17
METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjajaran dan Institut Teknologi Bandung. Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu dilakukan kepada mahasiswa penerima Beastudi Etos yang berada di wilayah Jawa Barat yang terdiri dari Bogor, Depok, dan Bandung. Pengambilan data penelitian
dilaksanakan
pada
bulan
Mei-Juni
2012.
Pengolahan
data
dilaksanakan bulan Juli sampai September 2012. Teknik Penarikan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa penerima Beastudi Etos yang masih aktif dan tersebar di wilayah Jawa Barat. Total populasi sebanyak 102 mahasiswa dengan rincian sebanyak 44 mahasiswa Bogor, 40 mahasiswa Depok dan 18 mahasiswa Bandung. Jumlah contoh yang diambil mengacu berdasarkan rumus Slovin yaitu :
Keterangan : n
= ukuran contoh
N
= populasi
e
= presisi (5%) Berdasarkan rumus tersebut maka didapat jumlah contoh minimal yang
harus diambil sebanyak 81 contoh. Dengan menggunakan teknik penarikan contoh Stratified Random Sampling dengan alokasi proporsional berdasarkan jumlah populasi tiap daerah, maka didapatkan : n1
=
= 35 n2
=
= 32 n3
=
18
= 14 Keterangan : N
= populasi total
n
= ukuran contoh minimal
N1
= populasi Bogor
n1
= contoh Bogor
N2
= populasi Depok
n2
= contoh Depok
N3
= populasi Bandung
n3
= contoh Bandung
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil adalah karakterisitk contoh, karakteristik keluarga, pengeluaran pangan, pola konsumsi pangan, dan status gizi yang diperoleh dengan cara wawancara dan pengukuran langsung. Data sekunder yang diambil meliputi data profil mahasiswa dari tim manajemen pusat Beastudi Etos. Berikut adalah tabel mengenai jenis dan cara pengumpulan data penelitian : Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data Jenis Data Karakteristik Individu Karakteristik Keluarga
Pengeluaran Pangan Pola Konsumsi Pangan Kebiasaan Makan
Konsumsi Pangan
Status Gizi
Variabel Umur, Jenis Kelamin, Uang Saku, Suku Asal Pekerjaan Orangtua, Pendapatan Keluarga, Besar Keluarga Pengeluaran Pangan Ada Tidaknya Makanan Pantangan, Frekuensi Makan Utama, Kebiasaan Sarapan, Kebiasaan Konsumsi Air Putih, Kebiasaan Jajan Susunan Menu Makan, Cara Memperoleh Makanan, Frekuensi Konsumsi Pangan (FFQ) Jumlah Pangan, Jenis Pangan Berat Badan, Tinggi Badan
Cara Pengumpulan Data Pengisian Kuesioner Pengisian Kuesioner
Pengisian Kuesioner
Pengisian Kuesioner
Wawancara recall 2x24 jam Penimbangan dengan timbangan digital dan microtoise
19
Pengolahan dan Analisis Data Data yang dikumpulkan akan diolah dan dianalisis dengan uji statistika deskriptif menggunakan software Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16 for Windows. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas antara lain hubungan karakteristik individu dan karakteristik keluarga dengan pengeluaran pangan; hubungan pengeluaran pangan dengan tingkat kebiasaan makan dan tingkat kecukupan zat gizi; hubungan pengeluaran pangan dengan status gizi; serta hubungan pola konsumsi dengan status gizi. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk mengetahui perbedaan variabel berdasarkan perbedaan wilayah antara lain umur, besarnya uang saku, suku asal, pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, besar keluarga, pengeluaran pangan dan non pangan, skor kebiasaan makan, tingkat kecukupan zat gizi serta status gizi. Semua uji dinyatakan dalam signifikan p<0.05. Variabel tingkat konsumsi zat gizi diperoleh melalui data jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi yang didapatkan melalui metode recall 2x24 jam. Data tersebut dikonversikan dalam bentuk energi dan protein dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Nilai kandungan zat gizi dapat diperoleh dengan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994) : ∑ KGij
= jumlah zat gizi i dari setiap jenis pangan j
Bj
= berat pangan j (gram)
Gij
= kandungan zat gizi i dari pangan j
BDDj
= persen jumlah pangan j yang dapat dimakan Tingkat konsumsi zat gizi dapat diperoleh dengan rumus (Hardinsyah &
Briawan 1994) :
Konsumsi adalah rata-rata asupan zat gizi contoh yang didapat melalui recall 2x24 jam. Kecukupan gizi aktual adalah besarnya zat gizi yang yang harus dikonsumsi contoh menurut berat badan aktual yang dibandingkan dengan berat badan standar yang terdapat dalam AKG. Kondisi ini berlaku bagi contoh yang memiliki status gizi normal. Jika contoh memiliki status gizi kurus ataupun gemuk, maka yang digunakan adalah perbandingan antara berat badan ideal dengan berat badan standar yang terdapat dalam AKG. Berikut rumus untuk menentukan berat badan standar berdasarkan rumus Brocca :
20
BB ideal = (TB aktual-100) – (10%x(TB aktual-100))
Tingkat kecukupan gizi contoh diklasifikasikan menjadi 6 kategori menurut Depkes (2005) yaitu defisit tingkat berat (<70% AKG); defisit tingkat sedang (7079% AKG); defisit ringan (80-89% AKG); normal (90-119% AKG) dan berlebih (≥120% AKG). Indikator status gizi contoh menggunakan Indeks Masa Tubuh (BB/TB). Nilai IMT diperoleh dari nilai berat dan tinggi badan dengan rumus
.
Status gizi kelompok orang ditentukan melalui suatu perhitungan statistik dengan menghitung angka nilai hasil penimbangan dibandingkan dengan angka rata-rata dari suatu angka acuan standar Departemen Kesehatan 2005. Berikut tabel yang menjelaskan variabel serta kategori yang digunakan : Tabel 2 Kategori dan variabel data contoh Variabel Umur Jenis Kelamin
Total Uang Saku
Pengeluaran Pangan
Pendapatan Keluarga
Besar Keluarga
Kategori ≤19 tahun >19 tahun (sebaran contoh) Laki-laki Perempuan <500.000 500.000-1.000.000 >1.000.000 (sebaran contoh) <250.000 250.000-400.000 >400.000 (sebaran contoh) <1.000.000 1.000.000-2.000.000 >2.000.000 (sebaran contoh) Keluarga kecil (≤4 orang) Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar (>7 orang) (BKKBN 2004)
Kebiasaan Makan Makanan Pantangan Kebiasaan Sarapan Frekuensi Makan Utama Konsumsi Air Putih Kebiasaan Jajan Susunan Menu Makan
Ada (skor =0) Tidak ada (skor = 1) Ya (skor =1) Tidak (skor =0) < 3 kali/hari (skor =0) ≥ 3 kali/hari (skor =1) < 8 gelas (skor =0) ≥ 8 gelas (skor =1) Ya (skor =1) Tidak (skor =0)
21 Tabel 2 Kategori dan variabel data contoh (lanjutan) Variabel Cara Memperoleh Makanan Frekuensi Konsumsi Pangan (FFQ) Konsumsi Pangan
Tingkat Kecukupan Energi & Zat Gizi
Jenis dan Jumlah Pangan
Status Gizi (BB/TB)
Kategori
Defisit tingkat berat (<70% AKG) Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) Defisit ringan (80-89% AKG) Normal (90-119% AKG) Berlebih (≥120% AKG) (Depkes 2005) Sumber tenaga Sumber pembangun Sumber pengatur (triguna makanan) Gemuk sekali (IMT>27) Gemuk (25>IMT≤27) Normal (18.5≥IMT≤25) Kurus (17≥IMT<18.5) Kurus sekali (IMT<17) (Depkes 2005)
Definisi Operasional Karakteristik individu adalah karakteristik individu contoh yang meliputi umur, jenis kelamin, uang saku per bulan, dan daerah asal. Karakteristik keluarga adalah karakterisitk keluarga contoh yang meliputi pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga dan besar keluarga. Pengeluaran pangan adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh contoh untuk memenuhi kebutuhan pangannya dalam satuan rupiah per bulan. Pola konsumsi pangan adalah gambaran mengenai konsumsi pangan dan kebiasaan makan contoh Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah rata-rata makanan yang dikonsumsi contoh dalam sehari yang dibandingkan antara konsumsi aktual dengan konsumsi ideal serta tingkat kecukupan energi dan protein. Kebiasaan makan adalah gambaran perilaku makan contoh yang meliputi ada tidaknya makanan pantangan, frekuensi makan utama, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan, konsumsi air putih, susunan menu makan, cara memperoleh makan dan frekuensi konsumsi pangan yang dihitung dengan skor kebiasaan makan. Skor kebiasaan makan adalah ukuran nilai perilaku makan contoh yang meliputi makanan pantangan, frekuensi makan utama, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan konsumsi air putih yang dinyatakan dalam satuan skoring 0-1.
22
Makanan pantangan adalah makanan yang dengan sengaja dihindari oleh contoh untuk alasan tertentu. Frekuensi makan utama adalah jumlah waktu makan contoh dalam sehari yang meliputi makan pagi, makan siang dan makan malam. Kebiasaan sarapan adalah gambaran mengenai perilaku sarapan contoh dalam sehari. Kebiasaan jajan adalah gambaran mengenai perilaku konsumsi jajanan contoh dalam sehari. Konsumsi air putih adalah jumlah rata-rata air putih yang dikonsumsi contoh dalam sehari berdasarkan angka kecukupan air. Susunan menu makan adalah jenis pangan yang dipilih contoh untuk tiap waktu makan, meliputi nasi, lauk hewani dan nabati, sayur, buah dan susu serta olahannya. Frekuensi konsumsi pangan adalah frekuensi dan jenis pangan yang dikonsumsi contoh rata-rata menurut kelompok pangan dalam satuan kali per bulan. Tingkat kecukupan energi & zat gizi adalah perbandingan antara asupan energi dan zat gizi contoh dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan berdasarkan AKE dan AKP pada WNPG 2004 yang dinyatakan dalam persen (%). Status gizi adalah kondisi contoh yang diukur dengan menggunakan indikator antropometri Indeks Masa Tubuh (BB/TB) dan dikategorikan ke dalam kurus sekali, kurus, normal, gemuk dan gemuk sekali.