Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2005
IKHTISAR Pertumbuhan ekonomi masih positif.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif dan tumbuh dengan peran investasi yang semakin besar. Di sisi permintaan, ekspansi ekonomi didukung dengan investasi yang tumbuh sekitar 15%. Peningkatan investasi ini mendorong peningkatan impor sejalan dengan menguatnya permintaan domestik. Sementara itu, ekspor masih tumbuh terbatas dan lebih bertumpu pada komoditas berbasis sumber daya alam dan produk industri. Di sisi lain, kondisi terus melemahnya nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi yang masih tinggi mengakibatkan suku bunga instrumen moneter mulai meningkat. Mempertimbangkan kondisi makroekonomi dan inflasi ke depan, kebijakan moneter yang cenderung ketat masih akan dilanjutkan. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia menetapkan reference rate (BI Rate) sebesar 8,5% untuk tiga bulan ke depan depan.1 Stance kebijakan tersebut dilakukan dengan melakukan penyerapan ekses likuiditas perbankan secara optimal melalui instrumen moneter yang ada. Untuk mendukung terpeliharanya kestabilan ekonomi ke depan, Bank Indonesia terus melakukan berbagai langkah antisipatif terhadap beberapa faktor baik internal maupun eksternal yang berpotensi mengganggu kestabilan ekonomi makro khususnya nilai tukar dan inflasi. Untuk menjaga volatilitas nilai tukar rupiah, langkah sterilisasi/intervensi valas akan dilakukan secara terukur
Bulan Juni mencatat inflasi.
Bulan Juni mencatat inflasi sebesar 0,50% (m-t-m) lebih tinggi 0,29% daripada inflasi bulan Mei dan secara tahunan, tercatat inflasi sebesar 7,42% (y-o-y). Dilihat dari kelompok barang dan jasa, kenaikan tertinggi utamanya dialami oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,17% (m-t-m), disusul kelompok bahan makanan dan kelompok pangan. Selain mencatat kenaikan yang tinggi, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga merupakan kontributor utama kenaikan inflasi dengan kontribusi sebesar 0,21%.
Nilai tukar rupiah melemah.
Nilai tukar rupiah masih terus terdepresiasi yang diikuti dengan volatilitas yang semakin meningkat. Rupiah secara rata-rata melemah 150 poin menjadi Rp9631/USD dan secara point-to-point rupiah pun melemah 253 poin menjadi Rp9761/USD. Sementara itu, rata-rata volatilitas pergerakan rupiah menunjukkan kenaikan sebesar 0,68% menjadi 1,07%. Pelemahan ini lebih disebabkan karena besarnya permintaan valas dibandingkan sisi penawaran. Selain itu, dari sisi sentimen, tekanan terhadap Rupiah tersebut terkait dengan sentimen penguatan dolar AS secara global serta terus meningkatnya harga minyak dunia.
1 Rapat Dewan Gubernur pada bulan ini merupakan rapat pertama yang dilakukan sejak BI mengimplementasikan Inflation Targeting Framework, yang secara eksplisit mengumumkan suku bunga kebijakan, BI Rate, kepada publik.
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
1
Juni 2005
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Suku bunga instrumen moneter meningkat.
Suku bunga instrumen moneter pada bulan Juni cenderung mengalami kenaikan. Suku bunga SBI 1 bulan meningkat 30 bps menjadi 8,25% sedangkan suku bunga SBI 3 bulan dan FASBI relatif belum berubah. Kenaikan ini mempengaruhi perkembangan suku bunga JIBOR 1 bulan yang meningkat menjadi 8,33% dan suku bunga simpanan deposito yang juga meningkat menjadi 6,76%. Kondisi sebaliknya terlihat pada suku bunga kredit modal kerja, suku bunga investasi dan suku bunga konsumsi yang masih mengalami penurunan.
Uang primer kembali meningkat...
Posisi uang primer di akhir Juni tercatat meningkat sebesar Rp 9,19 triliun menjadi Rp 198,42 triliun. Posisi sementara test date rata-rata uang primer bulan Juni (GWM 5%) adalah Rp169,30 triliun (tumbuh 10,9%, y-o-y). Sementara itu, dilihat dari sisi komponennya, peningkatan tersebut bersumber dari naiknya uang kartal dan saldo giro positif bank di BI sedangkan dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, kenaikan tersebut utamanya bersumber dari ekspansi tagihan bersih kepada pemerintah (Net Claims on Government/NCG) yang di sisi lain diimbangi oleh kontraksi pada Operasi Pasar Terbuka (OPT).
...demikian pula M2 dan M1.
Posisi M2 pada akhir Mei juga meningkat Rp1,93 triliun menjadi Rp1046,19 triliun dan secara tahunan, M2 tumbuh sebesar 9,78%. Peningkatan ini utamanya berasal dari naiknya M1 sebesar Rp6,20 triliun menjadi Rp252,50 triliun yang utamanya bersumber dari kenaikan uang giral. Di sisi lain, uang kuasi menurun sebesar Rp4,26 triliun menjadi Rp793,69 triliun yang utamanya disumbang oleh penurunan yang terjadi pada uang kuasi rupiah karena penurunan tabungan rupiah sebesar Rp3,71 triliun.
Kinerja perbankan nasional masih positif.
Beberapa indikator perbankan bulan Mei masih menunjukkan indikasi positif. Total asset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan jumlah kredit yang disalurkan mengalami kenaikan demikian pula rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) mengalami perbaikan. Total asset meningkat menjadi Rp1325 triliun, disusul DPK meningkat menjadi Rp986,7 triliun demikian pula jumlah kredit yang disalurkan meningkat menjadi Rp650,8 triliun.. Sementara itu, penurunan kinerja terjadi pada rasio CAR yang menurun menjadi 20%, modal perbankan juga menurun menjadi Rp117,2 triliun demikian pula rasio NPL baik secara gross maupun net mengalami kenaikan menjadi 7,30% (NPL gross) dan 3,60% (NPL net).
2
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2005
PERKEMBANGAN EKONOMI, MONETER, DAN PERBANKAN Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, Pasar Uang, dan Pasar Modal Perkembangan harga bulan Juni menunjukkan kenaikan harga dibandingkan bulan sebelumnya. Bulan Juni mencatat inflasi sebesar 0,50% (m-t-m) lebih tinggi 0,29% daripada inflasi bulan Mei yang mencatat inflasi 0,21% (m-tm). Secara tahunan, perkembangan harga juga mencatat inflasi sebesar 7,42% (y-o-y) lebih tinggi 0,02% dari periode sebelumnya yang mencatat 7,40% (y-o-y).
Bulan Juni mencatat inflasi...
% y-o-y 16,0
% m-t-m 3,0 Transportasi & Komunikasi
m-t-m
y-o-y 14,0
Kesehatan
2,0 12,0
0,04
0,25 0,21
Mkn Jadi, Mnm, Rokok & Temb.
8,0
1,17
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
0,01
Sandang
0,02
0,0 6,0
0,16 0,40
Bahan Makanan
4,0
Feb
Sumber : BPS
Apr
Jun
Ags Okt
Des
Feb
Apr
2003
Jun Ags Okt Des
2004
Feb Apr
Jun
0,15 0,73
-1,0
2005
-1,00
0,00
1,00
Sumber : BPS
Grafik 1. Tingkat Inflasi
...terutama berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau...
Inflasi
0,32 0,06
Perumahan
1,0
10,0
Sumbangan
0,24 0,01
Grafik 2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Dilihat dari kelompok barang dan jasa, inflasi bulan Juni terjadi pada semua kelompok barang dan jasa. Kenaikan tertinggi utamanya dialami oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,17% (m-t-m), disusul kelompok bahan makanan sebesar 0,73% (m-t-m), kelompok pangan sebesar 0,40 (m-t-m), kelompok kesehatan sebesar 0,32 (m-t-m) dan kelompok perumahan sebesar 0,25% (m-t-m). Sesuai dengan besarnya kenaikan inflasi di atas, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau juga merupakan kontributor utama kenaikan inflasi bulan ini yaitu dengan kontribusi sebesar 0,21% disusul kelompok bahan makanan sebesar 0,15%. Rp/USD 10.000
% y-o-y
9,631
16,0
9.500 14,0 12,0
Headline
9.000
Exclusion
8.500
10,0
8.000 8,0
7.500 6,0
7.000 Feb
4,0 Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun
2002
2003
2004
Grafik 3. Inflasi Inti Tahunan
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
2005
Apr
Jun
2003
Ags
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
Ags
Okt
Des
2004
Feb
Apr
Jun
2005
Sumber : Bloomberg diolah
Grafik 4. Rata-rata Nilai Tukar Rupiah
3
Juni 2005
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
..., sementara inflasi inti relatif tetap.
Sementara itu, inflasi inti yang menggambarkan kondisi fundamental dari inflasi tersebut, pada bulan Juni ini menunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Inflasi inti relatif tidak banyak berubah yaitu dari 6,99% (y-o-y) bulan Mei menjadi 6,79% (y-o-y). Hal tersebut dicerminkan oleh output gap yang masih belum memberikan tekanan yang cukup berarti dan lebih disebabkan oleh faktor non fundamental seperti adminstered price dan volatile food.
Nilai tukar rupiah melemah...
Nilai tukar rupiah selama bulan Juni mengalami depresiasi yang diiringi pula dengan naiknya volatilitas pergerakan rupiah. Rupiah secara rata-rata melemah 150 poin dari Rp9480/USD bulan Mei menjadi Rp9631/USD dan secara pointto-point rupiah pun melemah 253 poin dari Rp9508/USD pada bulan Mei menjadi Rp9761/USD. Sementara itu, rata-rata volatilitas pergerakan rupiah menunjukkan kenaikan sebesar 0,68% dari 0,39% pada bulan Mei menjadi 1,07% (Grafik 5).
...karena tingginya permintaan valas dan sentimen ...
Dari sisi fundamental, melemahnya rupiah di atas lebih disebabkan karena besarnya permintaan valas dibandingkan sisi penawaran. Permintaan valas utamanya bersumber dari kewajiban pembayaran utang luar negeri dari korporat maupun perbankan serta untuk keperluan impor. Sementara itu, kinerja ekspor masih tumbuh moderat dibandingkan peningkatan impor yang pesat akibat dari naiknya kegiatan produksi di dalam negeri. Secara sentimen, tekanan terhadap Rupiah terkait pula dengan sentimen penguatan dolar AS secara global serta terus meningkatnya harga minyak dunia.
Persen
Persen 5,0
11,0
4,5 4,0
9,0
3,5 3,0
7,0
2,5 2,0
5,0
1,5 1,0
3,0
0,5 0,0
Jan
Apr
Jun
Ags
2003
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
Ags Okt
Des
2004
Grafik 5. Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
..., namun ekspektasi investor membaik.
4
Feb
Apr
2005
Jun
1,0
Feb
1 Bulan
6 Bulan
3 Bulan
12 Bulan
Apr
Jun
Ags
2003
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
Ags
2004
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
2004
Grafik 6. Premi SWAP
Walaupun nilai tukar rupiah melemah, ekspektasi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia relatif membaik. Hal ini terlihat dari perkembangan indikator risiko jangka pendek maupun panjang (premi swap 1 s.d 12 bulan) pada bulan Juni yang menunjukkan penurunan. Premi swap 1 dan 3 bulan masing-masing menurun sebesar 25 bps dan 15 bps menjadi 6,88% dan 7,28% demikian pula premi swap 6 bulan dan 12 bulan menurun 15 bps dan 10 bps menjadi 7,48% dan 7,80%. Indikasi positif lainnya nampak dari angka premi risiko yaitu yield spread antara Indonesian Global Bond Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2005
dengan US T-Notes2 , yang juga menurun dan pada Juni. Premi risiko tercatat menurun sebesar 13 point dari 292,4 poin bulan Mei menjadi 279,4 poin (Grafik 6 dan 7). Hal ini diharapkan akan memberikan dukungan positif bagi perbaikan ekonomi domestik khususnya melalui penanaman dana dari investor asing (capital inflow) maupun melalui ekspektasi positif perkiraan ekonomi Indonesia ke depan.
10000
480
9800
430
9600
380
9400
330
9200
Indeks 100 90 80
280
9000 Rp/USD
230
8800
Yield Spread
8600
180
8400
130 Mar Apr Mei Mei Jun Ags Sep Okt Okt Des Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2004
2005
70 60 50 Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun 2001 2002 2003 2004 2005 Sumber : CIEC dan blomberg (diolah)
Grafik 7. Premi Resiko dan Kurs Rupiah3
Indeks REER dan BRER menurun.
Grafik 8. Real Effective Exchange Rate
Pelemahan nilai tukar rupiah selama bulan Juni yang lebih besar dibandingkan pelemahan yang juga terjadi pada nilai tukar mata uang negara-negara partner dagang, menyebabkan indeks Real Effective Exchange Rate (REER) bulan Juni menurun dari bulan sebelumnya. REER menurun 0,36 poin dari 83,39 bulan Mei menjadi 83,03 (Grafik 8). Perkembangan yang sama nampak pula pada indeks Bilateral Real Exchange Rate-BRER yang juga menurun 1,49 poin dari 65,26 pada bulan Mei menjadi 63,77 (Grafik 9). Namun demikian, secara bilateral, negara-negara lain di kawasan Asean juga mengalami penurunan indeks seperti Singapura, Thailand, Malaysia, termasuk China dan Korea Selatan. Perkembangan ini menyebabkan tingkat competitiveness (daya saing) Indonesia secara riil di antara negara-negara partner dagang masih cukup kompetitif.
Indeks 100 95 90 85 80
RRC Korea Selatan
75 70
Malaysia
65 60 55
Singapura
Thailand Indonesia Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun
2002
2003
2004
2005
Sumber : CEIC dan Bloomberg (diolah)
Grafik 9. Bilateral Real Exchange Rate
Persen 8,80 8,60 8,40 8,20 8,00 7,80 7,60 7,40 7,20 7,00 6,80
8,20 8,00 7,80 7,60 7,40 FASBI
7,20 7,00 6,80
SBI 1 month
JIBOR
6,60 6,40
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2004
2005
Grafik 10. Suku Bunga Instrumen Moneter dan Pasar Uang
2 Sejak bulan Januari 2005 menggunakan selisih antara Global Bond Indonesia dengan US T Notes yang lebih mencerminkan yield spread. 3 Selisih antara Global Bond Indonesia dengan US treasury bills berjangka waktu 10 tahun
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
5
Juni 2005
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Suku bunga SBI 1 bulan meningkat demikian pula JIBOR...
Suku bunga instrumen moneter pada bulan Juni mengalami kenaikan. Suku bunga SBI 1 bulan meningkat 30 bps dari 7,95% bulan Mei menjadi 8,25% sedangkan suku bunga SBI 3 bulan masih tetap berada pada posisi 8,05%. Hal yang sama terjadi pula pada suku bunga FASBI yang belum berubah pada posisi 7,25%. Kenaikan suku bunga instrumen moneter ini di sisi lain mempengaruhi perkembangan suku bunga JIBOR 1 bulan yang selama bulan Juni meningkat sebesar 46 bps dari posisi 7,87% pada bulan Mei menjadi 8,33% (Grafik 10).
Volume Pasar Uang (Miliar Rp)
Suku Bunga (%)
4000,0
14,0
3500,0
12,0
3000,0
Persen 15 Jam Dep. 1 13
SBI 1 Bulan
10,0
2500,0
8,0
11
6,0
9
Dep 1 WA
2000,0 1500,0
4,0
1000,0 Volume PUAB Pagi Sk. Bunga PUAB Pagi
500,0 0,0
Feb
Apr Jun
Ags Okt Des Feb
2003
Volume PUAB Sore Sk. Bunga PUAB Sore
Apr Jun Ags Okt Des
2004
Grafik 11. Rata-rata Suku Bunga PUAB Pagi dan Sore
2,0 Feb Apr
2005
Jun
0,0
7 5 Jan
Mar
Mei
Jul
2003
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
2004
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
2005
Grafik 12. Perkembangan Suku Bunga SBI, Deposito dan Penjaminan
..., termasuk suku bunga PUAB O/N pagi dan sore meningkat...
Pengaruh yang sama juga dirasakan pada perkembangan rata-rata suku bunga PUAB O/N pagi dan sore selama bulan Juni. Rata-rata suku bunga PUAB O/N pagi meningkat 97 bps dari 5,98% pada bulan Mei menjadi 6,95% demikian pula rata-rata suku bunga PUAB O/N sore meningkat dalam besaran yang sama yaitu 97 bps dari 4,24% bulan Mei menjadi 5,20% (Grafik 11). Walaupun suku bunganya meningkat, rata-rata volume transaksi perdagangan relatif masih stabil. Rata-rata volume transaksi perdagangan PUAB O/N pagi hanya meningkat sebesar Rp0,37 triliun menjadi Rp2,37 triliun sedangkan di sisi lain PUAB O/N sore menunjukkan penurunan sebesar Rp0,15 triliun menjadi Rp1,95 triliun.
..., suku bunga deposito naik sedangkan tren penurunan suku bunga kredit masih berlanjut.
Sementara itu, suku bunga simpanan deposito mengalami kenaikan sedangkan tren penurunan suku bunga kredit berlanjut. Suku bunga deposito 1 bulan untuk bulan Mei menunjukkan kenaikan sebesar 18 bps dari 6,58% bulan April menjadi 6,76% sedangkan suku bunga tabungan mengalami penurunan tipis sebesar 2 bps menjadi 4,16% (Grafik 12). Di sisi lain, suku bunga kredit modal kerja menurun sebesar 11 bps dari 13,31% bulan April menjadi 13,20% demikian pula suku bunga investasi dan konsumsi keduanya sama menurun sebesar 6 bps menjadi 13,68% dan 16,17% (Grafik 13). Masih berlanjutnya tren penurunan suku bunga kredit ditengah kenaikan suku bunga instrumen moneter diharapkan masih mendorong pertumbuhan sektor riil disamping menurunkan spread antara suku bunga simpanan dan suku bunga kredit.
6
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Persen 21
Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi
Juni 2005
Persen 5,0
Kredit Konsumsi
20
4,0
19
3,0
18
2,0
17
1,0
16
0,0
15
-1,0
14
-2,0
13
-3,0
4,44
Covered Interest Rate Parity Poly. (Covered Interest Rate Parity)
1,63 1,24
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
2003
Jul
Sep
Nov
Jan
2004
Mar
Mei
0,26 -0,19
0,26 -0,02 -0,47
0,30
0,84 0,45 0,10 -0,33 -0,23
-0,32 -0,84
-0,57 -0,76
0,54
-0,69 -1,42 -1,81-1,97
Feb
Apr
Jun
Ags
Okt
Des
2003
2005
Grafik 13. Perkembangan Suku Bunga Kredit
Covered interest rate parity meningkat.
0,63 0,16 0,02
Feb
Apr
Jun
Ags
Okt
Des
-1,89 -2,00 -2,49 -2,40
Feb
2004
Apr Jun
2005
Grafik 14. Covered Interest Rate Parity
Berbeda dengan bulan Mei, pada bulan Juni covered interest rate parity (CIP) menunjukkan kenaikan dari negatif 2,40% bulan Mei menjadi negatif 1,89%. Perkembangan ini dilatarbelakangi oleh masih lebih besarnya kenaikan suku bunga JIBOR 1 bulan yang didukung oleh penurunan premi swap 1 bulan dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada suku bunga SIBOR 1 bulan. Suku bunga JIBOR 1 bulan yang meningkat sebesar 45 bps menjadi 8,33% didukung oleh penurunan premi swap 1 bulan sebesar 26 bps menjadi 6,88% dan nilainya lebih besar daripada kenaikan yang terjadi pada SIBOR 1 bulan sebesar 21 bps menjadi 3,34% sehingga hal ini menghasilkan spread covered interest rate parity (CIP) yang semakin menyempit (Grafik 14)4 .
IHSG 1230
Kapitalisasi (Rp miliar) 800,000
1130
700,000
1030
Kapitalisasi
930 830 730
600,000
IHSG
500,000 400,000
630 530
300,000
430 330
Mar
Sumber : BEJ
Mei
Jul
Sep
Nov
2003
Jan
Mar Mei
Jul
Okt
Des
2004
200,000
Feb Apr Jun
2005
Grafik 15. IHSG dan Kapitalisasi
IHSG masih stabil pada level yang tinggi...
Kondisi pasar saham selama bulan Juni relatif stabil dengan posisi penutupan masih berada pada level yang tinggi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara point to point ditutup meningkat 59,42 poin menjadi 1122,37 dari posisi sebelumnya 1062,95. Investor asing selama bulan Juni secara umum masih melakukan net beli dan di akhir bulan investor melakukan net beli sebesar Rp75,34 miliar sedangkan pembelian tertinggi terjadi pada pertengahan bulan yaitu sebesar Rp358,34 miliar. Kapitalisasi pasar juga 4 Covered interest rate parity = suku bunga dalam negeri (JIBOR 1 bulan) – suku bunga luar negeri (SIBOR 1 bulan) – premi swap (1 bulan).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
7
Juni 2005
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
menunjukkan peningkatan sebesar Rp25,15 triliun dari Rp740,29 triliun bulan Mei menjadi Rp765,81 triliun (Grafik 15).
...sedangkan rata-rata nilai perdagangan menurun.
Di sisi lain, rata-rata nilai perdagangan di pasar saham secara point to point selama bulan Juni terlihat menurun sebesar Rp1,13 triliun diiringi pula dengan penurunan rata-rata volume perdagangan sebanyak 1,05 miliar lembar saham pada akhir bulan Juni menjadi 883 juta lembar saham. Masih membaiknya harga saham di atas antara lain dipicu oleh beberapa hal, seperti keyakinan pemerintah dan bank sentral akan kondisi perekonomian yang akan membaik pada semester kedua 2005 selain karena aktifitas pelaku pasar yang memanfaatkan momentum tembusnya angka psikologis 1.100.
Uang Primer Uang primer meningkat...
Posisi uang primer pada akhir bulan Juni masih tercatat meningkat sebesar Rp9,19 triliun dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi Rp198,42 triliun. Berdasarkan pergerakan harian uang primer, posisi sementara test date rata-rata uang primer bulan Juni dengan menggunakan GWM lama (5%) adalah sebesar Rp169,30 triliun (tumbuh 10,9%, y-o-y). Sementara itu, bila menggunakan ketentuan GWM baru (8%), test date sementara uang primer tersebut adalah Rp188,71 triliun (Grafik 16). Dilihat dari sisi komponennya, peningkatan uang primer tersebut bersumber dari naiknya uang kartal sebesar Rp2,20 triliun demikian pula saldo giro positif bank di BI meningkat sebesar Rp4,27 triliun.
Triliun Rp
Miliar Rp 125.000
185,0 115.000
175,0
estimasi (2) = estimasi (1) + error
165,0
105.000
155,0
95.000
Aktual
85.000
145,0 Aktual Test 135,0
75.000
Feb
Apr
Jun
Ags
2003
Okt
Des
Feb
Apr
Jun
Ags
2004
Grafik 16. Uang Primer
...terutama karena ekspansi NCG...
8
Okt
Des
Feb
Ags:III Sep:II Okt: I Okt:IV Nov:III Des:II Jan:I Jan:IV Feb :III Mar : II April :I April Mei Jun : II
115,0
65.000
Jan:I Jan:IV Feb:III Mar :II Apr :I April Mei Jun :II Jul :I Jul Ags:III Sep:II Okt: I Okt:IV Nov:III Des:II Jan:I Jan:IV Feb:III Mar :II Apr :I April Mei Jun :II Jul :I Jul Ags:III Sep:II Okt: I Okt:IV Nov:III Des:II Jan:I Jan:IV Feb:III Mar :II Apr :I April Mei Jul :II Jul :I Jul
estimasi (1) = trend+seasonal
125,0 Apr Jun
2005
2002
2003
2004
2005
Grafik 17. Pergerakan Musiman Uang Kartal
Apabila dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan uang primer tersebut utamanya bersumber dari ekspansi tagihan bersih kepada pemerintah (Net Claims on Government/NCG) sebesar Rp18,89 triliun yang diimbangi oleh Operasi Pasar Terbuka (OPT) yang mengalami kontraksi sebesar Rp6,12 triliun. Kontraksi OPT tersebut utamanya berasal dari kontraksi FASBI sebesar Rp8,77 triliun (Tabel 1). Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2005
Tabel 1. Uang Primer dan Faktor yang Mempengaruhinya (Miliar Rp)
Juni Maret
Mei 2005
Mg I
Mg II
Mg III
Mg IV
Perubahan Bulanan
Uang Primer Uang kertas dan logam yang diedarkan - di masyarakat - di perbankan Giro bank pada Bank Indonesia porsi BBO & Bank tanpa TPL* Giro sektor swasta
189.234 122.221 104.087 18.134 69.176 0 612
188.307 121.836 106.985 14.851 65.899 0 572
192.060 118.925 103.442 15.483 72.573 0 562
188.397 117.670 101.107 16.563 70.136 0 590
198.428 124.427 104.916 19.511 73.446 0 554
9.194 2.206 829 1.377 4.270 0 -58
Cadangan Devisa Bersih (NIR)
166.918
167.174
165.746
166.207
163.760
-3.158
22.316 178.755 15.820 12.133 0 3.687 33.768 -109.019 -101.647 -12.282 -97.008
21.133 179.542 15.803 12.116 0 3.687 33.771 -111.186 -96.680 -21.619 -96.797
26.314 180.883 15.801 12.114 0 3.687 33.772 -107.137 -104.822 -9.428 -97.005
22.190 182.779 15.780 12.093 0 3.687 33.775 -113.323 -111.386 -9.050 -96.821
34.668 197.653 15.674 11.987 0 3.687 33.764 -115.142 -101.133 -21.060 -97.281
12.352 18.898 -146 -146 0 0 -4 -6.123 514 -8.778 -273
61.495 7.681
61.692 4.207
63.207 9.366
62.401 7.735
62.323 11.123
828 3.442
Aktiva Domestik Bersih 1. Tagihan bersih kepada pemerintah 2. Tagihan pada bank komersial a. Kredit likuiditas b. Tagihan kepada BPPN dan bank non BPPN c. Utang lainnya 3. Tagihan lainnya 4. Operasi Pasar Terbuka - SBI - FASBI 5. Lainnya Bersih (NOI) Memorandum item GWM Kelebihan GWM
*TPL = Third Party Liability
..., NIR stabil sedangkan NDA meningkat.
Cadangan devisa bersih (NIR) pada bulan Juni relatif tidak banyak berubah. NIR hanya menurun USD0,25 miliar dari posisi USD23,65 miliar bulan Mei menjadi USD23,39 miliar (Grafik 18). Sementara itu aktiva domestik bersih (NDA) di sisi lain menunjukkan peningkatan sebesar Rp12,35 triliun dari Rp22,31 triliun pada bulan Mei menjadi Rp34,67 triliun (Grafik 19).
(Miliar USD)
(Triliun Rp)
27.0
50,0
26.0 25.0
40,0 30,0
24.0
20,0 10,0 0,0
23.0 NIR (aktual)
22.0
-10,0
21.0
-20,0
20.0
-30,0 -40,0
19.0 18.0
-50,0 Feb
Apr
Jun
Ags
2003
Okt
Des
Mar
Mei
Jul
2004
Sep
Nov
Feb
Apr
2005
Grafik 18. Posisi NIR
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Jun
NDA (aktual)
Jan
Mar
Mei
Jul
2003
Sep
Nov
Feb
Apr
Jun
Ags
2004
Okt
Des
Mar
Mei
2005
Grafik 19. Posisi NDA
9
Juni 2005
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Likuiditas domestik M2 meningkat demikian pula M1 …
Di sisi lain, posisi M2 pada akhir Mei mengalami peningkatan sebesar Rp1,93 triliun dari Rp1044,25 triliun pada bulan April menjadi Rp1046,19 triliun dan secara tahunan, M2 tumbuh sebesar 9,78%. Peningkatan ini utamanya berasal dari naiknya M1 sebesar Rp6,20 triliun menjadi Rp252,50 triliun yang utamanya bersumber dari kenaikan uang giral sebesar Rp6,51 triliun menjadi Rp151,29 triliun. Di sisi lain, uang kuasi menurun sebesar Rp4,26 triliun dari posisi Rp797,95 triliun menjadi Rp793,69 triliun dan utamanya disumbang oleh penurunan yang terjadi pada uang kuasi rupiah sebesar Rp5,53 triliun karena penurunan tabungan rupiah sebesar Rp3,71 triliun (Grafik 20).
%, y-o-y 20
Persen 15,0 M1 Riil
15
M2 Riil
10
10,0
5 0
5,0
(5) Growth Divisia M2
(10)
Jan
Mar
Mei
Jul
2003
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
2004
Grafik 20. Pertumbuhan M1 & M2 Riil
...disebabkan oleh ekspansi CBS, NCG dan NOI.
10
Jan
Mar
2005
Mei
0,0
Growth M2
Poly. (Growth Divisia M2)
Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei
2002
2003
2004
2005
Grafik 21. Pertumbuhan Divisia dan M2
Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, peningkatan M2 tersebut utamanya disebabkan oleh pengaruh ekspansi tagihan perbankan pada sektor swasta (Claim on Business Sector/CBS) sebesar Rp20,78 triliun menjadi Rp674,57 triliun, ditambah dengan ekspansi tagihan bersih kepada pemerintah (Net Claims on Government/NCG) sebesar Rp5,04 triliun menjadi Rp453,50 triliun serta peningkatan rekening lain-lain (Net Other Item/NOI) sebesar Rp3,71 triliun. Sedangkan di sisi lain, Aktif Luar Negeri Bersih (Net Foreign Asset / NFA) mengalami kontraksi sebesar Rp27,60 triliun menjadi Rp256,24 triliun (Tabel 2).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2005
Tabel 2. Perkembangan Uang Beredar Dalam Arti Luas (Miliar Rp, Posisi)
BESARAN MONETER KOMPONEN M2 M2 Rupiah M1 - Uang Kartal - Uang Giral Uang Kuasi - Uang Kuasi Rupiah = Deposito Rupiah = Tabungan Rupiah - Simpanan Valas (dalam miliar USD) FAKTOR NFA NCG Claims on Business Sector Kredit - Kredit Rupiah - Kredit Valas Lainnya NOI Memorandum Item Nilai Tukar (posisi neraca)
Indeks money divisia menurun demikian pula APU.
2004
2003
INDIKATOR
2005 %,y-o-y
Des
Jan
Mei
Des
Jan
Apr
Mei
955.692 816.514 223.799 94.542 129.257 731.893 592.715 350.885 241.830 139.178 16.44
947.277 805.289 216.343 90.619 125.724 730.934 588.946 346.347 242.599 141.988 16.82
952.962 804.442 223.691 90.650 133.041 729.271 580.751 328.356 252.395 148.520 16.13
1.033.528 897.927 253.818 109.265 144.553 779.710 644.109 349.091 295.018 135.601 14.60
1.015.874 878.463 248.174 101.789 146.385 767.700 630.289 345.901 284.388 137.411 14.99
1.044.253 899.639 246.296 101.525 144.771 797.957 653.343 369.868 283.475 144.614 15.11
1.046.192 900.313 252.500 101.211 151.289 793.692 647.813 368.053 279.760 145.879 15.36
9,78 11,92 12,88 11,65 13,72 8,83 11,55 12,09 10,84 -1,78 -4,73
271.820 479.885 466.826 437.942 342.027 95.917 28.884 -262.839
269.714 486.229 461.827 432.738 335.129 97.610 29.089 -270.493
302.573 442.009 504.899 471.076 362.517 108.559 33.823 -296.519
263.647 498.019 615.802 553.548 438.881 114.667 62.254 -343.940
260.068 488.807 612.852 549.017 435.518 113.499 63.835 -345.853
283.849 448.464 653.788 587.805 468.310 119.495 65.983 -341.848
256.245 453.507 674.573 609.330 488.830 120.500 65.243 -338.133
-15,31 2,60 33,61 29,35 34,84 11,00 92,90 14,03
8.465
8.441
9.210
9.290
9.165
9.570
9.495
Mulai meningkatnya suku bunga deposito memberikan insentif penempatan dana di perbankan sehingga indeks money divisia bulan Mei menurun sebesar 2,16% menjadi 8,47% namun secara tren masih cenderung meningkat (Grafik 21). Walaupun di satu sisi M2 dan M1 mengalami kenaikan namun jumlahnya masih lebih rendah daripada kenaikan yang terjadi pada jumlah uang primer sehingga hal ini menyebabkan proses penciptaan uang mengalami penurunan seperti yang nampak dari turunnya M1 (APU 1) dan M2 (APU 2) (Grafik 22).
Persen 13,0 12,0
C/DPK (%)
Persen 2,0
APU2 (M2/M0)
APU1 (M1/M0) Skala Kanan
1,8
11,0 10,0
1,6
9,0 8,0
1,4
7,0 6,0
1,2
5,0 4,0
1,0 Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
2003
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Sep
Nov
Jan
2004
Mar Mei
2005
Grafik 22. APU 1, APU 2, dan rasio C/DPK
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
11
Juni 2005
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Sektor Eksternal Total ekspor menurun...
Nilai ekspor Indonesia selama bulan Mei tercatat menurun sebesar 6,73% atau sebesar USD0,45 miliar menjadi USD7,21 miliar dibandingkan USD6,75 miliar pada bulan sebelumnya (Tabel 3). Penurunan ekspor ini utamanya didorong oleh turunnya ekspor migas sebesar 9,67% dari USD1,55 miliar bulan April menjadi USD1,40 miliar sedangkan ekspor nonmigas mengalami kenaikan sebesar 11,64%, yakni dari USD5,20 miliar pada bulan April menjadi USD5,80 miliar. Penurunan yang terjadi pada ekspor migas utamanya berasal dari turunnya ekspor minyak mentah sebesar 17,10% menjadi USD0,53 miliar Tabel 3. Ekspor Indonesia Nilai FOB
Keterangan
April 2005
Mei 2005
Total Ekspor
6.754,9
Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas
(Juta USD) % Perubahan Mei 2005 Thd Apr 2005
% Perubahan Jan - Mei 2005 thd 2004
% Peran Thd total Jan - Mei 2005
Jan - Mei 2004
Jan - Mei 2005
7.209,9
25.903,7
33.879,1
6,17
30,79
100,00
1.554,0 647,8 160,4 745,8
1.403,6 536,7 187,9 679,0
6.080,8 2.541,9 648,9 2.890,0
7.313,9 3.124,5 698,5 3.490,9
-10,55 -17,16 17,58 -10,82
20,28 22,92 7,64 20,79
21,59 9,22 2,06 10,30
5.200,9
5.806,3
19.822,9
26.565,2
11,20
34,01
78,41
Sumber : BPS
... sedangkan impor relatif stabil.
Sementara itu, nilai impor pada bulan Mei relatif stabil dan hanya menurun sebesar 1,18% dari USD5,02 miliar menjadi USD4,96 miliar. Perkembangan ini terutama disebabkan oleh naiknya impor non migas sebesar 4,26% (USD0,15 miliar) dari USD3,54 miliar bulan April menjadi USD3,69 miliar yang diimbangi oleh penurunan impor migas sebesar 14,22% (USD0,21 miliar) dari USD1,48 miliar bulan April menjadi USD1,27 miliar. Penurunan impor migas ini utamanya berasal dari penurunan impor hasil minyak sebesar 34,77% (USD0,29 miliar) dari USD0,83 miliar bulan April menjadi USD0,54 miliar. Tabel 4. Impor Indonesia Nilai CIF
Keterangan
Jan - Mei 2004
Jan - Mei 2005
(Juta USD) % Perubahan Mei 2005 Thd Apr 2005
% Perubahan Jan - Mei 2005 thd Jan - Mei 2004
% Peran Thd total Jan - Mei 2005
April 2005
Mei 2005
Total Impor
5.024,1
4.964,7
17.181,0
23.568,9
-1,18
37,18
100,00
Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas
1.480,1 648,0 832,1 0,0
1.269,6 723,3 542,8 3,5
4.167,1 2.407,9 1.756,3 2,9
6.503,5 3.192,6 3.307,1 3,8
-14,22 11,62 -34,77 100,00
56,07 32,59 88,30 31,03
27,59 13,54 14,03 0,02
Non Migas
3.544,0
3.695,1
13.013,9
17.065,4
4,26
31,13
72,41
Sumber : BPS
12
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Posisi pinjaman luar negeri menurun...
Juni 2005
Posisi utang luar negeri Indonesia pada bulan Mei mengalami penurunan sebesar 0,75% (USD1,04 miliar) dari posisi USD138,56 miliar bulan April menjadi USD137,51 miliar. Hal ini disebabkan karena menurunnya posisi utang LN pemerintah dan surat-surat berharga masing-masing sebesar USD0,53 miliar dan USD0,56 miliar menjadi USD78,84 miliar dan USD 3,29 miliar. Sementara itu, utang luar negeri swasta relatif tidak berubah atau hanya meningkat sebesar USD50 juta dari USD55,33 miliar menjadi USD55,38 miliar. Hal ini dikarenakan naiknya posisi utang luar negeri lembaga keuangan sebesar USD0,21 miliar menjadi USD9,63 miliar relatif berimbang dengan penurunan posisi utang luar negeri bukan lembaga keuangan sebesar USD0,16 miliar menjadi USD45,74 miliar (Tabel 5). Tabel 5. Posisi Pinjaman Luar Negeri (Juta USD)
2003 Mar Pemerintah Swasta Lembaga Keuangan Bank Non Bank Bukan Lembaga Keuangan Surat-Surat Berharga Total
Jun
2005
2004 Des
Jan
Des
Mar
Apr*)
Mei*)
74.513 53.750 7.806 4.850 2.956 45.944 1.203
76.008 53.288 7.056 4.059 2.997 46.232 1.290
81.666 51.942 7.537 4.316 3.221 44.405 1.794
81.480 52.839 7.726 4.385 3.341 45.113 1.759
80.278 52.501 8.180 3.872 4.308 44.321 3.361
78.268 52.430 8.085 3.751 4.334 44.345 4.239
79.372 55.332 9.430 5.379 4.051 45.902 3.856
78.841 55.382 9.639 5.577 4.062 45.743 3.295
129.466
130.586
135.402
136.078
136.140
134.937
138.560
137.518
* Angka Sementara
...sedangkan pembayaran pinjaman LN belum banyak berubah.
Sementara itu, pembayaran utang luar negeri pada bulan Mei juga tidak banyak mengalami perubahan. Pembayaran utang luar negeri hanya terjadi sebesar USD0,27 miliar dari USD0,65 miliar bulan April menjadi USD0,92 miliar. Pembayaran tersebut utamanya berasal dari pembayaran pokok utang sebesar USD0,18 miliar menjadi USD0,70 miliar. Sedangkan berdasarkan pemiliknya, pembayaran utang yang cukup besar terjadi utang swasta yaitu sebesar USD0,28 miliar menjadi USD0,47 miliar (Tabel 6).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
13
Juni 2005
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Tabel 6. Realisasi Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Indonesia (Juta USD)
Keterangan Total Pembayaran Pinjaman Luar Negeri / Total External Debt Servicing - Pokok / Principal - Bunga / Interest A. Pemerintah / Government - Pokok / Principal - Bunga / Interest B. Swasta / Private - Pokok / Principal - Bunga / Interest B.1. Lembaga Keuangan / Financial Institution - Pokok / Principal - Bunga / Interest 1. Bank - Pokok / Principal - Bunga / Interest 2. Bukan Bank / Non Bank Institutions - Pokok / Principal - Bunga / Interest B.2. Bukan Lembaga Keuangan / Non Financial Institution - Pokok / Principal - Bunga / Interest
Total 2003
2004 Des
2005 Mar
Apr*)
Mei*)
18.900 15.669 3.231
2.751 2.152 599
1.694 1.563 131
652 518 134
925 704 221
6.450 4.000 2.451
1.376 874 502
1.066 977 89
464 358 106
456 308 148
12.449 11.669 780 5.656 5.521 136 5.078 4.965 113 579 556 23 6.793 6.148 645
1.375 1.278 97 580 564 16 465 451 14 115 113 2 795 714 81
628 586 42 294 283 11 219 211 8 75 72 3 334 303 31
188 160 28 167 149 18 6 6 0 161 143 18 21 11 10
469 396 73 181 174 7 166 160 6 15 14 1 288 222 66
* Angka Sementara
Sektor Riil PDB Tw II-2005 tumbuh dengan kontribusi besar dari investasi.
Perkembangan ekonomi Indonesia triwulan II-2005 tetap tumbuh tinggi diikuti oleh pola ekspansi ekonomi dengan peran investasi yang semakin besar. Di sisi permintaan, ekspansi ekonomi telah didukung dengan investasi yang tumbuh relatif tinggi yakni sekitar 15% dalam triwulan II-2005. Peningkatan investasi ini telah mendorong meningkatnya impor terutama untuk impor bahan baku dan barang. Sementara itu, ekspor masih tumbuh terbatas dan lebih bertumpu pada komoditas berbasis sumber daya alam dan produk industri yang terkait dengan hasil pertanian. Sementara itu, impor tumbuh tinggi sejalan dengan menguatnya permintaan domestik. Dengan perkembangan tersebut, kinerja transaksi berjalan diperkirakan akan mengalami defisit lebih cepat dari perkiraan semula. Kinerja neraca modal tercatat defisit terutama karena tingginya pembayaran utang luar negeri swasta, aliran keluar investasi portofolio, dan belum membaiknya aliran modal masuk khususnya FDI.
...survei konsumen menunjukkan kenaikan indeks.
Dari sudut pandang konsumen, ekspektasi positif perekonomian Indonesia juga nampak dari hasil survei konsumen yang dilakukan selama bulan Juni. Hasil survei menyebutkan bahwa indeks keyakinan konsumen, indeks kondisi ekonomi saat ini dan indeks ekspektasi konsumen menunjukkan kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya (Grafik 23). Indeks keyakinan konsumen meningkat sebesar 4,2 poin dari 97,6 menjadi 101,7 disusul kemudian indeks kondisi ekonomi saat ini meningkat 2,9 poin dari 84,3 menjadi 87,2 dan indeks ekspektasi konsumen meningkat 5,4 poin dari 110,9 menjadi 116,2.
14
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Difussion Index
Indeks
120,0 100,0
Juni 2005
Ekspektasi Konsumen
optimis pesimis
Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat Ini
80,0 60,0 40,0 Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun
2002
2003
2004
2005
50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50
Permintaan: domestik Inventory
Permintaan:ekspor Harga jual:domestik
Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr Jun
2001
Grafik 23. Survei Konsumen
2002
2003
2004
2005
Grafik 24. Survei JETRO
Kondisi Perbankan Beberapa indikator perbankan masih postif...
Beberapa indikator perbankan sampai dengan bulan Mei masih menunjukkan indikasi positif. Total asset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan jumlah kredit yang disalurkan mengalami kenaikan demikian pula rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) mengalami perbaikan. Total asset selama bulan Mei meningkat sebesar Rp12 triliun dari Rp1313 triliun bulan April menjadi Rp1325 triliun. DPK di sisi lain juga meningkat sebesar Rp8,1 triliun dari Rp978,6 triliun bulan April menjadi Rp986,7 triliun demikian pula jumlah kredit yang disalurkan meningkat cukup besar yaitu Rp21 triliun dari Rp629,7 triliun bulan April menjadi Rp650,8 triliun. Tabel 7. Kondisi Umum Perbankan (Triliun Rp)
Bank Keterangan Total Asset DPK Kredit LDR (%) CAR (%) NPLs : - Gross (%) - Net (%) NIM (%) Modal
... CAR, NPL dan modal menurun.
Des-02 1,112,2 835,8 410,3 38,4 23,0 8,1 2,1 4,0 93,0
Des-03 1,068,4 902,3 477,2 43,2 19,3 8,2 3,0 3,2 110,8
Jan-04 1,157,2 889,1 475,0 40,1 23,8 8,2 2,8 5,2 117,9
Des-04 1272,0 963,0 595,0 50,0 19,4 5,8 1,7 6,3 118,6
Mar-05 1280,6 959,3 617,8 51,3 21,7 5,6 1,9 6,0 126,7
Apr-05 1313,0 978,6 629,7 51,3 21,2 5,7 1,8 6,0 128,4
Mei-05 1325,0 986,7 650,8 52,9 20,0 7,3 3,6 5,6 117,2
Sementara itu, penurunan kinerja nampak pada rasio CAR yang pada bulan Mei menurun 1,2% dari 21,2% pada bulan April menjadi 20%. Perkembangan yang sama terjadi pula pada modal perbankan yang selama bulan Mei menurun sebesar Rp0,4 triliun dan berada pada posisi Rp117,2 triliun (Grafik 25). Selain itu, NPL baik secara gross maupun net juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1,6% dan 1,8% menjadi 7,30% (NPL gross) dan 3,60% (NPL net).
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
15
Juni 2005
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Deposits (Triliun Rp)
Trillion Rp
Miliar Rp
Proporsi (%)
500
1000
450
980
400
960
60,0
350
940
50,0
300
920
250
900
200
880
150
860
100
Persetujuan
Realisasi
Proporsi
40,0 28.269 30,0 20,0
840 Giro
50 0
70,0
56.538
Jan
Mar
Mei
2003
Jul
Deposito
Tabungan Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
Total Sep
Nov
Jan
10,0
820 Mar
2004
Mei
800
0
2005
Mar Mei
Jul
Sep Nov
Jan
2003
Grafik 25. Dana Pihak Ketiga
Ketiga jenis kredit meningkat.
Jan
Mar Mei
Jul
2004
Sep Nov
Jan
Mar Mei
0,0
2005
Grafik 26. Persetujuan dan Realisasi Kredit Baru
Naiknya jumlah kredit yang disalurkan di atas berdasarkan jenisnya di dominasi oleh kenaikan yang terjadi pada kredit modal kerja disusul kredit konsumsi dan kredit investasi. Kredit modal kerja bulan Mei meningkat Rp12,95 triliun (4,33%) dibandingkan bulan sebelumnya dari Rp298,79 triliun menjadi Rp311,74 triliun sementara itu, kredit konsumsi juga meningkat Rp6,13 triliun (3,66%) dari Rp167,50 triliun menjadi Rp173,63 triliun dan kredit investasi meningkat Rp2,44 triliun (2,01%) dari Rp121,52 triliun menjadi Rp123,96 triliun (Grafik 27).
Kredit
Total Kredit (Triliun Rp) 750 720 690 660 630 600 570 540 510 480 450 420 390 360 330 300
350,0 Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
300,0 250,0 200,0 150,0 100,0 50,0 Channeling
0,0
Jan
Mar
2003
Sep
Jan
Mar
Total Kredit Mei
Jul
Total Adjst
Sep
Nov
Jan
2004
Mar
Mei
2005
Grafik 27. Kredit Rupiah Perbankan
16
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
LDR membaik dan NIM menurun tipis.
Indikator lainnya, Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bulan Mei membaik sebesar 1,6% dari 51,3% pada bulan April menjadi 52,9% sedangkan Net Interest Margin (NIM) menurun tipis sebesar 0,4% pada bulan Mei menjadi 5,6% (Grafik 29).
Persen
Triliun Rp
14,0 600
12,0
500
10,0 8,0 6,0
kredit (kanan)
NPLs (%) (kiri)
NPLs Net (%) (kiri)
5,5 5,0
300
4,0 3,5
2,0
100
0,0
0 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei
2004
6,0
4,5
200
2003
Triliun Rp 6,5
400
4,0
2002
Juni 2005
2005
Grafik 28. Perkembangan NPL
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
3,0 2,5 2,0 Jan
Mar
Mei
Jul
2003
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
Jul
2004
Sep
Nov
Jan
Mar
Mei
2005
Grafik 29. Perkembangan Posisi NIM Perbankan
17
Juni 2005
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
PROSPEK Prospek ekonomi Tw II-2005 dan keseluruhan tahun masih sesuai perkiraan...
Prospek ekonomi dalam triwulan mendatang dan keseluruhan tahun 2005 diperkirakan tetap baik dan sesuai perkiraan. PDB triwulan II-2005 diperkirakan tumbuh sesuai prakiraan sebesar 5,5%-6,0% (yoy) 5 . Peningkatan pertumbuhan ini juga disertai dengan pola ekspansi yang semakin berimbang yakni dengan peranan investasi yang meningkat. Hal tersebut antara lain didukung oleh semakin kuatnya komitmen pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Sementara itu, indikasi awal atas perbaikan struktur ekspor ke arah meningkatnya peran ekspor dari produk industri manufaktur diperkirakan semakin kuat, seiring dengan meningkatnya volume perdagangan dunia.
...tekanan inflasi ke depan diperkirakan masih cukup besar...
Sementara itu, tekanan inflasi ke depan diperkirakan masih cukup besar. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat inflasi ke depan antara lain dari kemungkinan kenaikan harga jual eceran rokok dan pengaruh dari melemahnya nilai tukar rupiah. Kebijakan moneter dan kebijakan pengendalian inflasi yang dilakukan Bank Indonesia bersama pemerintah diharapkan mampu meminimalkan dampak lanjutan (second round impact) kenaikan BBM dan menurunkan ekspektasi inflasi, walaupun masih pada tingkat yang relatif tinggi.
...pergerakan nilai tukar masih perlu diwaspadai.
Perkembangan nilai tukar Rupiah diperkirakan masih cenderung akan mengalami tekanan. Dari sisi fundamental, tekanan terhadap Rupiah terkait dengan memburuknya kinerja neraca pembayaran disamping adanya faktor sentimen penguatan dolar AS secara global serta terus meningkatnya harga minyak. Kondisi tersebut menyebabkan permintaan valas semakin meningkat baik untuk kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri.
5 Sejak akhir Mei 2004, BPS mengubah tahun dasar PDB dari tahun 1993 menjadi 2000.
18
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan
Juni 2005
Indikator Terkini SEKTOR KEUANGAN SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 1 bln 1) Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln Suku bunga deposito 3 bln JIBOR satu minggu 2) BEJ Indeks 3)
Des
Des
2003
2004
Jan
Apr
Mei
Jun
2005
8.31 8.34 6.62 7.14 8.35 692
7.43 7.29 6.43 6.71 7.14 1,004
7.42 7.29 6.43 6.71 7.13 1,046
7.70 7.51 6.58 6.87 7.38 1,038
7.95 7.81 6.76 7.03 7.84 1062.95
8.25 8.05 na na 7.53 1122.37
BESARAN MONETER (miliar Rp) Base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah
166,474 223,799 94,542 129,257 955,692 731,893 592,715 350,885 241,830 139,178 816,514
199,446 253,818 109,265 144,553 1,033,528 779,710 644,109 349,091 295,018 135,601 897,927
183,747 248,174 101,789 146,385 1,015,874 767,700 630,289 345,901 284,388 137,411 878,463
182,863 247,586 102,815 144771 1,045,543 797,957 653,343 369,868 283,475 144,614 900,929
189.23 151,393 104.08 151289 945,085 793,692 647,813 368,053 279,760 145,879 799,206
198.42 na 104.91 na na na na na na na na
Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum
466,826 437,942
615,802 553,548
612,852 549,017
653,788 587,805
674,573 609,330
na na
0.94 5.06
1.04 6.4
1.43 7.32
0.34 8.12
0.21 7.40
0.5 7.42
8,465 3,717 2,335 24.20
9,270 5,122 3,591 24.40
9,167 4,910 2,938 24.63
9,568 5200.9 3544 25.03
9508 5806.3 3695.1 23.65
9761 na na 23.39
Tw. IV
Tw. IV
Tw. I
2 0 03
2004
2005
2) 2)
HARGA Inflasi bulanan (%) y-y % SEKTOR EKSTERNAL Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)
INDIKATOR KUARTALAN Pertumbuhan PDB (% yoy) Konsumsi Investasi Ekspor Impor
4.35 5.01 0.68 6.48 1.78
5.13 6.89 15.71 8.47 24.95
6.35 1.98 18.81 13.39 15.38
* angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 r) revisi 1) minggu terakhir 2) rata2 tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file w. I 2004*) Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPSw.
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
19