Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili Oleh : Umiati Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman industri yang mempunyai nilai terbaik dengan kadar vanillin 2,75% (Hadisutrisno,2004). Hal tersebut menjadi modal dasar bagi Indonesia untuk terus memperluas pasaran ekspor, guna meningkatkan
penerimaan
devisa negara serta meningkatkan
pendapatan petani. Peluang pasar komoditas vanili Indonesia masih terbuka luas karena dengan
bertambahnya
jumlah
penduduk
dunia ,permintaan
vanili
diperkirakan terus meningkat (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2009). Namun demikian permintaan vanili yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan tingkat produktivitas yang memadai karena adanya beberapa kendala dalam pengembangan vanili Tanaman vanili di Indonesia banyak digemari oleh banyak konsumen, baik di dalam negeri maupun dari luar negeri. Hal ini disebabkan karena kualitas vanili Indonesia
yang
lebih
unggul
dibandingkan
vanili
Mexico, Amerika Serikat,
Madagaskar yang juga terkenal sebagai penghasil vanili yang cukup berkualitas . Atas dasar inilah perlu dikembangkan suatu metode budidaya tanaman vanili yang mampu menghasilkan bibit-bibit vanili dalam jumlah banyak dan dalam waktu singkat atau cepat yang berkualitas. Tanaman vanili merupakan tanaman tahunan yang tergolong dalam jenis tanaman anggrek dari suku (famili) Orchidaceae yang memiliki banyak macam spesies (lebih dari 1500 spesies). Vanilla planifolia merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi dengan fluktuasi harga yang
relatif stabil dibandingkan dengan tanaman perkebunan yang lain. Tanaman vanili bernilai ekonomi cukup tinggi karena ekstrak buahnya yang dikenal sebagai sumber bahan pengharum pada bahan makanan dan minuman. Aroma yang khas dari hasil ekstrak buah vanili disebabkan oleh substansi vanili.di Indonesia.
Tanaman
vanili (Vanilla planifolia Andrews atau Vanilla fragrans)
bukanlah
tanaman asli Indonesia. Secara historis, tanaman tahunan ini baru masuk ke Indonesia pada tahun 1819. Namun demikian tanaman vanili tumbuh lebih subur dan lebih produktif di Indonesia yang beriklim tropis, dibandingkan dengan Negara asalnya (Mexico) dan Negara produsen vanili aslinya. Bahkan, menurut Rosman , kualitas vanili Indonesia yang dikenal dengan “Java Vanili” masih yang terbaik di Dunia. Hal ini didasarkan atas kadar vanilinya yang cukup tinggi, yakni sekitar 2,75 persen. Kadar tersebut lebih tinggi jika dibandingkan denga n kadar vanili Madagaskar yang hanya 1,91-1,98 persen, Tahiti 1,55-2,02 persen, Mexico 1,89- 1,98 persen, dan Sri Lanka 1,48 persen.
Vanili termasuk ke dalam tanaman monokotil. Pada tiap ruas batang vanili, tumbuh dua jenis akar , dimana yang satu berfungsi untuk melekat pada tanaman penegak
yang
disebut
sulur
dahan,
sedangkan
bagian
akar yang lainnya
merupakan akar yang menggantung di udara yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah jika akar tersebut telah menyentuh tanah. Batang tanaman vanili mampu memiliki
ruas-ruas
tumbuh
yang
memanjang sampai mencapai 100 meter dan
panjang
rata-rata
sekitar
15 cm. Tiap ruas akan
menghasilkan cabang baru apabila dilakukan pemangkasan. Salah satu penyakit utama yang menjadi kendala dalam budidaya vanili adalah penyakit busuk batang, yang disebabkan
oleh
jamur
Fusarium oxysporum
f .sp. vanillae. Penyakit ini
menyebabkan kerugian yang sangat besar akibat matinya tanaman (50% - 100%), memperpendek umur produksi dari 10 kali panen menjadi dua kali, bahkan tidak dapat berproduksi, serta mutu buah sangat rendah (Hadisutrisno, 2004). Sampai saat ini penyakit busuk batang vanili telah diteliti oleh beberapa laboratorium (Lestari et.al., 2006; Inayati, 2002) tetapi masih belum bisa diatasi secara efektif
.
Gambar 1. Tanaman Vanili (Sumber : http://detiktani.blogspot.com/2013/06/penyakittanaman-vanili_277.html .)
Penyakit busuk batang adalah salah satu penyakit penting yang sering menyerang tanaman vanili. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium sp pada bagian tanaman yang diserang. Perlu diketahui bahwa cendawan Fusarium sp adalah cendawan yang mampu bertahan hingga 4 tahun di dalam tanah disekitar kebun vanili. Ia dapat hidup selama itu meski tanpa tanaman inang. Pada tanaman vanili cendawan ini dapat menginfeksi bagian batang, akar, bahkan buah. Kendatipun demikian, buah yang diserang adalah buah yang sudah hampir masak. Penularannya dapat terjadi karena beberapa media yang antara lain melalui kontak langsung bagian batang dengan cendwan ini, serangga, air hujan, tanah, atau karena infeksi dari awal penanaman bibit.(Anonim ,2013 ). Gejala Busuk Batang Vanili (BBV) dapat ditemukan pada seluruh bagian tanaman yaitu akar, batang, buah, pucuk, dan kadang-kadang pada daun, Namun gejala paling
sering ditemukan pada batang. Di kebun yang keadaannya kering , gejala
serangan terbatas berupa bercak-bercak hitam, memanjang berukuran antara 1-3 cm dan berbatas jelas antara jaringan yang terserang dan sehat. Sedangkan di lahan yang keadaannya lembab akibat serangan penyakit BBV pada batang dapat terjadi meluas. Bagian batang yang terserang berwarna coklat kehitaman, membusuk dan berkerut. Pada bagian yang membusuk dan berkerut tersebut, sering terdapat
bintik-bintik putih kekuningan yang merupakan kumpulan konidiosfora dan konidia jamur. Gejala pada pucuk banyak muncul terutama pada musim hujan, sedangkan pada
buah
biasanya
setelah
hampir
panen/masak.
Patogen penyebab BBV dapat menyebar melalui berbagai media antara lain tanaman, air tanah, alat-alat pertanian dan hewan, karena spora pathogen BBV bertipe slime spore (spora berlendir) sehingga sangat mudah melekat dan terbawa oleh benda-benda tersebut ke tempat lain.
Gambar 2. Gejala Pembusukan Pada Pangkal Batang/Akar Vanili (Sumber : Astuti, 2013) Pengendalian Cara pengendalian penyakit BBV dapat dilakukan dengan melalui perbaikan teknik budidaya antara lain : 1) Hindari penanaman vanili di lahan bekas kebun vanili yang sudah terserang BBV selama 3 tahun atau lebih; 2) Gunakan stek vanili yang sehat , yang berasal dari tanaman dan kebun yang masih sehat. Stek vanili dicelupkan dalam Bio-FOB cair selama 30 menit lalu diolesi dengan Bio-FOB powder; 3) Mengurangi kelembaban kebun dengan perbaikan jarak tanam dan pemangkasan tiang panjat; 4) Membuat parit drainase untuk menghindari terjadinya genangan air;
5) Melaksanakan sanitasi tanaman dengan memusnahkan tanaman yang terserang berat atau dengan memotong dan membakar bagian tanaman yang terserang; 6) Mencegah terjadinya pelukaan pada saat pemeliharaan tanaman, karena infeksi BBV dapat terjadi melalui luka; 7) Menghindari pemakaian pupuk kandang secara berlebihan.
Agensia hayati dan
bahan organik: Bacillus pantothenticus dan Trichoderma lactae merupakan antagonis F.oxysporum f.sp vanilla dan beberapa pathogen lainnya, dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan merupakan biodecomposer limbah organik. Kedua mikroba tersebut telah diformulasikan dengan nama produk Bio-TRIBA. Bio TRIBA dapat digunakan untuk pembuatan kompos dari limbah organik. Dosis yang digunakan adalah 2-3 liter Bio-TRIBA /1 ton limbah organik. Untuk mempercepat proses dekomposisi sebaiknya limbah organik dicacah terlebih dahulu. Bio-TRIBA dapat dicampur langsung dengan pupuk kandang/kompos. Satu ton pupuk kandang dapat dicampur dengan 2-3 liter Bio-TRIBA dan diinkubasi selama 1-2 minggu sebelum digunakan. Selain itu Bio-TRIBA dapat digunakan langsung dengan menyiramkan pada daerah sekitar perakaran dengan dosis 5-10 ml Bio-TRIBA/l air dan sebaiknya diberikan setelah pemberian pupuk organik. Selain melalui perbaikan teknik budidaya, pengendalian BBV juga dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida. Dalam hal ini,dapat digunakan fungisida nabati yang mengandung bahan aktif eugenol dan sitral yang diekstrak masing-masing dari tanaman cengkeh dan sereh wangi. Pengendalian dilakukan dengan memotong atau menyayat bagian tanaman yang sakit kemudian diolesi fungisida tersebut menggunakan kapas, Fungisida nabati ini dapat digunakan langsung dengan dosis 3-5 ml/l air. Mengingat sempitnya keragaan genetic vanili khususnya terhadap ketahanan penyakit, produktivitas vanili seringkali terganggu oleh serangan penyakit. Penyakit yang sangat merugikan adalah penyakit busuk batang (BBV), yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f .sp. vanillae. Menurut Hadisutrisno, 2004, penyakit ini dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar akibat matinya tanaman (50% -
100%), memperpendek umur produksi dari 10 kali panen menjadi dua kali, bahkan tidak dapat berproduksi, serta mutu buah sangat
rendah.
Untuk itu diperlukan
penanganan yang serius dalam pengendalian penyakit BBV. Pengendalian BBV, selain dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida, dapat juga dilakukan dengan melalui perbaikan teknik budidaya, sehingga kerugian akibat serangan penyakit BBV dapat eliminir.
Daftar pustaka Anonim 2013 . Penyakit Tanaman vanili. http://detiktani.blogspot.com/2013/06/penyakit-tanaman-vanili_277.html.Diakses tgl 06 Maret 2015. Astuti, Y. 2013. PENYAKIT BUSUK BATANG PANILI dan PENGENDALIANNYA DENGAN TEKNOLOGI BIO-FOB. Direktorat Perlindungan Perkebunan, Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 1997. Petunjuk Teknis Budidaya Panili, Departemen Pertanian, Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Pedoman Teknis Budidaya Panili. Departemen Pertanian, Jakarta. Hadisutrisno B. 2004. Taktik dan strategi perlindungan tanaman menghadapi gangguan penyakit layuFusarium. Simposium Nasional I. Purwokerto, 2-3 Maret 2004. Pusat
Data & Informasi Pertanian. 2009. Outlook komoditas perkebunan. http://www.deptan. go.id/ p u s d a t i n / a d m i n / P U B / outlook.komoditas_perkebunan.pdf. Diakses 17Juni 2010
Lestari EG, Sukmadjaja D & Mariska I. 2006. Perbaikan Ketahanan Tanaman Vanili terhadap Penyakit Layu melalui Kultur in vitro. Jurnal Litbang Pertanian: 25(4). Maniatis T, Fritsch EF & Sambrook J. 1982.Molecula