1
MOTIVASI KONSUMSI TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASINYA (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi
Diajukan Oleh :
Imelda Bancin 050904069
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
2
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi korelasional pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa besar hubungan tersebut dan berarti tidaknya hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. Populasi dalam penelitian ini adalah para wanita di Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia, yang berjumlah 2856 orang per Juni 2009. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 96 orang. Sementara teknik penarikan sampel yang digunakan yaitu Proportional Stratified Random Sampling, dan Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library research) dan Penelitian Lapangan (Field Research). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa tabel tunggal, analisa tabel silang dan uji hipotesa melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman, dengan menggunakan aplikasi Statistical Product and System Solution (SPPS) 16. Dari hasil penelitian ini diperoleh rs sebesar 0,695, untuk melihat kuat lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. Kemudian untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y masih menggunakan aplikasi SPSS 16 serta untuk mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap Y digunakan Uji Determinan Korelasi. Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
3
KATA PENGANTAR
Segala hormat, puji dan syukur hanya bagi Allah Bapa di Surga yang selalu menyertai, menemani dan menopang penulis disetiap waktu. Terima kasih untuk kesempatan yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Berkat-Nya yang melimpah atas diri penulis selama ini membuat penulis dapat bertahan dan berjalan hingga sejauh ini. Kasih dan pertolonganNya nyata dalam kehidupan penulis. Untaian terima kasih dari dasar hati yang terdalam penulis persembahkan kepada keluarga tercinta, Bapak M. Sihotang yang memberikan inspirasi dan teladan bagi penulis, Ibu U. Radjagoekgoek atas kasih, doa, cinta dan semangat di sepanjang perjalanan hidup penulis. Kepada saudara-saudara penulis; abang tercinta Nicholas Y. Guslovesky Sihotang dan adik tersayang Ian Christopher Sihotang untuk perhatian dan dukungannya. Bahkan kata-kata takkan mampu melukiskan betapa besar kasih sayang yang penulis rasakan kepada kalian semua. Skripsi yang berjudul Motivasi Konsumsi Terhadap Musik di Radio dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya ini dibuat sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan dan perolehan gelar sarjana penulis dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Komunikasi, Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
4
2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Fatma Wardy, M.A selaku Dosen Pembimbing peneliti yang banyak memberi masukan, bimbingan dan dorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini 4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si selaku Dosen Wali penulis selama masa perkuliahan kurang lebih empat tahun. 5. Pihak Rektorat USU yang telah banyak membantu khususnya dalam memperoleh data yang penting untuk mengerjakan skripsi ini. 6. Keluarga besar Sihotang dan Radjagoekgoek dimanapun berada, yang selalu mendukung penulis dalam doa. 7. Sahabat-sahabat terbaik penulis; Agustina, Anne Griselda, Christine Margaret, Gustinawati, Ichram, Meta Lince, Risa Agista, Rotua Nuraini, Rudi Darmawan, Senja Melani, Tri Anggreini, yang selalu siap membantu, memberi dorongan dan yang selalu setia mendengarkan setiap keluhan dan hambatan penulis. Penulis sangat bersyukur bisa mengenal kalian semua. 8. Sahabat-sahabat peneliti; Mida Lishanata, Bornok Yanthi, Rebecca Dwinita, Immanuel Barus, untuk setiap masukan, motivasi dan bantuannya. 9. Seluruh mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini, yang berasal dari jurusan lain, terutama Elsa Bella dan Ichram serta responden lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. 10. Teman-teman Komunikasi 04 yang sudah selesai, masih dan terus berjuang dalam menyelesaikan skripsinya. Terutama kepada Nina E. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
5
Ginting, terima kasih atas bantuannya untuk mengajari penulis saat penggunaan program SPSS 15.0. 11. Teman-teman di Gereja GEKISIA Medan yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan sehingga penulis tetap semangat mengerjakan skripsi. Tuhan memberkati. 12. Kak Cut, Rottua Nuraini dan Maya yang selalu ada di Departemen yang dengan setia membantu penulis dalam menyelesaikan urusan administrasi. 13. Semua Pihak yang secara tidak sadar telah ikut membantu menyelesaikan tugas akhir ini, peneliti mengucapkan terimakasih banyak Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, peneliti dengan rendah hati meminta saran dan masukan yang bisa membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada setiap pembacanya.
Medan, Desember 2009 Penulis,
Imelda Bancin
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
6
DAFTAR ISI Abstraksi .................................................................................................... i Kata Pengantar ........................................................................................... ii Daftar Isi ..................................................................................................... v Daftar Tabel dan Gambar .......................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
I.2.
Perumusan Masalah ............................................................. 6
I.3.
Pembatasan Masalah ........................................................... 6
I.4.
Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian ....................................................... 7 I.4.2. Manfaat Penelitian ..................................................... 7
I.5.
Kerangka Teori .................................................................... 8 I.5.1. Teori Uses and Gratifications..................................... 8 I.5.2. Komunikasi dan Komunikasi Massa .......................... 11 I.5.3. Motif Penggunaan Media ........................................... 12 I.5.4. Televisi dan tayangan reality show ............................. 13
I.6.
Kerangka Konsep ................................................................ 14
I.7.
Model Teoritis ..................................................................... 15
I.8.
Operasional Variabel ........................................................... 16
I.9.
Definisi Operasional Variabel ............................................. 17
I.10.
Hipotesis .............................................................................. 20
BAB II II.1.
URAIAN TEORITIS Teori Uses and Gratifications .............................................. 22 II.1.1. Kritik Teori Manfaat dan Gratifikasi ...................................
28
II.1.2. Perkembangan Terkini dalam Penelitian Manfaat dan Gratifikasi ............................................................................ 29 II.2.
Komunikasi Massa dan Komunikasi Massa .......................
30
II.3.
Motif Penggunaan Media ..................................................... 36
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
7
II.4.
BAB III
Televisi dan tayangan reality show ..................................... 39
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................... 41 III.2. Metodologi Penelitian ......................................................... 41 III.2.1 Metode Penelitian ……………………………….. III.2.2 Lokasi Penelitian III.3. Populasi dan Sampel ............................................................ 42 III.3.1 Populasi III.3.2 Sampel III.4. Teknik Penarikan Sampel ..................................................... 46 III.4.1 Proportional Sampling III.4.2 Purposive Sampling III.4.3 Accidental Sampling III.5. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 47 III.6. Teknik Analisis Data ........................................................... 47 III.6.1 Analisis Tabel Tunggal III.6.2 Analisis Tabel Silang III.6.3 Uji Hipotesa
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ......................................... 51 IV.1.1. Langkah-langkah Pengumpulan Data IV.2. Proses Pengolahan Data ..................................................... 52 IV.3. Analisa Tabel Tunggal ........................................................ 53 IV.3.1. Karakteristik Responden ......................................... 53 IV.3.2. Motivasi konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show di Televisi 55 IV.3.3. Pemenuhan Kebutuhan Informasi Tentang Musik .. 83 IV.4. Analisa Tabel Silang ........................................................... 101 IV.5. Uji Hipotesa ........................................................................ 105 IV.6. Pembahasan ........................................................................ 109 Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
8
BAB V
PENUTUP
V.1.
Kesimpulan ............................................................................111
V.2.
Saran ......................................................................................112
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
9
BAB I PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan
kebudayaannya, media mengalami kemajuan pula melalui alat komunikasi yang dipergunakannya. Semua digunakan untuk memuaskan penggunanya yang heterogen dengan jangkauannya yang sangat luas. Televisi sebagai salah satu bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang juga sudah menunjukkan perannya dalam kehidupan. Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media massa umumnya mempunyai fungsi yang sama. Sebagai alat memberikan informasi (fungsi informatif), artinya melalui isinya seseorang dapat mengetahui, memahami sesuatu. Sebagai alat yang mendidik (fungsi edukatif), artinya isinya dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan moral seseorang. Sebagai alat menghibur (fungsi entertaintment), yakni melalui isinya seseorang dapat terhibur, menyenangkan hatinya, memenuhi hobinya, dan mengisi waktu luangnya (Munthe, 1996:11). Sebagai salah satu media elektronik, televisi mempunyai sifat-sifat khas yang dapat dijadikan sebagai kekuatan yang dimilikinya dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Banyaknya televisi dengan berbagai
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
10
macam harga serta tampilan yang semakin menarik disertai dengan beraneka ragam jenis tayangan membuat masyarakat pada umumnya memiliki perangkat elektronik yang satu ini. Saat ini acara reality show merupakan perangkat yang mendominasi dunia hiburan televisi. Hampir tidak dapat ditemui sebuah stasiun televisi tidak memiliki sebuah acara reality show. Reality show adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknikteknik pascaproduksi lainnya (www.wikipedia.co.id/reality_show_acara). Acara realitas biasanya menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak, atau yang perbaikan kondisi barang kepemilikan seperti perbaikan rumah atau perbaikan mobil sampai halnya memperbaiki rumah tangga yang sedang dirudung prahara. Adanya pro dan kontra mengenai tayangan reality show ini sudah seringkali terjadi. Dan tidak tanggung-tanggung, KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) pun sudah sampai turun tangan dikarenakan banyaknya laporan dari masyarakat bahwa tayangan tersebut sangat layak untuk ditonton. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menegur empat program reality show televisi yaitu Dibayar Lunas, Termehek-mehek, Orang ke-3 dan Face to Face, karena Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
11
melanggar ketentuan. Hal itu dikatakan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Pusat Fetty Fajriati Misbach. Ia mengatakan Termehek-mehek dan Orang ke-3 yang ditayangkan Trans TV, dan Face to Face yang ditayangkan ANTV ditegur karena menyiarkan acara yang mengandung kekerasan dan kata-kata kotor. Sedangkan program reality show Dibayar Lunas yang ditayangkan pada Sabtu, 6 Juni 2009 pukul 17.30 WIB di RCTI ditegur karena dianggap mengeksploitasi orang miskin. Program ini dinilai mengeksploitasi orang miskin, tidak mendidik dan tidak manusiawi. Anggota Dewan Pers Bekti Nugroho mengatakan tayangan reality show yang menawarkan kesedihan membuat masyarakat menjadi melankolis dan pesimistis. Tayangan itu membangun generasi yang rapuh, tidak mengerti bagaimana berjuang. Masyarakat menjadi bingung dengan yang benar dan salah. Sementara itu, perwakilan ANTV Edi mengatakan program reality show mendapatkan perhatian besar dari masyarakat, iklan pun tinggi, sehingga memberikan keuntungan kepada industri televisi. Senada dengan Edi, perwakilan Trans Coorporation Panca mengatakan, reality show memberikan keuntungan kepada masyarakat (www.kompas.com) Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tidak mempersoalkan tayangan untuk kisah-kisah kehidupan (reality show) di sejumlah televisi swasta nasional sepanjang tidak menyalahi UU tentang Penyiaran dan tidak mendramatisasi fakta. Kalau tidak melanggar UU Penyiaran, KPI tidak mempersoalkan. Tetapi KPI tentu harus mengingatkan pengelola televisi yang menyelenggarakan tayangan seperti itu agar tidak melanggar ketentuan UU. Undang-undang tentang penyiaran memang tidak secara khusus mengatur tayangan reality show, tetapi tayanganImelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
12
tayangan itu sebaiknya tidak mendramatisasi fakta. Kalau memang fakta bolehboleh saja dan memang tidak diatur dalam UU tentang Penyiaran, tetapi diharapkan tidak mengemas fakta dengan cara-cara yang mendramatisasi. Pengelola stasiun televisi juga diharapkan jujur kepada masyarakat. Selain memberi tahu masyarakat bahwa tayangan itu sudah atas persetujuan pihak-pihak terkait, sebaiknya ada pemberitahuan kepada masyarakat mengenai tayangan itu sudah diwarnai rekayasa atau dramatisasi atau murni seperti apa adanya. Reality show di televisi akhir-akhir ini menjadi perhatian masyarakat. Sejumlah televisi menayangkan tayangan-tayangan tersebut dalam berbagai versi dan fakta. Kalau masyarakat merasa dirugikan maka kita tegur atau dijatuhkan sanksi tegas oleh KPI. Bahkan ada yang sudah dihentikan, ada pula yang kita hentikan sementara. Sanksi-sanksi itu sebagai bagian dari terapi kejut agar tayangan-tayangan di televisi tidak melanggar ketentuan dan tidak merugikan masyarakat.(www.antaranews.com) Acara reality show yang saat ini sedang tren adalah memperbaiki hubungan rumah tangga pada sebuah keluarga. Para ibu-ibu rumah tangga pun cukup antusias dalam menyaksikan acara reality show ini. Terlebih, para pemainnya menutup wajah mereka dengan menggunakan topeng sehingga acara menjadi semakin atraktif. Nama acara ini adalah Masihkah Kau Mencintai ku? Permasalahan hidup dalam rumah tangga pasangan suami-istri terkadang terlalu pelik untuk bisa diselesaikan oleh mereka sendiri. mereka yang berkonflik bersama keluarga masing-masing. Disamping itu ada psikolog dan pakar yang kompeten di
bidang
perkawinan sehingga
pendapatnya
bisa dijadikan
pertimbangan bagi pasangan yang sedang bermasalah (www.rcti.tv) Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
13
Tayangan serupa juga cukup tinggi ratingnya yakni Curhat dengan Anjasmara
yang
ditayangkan
di
stasiun
televisi
TPI
(www.wikipedia.co.id/reality_show_acara_rating). Sisi yang berbeda dari reality show ini karena para pelapor, korban ataupun yang menjadi objek pelabrakan tersebut tidak memakai topeng seperti acara ”Masihkan Kau Mencintaiku?”. Mereka lebih blak-blakan dan cenderung sering berakhir dengan perkelahian. Reality show yang bergenre tentang kehidupan pribadi seseorang memang lebih banyak peminatnya dibandingkan dengan reality show yang bergenre lebih ceria yakni acara musik seperti Happy Song, pencarian jodoh seperti Take Me out maupun ajang pencarian bakat seperti Indonesian Idol, KDI ataupun Mamamia. Ketertarikan para pemirsa akan reality show yang bergenre demikian disebabkan, para penonton masih sangat tertarik denganhal-hal yang berhubungan dengan kehidupan pribadi seseorang, dan biasanya kasus yang dibahas dalam reality show tersebut cukup mengena dengan kehidupan sehari-hari para pemirsa setianya (www.kompas.com). Cukup mengejutkan juga, ternyata tayangan yang berisikan aib dalam suatu keluarga memiliki rating yang cukup tinggi dibandingkan dengan acara reality show bergenre musik atau sejenisnya, hampir berkisar 63% (www.kpi.go.id/rating_siaran). Penelitian ini akan dilakukan di kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. Adapaun alasan peneliti melakukan penelitian disana adalah karena berdasarkan hasil survey pra penelitian diketahui bahwa para masyarakat di wilayah ini sangat menyukai tayangan reality show di televisi, dan hampir menjadi aktifitas harian untuk tidak melewatkan acara reality show favoritnya.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
14
Dari uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti sejauhmana hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. I.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : ”Sejauhmana hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia?”
I.3
Pembatasan Masalah Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah : a. Penelitian ini menganalisis motivasi konsumsi dan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia terhadap tayangan reality show yang disiarkan diberbagai stasiun televisi yang ada di Indonesia. b. Reality show yang peneliti teliti adalah Termehek-mehek, Masihkah Kau Mencintaiku?, Orang ketiga, Bukan Sinetron, Curhat Anjasmara, Lemon Tea (Asam Manis Cinta). c. Objek penelitian adalah para ibu masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
15
d. Penelitian dilakukan pada bulan September 2009.
I.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui apa saja motivasi konsumsi dikalangan masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia terhadap tayangan reality show di televisi. b. Untuk mengetahui apakah kebutuhan informasi akan hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan dalam sebuah keluarga terpenuhi. c. Untuk mengetahui intensitas menonton acara reality show dikalangan masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. d. Untuk mengetahui apakah wawasan masyarakat meningkat khususnya tentang kehidupan berkeluarga melalui tayangan reality show di televisi. e. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. I.4.2
Manfaat Penelitian
a. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
16
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penelitian. c. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada siapa saja yang memiliki perhatian terhadap media literasi dan kapitalisasi media. I.5
Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan ttitik tolak atau landasan berpikir
dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39). Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6). Dalam penelitian ini, teori – teori yang dianggap relevan diantaranya adalah Pendekatan Uses and Gratification, Komunikasi dan Komunikasi massa Motif Penggunaan Media, serta Televisi dan Reality Show. I.5.1 Teori Uses and Gratifications Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past, yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan : “Apa yang
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
17
dilakukan media untuk khalayak? (What do the media do to people?)”. (Rakhmat, 2004:65). Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebuthan pribadi dan sosial khalayak. Khalayak dianggap secara aktif dengan sengaja menggunakan media untuk memenuhi keutuhannya dan mempunyai tujuan. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggnaan (uses) isi media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas pemenuhan kebutuhan seseorang. Dari sinilah timbul istilah uses and gratifications (penggunaan dan pemenuhan kebutuhan). Sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu (Ardianto dan Erdinaya, 2004:71). Dengan demikian, kebutuhan individu merupakan titik awal kemunculan teori ini. Dari gambaran Katz tersebut dijelaskan bahwa pada dasarnya terdapat motivasi tertentu ketika seseorang memilih media A atau media B untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat harapan-harapan dari media yang dipilihnya yang ingin dipuaskannya setelah mengkonsumsi media yang dipilihnya tersebut. Ketika pemenuhan kebutuhan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkannya, maka individu tersebut kemudian akan mencari lagi media tersebut untuk memuaskan kembali kebutuhan yang terpenuhi dari media tersebut. Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut (Effendy, 2003:294) : Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
18
1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif) yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan.
2. Affective needs (Kebutuhan Afektif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. 3. Personal Intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif) Yaitu
kebutuhan
yang
berkaitan dengan
peneguhan kredibilitas,
kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan da kebutuhan akan hiburan. Dalam keaktifan khalayak dalam kehidupannya sehari-hari, terlihat mereka membutuhakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka yakni melalui penggunaan media seperti membaca surat kabar yang mereka sukai, menonton acara televisi, atau mendengarkan musik favoritnya, dll. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
19
Pendekatan uses and gratifications sebenarnya juga tidak baru. Di awal dekade 1940-an dan 1950-an para pakar melakukan penelitian mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses and gratifications telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja di Amerika, tetapi juga di Inggris, Finanldia, Swedia, Jepang, dan negara-negara lain. Operasionalisasi. Ketika sampai pada operasionalisasi, model ini telah menimbulkan berbagai macam penjabaran. Di bawah uses and gratifications, grand theory, bermacam-macam teori berlindung dan berdebat satu sama lain. Empat model telah dibuat: model Linne dan Van Feilitzen, model Windahl, model Rosengren, serta model McLeod dan Becker (Rakhmat, 2004:66). 1.5.2 Komunikasi dan Komunikasi Massa Dari berbagai macam cara komunikasi yang dilakukan di dalam masyarakat manusia, salah satu bentuknya adalah komunikasi massa. Komunikasi massa dapat diartiakan dalam dua cara yakni pertama, komunikasi oleh media dan kedua komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti komuniksai massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khlayak, dan demikian pula sebaliknya khalayak pun memilih – milih media (Rivers, 2003:18). Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
20
Karakteristik ataupun ciri-ciri dari komunikasi massa adalah (Liliweri ,1991:34) : a. Komunikator terlembagakan b. Pesan bersifat umum c. Komunikannya anonim dan terlembagakan d. Media massa menimbulkan keserempakan e. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan f. Komunikasi massa bersifat satu arah g. Stimulasi alat indra terbatas h. Umpan balik tertunda
1.5.3 Motif Penggunaan Media Motif berasal dari bahasa Latin, movere yang artinya bergerak atau to move. Motif berarti kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat sesuatu/merupakan driving force (Bianca dalam Walgito,1997) Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasanalasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu (Ardiyanto, 2004:87). Pada dasarnya “motif” dan ‘motivasi’ artinya hampir sama hanya berbeda pada penempatan kalimat saja. Menurut Kartini kartono motivasi adalah sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seorang untuk berbuat;atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia (Kartini, 2002:147). Dengan kata lain motivasi adalah dorongan terhadap seseorang agar mau Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
21
melaksanakan sesuatu. Dorongan disini adalah desakan alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup. Dari definisi tersebut, motif jika dihubungan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang menggunakan media. Dalam
Rakhmat
(2004:219)
disebutkan
bahwa
siaran
yang
menggabungkan unsur hiburan dengan informasi, dan bukan hanya ceramah yang membosankan telah berhasil memberikan efek kepada khalayak seperti menanamkan pengetahuan, pengertian, keterampilan, kepercayaan atau informasi Motivasi setiap orang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan individu yang berbeda pula. Dalam penelitan ini kebutuhan yang dimaksudkan adalah kebutuhan kognitif, karena kebutuhan ini berkaitan dengan usaha-usaha untuk menambah informasi dan pengetahuan khususnya dibidang hiburan akan kehidupan. Hal ini berkaitan dengan keadaan warga masyarakat yang dianggap paling aktif dan tertarik untuk mengikuti acara reality show yang isinya menyangkut kehidupan sehari-hari dan terasa dekat dengan diri mereka..
1.5.4 Televisi dan tayangan reality show Media massa merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi massa. Media massa yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “mass media” yang bermakna alat penghubung. Media massa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna sarana atau saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menybarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Sarana komunikasi itu dapat berupa surat kabar, majalah, buku, radio, dan televisi. Jadi media massa
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
22
mengarah kepada alat yang di pergunakan untuk menyampaikan informasi (Junus, 1996 : 28) Bentuk media massa yang lain adalah media massa elektronik seperti televisi. Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving pictures). Para penonton di rumah – rumah tidak mungkin menangkap siaran TV, kalau tidak ada unsur – unsur radio. Dan tidak mungkin dapat melihat gambar – gambar yang bergerak pada layar pesawat TV, jika tidak ada unsur – unsur film. Televisi terdiri dari istilah “ tele ” yang berarti jauh dan “ visi “ yang berarti pengelihatan. Daya tarik yang terdapat pada televisi disebabkan selai memiliki unsur – unsur kata – kata, musik dan sound effect,TV juga memiliki unsur audiovisual berupa gambar yang bergerak (Effendi 1993 : 174 – 177). Reality show adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasilokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pascaproduksi lainnya (www.wikipedia.co.id/reality_show_acara).
I.6
Kerangka Konsep Agar
konsep-konsep
dapat
diteliti
secara
empiris,
maka
harus
dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:49).
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
23
Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam memutuskan hipotesis (Nawawi, 1991:40). Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (X) Adalah sejumlah gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur yang lain (Nawawi,1991:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi. 2. Variabel Terikat (Y) Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1991:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan informasi pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. 3. Variabel Antara (Z) Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1991:58). Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan diantara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.
I.7
Model Teoritis
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
24
Gambar 1.Model Teoritis Anteseden
Karakteristik Responden
I.8
Motif
Penggunaan Media
Motivasi Konsumsi Tayangan Reality Show
Televisi
efek
Pemenuhan Kebutuhan Informasi Hiburan
Variabel Operasional Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat
dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yakni sebagai berikut: Tabel 1. Operasional Variabel No Variabel Teoritis 1 Variabel Bebas (X) Motif Konsumsi (tayangan reality show)
Variabel Operasional 1.
Intensitas menonton tayangan reality show di televisi
2.
Frekuensi menonton tayangan reality show di televisi
3. Waktu menonton 2
Variabel Terikat (Y) Pemenuhan Kebutuhan Informasi hiburan
1. Jenis kebutuhan : •
Kebutuhan Kognitif a. Peneguhan b. pengetahuan
•
Kebutuhan Afektif a. senang b. kepuasan
•
Kebutuhan Pribadi Secara Integratif
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
25
a. Kredibilitas b. Stabilitas •
Kebutuhan Sosial Secara Integratif a. Peneguhan Kontak Keluarga b. Peneguhan Kontak Rekan c. Peneguhan Kontak Dunia
•
Kebutuhan Pelepasan a. Tekanan b. Ketegangan
2 . Mengetahui perkembangan reality show - Tema-tema - Genre acara - Segmentasi 3. Kejelasan informasi dari pembawa acara 3
Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden
4. Pemilihan stasiun televisi 1 Usia 2. Penghasilan 3. Pekerjaan
I.9
Defenisi Operasional Defenisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai
cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional merupakan sutu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
26
1. Variabel Bebas (Motivasi konsumsi tayangan reality show di televisi) a. Intensitas menonton tayangan reality show, yaitu rata – rata waktu yang habis digunakan oleh warga saat menonton tayangan reality show di televisi. b. Frekuensi menonton tayangan reality show di televisi, yaitu seberapa sering warga menonton tayangan reality show di televisi. c. Waktu menonton, yaitu saat responden menonton tayangan reality show di televisi apakah pagi, siang, sore atau malam hari. 2. Variabel Terikat (Pemenuhan Kebutuhan Informasi Hiburan) a. Motif menonton tayangan reality show di televisi, yaitu dorongan atau alasan yang menggerakkan warga untuk mengkonsumsi tayangan reality show di televisi. Dalam hal ini motif terbagi menjadi : -
Kebutuhan Kognitif, yaitu kebutuhan informasi yang dilakukan oleh
warga terhadap hiburan di televisi.. •
Peneguhan, yaitu peneguhan yang dilakukan oleh warga terhadap tayangan reality show di televisi.
•
Pengetahuan, yaitu pengetahuan yang diperoleh warga setelah menonton tayangan reality show di televisi.
-
Kebutuhan Afektif, yaitu kebutuhan warga yang berkaitan dengan
peneguhan pengalaman yang estetis, menyenangkan terhadap tayangan reality show di televisi. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
27
•
Senang, yaitu sikap senang yang dimiliki oleh warga terhadap tayangan reality show di televisi.
•
Kepuasan, yaitu rasa puas dari dalam diri warga karena terpenuhi kebutuhan informasi dari tayangan reality show di televisi.
-
Kebutuhan Pribadi Secara Integratif, yaitu kebutuhan warga akan
harga diri terhadap tayangan reality show di televisi. •
Kredibilitas, yaitu kepercayaan warga terhadap perkembangan tayangan reality show di televisi.
•
Stabilitas, yaitu sikap stabil warga dalam menonoton tayangan reality show di televisi.
-
Kebutuhan Sosial Secara Integratif, yaitu kebutuhan warga terhadap jiwa sosial terhadap tayangan reality show di televisi.
•
Peneguhan kontak keluarga, yaitu peneguhan warga terhadap lingkungan keluarga setelah menonton tayangan reality show di televisi.
•
Peneguhan kontak rekan, yaitu peneguhan warga terhadap lingkungan rekan-rekan setelah menonton tayangan reality show di televisi.
•
Penguhan kontak dunia, yaitu peneguhan warga terhadap dunia setelah menonton tayangan reality show di televisi.
- Kebutuhan Pelepasan, yaitu kebutuhan pelepasan dalam diri warga setelah menonton tayangan reality show di televisi. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
28
•
Tekanan, yaitu pelepasan tekanan dari dalam diri warga setelah menonton tayangan reality show di televisi.
•
Ketegangan, yaitu pelepasan ketegangan dari dalam diri warga setelah menonton tayangan reality show di televisi.
b. Mendapatkan informasi perkembangan reality show, yaitu kepuasan dalam mendapatkan informasi tentang tayangan reality show terbaru. Dalam hal ini perkembangan reality show meliputi tema-tema, genre dan segmetasi. c. Kejelasan informasi dari pembawa acara, yaitu informasi yang disampaikan oleh pembawa acara dapat dimengerti dengan jelas. d. Pemilihan stasiun televisi, yaitu stasiun televisi yang yang dipilih sesuai selera responden. 3. Variabel Antara (Karakteristik Responden) a. Usia, adalah tingkatan umur responden. b. Penghasilan, adalah rataan pendapatan dari mata pencaharian responden. c. Pekerjaan, adalah mata pencaharian responden.
I.10
Hipotesis Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa
ditinggalkan karena merupakan instrument kerja dari teori (Singarimbun,
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
29
1995:43). Hipotesa adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1991:44). Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : Tidak terdapat hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di TV dan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia. Ha : Terdapat hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di TV dan pemenuhan kebutuhan informasinya pada masyarakat Kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
30
BAB II URAIAN TEORITIS
II.1
Teori Uses and Gratifications Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan
sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah Uses and Gratifications. Model Uses and Gratifications untuk pertama kali dijelaskan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artikel sebagai reaksinya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagai persuasi. Dia menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian komunikasi sampai waktu itu diarahkan kepada penyelidikan efek kampanye persuasi pada khalayak. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan Apa yang dilakukan media untuk khalayak (What do the media do to people?). Model uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak (Effendy, 2003:289). Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past (Swanson, 1979), yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sini timbul istilah uses and gratifications, penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Dalam asumsi ini tersirat pengertian Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
31
bahwa komunikasi massa berguna (utility); bahwa komunikasi media diarahkan oleh motif (intentionality); bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivty); dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn). Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi. Konsep dasar model ini diringkas oleh para pendirinya Katz, Blumer, dan Gurevitch. Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam media lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat-akibat yang tidak dikehendaki. Model uses and gratificatons dapat dilukiskan seperti terlihat pada gambar dibawah ini : Gambar 2. Model “Uses and Gratifications”
Anteseden
Motif
-Variabel
-Personal
individual -variabel lingkungan
-Diversi -Personal identity
Penggunaan Media
Efek
- Hubungan
-Kepuasan
- Macam isi
-Pengetahuan
- Hubungan dengan isi
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
32
Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalkan dengan berbagai cara: unfungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial, atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasistescapist, atau gratifikasi segera-tertangguhkan), empat fungsional (diversi, hubungan personal, identitas personal dan surveillance; atau surveillance(bentuk-bentuk pencarian informasi), korelasi, hiburan, transmisi budaya) dan multifungsional. Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, sebagai depedensi media, dan sebagai pengetahuan (Rakhmat, 2004:65). Banyak orang membaca karena merasa bahwa hal itu berterima secara sosial, dan sebagian orang merasa bahwa surat kabar merupakan hal yang tak tergantikan dalam mencari informasi mengenai berbagai persoalan yang ada didunia. Namun demikian, banyak juga yang mencari pelarian, relaksasi hiburan, dan prestise sosial. Orang-orang ini mengerti bahwa kesadaran akan persoalanpersoalan umum sangat berharga dalam percakapan. Sebagaian yang lain mencari bantuan untuk kehidupan sehari-hari mereka dengan membaca materi berkenaan dengan mode, resep makanan, ramalan cuaca maupun informasi bermanfaat lainnya.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
33
Apa yang mendorong kita untuk menggunakan media? Mengapa kita senang acara X dan membeci acara Y? Bila anda kesepian mengapa anda lebih senang mendengarkan musik klasik dalam radio daripada membaca novel? Apakah media massa berhasil memenuhi kebutuhan kita? Inilah di antara sekian banyak pertanyaan yang berkenaan dengan uses and Gratification. Teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Teori menekankan bahwa khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atau kebutuhan seseorang. Katz, Blumer & Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori uses and gratifications, (Ardianto, 2004:70). yaitu : 1. Khalayak dianggapa aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media masa diasumsikan mempunyai tujuan. 2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak. 3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan. 4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
34
Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khlayak. Dalam literatur tentang manfaat dan gratifikasi ada beberapa cara mengklasifikasikan kebutuhan dan gratifikasi audien. Sebagian mengatakan soal gratifikasi langsung dan gratifikasi terabai (Schramm, Lyle, dan Parker, 1961). Peneliti lain menyebutkan sebagai informatif-mendidik dan khayali-pelarian – hiburan. McQuail, Blumler, dan Brown (1972), berdasarkan penelitian mereka di Inggris, mengusulkan kategori-kategori berikut : 1. Pengalihan – pelarian dari rutinitas dan masalah; pelepasan emosi. 2. Hubungan Personal – manfaat sosial informasi dalam percakapan; pengganti media untuk kepentingan perkawanan. 3. Identitas Pribadi atau psikologi individu – penguatan nilai atau penambah keyakinan; pemahaman –diri; eksplorasi realitas; dan sebagainya. 4. Pengawasan – informasi mengenai hal-hal yang mungkin memengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang melakukan atau menuntaskan sesuatu (Saverin, 2007:356). Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut: 1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif) yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
35
hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2. Affective needs (Kebutuhan Afektif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalamanpengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional. 3. Personal intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif) Yaitu
kebutuhan
yang
berkaitan
dengan
peneguhan
kredibilitas,
kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan da kebutuhan akan hiburan (Effendy, 2003:294).
Teori Uses and Gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini (Nurudin, 2004:183) :
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
36
Lingkungan Sosial - ciri – ciri demografis - keanggotaan dalam kelompok - ciri – ciri kepribadian
Kebutuhan - kognitif - afektif - integrasi sosial - integrasi personal - escapism
Sumber non media - keluarga dan teman - hubungan inter personal - hobi - istirahat dll Sumber Media - jenis media - isi media - terpaan media - konteks sosial terhadap terpaan media
Fungsi Media - pengawasan - hiburan - identitas diri - itegrasi diri
II.1.1. Kritik Teori Manfaat dan Gratifikasi Pendekatan manfaat dan gratifikasi telah memicu sejumlah kritik, terutama karena tidak bersifat teoritis, karena masih kabur dalam mendefinisikan konsepkonsep utama (misalnya, ”kebutuhan”), dan karena pada dasarnya tak lebih dari sebuah strategi pengumpulan data. Salah satu kritik pendekatan manfaat dan gratifikasi adalah bahwa pendekatan ini terlalu sempit fokusnya, yaitu pada individu (Elliot, 1974). Pendekatan ini bersandar pada konsep-konsep psikologis seperti kebutuhan, dan mengabaikan struktur sosial maupun tempat media itu berada dalam struktur tersebut. Salah satu jawaban atas kritik ini datang dari Robin dan Windahl (1986), yang telah mengusulkan suatu sintesis antara pendekatan manfaat dan gratifikasi dengan teori ketergantungan (Ball-Rokeach dan DeFleur, 1976). Model manfaat dan ketergantungan mereka (Rubin dan Windahl) menempatkan individu di dalam
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
37
sistem-sistem kemasyarakatan yang membantu membentuk kebutuhan-kebutuhan mereka. Perspektif pendekatan manfaat dan gratifikasi juga dikritik oleh para penulis yang memiliki perhatian pada persoalan hegemoni media. Mereka mengatakan bahwa terlalu jauh kiranya jika dikatakan bahwa orang bebas memilih agenda media maupun interpretasi-interpretasi sesuai kehendak mereka (White, 1994). Menurut penulis itu, pesan-pesan media massa cenderung memperkuat pandangan kebudayaan yang dominan, dan audien merasa sukar untuk mengelak (Saverin, 2007:358).
II.1.2 Pekembangan Terkini dalam Penelitian Manfaat dan Gratifikasi Kadang-kadang para pengguna media bersikap selektif dan rasional dalam memproses pesan-pesan media, namun pada saat yang lain mereka memanfaatkan media untuk bersantai atau sebagai tempat pelarian. Perbedaan jenis maupun tingkat aktivitas audien mungkin juga merupakan akibat dari efek-efek media. Arah baru lainnya difokuskan pada manfaat media untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Misalkan saja, salah satu kemungkinan manfaat media adalah untuk mengatasi rasa kesepian. Canary dan Spitzberg (1993) menemukan bukti yang mendukung manfaat ini, namun kaitannya tergantung pada kadar kesepiannya. Mereka menemukan bahwa manfaat media yang paling besar dalam mengatasi kesepian adalah dalam kondisi sepi secara situasional, atau mereka yang kesepian untuk sementara waktu. Mereka menemukan manfaat media yang tidak begitu besar untuk mengatasi kesepian pada kondisi sepi secara kronis, atau mereka yang merasa kesepian dalam jangka waktu bertahun-tahun. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
38
Penjelasan atas temuan ini agaknya adalah bahwa mereka yang sepi secara kronis merekatkan sifat-sifat kesepian mereka pada faktor-faktor internal dan dengan tidak meyakini bahwa komunikasi itu dengan sendirinya akan menjadi pelepasan (Saverin, 2007:363).
II.2
Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Massa
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat. Secara
etimologis
atau
menurut
asal
katanya
komunikasi
atau
communication dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana 2002:41). Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia . karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia atau dalam sering kali disebut komunikasi sosial atau social communication. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
39
Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi antarmanusia, dinamakan komunikasi sosial karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarakat terjadinya komunikasi. Secara paradigmatis, komunikasi adalahproses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pandapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media (Effendy, 2004:4). Menurut Harold D. Lasswel,
bahwa cara terbaik untuk menjelaskan
kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “who says what in which channel to whom with what effect?. Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni : -
Komunikator (communicator, source, sender)
-
Pesan (message)
-
Media (channel, media)
-
Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)
-
Efek (effect, impact, influence)
Jadi berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu Effendy (2004: 10). Adapun fungsi dari komunikasi (Effendy, 2004: 8), adalah sebagai berikut: b. Menyampaikan informasi (to inform) c. Mendidik (to educate)
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
40
d. Menghibur (to entertain) e. Mempengaruhi (to influence) Adapun tujuan dari komunikasi, adalah sebagai berikut: a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change) d. Perubahan sosial (social change)
Dari berbagai macam cara komunikasi dilaksanakan dalam masyarakat manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu sendiri pada satu sisi mengandung pengertian suatu proses dimana organisai media memproduksi dan menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari digunakan dan dikonsumsi oleh audience (Sendjaja, 2002:21). Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi massa). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain, massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa di sini menunjuk kepada khalayak, audience, penonton, pemirsa atau pembaca. Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam Liliweri (1991), bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
41
yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Defenisi paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner(1980), yaitu komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi itu harus menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran, dan televisi keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah- keduanya disebut sebgai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa adalah bioskop. (Ardianto, 2004:3). Sedangkan menurut Jay Black dan Fredrick C. Whitney (1988), komunikasi massa dalah sebuah proses dimana pesan – pesan yang diperoleh secara masal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen. Banyak definisi dari komunikasi massa yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli komunikasi. Tetapi, dari sekian banyak definisi itu ada benang merah kesamaan definisi satu sama lain. Melalui definisi itu dapat diketahui karakteristik dari komunikasi massa, yaitu : 1. Komunikator Terlembagakan. Komunkator dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang. Artinya, gabungan ntar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. 2. Pesan Bersifat Umum. Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. 3. Komunikatornya Anonim dan Heterogen. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
42
4.
5.
6.
7.
8.
Komunikator tidak mengenal komunikasn (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikasn komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda. Media Massa Menimbulkan Keserempakan. Komunikasi massa itu ada keserempakandalam proses penyebaran pesanpesannya.serempak disini berbarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Komunikasi mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikasn pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Stimuli Alat Indra ”Terbatas” Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran, khalayak hanya mendengar. Sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. Umpan Balik Tertunda (Delayed) Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan (Ardianto 2004:7). Menurut Wright (1959) dalam buku Teori Komunikasi (Savrin, 2007:4),
perubahan teknologi baru menyebabkan perubahan dalam defenisi komunikasi yang mempunyai tiga ciri yaitu: 1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim. 2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara. 3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
43
Fungsi komunikasi media massa sebagai bagian dari komunikasi massa terdiri atas: 1. Fungsi Pengawasan Berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. Pengawasan dan kontrol sosial dapat dilakukan untuk aktivitas preventif untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Fungsi persuasif sebagai upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat sesuai dengan apa yang dilakukannya. 2. Fungsi Sosial Learning Melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. 3. Fungsi Penyampaian Informasi Yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Yang memungkinkan informasi dari sebuah institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat. 4. Fungsi Transformasi Budaya Komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. 5. Hiburan Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa, jadi fungsi-fungsi hiburan
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
44
yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Adapun efek komunikasi massa oleh Lavidge dan Steiner, 1961 terdiri atas enam langkah yang dikelompokkan dalam tiga dimensi atau kategori-kategori berikut: kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif berhubungan dengan pengetahuan kita tentang segala sesuatu, afektif berhubungan dengan sikap kita terhadap sesuatu dan konatif berhubungan dengan tingkah laku kita terhadap sesuatu (Saverin, 2007:16).
II.3
Motif Penggunaan Media Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu.
Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasanalasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Perbuatan dan tingkah laku manusia tentu sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Dari definisi tersebut, motif jika dihubungkan dengan konsumsi media berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan orang menggunakan media dan tujuannya menggunakan media tersebut. Seleksi terhadap media yang dilakukan oleh khalayak disesuaikan dengan kebutuhan dan motif. Seleksi media ini berlaku untuk semua jenis media baik media cetak ataupun elektronik. Keinginan dan kebutuhan masing-masing individu berbeda dari waktu kewaktu dan dari tempat ke tempat, sehingga motif juga berbeda-beda. Motif seseorang bisa bersifat tunggal, bisa juga bergabung. Misalnya motif seseorang Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
45
mendengarkan musik di radio adalah untuk menghibur diri (motif tunggal), namun dapat juga sekaligus sebagai pengisi waktu luang (motif bergabung). Melihat berbagai motif yang berbeda antara orang perorang, maka intensitas tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi pun berbeda sesuai dengan jenis motifnya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi seseorang semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang bersangkutan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tak sesuai dengan motivasinya (Ardianto, 2004:87). Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, istirahat. (2) motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasala dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. Motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat. Misalnya, keinginan mendengarkan musik. (3) motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya, seperti ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari (Uno, 2007:3). Berkaitan dengan pengertian motivasi, beberapa psikolog menyebut motivasi sebagai konstruk hipotesis yang digunakan untuk menjelaskan keinginan, arah, intensitas, dan keajegan perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Dalam motivasi tercakup konsep-konsep, seperti kebutuhan untuk berpretasi, kebutuhan berafiliasi, kebiasaan dan keingintahuan seseorang terhadap sesuatu. Dari segi taksonomi, motivasi berasal dari kata “movere” dalam bahasa Latin, yang artinya bergerak. Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
46
berbagai definisi tentang motivasi antara lain adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan dan insentif. Dengan demikian suatu motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan motif itulah yang mengerahkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi masing-masing anggota organisasi yang bersangkutan. Dapat dikatakan bahwa motivasi didefinisikan, terdapat tiga komponen utamanya yaitu: kebutuhan, yang merupakan segi pertama dari motivasi, timbul dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Dorongan, merupakan usaha pemenuhan kekurangan secara terarah. Dorongan sebagai segi kedua motivasi, berorientasi pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan oleh seseorang. Segi ketiga motivasi adalah tujuan. Tujuan adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Tercapainya tujuan akan mengurangi atau bahkan menghilangkan dorongan tertentu untuk berbuat sesuatu (Siagian, 1995:142). Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa, dan pada saat yang sama kebutuhan ini juga dapat dipuaskan oleh sumber – sumber lain selain media massa. Contohnya jika kita menginginkan kesenangan media massa akan memberi hiburan, kita mengalami goncangan batin media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan, kita kesepian media massa berfungsi sebagai sahabat. Tentu saja, hiburan, ketenangan dan persahabatan dapat juga diperoleh dari sumber-sumber lain seperti kawan, hobi, atau tempat ibadat. Namun ada juga yang beranggapan bahwa media massa hanya memenuhi Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
47
satu kebutuhan saja, yaitu memuaskan keinginan melarikan diri atau hasrat bermain (menurut Stephenson). Kaarle Nordenstreng menyebutkan bahwa motif dasar untuk menggunakan media adalah kebutuhan akan kontak sosial. Berdasarkan aliran psikologi motivasional, William J. McGuire membagi motif dalam dua kelompok besar, yaitu kognitif dan afektif. Motif kognitif menekankan pada kebutuhan manusia akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat ideasional tertentu. Sedangkan motif afektif menekankan aspek perasaan dan kebutuhan mencapai tingkat emosional tertentu (Rakhmat, 2001,207).
II.4
Televisi dan Tayangan Reality Show Media massa merupakan alat bantu utama dalam proses komunikasi
massa. Media massa yang dalam bahasa Inggris disebut dengan kata “mass media” yang bermakna alat penghubung. Media massa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna sarana atau saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menybarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas. Sarana komunikasi itu dapat berupa surat kabar, majalah, buku, radio, dan televisi. Jadi media massa mengarah kepada alat yang di pergunakan untuk menyampaikan informasi (Junus, 1996 : 28) Bentuk media massa yang lain adalah media massa elektronik seperti televisi. Televisi adalah paduan radio (broadcast) dan film (moving pictures). Para penonton di rumah – rumah tidak mungkin menangkap siaran TV, kalau tidak ada unsur – unsur radio. Dan tidak mungkin dapat melihat gambar – gambar yang bergerak pada layar pesawat TV, jika tidak ada unsur – unsur film. Televisi terdiri Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
48
dari istilah “ tele ” yang berarti jauh dan “ visi “ yang berarti pengelihatan. Daya tarik yang terdapat pada televisi disebabkan selai memiliki unsur – unsur kata – kata, musik dan sound effect,TV juga memiliki unsur audiovisual berupa gambar yang bergerak (Effendi 1993 : 174 – 177). Reality show adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pameran. Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasilokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pascaproduksi lainnya (www.wikipedia.co.id/reality_show_acara).
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelurahan Anggrung, kecamatan Medan Polonia, Medan. Kelurahan ini memiliki luas wilayah 0,34 HA. Merupakan wilayah bantaran sungai dan rawan banjir. Potensi sumber daya manusianya adalah memiliki total penduduk sebanyak 2.856 jiwa, dengan tingkat pendidikan tertinggi hanyalah tamatan SD/sederajat. Mata pencaharian utama adalah pegawai negeri sipil dan juga pegawai swasta. Suku yang terdata dalam kelurahan ini adalah batak karo, jawa, melayu, aceh, keturunan cina dan keturunan india, dengan mayoritas suku yang ada adalah suku batak karo. Agama yang dianut para penduduk yakni islam, katolik, protestan, hindu dan budha. Agama yang mendominasi adalah kristen protestan. III.2
Metodologi Penelitian Metode dalam pembuatan penelitian ini menggambarkan tentang tata cara
pengumpulan data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang ada dalam kegiatan ilmiah. Metodologi merupakan hal yang penting untuk menentukan secara teoritis teknik operasional yang dipakai sebagai pegangan dalam mengambil langkah – langkah sehingga diketahui tentang: III.2.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional adalah metode yang berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau gejala yang lebih khusus dalam penjelasan antara dua Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
50
objek. Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa besar eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. III.2.2 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kelurahan kampung Anggrung kecamatan Medan Polonia, Medan. III.3
Populasi dan Sampel
III.3.1 Populasi Populasi dapat diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan. Udara gejala, nilai, peristiwa, sikap, hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.(Bungin, 2005:100). Populasi terdiri dari para warga di kelurahan kampung Anggrung kecamatan Medan Polonia, Medan yang berjumlah 2856 jiwa/Juni 2009 (sumber data: sistem pendataan profil kelurahan).
No Lingkungan
Laki-
Perempuan
Total
laki 1
I
396
407
803
2
II
453
449
902
3
III
334
317
651
4
IV
354
583
937
5
V
480
351
831
6
VI
217
380
597
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
51
Tabel 2.
7
VII
warga
Total
507
369
876
2741
2856
5597
Jumlah
kelurahan kampung Anggrung Medan Polonia
III.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian populasi yang diambil dengan cara tertentu (Nawawi, 2001 : 144). Dalam buku yang berjudul Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Arikunto (2002 : 120). Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini, maka digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% yaitu sebagai berikut : n=
N
N (d ) + 1 2
(Kriyantono, 2006 : 160) Keterangan : n = Sampel N = Populasi d = Presisi Berdasarkan data yang ada maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak : n
=
2856 2856(0,1) 2 + 1
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
52
=
2856 28,56 + 1
=
2856 29,56
=
96,61 =
96 orang
Jadi, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berjumlah 96 orang. Selanjutnya setelah melihat jumlah populasi yang terdiri dari beberapa kelas, yakni lingkungan I, lingkungan II, lingkungan III, lingkungan IV, lingkungan V, lingkungan VI dan lingkungan VII. Agar sampel penelitian dianggap representatif maka dalam penarikan sampel digunakan rumus sebagai berikut: n=
n1 x n N
Keterangan : n1 = Jumlah mahasiswa tiap kelas n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
Tabel 3. Sampel penelitian
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
53
Lingkungan
Populasi wanita
Penarikan
Sampel
Sampel I
II
III
IV
V
407 407x96 2856
14
449x96 2856
15
317x96 2856
11
583x96 2856
20
449
317
583
351 351x96 2856
VI
VII
380
380x96 2856
13
369x96 2856
12
369
Total
III.4
11
96
Teknik Penarikan Sampel
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
54
1. Proportional Sampling Sampel acak stratifikasi proporsional dipakai untuk populasi yang heterogen, berbeda dalam hal karaketristik populasi, seperti tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, usia, atau jenis kelamin. Untuk menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi terlebih dahulu dalam lapisan (strata) yang seragam (Eriyanto, 1999: 95). Teknik
penarikan
sampel ini bertujuan untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen. Keuntungan teknik ini adalah dapat memperoleh secara jelas mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam strata yang seragam, dan dari setiap lapisan dapat diambil secara acak. 2. Purposive Sampling Pengambilan sampling dengan tekhnik yang disesuaikan dengan tujuan penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Kriyantono, 2006:154). Adapun Kriteria sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah: Para wanita di kelurahan kampung Anggrung yang mengetahui dan menonton sebuah reality show yang ditayangkan di seluruh televisi nasional.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
55
3. Accidental Sampling Tehnik ini adalah memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel. Tehnik ini digunakan jika peneliti merasa kesulitan untuk menemui responden atau karena topik yang diteliti adalah persoalan umum di mana semua orang mengetahuinya (Kriyantono, 2006:156). III.5
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Yaitu penelitian yang dilakukakan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data yang meliputi kegiatan survey di lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melalui kuesioner. III.6
Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis ke dalam beberapa bentuk penyajian yaitu :
1. Analisis Tabel Tunggal Merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
56
frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari kolom, sejumlah frekuensi dan presentase untuk setiap kategori (Singrimbun, 1995 : 266). 2. Analisis Tabel Silang Merupakan salah satu tekhnik yang dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya. Sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Singarimbun, 1995 : 273). 3. Uji Hipotesa Yaitu pengujian data statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, maka digunakan rumus Korelasi Rank-Order (Spearman’s Rho Rank-Order Correlations). rho = 1-
6∑ d 2
(
)
N N 2 −1
Di mana : Rs (rho) = koefisien korelasi rank order Angka 1 = angka satu ; yaitu bilangan konstan Angka 6 = angka enam ; yaitu bilangan konstan d
= perbedaan antara pasangan jenjang
∑
= sigma atau jumlah
N
= jumlah individu dalam sampel
(Kriyantono, 2006 : 174-175) Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
57
Selanjutnya, untuk mengukur kekuatan derajat hubungan, digunakan nilai koefisien korelasi sebagai berikut (Rachmat Kriyantono, 2006 : 168-169). Kurang dari 0,20 : Hubungan rendah sekali; lemas sekali 0,20-0,39
: Hubungan rendah tapi pasti
0,40-0,70
: Hubungan yang cukup berarti
0,71-0,90
: Hubungan yng tinggi; kuat
Lebih dari 0,90
: Hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat
diandalkan. Untuk menguji tingkat signifikasi korelasi, jika n>0, digunakan rumus t test pada tingkat signifikansi 0,05 sebagai berikut : t=
n−2 1− r2
(Kriyantono, 2006:175)
Keterangan : t
= nilai t hitung
Rs/rho = nilai koefisien korelasi n
= jumlah sampel
Jika t hitung > t tabel , maka hubungannya signifikan Jika t hitung < t tabel , maka hubungannya tifak signifikan Kemudian tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan hubungan antara variabel X dan Y, yaitu dengan rumus : Kp
= (rs)2
x
100%
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
58
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data Peneliti menempuh beberapa tahapan penelitian dalam pengumpulan data. Tahapan tersebut sebagai berikut :
IV.1.1. Langkah-langkah pengumpulan data 1. Langkah pertama dalam penelitian ini, peneliti melakukan pra penelitian dilokasi penelitian yang bertempat di kelurahan kampung Anggrung kecamatan Medan Polonia, Medan. Kemudian peneliti menyusun proposal penelitian. Perbaikan proposal penelitian, kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan untuk kemudian diteruskan dengan pembuatan kuesioner. 2. Langkah kedua, studi kepustakaan. Dalam tahap penelitian ini, peneliti melanjutkan dengan studi kepustakaan di perpustakaan guna mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan judul penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti yakni: MOTIVASI KONSUMSI TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASINYA (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia). 3. Pelaksanaan pengumpulan data. Melakukan penyebaran kuesioner dalam waktu ±10 hari.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
59
IV.2
Proses Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan setelah peneliti selesai mengumpulkan data
dari 96 responden. Adapun tahapan pengolahan data tersebut adalah : 1. Penomoran Kuesioner Penomoran kuesioner yaitu memberikan nomor urut kuesioner sebagai pengenal, yakni mulai dari 1-96. 2. Editing Editing yaitu proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian dalam kotak kode yang disediakan. 3. Coding Coding yaitu proses pemindahan jawaban-jawaban responden ke kotak kode yang telah disediakan di kuesioner dalam bentuk angka (score). 4. Inventarisasi Variabel Inventarisasi variabel yaitu data mentah yang diperoleh dan dimasukkan ke dalam lembar Fotron Cobol (FC) sehingga memuat seluruh data dalam satu kesatuan. 5. Menyediakan Kerangka Tabel Banyaknya kerangka tabel minimal sejumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner, maksimal sesuai dengan kebutuhan analisis kerangka tabel ini dilengkapi dengan nomor tabel, judul tabel, kolom vertikal dan horizontal, kategori dan indikator, frekuensi, persen dan jumlah. Fungsi kerangka tabel ini untuk mewadahi sebaran data dalam penelitian.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
60
6. Tabulasi Data Tabulasi data yaitu memindahkan variabel responden dari lembar Fotron Cobol (FC) ke dalam kerangka tabel. Adapun tabel yang disajikan berbentuk tabel tunggal. Penyebaran data dalam tabel secara rinci melalui kategori, frekuensi, persentase, dan selanjutnya di analisa.
IV.3. Analisa Tabel Tunggal IV.3.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden perlu disajikan untuk lebih mengetahui latar belakang responden. Adapun karakteristik umum yang dianggap relevan dengan penelitian ini meliputi usia responden, penghasilan responden dan pekerjaan responden. Selengkapnya data tersebut dapat dilihat pada tabel yang dimulai dari tabel 2 sampai dengan tabel 4. Tabel 4 Usia No 1 2 3 4 5
Usia <25 tahun 25-35 tahun 35-45 tahun
F 61 19 8
% 63.5 19.8 8.3
45-55 tahun >55 tahun Total
3 5 96
3.1 5.2 100.0
P1/FC.3 Dari tabel 2 diatas diketahui mengenai usia para responden. Responden yang berusia <25 tahun sebanyak 61 orang (63,5%), responden yang berusia 2535 tahun sebanyak 19 orang (19,8%), responden yang berusia 35-45 tahun sebanyak 8 orang (8,3%), responden yang berusia 45-55 tahun sebanyak 3 orang (3,1%), dan responden yang berusia >55 tahun sebanyak 5 orang (5,2%). Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
61
Hal ini berarti bahwa mayoritas responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berusia <25 tahun yang ditunjukkan dengan adanya persentase sebesar 63,5% atau sebanyak 61 orang responden. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia tersebut tingkat konsumsi akan tayangan reality show masih sangat diminati. Tabel 5 Penghasilan No 1 2 3 4
Penghasilan
F 2 8
% 2.1 8.3
Rp.500.000,- Rp.1.000.000,> Rp.1.000.000,-
47 39
49.0 40.6
96
100.0
Total
P2/FC.4 Dari tabel 3 diatas diketahui mengenai penghasilan para responden. Sebanyak 2 orang responden (2,1%) berpenghasilan
responden
(49%)
berpenghasilan
Rp.500.000,-Rp.1.000.000,-,
dan
sebanyak 39 orang (40,6%) responden berpenghasilan >Rp. 1.000.000,-. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini memiliki tingkat penghasilan berkisar antara Rp.500.000Rp.1.000.000,-
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
62
Tabel 6
Pekerjaan No 1 2 3
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga PNS
F 12 12
% 12.5 12.5
Pegawai Swasta
28
29.2
4
Buruh harian/kasar Lain-lain
3 41
3.1 42.7
Total
96
100.0
5
P3/FC.5 Berdasarkan tabel 4 di atas diketahui mengenai pekerjaan para responden. Sebanyak 12 orang responden (12,5%) adalah ibu rumah tangga, sebanyak 12 orang responden (12,5%) adalah Pegawai Negeri Sipil, sebanyak 28 orang responden (29,2%) adalah pegawai swasta, sebanyak 3 orang responden (3,1%) adalah buruh harian/kasar dan sebanyak 41 orang responden (42,7) menjawab pekerjaan mereka lain-lain (diluar empat pekerjaan diatas). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini yakni sebesar 42,7 % atau sebanyak 41 orang responden memiliki pekerjaan lain-lain seperti mahasiswa, guru atau pedagang.
IV.3.2 Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality show di Televisi Pada bagian ini, data yang disajikan yakni segala sesuatu yang berhubungan dengan motivasi konsumsi terhadap tayangan Reality show di Televisi. Selengkapnya data tersebut dapat dilihat pada tabel yang dimulai dari tabel 5 sampai dengan tabel 17.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
63
Tabel 7 Tingkat keseringan menonton reality show No 1 2 3 4
Tingkat keseringan menonton reality show Tidak pernah
F
%
5
5.2
kadang-kadang (2-3 hari seminggu) Sering (4-5 hari seminggu) Sangat sering (Setiap hari)
63 22 6
65.6 22.9 6.2
Total
96
100.0
P4/FC.6 Berdasarkan tabel 5 di atas diketahui mengenai tingkat keseringan menonton reality show di televisi. Sebanyak 5 orang responden (5,2%) menjawab tidak pernah, sebanyak 63 orang responden (65,6%) menjawab kadang-kadang (23 hari seminggu), sebanyak 22 orang responden (22,9%) menjawab sering (4-5 hari seminggu) dan sebanyak 6 orang responden (6,2%) menjawab sangat sering (setiap hari). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki tingkat keseringan meonton reality show pada taraf kadang-kadang (2-3 hari seminggu). Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 65,6% atau sebanyak 63 orang responden. Keseringan ini disebabkan karena jadwal bekerja yang tidak sesuai dengan jadwal penayangan reality show tersebut ataupun karena alasan lainnya.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
64
Tabel 8 Alasan menonton reality show karena hobi No 1 2 3 4
Alasan menonton reality show karena hobi Tidak setuju Kurang setuju
F
%
5 63
5.2 65.6
setuju
22
22.9
sangat setuju Total
6 96
6.2 100.0
P.5.1/FC.7 Berdasarkan tabel 6 di atas diketahui mengenai alasan menonton reality show dikarenakan hobi. Sebanyak 5 orang responden (5,2%) menjawab tidak setuju, sebanyak 63 orang responden (65,6%) menjawab kurang setuju, sebanyak 22 orang responden (22,9%) menjawab setuju dan sebanyak 6 orang responden (6,2%) menjawab sangat setuju dengan alasan menonton reality show dikarenakan hobi. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan kurang setuju dengan alasan menonton reality show karena hobi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 65,6% atau sebanyak 63 responden. Kekurangsetujuan ini dimungkinkan karena ada alasan lain yang lebih relevan. Tabel 9 Alasan menonton reality show karena tekanan No
F
%
1 2
Alasan menonton reality show karena tekanan Tidak setuju Kurang setuju
18 31
18.8 32.3
3 4
setuju sangat setuju
39 8
40.6 8.3
96
100.0
Total
P.5.2/FC.8
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
65
Berdasarkan tabel 7 di atas diketahui mengenai alasan menonton reality show untuk melepas tekanan/tegangan. Sebanyak 18 orang responden (18,8%) menjawab tidak setuju, sebanyak 31 orang responden (32,8%) menjawab kurang setuju, sebanyak 39 orang responden (40,6%) menjawab setuju dan sebanyak 8 orang responden (8,3%) menjawab sangat setuju dengan alasan menonton reality show untuk melepas tekanan/tegangan. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju dengan alasan menonton reality show untuk melepas tekanan/tegangan. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 40,6% atau sebanyak 39 responden. Dengan menonton tayangan reality show maka segala ketegangan berubah menjadi sedikit rileks. Tabel 10 Alasan menonton reality show karena mengisi waktu luang No 1 2 3 4
Alasan menonton reality show karena mengisi waktu luang Tidak setuju
F
%
4
4.2
Kurang setuju setuju sangat setuju
9 66 17
9.4 68.8 17.7
Total
96
100.0
P5.3/FC.9 Berdasarkan tabel 8 diatas diketahui mengenai alasan menonton reality show untuk mengisi waktu luang. Sebanyak 4 orang responden (4,2%) menjawab tidak setuju, sebanyak 9 orang responden (9,4%) menjawab kurang setuju, sebanyak 66 orang responden (68,8%) menjawab setuju dan sebanyak 17 orang responden (17,7%) menjawab sangat setuju dengan alasan menonton reality show untuk mengisi waktu luang. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
66
Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju dengan alasan menonton reality show untuk mengisi waktu luang. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 68,8% atau sebanyak 66 responden. Kegiatan menonton reality show hanya merupakan kegiatan sekadarnya saja dan tidak menjadi rutinitas harian. Tabel 11 Alasan menonton reality show karena sekedar hiburan No 1 2 3 4
Alasan menonton reality show karena sekedar hiburan Tidak setuju Kurang setuju
F
%
9 1
9.4 1.0
setuju sangat setuju Total
56 30 96
58.3 31.2 100.0
P5.4/FC.10 Berdasarkan tabel 9 diatas diketahui mengenai alasan menonton reality show hanya sekedar hiburan. Sebanyak 9 orang responden (9,4%) menjawab tidak setuju, sebanyak 1 orang responden (1%) menjawab kurang setuju, sebanyak 56 orang responden (58,3%) menjawab setuju dan sebanyak 30 orang responden (31,2%) menjawab sangat setuju dengan alasan menonton reality show hanya sekedar hiburan. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju dengan alasan menonton reality show hanya sekedar hiburan saja. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 58,3% atau sebanyak 56 responden. Kegiatan menonton reality show memang dapat dikategorikan sebuah kegiatan yang cukup memberikan suatu nilai hiburan.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
67
Tabel 12 Alasan memilih tayangan reality show karena suka dengan kasusnya No 1 2 3 4
Alasan memilih reality show karena suka dengan kasusnya Tidak setuju
F
%
16
16.7
Kurang setuju setuju sangat setuju
34 45 1
35.4 46.9 1.0
96
100.0
Total
P6.1/FC.11 Berdasarkan tabel 10 diatas diketahui mengenai alasan memilih sebuah tayangan reality show dikarenakan suka dengan cerita setiap kasus. Sebanyak 16 orang responden (16,7%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 34 orang responden (35,4%) menyatakan kurang setuju, sebanyak 45 orang responden (46,9%) menyatakan setuju dan hanya ada 1 orang responden (1%) yang menyatakan sangat setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena suka dengan kasusnya. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena suka dengan cerita setiap kasusnya. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 46,9% atau sebanyak 45 orang responden. Kesukaan akan tayangan reality show yakni kasusnya yang terkadang cukup unik, investigatif ataupun menegangkan.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
68
Tabel 13 Alasan memilih reality show karena informasi tentang kehidupan klien No 1 2 3 4
Alasan memilih reality show karena informasi tentang kehidupan klien Tidak setuju Kurang setuju
F
%
11 37
11.5 38.5
setuju
47
49.0
sangat setuju Total
1 96
1.0 100.0
P6.2/FC.12 Berdasarkan tabel 11 diatas diketahui mengenai alasan memilih sebuah tayangan reality show dikarenakan informasi tentang kehidupan kilen ataupun target. Sebanyak 11 orang responden (11,5%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 37 orang responden (38,5%) menyatakan kurang setuju, sebanyak 47 orang responden (49%) menyatakan setuju dan hanya ada 1 orang responden (1%) yang menyatakan sangat setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena informasi tentang kehidupan klien ataupun target. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena informasi tentang kehidupan target ataupun klien. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 49% atau sebanyak 47 orang responden. Kesukaan akan tayangan reality show yakni informasi mengenai sang target ataupun klien yang terkadang cukup mencengangkan di akhir tayangan.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
69
Tabel 14 Alasan memilih reality show karena kepuasan batin No 1 2 3 4
Alasan memilih reality show karena kepuasan batin Tidak setuju Kurang setuju
F
%
31 34
32.3 35.4
setuju
31
32.3
Sangat setuju Total
0 96
0 100.0
P6.3/FC.11 Berdasarkan tabel 12 diatas diketahui mengenai alasan memilih sebuah tayangan reality show dikarenakan kepuasan batin. Sebanyak 31 orang responden (32,3%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 34 orang responden (35,4%) menyatakan kurang setuju, sebanyak 31 orang responden (32,3%) menyatakan setuju dan tidak ada responden (0%) yang menyatakan sangat setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena kepuasan batin. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan kurang setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena kepuasan batin. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 35,4% atau sebanyak 34 orang responden. Kepuasan batin tidak akan didapatkan hanya dengan menonton tayangan yang bersifat reality show mungkin karena tayangan sinetron dianggap lebih mampu memuaskan batin para responden yang merupakan para penonton televisi.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
70
Tabel 15 Alasan memilih reality show karena pengaruh keluarga No 1 2 3 4
Alasan memilih reality show karena pengaruh keluarga Tidak setuju Kurang setuju
F
%
28 32
29.2 33.3
setuju
35
36.5
sangat setuju Total
1 96
1.0 100.0
P6.4/FC.14 Berdasarkan tabel 13 diatas diketahui mengenai alasan memilih sebuah tayangan reality show dikarenakan pengaruh keluarga. Sebanyak 28 orang responden (29,2%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 32 orang responden (33,3%) menyatakan kurang setuju, sebanyak 35 orang responden (36,5%) menyatakan setuju dan hanya ada 1 responden (1%) yang menyatakan sangat setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena pengaruh keluarga. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena pengaruh keluarga. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 36,5% atau sebanyak 35 orang responden. Terkadang ketika kita di rumah dan akan menonton sebuah acara di televisi, kita menonton secara bersama dengan keluarga. Hal tersebutlah yang memungkinkan bahwa dalam penelitian ini para responden menonton sebuah tayangan reality show karena pengaruh dari keluarga.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
71
Tabel 16 Alasan memilih reality show karena pengaruh teman No 1 2 3 4
Alasan memilih reality show karena pengaruh teman Tidak setuju Kurang setuju
F
%
29 29
30.2 30.2
setuju
34
35.4
sangat setuju Total
4 96
4.2 100.0
P6.5/FC.15 Berdasarkan tabel 14 diatas diketahui mengenai alasan memilih sebuah tayangan reality show dikarenakan pengaruh teman. Sebanyak 29 orang responden (30,2%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 29 orang responden (30,2%) menyatakan kurang setuju, sebanyak 34 orang responden (35,4%) menyatakan setuju dan ada 4 orang responden (4,2%) yang menyatakan sangat setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena pengaruh teman. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena pengaruh teman. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 35,4% atau sebanyak 34 orang responden. Teman merupakan bagian dari kelompok sosial kita, oleh sebab itu dalam suatu kelompok tentunya sebuah pengaruh cukup besar perananannya contohnya saja dalam pemilihan sebuah tayangan reality show.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
72
Tabel 17 Alasan memilih reality show karena pengaruh lingkungan No 1 2 3 4
Alasan memilih reality show karena pengaruh lingkungan Tidak setuju Kurang setuju
F
%
30 38
31.2 39.6
setuju
28
29.2
Sangat setuju Total
0 96
0 100.0
P6.6/FC.16 Berdasarkan tabel 15 diatas diketahui mengenai alasan memilih sebuah tayangan reality show dikarenakan pengaruh lingkungan. Sebanyak 30 orang responden (31,2%) menyatakan tidak setuju, sebanyak 38 orang responden (39,6%) menyatakan kurang setuju, sebanyak 28 orang responden (29,2%) menyatakan setuju dan tidak ada responden (0%) yang menyatakan sangat setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena pengaruh lingkungan. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan kurang setuju dengan alasan memilih sebuah tayangan reality show karena pengaruh lingkungan. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 39,6% atau sebanyak 38 orang responden. Para responden berpikir bahwa lingkungan memang penting dalam kehidupan, tetapi mereka kurang setuju bahwa untuk hal-hal seperti pemilihan suatu tayangan reality show juga ditentukan oleh lingkungan.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
73
Tabel 18 Intensitas dalam menonton tayangan reality show No
1 2 3 4
Intensitas dalam menonton tayangan reality show > 30 menit
F
%
25
26.0
30 menit - 1 jam 1 jam-2 jam > 2 jam
56 13 2
58.3 13.5 2.1
96
100.0
Total
P7/FC.17 Berdasarkan tabel 16 diatas diketahui mengenai intensitas menonton tayangan reality show. Sebanyak 25 orang responden (26%) menjawab > 30 menit, sebanyak 56 orang responden (58,3%) menjawab 30 menit-1 jam, sebanyak 13 orang responden (13,5%) menjawab 1-2 jam dan 2 orang responden (2,1%) yang menjawab lebih dari 2 jam menonton tayangan reality show di televisi. Maka dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa itnensitas menonton mereka adalah 30 menit -1 jam. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 58,3% atau sebanyak 56 orang responden. Hal ini dimungkinkan karena biasanya tayangan sebuah reality show memiliki durasi minimal 1 jam dan ada juga yang hampir 4 jam penanyangan. Tabel 19 Frekuensi menonton televisi No 1 2 3 4
Frekuensi menonton televisi 1 kali sehari 2 kali sehari
F 24 44
% 25.0 45.8
3 kali sehari lebih dari 3 kali sehari
11 17
11.5 17.7
Total
96
100.0
P8/FC.18
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
74
Berdasarkan tabel 17 diatas diketahui mengenai frekuensi menonton televisi dalam sehari. Sebanyak 24 orang responden (25%) menjawab 1 kali sehari, sebanyak 44 orang responden (45,8%) menjawab 2 kali sehari, sebanyak 11 orang responden (11,5%) menjawab 3 kali sehari dan 17 orang responden (17,7%) yang menjawab lebih dari 3 kali sehari menonton televisi. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa frekuensi menonton mereka adalah 2 kali sehari. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 45,8% atau sebanyak 44 orang responden. Alasan iini diberikan dengan fakta bahwa kegiatan menonton mereka di pagi hari ketika bersiap akan beraktifitas dan malam hari ketika setelah selesai beraktifitas.
IV.3.3 Pemenuhan Kebutuhan Informasinya Pada bagian ini, data yang disajikan yakni segala sesuatu yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan informasinya. Selengkapnya data tersebut dapat dilihat pada tabel yang dimulai dari tabel 18 sampai dengan tabel 39. Tabel 20 Mengetahui permasalahan keluarga melalui reality show No 1 2 3 4
Mengetahui permasalahan keluarga melalui reality show tidak tahu kurang tahu
F
%
20 33
20.8 34.4
tahu
43
44.8
Sangat tahu Total
0 96
0 100.0
P9.1/FC.19 Berdasarkan tabel 18 diatas mengenai pengetahuan permasalahan dalam sebuah keluarga melalui reality show. Sebanyak 20 orang responden (20,8%) Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
75
menjawab tidak tahu, sebanyak 33 orang responden (34,4%) menjawab kurang tahu, sebanyak 43 orang responden (44,8%) menjawab tahu dan tidak ada responden (0%) yang menjawab sangat tahu tentang
permasalahan keluarga
melalui tayangan reality show. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan tahu akan permasalahan dalam sebuah keluarga melalui tayangan reality show. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 44,8% atau sebanyak 43 orang responden. Permasalahan tiap-tiap keluarga berbeda satu dengan lainnya, namun dengan adanya tayangan reality show yang mengupas tentang permasalahan dalam suatu keluarga akan memberikan suatu pelajran baru ketika keluarga kita menghadapi masalah seperti itu. Tabel 21 Mengetahui kisah asmara melalui reality show No 1 2 3 4
Mengetahui kisah asmara melalui reality show tidak tahu kurang tahu tahu
F
%
16 29 50
16.7 30.2 52.1
sangat tahu Total
1 96
1.0 100.0
P9.2/FC.20 Berdasarkan tabel 19 diatas mengenai pengetahuan asmara ataupun perjodohan melalui reality show. Sebanyak 16 orang responden (16,7%) menjawab tidak tahu, sebanyak 29 orang responden (30,2%) menjawab kurang tahu, sebanyak 50 orang responden (52,1%) menjawab tahu dan ada 1 orang responden (1%) yang menjawab sangat tahu tentang permasalahan keluarga asmara/perjodohan melalui tayangan reality show.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
76
Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan tahu akan permasalahan yang berkaitan dengan asmara/perjodohan melalui tayangan reality show. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 52,1% atau sebanyak 50 orang responden. Reality show yang bertema perjodohan sangat marak diputar di berbagai stasiun televisi di Indonesia saat ini, dan cukup menyedot animo para pemirsa televisi tanah air. Tabel 22 Mengetahui perkembangan musik melalui reality show No 1 2 3 4
Mengetahui perkembangan musik melalui reality show tidak tahu kurang tahu tahu sangat tahu Total
F
%
7 23 57 9 96
7.3 24.0 59.4 9.4 100.0
P9.3/FC.21 Berdasarkan tabel 20 diatas mengenai pengetahuan akan perkembangan musik melalui reality show. Sebanyak 7 orang responden (7,3%) menjawab tidak tahu, sebanyak 23 orang responden (24%) menjawab kurang tahu, sebanyak 57 orang responden (59,4%) menjawab tahu dan ada 9 orang responden (9,4%) yang menjawab sangat tahu tentang perkembangan musik melalui tayangan reality show. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan tahu akan perkembangan musik melalui tayangan reality show. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 59,4% atau sebanyak 57 orang responden. Tayangan musik seperti ini memang sangat menjamur, terlebih kuis yang mengharuskan para pesertanya memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang judul lagu maupun penyanyinya. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
77
Tabel 23 Mengetahui ajang pencarian bakat melalui reality show No
1 2 3 4
Mengetahui ajang pencarian bakat melalui reality show tidak tahu
F
%
11
11.5
kurang tahu tahu sangat tahu
47 35 3
49.0 36.5 3.1
96
100.0
Total
P9.4/FC.22 Berdasarkan tabel 21 diatas mengenai pengetahuan ajang pencarian bakat melalui reality show. Sebanyak 11 orang responden (11,5%) menjawab tidak tahu, sebanyak 47 orang responden (49%) menjawab kurang tahu, sebanyak 35 orang responden (36,5%) menjawab tahu dan ada 3 orang responden (3,1%) yang menjawab sangat tahu ajang pencarian bakat melalui tayangan reality show. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan kurang tahu akan kegiatan ajang pencarian bakat melalui tayangan reality show. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 49% atau sebanyak 47 orang responden. Banyak kegiatan pencarian bakat ditampilkan di tayangan sebuah reality show, namun terkadang publikasi yang kurang menyebabkan para responden tidak mendapatkan akses terhadap informasi tersebut.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
78
Tabel 24 Reality show berisi konflik keluarga No 1 2 3 4
Reality show berisi konflik keluarga tidak pernah kadang-kadang
F
%
12 61
12.5 63.5
sering
17
17.7
sangat sering Total
6 96
6.2 100.0
P10.1/FC.23 Berdasarkan tabel 22 di atas diketahui mengenai isi tayangan reality show adalah konflik keluarga. Sebanyak 12 orang responden (12,5%) menjawab tidak pernah, sebanyak 61 orang responden (63,5%) menjawab kadang-kadang, sebanyak 17 orang responden (17,7%) menjawab sering dan sebanyak 6 orang responden (6,3%) menjawab sangat sering menonton tayangan reality show yang isi acaranya bertemakan konflik keluarga. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden menyatakan hanya kadangkadang saja menonton tayangan reality show yang berisi mengenai konflik keluarga. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 63,5% atau sebanyak 61 orang responden. Seperti yang dijabarkan dalam tabel sebelumnya bahwa reality show yang berisikan tentang sebuah konflik lebih menarik perhatian para penonton.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
79
Tabel 25 Reality show berisi perselingkuhan No 1 2 3 4
Reality show berisi perselingkuhan tidak pernah kadang-kadang
F
%
16 42
16.7 43.8
sering
33
34.4
sangat sering Total
5 96
5.2 100.0
P10.2/FC.24 Berdasarkan tabel 23 di atas diketahui mengenai isi tayangan reality show adalah perselingkuhan. Sebanyak 16 orang responden (16,7%) menjawab tidak pernah, sebanyak 42 orang responden (43,8%) menjawab kadang-kadang, sebanyak 33 orang responden (34,4%) menjawab sering dan sebanyak 5 orang responden (5,2%) menjawab sangat sering menonton tayangan reality show yang isi acaranya bertemakan perselingkuhan. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden menyatakan hanya kadangkadang
saja
menonton
tayangan
reality
show
yang
berisi
mengenai
perselingkuhan. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 43,8% atau sebanyak 42 orang responden. Terkadang para pemirsa televisi lebih menyukai tayangan yang berisikan skandal yang intinya adalah membuka tabir aib seseorang, sehingga mereka memilih tema dari tayangan reality show tersebut adalah perselingkuhan.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
80
Tabel 26 Reality show berisi pencarian seseorang No 1 2 3 4
Reality show berisi pencarian seseorang tidak pernah kadang-kadang
F
%
16 44
16.7 45.8
sering
36
37.5
Sangat sering Total
0 96
0 100.0
P10.3/FC.25 Berdasarkan tabel 24 di atas diketahui mengenai isi tayangan reality show adalah pencarian seseorang. Sebanyak 16 orang responden (16,7%) menjawab tidak pernah, sebanyak 44 orang responden (45,8%) menjawab kadang-kadang, sebanyak 36 orang responden (37,5%) menjawab sering dan tidak ada responden (0%) menjawab sangat sering menonton tayangan reality show yang isi acaranya pencarian seseorang. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden menyatakan hanya kadangkadang saja menonton tayangan reality show yang berisi mengenai pencarian seseorang. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 45,8% atau sebanyak 44 orang responden. Kisah pencarian seseorang yang sudah sekian lama dicari lebih mampu dalam menarik simpati para pemirsa televisi. Tabel 27 Reality show berisi pemecahan masalah No
F
%
1 2
Reality show berisi pemecahan masalah tidak pernah kadang-kadang
16 42
16.7 43.8
3 4
sering sangat sering
34 4
35.4 4.2
96
100.0
Total
P10.3/FC.25
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
81
Berdasarkan tabel 25 di atas diketahui mengenai isi tayangan reality show adalah pemecahan masalah. Sebanyak 16 orang responden (16,7%) menjawab tidak pernah, sebanyak 42 orang responden (43,8%) menjawab kadang-kadang, sebanyak 34 orang responden (35,4%) menjawab sering dan sebanyak 4 orang responden (4,2%) menjawab sangat sering menonton tayangan reality show yang isi acaranya merupakan pemecahan masalah. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden menyatakan hanya kadangkadang saja menonton tayangan reality show yang berisi mengenai pemecahan masalah. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 43,8% atau sebanyak 42 orang responden. Ketika menonton sebuah tayangan televise yang berisi sebuah pelajaran hidup, tentunya di dalamnya terdapat sebuah cara pemecahan dalam menghadapi suatu masalah baik yang rumit ataupun sederhana. Tabel 28 Pembawa acara dalam membawakan reality show No
1 2 3 4
Pembawa acara dalam membawakan reality show
F
%
tidak menarik kurang menarik menarik
10 15 65
10.4 15.6 67.7
sangat menarik Total
6
6.2
96
100.0
P11/FC.27 Berdasarkan tabel 26 diatas diketahui mengenai pembawa acara dalam membawakan reality show. Sebanyak 10 orang responden (10,4%) menyatakan tidak menarik, sebanyak 15 orang responden (15,6%) menyatakan kurang menarik, sebanyak 65 orang responden (67,7%) menyatakan menarik dan
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
82
sebanyak 6 orang responden (6,2%) menyatakan sangat menarik sang pembawa acara dalam melaksanakan tugas membawa acara. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa pembawa acara menarik dalam membawa acara. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 67,7% atau sebanyak 65 orang responden. Memang sudah selayaknya seorang pembawa acara harus mampu menarik perhatian daripada pemirsa televisi, karena ini merupakan sebuah langkah awal keberhasilan sebuah acara. Tabel 29
Pembawa acara dalam menyampaikan informasi No
1 2 3 4
Pembawa acara dalam menyampaikan informasi tidak jelas kurang jelas jelas sangat jelas Total
F
%
8 12 70 6
8.3 12.5 72.9 6.2
96
100.0
P12/FC.28 Berdasarkan tabel 27 diatas diketahui mengenai kejelasan sanga pembawa acara dalam menyampaikan informasi. Sebanyak 8 orang responden (8,3%) menyatakan tidak jelas, sebanyak 12 orang responden (12,5%) menyatakan kurang jelas, sebanyak 70 orang responden (72,9%) menyatakan jelas dan sebanyak 6 orang responden (6,2%) menyatakan sangat jelas. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa pembawa acara cukup jelas dalam menyampaikan informasi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 72,9% atau sebanyak 70 orang responden. Dalam proses penyampaian sebuah pesan, memang seorang pembawa acara diharuskan
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
83
untuk mampu menyampaikan pesan yang merupakan inti dari sebuah proses komunikasi. Tabel 30 Informasi yang disampaikan host dapat menambah pengetahuan No 1 2 3 4
Informasi yang disampaikan host dapat menambah pengetahuan tidak menambah kurang menambah
F
%
22 29
22.9 30.2
menambah
41
42.7
sangat menambah Total
4 96
4.2 100.0
P13/FC.29 Berdasarkan tabel 28 diatas diketahui mengenai informasi yang disampaikan oleh pembawa acara mampu menambah pengetahuan mengenai pengalaman ataupun pelajaran hidup. Sebanyak 22 orang responden (22,9%) menyatakan tidak menambah, sebanyak 29 orang responden (30,2%) menyatakan kurang menambah, sebanyak 41 orang responden (42,7%) menyatakan menambah dan sebanyak 4 orang responden (4,2%) menyatakan sangat menambah pengetahuan mengenai pengalaman ataupun pelajaran hidup. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa informasi yang disampaikan oleh pembawa acara dapat menambah pengetahuan mengenai pengalaman ataupun pelajaran hidup. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 42,7% atau sebanyak 41 orang responden. Apapun isi sebuah informasi, tentunya akan mampu menambah pengetahuan dalam bidang manapun. Demikian juga dengan informasi yang disampaikan oleh pembawa acara reality show tersebut.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
84
Tabel 31 Tingkat keseringan menonton Termehek-mehek No 1 2 3 4
Tingkat keseringan menonton Termehek-mehek tidak pernah kadang-kadang
F
%
12 49
12.5 51.0
sering
34
35.4
sangat sering Total
1 96
1.0 100.0
P14.1/FC.30 Berdasarkan tabel 29 diatas diketahui mengenai tingkat keseringan menonton tayangan reality show Termehek-mehek. Sebanyak 12 orang responden (12,5%) menjawab tidak pernah, sebanyak 49 orang responden (51%) menyatakan kadang-kadang, sebanyak 34 orang responden (35,4%) menyatakan sering dan hanya ada 1 orang responden (1%) yang menjawab sangat sering menonton tayangan reality show Termehek-mehek. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini hanya kadang-kadang saja menonton tayangan reality show Termehek-mehek di Trans TV. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 51% atau sebanyak 49 orang responden. Tayangan reality show tersebut memang memiliki rating yang cukup tinggi, terbukti dengan terpilihnya menjadi salah satu reality show favorit pemirsa dalam sebuah ajang pemilihan bergengsi tanah air.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
85
Tabel 32 Tingkat keseringan menonton Masihkah Kau Mencintaiku No 1 2 3 4
Tingkat keseringan menonton Masihkah Kau Mencintaiku tidak pernah kadang-kadang
F
%
44 35
45.8 36.5
sering
16
16.7
sangat sering Total
1 96
1.0 100.0
P14.2/FC.31 Berdasarkan tabel 30 diatas diketahui mengenai tingkat keseringan menonton tayangan reality show Masihkah Kau Mencintaiku. Sebanyak 44 orang responden (45,8%) menjawab tidak pernah, sebanyak 35 orang responden (36,5%) menyatakan kadang-kadang, sebanyak 16 orang responden (16,7%) menyatakan sering dan hanya ada 1 orang responden (1%) yang menjawab sangat sering menonton tayangan reality show Masihkah Kau Mencintaiku. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini tidak pernah menonton tayangan reality show Masihkah Kau Mencintaku di RCTI. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 45,8% atau sebanyak 44 orang responden. Tayangan reality show tersebut kurang diminati dikarenakan jam tayangnya yang sudah cukup larut, sehingga para responden umumnya sudah beranjak untuk beristirahat.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
86
Tabel 33 Tingkat keseringan menonton Orang Ketiga No 1 2 3 4
Tingkat keseringan menonton Orang Ketiga tidak pernah kadang-kadang
F 25 50
% 26.0 52.1
sering Sangat sering
21 0
21.9 0
Total
96
100.0
P14.3/FC.32 Berdasarkan tabel 31 diatas diketahui mengenai tingkat keseringan menonton tayangan reality show Orang Ketiga. Sebanyak 25 orang responden (26%) menjawab tidak pernah, sebanyak 50 orang responden (52,1%) menyatakan kadang-kadang, sebanyak 21 orang responden (21,9%) menyatakan sering dan tidak ada responden (0%) yang menjawab sangat sering menonton tayangan reality show Orang Ketiga. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini hanya kadang-kadang saja menonton tayangan reality show Orang Ketiga di Trans TV. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 52,1% atau sebanyak 50 orang responden. Tayangan reality show tersebut memang memiliki rating yang cukup tinggi karena kasus yang disungguhkan bersifat investigatif. Tabel 34
Tingkat keseringan menonton Bukan Sinetron No 1 2 3 4
Tingkat keseringan menonton Bukan Sinetron tidak pernah kadang-kadang
F 39 45
% 40.6 46.9
sering Sangat sering
12 0
12.5 0
Total
96
100.0
P14.4/FC.33
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
87
Berdasarkan tabel 32 diatas diketahui mengenai tingkat keseringan menonton tayangan reality show Bukan Sinetron. Sebanyak 39 orang responden (40,6%) menjawab tidak pernah, sebanyak 45 orang responden (46,9%) menyatakan kadang-kadang, sebanyak 12 orang responden (12,5%) menyatakan sering dan tidak ada responden (0%) yang menjawab sangat sering menonton tayangan reality show Bukan Sinetron. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini hanya kadang-kadang saja menonton tayangan reality show Bukan Sinetron di Global TV. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 46,9% atau sebanyak 45 orang responden. Tayangan reality show ini dibuat seolah-olah kisahnya memang tidak seperti tayangan sinetron, tapi lebih kepada kenyataan yang terjadi di masyarakat. Tabel 35 Tingkat keseringan menonton Curhat Anjasmara No 1 2 3 4
Tingkat keseringan menonton Curhat Anjasmara tidak pernah kadang-kadang sering Sangat sering
F 40 53 3 0
% 41.7 55.2 3.1 0
Total
96
100.0
P14.5/FC.34 Berdasarkan tabel 33 diatas diketahui mengenai tingkat keseringan menonton tayangan reality show Curhat Anjasmara. Sebanyak 40 orang responden (41,7%) menjawab tidak pernah, sebanyak 53 orang responden (55,2%) menyatakan kadang-kadang, sebanyak 3 orang responden (3,1%) menyatakan sering dan tidak ada responden (0%) yang menjawab sangat sering menonton tayangan reality show Curhat Anjasmara. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
88
Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini hanya kadang-kadang saja menonton tayangan reality show Curhat Anjasmara di TPI. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 55,2% atau sebanyak 53 orang responden. Tayangan reality show ini dibuat seolah-olah terjadi pertengkaran yang sesungguhnya karena menampilkan orang-orang yang sedang berkonflik dan terkadang sangat kasar, sehingga Komisi Penyiaran Indonesia melarang untuk menyiarkan acara ini. Tabel 36 Tingkat keseringan menonton Lemon Tea No 1 2 3 4
Tingkat keseringan menonton Lemon Tea tidak pernah kadang-kadang sering sangat sering
F 51 36 8 1
% 53.1 37.5 8.3 1.0
Total
96
100.0
P14.6/FC.35 Berdasarkan tabel 34 diatas diketahui mengenai tingkat keseringan menonton tayangan reality show Lemon Tea (Asam Manis Cinta). Sebanyak 51 orang responden (53,1%) menjawab tidak pernah, sebanyak 36 orang responden (37,5%) menyatakan kadang-kadang, sebanyak 8 orang responden (8,3%) menyatakan sering dan hanya ada 1 responden (1%) yang menjawab sangat sering menonton tayangan reality show Lemon Tea (Asam Manis Cinta). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini tidak pernah menonton tayangan reality show Lemon Tea (Asam Manis Cinta) di SCTV. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase sebesar 53,1% atau sebanyak 51 orang responden. Hal ini dikarenakan konsep acaranya yang kurang menarik dan terlalu kelihatan kalau semuanya merupakan rekayasa skenario belaka. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
89
Tabel 37 Bentuk partisipasi hanya menonton saja No 1 2 3 4
Bentuk partisipasi hanya menonton saja tidak pernah
F 23
% 24.0
kadang-kadang sering sangat sering
20 48 5
20.8 50.0 5.2
Total
96
100.0
P15.1/FC.36 Berdasarkan tabel 35 diatas diketahui mengenai bentuk partisipasi sewaktu menonton tayangan reality show hanya menonton tayangan dan informasi yang diberikan saja. Sebanyak 23 orang responden (24%) menyatakan tidak pernah, sebanyak 20 orang responden (20,8%) menyatakan kadang-kadang, sebanyak 48 orang responden (50%) menyatakan sering dan sebanyak 5 orang responden (5,2%) menyatakan sangat sering bentuk partisipasi hanya menonton tayangan dan informasi yang diberikan saja. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa mereka sering berpartisipasi ketika menonton tayangan reality show hanya sebatas menonton tayangan dan informasi yang diberikan saja. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 50% atau sebanyak 48 orang responden. Mereka tidak memiliki banyak waktu untuk terlibat lebih dalam suatu tayangan reality show.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
90
Tabel 38 Bentuk partisipasi mendaftarkan diri sebagai klien No 1 2 3 4
Bentuk partisipasi mendaftarkan diri sebagai klien tidak pernah kadang-kadang
F
%
90 2
93.8 2.1
sering
4
4.2
Sangat sering Total
0 96
0 100.0
P15.2/FC.37 Berdasarkan tabel 36 diatas diketahui mengenai bentuk partisipasi sewaktu menonton tayangan reality show dengan cara mendaftarkan diri sebagai klien. Sebanyak 90 orang responden (93,8%) menyatakan tidak pernah, sebanyak 2 orang responden (2,1%) menyatakan kadang-kadang, sebanyak 4 orang responden (4,2%) menyatakan sering dan tidak ada responden (0%) menyatakan sangat sering bentuk partisipasi dengan cara mendaftarkan diri sebagai klien. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan
bahwa
mereka
tidak
pernah
berpartisipasi
dalam
bentuk
mendaftarkan diri sebagai klien. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 93,8% atau sebanyak 90 orang responden. Mereka mengakui merasa malu untuk mengekspos kisah mereka dan mempertontonkan diri mereka di media. Tabel 39 Bentuk partisipasi mengirimkan kritik dan saran No
F
%
1 2
Bentuk partisipasi mengirimkan kritik dan saran tidak pernah kadang-kadang
91 5
94.8 5.2
3 4
Sering Sangat sering
0 0
0 0
96
100.0
Total
P15.3/FC.38
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
91
Berdasarkan tabel 37 diatas diketahui mengenai bentuk partisipasi sewaktu menonton tayangan reality show dengan cara mengirimkan kritik dan saran lewat email ataupun melalui alamat pos. Sebanyak 91 orang responden (94,8%) menyatakan tidak pernah, sebanyak 5 orang responden (5,2%) menyatakan kadang-kadang, tidak ada responden (0%) menyatakan sering dan sangat sering bentuk partisipasi dengan cara mengirimkan kritik dan saran lewat email ataupun melalui alamat pos. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa mereka tidak pernah berpartisipasi ketika menonton tayangan yakni dengan mengirimkan kritik ataupun saran lewat email ataupun melalui alamat pos. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 94,8% atau sebanyak 91 orang responden. Mereka tidak memiliki banyak waktu untuk terlibat lebih dalam suatu tayangan reality show. Tabel 40 Bentuk partisipasi memberikan jawaban lewat sms No 1 2 3 4
Bentuk partisipasi memberikan jawaban lewat sms tidak pernah kadang-kadang
F
%
81 14
84.4 14.6
sering
1
1.0
Sangat sering
0
0
96
100.0
Total
P15.4/FC.39 Berdasarkan tabel 38 diatas diketahui mengenai bentuk partisipasi sewaktu menonton tayangan reality show dengan cara mengirmkan jawaban pertanyaan melalui sms. Sebanyak 81 orang responden (84,4%) menyatakan tidak pernah, sebanyak 14 orang responden (14,6%) menyatakan kadang-kadang, hanya ada 1 orang responden (1%) menyatakan sering dan tidak ada responden (0%) Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
92
menyatakan sangat sering bentuk partisipasi dengan cara memberikan jawaban lewat sms dan menunggu hasil di akhir acara. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa mereka tidak pernah memberikan jawaban lewat sms dan menunggu hasil di akhir acara. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 84,4% atau sebanyak 81 orang responden. Mereka tidak memiliki banyak waktu untuk terlibat lebih dalam suatu tayangan reality show dan juga tidak begitu tertarik dengan kuis tersebut. Tabel 41
Ketertarikan menjadi klien dalam reality show No 1 2 3 4
Ketertarikan menjadi klien dalam reality show tidak tertarik kurang tertarik tertarik sangat tertarik
F
%
58 30 7 1
60.4 31.2 7.3 1.0
Total
96
100.0
P16/FC.40 Berdasarkan tabel 39 diatas diketahui mengenai ketertarikan responden untuk menjadi klien dalam tayangan reality show. Sebanyak 58 orang responden (60,4%) menyatakan tidak tertarik, sebanyak 30 orang responden (31,2%) menyatakan kurang tertarik, sebanyak 7 orang responden (7,3%) menyatakan tertarik dan hanya ada 1 orang responden (1%) yang menyatakan sangat tertarik menjadi klien dalam acara reality show. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden menyatakan tidak tertarik untuk menjadi klien dalam acara reality show. Hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 60,4% atau sebanyak 58 orang responden. Kegiatan menonton acara reality show hanya sekilas saja, tanpa menimbulkan keinginan di benak para Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
93
responden untuk mendaftarkan diri menjadi salah satu klien ataupun target dalam acara reality show tersebut.
IV.4. Analisa Tabel Silang Analisa tabel silang pada bagian ini akan memuat tentang penilaian dan data dalam satu tabel. Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan yang lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif atau negatif. Namun analisis tabel ini bukanlah dapat disajikan sebagai penentu utama untuk melihat hubungan variabel yang diteliti, tetapi ditujukan untuk melihat bagaimana penilaian data yang satu dan hubungannya dengan data yang lain. Kumpulan data yang akan disajikan dan dianalisa dalam tabel silang ini terdiri dari : 1. Hubungan antara alasan responden menonton tayangan reality show karena hobi dengan pengetahuan mengenai perkembangan acara reality show yang bertemakan musik. 2. Hubungan antara alasan responden menonton tayangan reality show karena suka dengan cerita setiap kasus dengan tingkat keseringan menonton tayangan reality show Termehek-mehek. 3. Hubungan antara frekuensi dalam menonton televisi dalam sehari dengan tingkat partisipasi ketika menonton dengan cara hanya menonton dan menerima informasi yang disampaikan saja.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
94
Tabel 42 Hubungan antara alasan responden menonton tayangan reality show karena hobi dengan pengetahuan mengenai perkembangan acara reality show yang bertemakan musik. Mengetahui perkembangan acara reality show yang bertemakan musik
Alasan menonton tayangan reality
Total
Kurang tahu
Tahu
show karena hobi
Tidak tahu
Sangat tahu
Tidak setuju
5
12
20
2
39
Kurang setuju
1
6
17
3
27
Setuju
1
5
18
4
28
Sangat setuju
0
0
2
0
2
Total
7
23
57
9
96
P5.1/FC.7&P9.3/FC.21
Tabel 40 diatas menjelaskan tentang hubungan antara alasan responden menonton tayangan reality show karena hobi dengan pengetahuan mengenai perkembangan acara reality show yang bertemakan musik. Dari 96 responden dalam penelitian ini memiliki sebaran data: 7 orang menyatakan tidak tahu, 23 orang menyatakan kurang tahu, 57 orang menyatakan tahu dan 9 orang menyatakan sangat tahu menonton mengenai perkembangan acara reality show yang bertemakan musik. Sebaran data tentang alasan menonton tayangan reality show karena hobi yaitu 39 orang menyatakan tidak setuju, 27 orang menyatakan kurang setuju, 28 orang menyatakan setuju dan yang sangat setuju hanya 2 orang. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
95
Berdasarkan data-data diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan ada hubungan antara hubungan antara alasan responden menonton tayangan reality show karena hobi dengan pengetahuan mengenai perkembangan acara reality show yang bertemakan musik. Responden menjawab mereka mengetahui tentang perkembangan acara reality show yang bertemakan musik karena mereka hobi menonton tayangan tersebut yakni: -
Tidak setuju
=
20 x100% = 20,83% 96
-
Kurang setuju
=
17 x100% = 17,70% 96
-
Setuju
=
18 x100% = 18,75% 96
-
Sangat setuju
=
2 x100% = 2,08% 96
Responden
menyatakan tidak
setuju
sebesar
20,83%, responden
menyatakan kurang setuju sebesar 17,70%, responden menyatakan setuju sebesar 18,75% dan responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 2,08% dengan alasan tahu tentang perkembangan musik karena hobi menonton tayangan reality show yang bertemakan musik.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
96
Tabel 43 Hubungan antara alasan responden menonton tayangan reality show karena suka dengan cerita setiap kasus dengan tingkat keseringan menonton tayangan reality show Termehek-mehek Tingkat keseringan menonton tayangan reality Alasan menonton tayangan reality show karena suka dengan cerita setiap kasus
Tidak pernah
Kadangkadang
Sering
Sangat sering
Tidak setuju
3
7
6
0
16
Kurang setuju
3
18
13
0
34
Setuju
6
23
15
1
45
Sangat setuju
0
1
0
0
1
Total
12
49
34
1
96
show Termehek-mehek
Total
P6.1/FC.11&P14.1/FC.30
Tabel 41 diatas menjelaskan tentang hubungan antara alasan responden menonton tayangan reality show karena suka dengan cerita setiap kasus dengan tingkat keseringan menonton tayangan reality show Termehek-mehek. Dari 96 responden dalam penelitian ini memiliki sebaran data: 12 orang menyatakan tidak pernah, 49 orang menyatakan kadang-kadang, 34 orang menyatakan sering dan 1 orang menyatakan sangat sering menonton reality show Termehek-mehek. Sebaran data tentang alasan menonton tayangan reality show karena suka dengan cerita setiap kasus yaitu 16 orang menyatakan tidak setuju, 34 orang
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
97
menyatakan kurang setuju, 45 orang menyatakan setuju dan yang sangat setuju hanya 1 orang. Berdasarkan data-data diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan ada hubungan antara alasan responden menonton tayangan reality show karena suka dengan cerita setiap kasus dengan tingkat keseringan menonton tayangan reality show Termehek-mehek. Responden menjawab mereka sering menonton tayangan reality show Termehek-mehek karena suka dengan cerita setiap kasusnya yakni: -
Tidak setuju
=
7 x100% = 7,29% 96
-
Kurang setuju
=
18 x100% = 18,75% 96
-
Setuju
=
23 x100% = 23,95% 96
-
Sangat setuju
=
1 x100% = 1,04% 96
Responden
menyatakan
tidak
setuju
sebesar
7,29%,
responden
menyatakan kurang setuju sebesar 18,75%, responden menyatakan setuju sebesar 23,95% dan responden yang menyatakan sangat setuju sebesar 1,04% dengan alasan sering menonton tayangan reality show Termehek-mehek karena suka dengan cerita setiap kasusnya.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
98
Tabel 44 Hubungan antara frekuensi dalam menonton televisi dalam sehari dengan tingkat partisipasi ketika menonton dengan cara hanya menonton dan menerima informasi yang disampaikan saja Tingkat partisipasi ketika menonton dengan Frekuensi dalam
cara hanya menonton dan menerima
menonton televisi
Total
informasi yang disampaikan saja
dalam sehari Tidak pernah
Kadangkadang
Sering
Sangat sering
1 kali sehari
7
7
9
1
24
2 kali sehari
11
6
25
2
44
3 kali sehari
3
2
4
2
11
Lebih dari 3 kali sehari
2
5
10
0
17
Total
23
20
48
5
96
P8/FC.18&P15.1/FC.36
Tabel 42 diatas menjelaskan tentang hubungan antara frekuensi dalam menonton televisi dalam sehari dengan tingkat partisipasi ketika menonton dengan cara hanya menonton dan menerima informasi yang disampaikan saja. Dari 96 responden dalam penelitian ini memiliki sebaran data: 23 orang menyatakan tidak pernah, 20 orang menyatakan kadang-kadang, 48 orang menyatakan sering dan 5 orang menyatakan sangat sering tingkat partisipasi ketika menonton dengan cara hanya menonton dan menerima informasi yang diberikan saja. Sebaran data tentang frekuensi dalam menonton televisi dalam sehari yaitu 24 orang menyatakan 1 kali sehari, 44 orang menyatakan 2 kali sehari, 11 Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
99
orang menyatakan 3 kali sehari dan yang lebih dari 3 kali sehari berjumlah 17 orang. Berdasarkan data-data diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan ada hubungan antara frekuensi dalam menonton televisi dalam sehari dengan tingkat partisipasi ketika menonton dengan cara hanya menonton dan menerima informasi yang disampaikan saja. Responden menjawab frekuensi dalam menonton televisi sehari dengan tingkat partisipasi menonton yakni: -
1 kali sehari
=
9 x100% = 9,37% 96
-
2 kali sehari
=
25 x100% = 26,04% 96
-
3 kali sehari
=
4 x100% = 4,16% 96
-
Lebih dari 3 kali sehari
=
10 x100% = 10,41% 96
Responden menyatakan frekuensi dalam menonton televisi 1 kali sehari sebesar 9,37%, responden menyatakan frekuensi dalam menonton televisi 2 kali sehari sebesar 26,04%, responden menyatakan frekuensi menonton televisi 3 kali sehari sebesar 4,16% dan responden frekuensi menonton hariannya lebih dari 3 kali sehari sebesar 10,41%.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
100
IV.5. Uji Hipotesa Pengujian hipotesa adalah pengujian data statistik untuk mengetahui data yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Sebelum melakukan uji hipotesa, terlebih dahulu menguji tingkat hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi oleh Spearman yaitu : rho = 1 −
6∑ d 2
N ( N 2 − 1)
Dengan menggunakan analisa Spearman melalui aplikasi SPSS 16.0, maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 45 Hasil Uji Korelasi Spearman
Correlations Motivasi Konsumsi terhadap
Pemenuhan
tayangan reality kebutuhan show Spearman's rho
Motivasi Konsumsi terhadap Correlation Coefficient tayangan reality show
Sig. (2-tailed) N
Pemenuhan kebutuhan informasinya
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
informasinya 1,000
,695(**)
.
,000
96
96
,695(**)
1,000
,000
.
96
96
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil korelasi Spearman pada tabel 43 di atas, maka diketahui besar korelasi koefisien Spearman (rho) adalah 0,695. Berdasarkan skala Guilford, hasil 0,695 menunjukkan hubungan yang cukup berarti. Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
101
Tanda korelasi pada koefisien korelasi menghasilkan + 0,695, yang menunjukkan arah hubungan yang sama antara variabel X dan variabel Y. Dengan kata lain, hal ini berarti semakin tinggi motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi maka semakin tinggi pemenuhan kebutuhan informasinya di kalangan warga kelurahan kampung Anggrung kecamatan Medan Polonia Medan ataupun sebaliknya, semakin rendah motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi semakin rendah pula pemenuhan kebutuhan informasinya di kalangan warga kelurahan kampung Anggrung kecamatan Medan Polonia Medan. Signifikansi hasil korelasi dapat dilihat berdasarkan perbandingan nilai probabilitas dan tanda */** (flag of significant ) diberikan SPSS. Jika probabilitas > 0,005, maka Ha ditolak, jika probabilitas < 0,005 maka Ha diterima. Pada bagian output korelasi di atas terlihat pasangan data yang berkorelasi secara signifikan, yaitu antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dan pemenuhan kebutuhan informasinya (probablilitas 0,001 yang lebih kecil dari 0,005 atau 0,001 < 0,005) Selanjutnya dapat dilihat pada variabel motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dan pemenuhan kebutuhan informasinya di kalangan masyarakat kelurahan Anggrung kecamatan Medan Polonia Medan yang menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi secara signifikan. Berdasarkan analisa di atas, dapat dirangkum bahwa hasil uji hipotesis pada masyarakat kelurahan Anggrung kecamatan Medan Polonia Medan adalah 0,695. Sesuai kaidah dalam Spearman rs koefisien bahwa jika rs > 0 maka hipotesis diterima. Signifikan korelasi diketahui dari probabilitas yang lebih kecil Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
102
dari 0,005 (0,001 < 0,005) dan tanda ** (flag of significant) yang menunjukkan kedua variabel berkorelasi secara signifikan, maka hubungannya adalah signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima dan hubungannya signifikan.
IV.6. Pembahasan Setelah menganalisis setiap data dari kuesioner, maka dilanjutkan dengan menguji hipotesis yaitu pengukuran tingkat hubungan diantara dua variabel yang linear dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi oleh Spearman. Spearman rs menjelaskan hubungan antara variabel X dan Y yang tidak diketahui sebaran data dan sebaran tidak normal. Dengan hipotesa yang diajukan, diharapkan dapat menunjukkan apakah terdapat hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya di kalangan masyarakat kelurahan Anggrung kecamatan Medan Polonia Medan. Pengujian hipotesa dimulai dengan membuat ranking dari nilai-nilai jawaban responden (masyarakat kelurahan Anggrung kecamatan Medan Polonia Medan) pada kuesioner, yang telah diberi skor terlebih dahulu untuk setiap pertanyaan. Berdasarkan analisa SPSS, maka diperoleh koefisien korelasi rs sebesar 0,695. Berdasarkan pernyataan rs > 0, maka hipotesa diterima. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,005 maka hal ini menunjukkan signifikansi, artinya hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah Ha (hipotesa alternatif), yaitu terdapat hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya di kalangan Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
103
masyarakat kelurahan Anggrung kecamatan Medan Polonia Medan. Sekaligus juga menolak hipotesis yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya di kalangan masyarakat kelurahan Anggrung kecamatan Medan Polonia Medan. Kemudian untuk mengetahui tingkat signifikan hasil hipotesis tersebut, dilakukan dengan membandingkan probabilitas dengan nilai probabilitas 0,005. Maka diperoleh hasil 0,001 < 0,005 yang menunjukkan signifikansi, maka dinyatakan bahwa hubungannya signifikan. Artinya motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi memiliki hubungan dengan pemenuhan kebutuhan informaisnya di kalangan masyarakat kelurahan Anggrung kecamatan Medan Polonia Medan. Tingkat signifikan tergantung dari ada tidaknya hubungan antara variabel X dan Y. Selanjutnya untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan digunakan skala Guilford. Hasil rs = 0,695 pada skala 0,40-0,70. Hal ini menunjukkan hubungan yang cukup berarti antara motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi dengan pemenuhan kebutuhan informasinya kalangan masyarakat kelurahan Anggrung kecamatan Medan Polonia Medan. Kemudian tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan hubungan antara variabel X dan Y, yaitu dengan rumus : Kp
= (rs)2
x
100%
Kp
= (0,695)2
x
100%
Kp
= 0,483
x
100%
Kp
= 48,3%
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
104
Hal ini berarti bahwa kekuatan hubungan antara variabel X dan variabel Y dalam penelitian ini adalah sebesar 48,3%. Hasil uji hipotesis merupakan hasil akhir dari keseluruhan analisa data. Setelah seluruh nilai-nilai diperoleh, maka akan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan dan saran pada BAB V.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
105
BAB V PENUTUP
V.1
Kesimpulan Berdasarkan penyajian dan analisis data yang telah dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah yang dituntut dan telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Hal-hal yang memotivasi para masyarakat kelurahan Anggrung Medan Polonia yang menjadi responden penelitian ini dalam mengkonsumsi tayangan reality show adalah sebagai pengisi waktu luang dan untuk mengurangi tekanan pikiran serta melepaskan ketegangan pikiran.
2.
Para responden merasa bahwa kebutuhan akan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan dalam sebuah keluarga sudah dapat terpenuhi dengan menonton tayangan reality show di televisi.
3.
Dengan intensitas yang cukup dalam menonton televisi maka pola konsumsi pun dapat terpenuhi dengan sendirinya.
4.
Pengetahauan para responden cukup meningkat setelah menonton tayangan reality show di televisi khususnya pengetahuan akan kehidupan dalam sebuah keluarga dan upaya pemecahannya.
5.
Berdasarkan hasil korelasi Spearman pada tabel 43 di atas, maka diketahui besar korelasi koefisien Spearman (rho) adalah 0,695. Berdasarkan skala Guilford, hasil 0,695 menunjukkan hubungan yang cukup berarti artinya semakin tinggi motivasi konsumsi terhadap tayangan reality show di televisi
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
106
maka semakin tinggi pemenuhan kebutuhaan informasinya di kalangan masyarakat kelurahan Anggrung Medan Polonia ataupun sebaliknya.
V.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah peneliti peroleh
selama melakukan penelitian, maka peneliti mengajukan sejumlah saran sebagai berikut : 1.
Banyak tayangan reality show yang semakin menjamur, tetapi intinya acara tersebut beragam namun seragam dan hanyalah saling menciplak antara satu tayangan dengan tayangan lainnya.
2.
Beberapa tayangan reality show terlalu kelihatan bahwa itu semua hanyalah pura-pura belaka dan merupakan sebuah skenario dalam setiap episodenya, sehingga menjadikan rating acara tersebut menurun.
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
107
DAFTAR PUSTAKA Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Arikunto, Suharsimin. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Airlangga University Press, Surabaya. . 2006. Sosiologi komunikasi. Pernada Media Group, Jakarta.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Citra Aditya Bhakti, Bandung. ______ Bandung.
. 2004. Dinamika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya,
Gunarsa, Singgih. 2002. Psikologi Untuk Muda-Mudi. PT BPK gunung Mulia, Jakarta. Junus, Husain, Seputar Jurnalistik, Solo, CV. Aneka Solo, 1996 Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana, Jakarta Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. McQuail, Denis. 1994. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta. Munthe, Moeryanto Ginting. 1996. Media Komunikasi Radio. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Rakhmat, Jallaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi : Dilengkapi Dengan Contoh Analisis Statistik. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. .2005.Psikologi Bandung
Komunikasi.
PT.Remaja
Rosdakarya,
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. PT Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. Saverin, Warner dan James Tankard. 2007.Teori Komunikasi Sejarah, Metode, Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
108
dan Terpaan di Dalam Media Massa. Prenada Media Group, Jakarta. Uno, hamzah B. 2007. Teori Motivasi dan Pengukuran. Analisis Di Bidang Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta. Walgito, Bimo. 1997. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Penerbit Andi, Yogyakarta. Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. PT Grasindo, Jakarta.
Sumber lain : Internet www.antaranews.com : Akses terakhir 28 Juni 2009 www.kompas.com : Akses terakhir 17 Juni 2009 www.rcti.tv : Akses terakhir 18 Mei 2009 www.wikipedia.co.id/reality_show_acara : Akses terakhir 28 Juni 2009
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
109
KUESIONER MOTIVASI KONSUMSI TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASINYA (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia) Petunjuk Pengisian Kuesoner 1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh kemungkinan jawabannya. 2. Lingkari atau berikan tanda benar (√) pada jawaban yang paling sesuai menurut Anda. 3. Kotak kode yang berada di sebelah kanan pertanyaan, mohon supaya tidak diisi. 4. Peneliti sangat mengharapkan semua pertanyaan dijawab dan tidak ada yang dilewatkan, karena setiap pertanyaan saling berhubungan. 5. Terima kasih atas kerja samanya. A.
Karakteristik Responden No Responden 1
2
1. Usia 1. ≤ 25 tahun 2. 25-35 tahun
3
3. 35-45 tahun 4. 45-55 tahun 5. ≥55 tahun
2. Penghasilan 1. ≤Rp.250.000,2. Rp.250.000- Rp.500.000,3. Rp.500.000- Rp.1.000.000,4. ≥Rp.1.000.000,-
3. Pekerjaan 1. Ibu Rumah tangga 2. PNS 3. Pegawai swasta 4. Buruh harian/kasar 5. Lain-lain, Sebutkan.............
4
5
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
110
B.
Motivasi Konsumsi terhadap Tayangan Reality Show di Televisi
4. Apakah anda sering menonton tayangan reality show melalui televisi? 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang (2-3 hari seminggu) 3. Sering (4-5 hari seminggu) 4. Sangat sering (setiap hari)
.Alasan anda menonton tayangan reality show : Tidak Kurang No. Alasan Setuju Setuju 1. Hobi
6
5.
2. 3.
Melepas tekanan/ tegangan Mengisi waktu luang
4.
Sekedar hiburan
Alasan anda memilih reality show tersebut? Tidak Kurang No. Alasan Setuju Setuju 1. Suka dengan cerita setiap kasus 2. Informasi tentang kehidupan target ataupun klien 3. Kepuasan batin
Setuju
Sangat Setuju
6.
4.
Pengaruh keluarga
5.
Pengaruh teman
6.
Pengaruh lingkungan
7.
Setuju
Intensitas anda dalam sekali menonton tayangan reality show 1. > 30 menit 2. ½-1 jam 3. 1-2 jam 4. < 2 jam
Sangat Setuju
17
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
111
8.
C.
Frekuensi anda dalam menonton televisi dalam sehari? 1. 1 kali sehari 2. 2 kali sehari 3. 3 kali sehari 4. Lebih dari 3 kali sehari
18
Pemenuhan Kebutuhan Informasinya 9.
Apakah anda tahu mengenai perkembangan tayangan reality show lewat televisi? No. 1.
Isi Siaran
Tidak Tahu
Kurang Tahu
Tahu
Sangat Tahu
Permasalahan Keluarga Asmara/perjodo han Musik
2. 3. 4.
Ajang pencarian bakat
Lainnya (jawaban boleh lebih dari satu)................................................. .................................................................................................................. .................................................................................................................. 10.
Apakah isi dari tayangan reality show yang anda tonton? No. 1. 2. 3. 4.
Isi Siaran
Tidak Pernah
Kadangkadang
Sering
Sangat Sering
Konflik keluarga perselingkuh an Pencarian seseorang Pemecahan masalah
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
112
11.
Apakah host/pembawa acara yang anda lihat menarik (informatif) dalam melaksanakan tugas membawa acara? 1. Tidak menarik 2. Kurang menarik 3. Menarik 27 4. Sangat menarik
12.
Menurut anda apakah host/pembawa acara dalam menyampaikan informasi memiliki sudah cukup jelas? 1. Tidak jelas 2. Kurang jelas 3. Jelas 28 4. Sangat jelas
13.
Menurut anda apakah informasi yang disampaikan oleh host/pembawa acara dapat menambah pengetahuan anda tentang pengalaman ataupun pelajaran hidup? 1. Tidak menambah 2. Kurang menambah 3. Menambah 29 4. Sangat menambah
14.
Reality show apa yang paling sering anda saksikan? Tidak KadangSering No. Reality Show Pernah kadang 1. Termehekmehek 2. Masihkah kau mencintaiku? 3. Orang ketiga 4.
Bukan Sinetron
5.
Curhat Anjasmara Lemon Tea(Asam Manis Cinta)
6.
15.
Sangat Sering
Apakah anda sering berpartisipasi sewaktu menonton tayangan reality show? No 1.
2.
Bentuk Partisipasi
Tidak Pernah
Kadangkadang
Sering
Sangat Sering
Menonton tayangan dan informasi yang diberikan saja Mendaftarkan diri sebagai klien/peserta reality show
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.
113
3.
4.
Mengirimkan kritik dan saran lewat email ataupun alamat Memberikan jawaban lewat SMS dan menunggu hasil di akhir acara
16.
Mengingat anda suka menonton tayangan reality show, apakah anda tertarik untuk dapat menjadi klien ataupun target dalam acara reality show tersebut? 1. Tidak tertarik 2. Kurang tertarik 3. Tertarik 4. Sangat Tertarik 40 Berikan Alasan Anda ..................................................................................................................... 17. Apa nama reality show yang paling anda sukai? (Sebutkan satu saja). ...................................................................................................................... Berikan alasan anda...................................................................................... ...................................................................................................................... 18.
Apakah reality show tersebut dapat memenuhi kebutuhan informasi anda tentang kehidupan keluarga? Berikan alasan anda...................................................................................... ....................................................................................................................... .......................................................................................................................
19.
Bagaimana saran dan kritik Anda untuk reality show yang paling sering anda tonton? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................
Imelda Bancin : Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional pada masyarakat kelurahan Kampung Anggrung Medan Polonia), 2010.