LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHA SISWA GANESA 3 FORDIMAPELAR UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JUDUL KARYA TULIS ILMIAH AGRICULTURAL PRODUCT DISTRIBUTION CENTER (APDC) : SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PEREKONOMIAN PETANI MELALUI PENGOPTIMALAN DISTRIBUSI PRODUK PERTANIAN (STUDI KASUS PROVINSI JAWA TENGAH)
Diusulkan oleh : FAIZ BALYA MARWAN
(NIM. 14010412130105 / Angkatan 2012)
ALAN RAY FARANDY
(NIM. 12020112130081 / Angkatan 2012)
MUHAMMAD SUBHAN
(NIM. 14010412130109 / Angkatan 2012)
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia dengan Al Qur’an dan Sunnah. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka LKTI Nasional Ganesa 3 yang diselenggarakan Fordimapelar Universitas Brawijaya Malang 2014 dengan judul “Agricultural Product Distribution Center (APDC) : Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Petani Melalui Pengoptimalan Distribusi Produk Pertanian (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah).” Penyusunan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ika Riswanti Putranti, Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, arahan, dan masukan selama penyusunan karya ilmiah ini. 2. Keluarga dan teman-teman yang telah banyak memberikan kritik, saran, dukungan, doa, dan semangat. 3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu selama penyusunan karya ilmiah ini. Penyusun menyadari
bahwa karya ilmiah ini masih jauh
dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca. Semoga karya ilmiah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat bagi pembaca semua.
Semarang, 10 November 2014
Penyusun
iv
DAFTAR ISI Halaman Sampul........................................................................................................ i Lembar Pengesahan .................................................................................................. ii Lembar Pernyataan Orisinalitas Karya ..................................................................... iii Kata Pengantar ........................................................................................................ iv Daftar Isi................................................................................................................... v Daftar Gambar ........................................................................................................ vii Abstrak .................................................................................................................. viii BAB I: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................. 3 1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................... 3 BAB II: Tinjauan Pustaka 2.1 MEA 2015 dan Pasar Bebas ................................................................................ 4 2.2 Profil dan Produk Pertanian Jawa Tengah ........................................................... 4 2.3 Distribusi Barang ................................................................................................ 5 2.4 Rantai Nilai......................................................................................................... 6 BAB III: Metodologi Penulisan 3.1 Jenis dan Pendekatan Penulisan........................................................................... 7 3.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data .................................................................. 7 3.3 Metode Analisis Data.......................................................................................... 8 BAB IV: Pembahasan 4.1 Produk Pertanian Unggulan Jawa Tengah............................................................ 9 4.2 Peluang Ekspor ................................................................................................... 9 4.3 Masalah Perdagangan Produk Pertanian ............................................................10 4.4 Agricultural Product Distribution Center (APDC) ............................................10 BAB V: Penutup 5.1 Simpulan............................................................................................................15 5.2 Saran..................................................................................................................15 Daftar Pustaka ............................................................................................................ Lampiran .................................................................................................................... v
Daftar Riwayat Hidup Peserta .....................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Analisis rantai nilai (value chain analysis-VCA) ...................................... 6 Gambar 2. Mekanisme Konsep APDC .....................................................................13 Gambar 3. Hubungan Antar Pihak Terkait ...............................................................14
vii
ABSTRAK
Jawa Tengah (Jateng) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dijadikan sentra pertanian. Tahun 2010, lahan pertanian Jateng seluas 3.254.412 Ha. Produksi pertanian dan hortikultura unggulan Jateng seperti: padi, jagung, bawang merah, kentang, cabai merah, dan bunga melati. Potensi ekonomi melalui ekspor produk pertanian Jateng sangat besar, tapi sampai saat ini belum dimaksimalkan. Dalam satu dekade terakhir, ekspor produk pertanian Jateng masih kalah jauh dibanding komoditas tekstil dan kayu olahan. Salah satu penyebab kurangnya nilai ekspor Jateng adalah ketidaktahuan petani terhadap regulasi dan proses ekspor itu sendiri. Sebab, selama ini kendali ekspor berada penuh di tangan eksportir, sedangkan petani tidak terlibat secara langsung. Padahal, data di lapangan yang dianalisis melalui value change menunjukkan bahwa terdapat selisih harga yang besar antara harga dari petani dengan harga di pasar luar negeri. Selisih harga yang besar selama ini dinikmati oleh eksportir. Dengan memaksimalkan ekspor produk hasil pertanian dan meminimalisir selisih harga, maka perekonomian dapat meningkat yang akan berimbas pada kesejahteraan petani. Oleh karena itu perlu adanya sebuah lembaga sebagai fasilitator dalam pengembangan potensi pertanian yang ada. Peran lembaga tersebut adalah mempertemukan kepentingan pemerintah daerah, investor, petani, dan tenaga ahli. Pemerintah daerah berperan sebagai pencipta iklim investasi sesuai yang tertuang dalam blueprint ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dan menjalankan regulasi-regulasi dalam negeri yang mendukung pemberdayaan potensi pertanian. Tenaga ahli berperan dalam pengelolaan lembaga yang ada secara masif (tenaga pengelola dana dan pendampingan kepada petani). Petani berperan sebagai pengelolaan potensi pertanian. Kata kunci : AEC 2015, produk pertanian, pengoptimalan, ekspor, APDC
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku cetak biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) 2015 dijelaskan bahwa telah disepakati adanya aliran barang secara bebas dan terbuka guna meningkatkan daya saing ASEAN. Bukan hanya intraASEAN, ASEAN juga mulai bekerjasama dengan Negara Asia lainnya seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang melalu ASEAN+3. Dengan adanya jalinan kerjasama tersebut, nantinya akan membuat pasar semakin bebas tanpa ada tarif. Bagi para ekonom Indonesia, anjuran Stiglitz untuk mengedepankan proses pengambilan keputusan yang demokratik itu perlu digarisbawahi. Sebagaimana diketahui Pasal 33 Undang Undang Dasar (UUD) 1945 telah sejak jauh-jauh hari menganamatkan penyelenggaraan sebuah perekonomian yang demokratik di Indonesia (Baswir, 2007). Dalam pasal tersebut tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Menurut Boediono Wakil Presiden RI saat ini yang dikutip oleh Supratikno dalam bukunya Ekonomi Nurani vs Ekonomi Naluri (2011) mengatakan bahwa globalisasi adalah kenyataan sejarah yang terus akan bersama kita, suka atau tidak suka. Dari segi ekonomi, pada intinya globalisasi adalah perluasan sistem ekonomi pasar ke arena internasional. Sikap yang terbaik dalam menghadapi globalisasi bagi suatu negara adalah pragmatis. Kita melibatkan diri di dalamnya secara cerdas. Indonesia diciptakan dengan ribuan pulau yang membentang dari Merauke sampai Sabang. Banyaknya gunung berapi membuat tanah di sekitarnya menjadi subur dan cocok digunakan sebagai lahan pertanian, misalnya Jawa Tengah. Jawa Tengah (Jateng) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dijadikan sentra pertanian. Tahun 2010, lahan pertanian Jateng seluas 3.254.412 Ha. Produksi pertanian dan hortikultura unggulan Jateng seperti: padi, jagung, bawang merah, kentang, cabai merah, dan bunga melati. Potensi ekonomi melalui ekspor produk pertanian Jateng sangat besar, tapi sampai saat ini belum dimaksimalkan. Dalam satu dekade terakhir, ekspor produk pertanian Jateng masih kalah jauh dibanding komoditas tekstil dan kayu olahan.
1
Salah satu penyebab kurangnya nilai ekspor Jateng adalah ketidaktahuan petani terhadap regulasi dan proses ekspor itu sendiri. Sebab, selama ini kendali ekspor berada penuh di tangan eksportir, sedangkan petani tidak terlibat secara langsung. Padahal, data di lapangan yang dianalisis melalui
value chain menunjukkan
bahwa terdapat selisih harga yang besar antara harga dari petani dengan harga di pasar luar negeri. Selisih harga yang besar selama ini dinikmati oleh eksportir. Dengan memaksimalkan ekspor produk hasil pertanian dan meminimalisir selisih harga, maka perekonomian dapat meningkat yang akan berimbas pada kesejahteraan petani. Dalam menghadapi MEA 2015 dan Pasar Bebas Asia dibutuhkan sikap cerdas untuk memenangkan tujuan Indonesia. Penataan kembali sistem perdagangan Indonesia dari hulu sampai hilir, dari lingkup petani hingga eksportir merupakan strategi cerdas yang harus dibangun oleh Indonesia. Sistem perdagangan yang kurang melibatkan masyarakat bawah secara langsung dan hanya melibatkan pemilik modal besar perlu dikurangi. Keterlibatan petani secara langsung merupakan kunci pemerataan kesejahteraan tanpa harus menutup diri oleh dunia luar. Oleh karena itu perlu adanya lembaga yang dapat memberikan fasilitas kepada komponen-komponen dalam masyarakat guna mengembangan potensi pertanian. Karya ilmiah ini mencoba menyajikan deskripsi konseptual tentang lembaga pus distribusi produk pertanian pro-rakyat. Konsep tersebut akan dijelaskan dengan studi kasus di Provinsi Jawa Tengah dalam penerapan Agricultural Product Distribution Center sebagai perumusan pilot project bagi daerah-daerah serupa sehingga karya ilmiah ini berjudul “Agricultural Product Distribution Center (APDC) : Sebagai Upaya Peningkatan Perekonomian Petani Melalui Pengoptimalan Distribusi Produk Pertanian (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah)”. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah produk pertanian Jawa Tengah berpotensi untuk tingkatkan perekonomian terutama dalam mengahadapi AEC 2015? 2. Apa masalah sistem distribusi dalam perdagangan produk pertanian di Jawa Tengah?
2
3. Bagaimana
mekanisme
Agricultural
Product
Distribution
Center
(APDC)? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui: 1. Potensi
produk
pertanian
Jawa
Tengah
dalam
pengembangan
perekonomian terutama dalam mengahadapi AEC 2015 2. Permasalahan yang terdapat dalam sistem distribusi produk pertanian di Jawa Tengah 3. Mekanisme Agricultural Product Distribution Center (APDC) 1.4 Manfaat Penulisan 1. Memperkenalkan potensi produk pertanian Jawa Tengah yang dapat meningkatkan devisa negara melalui kegiatan ekpor. 2. Memberikan sebuah gagasan berupa konsep distribusi produk pertanian sebagai upaya peningkatan dan penguatan perekonomian Indonesia dalam mengahadapi Pasar Bebas ASEAN 2015. 3. Menambah wawasan tentang peran pentingnya distribusi barang yang efektif dan pro-petani dalam arus bebas investasi AEC 2015.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MEA 2015 dan Pasar Bebas Association of South East Asia Nations (ASEAN) adalah asosiasi negaranegara Asia Tenggara yang beranggotakan sepuluh negara ASEAN yang didirikan pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Salah satu pilar penting yang akan dihadapi Indonesia adalah ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tujuan MEA ada lima, yaitu menciptakan kawasan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, menciptakan kawasan ekonomi yang kompetitif, menciptakan kawasan ASEAN sebagai wilayah pembangunan ekonomi yang merata, dan kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global. Tujuan tersebut direalisasikan dengan menciptakan integrasi ekonomi kawasan, dalam bentuk arus bebas keluar masuk barang, arus jasa, arus investasi, modal, dan tenaga kerja terampil antar negara-negara ASEAN. Inti dari MEA adalah Pasar Bebas ASEAN Pasar Bebas ASEAN 2015 memungkinkan semua barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja bebas masuk antarnegara ASEAN tanpa adanya hambatan. Produk hasil industri, pertanian, dan bahkan tenaga kerja dari negara-negara ASEAN akan membanjiri Indonesia. Sama halnya dengan Indonesia, produk dan tenaga kerja Indonesia bebas masuk ke negara ASEAN lainnya. Pasar Bebas ASEAN 2015 adalah sebuah kompetisi bebas, dimana negara yang mampu menghasilkan produk terbaik akan mendapat keuntungan yang besar. Keuntungan yang besar akan berdampak pada kemajuan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan warganya. 2.2 Profil dan Produk Pertanian Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) memiliki luas wilayah 32.548 km persegi. Jateng terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota yang beribu kota di Semarang. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota di Jateng terdiri atas 573 kecamatan dan 8.574 desa/kelurahan. Kabupaten dengan penduduk terbanyak adalah Kabupaten Brebes dengan 1.733.869 jiwa pada 2010, diikuti oleh Cilacap dan Banyumas. Sedangkan untuk kota, penduduk terbanyak adalah Kota semarang dengan 1.555.984 jiwa diikuti Surakarta dan Pekalongan.
4
Pembagian penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 berdasarkan kriteria lahan sawah dan bukan lahan sawah, diketahui luas lahan sawah sebesar 991.524 Ha (30,47%) dan luas bukan lahan sawah sebesar 2.262.888 Ha (69,53%). Laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah 5,59 % dan kontribusi sektor pertanian adalah 2,78 % (BPS,2007). Apabila dibandingkan dengan sektor lain, sektor pertanian mempunyai kontribusi yang relatif kecil, sedangkan sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian dan mempunyai luas lahan yang besar. Padahal pada tahun 2013 produksi padi sebesar 10.344.816 ton meningkat 1,09% dibandingkan tahun 2012 sebesar 10.232.934 Ton. Dengan produksi sebesar ini, Jawa Tengah tidak membutuhkan impor beras dan juga tidak menerima titipan beras impor. Dengan luas sawah sekitar 1 juta ha, dan rata-rata kepemilikan lahan petani seluas 0,25 ha., maka pertanian padi di Jawa Tengah setidaknya meliputi lebih dari 4 juta keluarga petani. Peluang ekspor sangat terbuka bagi pertanian padi Jateng. Produksi hasil pertanian Jateng, khususnya beras setelah mampu menjadi salah satu penyangga beras nasional, dengan produksi yang melimpah, berpotensi memperluas pasar hingga ke luar negeri. Namun, para petani tidak mungkin menjalankan proses ekspor produk hingga mancanegara. Eksportir lokal menjadi pihak dibalik ekspor produk pertanian Jateng, yang saat ini tergolong rendah. Eksportir menjadi pihak yang bertanggungjawab secara langsung dalam proses ekspor hasil produk pertanian Jateng. Petani tidak terlibat secara langsung dalam proses ekspor. Petani menyerahkan produk, selanjutnya mulai dari proses pengurusan dokumen hingga hubungan dengan pihak impotir luar negeri, berada di tangan eksportir. 2.3 Distribusi Barang Distribusi adalah proses penyampaian suatu komoditi dari produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana komoditi tersebut diperlukan. Distribusi juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang dan jasa sampai di tangan konsumen (Limbong dan Sitorus, 1995).
5
Distribusi merupakan bagian dari proses pertukaran dalam pemasaran dan melibatkan perpindahan secara fisik atas produk pertanian dari petani ke konsumen serta melibatkan perantara yang memiliki peran penting dalam rantai pola distribusi (Ebert, 2007). Pada jalur pemasaran Buncis Prancis misalnya, petani sebagai produsen menjual Buncis Prancis melalui pasar tradisional yang ada di daerah setempat. Pasar tradisional merupakan tempat para petani dan pembeli dikumpulkan untuk melakukan transaksi jual beli, yang datang ke pasar tradisional ini antara lain grosir dan pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul menjual Buncis Prancis tersebut kepada pedagang grosir dan menyalurkannya ke pedagang pengecer dan berakhir ke konsumen. Sedangkan untuk pasar Luar Negri, buncis dibawa langsung oleh eksportir. 2.4 Rantai Nilai Rantai nilai merupakan suatu cara pandang dimana bisnis dilihat sebagai rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar: aktivitas yang membedakan produk, aktivitas yang menurunkan biaya produk, dan aktivitas yang dapat segera memenuhi kebutuhan pelanggan (Pearce dan Robinson, 2008) Analisis rantai nilai (value chain analysis-VCA) berupaya memahami bagaimana suatu bisnis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam bisnis terhadap nilai tersebut. VCA mengambil sudut pandang proses, analisis ini membagi bisnis menjadi kelompok-kelompok aktivitas yang terjadi dalam bisnis tersebut, diawali dengan input yang diterima oleh perusahaan dan berakhir dengan produk atau jasa perusahaan dan layanan purnajual bagi pelanggan.
Gambar 1. Analisis rantai nilai (value chain analysis-VCA)
Sumber: Pearce & Robinson 2008 6
BAB III METODE PENULISAN 3.1. Jenis dan Pendekatan Penulisan Penulisan karya ilmiah ini dilakukan dengan kegiatan studi literatur yang mendalam, yakni dengan menggunakan penulisan deskriptif dan data yang digunakan merupakan data pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur yang menghasilkan data-data deskriptif, yang meliputi kata-kata tertulis atas objek penulisan yang sedang dilakukan yang didukung oleh studi literatur berdasaran pengalaman kajian pustaka, baik berupa data penulisan maupun angka yang dapat dipahami dengan baik. Di samping itu, pendekatan kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama serta pola-pola nilai yang dihadapi di lapangan. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 3.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu sumber data penulisan yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter), baik yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan. Metode pengumpulan data yang digunakan didalam penulisan ini adalah dengan metode: - Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan jalan membaca literatur-literatur yang berkaitan dan menunjang penulisan ini, berupa pustaka cetak maupun elektronik (data-data internet).
7
- Dokumenter
Studi dokumentasi dilakukan dengan jalan membaca laporan-laporan penulisan sebelumnya serta artikel yang diakses dari internet, buku maupun jurnal yang sesuai dengan permasalahan.Pada metode ini penulis hanya memindahkan data yang relevan dari suatu sumber atau dokumen yang diperlukan. - Intuitif Subjektif
Intuitif subjektif merupakan perlibatan pendapat penulis atas masalah yang sedang dibahas. 3.3 Metode Analisis Data Sehubungan dengan permasalahan yang tertulis pada rumusan masalah dan pendekatan penulisan yang digunaan, penulis menganalisa data-data yang diperoleh dengan metode analisa deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun, sehingga mempermudah pembahasan masalah-masalah yang ada.Karena titik fokus penulisan ini adalah penulisan berbasis literatur (pustaka), maka data yang diumpulkan merupakan data kualitatif. Proses analisis data yang dilakukan dalam penulisan ini terjadi secara bolak balik dan berinteraktif, yang terdiri dari: - Pengumpulan data (data collection) - Reduksi data (data reduction) - Penyajian data (data display) - Pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclution drawing and verification)
8
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Produk Pertanian Unggulan Jawa Tengah Perekonomian Provinsi Jawa Tengah sangat ditopang oleh sektor industri pengolahan yang kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai diatas 32%, yaitu mencapai Rp 146 triliun dari total PDRB Jawa Tengah sebesar Rp 444 triliun pada 2011. Sektor lain, seperti perdagangan, hotel dan restoran serta pertanian juga mempunyai kontribusi yang cukup besar, yaitu di kisaran 19% yang keduanya mencapai Rp 86 triliun ditahun yang sama. Pada sektor pertanian, tanaman padi secara keseluruhan masih merupakan tanaman pangan yang paling dominan di Jawa Tengah dengan luas total lahan pertanian pada 2010, untuk padi sawah 1.734.647 ha, padi ladang 66.750 ha, padi 1.801.397 ha, daerah Kab. Cilacap, Kab. Pati, Kab. Grobogan dan Kab. Demak menjadi lumbung pertanian Jateng. Sementara palawija juga banyak ditanam, pada tahun yang sama luas total lahan 1.127.397 ha. Komoditas lainnya seperti jagung 631.816 ha, ubi kayu 188.080 ha, ubi jalar 7.965 ha, kacang tanah 119.565 ha, kang hijau 114.070 ha, dan kacang hijau 65.901 ha, yang tersebar di seluruh wilayah Jateng. Selain beras dan jagung, produk unggulan Jateng yang lain adalah: Kedelai, permintaan tinggi dari masyarakat digunakan untuk industri pengolahan tempe atau tahu. Varietas-varietas kedelai lokal di Jawa Tengah seperti varietas Grobogan kualitasnya tidak kalah dengan kedelai varietas impor dari luar negeri. Produksi kedelai di Jawa Tengah berkisar antara 100 ribu ton sampai 200 ribu ton per tahun. Kacang tanah, produksi per tahun berkisar antara 90 ribu sampai 120 ribu ton. Banyak ditemui di Pati, Jepara dan daerah sekitarnya. Kacang hijau, dengan produksi 90 ribu ton sampai 120 ribu ton per tahun. Ada juga ubi kayu, ubi jalar dan produk hortikultura, yaitu bawang merah, kentang, cabai merah, manga, durian, salak, pisang, jahe, kencur, kunyit, krisan dan melati. 4.2 Peluang Ekspor Nilai ekspor Jateng pada bulan Agustus 2013 mencapai USD 313,88 juta. Pada September 2013, mengalami kenaikan sebesar USD 118,93 juta atau 37,89%, yang mencapai USD 432, 82 juta. Ekspor Jateng ke Amerika Serikat
9
(AS) menjadi yang terbesar dengan total USD 97,39 juta pada September 2013, disusul Tiongkok dengan USD 43,52 juta dan Jepang dengan USD 61,83 juta. Jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian rata-rata 5 juta penduduk/tahun. Jadi peluang ekspor terbesar selain tekstil dan kayu adalah padi atau beras, dengan pertimbangan sumber daya alam dan sumber daya manusia Jateng yang sangat mendukung. 4.3 Masalah Perdagangan Produk Pertanian Usai perang dingin, Amerika Serikat sebagai pemenang perang dingin menawarkan konsep dunia berupa globalisasi. Hal yang kini mau tidak mau negara-negara di dunia ini termasuk salah satunya Indonesia tidak bisa menghindar dari konsep tersebut. Peluang dan tantangan muncul dari konsep tersebut, agenda liberalisasi merupakan salah satu agenda dalam globalisasi. Liberalisasi perdagangan memunculkan peluang berupa meluasnya pasar komoditas sejalan dengan dihapuskannya berbagai penghambatan perdagangan antarnegara. Namun pada sisi lain terdapat ancaman apabila komoditas yang diproduksi secara lokal tidak mampu bersaing dengan negara lain sehinga pasar domestik dibanjiri oleh komoditas yang berasal dari luar negeri, yang pada akhirnya merugikan petani. Tantangan globalisasi pertanian akan semakin kuat seiring
dengan
rencana pembentukan ASEAN Economic Community (AEC). Kuncoro (2009) mengungkapkan bahwa pada tahun 2015 ASEAN akan berkonsolidasi menjadi satu negara dengan sistem mobilitas barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal yang akan bergerak bebas. Kondisi tersebut memberikan peluang bagi Indonesia sebagai negara agraris untuk menjadi pemasok pangan utama di kawasan ASEAN. Berbicara mengenai daya saing produk antarnegara, salah satu faktor yang mempengaruhi daya saing adalah pada rantai pasokan. Biaya logistik pada rantai pasokan yang tinggi menyebabkan harga produk kalah bersaing dan tidak kompetitif. Hal yang menyebabkan biaya logistik tinggi salah satunya adalah dikarenakan infrastruktur yang masih rendah. Hasil penilaian World Economic Forum 2011-2012 kualitas infrastruktur secara menyeluruh Indonesia berada pada peringkat 82 dari 134 negara. Masih kalah jauh dengan negara tetangga Malaysia
10
yang berada pada peringkat 23. Terlebih lagi kualitas infrastruktur terendah adalah pada kualitas pelabuhan yang berada pada peringkat 103 dan ketersediaan listrik di peringkat 98. Dalam mendorong ekspor produk pertanian dalam negeri agar dapat tumbuh kembang maka infrastruktur merupakan salah satu isu utama yang menjadi pekerjaan rumah pemerintahan baru kini. Seperti apa yang dikatakan Schumpeter (1883-1950) bahwa pemerintah harus menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif agar tercipta sebuah pembangunan ekonomi. Ratifikasi pembentukan World Trade Organization (WTO) telah dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui UU No. 7 tahun 1994. Dengan ratifikasi ini, Indonesia memiliki kewajiban untuk memenuhi semua perjanjian yang terkandung di dalamnya, termasuk Perjanjian Pertanian (Agreement on Agriculture = AoA) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen WTO. Dalam AoA WTO terdapat tiga pilar utama, yaitu: (1) Akses pasar (Market Access); (2) Subsidi domestik (Domestic Supports); dan (3) Subsidi ekspor (Export Subsidies). Disamping itu, juga terdapat perlakuan khusus dan berbeda yang merupakan bagian inklusif dari ketiga elemen AoA-WTO, sehingga perlu dimanfaatkan untuk tujuan ketahanan pangan dan pembangunan pedesaan. Dari sejak awal negara-negara berkembang menyadari bahwa AoA-WTO memiliki kelemahan dan bersifat disinsentif bagi kebijakan pembangunan pertanian di negara-negara berkembang. Hal ini terlihat dari: (1) Akses pasar ke Negara maju relative sulit bagi Negara berkembang, karena sejak awal telah memiliki “initial tariff rate” yang jauh lebih tinggi; (2) Dengan kekuatan kapital yang dimiliki, negara-negara maju telah menyediakan subsidi ekspor dan subsidi domestic yang tinggi, untuk mendorong ekspor dari surplus produksi komoditas pertanian yang dimiliki; dan (3) Dalam AoA-WTO tidak terdapat fleksibilitas yang memadai bagi negara-negara berkembang untuk melakukan penyesuaian tarif, yang sejalan dengan perkembangan permasalahan dan lingkungan strategis perdagangan komoditas pertanian di negara itu. Dalam kondisi demikian, kekhawatiran terjadinya kebuntuan dalam perundingan-perundingan tahap berikutnya terus membayang. Indonesia mengalami peningkatan impor pangan sejak liberalisasi radikal yang dilakukan pemerintah atas tekanan dari International Monetary Fund (IMF)
11
pada tahun 1998. Tingkat ketergantungan impor pangan meningkat dua kali lipat, yaitu beras sebesar 10 persen, jagung 20 persen, kedelai 55 persen dan gula 50 persen (Sawit, 2003). Padahal komoditas-komoditas itu telah menyerap masingmasing 23 juta, 9 juta, 2,5 juta dan 1 juta rumah-tangga, atau sekitar 68 persen dari total rumah-tangga di Indonesia. Dengan demikian, peningkatan impor pangan yang dilakukan sejak tahun 1998 telah meningkatkan jumlah petani miskin di Indonesia. Tahun 2014, di Jateng terdapat beberapa eksportir lokal yang melakukan ekpor produk pertanian Jateng yakni: CV. Goesti LS, PT. Alamanda, dan PT. Bumi SL. Semuanya melakukan ekspor dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang menuju beberapa Negara seperti Singapura dan Malaysia. Salah satu komoditas pertanian Jawa Tengah yang bisa dianalisis dengan value chain adalah buncis prancis. Eksportir membeli buncis prancis dari petani dengan harga Rp 10 ribu/unting (ikat). Selanjutnya produk tersebut diekspor ke Singapura dan dijual di market Singapura seharga 3 $ Singapura (sekitar 30 ribu rupiah). Bisa dibandingkan antara uang yang diterima oleh petani dan eksportir, petani yang menghasilkan produk tersebut mendapatkan separuh dari apa yang didapatkan oleh eksportir. 4.4 Agricultural Product Distribution Center (APDC) Sesuai dengan Pasal 33 Undang Undang Dasar (UUD) 1945, Indonesia harus tetap condong pada keterlibatan rakyat sebagai suatu sistem demokrasi ekonomi dalam era globalisasi ini. Sebagai pemain yang cerdas dalam permainan ekonomi yang kini telah terbentuk MEA, Indonesia memiliki peluang yang sama besar dengan negara-negara lain di ASEAN dan Asia. Potensi produk pertanian Indonesia yang telah dijelaskan di bagian atas sebelumnya adalah kelebihan khusus yang dimiliki oleh Indonesia. Namun, apabila Indonesia tidak bertindak secara bijak maka potensi tersebut tidak akan berkembang optimal bahkan dapat dikuasai oleh negara-negara lain. Akhirnya berakibat dengan petani-petani Indonesia
yang kurang sejahtera.
Salah satu yang dibutuhkan dalam
pengembangan potensi Indonesia adalah pengelolaan yang tepat dalam sistem distribusi produk pertanian melalui pengoptimalan distribusi produk pertanian. Lembaga yang dapat mempertemukan kepentingan pemerintah daerah, investor,
12
petani, dan tenaga ahli. Lembaga alternatif tersebut adalah Agricultural Product Distribution Center (APDC). Pada karya tulis ilmiah ini dijelaskan konsep APDC dengan menggunakan studi kasus di Provinsi Jawa Tengah, sebuah provinsi di bagian tengah Pulau Jawa yang mempunyai hasil pertanian yang beragam. Berikut ini adalah gambar lebih jelas bagaimana mekanisme konsep dari Agricultural Product Distribution Center (APDC): Pemerintah Daerah
Investor
Tenaga Ahli
Political Will
Dana
Keahlian Mengelola
Petani SDM, Peroduk Pertanian
APDC Optimalisasi Distribusi Produk Pertanian Efektif dan Efisien Tingkatkan Ekspor
-Ekspansi Pasar -Devisa
Margin Keuntungan
-Sejahterakan Petani -Pertanian semakin diminati
Gambar 2. Mekanisme Konsep APDC
Konsep pengelolaan distribusi produk pertanian di Jateng yakni Agricultural Product Distribution Center (APDC) adalah sebuah lembaga yang mengelola proses pendistribusian produk pertanian. Peran lembaga tersebut adalah mempertemukan kepentingan dari pemerintah daerah, petani, investor dan tenaga ahli untuk mengelola bersama-sama potensi pertanian yang ada terutama agar nilai atau frekuensi ekspor meningkat tapi seslisih keuntungan yang didapat petani tidak terlalu rendah dibanding eksportir. Salah satu penyebab kurangnya nilai ekspor Jateng adalah ketidaktahuan petani terhadap regulasi dan proses ekspor itu sendiri. Sebab, selama ini kendali ekspor berada penuh di tangan eksportir, sedangkan petani tidak terlibat secara
13
langsung. Padahal, data di lapangan yang dianalisis melalui
value change
menunjukkan bahwa terdapat selisih harga yang besar antara harga dari petani dengan harga di pasar luar negeri. Selisih harga yang besar selama ini dinikmati oleh eksportir. Dengan engan memaksimalkan ekspor produk hasil pertanian dan meminimalisir selisih harga, maka perekonomian dapat meningkat yang akan berimbas pada kesejahteraan petani. Pemerintah berperan sebagai regulator untuk menjamin terciptanya iklim investasi yang kondusif. Intervensi pemerintah tidaklah banyak seperti apa yang dikatak an oleh Schumpeter, hanya sebatas penciptaan lingkungan lingkungan yang dapat mendukung iklim investasi dan menjalankan regulasi-regulasi regulasi regulasi dalam negeri yang mendukung pemberdayaan potensi pertanian. Tenaga ahli berperan dalam pengelolaan lembaga yang ada secara masif (tenaga pengelola dana dan pendampingan kepada petani). petani). Petani berperan sebagai pengelolaan potensi pertanian. Investor dalam maupun luar akan berperan sebagai penyuntik modal guna pengelolaan potensi yang ada. Tenaga ahli berperan dalam pengelolaan distribusi perdagangan. Investor Pemerintah Daerah
APDC
Tenaga Ahli
Petani Gambar 3. Hubungan Antar Pihak Terkait
Permasalahan pada pengelolaan potensi alam adalah salah satunya modal. Bagi pemerintah daerah anggaran terbatas membuat potensi di daerahnya belum bisa dikembangkan secara maksimal. Maka dari itu, dibutuhkan seseorang yang memiliki dana berlebih yang mau mengelola potensi alam atau dalam hal ini investor untuk mendukung pengembangan potensi pertanian di Jateng. Investor dapat berasal dari dalam maupun luar negeri.
14
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Provinsi Jawa Tengah memiliki lahan pertanian yang luas sekitar 1 juta ha dan sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian. Tetapi sektor pertanian hanya memberi kontribusi yang relatif kecil dalam perekonomian Jateng yakni 2,78 % (BPS,2007). Peluang ekspor sangat terbuka bagi pertanian padi Jateng. Eksportir menjadi pihak yang bertanggungjawab secara langsung dalam proses ekspor hasil produk pertanian Jateng. Sedangkan petani tidak terlibat secara langsung dalam proses ekspor sehingga nilai ekspor produk pertanian Jateng rendah. Selain itu, ditemukan juga adanya selisih keuntungan yang tidak seimbang antara yang diperoleh petani dengan eksportir. Oleh karena itu perlu adanya lembaga pendistribusian produk pertanian yang memberikan keuntungan lebih layak kepada petani. Lembaga yang kami tawarkan adalah Agricultural Product Distribution Center (APDC). APDC adalah sebuah lembaga yang mengelola proses pendistribusian produk pertanian. Peran lembaga tersebut adalah mempertemukan kepentingan dari pemerintah daerah, petani, investor dan tenaga ahli untuk mengelola bersama-sama potensi pertanian yang ada agar nilai ekspor meningkat tapi keuntungan yang didapat petani tidak terlalu rendah. 5.2 Saran Adanya kerjasama yang baik antara pemerintah daerah, investor, tenaga ahli, dan petani dalam mengelola distribusi potensi pertanian Jawa Tengah. Seluruh pihak terkait bertanggung jawab dan mampu melaksanakan perannya dalam melaksanakan konsep Agricultural Product Distribution Center (APDC). Pemerintah diharapkan dapat lebih meningkatkan promosi peluang investasi sehingga dapat menarik investor untuk berinvestasi. Investor diharapkan dapat menanamkan modalnya dalam pendistribusian produk pertanian. Petani diharapkan dapat berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian. Tenaga ahli diharapkan dapat membantu petani dan pemerintah dalam optimalisasi distribusi produk pertanian Jawa Tengah sehingga mampu meningkatkan dan menguatkan perekonomian di Indonesia dalam AEC 2015.
15
DAFTAR PUSTAKA Alan dkk. 2014. Center of Indonesian Sharia Investment (CISI) Sebagai Upaya Peningkatan dan Penguatan Perekonomian Indonesia Dalam Arus Bebas Investasi AEC 2015, karya tulis ilmiah FEB Undip. Semarang: FEB. Andayani, Wahyu. 2007. Analisis Efisiensi Pemasaran Kacang Mete (Cashew Nuts) di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Akta Agrosia Vol.10 No.1. Juni 2007. Baswir, Revrisond. 2007. Membuka Topeng “Konsesus Washington” dalam Esai –Esai Nobel Ekonomi. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Menuju ASEAN Economic Community 2015, E-book. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga. Putranti, Ika R., 2014. Perlindungan Hukum Produk Pertanian Lokal terhadap Kejahatan Perdagangan International dalam Pasar Bebas. Semarang: FISIP Universitas Diponegoro. Mubyarto., 1995, Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta, Edisi ke 3 Porter, M.E., 1985, Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance, Free Press, New York. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. Supratikno, Hendrawan. 2011. Ekonomi Nurani VS Ekonomi Naluri. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. www.bps.go.id diakses pada 13 November 2014
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA 1. Ketua A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap Faiz Balya Marwan 2 Jenis Kelamin L 3 Program Studi Hubungan Internasional 4 NIM 14010412130105 5 Tempat dan Tanggal Lahir Batang, 11 Januari 1994 6 E-mail
[email protected] 7 No.Telepon/ HP B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA Nama Institusi SD N Jambangan MTs Sunan SMK Diponegoro 01 Kalijaga Bawang Banyuputih Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan 2006-2009 2009-2012 Tahun Masuk- 2000-2006 Lulus C. Penghargaan yang pernah didapat No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun Penghargaan 1 Juara 1 Lomba GPBN SMK Pemkab Batang 2011 Tingkat Kabupaten Batang, Mata Lomba Kewirausahaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Pemkab Batang 2 Juara 2 LKTIN Ganesa 2 Fordi Universitas Brawijaya 2013 Mapelar 3 Lolos Pendanaan PKM-M Dikti 2014 4 Lolos Pendanaan PKM-K Dikti 2014 D. Karya Tulis yang pernah dibuat: 1. LKTI Ganesa 2 Fordi Mapelar UB tahun 2013 berjudul “Akbid (Aktualisasi Karakter Budaya Indonesia): Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter pada Anak Tingkat Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Terpadu”. 2. LKTI PEKANAS 2 UNRAM tahun 2013 berjudul “Charlopoly (Character Development Monopoly): Inovasi Permainan Monopoli Sebagai Media Pendidikan Karakter pada Anak Sekolah Dasar Menggunakan Metode Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi”. 3. PKM-M Dikti tahun 2013 berjudul “Akasia (Aktualisasi Karakter Asli Budaya Indonesia) Punakawan Sebagai Media Pendidikan Karakter Melalui
Model Pembelajaran Terpadu di Lembaga Pendidikan Islam Al-Fattah Kelurahan Sumurboto Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”. 4. PKM-K Dikti tahun 2013 berjudul “Karangan Bunga Reusable Sebagai Peluang Usaha Prospektif dan Ramah Lingkungan di Semarang”. 5. LKTIN Tingkat Mahasiswa PIKIR IV 2014 UKM LKIM-PENA Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “Standarisasi Produk Pangan UMKM Tofu Meatball Go Internasional (Studi Kasus Tahu Bakso Tembalang Semarang).” 6. LKTIN Tingkat Mahasiswa Pena Pemuda Indonesia (PPI) 2014 HIMA Pendidikan Guru SD Kampus Wates Universitas Negeri Yogyakarta berjudul “LEGIT (Language and Geographic Treasure) : Media Pembelajaran Bahasa dan Geografi Asik Melalui Permainan Ekspedisi Dunia.” 2. Anggota 1 A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap Alan Ray Farandy 2 Jenis Kelamin L 3 Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan 4 NIM 13010112130052 5 Tempat dan Tanggal Lahir Semarang, 20 Maret 1994 6 E-mail
[email protected] 7 No.Telepon/ HP 085640346503 B. Riwayat Pendidikan SD SMP SMA Nama Institusi SD Islam Sultan SMP N 2 SMK N 7 Agung 03 Semarang Semarang Jurusan Otomotif 2006-2009 2009-2012 Tahun Masuk- 2000-2006 Lulus C. Penghargaan yang pernah didapat No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun Penghargaan 1 Finalis Foccus Group Discussion Universitas Indonesia 2013 Nasional Journalist Days 2013 BOE FE UI : The Age of Information and Media Literacy 2 Juara 3 LKTIN PSEC Unpad 2013 D. Karya Tulis yang pernah dibuat: 1. Sosialisasi Manfaat Ekonomi pada Penggunaan Pupuk Organik pada Petani Padi Melalui Set-Up Bank Kotoran Hewan (Studi Kasus pada Petani Padi di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur) (kelompok, tahun 2013) 2. Al-Qur’an dan Ekonomi, Sedekah Melipatgandakan 7 – 700 Kali. (tahun 2013)
3. Loveindonesia.com Sebagai Sarana Mengoptimalkan Potensi Kekayaan Indonesia. (kelompok, tahun 2013) 4. Pengembangan Mobil Listrik E&C ITS dengan Mengkombinasikan Strategi Sumber Daya Manusia, Pendanaan, dan Kebijakan Pemerintah Sebagai Basis Menuju Green Teknologi. (Kelompok, 2013) 3. Anggota 2 A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap Muhammad Subhan 2 3
Tempat dan Tanggal Kudus, 22 Mei 1993 Lahir Jurusan/ Fakultas Hubungan Internasional/ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4
NIM
14010412130109
5
E-mail
[email protected]
6
Alamat (Semarang)
Jl. Timoho Barat 02 RT 02 RW 03 Bulusan, Tembalang, Semarang
7
Alamat
Dsn Durenan Ds Kajar RT 02 RW 04 Kec. Dawe, Kab. Kudus
8
No. Telp./ HP
085727997005
B. Riwayat Pendidikan SD/Sederajat Nama Institusi
Jurusan
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
MI NU MTs NU Raden MA NU Raden Tarbiyatul Umar Said Colo Umar Said Colo Athfal Kajar IPS
Tahun Masuk-Lulus 1999-2006
C. Pengalaman Organisasi Lembaga Tahun
2006-2009
2009-2012
Jabatan
BEM KM Universitas 2013-2014 Diponegoro
Eksekutif Muda Scholarship
Job
Senat Mahasiswa KM 2014-2015 Universitas Diponegoro
Staff Komisi 3 Ekobis & UKM
&
D. Karya Tulis yang pernah dibuat: 1. PKM-P Dikti 2013 dengan judul Penelitian Pragmatis Folklor Lisan Terhadap Mitos Sendang Jodo Di Kabupaten Kudus 2. PKM-K Dikti 2013 dengan judul BISTUL (Biskuit Bekatul) Sebagai Makanan Alternatif Penderita Diabetes Dan Obesitas 3. PKM-M Dikti 2013 dengan judul Sendratari Ebeg Sebagai Sarana Pemersatu Antar-umat Beragama di Kabupaten Banyuwangi 4. PKM-GT Dikti 2014 dengan judul Sosialisasi Pemilu Menggunakan Metode Sampling untuk Mengatasi Masalah Golput. 5. Program Hibah Penelitian Universitas Diponegoro 2014 dengan judul Studi Kesiapan Masyarakat Desa Kajen Margoyoso Pati terhadap Rencana Pembangunan Perpustakaan Desa. 6. LKTIN Tingkat Mahasiswa PIKIR IV 2014 UKM LKIM-PENA Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “Standarisasi Produk Pangan UMKM Tofu Meatball Go Internasional (Studi Kasus Tahu Bakso Tembalang Semarang).”
DATA-DATA TERKAIT Peta Provinsi Jawa Tengah
Sumber : Dinas Pertanian Jawa Tengah http://dinpertantph.jatengprov.go.id/ Penyebaran Rumah Tangga Usaha Pertanian, Tahun 2013 (unit)
Sumber: bps.go.id
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah
Sumber: BPS Jateng
Nilai Ekspor Propinsi Jawa Tengah Nilai Ekspor Jawa Tengah Terhadap Total Ekspor Indonesia Tahun 2008 - 2012 (Juta US $) Persentase (%)
2012
2.44 4646.20
2011
2.31 4691.50
2010
2.45 3868.60
2009
2.63 3066.50
2008
2.41 3297.30
Sumber: diolah dari BPS.
Jawa Tengah
Indonesia
190031.80 203496.60 157779.10 116510.00 137020.40