Sayekti Wuri Estri, Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
111
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL BELAJAR TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DI KELAS IV SD NEGERI 3 NGADISUKO KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN 2013/2014
Oleh: Sayekti Wuri Estri SD Negeri 3 Ngadisuko, Durenan, Trenggalek
Abstrak: Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Untuk mendiskripsikan model belajar TSTS yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Semester II SDN 3 Ngadisuko Tahun Pelajaran 2013/2014 terhadap materi koperasi yang disampaikan oleh guru; (2) Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPS materi koperasi pada siswa kelas IV setelah diterapkannya TSTS. Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Struktur Two Stay Two Stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Two Stay Two Stray Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek pada siswa Kelas IV Semester II bidang studi IPS pokok bahasan Koperasi Tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Peneliti disini sebagai guru Kelas IV dimana tempat penelitian ini berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai bulan Maret sampai bulan April 2014. Setelah guru menerapkan pendekatan Two Stay Two Stray maka prestasi belajar siswa dapat meningkat secara signifikan. Pada hasil nilai siklus I memperoleh nilai rata-rata 80,95 dengan ketuntasan belajar siswa 61,90% mneingkat menjadi 87,14 dengan persentase ketunbtasan sebesar 90,48%. Dengan demikian penelitian ini termasuk dalam penelitian yang berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Kata kunci: IPS, pendekatan Two Stay Two Stray, prestasi belajar
Untuk mengatasi problematika dalam dunia pendidikan, guru harus bisa melakukan inovasi-inovasi guna mewujudkan kegiatan belajar-mengajar yang efektif, menyenangkan dan mampu mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Peranan guru disini bukan hanya sebagai pendidik atau penyalur pesan (materi) saja namun guru memiliki peran yang lebih dari itu dan bahkan guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran dalam berbagai macam pelajaran. Sebagai pengatur serta pelaksana kegiatan belajarmengajar guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran atau materi yang disampaikan akan membuat anak didik merasa senang, tidak bosan dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran
tersebut. Dengan demikian maka tujuan pendidikan akan tercapai secara optimal. Adapun tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki hati yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Usaha ke arah tersebut sudah banyak dilakukan oleh pihak sekolah, seperti pemenuhan sarana dan prasarana, media pembelajaran, guru yang profesional serta komponen lain yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang dijalankan, dengan harapan
111
112
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
akan mampu menciptakan manajemen pembelajaran dengan baik, yang pada hasilnya akan menjadikan sebuah madrasah yang berkualitas. (Suprijono, 2011) Namun pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SDN 3 Ngadisuko ini masih banyak menemui hambatan, diantaranya adalah: 1) Selama ini metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah masih menjadi pilihan dalam penyampaian materi, sehingga siswa cenderung bosan, dan kurang bersemangat untuk belajar. Metode tanya jawab kurang efektif karena hanya siswa yang pintar dan aktif yang mau menjawab pertanyaan yang diberikan, sehingga terjadi kesenjangan antara siswa yang pintar dan kurang pintar. Perolehan hasil belajar IPS siswa kelas IV di SDN3 Ngadisuko sebagian besar masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu ≥75. Hal ini juga diterangkan oleh guru mata pelajaran IPS yang bersangkutan. Bahwasanya hasil belajar siswa khususnya kelas IV pada mata pelajaran IPS masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa setiap diadakan ulangan harian. Partisipasi siswa rendah dalam kegiatan belajar IPS. (Redjeki, 1980). Dalam memberikan pengajaran guru setidaknya memberikan variasi dalam mengajar dengan tidak melakukan ceramah selama proses pembelajaran karena siswa akan merasa jenuh dan tidak adanya semangat untuk belajar. Variasi yang bisa dipakai yaitu menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, artinya, guru memakai bermacam-macam metode dalam mengajar supaya pembelajaran lebih bervariasi, terlebih bagi guru IPS dalam
memberikan pengajaran kepada peserta didiknya juga harus menggunakan variasi pembelajaran sehingga tidak mengacu pada satu metode saja. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam melibatkan siswa secara aktif guna menunjang proses belajar mengajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Karena dengan pembelajaran kooperatif terjadi interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain. Siswa lebih berani mengungkapkan pendapat atau bertanya dengan siswa lain sehingga dapat melatih mental siswa untuk belajar bersama dan berdampingan, menekan kepentingan individu dan mengutamakan kepentingan kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Selain itu pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan efektif. Struktur Two Stay Two Stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya. Model pembelajaran dua tinggal dua tamu (two stay two stray) adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertemu antar kelompok untuk berbagi
Sayekti Wuri Estri, Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
informasi. (Ngalim Purwanto, MP, .1987). Struktur Two Stay Two Stray yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray bisa memberikan sedikit gambaran pada siswa mengenai kenyataan kehidupan dimasyarakat, yaitu dalam hidup bermasyarakat diperlukan hubungan ketergantungan dan interaksi sosial antara individu dengan individu lain dan antar individu dengan kelompok. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.
113
(Planning); (2) Pelaksanaan (Action); (3) Observasi (Observation); (4) Refleksi (Reflection). Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah rendahnya prestasi belajar siswa Kelas IV SDN Two Stay Two Stray, terhadap bidang studi IPS pokok bahasan Koperasi. Adapun penyebab timbulnya masalah tersebut adalah: (a) Siswa enggan untuk bertanya/mengemukakan pendapat; (b) Siswa kurang termotivasi dalam proses belajar; (c) Siswa malu bertanya Untuk menunjang pemecahan masalah dalam penelitian ini peneliti bersama mitra guru merencanakan/ membuat kelengkapan dalam penelitian sebagai berikut: (1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan pendekatan Two Stay Two Stray; (2) Membuat lembar observasi untuk mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. Karena penelitian ini dilandasi prinsip kolaboratif, partisipatoris dan kooperatif, maka kegiatan penyiapan partisipan dipandang perlu dilakukan. Kegiatan pelatihan diawali dengan kegiatan diskuis tentang penerapan metode konstekstual dan diteruskan dengan meninjau materi yang akan disampaikan pada penelitian tindakan. Metode Pengumpulan Data yaitu menggunakan (1) Tes; (2) Observasi; (3) Angket; dan (4) Catatan Lapangan (fieldnote)
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN Two Stay Two Stray Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek pada siswa Kelas IV Semester II bidang studi IPS pokok bahasan Koperasi Tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu mulai bulan Maret sampai bulan April 2014. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur: (1) Perencanaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama Refleksi Awal SDN 3 Ngadisuko merupakan salah satu SD Negeri di desa Ngadisuko Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek. SD yang dipimpin oleh Bapak Sudarmani, S.Pd
113
114
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
tetap eksis sebagai sekolah yang mendapat anemo masyarakat cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah murid kelas IV yang berjumlah 21 siswa. Pagu yang terpenuhi ini membuktikan bahwa sekolah ini mendapatkan perhatian yang besar dari masyarakat sekitarnya. Untuk terus memacu prestasi belajar siswa, guru kelas IV berupaya untuk menginovasi model pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Pada tanggal 4 Maret 2014, peneliti mengajukan surat permohonan secara tertulis kepada kepala sekolah. Planning (Perencanaan) Setelah peneliti mendapatkan ijin penelitian, guru kelas IV menyusun format penelitian berupa catatan lapangan, format observais penelitian, format penilaian, RPP, LKS, tugas individu, dan angket. Action (Pelaksanaan) Pertemuan 1 terdiri dari: (a) Pada pukul 07.00 peneliti dengna didampingi oleh kolaboartor penelitian memasuki ruangan. Peneliti melkaukan kegiatan pendahuluan dengan mengucapkan salam, dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama. Guru menanyakan kondisi siswa; (b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran IPS dengan mengggunakan pendekatan TSTS; (c) Guru menggali pemahaman siswa dengan meminta siswa mengamati gambar tokoh; (d) Guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan; (e) Pukul 07.00 WIB siswa diminta untuk menempati posisi kelompok masing-maisng yang telah ditentukan oleh guru; (f) Siswa mendiskusikan pembagian tugas dalam kelompoknya. Setiap kelompok menentukan peran anggota sebagai tuan rumah dan tamu; (g) Setelah
pembagian tugas selesai, siswa mendiskusikan permasalah yang terdapat pada LKS; (h) Setiap kelompok mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah dan tamu; (i) Setiap tamu yang dikirim oleh kelompoknya mencari informasi ke kelompok dengan cara bertamu; (j) Setiap tuan rumah berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari tamu; (k) Setelah kegiatan anjang sana selesai, setia tamu kembali pulang ke kelompok maisngmasing; (l) Pukul 07.45 WIB kelompok kembali mendiskusikan hasil informasi yang telah diperolehnya; (m) Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan; (n) Pukul 08.40 siswa diminta untuk membuat kesimpulan dengan bimbingan guru; (o) Siswa diberi tugas individu. Pertemuan 2 terdiri dari: (a) Pukul 07.00 WIB guru memasuki ruang kelas. Guru mengucapkan salam, dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama; (b) Guru menanyakan kondisi siswa; (c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran IPS dengan mengggunakan pendekatan TSTS; (d) Pukul 07.10 WIB, siswa diminta untuk menempati posisi kelompok masing-masing yang telah ditentukan oleh guru; (e) Siswa mendiskusikan pembagian tugas dalam kelompoknya. Setiap kelompok menentukan peran anggota sebagai tuan rumah dan tamu; (f) Pukul 07.20 WIB, kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, setiap kelompok mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah dan tamu; (g) Setiap tamu yang dikirim oleh kelompoknya mencari informasi ke kelompok dengan cara bertamu; (h) Setiap tuan rumah berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari tamu; (i) Setelah kegiatan anjang sana selesai, setia tamu kembali pulang ke kelompok masing-masing; (j)
Sayekti Wuri Estri, Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
Pukul 07.35 setipa kelompok kembali mendiskusikan hasil informasi yang telah diperolehnya; (k) Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan; (l) Pukul 08.05 WIB, siswa diminta untuk membuat kesimpulan dengan bimbingan guru; (m) Siswa diberi tugas individu. Observation (Pengamatan) Untuk aktivitas guru secara umum sudah menunjukkan aktivitas yang baik, meski masih ditemukan beberapa kelemahan dalam menerapkan metode pembelajara multi model dalam pembelajaran IPS. Beberapa aktivitas guru yang masih memerlukan perbaikan adalah aktivitas guru dalam memotivasi siswa dalam kegiatan kooperatif siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, guru masih lebih dominan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran belum tercipta suasana yang menyenangkan, aktif dan kondusif. Untuk aktivitas siswa yang masih perlu perbaikan adalah keberanian siswa dalam memberikan ide, komunikasi siswa dalam kegiatan kelompok, kemampuan siswa untuk memprediksi dan menganalisis suatu permasalahan. Refleksi Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (a) Guru kurang dalam memotivasi siswa; (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru masih kurang baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena masih sangat rendah; (c) Dalam forum diskusi masih sedikit siswa yang terlibat aktif.
115
Pada siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus satu, ditambah dengan perencanaan perbaikan tindakan untuk mengatasi kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I. Action (Pelaksanaan) Pertemuan 1, terdiri dari (a) Pukul 07.00 WIB peneliti memasuki ruang kelas IV, kemudian mengucapkan salam, dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama; (b) Guru menanyakan kondisi siswa; (c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran IPS dengan mengggunakan pendekatan TSTS; (d) Pukul 07.10 WIB, siswa diminta untuk menempati posisi kelompok masingmaisng yang telah ditentukan oleh guru; (e) Siswa mendiskusikan pembagian tugas dalam kelompoknya. Setiap kelompok menentukan peran anggota sebagai tuan rumah dan tamu; (f) Setelah pembagian tugas selesai, siswa mendiskusikan permasalah yang terdapat pada LKS; (g) Pukul 07.25, kegiatan diskusi dalam kelompok selesai dilanjutkan, setiap kelompok mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah dan tamu; (h) Setiap tamu yang dikirim oleh kelompoknya mencari informasi ke kelompok dengan cara bertamu; (i) Setiap tuan rumah berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari tamu; (j) Setelah kegiatan anjang sana selesai, setia tamu kembali pulang ke kelompok masing-masing; (k) Setiap kelompok kembali mendiskusikan hasil informasi yang telah diperolehnya; (l) Pukul 08.10 WIB, kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan; (m) Pukul 08.35 siswa diminta untuk membuat kesmimpulan dengan bimbingan guru; (n) Siswa diberi tugas individu. Pertemuan 2, terdiri dari (a) Pukul 07.00 WIB, guru kelas memasuki runag kelas, kemudian guru mengucapkan salam,
Siklus Kedua Planning (Perencanaan)
115
116
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersam; (b) Guru menanyakan kondisi siswa; (c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan TSTS; (d) Pukul 07.10 WIB, siswa diminta untuk menempati posisi kelompok masing-maisng yang telah ditentukan oleh guru; (e) Siswa mendiskusikan pembagian tugas dalam kelompoknya. Setiap kelompok menentukan peran anggota sebagai tuan rumah dan tamu; (f) Setelah pembagian tugas selesai, siswa mendiskusikan permasalah yang terdapat pada LKS; (g) Pukul 07.15 kegiatan diskusi dalam kelompok selesai, setiap kelompok mempersiapkan diri untuk menjadi tuan rumah dan tamu; (h) Setiap tamu yang dikirim oleh kelompoknya mencari informasi ke kelompok dengan cara bertamu; (i) Setiap tuan rumah berkewajiban untuk menjawab pertanyaan dari tamu; (j) Setelah kegiatan anjang sana selesai, setia tamu kembali pulang ke kelompok maisngmasing; (k) Pukul 08.00 WIB kelompok kembali mendiskusikan hais informasi yang telah diperolehnya; (l) Pukul 08.15 WIB Kelompok terpilih mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan; (m) Pukul 08.35 WIB, siswa diminta untuk membuat kesimpulan dengan bimbingan guru; (n) Siswa diberi tugas individu. Observation (Pengamatan) Hasil Observasi selama proses pembelajaran pada siklus II terhadap aktivitas guru adalah guru telah mampu memperbaiki tindakan pembelajarannya. Perbaikan setiap tindakan yang dilakukan oleh peneliti berdampak semakin baiknya aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Refleksi
Dari hasil pengamatan pada siklus II, dapat direfleksikan bahwa kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I dapat teratasi secara baik pada siklusI I. Dengan demikian prestasi belajarpun mengalami peningkatan dengan mendapatkan persentase ketuntasan belajar sebesar 90,48%. Dengan tercapainya ketuntasan belajar ini maka tidak diperlukan lagi perbaikan pembelajaran. Guru menunjukkan perkembangan aktivitas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 60.00% meningkat sebesar 20,00% menjadi 80,00% pada siklus II. Setelah dikonsultasikan pada tingkat aktivitas maka aktivitas guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Artinya setiap tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran guru dalam menerapkan metode yang digunakan yaitu Two Stay Two Stray. Aktivitas siswa setelah guru menerapkan pendekatan Two Stay Two Stray dalam pembelajaran IPS ternyata mampu meningkatkan kualitas aktivitas pembelajaran siswa di kelas. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 61.25% meningkat sebesar 20.00% menjadi 81.25% pada siklus II. Dari perolehan persentase ini maka rata-rata aktivitas siswa adalah 61,25%, dan termasuk dalam kriteria sangat baik. Artinya siswa mampu menerima dan melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 80,95 dengan ketuntasan belajar siswa 61,90% meningkat menjadi 87,14 dengan persentase ketuntasan sebesar 90,48%. Dengan demikian penelitian ini termasuk dalam penelitian yang berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Sayekti Wuri Estri, Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
Untuk dapat lebih jelasnya penulis telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada Gambar 1. Respon Siswa Untuk mengetahui respon siswa dalam menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru, peneliti melakukan jajak pendapat siswa dengan menggunakan angket. Dalam angket ini terdapat 10 item. Dari hasil rekapitulasi angket diketahui bahwa siswa menunjukkan respon yang sangat positif dengan hasil sebesar 1,85.
Uji hipotesis Berangkat dari hasil penelitian yang dilakukan selama dua siklus maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini jika pembelajaran IPS materi Koperasi Guru Dapat Menerapkan Two Stay Two Stray dengan Baik, Maka Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Semester II SDN 3 Ngadisuko Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014 Akan Mengalami Peningkatan adalah benar dan dapat diterima.
RATA-RATA, SIKLUS I, 80.95
RATA-RATA, SEB SIKLUS, 67.14
117
KETUNTASAN, RATA-RATA, SIKLUS SIKLUS II, 87.14 II, 90.48
KETUNTASAN, SIKLUS I, 61.90 RATA-RATA KETUNTASAN
KETUNTASAN, SEB SIKLUS, 23.81
Gambar 1 Peningkatan Hasil Belajar hasil diskusinya kepada setiap tamu yang datang sedangkan tugas tamu yang datang adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya materi yang didiskusikan oleh kelompok tersebut. Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi, anggota kelompok yang jadi tamu bertugas untuk menyebarkan informasi yang diterimanya dari kelompok ke anggota dari kelompoknya sendiri. Begitu seterusnya bergantian hingga masing-masing anggota kelompok pernah merasakan peran sebagai tuan rumah maupun tamu. Setelah guru menerapkan pendekatan Two Stay Two Stray maka prestasi belajar
PENUTUP Kesimpulan Pembelajaran IPS menjadi lebih aktif dan kondusif. Dalam pembelajaran multi metode kelas dibagi dalam 5 kelompok. Masingmasing kelompok diberi tugas untuk berdiskusi tentang suatu materi tertentu, guru membantu menjelaskan pada masing-masing kelompok jika ada yang kurang mengerti. Setelah dirasa cukup masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk diam ditempatnya sedangkan sisanya berjalan-jalan sebagai tamu dalam kelompok lain. Tugas tuan rumah adalah menjelaskan
117
118
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
siswa dapat meningkat secara signifikan. Pada hasil nilai siklus I memperoleh nilai rata-rata 80,95 dengan ketuntasan belajar siswa 61,90% mneingkat menjadi 87,14 dengan persentase ketunbtasan sebesar 90,48%. Dengan demikian penelitian ini termasuk dalam penelitian yang berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
Saran Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan. Serta memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan pendekatan Two Stay Two Stray.
DAFTAR RUJUKAN Arief. 1995. Beberapa prinsip penciptaan situasi belajar mengajar. Malang: IKIP. Purwanto, Ngalim MP. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja, Rosdakarya. Redjeki, Edna, Sri. 1980. Hubungan Pemilihan Jurusan Dengan Cita-cita, Minat dan Prestasi Belajar Siswasiswa Kelas I IPS Tahun Ajaran 19791980 di SMPP Bojonegoro. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: FPIPS IKIP Malang. Suprijono. 2011. Pengertian Model. Bandung: PT. Remaja, Rosdakarya. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud RI. WJS. Poerwodarminto, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka.