MODUL 1 PENGANTAR MODUL 1 ADMINISTRASI KONTRAK PENGANTAR MODUL 1 ADMINISTRASI KONTRAK PENGANTAR ADMINISTRASI KONTRAK
OUTLINE Submodul 1.1 Kebijakan Penyusunan Dokumen Kontrak Submodul 1.2 Teknik Penyusunan Surat Perjanjian
SUB MODUL 1.1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK
DESKRIPSI TOPIK
Suatu pengantar yang berfungsi untuk membantu para peserta agar lebih memahami tentang kebijakan penyusunan dokumen kontrak.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah selesai mengikuti pembelajaran materi ini diharapkan para peserta memahami tentang kebijakan penyusunan dokumen kontrak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah selesai mengikuti pembelajaran materi ini diharapkan para peserta mampu : Menjelaskan ketentuan hukum kontrak sesuai UU No. 18 tahun 1999
Menjelaskan ketentuan hukum kontrak sesuai PP No. 29 tahun 2000 beserta perubahannya
Menjelaskan ketentuan hukum kontrak sesuai Perpres No. 54 tahun 2010 beserta perubahannya
Menjelaskan ketentuan hukum kontrak sesuai Permen PU No. 07 tahun 2011 beserta perubahannya
KRITERIA NARASUMBER Narasumber yang menyampaikan materi dalam modul ini sebaiknya memiliki kriteria sebagai berikut:
Praktisi atau akademisi yang berpengalaman dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah
Memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai hukum dan kebijakan dalam penyusunan dokumen kontrak konstruksi
JUMLAH JAM PEMBELAJARAN 5 x 60 menit
DAFTAR ISI DESKRIPSI TOPIK .....................................................................................................i TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) ..................................................................i TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) .................................................................i KRITERIA NARASUMBER .........................................................................................i JUMLAH JAM PEMBELAJARAN ................................................................................i DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii BAGIAN 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1 BAGIAN 2 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK SESUAI UU NO 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI ............................................................2 BAB IV PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI .................................................2 a.
Para Pihak .............................................................................................2
b.
Pengikatan Para Pihak ..........................................................................4
c.
Kontrak Kerja Konstruksi ......................................................................6
BAB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI ......................................8 BAB VI KEGAGALAN BANGUNAN ....................................................................10 BAB IX PENYELESAIAN SENGKETA ..................................................................11 BAB X SANKSI ...................................................................................................12 BAGIAN 3 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK SESUAI PERATURAN PEMERINTAHNO 29 TAHUN 2000 JO PERATURAN PEMERINTAH N0 59 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI ....................................14 PASAL 2 RUANG LINGKUP ...............................................................................14 PASAL 15 KEWAJIBAN PENGGUNA JASA .........................................................14 PASAL 20 KONTRAK KERJA KONSTRUKSI .........................................................15 PASAL 21 JENIS KONTRAK KONSTRUKSI .........................................................16 PASAL 22 DOKUMEN KONTRAK KONSTRUKSI .................................................17
PASAL 23 SURAT PERJANJIAN KONTRAK KONSTRUKSI ...................................17 BAGIAN 4 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK SESUAIPERATURAN PRESIDEN NO 54 TAHUN 2010 JO PERATURAN PRESIDEN NO 04 TAHUN 2015TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH .................................21 PASAL 1 ISTILAH...............................................................................................21 PASAL 7 ORGANISASI PENGADAAN .................................................................21 PASAL 8 TUGAS POKOK DAN KEWENANGAN PA .............................................22 PASAL 11 TUGAS POKOK DAN KEWENANGAN PPK .........................................23 PASAL 17 TUGAS POKOK DAN KEWENANGAN ULP .........................................24 PASAL 50 PENETAPAN JENIS KONTRAK ...........................................................26 PASAL 51 JENIS KONTRAK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN .....................27 PASAL 52 JENIS KONTRAK BERDASARKAN PEMBEBANAN TAHUN ANGGARAN .........................................................................................................................28 PASAL 53 JENIS KONTRAK BERDASARKAN SUMBER PENDANAAN ..................29 PASAL 54 JENIS KONTRAK BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN..........................29 PASAL 55 TANDA BUKTI PERJANJIAN ..............................................................29 PASAL 86 PENANDATANGANAN KONTRAK .....................................................29 PASAL 89 PEMBAYARAN ..................................................................................33 PASAL 92 PENYESUAIAN HARGA .....................................................................34 PASAL 93. PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK ......................................35 PASAL 101. PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PELELANGAN/SELEKSI INTERNATIONAL (TERKAIT BAHASA DALAM KONTRAK) ..................................36 PASAL 110 E-PURCHASING ..............................................................................37 JAMINAN ..............................................................................................................38 PENGERTIAN ....................................................................................................38 PASAL 67 JAMINAN PENGADAAN BARANG/JASA ...........................................38 PASAL 68 JAMINAN PENAWARAN ...................................................................38
PASAL 69 JAMINAN UANG MUKA ...................................................................38 PASAL 70 JAMINAN PELAKSANAAN.................................................................39 PASAL 71. JAMINAN PEMELIHARAAN .............................................................39 PASAL 82 JAMINAN SANGGAH BANDING........................................................40 PASAL 72 SERTIFIKAT GARANSI/JAMINAN ......................................................40 HARGA SATUAN TIMPANG ..................................................................................41 DAFTAR HITAM...................................................................................................41
PERPRES NO 54 TAHUN 2010 JO PERPRES NO 4 TAHUN 2015 ...............41
Permen PU No. 07 Tahun 2011 Jo Permen PU No. 07 Tahun 2014 .......41
Perka LKPP No. 18 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Operasional Daftar Hitam ....................................................................................................48
BAGIAN 1 PENDAHULUAN Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi Kontrak konstruksi memiliki kontribusi yang cukup signifikan atas terjadinya sengketa kontrak. Survey pada tahun 2006 yang dilakukan oleh Soekirno dkk menghasilkan bahwa sebesar 53,37% sengketa konstruksi disebabkan oleh kontrak konstruksi. Dua aspek yang paling sering menyebabkan sengketa adalah kondisi lapangan dan kondisi eksternal. Hal ini menunjukkan masih lemahnya dokumen kontrak kita dalam mencakupi hal – hal yang mungkin terjadi. Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan konsultansi didasari dengan perjanjian yang mengikat penyedia dan pengguna jasa yang sering disebut dengan kontrak. Kontrak adalah dokumen yang mempunyai kekuatan hukum, yang dibuat oleh dua orang atau lebih, yang berisi tentang hak dan kewajiban dari pihak - pihak yang bersangkutan untuk melaksanakan sebuah perjanjian pekerjaan. Sementara kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Oleh karena itu yang dimaksud oleh kontrak kerja konstruksi bukan hanya surat perjanjian yang berisi hak dan kewajiban saja, tapi juga keseluruhan dokumen yang terkait dengan pekerjaan konstruksi atau konsultansi misalnya surat keputusan, laporan, absensi, berita acara, dan lain – lain. Pada modul ini akan dibahas sumber – sumber hukum yang menjadi dasar dari kontrak itu sendiri. Di Indonesia peraturan perundang – undangan terkait kontrak adalah:
1
BAGIAN 2 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK SESUAI UU NO 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI BAB I KETENTUAN UMUM a. Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. b. Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik secara keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa. BAB IV PENGIKATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI a.
Para Pihak
Pasal – pasal mengenai pihak – pihak dalam pekerjaan konstruksi adalah: 1. Pasal 14 Para pihak dalam pekerjaan konstruksi terdiri atas: a. pengguna jasa; b. penyedia jasa. 2
2. Pasal 15 (1) Pengguna jasa sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 huruf a, dapat menunjuk wakil untuk melaksanakan kepentingannya dalam pekerjaan konstruksi. (2) Pengguna jasa harus memiliki kemampuan membayar biaya pekerjaan konstruksi yang didukung dengan dokumen pembuktian dari Lembaga Perbankan dan atau Lembaga Keuangan bukan bank. (3) Bukti kemampuan membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diwujudkan dalam bentuk lain yang disepakati dengan mempertimbangkan lokasi, tingkat kompleksitas, besaran biaya dan atau fungsi bangunan yang dituangkan dalam perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan penyedia jasa. (4) Jika pengguna jasa adalah Pemerintah, pembuktian kemampuan untuk membayar diwujudkan dalam dokumen tentang ketersedinan anggaran. (5) Pengguna jasa harus memenuhi kelengkapan yang dipersyaratkan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. 3. Pasal 16 (1) penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 Huruf b terdiri dari: a. perencana konstruksi; b. pelaksana konstruksi; c. pengawas konstruksi. (2) Layanan jasa yang dilakukan oleh penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tiap-tiap penyedia jasa secara terpisah dalam pekerjaan konstruksi. (3) Layanan jasa perencanaan, Pelaksanaan, dan pengawasan dapat dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan besaran pekerjaan atau biaya, penggunaan teknologi canggih, serta risiko besar bagi para pihak ataupun kepentingan umum dalam satu pekerjaan konstruksi.
3
b. Pengikatan Para Pihak
Pasal – pasal mengenai pengikatan para pihak dalam pekerjaan konstruksi adalah: 1. Pasal 17 (1) Pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas. (2) Pelelangan terbatas hanya boleh diikuti oleh penyedia jasa yang dinyatakan telah lulus prakualifikasi. (3) Dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan dengan cara pemilihan langsung atau penunjukan langsung. (4) Pemilihan penyedia jasa harus mempertimbangkan kesesuaian bidang, keseimbangan antara kemampuan dan beban kerJa, serta kinerja penyedia jasa. (5) Pemilihan penyedia jasa hanya boleh diikuti oleh penyedia jasa yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 2 8 dan Pasal 9 .
1
Pasal 8 Perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi yang berbentuk badan usaha harus: a. Memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha di bidang jasa konstruksi; b. memiliki sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. 2 Pasal 9 (1) Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keahlian. (2) Pelaksana konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja. (3) Orang perseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai perencana konstruksi atau pengawaskonstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian. (4) Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan keahlian kerja.
4
2.
3.
4.
5.
(6) Badan-badan usaha yang dimiliki oleh satu atau kelompok orang yang sama atau berada pada kepengurusan yang sama tidak boleh mengikuti pelelangan untuk satu pekerjaan konstruksi secara bersamaan. Pasal 18 (1) Kewajiban pengguna jasa dalam pengikatan mencakup: a. menerbitkan dokumen tentang pemilihan penyedia jasa yang memuatketentuan-ketentuan secara lengkap, jelas dan benar serta dapat dipahami. b. menetapkanpenyedia jasa secara tertulis sebagai hasil Pelaksanaan pemilihan. (2) Dalam pengikatan, penyedia jasa wajib menyusun dokumen penawaran berdasarkan prinsip keahlian untuk disampaikan kepada pengguna jasa. (3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bersifat mengikat bagi kedua pihak dan salah satu pihak tidak dapat mengubah dakumen tersebut secara sepihak sampai dengan penandatanganan kontrak kerja konstruksi. (4) Pengguna jasa dan penyedia jasa harus menindaklanjuti penetapan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan suatu kontrak kerja konstruksi untuk menjamin terpenuhinya hak dan kewajiban para pihak yang secara adil dan seimbang serta dilandasi dengan itikad baik dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Pasal 19 Jika pengguna jasa mengubah atau membatalkan penetapan tertulis, atau penyedia jasa mengundurkan diri setelah diterbitkannya penetapan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf b, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak, maka pihak yang mengubah atau membatalkan penetapan, atau mengundurkan diri wajib dikenakan ganti rugi atau bisa dituntut secara hukum. Pasal 20 Pengguna jasa dilarang memberikan pekerjaan kepada penyedia jasa yang terafiliasi untuk mengerjakan satu pekerjaan konstruksi pada lokasi dan dalam kurun waktu yang sama tanpa melalui pelelangan umum ataupun pelelangan terbatas. Pasal 21 (1) Ketentuan mengenai pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, dan 5
pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 berlaku juga dalam pengikatan antara penyedia jasa dan sub penyedia jasa. (2) Ketentuan mengenai tatacara pemilihan penyedia jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, penerbitan dokumen dan penetapan penyedia jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. c.
Kontrak Kerja Konstruksi
Pasal – pasal mengenai pengikatan para pihak dalam pekerjaan konstruksi adalah: 1. Pasal 22 (1) Pengaturan hubungan kerja berdasarkan hukum sebagaimanadimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) harus dituangkan dalam kontrak keria konstruksi. (2) Kontrak Kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai: a. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak; b. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu Pelaksanaan;
6
c. Masa pertanggungan dan atau pemeliharnan, yang memuat tentang jangka waktu pertanggungan dan atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa; d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi; e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi; f. Cara Pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewaJiban pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi; g. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan; h. Penyelesaian Perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan; i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. Keadaan memaksa (force majeure}, yang memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemanan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak; k. Kegagalan Bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan; l. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial; m. Aspek Lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan. (3) Kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan harus memuat ketentuan tentang hak atas kekaynan intelektual. (4) Kontrak kerja konstruksi dapat memuat kesepakatan para pihak tentang pemberian insentif. 7
(5) Kontrak kerja konstruksi untuk kegiatan pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi, dapat memuat ketentuan tentang sub penyedia jasa serta pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan yang harus memenuhi standar yang berlaku. (6) Kontrak kerja konstruksi dibnat dalam Bahasa Indonesia dan dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan pihak asing, maka dapat dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. (7) Ketentuan mengenai kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga dalam lcontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dengan subpenyedia jasa. (8) Ketentuan mengenai kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hak atas kekaynan intelektual sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dan mengenai pemasok dan/ atau komponen bahan bangunan dan/latau peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. BAB V PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI 1.
Pasal 23
Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi (1)
KetentuantentangKete knikandiaturlebihlanju l hM iT k i
Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi tahap perencanaan dan tahap Pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing tahap dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran. 8
(2)
(3)
(4) 2.
Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keamanan, keselamatan dan keselamatan kerja,perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Para pihak dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kewajiban yang dipersyaratkan untuk menjamin berlangsungnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 24 (1) Penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dapat menggunakan subpenyedia jasa yang mempunyai keahlian khusus sesuai dengan masingmasing tahapan pekerjaan konstruksi. (2) Subpenyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus 3 memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan 4 Pasal 9 . (3) Penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi hak-hak subpenyedia jasa sebagaimana tercantum dalam kontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa. (4) Subpenyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagaimana tercantum dalam kontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa.
3
Ibid., Hal. 4 Ibid., Hal. 4
4
9
BAB VI KEGAGALAN BANGUNAN
1.
2.
3.
Pasal 25 (1) Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan. (2) Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun. (3) Kegagalan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli. Pasal 26 (1) Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan perencana atau pengawas konstruksi, dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka perencana atau pengawas konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi. (2) Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pelaksana konstruksi dan hal tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pelaksana konstruksi wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan ganti rugi. Pasal 27 Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan pengguna jasa dalam pengelolaan bangunan dan hal tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka pengguna jasa waJib bertanggungjawab dan dikenai ganti rugi. 10
4.
Pasal 28 Ketentuan mengenai jangka waktu dan penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, tanggung jawab perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan Pengawas konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 serta tanggung jawab pengguna jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 7 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
BAB IX PENYELESAIAN SENGKETA 1.
Umum Pasal 36 (1) Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa. (2) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhadap tindak pidana dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. (3) Jika dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.
2. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Pasal 37 (1) Penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar pengadilan dapat ditempuh untuk masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, serta dalam hal terjadi kegagalan bangunan. (2) Penyelesaian sengketa jasa konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan jasa pihak ketiga, yang disepakati oleh para pihak. (3) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dibentuk oleh Pemerintah dan/atau masyarakat jasa konstruksi. 3. Gugatan Masyarakat a. Pasal 38 (1)Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi berhak mengajukan gugatan ke pengadilan secara: a. orang perseorangan; 11
b.
c.
b. kelompok orang dengan pemberian kuasa; c. kelompok orang tidak dengan knasa melalu gugatan perwakilan. (2) Jika diketahui bahwa masyarakat menderita sebagai akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sedemikian rupa sehingga mempengarahi peri kehidupan pokok masyarakat, Pemerintah wajib berpihak pada dan dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat. Pasal 39 Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) adalah tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu dan/atau tuntutan berupa biaya atau pengeluaran nyata dengan tidak menutup kemungkinan tuntutan lain sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 40 Tatacara pengajuan gugatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (1) diajukan oleh orang perseorangan, kelompok orang, atau lembaga kemasyarakatan dengan mengacu kepada Hukum Acara Perdata.
BAB X SANKSI 1.
Pasal 41 Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi administratif dan/atau pidana atas pelanggaran Undang undang ini.
2.
Pasal 42 (1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 yang dapat dikenakan kepada penyedia jasa berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi; c. pembatasan kegiatan usaha danlatau profesi; d. pembekuan izin usaha dan/atau profesi; e. pencabutan izin usaha dan/atau profesi. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 yang dapat dikenakan kepada pengguna jasa berupa: a. peringatan tertulis; b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi; c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi; d. larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi; e. pembekuan izin Pelaksanaan pekerjaan konstruksi; f. pencabutan izin Pelaksanaan pekerjaan konstruksi. 12
(3) Ketentuan mengenai tatalaksana dan penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 3.
Pasal 43 (1) Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak. (2) Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5% (lima per seratus) dari nilai kontrak. (3) Barang siapa yang melakukan pengawasan Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.
13
BAGIAN 3 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK SESUAI PERATURAN PEMERINTAH NO. 29 TAHUN 2000 JO PERATURAN PEMERINTAH N0 59 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PASAL 2 RUANG LINGKUP Lingkup pengaturan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi meliputi pemilihan penyedia jasa, kontrak kerja konstruksi, penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, kegagalan bangunan, penyelesaian sengketa, larangan persekongkolan, dan sanksi administratif. PASAL 15 KEWAJIBAN PENGGUNA JASA Pengguna jasa dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk: a. mengumumkan secara luas melalui media elektronik dan/atau media cetak untuk setiap pekerjaan yang ditawarkan dengan cara pelelangan umum atau pelelangan terbatas; b. menerbitkan dokumen pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung secara lengkap, jelas, dan benar serta dapat dipahami, yang memuat: 1) petunjuk bagi penawaran; 2) tata cara pelelangan umum, pelelangan terbatas atau pemilihan langsung mencakup prosedur, persyaratan, dan kewenangan; 3) persyaratan kontrak mencakup syarat umum dan syarat khusus; dan 4) ketentuan evaluasi. c. mengundang semua penyedia jasa yang lulus prakualifikasi untuk memasukkan penawaran; d. menerbitkan dokumen penunjukan langsung secara lengkap, jelas, dan benar serta dapat dipahami yang memuat: 1) tata cara penunjukan langsung mencakup prosedur, persyaratan, dan kewenangan; dan 2) syarat-syarat kontrak mencakup syarat umum dan syarat khusus; e. memberikan penjelasan tentang pekerjaan termasuk mengadakan peninjauan lapangan apabila diperlukan; f. memberikan tanggapan terhadap sanggahan dari penyedia jasa; g. menetapkan penyedia jasa dalam batas waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang; 14
h. mengembalikan jaminan penawaran bagi penyedia jasa yang kalah, sedangkan bagi penyedia jasa yang menang mengikuti ketentuan yang diatur dalam dokumen pelelangan; i. menunjukkan bukti kemampuan membayar; j. menandatangani kontrak kerja konstruksi dalam batas waktu yang ditentukan dalam dokumen lelang; k. mengganti biaya yang dikeluarkan oleh penyedia jasa untuk penyiapan pelelangan apabila pengguna jasa membatalkan pemilihan penyedia jasa tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; dan l. memberikan penjelasan tentang risiko pekerjaan termasuk kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam pekerjaan konstruksi dan mengadakan peninjauan lapangan apabila diperlukan. PASAL 20 KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
(1)
(2) (3)
Kontrak kerja konstruksi pada dasarnya dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan konstruksi yang terdiri dari kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan pelaksanaan, dan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan pengawasan. Dalam hal pekerjaan terintegrasi, kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dituangkan dalam 1 (satu) kontrak kerja konstruksi. Kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibedakan berdasarkan : a. Bentuk imbalan yang terdiri dari : 1) Lump Sum; 2) harga satuan; 3) biaya tambah imbalan jasa; 15
4) gabungan Lump Sum dan harga satuan; atau 5) Aliansi. b. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang terdiri dari : 1) tahun tunggal; atau 2) tahun jamak. c. Cara pembayaran hasil pekerjaan : 1) sesuai kemajuan pekerjaan; atau 2) secara berkala. PASAL 21 JENIS KONTRAK KONSTRUKSI (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Lump Sum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 1 merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Harga Satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 2 merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia jasa. Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Biaya Tambah Imbalan Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 3 merupakan kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana jenis-jenis pekerjaan dan volumenya belum diketahui dengan pasti, sedangkan pembayarannya dilakukan berdasarkan pengeluaran biaya yang meliputi pembelian bahan, sewa peralatan, upah pekerja dan lain-lain, ditambah imbalan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 4 merupakan gabungan Lump Sum dan atau harga satuan dan atau tambah imbalan jasa dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan sejauh yang disepakati para pihak dalam kontrak kerja konstruksi. Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Aliansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 4 merupakan kontrak pengadaan jasa dimana suatu harga kontrak referensi ditetapkan lingkup 16
dan volume pekerjaan yang belum diketahui ataupun diperinci secara pasti sedangkan pembayarannya dilakukan secara biaya tambah imbal jasa dengan suatu pembagian tertentu yang disepakati bersama atas penghematan ataupun biaya lebih yang timbul dari perbedaan biayasebenarnya dan harga kontrak referensi. PASAL 22 DOKUMEN KONTRAK KONSTRUKSI Kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) sekurang-kurangnya harusmemuat dokumen yang meliputi : a. Surat perjanjian yang ditandatangani pengguna jasa dan penyedia jasa yang memuat antara lain : 1) uraian para pihak; 2) konsiderasi; 3) lingkup pekerjaan; 4) hal-hal pokok seperti nilai kontrak, jangka waktu pelaksanaan; dan 5) daftar dokumen-dokumen yang mengikat beserta urutan keberlakuannya; b. Dokumen lelang, yaitu dokumen yang disusun oleh pengguna jasa yang merupakan dasar bagi penyedia jasa untuk menyusun usulan atau penawaran untuk pelaksanaan tugas yang berisi lingkup tugas dan persyaratannya (umum dan khusus, teknis dan administratif, kondisi kontrak); c. Usulan atau penawaran, yaitu dokumen yang disusun oleh penyedia jasa berdasarkan dokumen lelang yang berisi metode, harga penawaran, jadwal waktu, dan sumber daya; d. Berita acara berisi kesepakatan yang terjadi antara pengguna jasa dan penyedia jasa selama proses evaluasi usulan atau penawaran oleh pengguna jasa antara lain klarifikasi atas hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan; e. Surat pernyataan dari pengguna jasa menyatakan menerima atau menyetujui usulan atau penawaran dari penyedia jasa; dan f. Surat pernyataan dari penyedia jasa yang menyatakan kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan. PASAL 23 SURAT PERJANJIAN KONTRAK KONSTRUKSI (1)
Kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) sekurang-kurangnya harus memuat uraian mengenai : a. Para pihak yang meliputi : 17
b.
c.
d.
e. f.
1) Akta badan usaha atau usaha orang perseorangan; 2) Nama wakil/kuasa badan usaha sesuai kewenangan pada akta badan usaha atau sertifikat keahlian kerja dan sertifikat keterampilan kerja bagi usaha orang perseorangan; dan 3) Tempat kedudukan dan alamat badan usaha atau usaha orang perseorangan; Rumusan pekerjaan yang meliputi : 1) Pokok-pokok pekerjaan yang diperjanjikan; 2) Volume atau besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan; 3) Nilai pekerjaan dan ketentuan mengenai penyesuaian nilai pekerjaan akibat fluktuasi harga untuk kontrak kerja konstruksi bertahun jamak; 4) Tata cara penilaian hasil pekerjaan dan pembayaran; dan 5) Jangka waktu pelaksanaan; Pertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi meliputi : 1) Jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang berkaitan dengan pembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan, tenaga kerja, tuntutan pihak ketiga dan kegagalan bangunan; 2) Pertanggungan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) memuat : a) Nilai jaminan; b) Jangka waktu pertanggungan; c) Prosedur pencairan; dan d) Hak dan kewajiban masing-masing pihak; dan 3) Dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kontrak kerja konstruksi, pengguna jasa dapat mencairkan dan selanjutnya menggunakan jaminan dari penyedia jasasebagai kompensasi pemenuhan kewajiban penyedia jasa; Tenaga ahli yang meliputi : 1) Persyaratan klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli; 2) Prosedur penerimaan dan atau pemberhentian tenaga ahli yang dipekerjakan; dan 3) Jumlah tenaga ahli sesuai dengan jenis pekerjaan; Hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak kerja konstruksi meliputi : 1) Hak dan kewajiban pengguna jasa; dan 2) Hak dan kewajiban penyedia jasa; Cara pembayaran memuat : 1) Volume/besaran fisik; 2) Cara pembayaran hasil pekerjaan; 18
g.
h.
i.
j.
k.
3) Jangka waktu pembayaran; 4) Denda keterlambatan pembayaran; dan 5) Jaminan pembayaran; Ketentuan mengenai cidera janji yang meliputi : 1) Bentuk cidera janji : a) Oleh penyedia jasa yang meliputi : - Tidak menyelesaikan tugas; - Tidak memenuhi mutu; - Tidak memenuhi kuantitas; dan - Tidak menyerahkan hasil pekerjaan; dan b) Oleh pengguna jasa yang meliputi : - Terlambat membayar; - Tidak membayar; dan - Terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan; dan 2) Dalam hal terjadi cidera janji yang dilakukan oleh penyedia jasa atau pengguna jasa, pihak yang dirugikan berhak untuk memperoleh kompensasi, penggantian biaya dan atau perpanjangan waktu, perbaikan atau pelaksanaan ulang hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang diperjanjikan atau pemberian ganti rugi; Penyelesaian perselisihan memuat : 1) Penyelesaian di luar pengadilan melalui alternatif penyelesaian sengketa, atau arbitrase; dan 2) Penyelesaian melalui pengadilan sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku; Ketentuan pemutusan kontrak kerja konstruksi memuat : 1) Bentuk pemutusan yang meliputi pemutusan yang disepakati para pihak atau pemutusan secara sepihak; dan 2) Hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa sebagai konsekuensi dari pemutusankontrak kerja konstruksi; Keadaan memaksa mencakup kesepakatan mengenai : 1) Risiko khusus; 2) Macam keadaan memaksa lainnya; dan 3) Hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa pada keadaan memaksa; Kewajiban para pihak dalam kegagalan bangunan meliputi : 1) Jangka waktu pertanggungjawaban kegagalan bangunan; dan 2) Bentuk tanggung jawab terhadap kegagalan bangunan;
19
(2)
(3) (4)
(5) (6)
l. Perlindungan pekerja memuat : 1) Kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; dan 2) Bentuk tanggung jawab dalam perlindungan pekerja; dan m. Aspek lingkungan memuat : 1) Kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan undang-undang yang berlaku; dan 2) Bentuk tanggung jawab mengenai gangguan terhadap lingkungan dan manusia. Kontrak kerja konstruksi harus memuat ketentuan tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual yang mencakup : a. Kepemilikan hasil perencanaan, berdasarkan kesepakatan; dan b. Pemenuhan kewajiban terhadap hak cipta atas hasil perencanaan yang telah dimiliki olehpemegang hak cipta dan hak paten yang telah dimiliki oleh pemegang hak paten sesuai undangundang tentang hak cipta dan undang-undang tentang hak paten. Kontrak kerja konstruksi dapat memuat ketentuan tentang insentif yang mencakup persyaratan pemberian insentif, dan bentuk insentif. Kontrak kerja konstruksi dapat memuat ketentuan tentang sub penyedia jasa dan atau pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan mengenai hal-hal : a. Pengusulan oleh penyedia jasa dan pemberian izin oleh pengguna jasa untuk sub penyedia jasa/pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan; b. Tanggung jawab penyedia jasa dalam kaitan penggunaan sub penyedia jasa/pemasok terhadap pemenuhan ketentuan kontrak kerja konstruksi; dan c. Hak intervensi pengguna jasa dalam hal : 1) pembayaran dari penyedia jasa kepada sub penyedia jasa/pemasok terlambat; dan 2) sub penyedia jasa/pemasok tidak memenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi. Pada kontrak kerja konstruksi dengan mempergunakan 2 (dua) bahasa harus dinyatakan secara tegashanya 1 (satu) bahasa yang mengikat secara hukum. Kontrak kerja konstruksi tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia.
20
BAGIAN 4 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK SESUAI PERATURAN PRESIDEN NO 54 TAHUN 2010 JO PERATURAN PRESIDEN NO. 04 TAHUN 2015 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PASAL 1 ISTILAH (1) (2) (3) (4)
Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung, dan E-Purchasing. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola.
PASAL 7 ORGANISASI PENGADAAN
21
(1)
Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Penyedia Barang/Jasa terdiri atas: a. PA/KPA; b. PPK; c. ULP/Pejabat Pengadaan; dan d. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. (2) Organisasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Pengadaan melalui Swakelola terdiri atas: a. PA/KPA; b. PPK; b1. ULP/Pejabat Pengadaan/Tim Pengadaan; dan c. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. (2a) Pengangkatan dan pemberhentian Pejabat sebagaimana disebut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak terikat tahun anggaran. (3) PPK dapat dibantu oleh tim pendukung yang diperlukan untuk pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. (4) Perangkat organisasi ULP ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
PASAL 8 TUGAS POKOK DAN KEWENANGAN PA (1)
PA memiliki tugas dan kewenangan sebagai berikut: a. menetapkan Rencana Umum Pengadaan; b. mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di websiteK/L/D/I; c. menetapkan PPK; d. menetapkan Pejabat Pengadaan; e. menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan; 22
(2)
f. menetapkan: 1) pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau 2) pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). g. mengawasi pelaksanaan anggaran; h. menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; i. menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/ Pejabat Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat; Dan j. mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan Barang/Jasa. Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal diperlukan, PA dapat: a. menetapkan tim teknis; dan/atau b. menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan Pengadaan melalui Sayembara/Kontes.
PASAL 11 TUGAS POKOK DAN KEWENANGAN PPK (1)
PPK memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut: a. menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi: 1) spesifikasi teknis Barang/Jasa; 2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS); dan 3) rancangan Kontrak. b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa; c. menyetujui bukti pembelian atau menandatangani Kuitansi/Surat Perintah Kerja (SPK)/surat perjanjian; d. melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa; e. mengendalikan pelaksanaan Kontrak; f. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA; g. menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan Berita Acara Penyerahan; h. melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan; dan 23
(2)
i. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Selain tugas pokok dan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal diperlukan, PPK dapat: a. mengusulkan kepada PA/KPA: 1) perubahan paket pekerjaan; dan/atau 2) perubahan jadwal kegiatan pengadaan; b. menetapkan tim pendukung; c. menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis untuk membantu pelaksanaan tugas ULP; dan d. menetapkan besaran Uang Muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia Barang/Jasa.
PASAL 17 TUGAS POKOK DAN KEWENANGAN ULP (2)
Tugas pokok dan kewenangan Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan meliputi: a. menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/ Jasa; b. menetapkan Dokumen Pengadaan; c. menetapkan besaran nominal Jaminan Penawaran; d. mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di website Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional; 24
e. menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi; f. melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk; g. khusus untuk Kelompok Kerja ULP: 1) menjawab sanggahan; 2) menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk: a) Pelelangan atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau b) Seleksi atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah); 3) menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada PPK; 4) menyimpan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa; 5) membuat laporan mengenai proses Pengadaan kepada Kepala ULP. h. khusus Pejabat Pengadaan: 1) menetapkan Penyedia Barang/Jasa untuk: a) Pengadaan Langsung atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah); dan/atau b) Pengadaan Langsung atau Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); 2) menyampaikan hasil Pemilihan dan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada PPK; 3) menyerahkan dokumen asli pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada PA/KPA; dan 4) membuat laporan mengenai proses Pengadaan kepada PA/KPA. i. memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA. (2a) Tugas pokok dan kewenangan Kepala ULP meliputi: a. memimpin dan mengoordinasikan seluruh kegiatan ULP; b. menyusun program kerja dan anggaran ULP; c. mengawasi seluruh kegiatan pengadaan Barang/ Jasa di ULP dan melaporkan apabila ada penyimpangan dan/atau indikasi penyimpangan; 25
(3)
d. membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi; e. melaksanakan pengembangan dan pembinaan Sumber Daya Manusia ULP; f. menugaskan/menempatkan/memindahkan anggota Kelompok Kerja sesuai dengan beban kerja masing-masing Kelompok Kerja ULP; dan g. mengusulkan pemberhentian anggota Kelompok Kerja yang ditugaskan di ULP kepada PA/KPA/Kepala Daerah, apabila terbukti melakukan pelanggaran peraturan perundang-undangan dan/atau KKN. Selain tugas pokok dan kewewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam hal diperlukan Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan dapat mengusulkan kepada PPK: a. perubahan HPS; dan/atau b. perubahan spesifikasi teknis pekerjaan.
PASAL 50 PENETAPAN JENIS KONTRAK
(1) (2)
(3)
PPK menetapkan jenis Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dalam rancangan kontrak kontrak Pengadaan Barang/Jasa meliputi : a. Kontrak berdasarkan cara pembayaran; b. Kontrak berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran; c. Kontrak berdasarkan sumber pendanaan; dan d. Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan cara pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, terdiri atas: a. Kontrak Lump Sum; b. Kontrak Harga Satuan; 26
(4)
(5)
(6)
c. Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan; d. Kontrak Persentase; dan e. Kontrak Terima Jadi (Turnkey). Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, terdiri atas: a. Kontrak Tahun Tunggal; dan b. Kontrak Tahun Jamak. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, terdiri atas: a. Kontrak Pengadaan Tunggal; b. Kontrak Pengadaan Bersama; dan c. Kontrak Payung (Framework Contract). Kontrak Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan jenis pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, terdiri atas: a. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal; dan b. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi.
PASAL 51 JENIS KONTRAK BERDASARKAN CARA PEMBAYARAN (1)
(2)
Kontrak Lump Sum merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai berikut: a. jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga; b. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa; c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak; d. sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based); e. total harga penawaran bersifat mengikat; dan f. tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang. Kontrak Harga Satuan merupakan Kontrak Pengadaan Barang/ Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Harga Satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu; b. volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat Kontrak ditandatangani; c. pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa; dan 27
(3) (4)
(5)
d. dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan. Kontrak gabungan Lump Sum dan Harga Satuan adalah Kontrak yang merupakan gabungan Lump Sum dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang diperjanjikan. Kontrak Persentase merupakan Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Penyedia Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya menerima imbalan berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan b. pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai dengan isi Kontrak. Kontrak Terima Jadi (Turnkey) merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan sebagai berikut: a. jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai dilaksanakan; b. pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama yang menunjukkan bahwa pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.
PASAL 52 JENIS KONTRAK BERDASARKAN PEMBEBANAN TAHUN ANGGARAN (1) (2)
(3)
Kontrak Tahun Tunggal merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat dana anggaran selama masa 1 (satu) Tahun Anggaran. Kontrak Tahun Jamak merupakan Kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa lebih dari 1 (satu) Tahun Anggaran atas beban anggaran, yang dilakukan setelah mendapatkan persetujuan: a. Menteri Keuangan untuk kegiatan yang nilainya diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah); b. Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan untuk kegiatan yang nilai kontraknya sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) bagi kegiatan: penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayanan perintis laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit, makanan untuk narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, pengadaan pita cukai, layanan pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaning service. Kontrak Tahun Jamak pada pemerintah daerah disetujui oleh Kepala Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
28
PASAL 53 JENIS KONTRAK BERDASARKAN SUMBER PENDANAAN (1) (2)
(3)
(4)
Kontrak Pengadaan Tunggal merupakan Kontrak yang dibuat oleh 1 (satu) PPK dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu. Kontrak Pengadaan Bersama merupakan Kontrak antara beberapa PPK dengan 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu tertentu, sesuai dengan kebutuhan masing-masing PPK yang menandatangani Kontrak. Kontrak Payung (Framework Contract) merupakan Kontrak Harga Satuan antara Pemerintah dengan Penyedia Barang/Jasa yang dapat dimanfaatkan oleh K/L/D/I, dengan ketentuan sebagai berikut: a. diadakan untuk menjamin harga Barang/Jasa yang lebih efisien, ketersediaan Barang/Jasa terjamin dan sifatnya dibutuhkan secara berulang dengan volume atau kuantitas pekerjaan yang belum dapat ditentukan pada saat Kontrak ditandatangani; dan b. pembayarannya dilakukan oleh setiap PPK/Satuan Kerja yang didasarkan pada hasil penilaian/pengukuran bersama terhadap volume/kuantitas pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa secara nyata. Pembebanan anggaran untuk Kontrak Pengadaan Bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dalam kesepakatan pendanaan bersama.
PASAL 54 JENIS KONTRAK BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN (1) (2)
Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang hanya terdiri dari 1 (satu) pekerjaan perencanaan, pelaksanaan atau pengawasan. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi merupakan Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi yang bersifat kompleks dengan menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan/atau pengawasan.
PASAL 55 TANDA BUKTI PERJANJIAN (1)
Tanda bukti perjanjian terdiri atas: bukti pembelian, kuitansi, Surat Perintah Kerja (SPK), surat perjanjian, dan surat pesanan.
PASAL 86 PENANDATANGANAN KONTRAK (1)
PPK menyempurnakan rancangan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa untuk ditandatangani. 29
(2)
Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa dilakukan setelah DIPA/DPA ditetapkan. (2a) Dalam hal proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilaksanakan mendahului pengesahan DIPA/DPA dan alokasi anggaran dalam DIPA/DPA tidak disetujui atau ditetapkan kurang dari nilai Pengadaan Barang/Jasa yang diadakan, proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilanjutkan ke tahap penandatanganan kontrak setelah dilakukan revisi DIPA/DPA atau proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dibatalkan. (3) Para pihak menandatangani Kontrak setelah Penyedia Barang/Jasa menyerahkan Jaminan Pelaksanaan. (4) Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang kompleks dan/atau bernilai diatas Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan setelah memperoleh pendapat ahli hukum Kontrak. (5) Pihak yang berwenang menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas nama Penyedia Barang/Jasa adalah Direksi yang disebutkan namanya dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar Penyedia Barang/Jasa, yang telah didaftarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (6) Pihak lain yang bukan Direksi atau yang namanya tidak disebutkan dalam Akta Pendirian/Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dapat menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa, sepanjang pihak tersebut adalah pengurus/karyawan perusahaan yang berstatus sebagai tenaga kerja tetap dan mendapat kuasa atau pendelegasian wewenang yang sah dari Direksi atau pihak yang sah berdasarkan Akta Pendirian/Anggaran Dasar untuk menandatangani Kontrak Pengadaan Barang/Jasa. Ketentuan mengenai pendapat ahli hukum kontrak diperkuat lagi dengan Peraturan menteri PU Nomor 14 Tahun 2013: Pasal 7 untuk pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi yang bernilai di atas Rp. 100.000.000.000 (seratus milyar rupiah) dan/atau yang bersifat kompleks sebelum ditandatangani oleh para pihak, terlebih dahulu harus memperoleh pendapat Ahli Kontrak Hukum Kontrak. Pasal 8 (1) Ahli Hukum Kontrak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 yang ditunjuk untuk memberikan pendapat hukum, harus berdasarkan persetujuan para pihak. (2) Dalam hal tidak diperoleh Ahli Hukum Kontrak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka pendapat hukum dapat diperoleh dari Tim Pendapat/Opini Hukum Kontrak 30
Pada tanggal 26 Agustus 2011 Menteri PU mengeluarkan Surat Edaran No 05/SE/M/2011 perihal Tim Pendapat/Opini Hukum Kontrak di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 07 Tahun 2011 tentang standar dan pedoman pekerjaan konstruksi dan jasa kosultansi.
31
32
Dokumen pendukung yang perlu dilampirkan pada saat mengajukan permohonan pendapat ahli hukum kontrak : 1. Draft Surat Perjanjian (yang terdapat dalam dok pengadaan) 2. Dokumen pengadaan yang berisi Lembar Data Pemilihan 3. Syarat-Syarat Umum Kontrak 4. Syarat-Syarat Khusus Kontrak 5. Berita Acara aanwijzing, dan Addendum dokumen pengadaan (apabila ada) 6. Surat Persetujuan Multiyears/sumber pembiayaan 7. Procurement guideline, PMM, dan lain-lain (hibah/pinjaman) PASAL 89 PEMBAYARAN (1)
(2) (2a) (3) (4)
(4a)
Pembayaran prestasi pekerjaan dapat diberikan dalam bentuk: a. pembayaran bulanan; b. pembayaran berdasarkan tahapan penyelesaian pekerjaan (termin); c. pembayaran secara sekaligus setelah penyelesaian pekerjaan. Pembayaran prestasi pekerjaan diberikan kepada Penyedia Barang/Jasa senilai prestasi pekerjaan yang diterima setelah dikurangi angsuran pengembalian Uang Muka dan denda apabila ada, serta pajak. Pembayaran untuk pekerjaan konstruksi, dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang. Permintaan pembayaran kepada PPK untuk Kontrak yang menggunakan subkontrak, harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh subkontraktor sesuai dengan perkembangan (progress) pekerjaannya. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (2) dan ayat (2a), pembayaran dapat dilakukan sebelum prestasi pekerjaan diterima/terpasang untuk: a. pemberian Uang Muka kepada Penyedia Barang/Jasa dengan pemberian Jaminan Uang Muka; b. Pengadaan Barang/Jasa yang karena sifatnya dapat dilakukan pembayaran terlebih dahulu, sebelum Barang/Jasa diterima setelah Penyedia Barang/Jasa menyampaikan jaminan atas pembayaran yang akan dilakukan; c. pembayaran peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang akan diserah terimakan, namun belum terpasang. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, termasuk bentuk jaminan diatur oleh Menteri Keuangan.
33
(5)
PPK menahan sebagian pembayaran prestasi pekerjaan sebagai uang retensi untuk Jaminan Pemeliharaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan.
PASAL 92 PENYESUAIAN HARGA (1)
(2)
(3)
Penyesuaian Harga dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. penyesuaian harga diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak berbentuk Kontrak Harga Satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum dalam Dokumen Pengadaan dan/atau perubahan Dokumen Pengadaan; b. tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas dalam Dokumen Pengadaan; c. penyesuaian harga tidak diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Tunggal dan Kontrak Lump Sum serta pekerjaan dengan Harga Satuan timpang. Persyaratan penggunaan rumusan penyesuaian harga adalah sebagai berikut: a. penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak yang masa pelaksanaannya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan diberlakukan mulai bulan ke-13 (tiga belas) sejak pelaksanaan pekerjaan; b. penyesuaian Harga Satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen keuntungan dan Biaya Overhead sebagaimana tercantum dalam penawaran; c. penyesuaian Harga Satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam Kontrak awal/adendum Kontrak; d. penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut; e. jenis pekerjaan baru dengan Harga Satuan baru sebagai akibat adanya adendum Kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke13 (tiga belas) sejak adendum Kontrak tersebut ditandatangani; dan f. Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia Barang/Jasa diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga terendah antara jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan. Penyesuaian Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:
34
(4) (5) (6) (7)
Hn Hn
= =
Ho a
= =
b, c, d
=
Bn, Cn, Dn
=
Bo, Co, Do
=
Ho (a+b.Bn/Bo +c.Cn/Co+d.Dn/Do+........) Harga Satuan Barang/Jasa pada saat pekerjaan dilaksanakan; Harga Satuan Barang/Jasa pada saat harga penawaran; Koefisien tetap yang terdiri atas keuntungan dan overhead; Dalam hal penawaran tidak mencantumkan besaran komponen keuntungan dan overhead maka a = 0,15 Koefisien komponen Kontrak seperti tenaga kerja, bahan, alat kerja, dan sebagainya; Penjumlahan a+b+c+d+.....dan seterusnya adalah 1,00. Indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan; Indeks harga komponen pada bulan ke-12 setelah penandatanganan Kontrak.
Penetapan koefisien Kontrak pekerjaan dilakukan oleh menteri teknis terkait. Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan BPS. Dalam hal indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS, digunakan indeks harga yang dikeluarkan oleh instansi teknis. Rumusan penyesuaian nilai Kontrak ditetapkan sebagai berikut: Pn Pn
= =
Hn
=
V
=
(Hn1 x V1) + (Hn2 xV2) + (Hn3 x V3) + ...... dan seterusnya; Nilai Kontrak setelah dilakukan penyesuaian Harga Satuan Barang/Jasa; Harga Satuan baru setiap jenis komponen pekerjaan setelah dilakukan penyesuaian harga menggunakan rumusan penyesuaian Harga Satuan; Volume setiap jenis komponen pekerjaan yang dilaksanakan.
PASAL 93. PEMUTUSAN KONTRAK SECARA SEPIHAK (1)
PPK dapat memutuskan Kontrak secara sepihak, apabila: a. kebutuhan barang/jasa tidak dapat ditunda melebihi batas berakhirnya kontrak; a.1. berdasarkan penelitian PPK, Penyedia Barang/Jasa tidak akan mampu menyelesaikan keseluruhan pekerjaan walaupun diberikan 35
kesempatan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan untuk menyelesaikan pekerjaan; a.2. setelah diberikan kesempatan menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menyelesaikan pekerjaan; b. Penyedia Barang/Jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan; c. Penyedia Barang/Jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses Pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau d. pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggararan persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang. (1a) Pemberian kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa menyelesaikan pekerjaan sampai dengan 50 (lima puluh) hari kalender, sejak masa berakhirnya pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.1. dan huruf a.2., dapat melampaui Tahun Anggaran. (2) Dalam hal pemutusan Kontrak dilakukan karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa: a. Jaminan Pelaksanaan dicairkan; b. sisa Uang Muka harus dilunasi oleh Penyedia Barang/Jasa atau Jaminan Uang Muka dicairkan; c. Penyedia Barang/Jasa membayar denda keterlambatan; dan d. Penyedia Barang/Jasa dimasukkan dalam Daftar Hitam. (3) Dalam hal dilakukan pemutusan Kontrak secara sepihak oleh PPK karena kesalahan Penyedia Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), elompok Kerja ULP dapat melakukan Penunjukan Langsung kepada pemenang cadangan berikutnya pada paket pekerjaan yang sama atau Penyedia Barang/Jasa yang mampu dan memenuhi syarat. PASAL 101. PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI PELELANGAN/SELEKSI INTERNATIONAL (TERKAIT BAHASA DALAM KONTRAK) (1) (2)
Dokumen Pengadaan melalui Pelelangan/Seleksi internasional ditulis dalam 2 (dua) bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dalam hal terjadi penafsiran arti yang berbeda terhadap Dokumen Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dokumen yang berbahasa Indonesia dijadikan acuan. 36
PASAL 110 E-PURCHASING (1)
E-Purchasing dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan/PPK atau pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Instansi/Institusi.
37
JAMINAN PENGERTIAN Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah jaminan tertulis yang dikeluarkan bank umum/perusahaan penjaminan/perusahaan asuransi yang diserahkan oleh penyedia barang/jasa kepada PPK/Pokja ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban penyedia barang/jasa PASAL 67 JAMINAN PENGADAAN BARANG/JASA (3)
(5) (6) (7)
Jaminan atas Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dapat dicairkan tanpa syarat (unconditional) sebesar nilai Jaminan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja, setelah surat pernyataan wanprestasi dari PPK/ULP diterima oleh Penerbit Jaminan. Jaminan dari Bank Umum, Perusahaan Penjaminan atau Perusahaan Asuransi dapat digunakan untuk semua jenis Jaminan. Perusahaan Penjaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah Perusahaan Penjaminan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan. Perusahaaan Asuransi penerbit Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah Perusahaan Asuransi Umum yang memiliki izin untuk menjual produk jaminan (suretyship) sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
PASAL 68 JAMINAN PENAWARAN (1) (2) (3)
Jaminan Penawaran diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya pada saat memasukkan penawaran, yang besarnya antara 1% (satu perseratus) hingga 3% (tiga perseratus) dari total HPS. Jaminan Penawaran dikembalikan kepada Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya setelah PPK menerima Jaminan Pelaksanaan untuk penandatanganan Kontrak. Jaminan Penawaran tidak diperlukan dalam hal Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dilaksanakan dengan Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung atau Kontes/Sayembara.
PASAL 69 JAMINAN UANG MUKA (1) (2)
Penyedia Jasa Konsultansi dapat diberikan Uang Muka. Jaminan Uang Muka diberikan oleh Penyedia Barang/Jasa terhadap pembayaran Uang Muka yang diterimanya. 38
(3) (4)
Besarnya Jaminan Uang Muka adalah senilai Uang Mukayang diterimanya. Pengembalian Uang Muka diperhitungkan secara proporsional pada setiap tahapan pembayaran.
PASAL 70 JAMINAN PELAKSANAAN (1) (2) (3) (4)
(5) (6)
Jaminan Pelaksanaan diberikan oleh Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi untuk Kontrak bernilai diatas Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Jaminan Pelaksanaan dapat diberikan oleh Penyedia Jasa Lainnya untuk Kontrak bernilai diatas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Jaminan Pelaksanaan diberikan setelah diterbitkannya SPPBJ dan sebelum penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya. Besaran nilai Jaminan Pelaksanaan adalah sebagai berikut: a. untuk nilai penawaran terkoreksi antara 80% (delapan puluh perseratus) sampai dengan 100% (seratus perseratus) dari nilai total HPS, Jaminan Pelaksanaan adalah sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak; atau b. untuk nilai penawaran terkoreksi dibawah 80% (delapan puluh perseratus) dari nilai total HPS, besarnya Jaminan Pelaksanaan 5% (lima perseratus) dari nilai total HPS. Jaminan Pelaksanaan berlaku sejak tanggal Kontrak sampai serah terima Barang/Jasa Lainnya atau serah terima pertama Pekerjaan Konstruksi. Jaminan Pelaksanaan dikembalikan setelah: a. penyerahan Barang/Jasa Lainnya dan Sertifikat Garansi; atau b. penyerahan Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak khusus bagi Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.
PASAL 71. JAMINAN PEMELIHARAAN (1)
(2) (3) (4)
Penyedia Barang/Jasa memberikan Jaminan Pemeliharaan kepada PPK setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai 100% (seratus perseratus), untuk: a. Pekerjaan Konstruksi; b. Pengadaan Jasa Lainnya yang membutuhkan masa pemeliharaan. Besaran nilai Jaminan Pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak. Jaminan Pemeliharaan dikembalikan setelah 14 (empat belas) hari kerja setelah masa pemeliharaan selesai. Penyedia Pekerjaan Konstruksi memilih untuk memberikan Jaminan Pemeliharaan atau memberikan retensi. 39
(5)
Jaminan Pemeliharaan atau retensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4), besarnya 5% (lima perseratus) dari nilai Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.
PASAL 82 JAMINAN SANGGAH BANDING (1)
(2) (3) (4) (5)
Peserta yang mengajukan Sanggahan Banding wajib menyerahkan Jaminan Sanggahan Banding yang berlaku 15 (lima belas) hari kerja sejak pengajuan Sanggahan Banding untuk Pelelangan Umum/Seleksi Umum/Pelelangan Terbatas, dan 5 (lima) hari kerja untuk Pelelangan Sederhana/Seleksi Sederhana/Pemilihan Langsung. Jaminan Sanggahan Banding ditetapkan sebesar 1% (satu perseratus) dari nilai total HPS. Sanggahan Banding menghentikan proses Pelelangan/Seleksi. Dalam hal Sanggahan Banding dinyatakan salah, Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi memerintahkan agar Kelompok Kerja ULP melanjutkan proses Pengadaan Barang/Jasa. Dalam hal Sanggahan Banding dinyatakan benar, Jaminan Sanggahan Banding dikembalikan kepada penyanggah.
PASAL 72 SERTIFIKAT GARANSI/JAMINAN (1) (2) (3)
Dalam Pengadaan Barang modal, Penyedia Barang menyerahkan Sertifikat Garansi. Sertifikat Garansi diberikan terhadap kelaikan penggunaan Barang hingga jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak. Sertifikat Garansi diterbitkan oleh Produsen atau pihak yang ditunjuk secara sah oleh Produsen.
40
HARGA SATUAN TIMPANG Perka LKPP nomor 14 tahun 2012 (Bab III.B.1, hal.61) Harga Satuan penawaran yang nilainya lebih besar dari 110% (seratus sepuluh perseratus) dari Harga Satuan yang tercantum dalam HPS dilakukan klarifikasi. Apabila setelah dilakukan klarifikasi ternyata harga satuan tersebut dinyatakan timpang maka harga satuan timpang hanya berlaku untuk volume sesuai dengan Daftar Kuantitas dan Harga. Jika terjadi penambahan volume, harga satuan yang berlaku sesuai dengan harga dalam HPS; PERPRES NO 54 TAHUN 2010 JO PERPRES NO 4 TAHUN 2015 • Pasal 19 Persyaratan Penyedia Barang/Jasa (1) Penyedia Barang/Jasa dalam Pelaksanaan PBJ wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir. b. tidak masuk dalam Daftar Hitam. (2a) Persyaratan pemenuhan kewajiban perpajakan tahun terakhir, dikecualikan untuk Pengadaan Langsung dengan menggunakan bukti pembelian atau kuitansi. • Pasal 124 Daftar Hitam (1) K/L/D/I membuat Daftar Hitam yang memuat identitas Penyedia Barang/Jasa yang dikenakan sanksi oleh K/L/D/I (2) K/L/D/I Menyerahkan Daftar Hitam kepada LKPP untuk dimasukkan dalam Daftar Hitam Nasional • Pasal 134 Ketentuan Teknis Operasional Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis operasional tentang Daftar Hitam, pengadaan secara elektronik, dan sertifikasi keahlian Pengadaan Barang/Jasa, diatur oleh Kepala LKPP paling lambat 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Presiden ini ditetapkan. PERMEN PU NO. 07 TAHUN 2011 JO PERMEN PU NO. 07 TAHUN 2014 • Pasal 1. Istilah Beberapa istilah yang mengalami perubahan adalah: 41
a.
b.
c.
d.
e. f.
g.
h.
Penyedia Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Penyedia adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Pekerjaan Konstruksi/ Jasa Konsultansi Konstruksi. Pengguna Anggaran adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/ Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi Pengguna APBN/APBD Unit Layanan Pengadaan adalah Unit organisasi yang dibentuk oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/ Pimpinan Institusi yang berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa yang bersifat permanen. ULP dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Kelompok Kerja ULP Perangkat dari ULP yang disusun dan ditetapkan oleh Kepala ULP berfungsi untuk melaksanakan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Anggota Pokja ULP terlebih dahulu ditetapkan oleh PA/KPA/Kepala Daerah. Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditetapkan oleh KPA berfungsi untuk melaksanakan pengadaan langsung. Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi adalah seluruh pekerjaan yang menggabungkan pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan/atau pengadaan barang konstruksi dan/atau pengoperasian dan layanan pemeliharaan Mata Pembayaran Utama adalah mata pembayaran yang pokok dan penting yang nilai bobot kumulatifnya minimal 80% (delapan puluh per seratus) dari seluruh nilai pekerjaan, dihitung mulai dari mata pembayaran yang nilai bobotnya terbesar Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan Jasa Konsultansi
42
• Pasal 2. Maksud dan Tujuan a. Maksud: sebagai acuan dalam pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi. b. Tujuan: agar pelaksanaan pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi lebih operasional dan efektif • Pasal 3. Ruang Lingkup a. Pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari anggaran pembangunan pemerintah (pusat/daerah). b. Pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi yang dananya bersumber dari pemerintah sebagaimana dimaksud di atas mencakup Pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari pinjaman atau hibah dalam negeri • Pasal 3a. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa
43
• Khusus untuk ibukota provinsi Papua dan Papua Barat diatur sebagai berikut:
Catatan: Pengusaha lokal yang ikut tidak diwajibkan memiliki pengalaman sebagai penyedia barang/jasa selama 4 th terakhir.
• Ketentuan Umum
1. Pelaksanaan pelelangan/seleksi segera dimulai setelah rencana kerja dan anggaran K/L/D/I disetujui DPR/DPRD sampai penetapan pemenang, penandatanganan kontrak dilakukan setelah Dokumen Anggaran disahkan. 44
2. Nilai Paket & Jenis Pekerjaan
3. Surat Jaminan
4. Nilai Pekerjaan Konstruksi > 100 Milyar & Pekerjaan Kompleks
45
5. Pada pengadaan Pekerjaan Konstruksi, untuk harga penawaran yang nilainya di bawah 80% (delapan puluh perseratus) HPS, wajib dilakukan evaluasi kewajaran harga.
6. K3 harus dicantumkan dalam dokumen pengadaan pekerjaan konstruksi 7. Kontrak untuk pekerjaan konstruksi & jasa konsultansi yang bernilai > 100 Milyar dan/atau yang bersifat kompleks sebelum ditandatangani oleh para pihak, terlebih dahulu harus memperoleh pendapat Ahli Hukum Kontrak. 8. Dalam hal tidak diperoleh Ahli Hukum Kontrak maka pendapat hukum dapat diperoleh dari Tim Pendapat/Opini Hukum Kontrak.
46
9. Keterlambatan Pekerjaan
10. Ketentuan penyesuaian harga: a. Tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dalam dokumen pengadaan; b. Penyesuaian harga diberlakukan terhadap kontrak tahun jamak dengan jenis kontrak harga satuan dan bagian kontrak harga satuan pada kontrak gabungan lump sum dan harga satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum dalam Dokumen Pengadaan; c. Penyesuaian harga tidak berlaku untuk jenis pekerjaan borongan; d. Penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut; e. Indeks harga bahan bangunan/konstruksi yang digunakan adalah indeks harga perdagangan besar sub sektor konstruksi bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). f. Pada pengumuman harus ditambahkan pencantuman sumber pendanaan dan TA untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut termasuk perkiraan kebutuhan dana untuk Penyesuaian Harga dan jangka waktu pelaksanaan Catatan: Harus ditambahkan ketentuan Penyesuaian Harga pada SSUK sebagai berikut: 47
a. Harga yang tercantum dalam kontrak dapat berubah akibat adanya penyesuaian harga sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Penyesuaian harga diberlakukan pada Kontrak Tahun Jamak yang masa pelaksanaannya ≥12 bulan mulai bulan ke-13 sejak pelaksanaan pekerjaan. c. Penyesuaian Harga Satuan berlaku bagi seluruh kegiatan/mata pembayaran, kecuali komponen keuntungan dan biaya operasional sebagaimana tercantum dalam penawaran. d. Penyesuaian Harga Satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tercantum dalam kontrak awal/adendum kontrak. e. Penyesuaian Harga Satuan bagi komponen pekerjaan yang berasal dari luar negeri, menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara asal barang tersebut. f. Jenis pekerjaan baru dengan Harga Satuan baru sebagai akibat adanya adendum kontrak dapat diberikan penyesuaian harga mulai bulan ke-13 sejak adendum kontrak tersebut ditandatangani. g. Kontrak yang terlambat pelaksanaannya disebabkan oleh kesalahan Penyedia diberlakukan penyesuaian harga berdasarkan indeks harga terendah antara jadwal awal dengan jadwal realisasi pekerjaan PERKA LKPP NO. 18 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL DAFTAR HITAM • Pasal 2 Ruang Lingkup a. Pengadaan Barang/jasa dilingkungan K/L/D/I (sebagian/seluruh dananya APBN/APBD) b. Pengadaan Barang/Jasa untuk investasi di BI, BHMN dan BUMN/D yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya dibebankan kepada APBN/APBD • Pasal 3. Penyebab Pengenaan Sanksi Daftar Hitam (1) Penyedia pada proses pemilihan, dikarenakan sanksi : a. Terbukti KKN/kecurangan/pemalsuan dalam proses pengadaan b. Mempengaruhi ULP/PPK/Pihak lain yang berwenang langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan dokumen pengadaan/HPS yang mengakibatkan persaingan tidak sehat 48
c. Mempengaruhi ULP/PPK/Pihak lain yang berwenang langsung maupun tidak langsung guna memenuhi keinginannya yang bertentangan dengan dokumen pengadaan/kontrak/peraturan perundangan d. Melakukan persekongkolan dengan penyedia untuk mengatur harga penawaran e. Membuat/menyampaikan dokumen/keterangan lain yang tidak benar unutk memenuhi persyaratan pengadaan Barang/Jasa f. Mengundurkan diri dari pelaksanaan kontrak dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan g. Mengundurkan diri pada masa penawarannya masih berlaku dengan alasan alasan yang tidak dapat diterima h. Menolak menaikkan jaminan pelaksanaan untuk penawaran < 80% HPS i. Mengundurkan diri/tidak hadir bagi calon pemenang/cadangan 1 dan 2 pada saat pembuktian kualifikasi dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh pejabat pengadaan j. Mengundurkan diri/tidak hadir bagi calon pemenang/cadangan 1 dan 2 pada saat klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh pejabat pengadaan k. Memalsukan data TKDN l. Mengundurkan diri bagi pemenang dan pemenang cadangan 1 dan 2 pada saat penunjukkan barang/jasa dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh PPK m. Mengundurkan diri dari pelaksanaan penandatangan kontrak dengan alasan yang tidak dapat diterima oleh PPK
49
SUB MODUL 1.2 TEKNIK PENYUSUNAN SURAT PERJANJIAN
50
DESKRIPSI TOPIK Suatu pengantar yang berfungsi untuk membantu para peserta agar lebih memahami tentang teknik penyusunan surat perjanjian.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah selesai mengikuti pembelajaran materi ini diharapkan para peserta memahami tentang teknik penyusunan surat perjanjian.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Setelah selesai mengikuti pembelajaran materi ini diharapkan para peserta mampu :
Menjelaskan teknik penyusunan surat perjanjian Menjelaskan tentang anatomi surat perjanjian
KRITERIA NARASUMBER
Narasumber yang menyampaikan materi dalam modul ini sebaiknya memiliki kriteria sebagai berikut: Praktisi atau akademisi yang berpengalaman dalam pelaksanaan kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah Memiliki wawasan dan pengetahuan mengenai hukum dan kebijakan dalam penyusunan dokumen kontrak konstruksi
JUMLAH JAM PEMBELAJARAN 2 x 60 menit
li
Daftar Isi _Toc440443758 DESKRIPSI TOPIK........................................................................................ li
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) ........................................................ li TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) ....................................................... li KRITERIA NARASUMBER ............................................................................... li JUMLAH JAM PEMBELAJARAN ...................................................................... li Daftar Isi....................................................................................................... lii BAGIAN 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1 BAGIAN 2 ANATOMI SURAT PERJANJIAN ..................................................... 2 ISI PERJANJIAN.......................................................................................... 5 PENUTUP ................................................................................................ 10 BAGIAN 3 KEKELIRUAN DALAM MENYUSUN KONTRAK YANG SERING DITEMUI ...................................................................................................... 12 CONTOH SURAT PERJANJIAN ................................................................. 14
lii
BAGIAN 1 PENDAHULUAN Surat Perjanjian merupakan bagian dari dokumen kontrak yang secara hirarki paling tinggi apabila terjadi pententangan isi antara bagian dokumen kontrak yang lainnya. Surat perjanjian/kontrak pekerjaan konstruksi/konsultansi terdiri dari pembukaan, isi perjanjian, dan penutup. Dalam Permen PU No. 07 tahun 2014, telah dibuat standar bentuk surat perjanjian baik konstruksi maupun konsultansi.
BAGIAN 2 ANATOMI SURAT PERJANJIAN PEMBUKAAN 1. Judul Kontrak Menjelaskan tentang judul dari Kontrak termasuk penyingkatan judulkontrak/perjanjian yang akan ditandatangani. Berisi judul dokumen, nama paket pekerjaan konstruksi/konsultansi, dan jenis kontrak menurut cara pembayaran. 2. Nomor Kontrak Menjelaskan nomor Kontrak yang akan ditandatangani. Apabila Kontrak berupa perubahan Kontrak maka nomor Kontrak harus berurut sesuai dengan berapa kali mengalami perubahan. 3. Tanggal Kontrak Menjelaskan hari, tanggal, bulan dan tahun kontrak ditandatangani oleh para pihak. 4. Kalimat Pembuka Merupakan kalimat dalam kontrak yang menjelaskan bahwa para pihak pada hari, tanggal, bulan dan tahun membuat dan menandatangani kontrak. 5. Konsiderasi Kontrak Bagian ini menjelaskan latar belakang ditandatanganinya kontrak yang meliputi informasi: a. Surat Persetujuan Kontrak tahun jamak b. Surat Penetapan Pemenang c. Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa d. .......dst
2
6. Para Pihak Dalam Kontrak Menjelaskan identitas dari para pihak yang menandatangani kontrak, meliputi nama, jabatan dan alamat serta kedudukan para pihak dalam kontrak tersebut, apakah sebagai pihak pertama atau pihak kedua.Para pihak dalam kontrak terdiri dari dua pihak yaitu: a. pihak pertama adalah PPK; b. pihak kedua adalah penyedia yang telah ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan, penyedia dapat berbentuk tunggal maupun kemitraan/KSO; Klausul dalam kontrak harus menjelaskan bahwa pihak-pihak tersebut bertindak untuk dan atas nama siapa dan dasar kewenangannya, penjelasan mengenai identitas para pihak harus jelas dan terinci dan menerangkan hal yang sebenarnya; danapabila pihak kedua dalam kontrak merupakan suatu konsorsium, kerja sama, atau bentuk kerja sama lainnya, maka harus dijelaskan nama bentuk kerjasamanya, siapa saja anggotanya dan siapa yang memimpin dan mewakili kerja sama tersebut a. Penyedia berbentuk tunggal
3
b. Penyedia berbentuk kemitraan/KSO
7. Dasar Hukum Merupakan daftar peraturan yang menjadi dasar hukum bagi kontrak, dimana dasar hukum diurutkan sesuai dengan hirarkinya
4
ISI PERJANJIAN 1. Latar Belakang Pembuatan Kontrak Ringkasan singkat kejadian dari proses pemilihan sampai penandatanganan kontrak. 2.
Pernyataan Bahwa Para Pihak Telah Sepakat/Setuju Merupakan pernyataan bahwa para pihak telah sepakat atau setuju untuk mengadakan kontrak mengenai obyek yang dikontrakkan sesuai dengan jenis pekerjaannya.
3.
Istilah dan Ungkapan 5
Menyatakan istilah dan ungkapan yang terdapat pada surat perjanjian memiliki kesamaan makna dengan lampirannya.
4.
Lingkup Pekerjaan Berisi ruang lingkup utama pada kontrak yang juga merupakan output dari kontrak.
5.
Nilai Kontrak dan Pembayaran Harga kontrak harus ditulis dengan angka dan huruf, serta perincian pendanaan tahunan (apabila kontrak tahun jamak), dan nomor rekening tujuan pembayaran atas nama penyedia. a. Kontrak Harga Satuan Pasal 3 NILAI KONTRAK DAN PEMBAYARAN (1) NilaiKontrak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diperoleh berdasarkan total harga penawaran terkoreksi sebagaimana tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga adalah sebesar Rp...................... (.........dalam huruf............. rupiah). (2) Pembayaran untuk kontrak ini dilakukan ke rekening nomor: ............. atas nama penyedia : ...............;
6
b. Kontrak Lump Sum Pasal 3 NILAI KONTRAK DAN PEMBAYARAN (1) Nilai Kontrak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berdasarkan total harga penawaran adalah sebesar Rp...................... (.........dalam huruf............. rupiah). (2) Pembayaran untuk kontrak ini dilakukan ke rekening nomor: ............. atas nama penyedia : ...............;
c. Kontrak Gabungan Harga Satuan dan Lump Sum Pasal 3 NILAI KONTRAK DAN PEMBAYARAN (1) Nilai Kontrak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diperoleh berdasarkan total harga penawaran terkoreksi terhadap bagian kontrak harga satuan ditambah dengan total harga penawaran terhadap bagian kontrak lump sum, sebagaimana yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga adalah sebesar Rp................. (.........dalam huruf.......... rupiah). (2) Pembayaranuntuk kontrak ini dilakukan ke rekening nomor: ............. atas nama penyedia : ...............;
6.
Dokumen Kontrak • Pada kontrak konstruksi: a. Adendum Surat Perjanjian (apabila ada); b. Pokok perjanjian; c. Surat penawaran berikut daftar kuantitas dan harga ; d. Syarat-syarat khusus Kontrak; e. Syarat-syarat umum Kontrak; f. Spesifikasi khusus; g. Spesifikasi umum; h. Gambar-gambar; dan i. Dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan, SPPBJ, BAHP, BAPP. 7
•
Pada kontrak konsultansi a. Adendum Surat Perjanjian (apabila ada); b. Pokok Perjanjian; c. Surat Penawaran berikut Data Penawaran Biaya; d. Syarat-Syarat Khusus Kontrak; e. Syarat-Syarat Umum Kontrak; f. Kerangka Acuan Kerja; g. Data Teknis selain Kerangka Acuan Kerja; h. Dokumen-dokumen kelengkapan seleksi, yaitu Surat Jaminan, Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa, dan Berita-Berita Acara Seleksi. Juga berisi pernyataan bahwa apabila terjadi pertentangan antara ketentuan yang ada dalam dokumen-dokumen kontrak maka yang dipakai adalah dokumen yang urutannya lebih dulu sesuai dengan hirarkinya
8
7.
Hak Dan Kewajiban Para Pihak Hak dan kewajiban yang diatur antara lain hak dan kewajiban PPK dan penyedia.
9
8.
Masa Kontrak Menetapkan masa kontrak, masa pelaksanaan, dan masa pemeliharaan.
PENUTUP 1. Pernyataan Para Pihak Telah Menyetujui Perjanjian Pernyataan bahwa para pihak dalam perjanjian ini telah menyetujui untuk melaksanakan perjanjian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia. 2. Jumlah Eksemplar dari Kontrak Dalam kalimat penutup agar dicantumkan juga jumlah eksemplar (rangkap) dari kontrak yang ditandatangani dan pernyataan bahwa tiap eksemplar telah dibubuhkan materai secukupnya serta masingmasing eksemplar memiliki kekuatan hukum yang sama dan mengikat bagi para pihak
3.
Tanda Tangan Para Pihak
10
Tanda tangan para pihak dalam surat perjanjian dengan dibubuhi materai dan tanggal penandatanganan kontrak tidak boleh mendahului tanggal SPPBJ.
11
BAGIAN 3 KEKELIRUAN DALAM MENYUSUN KONTRAK YANG SERING DITEMUI
Pada pembukaan surat perjanjian tidak disebutkan dengan jelas para pihak terutama identitas penyedia. Dalam penjelasan antara identitas Pihak PPK dan Penyedia, tidak digunakan kata “dan” tetapi gunakan kata “dengan”. Dalam penulisan premise latar belakang pembuatan kontrak disarankan tidak diawali dengan kalimat “Mengingat bahwa”, berdasarkan teknik perancangan kontrak seharusnya diawali dengan kalimat “para pihak menerangkan terlebih dahulu” Dalam kontrak tahun jamak, Kontrak Anak tidak diberlakukan lagi. Sebagai gantinya untuk penjelasan mengenai rincian tahapan pendanaan per tahun anggaran sebagai dasar pembayaran dari pengguna jasa kepada penyedia, dapat diatur dalam pasal Surat Perjanjian atau dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak. Pemberian uang muka hanya dilakukan pada tahun pertama, yang diperuntukkan bagi mobilisasi alat dan tenaga kerja, pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material dan/atau persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Setelah penulisan premise sebaiknya dimasukkan beberapa dasar hukum yang mendasari pembuatan perjanjian, sebagai berikut : a. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang jasa Konstruksi. b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Buku III tentang perikatan). c. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010.
12
d. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14/PRT/M/2013 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Dalam draft kontrak, terdapat ketentuan yang belum diatur mengenai ruang lingkup kontrak. Sehingga dalam kontrak perlu ditambahkan klausul berikut : “Ruang lingkup pekerjaan utama dalam kontrak terdiri dari : 1. ……………. 2.............. 3.Dst.” Agar fungsi pasal optimal dalam suatu perjanjian, maka pasalpasal/butir-butirnya harus memenuhi syarat antara lain: a. Urutan, artinya karena pasal ini mencerminkan isi dan kondisi kesepakatan, maka harus dibuat secara kronologis sehingga memudahkan menemukan dan mengetahui hal-hal yang diatur oleh masing- masing pasal. b. Ketegasan, artinya bahasa yang digunakan sedapat mungkin tegas dan tidak menimbulkan interpretasi ganda. c. Keterpaduan, artinya antara satu ayat dengan ayat yang lain atau antara Kalimat satu dengan kalimat yang lain dalam satu pasal harus ada keterpaduan, mempunyai hubungan satu sama lain. d. Kesatuan, artinya satu pasal mencerminkan satu kondisi, namun demikian antar satu pasal dengan pasal yang lain saling mendukung. e. Kelengkapan, artinya satu pasal harus mencerminkan satu kondisi, maka pasal-pasal dalam perjanjian/kontrak juga harus lengkap informasinya.
13
CONTOH SURAT PERJANJIAN SURAT PERJANJIAN Kontrak Harga Satuan Paket Pekerjaan Konstruksi : PEMBANGUNAN PERKANTORAN DI KAWASAN BARU No : 602/01/SP-PERKANTORAN/CK/DCKPP/2015 SURAT PERJANJIAN ini berikut semua lampirannya adalah kontrak kerja konstruksi harga satuan, yang selanjutnya disebut “Kontrak” dibuat dan ditandatangani di Kota Indah pada hari Senin tanggal empat bulan Mei tahun Dua Ribu Lima Belas, berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Nomor : ................. tanggal ........................., Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) Nomor : 01/PA/SPPBJ/PERKANTORAN/CK/DCKPP/2015, tanggal 27 April 2015, antara: Nama : Pak ppk, ST., MT NIP : 193010302020031005 Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen Pembangunan Perkantoran di Kawasan Baru berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kota Indah Nomor : 188.45/81/KUM/2015 tanggal 02 Februari 2015 dan Perubahan Atas Surat Keputusan Bupati Kota Indah Nomor : 188.45/06/KUM/2015 tanggal 02 Januari 2015 Berkedudukan di : Jl. Veteran No. 7 Kota Indah yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Kota Indah c.q. Dinas Bina Cipta Kabupaten Kota Indah berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kota Indah Nomor : 188.45/81/KUM/2015 tanggal 02 Februari 2015 dan Perubahan Atas Surat Keputusan Bupati Kota Indah Nomor : 188.45/06/KUM/2015 tanggal 02 Januari 2015 tentang Penunjukan Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kota Indah selanjutnya disebut “PPK”, dengan: 14
Nama
:
Jabatan Berkedudukan di
: :
Akte Notaris No. Tanggal Notaris
: : :
Sidia, ST, MT (nama yang ttd kontrak) Direktur Jl. RE Martadinata No. 21-B Balikpapan - Indonesia 103 27 Mei 2013 Paknotaris, SH
yang bertindak untuk dan atas nama PT LABALABA (Persero) Wilayah III, selanjutnya disebut “Penyedia”. Dan dengan memperhatikan : 1. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; 2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Buku III tentang perikatan); 3. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010; 4. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015; 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2014.
(a) (b)
PARA PIHAK MENERANGKAN TERLEBIH DAHULU BAHWA: Telah diadakan proses pemilihan penyedia yang telah sesuai dengan Dokumen Pemilihan; PPK telah menunjuk Penyedia menjadi pihak dalam kontrak ini melalui suatu Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) untuk melaksanakan Pekerjaan Pembangunan Perkantoran di Kawasan Barusebagaimana diterangkan dalam Syarat-Syarat Umum dan Syarat-Syarat Khusus Kontrak 15
yang merupakan satu kesatuan dalam Kontrak ini selanjutnya disebut ”Pekerjaan Konstruksi”; (c) Penyedia telah menyatakan kepada PPK, memiliki keahlian professional, personil, dan sumber daya teknis, serta telah menyetujui untuk melaksanakan Pekerjaan Konstruksi sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dalam Kontrak ini; (d) PPK dan Penyedia menyatakan memiliki kewenangan untuk menandatangani Kontrak ini, dan mengikat pihak yang diwakili; (e) PPK dan Penyedia mengakui dan menyatakan bahwa sehubungan dengan penandatanganan Kontrak ini masing-masing pihak : 1) Telah dan senantiasa diberikan kesempatan untuk didampingi oleh advokat; 2) Menandatangani Kontrak ini setelah meneliti secara patut; 3) Telah membaca dan memahami secara penuh ketentuan Kontrak ini; (f) Telah mendapatkan kesempatan yang memadai untuk memeriksa dan mengkonfirmasikan semua ketentuan dalam Kontrak ini beserta semua fakta dan kondisi yang terkait. Maka oleh karena itu, PPK dan Penyedia dengan ini telah bersepakat untuk membuat perjanjian pelaksanaan Paket Pekerjaan Pembangunan Perkantoran di Kawasan Baru dengan syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan sebagai berikut: Pasal 1 ISTILAH DAN UNGKAPAN Peristilahan dan ungkapan dalam Surat Perjanjian ini memiliki arti dan makna yang sama seperti yang tercantum dalam lampiran Surat Perjanjian ini; Pasal 2 RUANG LINGKUP PEKERJAAN Ruang lingkup utama pekerjaan terdiri dari: 2 1. Satu buah gedung utama 18 tingkat dengan luas 400 m ; 2 2. Dua buah laboratorium satu lantai dengan luas 200 m ; dan 2 3. Satu buah taman dengan luas 100 m ; Sebagaimana tercantum dalam BQ, gambar – gambar, dan spesifikasi teknis. 16
a.
b.
(1)
(2)
Pasal 3 NILAI KONTRAK DAN PEMBAYARAN Nilai Kontrak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diperoleh berdasarkan total harga penawaran terkoreksi sebagaimana tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga adalah sebesar Rp.100.000.000.000,(seratus miliar rupiah) (termasuk PPN 10%) yang bersumber dari APBD Kabupaten Kota Indah dengan kode akun kegiatan ....................................; Pembayaran untuk kontrak ini dilakukan ke Bank ...... nomor rekening: ....... atas nama penyedia : PT Labalaba (Persero) Wilayah III. Pasal 4 DOKUMEN KONTRAK Dokumen-dokumen berikut merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Kontrak ini : a. adendum Surat Perjanjian (apabila ada); b. pokok perjanjian; c. surat penawaran berikut daftar kuantitas dan harga; d. syarat-syarat khusus Kontrak; e. syarat-syarat umum Kontrak; f. spesifikasi khusus; g. spesifikasi umum; h. gambar-gambar; dan i. dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan, SPPBJ, BAHP, BAPP. Dokumen Kontrak dibuat untuk saling menjelaskan satu sama lain, dan jika terjadi pertentangan antara ketentuan dalam suatu dokumen dengan ketentuan dalam dokumen yang lain maka yang berlaku adalah ketentuan dalam dokumen yang lebih tinggi berdasarkan urutan hirarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
Pasal 5 HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK Hak dan kewajiban timbal-balik PPK dan Penyedia dinyatakan dalam Kontrak yang meliputi khususnya: a. PPK mempunyai hak dan kewajiban untuk: 17
1)
b.
mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia; 2) meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia; 3) memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Penyedia untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan Kontrak; 4) membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam Kontrak yang telah ditetapkan kepada Penyedia; Penyedia mempunyai hak dan kewajiban untuk: 1) menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang telah ditentukan dalam Kontrak; 2) meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari PPK untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan Kontrak; 3) melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada PPK; 4) melaporkan pelaksanaan penggunaan produksi dalam negeri/TKDN secara periodik kepada PPK; 5) melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Kontrak; 6) melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan penuh tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, angkutan ke atau dari lapangan, dan segala pekerjaan permanen maupun sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang dirinci dalam Kontrak; 7) memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan PPK; 8) menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Kontrak; 9) mengambil langkah-langkah yang cukup memadai seperti menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk melindungi lingkungan tempat kerja, serta membatasi perusakan dan gangguan kepada masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan Penyedia. 18
(1)
(2)
(3)
Pasal 6 MASA KONTRAK Masa kontrak adalah jangka waktu berlakunya Kontrak ini terhitung sejak tanggal penandatanganan kontrak sampai dengan masa pemeliharaan berakhir; Masa pelaksanaan kontrak ini mulai berlaku efektif terhitung sejak tanggal yang ditetapkan dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak dan penyelesaian keseluruhan pekerjaan selama 240 (dua ratus empat puluh) hari kalender; Masa pemeliharaan ditentukan dalam syarat-syarat khusus kontrak, dihitung sejak tanggal penyerahan pertama pekerjaan sampai dengan tanggal penyerahan akhir pekerjaan selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender.
Dengan demikian PPK dan Penyedia telah bersepakat untuk menandatangani Kontrak ini pada tanggal tersebut di atas dan melaksanakan Kontrak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di Republik Indonesia dan dibuat dalam 2 (dua) rangkap, masing-masing dibubuhi dengan meterai, mempunyai kekuatan hukum yang sama dan mengikat bagi para pihak, rangkap yang lain dapat diperbanyak sesuai kebutuhan tanpa dibubuhi meterai. Untuk dan atas nama PT. Labalaba Wilayah III
Untuk dan atas nama Pejabat Pembuat Komitmen Pembangunan Perkantoran di Kawasan Baru
[Tanda tangan dan cap (jika salinan asli ini untuk Penyedia maka rekatkan materai Rp. 6.000,-)]
[Tanda tangan dan cap (jika salinan asli ini untuk satuan kerja PPK maka rekatkan materai Rp. 6.000,-)]
Sidia, ST, MT Direktur
Pak PPK, ST., MT NIP. 193010302020031005 19
20