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Hasil perbandingan total biaya persediaan (Total Inventory Cost) yang dapat diketahui bahwa metode Economic Order Quantity (EOQ) memperoleh total biaya persediaan (Total Inventory Cost) bahan baku ubi jalar paling rendah yaitu Rp.6.799.435,26 per tahun. Sedangkan total biaya persediaan (Total Inventory Cost) dengan yang digunakan di UKM Novita sebesar Rp. 8.567.606,88 per tahun. Perbandingan tersebut, didapatkan selisih hasil antara total biaya persediaan (Total Inventory Cost) metode Economic Order Quantity (EOQ) dengan kondisi reil di perusahaan sebesar Rp. 1.768.171,62 per tahun (20,6%). Selisih tersebut menyebabkan biaya aktual diperusahaan dengan biaya total EOQ lebih efesien dari kondisi reil aktual di perusahaan. KESIMPULAN 1. Brdasarkan pemesanan bahan baku ubi jalar yang dengan menggunkan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) sebesar 2.397,36 kg. Frekuensi pemesanan bahan baku ubi jalar sebesar 24 kali pemesanan per tahun. Perhitungan ini dilakukan agar perusahaan tidak mengalami kekurangan bahan baku akibat keterlambatan pengiriman bahan baku yang dapat menghambat proses produksi. 2. Besar nilai persediaan pengaman (safety stock) yang diperlukan UKM Novita sebesar 24,09 kg. Perhitungan titik pemesanan kembalai (Reorder Point) UKM Novita harus melakukan pemesanan sebesar 386,81 kg, dengan waktu tenggang (lead time) bahan baku samapai ke pabrik 2 hari. 3. Total biaya persediaan yang dihasilkan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah Rp. 6.799.435,26 per tahun sedangkan total biaya persediaan yang
dihasilkan di UKM Novita adalah sebesar Rp. 8.567.606,88 per tahun. Sehingga di dapatkan selisih sebesar Rp. 1.768.171,62 (20,6%). Saran 1. UKM Novita sebaiknya menerapkan metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam menentukan jumlah ubi jalar yang harus diproduksi untuk memenuhi permintaan carang mas. 2. Perusahaan dapat melakukan perhitungan dengan menggunkan metode EOQ bahkan dapat menggunkan metode MRP. DAFTAR PUSTAKA Dweiri, F. Khan A. S dan Zaidi H. A. S. 2012. Implementation of Inventory Management System in a Furniture Company: A Real Case study. Saudi Arabia. International Journal of Engineering and Technology 2 (8). Hal 1460-1461. Gozali, A. S. 2012. Implementasi Metode Economic Order Quantity (EOQ) pada Sediaan KNOP Jendela UD. IN JA, Samarinda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Surabaya, 1(1). Gruendemann, B. J. dan Billie F. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif Volume 1 Prinsip. EGC. Jakarta. Haming, M dan Nurmajamuddin M. 2007. Manajemen Produksi Modern: Operasi Manufaktur dan Jasa. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Handoko T.H. 2008. Dasar-Dasar Manajemen dan Operasi. Yogyakarta (ID): BPFE. Herjanto, E. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Kedua. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Hal. 8198. Manrique, I. and W. R. 2007. Potential of sweetpotato (Ipomoea batatas) biodiversity as a functional food in the tropics. In Workshop “Functional Foods andMedicinal ProductS Developments from Amazonian Crops” - EULAFF -EMBRAPA WORKSHOP Rio de Janeiro, Brazil. CIP, Rio deJenero, Brazil. Nasution, AH. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Penerbit Guna Widya. Surabaya.
Rangkuti,F. 2007. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis. Penerbit Erlangga. Jakarta. Ratna, N. R. Eman, dan Suswardji, E. (2012). Analisis Pengndalian Persediaan bahan Baku Pada PT Nt Piston Ring Indonesia di Karawang. Jurnal Manajemen Vol. 10 (1). Hal 1081-1082.
Ratnaningsih, Robyanto, C, Made A dan K. 2013. Analisis Persediaan Bahan Baku pada Pabrik Gula Pandji PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero). Jurmal Agribisnis dan Agrowisata 02 (01). Hal 23-31.