TUGAS AKHIR
MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN KALI BAREK, KAB. MALANG DENGAN SISTEM BALOK BETON PRATEKAN MENERUS Oleh : KHOIRUL ALIM R. 3110 040 505
DOSEN PEMBIMBING : Ir. DJOKO IRAWAN, MS. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012
bab I pendahuluan
LATAR BELAKANG
Jembatan merupakan suatu bagian dari jalan raya yang berfungsi untuk menghubungkan jalan yang terputus yang disebabkan adanya rintangan seperti sungai, danau, lembah, jurang dan lain lain.
Jembatan Kali Barek dibangun diatas sungai barek dan jembatan ini merupakan penghubung jalur lalu lintas dari Metaraman – Wonogoro, Kabupaten Malang.
Dimana panjang bentang 120 m, dan lebar 13 m ( lebar badan jalan 11 m + trotoar @1 m ).
Pada tugas akhir ini Jembatan Kali Barek tersebut dimodifikasi perencanaan strukturnya dengan menggunakan Sistem Balok Beton Pratekan menerus.
bab I pendahuluan
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana merencanakan preliminary design pada jembatan?
Bagaimana merancang struktur bangunan atas pada jembatan beton pratekan bentang menerus?
Bagaimana merencanakan bentuk gelagar melintang dengan penempatan tendon yang tepat pada jembatan beton pratekan?
Bagaimana merencanakan perletakan dan bangunan bawah yang meliputi abutment dan pondasi tiang pancang yang sesuai dengan persyaratan dalam Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, Bridge Management System 1992?
Bagaimana merencanakan wing wall?
Bagaimana menggambarkan hasil dari desain struktur jembatan?
bab I pendahuluan
MAKSUD DAN TUJUAN Maksud :
Merencanakan preliminary design jembatan balok beton pratekan bentang menerus.
Mendapatkan hasil perencanaan struktur bangunan atas terhadap jembatan dengan desain yang memenuhi batasan keamanan dan kenyamanan yang disyaratkan.
Menuangkan hasil desain struktur dalam bentuk gambar kerja berdasarkan hasil perhitungan.
bab I pendahuluan
MAKSUD DAN TUJUAN Tujuan :
Untuk mendapatkan desain penampang dan penempatan tendon yang efektif agar memenuhi tegangan yang diijinkan.
Mendapatkan desain struktur bangunan bawah jembatan sesuai dengan Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan yang stabil dan ekonomis.
Mendapatkan desain gambar struktur jembatan yang baik.
bab I pendahuluan
BATASAN MASALAH
Perancangan struktur primer dan sekunder bangunan atas jembatan.
Sistem Post Tension adalah sistem pasca tarik dengan kabel pratekan.
Perancangan sistem perletakan jembatan.
Perancangan struktur bangunan bawah jembatan dan pondasi.
Analisa struktur manual dan program bantu SAP 2000.
Penggambaran menggunakan program bantu Auto Cad.
Tidak merencanakan penulangan pada balok jembatan.
bab I pendahuluan
BATASAN MASALAH ( LANJUTAN )
Tidak merencanakan bangunan pelengkap jembatan.
Tidak menganalisa dampak pilar jembatan terhadap aliran sungai.
Tidak merencanakan tebal perkerasan dan desain jalan.
Tidak menghitung aspek ekonomis dari biaya konstruksi jembatan.
Tidak merencanakan metode pelaksanaan jembatan.
bab Ii Tinjauan pustaka
TINJAUAN PUSTAKA Pemilihan struktur balok menerus statis tak tentu ini dengan pertimbangan akan diperoleh beberapa keuntungan apabila dibandingkan dengan balok yang ditumpu secara sederhana. Dimana suatu perbandingan yang sederhana antara kekuatan dari balok yang ditumpu secara sederhana dan balok menerus akan menunjukkan penghematan dasar di dalam konstruksi beton pratekan menerus. Dengan kekuatan yang dimiliki konstruksi menerus ini, dapat digunakan penampang beton yang lebih kecil untuk menahan beban yang lebih besar, sehingga mengurangi beban mati struktur dan memperoleh semua penghematan yang di akibatkannya (Nawy Edward G, 2001).
bab Ii Tinjauan pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar Profil Tendon Sebelum Penegangan (Nawy Edward G, 2001)
Gambar Transformasi Garis C (Nawy Edward G, 2001)
bab Ii Tinjauan pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar Profil Tendon pada balok tinggi konstan (Nawy Edward G, 2001)
Gambar Profil Tendon pada balok non prismatis (Nawy Edward G, 2001)
METODOLOGI
Bab iii metodologi
Start Studi Lapangan Pengumpulan Data Proyek Studi Kepustakaan Perencanaan Jembatan - Penentuan Struktur Jembatan - Penentuan Jumlah Pilar - Penentuan Jenis Pondasi Gambar Rencana -Gambar Lay Out Jembatan - Gambar Tampak Potongan - Gambar Potongan
-Efisiensi - Variasi bentang - Syarat yang berlaku OK A
Tidak OK
METODOLOGI
Bab iii metodologi
A Perencanaan Plat Lantai Pembebanan dan Perhitungan - Ketebalan Plat Lantai - Desain Pembesian Kontrol Ketebalan (Geser Pons)
Tidak OK
OK Perencanaan Struktur Utama (Balok Pratekan Menerus) - Pembebanan yang Terjadi - Perhitungan Jumlah Kabel - Jumlah Kabel - Dimensi Struktur Utama Tidak OK Kontrol Struktur Utama OK B
METODOLOGI
Bab iii metodologi
B Perencanaan Perletakan Analisa Pembebanan Dimensi dan Data Perletakan Kontrol Kemampuan
Tidak OK
OK Perencanaan Abutment/Pilar Analisa Pembebanan - Dimensi Abutment/Pilar - Desain Pembesian Kontrol Stabilitas & Geser Pons OK C
Tidak OK
METODOLOGI
Bab iii metodologi
C Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Analisa Pembebanan Jumlah Tiang Pancang Tidak OK Kontrol Kemampuan OK Perencanaan Plat Injak Analisa Pembebanan - Dimensi Plat Injak - Desain Pembesian Kontrol OK D
Tidak OK
Bab iii metodologi
METODOLOGI D Perencanaan Wing Wall Analisa Pembebanan -Dimensi Wing Wall - Desain Pembesian Tidak OK Kontrol OK Gambar Desain - Gambar Lay Out Jembatan - Gambar Tampak - Gambar Potongan - Gambar Detail Finish
Bab iii metodologi
DATA TEKNIS JEMBATAN EKSISTING
Panjang jembatan
Lebar jembatan Lebar rencana jalan Lantai kendaraan
Lebar trotoar Gelagar utama
: 120 m, terdiri dari 3 bentang : 13 m : 11 m : 4 lajur beton bertulang :2x1m : Balok Pratekan Sederhana (Prismatis)
Bab iii metodologi
DATA RENCANA TEKNIS PRELIMINARI DESAIN JEMBATAN
Panjang jembatan
Lebar jembatan Lebar rencana jalan Lantai kendaraan
Lebar trotoar Gelagar utama
: 120 m, terdiri dari 2 bentang : 13 m : 11 m : 4 lajur beton bertulang :2x1m : Balok Pratekan Menerus (Non Prismatis)
Bab iii metodologi
Persyaratan desain secara umum Secara
umum
perancangan
masing-masing
jembatan
menggunakan Bridge Management System 1992 ( BMS 1992 ), yang lebih memenuhi sebagai bahan rujukan yang lengkap tentang desain jembatan, sedangkan filosofi perencanaan memakai keadaan batas dan beban layan.
Bab iii metodologi
Pembebanan struktur atas jembatan BEBAN HIDUP - UDL ( Uniformly Distributed Load ) atau beban terbagi rata. L ≤ 30 m q = 8.0 kPa L > 30 m q = 8.0 ( 0.5 + 15 / L ) kPa
Gambar 1. UDL atau Beban Terbagi Rata
Bab iii metodologi
Pembebanan struktur atas jembatan KEL ( Knife Edge Load ) atau beban garis sebesar 44 kN
Gambar 2. KEL atau Beban Garis
DLA ( Dinamic Load Allowance ) atau faktor kejut sebesar K=1,3
Bab iii metodologi
Pembebanan struktur atas jembatan BEBAN TRUK “T” 275
DJARUM Fast BLACK Five
50 kN
b1
a1
500
200 kN
900
200 kN
50
175
50
100 kN 100 kN
b2
a2
200
275 cm
200 275 cm
Bab iii metodologi
Pembebanan struktur atas jembatan BEBAN MATI - Berat sendiri gelagar - Aspal - Lantai kendaraan - Genangan air hujan - Tiang sandaran, Kerb, Trotoar - Balok melintang / Diafragma
Bab iii metodologi
Tegangan yang diijinkan Beton - Beton Pratekan
- Beton bertulang
→ = K-500 fc’ = 0.83 x (K/10) = 41.5 Mpa → fc’ = 25 Mpa
Pada Waktu Transfer / Initial ( Jacking ) - Tekan = 0.6 . fci (Mpa) fci = direncanakan pada saat umur beton 14 hari = 0.95 x fc’ (Mpa)
- Tarik = 0.25 . √fc’ (Mpa) Pada Waktu Service Load ( Pembebanan Penuh ) - Tekan = 0.45 . fc’ (Mpa) - Tarik = 0.50 . √fc’ (Mpa)
Bab iii metodologi
Tegangan yang diijinkan BAJA • • •
•
•
Modulus Elastisitas Es = 200.000 Mpa Tegangan putus kabel fpu = 1860 Mpa Tegangan leleh kabel fpy = 0.90 x fpu = 1674 Mpa Tegangan tarik ijin kabel (jacking) = 0.94 x fpy = 1573.56 Mpa Tegangan tarik ijin kabel (setelah pengangkuran) = 0.70 x fpu = 1302 Mpa
Bab iv struktur sekunder
Pipa sandaran
0,75 kN/m’
PEMBEBANAN HASIL PERHITUNGAN
0,75 kN/m’ 0,75 kN/m’
Pipa Ø 76,3 mm (Fe-360, BJ-37)
Tiang sandaran PEMBEBANAN DIMENSI Ukuran 16 cm x 20 cm Tinggi 125 cm
0,75 kN/m’
125 cm
Bab iv struktur sekunder
trotoar PEMBEBANAN HASIL PERHITUNGAN Rabat Beton
kerb PEMBEBANAN HASIL PERHITUNGAN Tinggi kerb 25 cm, Tulangan Ф12-80 mm
Bab iv struktur sekunder
Plat lantai 275
DJARUM Fast BLACK Five
50 kN
500
200 kN
900
200 kN
50
175
50
100 kN 100 kN
PEMBEBANAN PLAT LANTAI HASIL PERHITUNGAN Tebal pelat lantai jembatan beton pratekan 25 cm Tulangan D16-100 mm arah melintang Tulangan D13-300 mm arah memanjang
Bab v struktur utama
Dimensi gelagar utama Rumus pendekatan awal untuk menentukan tinggi balok : Tinggi (h) =
1 1 L (BMS 1992 ,BDM hal 3.27) lapangan 40 50
Tinggi (h) =
1 1 L (BMS 1992,BDM hal 3.27) tumpuan 18 20
Dimensi Balok Pada Abutment
Dimensi Balok Daerah Lapangan
Dimensi Balok Pada Pilar
Bab v struktur utama
Banyaknya kabel Gaya prategang total setelah dikurangi kehilangan (T.Y.LIN hal 167)
Fgelagar
= =
Ftudung
= =
Mt (0.3 s/d 0.8) × h 21212.72 = 22636.84 0.36 × 2.63 Mt (0.3 s/d 0.8) × h 33345.09 = 13893.79 0.80 × 3.00
KN
KN
Untuk postention kehilangan gaya prategang di asumsikan 20% (T.Y.LIN hal 103). Gaya prategang total,sesaat setelah transfer :
Fo gelagar = 22636.84 = 27954.79 KN 0.80 fpe = 80% . 18600 = 14880 Kg/cm2 = 148.80 KN/cm2 2 Fo Aps = fpe = 27954.79 = 187.87 cm 148.80 ∑ strand perlu =
Aps 187.87 = = 134.19 A 1.40
strand
Bab v struktur utama
Banyaknya kabel (lanjutan) Fo tudung = 13893.79 = 17367.23 KN 0.80 fpe = 80% . 18600 = 14880 Kg/cm2 = 148.80 KN/cm2 2 Fo Aps = fpe = 17367.23 = 116.72 cm 148.80 ∑ strand perlu =
Aps 116.72 = = 83.37 A 1.40
strand
Berdasarkan data perencanaan untuk strand Ø12.7/15.24mm setiap tendon terdiri dari berbagai jumlah strand tergantung merk yang dipakai (T.Y.LIN lampiran B hal 293-305) jadi jumlah kabel yang digunakan 135 strand, dengan jumlah strand tersebut maka terdapat 5 tendon yang tiap masing – masing tendon terdapat 27 strand untuk gelagar. Sedangkan untuk tudung digunakan 84 strand, dengan jumlah strand tersebut maka terdapat 6 tendon yang tiap masing – masing tendon terdapat 14 strand.
Bab v struktur utama
Daerah limit kabel Penentuan selubung batas atas dan bawah cgs pada daerah limit kabel : Selubung c.g.s atas :
amax =
Mt F
................(EDWARD G.NAWY hal 130)
Selubung c.g.s bawah :
amin
Mg = Fo
................(EDWARD G.NAWY hal 130)
Keterangan : Mt = Momen Akibat Beban Total Mg = Momen Akibat Beban Mati F = Prategang efektif sesudah kehilangan Fo = Prategang awal
Ordinat cgs
Bab v struktur utama
Pada Gelagar Jarak ( m ) -0,45 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00 16,00 17,00 18,00 19,00 20,00 21,00 22,00 23,00 24,00 25,00 26,00 27,00 28,00 29,00 30,00 31,00 32,00 33,00 34,00 35,00 36,00 37,00 38,00 39,00 40,00 41,00 42,00 43,00 44,00 45,00 46,00 47,00 48,00 49,00 50,00 51,00 52,00 53,00 54,00 55,00 56,00 57,00 58,00 59,00 60,00
1 -0,24 -0,29 -0,41 -0,53 -0,64 -0,75 -0,85 -0,95 -1,05 -1,14 -1,22 -1,31 -1,39 -1,46 -1,53 -1,60 -1,66 -1,72 -1,78 -1,83 -1,87 -1,92 -1,95 -1,99 -2,02 -2,04 -2,07 -2,09 -2,10 -2,11 -2,12 -2,12 -2,12 -2,11 -2,10 -2,09 -2,07 -2,04 -2,02 -1,99 -1,95 -1,92 -1,87 -1,83 -1,78 -1,72 -1,66 -1,60 -1,53 -1,46 -1,39 -1,31 -1,22 -1,14 -1,05 -0,95 -0,85 -0,75 -0,64 -0,53 -0,41 -0,30
TENDON ( Y ) ( m ) 2 3 4 -0,69 -1,14 -1,59 -0,74 -1,18 -1,61 -0,84 -1,26 -1,67 -0,93 -1,34 -1,72 -1,03 -1,41 -1,76 -1,12 -1,48 -1,81 -1,20 -1,55 -1,85 -1,29 -1,62 -1,90 -1,37 -1,68 -1,94 -1,44 -1,75 -1,98 -1,52 -1,81 -2,02 -1,58 -1,86 -2,05 -1,65 -1,91 -2,09 -1,71 -1,97 -2,12 -1,77 -2,01 -2,15 -1,83 -2,06 -2,18 -1,88 -2,10 -2,21 -1,93 -2,14 -2,23 -1,98 -2,18 -2,25 -2,02 -2,21 -2,28 -2,06 -2,24 -2,30 -2,09 -2,27 -2,31 -2,13 -2,30 -2,33 -2,15 -2,32 -2,35 -2,18 -2,34 -2,36 -2,20 -2,36 -2,37 -2,22 -2,37 -2,38 -2,24 -2,39 -2,39 -2,25 -2,40 -2,39 -2,40 -2,26 -2,40 -2,26 -2,41 -2,40 -2,26 -2,41 -2,40 -2,26 -2,41 -2,40 -2,26 -2,40 -2,40 -2,25 -2,40 -2,39 -2,24 -2,39 -2,39 -2,22 -2,37 -2,38 -2,20 -2,36 -2,37 -2,18 -2,34 -2,36 -2,15 -2,32 -2,35 -2,13 -2,30 -2,33 -2,09 -2,27 -2,31 -2,06 -2,24 -2,30 -2,02 -2,21 -2,28 -1,98 -2,18 -2,25 -1,93 -2,14 -2,23 -1,88 -2,10 -2,21 -1,83 -2,06 -2,18 -1,77 -2,01 -2,15 -1,71 -1,97 -2,12 -1,65 -1,91 -2,09 -1,58 -1,86 -2,05 -1,52 -1,81 -2,02 -1,44 -1,75 -1,98 -1,37 -1,68 -1,94 -1,29 -1,62 -1,90 -1,20 -1,55 -1,85 -1,12 -1,48 -1,81 -1,03 -1,41 -1,76 -0,93 -1,34 -1,72 -0,84 -1,26 -1,67 -0,74 -1,18 -1,61
Pada Tudung 5 -2,04 -2,05 -2,07 -2,09 -2,12 -2,14 -2,16 -2,17 -2,19 -2,21 -2,23 -2,24 -2,26 -2,27 -2,28 -2,30 -2,31 -2,32 -2,33 -2,34 -2,35 -2,36 -2,36 -2,37 -2,38 -2,38 -2,39 -2,39 -2,39 -2,39 -2,40 -2,40 -2,40 -2,39 -2,39 -2,39 -2,39 -2,38 -2,38 -2,37 -2,36 -2,36 -2,35 -2,34 -2,33 -2,32 -2,31 -2,30 -2,28 -2,27 -2,26 -2,24 -2,23 -2,21 -2,19 -2,17 -2,16 -2,14 -2,12 -2,09 -2,07 -2,05
Jarak (m) 52,00 53,00 53,50 54,00 54,50 55,00 56,00 57,00 58,00 59,00 60,00 61,00 62,00 63,00 64,00 65,00 65,50 66,00 66,50 67,00 68,00
1 -4,086 -3,337 -3,000 -2,688 -2,401 -2,139 -1,689 -1,339 -1,090 -0,940 -0,890 -0,940 -1,090 -1,339 -1,689 -2,139 -2,401 -2,688 -3,000 -3,337 -4,086
2 -4,086 -3,337 -3,000 -2,688 -2,401 -2,139 -1,689 -1,339 -1,090 -0,940 -0,890 -0,940 -1,090 -1,339 -1,689 -2,139 -2,401 -2,688 -3,000 -3,337 -4,086
TENDON ( Y ) ( m ) 3 4 -4,524 -4,524 -3,708 -3,708 -3,340 -3,340 -3,000 -3,000 -2,687 -2,687 -2,401 -2,401 -1,911 -1,911 -1,530 -1,530 -1,258 -1,258 -1,094 -1,094 -1,040 -1,040 -1,094 -1,094 -1,258 -1,258 -1,530 -1,530 -1,911 -1,911 -2,401 -2,401 -2,687 -2,687 -3,000 -3,000 -3,340 -3,340 -3,708 -3,708 -4,524 -4,524
5 -5,019 -4,122 -3,718 -3,344 -3,000 -2,686 -2,147 -1,729 -1,429 -1,250 -1,190 -1,250 -1,429 -1,729 -2,147 -2,686 -3,000 -3,344 -3,718 -4,122 -5,019
6 -5,019 -4,122 -3,718 -3,344 -3,000 -2,686 -2,147 -1,729 -1,429 -1,250 -1,190 -1,250 -1,429 -1,729 -2,147 -2,686 -3,000 -3,344 -3,718 -4,122 -5,019
Bab v struktur utama
Kehilangan gaya prategang 1.
Kehilangan langsung / Immedietly Loss, yaitu kehilangan gaya pratekan yang terjadi segera setelah peralihan gaya pratekan yang meliputi : - Kehilangan pratekan akibat gesekan kabel ( Friction and Wobble effect ). - Kehilangan pratekan akibat slip angker ( Slip Anchorage ). - Kehilangan pratekan akibat perpendekan elastis ( elastomic Shortening ).
2.
Kehilangan tak langsung / Time Dependent Loss, yaitu kehilangan gaya pratekan yang bergantung pada fungsi waktu yang meliputi : - Kehilangan pratekan akibat rangkak beton ( Creep ) - Kehilangan pratekan akibat susut beton ( Shrinkage ) - Kehilangan pratekan akibat relaksasi baja ( Relaxation )
Bab v struktur utama
Kehilangan gaya prategang a.
Kehilangan Pratekan Akibat Gesekan Kabel ( friction and wobble effect ) Kehilangan gaya pratekan yang terbesar adalah akibat gesekan yang dipengaruhi oleh : Efek panjang kabel ( K ) Efek kelengkungan kabel (µ ) Harga koefisien pada umumnya dipakai : 0,15 ≤ µ ≤ 0,25 0,0016 ≤ K ≤ 0,0066 Dalam Perhitungan dipakai koefisien : µ = 0,25 : selubung logam kaku (tabel 4 - 7 ACI, TY.Lin, th 1993, hlm 96) K = 0,0007 x/2
x/2 c.g.c
a/2
Y c.g.s
A
b.
a
E
Kehilangan Pratekan Akibat Slip Angker ( Slip Anchorage )
∆fs = Δfs Δa L
∆a . Es L
= Kehilangan pratekan pada baja = Deformasi total pada angker = 2,5 mm = Panjang total kabel
Bab v struktur utama
Kehilangan gaya prategang c. Kehilangan pratekan akibat perpendekan elastisitas ( elastomic shortening ) ∆. fs =
n × Fo Ac
n=
Es Eci
d. Kehilangan Pratekan Akibat Rangkak Beton ( creep ) CR = KCR ⋅
Es ⋅ ( fcir − fcds ) Ec
Dimana : KCR = 1,6 -> untuk post tension Fcir = Tegangan beton di daerah cgs oleh gaya Fo fcir =
Fo Fo ⋅ e 2 Mg ⋅ e + − Ix Ix Ac
Fcds = Tegangan beton pada titik berat tendon akibat seluruh beban mati yang bekerja pada komponen struktur setelah diberi Fo fcds =
Fo Fo ⋅ e 2 ( Mg + Md ) ⋅ e + − Ac Ix Ix
Bab v struktur utama
Kehilangan gaya prategang e. Kehilangan Pratekan Akibat Susut Beton ( Shrinkage ) SH = εSH ⋅ KSH ⋅ Es v s
v s
εSH = 8.2 ⋅106 ⋅ 1 − 0.06 ⋅ ⋅ (100 − RH )
= Luas balok = Keliling balok yang berhubungan dengan udara terbuka
Hati - hati 0,06 dipakai apabila v/s dalam inchi. RH = 90% KSH = 0,58 ( 30 hari setelah curing ) ( Desain Struktur Beton Prategang, Lyn, T.Y., Burns, Ned H., jilid I, table 4.4 )
f. Kehilangan Pratekan Akibat Relaksasi ( Relaxation ) Dimana sesuai dengan buku Desain Struktur Beton Prategang, Lyn, T.Y., Burns, Ned H., jilid I, tabel 4.5 dan 4.6 : KRE = 138 Mpa J = 0,15 fpi = 0,70 → C = 1 fpu RE = [K RE − J ⋅ (SH + CR + ES )]⋅ C
Bab v struktur utama
Tegangan yang terjadi setelah kehilangan gaya prategang Tegangan saat transfer (jacking) - Tegangan pada serat atas Fo Fo.e.Yt Mg.Yt σt = − + Ac Ix Ix
- Tegangan pada serat bawah
σb =
Fo Fo.e.Yb Mg.Yb + − Ac Ix Ix
Tegangan saat Service - Tegangan pada serat atas
σt =
F F .e.Yt Mp.Yt − + Ac Ix Ix
- Tegangan pada serat bawah
σb =
F F .e.Yb Mp.Yb + − Ac Ix Ix
Tegangan setelah beban hidup bekerja ( Komposit ) - Tegangan pada serat atas
σt =
Mc × Yt ' I komposit
- Tegangan pada serat bawah
σb = −
Mc × Yb' I komposit
Bab v struktur utama
Tegangan yang terjadi setelah kehilangan gaya prategang Tegangan saat transfer (jacking) - 15.74 Mpa
- 18.91 Mpa
- 0.09 Mpa
cgc cgc
cgc
- 16.57 Mpa - 43.72 Mpa
Pada Abutment
Pada Tengah Bentang
- 20.90 Mpa
Pada Pilar
Bab v struktur utama
Tegangan yang terjadi setelah kehilangan gaya prategang Tegangan saat servis - 8.07 Mpa
- 11.70 Mpa plat lantai
plat lantai
cgc
- 12.30 Mpa plat lantai
cgc cgc
- 12.17 Mpa
Pada Abutment
- 22.26 Mpa
Pada Tengah Bentang
- 18.49 Mpa
Pada Pilar
Bab v struktur utama
Perhitungan lendutan AKIBAT GAYA PRATEGANG
8.F.h W= 2 L AKIBAT BEBAN MERATA
5W . L4 ∆= 384 . EI AKIBAT BEBAN TERPUSAT
P . L3 ∆= 48 . EI
Lendutan yang terjadi 4,005 cm
Bab vi perletakan
Perencanaan perletakan pada abutment PEMBEBANAN PADA ABUTMENT GAYA VERTIKAL (PMAKS)
GAYA HORISONTAL (HMAKS)
HASIL PERHITUNGAN DIMENSI 600 X 450 mm2 Tebal 170 mm Tebal : plat baja 5 mm, selimut sisi 12 mm selimut atas & bawah 6 mm lapis dalam 12 mm & 10 lapis dalam
Bab vi perletakan
Perencanaan perletakan pada pilar PEMBEBANAN PADA PILAR GAYA VERTIKAL (PMAKS)
GAYA HORISONTAL (HMAKS)
HASIL PERHITUNGAN DIMENSI 600 X 450 mm2 Tebal 170 mm Tebal : plat baja 5 mm, selimut sisi 12 mm selimut atas & bawah 6 mm lapis dalam 12 mm & 10 lapis dalam
Bab vii perencanaan bangunan bawah
KESTABILAN ABUTMENT a.
Kontrol terhadap guling (overtuning) Σ M penahan Σ M guling
b.
SF = ≥ 1,5 SF = 1,77 ≥ 1,5 → OK! Kontrol terhadap geser (11,55 x 9,6) + 1413,28
c.
d.
. tg 250
374,669 SF = SF = 3,34 ≥ 1,5 → OK! Kontrol terhadap daya dukung qL 26,52 SF = q adm = 74,337 SF = 0,36 < 3 → Not OK ..... (Pakai tiang pancang) Kontrol terhadap kelongsoran (sliding) SF = (Σ Ln) . c + (Wn . cosα n ) . tgφ untuk tanah satu lapis (Wn . sinα ) n
SF =
(Σ c . L) + (W . cosα ) . tgφ n
untuk tanah berlapis
Σ(W . sinα ) n
SF = 3,210 ≥ 1,5 → OK!
Bab vii perencanaan bangunan bawah
perencanaan ABUTMENT PEMBEBANAN
REAKSI BANGUNAN ATAS Va
REAKSI BEBAN HIDUP
Ha
Beban lalu lintas Dianggap Urugan Tanah
Tekanan Tanah aktif
Ta1 Ta2
JEPIT
HASIL PERHITUNGAN DIDAPAT DIMENSI DAN PENULANGAN ABUTMEN
Bab vii perencanaan bangunan bawah
perencanaan tiang pancang pada ABUTMENT Daya Dukung Ijin Tiang Pancang 226.442 ton 1500
120
180
180
180
180
180
180
180
120
120
Tiang pancang Ø 60 cm
180
180 960 180
Tiang pancang Ø 60 cm
180
120
Denah Tiang Pancang pada Abutment
Tampak Tiang Pancang pada Abutment
Bab vii perencanaan bangunan bawah
perencanaan pilar REAKSI BANGUNAN ATAS Va REAKSI BEBAN HIDUP Ha
HASIL PERHITUNGAN
JEPIT
DIDAPAT DIMENSI DAN PENULANGAN PILAR
Bab vii perencanaan bangunan bawah
perencanaan tiang pancang Pada pilar Daya Dukung Ijin Tiang Pancang 163.197 ton 1500
120
180
180
180
180
180
180
180
120
120
Tiang pancang Ø 60 cm
180
180 960 180
Tiang pancang Ø 60 cm
180
120
Denah Tiang Pancang pada Pilar
Tampak Tiang Pancang pada Pilar
Bab viii perencanaan bangunan pelengkap
Perencanaan Pelat Injak Pelat injak merupakan konstruksi yang terletak menempel pada abutment, dengan ditumpu pada satu sisi oleh konsol abutment. Fungsi pelat injak adalah mencegah terjadinya penurunan pada oprit jembatan. Konstruksi pelat injak jembatan ini direncanakan terbuat dari beton bertulang dengan mutu beton fc’= 25 Mpa dan tulangan yang dipasang adalah tulangan dengan mutu fsy= 320 Mpa. Menurut BMS, BDM Hal 3.31. Dimensi permulaan untuk pelat injak pada pondasi adalah : - Panjang dapat diambil sebesar 3500 mm - Tebal sebesar 300 mm. - Dimensi dari pelat injak yang direncanakan mempunyai a. panjang 3,50 m b. lebar 12 m c. tebal 0,30 m
Perencanaan Wing Wall Fungsi dari wing wall (tembok sayap) adalah mencegah terjadinya longsoran pada oprit jembatan, terutama longsoran kesamping.
Bab ix kesimpulan
kesimpulan
Dari perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Dengan lebar jembatan 13 m maka direncanakan menggunakan 7 buah balok utama dengan jarak as ke as balok utama sebesar 1.85 m. 2. Tiang sandaran dari beton bertulang dengan tinggi 1.25 m dan dimensi 20/16 cm. 3. Trotoar dibuat selebar 1.00 m dan Kerb sebagai pembatas tepi dan ditengahnya di isi pasir padat lalu ditutup dengan tegel. 4. Pelat lantai kendaraan dari beton bertulang dengan tebal total 25 cm terdiri dari 7 cm plat beton pracetak dan 18 cm plat beton cast in situ. 5. Balok melintang dengan dimensi tinggi variable x 25 x 160 cm terletak di tengah balok utama dan hanya berfungsi sebagai pengaku, dipasang dengan jarak 5 m dan bervariasi antar as balok melintang. 6. Gelagar utama menggunakan balok pratekan standard PT. WIKA dengan modifikasi dengan tinggi balok 2.30 m pada daerah tumpuan ujung (abutment) dan tinggi balok 3.00 m pada daerah tumpuan pilar.
Bab ix kesimpulan
kesimpulan Dari perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : 7. Gaya pratekan awal yang diberikan ke gelagar utama sepanjang 60,45 m sebanyak 2 buah sebesar 27954.79 KN dan pada tudung sebesar 17367.23 KN. Setelah perhitungan kehilangan gaya prategang gaya awal tersebut mengalami kehilangan gaya sebesar 19.429 % ≈ 20 %. Kehilangan gaya prategang yang direncanakan pada saat awal desain sebesar 20 %, maka digunakan kehilangan pratekan sebesar 20 %. 8. Untuk bentang total 120 m, kabel prategang yang dipakai adalah Uncoated seven wire stress relieved strand grade 270 ASTM-A416 diameter 15.24 mm dengan jumlah total 135 strand yang terbagi dalam 5 tendon dan masing-masing tendon terisi 27 strand. Sedangkan pada Tudung dipakai sebanyak 84 strand yang terbagi dalam 6 tendon dan masing-masing tendon terisi 14 strand. 9. Lendutan total yang terjadi pada gelagar utama adalah sebesar 4.005 cm untuk bentang 120 m. Lendutan tersebut masih dibawah lendutan ijin sebesar 7.5 cm.
Bab ix kesimpulan
kesimpulan Dari perhitungan didapatkan hasil sebagai berikut : 10. Bearing pad yang dipakai adalah dengan dimensi 600 mm x 450 x 170 mm untuk tumpuan abutment. Untuk tumpuan pilar menggunakan elastomer dengan dimensi 600 mm x 450 x 170 mm. 11. Abutment direncanakan dengan kedalaman 9.225 m, pier/pilar direncanakan dengan tinggi 7 m untuk pilar dan pada abutment didapatkan jumlah tiang pancang sebanyak 40 buah dengan kedalaman tiang pancang ± 10 m dan pada pilar didapatkan jumlah tiang pancang 40 buah dengan kedalaman pada tiang pancang ± 20 m. 12. Tiang pancang menggunakan tiang pancang beton dengan diameter ukuran 60 cm PT. WIKA.
Daftar pustaka
STUDI KEPUSTAKAAN
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan “ Bridge Management System “ (BMS) 1992.
Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan “ Bridge Management Manual “ (BDM) 1992.
Desain Struktur Beton Prategang (T.Y.LIN.NED – H.BURNS).
Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar (Nawy, E. G. 1998).
Daya Dukung Pondasi Dalam, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Prof. Dr. Ir. Herman Wahyudi, 1999.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH