SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TNP2K) JAKARTA, MARET 2011 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
SUMBER INFORMASI KEMISKINAN • Proporsi Kemiskinan
SUSENAS (SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL)
• Rumah Tangga Sasaran
PSE 2005 (PENDATAAN SOSIAL EKONOMI)
PPLS 2008 (PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL)
PPLS 2011 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
2
PERKEMBANGAN POPULASI DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 60
54.2
50
60
31.02
32.53
34.96
37.17
39.05
35.1
36.15
37.34
38.39
37.9
38.7
34.5
30
23.4
13.33
14.15
15.42
16.58
17.75
15.97
16.66
17.42
18.19
18.41
17.7
19.14
24.2
20
11.3
13.7
22.5
25.9
15.1
17.4
10
27.2
30 21.6
28.6
20
40
35
40.1
Juta
48
49.5
43.2
40 30
50
10
Populasi Penduduk Miskin (Juta Jiwa) Sumber: Susenas TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1993
1990
1987
1984
1980
0
1976
0
%
Persentase penduduk di bawah garis kemiskinan (%) 3
RUMAH TANGGA DAN PENDUDUK MISKIN 2008 Miskin
%
Dekat Miskin
%
Orang (Juta)
34,96
15,42
70
30,87
Rumah Tangga (Juta)
8,74
-
17,5
-
Garis Kemiskinan
Rp. 182.636
Rp. 219.163
Source: Susenas dan PPLS, 2008
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
4
RUMAH TANGGA NELAYAN - MISKIN DKP
PODES
PPLS 2008
IDENTIFIKASI DAERAH NELAYAN/PESISIR
DAFTAR NAMA DAN ALAMAT RTS YANG TINGGAL DI DAERAH NELAYAN/PESISIR
DAFTAR NAMA DAN ALAMAT RUMAH TANGGA SASARAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
5
STATUS DESA BERDASARKAN PESISIR DAN BUKAN PESISIR MENURUT PROVINSI 100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
PAPUA PABAR MALUT MALUKU SULBAR GORONTALO SULTRA SULSEL SULTENG SULUT KALTIM KALSEL KALTENG KALBAR NTT NTB BALI BANTEN JATIM DI YOGYAKARTA JATENG JABAR DKI JAKARTA KEPRI BABEL LAMPUNG BENGKULU SUMSEL JAMBI RIAU SUMBAR SUMUT NAD
6 Sumber: PODES, 2008 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
PESISIR BUKAN PESISIR
JUMLAH RTS DAN PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI Jumlah RTS Menurut Propinsi, Kategori Kemiskinan dan Wilayah TOTAL RTS
NASIONAL
RTS PESISIR
Sangat Miskin
Miskin
Hampir Miskin
Jumlah
2.990.770
6.829.174
7.668.063
17.488.007
Sangat Miskin
Miskin
Hampir Miskin
390.216
849.674
892.262
Jumlah 2.132.152
Jumlah Penduduk Menurut Propinsi, Kategori Kemiskinan (RTS) dan Wilayah TOTAL PENDUDUK RTS
NASIONAL
PENDUDUK RTS PESISIR
Sangat Miskin
Miskin
Hampir Miskin
Jumlah
Sangat Miskin
Miskin
Hampir Miskin
Jumlah
15.946.165
25.191.946
19.257.928
60.396.039
2.181.028
3.330.827
2.367.613
7.879.468
Sumber: PPLS, 2008
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
7
4,000
3,000
54 487 46 112 39 56 121 144 28 91 11 71 105 253 514 101 75 159 47 116 42 189 10 169 4 138 43 347 155 554 559 142 42135 629 64
PAPUA PABAR MALUT MALUKU SULBAR GORONTALO SULTRA SULSEL SULTENG SULUT KALTIM KALSEL KALTENG KALBAR NTT NTB BALI BANTEN JATIM DI YOGYAKARTA JATENG JABAR DKI JAKARTA KEPRI BABEL LAMPUNG BENGKULU SUMSEL JAMBI RIAU SUMBAR SUMUT NAD
8 Sumber: PPLS, 2008 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
RTS Pesisir Total RTS
3,080
2,000
288
2,500
13 202
-
2,888 2,841
500
25 181 57 75 14 28 65 740 15121 7 597 4 133 39 254 57 257 84 838 68 530
1,000
139 126
3,500
Thousands
RUMAH TANGGA SASARAN DI WILAYAH NELAYAN/PESISIR DAN BUKAN WILAYAH NELAYAN/PESISIR MENURUT PROVINSI
1,500
RTS TINGGAL DI WILAYAH NELAYAN/PESISIR BERDASARKAN STATUS KEMISKINAN MENURUT PROVINSI 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40%
30% 20% 10% 0% PAPUA PABAR MALUT MALUKU SULBAR GORONTALO SULTRA SULSEL SULTENG SULUT KALTIM KALSEL KALTENG KALBAR NTT NTB BALI BANTEN JATIM DI YOGYAKARTA JATENG JABAR DKI JAKARTA KEPRI BABEL LAMPUNG BENGKULU SUMSEL JAMBI RIAU SUMBAR SUMUT NAD SANGAT MISKIN Sumber: PPLS, 2008 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
MISKIN
HAMPIR MISKIN 9
JUMLAH NELAYAN MENURUT PROPINSI, 2009 No.
JUMLAH NELAYAN
Provinsi
PERKIRAAN BURUH NELAYAN
LAUT
UMUM
JUMLAH
LAUT
UMUM
JUMLAH
1
NAD
78,131
2,560
80,691
42,215
380
42,596
2
Sumatera Utara
162,650
21,014
183,664
101,881
4,687
106,568
3
Sumatera Barat
36,453
10,287
46,740
22,028
2,673
24,701
4
Riau
40,056
22,335
62,391
14,124
2,955
17,079
5
Jambi
13,356
11,917
25,273
6,841
1,559
8,400
6
Sumatera Selatan
33,327
70,256
103,583
7,501
14,992
22,493
7
Bengkulu
15,929
3,562
19,491
5,932
1,219
7,151
8
Lampung
38,621
8,073
46,694
17,593
2,697
20,290
9
Kep. Bangka Belitung
73,165
0
73,165
24,764
0
24,764
10
Kepulauan Riau
95,563
0
95,563
23,854
0
23,854
11
DKI Jakarta
65,640
0
65,640
23,845
0
23,845
12
Jawa Barat
69,999
23,829
93,828
17,582
7,042
24,624
13
Jawa Tengah
95,409
29,372
124,781
52,362
6,854
59,216
14
DI Yogyakarta
2,337
2,523
4,860
0
0
0
15
Jawa Timur
278,980
33,179
312,159
124,796
7,024
131,820
16
Banten
21,973
998
22,971
14,964
219
15,183
Sumber: 1) DITJEN PERIKANAN TANGKAP (DATA JUMLAH NELAYAN) 2) BPS (PERKIRAAN BURUH NELAYAN BERDASARKAN HASIL SAKERNAS 2009)
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
JUMLAH NELAYAN MENURUT PROPINSI, 2009 No.
JUMLAH NELAYAN
Provinsi
PERKIRAAN BURUH NELAYAN
LAUT
UMUM
JUMLAH
LAUT
UMUM
JUMLAH
17
Bali
53,664
4,732
58,396
17,480
0
17,480
18
Nusa Tenggara Barat
64,128
3,442
67,570
13,002
1,571
14,573
19
Nusa Tenggara Timur
66,126
0
66,126
21,538
0
21,538
20
Kalimantan Barat
48,367
13,616
61,983
19,132
3,549
22,681
21
Kalimantan Tengah
26,430
33,276
59,706
5,959
7,942
13,901
22
Kalimantan Selatan
51,436
60,636
112,072
15,885
9,750
25,635
23
Kalimantan Timur
151,862
78,001
229,863
28,990
16,197
45,187
24
Sulawesi Utara
57,464
3,592
61,056
26,015
881
26,896
25
Sulawesi Tengah
84,389
749
85,138
20,749
0
20,749
26
Sulawesi Selatan
127,524
10,160
137,684
61,844
923
62,767
27
Sulawesi Tenggara
71,709
3,395
75,104
19,685
557
20,242
28
Gorontalo
23,244
1,249
24,493
5,977
240
6,217
29
Sulawesi Barat
33,698
0
33,698
19,454
0
19,454
30
Maluku
88,778
58
88,836
25,997
58
26,055
31
Maluku Utara
6,498
0
6,498
1,924
0
1,924
32
Irian Jaya Barat
34,742
0
34,742
6,523
0
6,523
33
Papua INDONESIA
57,631 2,169,279
19,877 472,688
77,508 2,641,967
10,554 820,989
6,314 100,282
16,868 921,271
82,11
17,89
100,00
31,07
3,80
34,87
Persentase Sumber:
1) DITJEN PERIKANAN TANGKAP (DATA JUMLAH NELAYAN) 2) BPS (PERKIRAAN BURUH NELAYAN BERDASARKAN HASIL SAKERNAS 2009)
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
KONSEP DEFINISI NELAYAN
NELAYAN adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/ binatang air lainnya/tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat perlengkapan ke dalam perahu/kapal, tidak dimasukkan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap ikan dimasukkan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan. Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan, nelayan diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air
2.
Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Di samping melakukan pekerjaan penangkapan, nelayan kategori ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain.
3.
Nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
PRIORITAS INTERVENSI BIDANG PENDIDIKAN PROVINSI KEPRI:
PENURUNAN ANGKA PUTUS SEKOLAH SD/MI
5 4.5
PRIORITAS 3
Angka Putus Sekolah SD/MI (%)
4
PRIORITAS 1
3.5 3
LINGGA
KARIMUN
2.5 2
BINTAN
1.5
KOTA TANJUNGPINANG
1
PRIORITAS 4
0.5
NATUNA
KOTA BATAM
PRIORITAS 2
0 0
2
4
6
8
10
12
Tingkat Kemiskinan (%) TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
14
16
18
20
PRIORITAS INTERVENSI BIDANG KESEHATAN PROVINSI KEPRI:
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI
Angka Kematian Bayi Per 1000 Kelahiran Hidup (Jiwa)
40
PRIORITAS 3
38
PRIORITAS 1 NATUNA
36 34
KOTA TANJUNGPINANG
32 BINTAN
30
KARIMUN LINGGA
28 26
KOTA BATAM
24
PRIORITAS 2
PRIORITAS 4
22 20 0
2
4
6
8
10
12
Tingkat Kemiskinan (%) TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
14
16
18
20
PRIORITAS INTERVENSI BIDANG KESEHATAN PROVINSI KEPRI:
PREVALENSI BALITA KEKURANGAN GIZI
20 18
PRIORITAS 3
16
Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (%)
LINGGA KARIMUN PRIORITAS 1
14 12 10
NATUNA
BINTAN
8
KOTA TANJUNGPINANG
KOTA BATAM
6 4 PRIORITAS 4
2
PRIORITAS 2
0 0
2
4
6
8
10
12
Tingkat Kemiskinan (%) TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
14
16
18
20
RELEVANSI PERLUNYA UNIFIKASI SISTEM PENARGETAN Terdapat Perbedaan Sistem Penargetan Berkaitan dengan Pemberian Jaminan Sosial: Perlu dibangun satu sistem penargetan yang efektif untuk program penanggulangan kemiskinan. 1.
Data BLT (Proxy Mean Testing) BPS
2.
Data Jamkesmas (“Bottom Up” atau “Community Based”) Kementerian Kesehatan
TUJUAN UNIFIKASI SISTEM PENARGETAN: Meningkatkan Akurasi Pendataan Menciptakan Sistem Unified Database yang Terpadu TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
16
PENARGETAN SASARAN PROGRAM BANTUAN DAN JAMINAN SOSIAL
• Penargetan: memilih kelompok penerima bantuan sosial • Efektif apabila dapat secara tepat memasukkan yang miskin dan mengeluarkan yang tidak miskin. • Kriteria yang digunakan adalah miskin dan tidak miskin. Penggunaan kriteria formal dan informal dapat menyulitkan, formal dapat saja miskin, sebaliknya informal dapat tidak miskin.
Miskin
Tidak Miskin
Menerima Bantuan
Tidak Menerima Bantuan
Exclusion Error
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Inclusion Error
17
EFEKTIVITAS PENARGETAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL SAAT INI 100
•
Urutan Exclusion Error: 1. ASKESKIN 2. Jamkesmas 3. BLT 4. Raskin
•
Urutan Inclusion Error:
Persentase Penerima Bantuan
Garis Penargetan Efektif 75
Raskin
50
25
1. 2. 3. 4.
BLT
Jamkesmas
Askeskin 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Desil Konsumsi Rumah Tangga Sumber: Susenas Diolah. TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Raskin BLT Jamkesmas ASKESKIN
Keterangan: Garis warna hitam adalah penargetan ideal. Semakin besar luas area di sebelah kiri garis ideal dan diatas garis penargetan semakin besar exclusion error. Semakin besar luas area di sebelah kanan garis ideal dan dibawah garis penargetan semakin besar inclusion error. 18
MENUJU PENARGETAN YANG EFEKTIF Menyusun Basis Data Nasional RT Sangat Miskin RT Miskin RT Hampir Miskin
Dilaksanakan terintegrasi oleh BPS Pengalaman berbagai penargetan sebelumnya, antara lain: Jamkesmas
I N P U T
Proses PROSES Proses Pendataan PENDATAAN Pendataan (Dilakukan 3 tahun 2011 2011 sekali terakhir 2008, berikutnya 2011)
Sensus Penduduk digunakan untuk mempertajam sasaran Rumah Tangga yang menjadi sasaran proses pendataan
T A R G E T
Basis Data Terpadu untuk Program Bantuan dan Jaminan Sosial (BDT-PBS) Sebagai basis data nasional Sebagai sumber data bagi Penerima Bantuan Iuran (PBI) Semua Program Jaminan Sosial
TNP2K MELAKUKAN KENDALI MUTU SISTEM PENARGETAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
19
KEUNTUNGAN BASIS DATA NASIONAL • Standardisasi dalam proses pendataan – variabel, prosedur, dll. Sehingga menghindari duplikasi proses kerja. • Tersedianya Basis Data Nasional bagi keperluan Program Jaminan Sosial maupun Bantuan Sosial. • Penyelenggara Program mendapatkan karakteristik RT penerima secara komprehensif – bukan saja variabel yang penting untuk Program terkait. • Kemudahan dalam proses penyesuaian dan pemutakhiran basis data. • Potensi untuk menurun exclusion dan inclusion error dan untuk memastikan bahwa RT miskin mendapat semua program bantuan dan jaminan sosial yang harusnya mereka terima. TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
20
BASIS DATA NASIONAL DAN DATA PENERIMA PROGRAM JAMINAN SOSIAL Basis Data Terpadu untuk Program Bantuan Sosial (BDT-PBS)
Menteri Terkait Menetapkan Kriteria Kepesertaan Program Jaminan Sosial Untuk Masing-Masing Program
• BPS melakukan pendataan pada tahun 2011. Pendataan tersebut akan menghasilkan BASIS DATA TERPADU • Program Bantuan Sosial selanjutnya menetapkan KRITERIA KEPESERTAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL untuk masing-masing program • Kriteria kelayakan ditetapkan oleh Menteri terkait
PBI Program Jaminan Sosial A
PBI Program Jaminan Sosial B
PBI Program Jaminan Sosial C
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
• Program mendapatkan DATA PESERTA PROGRAM yang ditarik (extracted) dari Basis Data Terpadu 21
PERENCANAAN PPLS11 • Dibandingkan dengan data PSE05 dan PPLS08 yang dikumpulkan oleh BPS tahun 2005 dan 2008 sebagai sumber data program bantuan dan jaminan sosial, diharapkan exclusion & inclusion error PPLS11 akan menurun karena akan ada banyak perbaikan, contoh: Kuesioner akan lebih lengkap dan akan termasuk data yang diperlukan sebagai “eligibility kriteria” untuk semua program bantuan sosial Metodologi akan diperbaiki supaya lebih banyak rumah tangga miskin akan disurvei Sosialisasi akan lebih luas Proses/formula proxy-means testing akan diupdate sesuai dengan kondisi dan tingkat kemiskinan di masing-masing daerah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
22
PROSES PENDATAAN MELALUI PPLS11 •
Sedang dilakukan uji coba metode penargetan baru (community targeting, on-demand application, PMT) dan sudah diperoleh hasil dari eksperimen community targeting pada tahun 2009. Hasil dari studi ini akan memberi masukan kepada PPLS11.
•
Pendataan (PPLS) yang dilakukan oleh BPS adalah proses pendataan dan bukan proses untuk menentukan penerima program Basis data yang terbentuk akan berisi sejumlah RTS yang lebih besar dari sebelumnya. Basis data tersebut diharapkan berisi 30-40% penduduk berpenghasilan terendah (30-40% terbawah dari penduduk berdasarkan distribusi konsumsi).
•
Proses PMT akan memakai basis data tersebut untuk mengidentifikasi 4 kategori dari distribusi konsumsi: sangat miskin, miskin, hampir miskin, dan tidak miskin.
•
Penerima program Bantuan dan Jaminan Sosial ditetapkan oleh masingmasing Program dengan mengacu kepada Kriteria Kepesertaan Program Bantuan Sosial, yang ditetapkan oleh Menteri penanggung jawab Program terkait.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
23
TERIMA KASIH
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
24