LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Jurnal yang Berjudul “DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT” (Suatu Penelitian pada Siswa Kelas VII SMP N 10 Gorontalo)
Oleh
RAHMAWATY ABAS (NIM. 4114100438, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan IPA)
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasika
1
DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT Rahmawaty Abas Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNG ABSTRAK Rahmawaty Abas. 2014. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Bangun Datar Segiempat. Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Kemampuan komunikasi matematis adalah kesanggupan dalam menyatakan ide- ide matematis baik secara lisan maupun tertulis dan mampu mengimplementasikannya ke dalam bentuk grafik, tabel dan diagram serta mampu menggunakan istilah, simbol dan notasi matematika dalam rangka membangun pemahaman matematika dan memecahkan masalah matematika. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi bangun datar segiempat. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan komunikasi matematis siswa antara lain (1) kemampuan menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide matematika; (2) kemampuan menyatakan peristiwa sehari- hari dengan menggunakan istilah- istilah, notasi- notasi dan struktur- struktur matematis untuk menyajikan ide, menggambarkan hubunganhubungan, dan membuat model matematika; dan (3) kemampuan menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, tes tertulis, dan wawancara untuk memperdalam infomasi mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII SMP N 10 Gorontalo tahun akademik 2013/ 2014 yang telah selesai diajarkan materi bangun datar segiempat. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII pada materi bangun datar segiempat tergolong sedang. Kata Kunci : Kemampuan komunikasi matematis1
1
Rahmawaty Abas, 411410038, Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA, Dr. Ali Kaku, M.Pd, Nurwan, M.Si
2
Kemampuan komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Komunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena dapat membantu siswa dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan lain, sehingga dapat mengisi hal- hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa. Dalam pembelajaran, siswa perlu dibiasakan untuk memberikan argumen terhadap setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari menjadi bermakna baginya. Melihat permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan formulasi judul “Deskripsi Kemampuan Komunikasi Matematis pada Materi Bangun Datar Segiempat”. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, yaitu: 1. Keberanian siswa untuk menyampaikan ide- ide dan argumentasi masih kurang pada saat pembelajaran. 2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal- soal pemecahan masalah dan menerjmahkan soal kehidupan sehari- hari. 3. Rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi bangun datar segiempat? Permasalahan yang akan dikaji dibatasi pada kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi bangun datar khususnya segiempat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan pembelajaran matematika. Berikut ini beberapa manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Siswa Siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya dengan mengoreksi diri terhadap cara belajarnya 2. Bagi Guru
3
Guru dapat memberikan upaya yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa khususnya yang ada di SMP Negeri 10 Gorontalo, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Bagi Sekolah Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah terutama dalam pembelajaran matematika. 4. Bagi Peneliti Memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian, dan dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti lain agar nantinya kedepan bisa menjadi referensi bagi peneliti lainnya. Komunikasi matematis merupakan salah satu aspek (kompetensi) yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran matematika. Dengan kemampuan komunikasi matematis diharapkan siswa mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar sehingga membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Pendapat pentingnya komunikasi dalam pembelajaran matematika sesuai dengan usulan NCTM (dalam Lateka, 2012: 13) menyatakan bahwa program pembelajaran di sekolah yang baik harus menekankan peserta didik untuk: (a) Mengatur dan mengaitkan mathematical thinking mereka melalui komunikasi, (b) Mengkomunikasikan mathematical thinking mereka secara koheren (tersusun secara logis) dan menjelaskan kepada teman-temannya, guru, dan orang lain, (c) Menganalisis dan menilai mathematical thinking dan strategi- strategi yang lain, (d) Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar. Sejumlah pakar mengemukakan beberapa pendapat tentang komunikasi matematis. Misalnya, Guerreiro (dalam Izzati dan Suryadi, 2010: 721) mengemukakan bahwa komunikasi matematis merupakan alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau sebagai fondasi dalam membangun pengetahuan matematika. Komunikasi memungkinkan berfikir matematis dapat diamati dan karena itu komunikasi memfasilitasi pengembangan berfikir.
4
Sementara, Greenes dan Schulman (dalam Umar, 2012: 2) yang mengatakan bahwa komunikasi matematik merupakan: (a) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik, (b) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, (c) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain. Berdasarkan Principles and Standards for School Mathematics dari NCTM (dalam Suhaedi, 2012: 193) komunikasi matematis merupakan bagian dari daya matematis, dengan indikator sebagai berikut: (a) kemampuan menyatakan ide-ide matematis
melalui
menggambarkannya
lisan, secara
tulisan,
dan
visual;
mendemontrasikannya
(b)
kemampuan
serta
memahami,
menginterpretasikan, dan menilai ide-ide matematis baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya; (c) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi
dan
struktur-struktur
matematis
untuk
menyajikan
ide,
menggambarkan hubungan-hubungan, dan membuat model. Pendapat lain yang hampir senada diungkapkan oleh Sumarmo (dalam Machmud, 2013: mengungkapkan
33) yang menyatakan bahwa indikator yang dapat kemampuan
komunikasi
matematis
antara
lain:
(a)
menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide matematika; (b) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematis secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar; (c) menyatakan peristiwa sehari- hari dalam bahasa atau simbol matematika; (d) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; (e) membaca pemahaman suatu presentasi matematika tertulis dan menyusun pertanyaan yang relevan; (f) membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan generalisasi; (g) menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari; (h) mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sehari- hari. Sementara itu, menurut Iyabu (dalam Malabali, 2011: 28) kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan peserta didik dalam menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui peristiwa dialog yang terjadi di lingkungan
5
kelas, dimana terjadi pengalihan pesan baik secara lisan maupun tertulis. Pesan yang disampaikan berisi tentang materi matematika yang dipelajari peserta didik, misalnya konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Kemampuan komunikasi matematis model Cai, Lane dan Jakabcein (dalam Fachrurazi, 2011:82) yang meliputi: (a) menulis matematik, pada kemampuan ini siswa dapat menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematika, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis; (b) menggambar matematik, pada kemampuan ini, siswa mampu melukiskan gambar, diagram, dan tabel secara lengkap dan benar; (c) ekspresi matematik, pada kemampuan ini, siswa mampu memodelkan matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan atau mendapatkan solusi secara lengkap dan benar Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan kemampuan komunikasi matematis adalah kesanggupan dalam menyatakan ide- ide matematis baik secara lisan maupun tertulis dan mampu mengimplementasikannya ke dalam bentuk grafik, tabel dan diagram serta mampu menggunakan istilah, simbol dan notasi matematika dalam rangka membangun pemahaman matematika dan memecahkan masalah matematika. Indikator kemampuan komunikasi matematis yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi: (a) menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide matematika; (b) menyatakan peristiwa sehari- hari dengan menggunakan istilah- istilah, notasi- notasi dan strukturstruktur matematis untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan- hubungan, dan membuat model matematika; (c) menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Kota Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII semester genap tahun ajaran 2013/2014 dalam kurun waktu ± 2 bulan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif.
6
Menurut Sukmadinata (2011: 94) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk memahami fenomena- fenomena sosial dari sudut pandang atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang- orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya. Arikunto (2010 : 234) menjelaskan yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel. Dalam hal ini hasil penelitian akan menggambarkan kemampuan komunikasi matematika siswa terhadap tingkat pemahaman materi pelajaran matematika berdarkan indikator yang telah dirumuskan. Variabel dalam penelitian ini hanya satu yaitu kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi bangun datar segiempat. Pengumpulan data akan dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Observasi Menurut Sukmadinata (2011: 220) observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. 2. Pemberian Tes Menurut Multyaningsih ( 2012: 25) Tes digunakan untuk mengetahui informasi atau gambaran tentang kemampuan seseorang. Tes yang akan diberikan untuk menjaring informasi yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bangun datar segiempat. Hasil tes ini yang selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk pengembangan wawancara nanti. Sebelum digunakan dalam penelitian tes tersebut harus memenuhi syaratsyarat sebagai alat ukur yang baik sehingga harus melalui proses verifikasi yang terdiri dari validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan instrumen (tes). Suatu tes dikatakan valid apabila tes itu dapat diukur dengan mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2010: 211). Adapun pengujian validitas dilakukan dengan cara
7
validitas konstruk dan validitas isi. Sedangkan pengujian reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen (tes) cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto: 2010: 221) Penelitian
ini
akan
menggambarkan
jenis
kesalahan
siswa
dalam
menyelesaikan soal-soal panjang garis singgung lingkaran, maka data yang akan dikumpulkan akan dianalisis sebagai berikut: 1. Reduksi Data Reduksi data dimaksudkan untuk memilih dan memilah data yang diperlukan dengan data yang tidak diperlukan. Data yang reduksi adalah data yang sesuai dengan indikator yang sudah ditetapkan. 2. Data Display (Penyajian Data) Data disajikan dalam bentuk rangkaian kata yang tersusun dalam kalimat, bagan alur dan sejenisnya yang menggambarkan keadaan dari hasil penelitian. 3. Conclusion drawing/ verification (Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi) Setelah data disajikan dalam bentuk naratif yang menggambarkan hasil penelitian maka pada langkah terakhir dilakukan penarikan kesimpulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan skor yang diperoleh siswa pada saat pemberian tes yang dilakukan pada tanggal 28 Mei 2014, maka siswa sebagai peserta tes tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yakni kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah. Kelompok tinggi yakni siswa yang memperoleh skor > 9 yaitu berjumlah 7 orang siswa. Sedangkan kelompok sedang yakni siswa yang memperoleh ≤9 skor ≥6 yaitu berjumlah 11 orang siswa. Serta yang termasuk dalam kelompok rendah berjumlah 7 orang siswa yakni siswa dengan perolehan skor <6.
8
Untuk menentukan subjek penelitian yang akan diwawancarai, peneliti mengamati hasil tes siswa yang didasarkan pada indikator penelitian. Dengan demikian, melihat hasil tes ditetapkan siswa yang dijadikan sumber informasi untuk diwawancarai berjumlah 6 orang. Keenam
subjek yang dipilih ini
merupakan perwakilan dari tiga kategori yakni tinggi, sedang, dan rendah. Dari masing-masing kategori tersebut dipilih dua orang untuk mewakili setiap kategori. Adapun untuk subjek penelitian yang telah terpilih dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Subjek Penelitian No
Nama Siswa
Kategori
Jumlah Skor
1.
Sri Wahyuningsi Latif
Tinggi
12
2.
Agustina Janati
Tinggi
10
3.
Delia Safitri Hulawa
Sedang
9
4.
Mahmud Huntu
Sedang
7
5.
Moh. Afriyanto Umar
Rendah
5
6.
Meysin Mahmud
Rendah
1
Data hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa secara umum dari ketiga aspek komunikasi matematis yang dapat diukur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Persentase Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa No. Soal
Jumlah Responden
Skor Tiap Item
Persen (%)
1
23
4
38,04
2
23
4
52,26
3
23
2
58,69
4
23
2
60,87
5
23
2
30,43
6
23
2
47,82
Dari tabel dapat dilihat bahwa persentase kemampuan komunikasi matematis siswa lebih tinggi terdapat pada soal nomor 4 yakni sebesar 60,87%.
9
Sedangkan untuk persentase yang rendah terdapat pada soal nomor 1 yaitu sebesar 38,04% Jika dilihat dari tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal-soal tentang materi bangun datar segiempat masih tergolong rendah karena sebagian nomor soal memiliki persentase kurang dari 50 % yang artinya banyak siswa yang menjawab soal-soal segiempat ini dengan keliru. Pembahasan Dalam membahas kemampuan komunikasi matematis siswa pada materi bangun datar segiempat maka telah dipilih enam orang siswa sebagai subjek penelitian yang telah dideskripsikan hasilnya pada bagian sebelumnya dan ditemukan bahwa kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki oleh setiap subjek dalam penelitian ini berbeda-beda. 1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide matematika Kemampuan komunikasi matematis dalam menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram kedalam ide matematika dalam penelitian ini dapat diungkapkan subjek melalui penyelesaian untuk soal nomor 1 dan 2. a. Untuk Subjek pada Kelompok Kemampuan Tinggi (SP- 1 dan SP- 2) Berdasarkan deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara sebelumnya diperoleh kemampuan komunikasi matematis dalam menghubungkan gambar kedalam ide matematika untuk SP-1 dan SP-2 dapat dikategorikan pada level tinggi terutama tampak pada jawaban SP- 1 untuk soal nomor 1 dan jawaban SP-2 untuk soal nomor 2. Hal ini disebabkan kedua subjek mampu menggunakan simbol/ lambang matematika dan mampu membuat model matematika dengan baik sehingga subjek memperoleh solusi dari masalah yang disajkan. b. Untuk Subjek pada Kelompok Kemampuan Sedang (SP- 3 dan SP- 4)
10
Berdasarkan deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara yang ada di bagian sebelumnya diperoleh gambaran subjek SP-3 dan SP- 4 memiliki
kemampuan
menghubungkan
gambar
kedalam
ide
matematika pada kategori sedang. Hal ini tampak pada jawaban soal SP- 3 untuk nomor 1 dan jawaban soal SP- 4 untuk nomor 2. Kedua subjek mampu menghubungkan gambar kedalam ide matematika namun untuk Subjek 3 (SP- 3) tidak mampu mengungkapkan dengan kata- katanya sendiri ide- ide yang ada di pikirannya. Sedangkan subjek 4 (SP- 4) salah penafsiran dalam menentukan rumus yang akan digunakan sehingga tidak memperoleh solusi/ jawaban dengan benar. c. Untuk Subjek pada Kelompok Kemampuan Rendah (SP-5 dan SP- 6). Sama halnya dengan SP- 3 dan SP- 4 berdasarkan deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara kemampuan komunikasi matematis dalam menghubungkan gambar kedalam ide matematika SP- 5 dan SP- 6 masih sangat rendah, Hal ini tampak pada jawaban soal SP- 5 untuk nomor 1 dan jawaban soal SP- 6 untuk nomor 2. Kedua subjek tidak mampu menghubungkan gambar kedalam ide matematika. Selain itu, SP- 5 salah melakukan penafsiran terhadap rumus yang akan digunakan sehingga tidak memperoleh solusi. Sedangkan SP- 6 mampu untuk menyebutkan aspek- aspek yang diketahui dan ditanyakan jika dibimbing oleh guru. 2. Menyatakan peristiwa sehari- hari dengan menggunakan istilah- istilah, notasi- notasi dan struktur- struktur matematis untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan- hubungan, dan membuat model matematika Kemampuan komunikasi matematis dalam menggunakan istilah- istilah atau lambang matematika, menggambarkan hubungan dan membuat model matematika dalam penelitian ini dapat diungkapkan subjek melalui penyelesaian untuk soal nomor 3, 4 dan 5. a. Untuk Subjek pada Kelompok Kemampuan Tinggi (SP- 1 dan SP- 2) Berdasarkan deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara kemampuan komunikasi
matematis
dalam
menggunakan
simbol/
lambang
11
matematika,
menggambarkan
hubungan
dan
membuat
model
matematika subjek pada kelompok tinggi dikategorikan pada level sedang. Hal ini tampak pada jawaban soal SP- 1 dan SP- 2 untuk nomor 5. SP-1 mampu menggunakan simbol/ lambang matematika dan membuat model matematika dengan bimbingan guru sedangkan SP- 2 tidak mampu untuk menggunakan simbol/ lambang matematika dan tidak mampu untuk membuat model matematika dari masalah yang disajikan b. Untuk Subjek pada Kelompok Kemampuan Sedang (SP- 3 dan SP- 4) Sama halnya dengan SP-1 dan SP-2 berdasarkan deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara kemampuan komunikasi matematis dalam menggunakan istilah/ simbol, menggambarkan hubungan dan membuat model matematika subjek pada kelompok sedang masih sangatlah rendah. Hal ini tampak pada jawaban SP-3 untuk soal nomor 5 dan jawaban SP-4 untuk soal nomor 4. Kedua subjek tidak mampu memaknai maksud dari masalah yang disajikan sehingga subjek tidak mampu
menggunakan
istilah/
lambang
dan
membuat
model
matematika dengan baik. Selain tu, SP- 4 salah tafsir dalam menentukan rumus yang akan digunakan sehingga jawaban yang diperoleh salah. c. Untuk Subjek pada Kelompok Kemampuan rendah (SP- 5 dan SP- 6) Berdasarkan deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara sebelumnya diperoleh gambaran bahwa kemampuan komunikasi matematis dalam menggunakan simbol/ lambang, menggambarkan hubungan dan membuat model matematika yang dimiliki subjek sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada jawaban SP- 5 untuk soal nomor 4 dan jawaban SP- 6 untuk soal nomor 5. SP- 5 tidak mampu membuat model matematika dengan baik dan benar sehingga jawaban yang diperoleh salah sedangkan SP- 6 tidak mampu memberikan jawaban atas masalah yang disajikan.
12
3. Menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara matematik, masuk akal, dan jelas serta tersusun secara logis dan sistematis Kemampuan komunikasi matematis dalam memberikan penjelasan dari jawaban permasalahan secara logis dan sistematis dalam penelitian ini dapat diungkapkan subjek melalui penyelesaian untuk soal nomor 6. a. Untuk Subjek pada Kelompok Kemampuan Tinggi (SP- 1 dan SP- 2) Berdasarkan deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara kemampuan komunikasi matematis dalam menuliskan jawaban permasalahan secara logis dan sistematis untuk subjek pada kelompok tinggi dikategorikan pada level sedang. Hal ini tampak pada jawaban soal SP- 1 dan SP- 2 untuk nomor 6. SP-1 mampu memberikan jawaban dari permasalahan yang disajikan dengan kata- kata sendiri secara logis namun belum tersusun secara sistematis.
Sedangkan SP- 2 tidak
mampu untuk memberikan penjelasan dari permasalahan yang ada. b. Untuk Subjek pada Kelompok Kemampuan Sedang (SP- 3 dan SP- 4) Sama halnya dengan SP-1 dan SP-2 berdasarkan deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara sebelumnya kemampuan komunikasi matematis dalam menuliskan jawaban permasalahan seara logis dan sistematis untuk subjek pada kategori rendah. Hal ini tampak pada jawaban SP-3 dan SP- 4 untuk soal nomor 6. SP-3 tidak mampu memberikan jawaban dari permasalahan yang ada sedangkan SP-4 mampu memberikan jawaban dari permasalahan yang ada namun belum tersusun secara logis dan sistematis. c. Untuk Subjek pada Kelompok Kemampuan Rendah (SP- 5 dan SP- 6) Berdasarkan deskripsi hasil tes dan cuplikan wawancara sebelumnya diperoleh gambaran bahwa kemampuan komunikasi matematis dalam menuliskan jawaban dari permasalahan yang dimiliki subjek sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada jawaban SP- 5 dan SP- 6 untuk soal nomor 6.
Kedua subjek mampu menuliskan jawaban
permasalahan yang disajikan namun jawabannya belum tersusun secara logis dan sistematis.
13
Dengan demikian dapat diketahui secara jelas bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal berbeda- beda tingkat atau level yang dimiliki. Sebagia siswa belum memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik. Hal ini terlihat jelas melalui ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal bangun datar segiempat dengan benar. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki siswa SMP N 10 Gorontalo pada materi bangun datar segiempat dapat dikategorikan pada level sedang. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kemampuan komunikasi matematis siswa untuk tiap nomor soal berbeda- beda. Hal ini didasari pada temuan-temuan peneliti dalam masing-masing indikator yang tersebar pada 6 buah soal yang telah diberikan. Adapun level kemampuan kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki oleh subjek penelitian pada materi bangun datar segiempat dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.1 Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Subjek
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
SP-1
Tinggi
Sedang
Tinggi
SP-2
Tinggi
Sedang
Rendah
SP-3
Sedang
Rendah
Rendah
SP-4
Sedang
Rendah
Sedang
SP-5
Rendah
Sedang
Sedang
SP-6
Rendah
Rendah
Sedang
Berdasarkan tabel 5.1 dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP N 10 Gorontalo pada materi bangun datar segiempat dikategorikan pada level sedang. Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, secara umum terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang
14
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar guru memperhatikan siswa berkemampuan komunikasi matematis rendah dibandingkan siswa berkemampuan komunikasi matematis sedang dan tinggi. 2. Diharapkan kepada guru mata pelajaran matematika agar lebih memperkuat kemampuan komunikasi matematis siswa melalui usahausaha pembelajaran yang berkesesuaian, seperti memperbanyak latihan kepada siswa mengenai pengenalan simbol- simbol matematika dan pemodelan matematika. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Izzati, Nur dan Suhayedi, Didi. 2010. Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika Realistik. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Yogyakarta, UNY, 27 November 2010, ISBN: 978- 979- 16353- 5-6. Fachrurazi.
2011.
Penerapan
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Sekolah Dasar. Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011. ISSN 1412- 565X. http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf (Diakses 3 Februari 2014) Lateka, Nangsi. 2012. Pengaruh Model Penemuan Terbimbing dan Proses Berpikir Siswa Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika. Tesis pada Program Pasca Sarjana (PPS) Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Tidak Dipublikasikan Machmud, Tedi. 2013. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Pemecahan Masalah Matematis dan Self- Efficacy Siswa SMP Melalui Pendekatan Problem- Cebtered Learning dengan strategi Scaffolding. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung. Tidak Dipublikasikan Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Makalah Termuat Pada Jurnal MIPMIPA UNHALU Vol 8, Nomor 1, Februari
15
2009,
ISSN
1412-
2318.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Ali%20Mahmudi,%20S. Pd,%20M.Pd,%20Dr./Makalah%2006%20Jurnal%20UNHALU%202008 %20_Komunikasi%20dlm%20Pembelajaran%20Matematika_.pdf (Diakses 18 Januari 2014) Malabi, Fredi A. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktivisme Terhadap Pemahaman Komunikasi Matematik Ditinjau dari Pemahaman Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada Program Pasca Sarjana (PPS) Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Tidak Dipublikasikan Suhaedi, Didi. 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Prosiding Seminar Nasional dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta, 10
Nov
2012.
ISBN
:
http://eprints.uny.ac.id/7593/1/P%20-%2020.pdf
978-979-16353-8-7. (Diakses
20
Januari
2014) Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset Umar, Wahid. 2012. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP
Siliwangi
Bandung,
Vol
1,
No.
1,
Februari
2012.
http://publikasi.stkipsiliwangi.ac.id/files/2012/08/JURNAL-INFINITY.pdf (Diakses 18 Januari 2014)