Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016
"KLOP!!!" Karya M. Teguh Satriyo Pemain: 1.
Rubiyah
2.
Rokim
3.
Rentenir
4.
Sekar
5.
Mbok Mirah
PANGGUNG MENGGAMBARKAN SEBUAH RUMAH SANGAT SEDERHANA, TERBUAT DARI KAYU DAN KARDUS-KARDUS BEKAS. DI DEPANNYA TERDAPAT TUMPUKAN BARANG-BARANG RONGSOK DAN KURSI PANJANG SEDERHANA. RUBIYAH SEDANG MEMILAH-MILAH BARANG RONGSOKAN. Rubiyah : (Sesekali memegang perutnya yang besar, usia hamil yang sudah tua.) Rokim : (Datang dengan membawa barang rongsokan.) “Bune, sedang apa? Oawalah… Kan sudah bapak bilang, Bune tidak usah kerja berat dulu.” Rubiyah : “Berat apa to Pakne? Hanya sekedar milah-milah barang saja kok berat. Bune masih kuat. Lagian Bune juga bosan kalau hanya duduk diam saja di rumah. Tumben Pakne pulang cepat?” Rokim : “Iya, Alhamdulillah lumayan. Kebetulan tadi ada penggusuran pasar. Nah banyak barang-barang bekas, jadi Pakne manfaatkan saja kesempatan itu. Zaman sekarang harus cerdas, dan cepat tanggap, kalau tidak cepat tanggap ya tidak makan.” Rubiyah : “Lha kok digusur?” Rokim : “Bune ini lho, kan sekarang lagi musim gusur-gusuran. Pakne juga gak jelas apa maksud dan tujuan gusur-gusuran itu. Yang Pakne tahu ya ada yang digusur dan ada kericuhan dalam proses penggusuran itu.” Rubiyah : (Tiba-tiba mengeluh perutnya sakit.) “Aduhhh… Perutku… Pakne…”
Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016
Rokim : “Tu…kan belum juga Pakne berhenti bicara, Bune istirahat saja.” (Panik, mendekati istrinya.) Rubiyah : “Aduuuhhh… Hmmm… Bune tidak apa-apa kok Pakne…” Sekar
: “Ba..ba…b… Hoye… Baba..b…” (Gadis cacat mendekati bapak dan ibunya.)
Rokim : “Emmmmmmmmhhhhhhhhhhh… Anakku… Iya, Sekar punya mainan apa??? Iya… Hmmmmmmmmm bagus…” Sekar
: (Asyik dengan mainannya layaknya orang cacat.)
Rubiyah : “Pakne.” Rokim
: “Iya, Bune…”
Rubiyah : “Bagaimana jika anak kita yang kedua nanti lahir seperti dia?” (Menunjuk Sekar.) Rokim
: (Memandang Sekar dan terdiam beberapa detik.)
Rubiyah : “Pakne, bagaimana jika seperti itu?” Rokim
: “Emmm… Apa Bune?”
Rubiyah : “Bagaimana jika anak kita nanti lahir seperti dia?” (Melirik Sekar.) Rokim
: “Semoga bayi kita nanti lahir normal dan sehat Bune.”
Rubiyah : “Itu harapan kita. Tapi jika nantinya tidak? Bagaimana?” Rokim : “Kita harus tetap bersyukur dan merawat bayi kita hingga tumbuh dewasa nanti Bune. Apapun yang terjadi. Entah itu sehat normal atau cacat sekalipun.” Rubiyah : “Tapi apa untungnya kita punya anak cacat seperti dia? Sejak bayi hingga sekarang selalu bikin repot.” Rokim : “Bune! Bagaimanapun juga, Sekar adalah anak kita. Pemberian Tuhan. Dan harus kita syukuri.” Rubiyah : (Masuk rumah.) Rokim : (Mendekati Sekar, memandang Sekar dengan tatapan penuh rasa sayang. Memeluk Sekar.)
RENTENIR DATANG Rentenir : “Hmmm… ehm… ehm…” Rokim
: “Owh… Ada tamu. Mari silahkan…”
Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016
Rentenir : “Hehf… Aku tidak biasa duduk di tempat seperti itu. Tidak usah berbelit! Hari ini kan?” Rokim
: “Anu… Maaf…”
Rentenir : “Alasan apalagi?!!! Belum ada uang??? Tidak punya uang??? Barang belum laku??? Hah??? Kapan kamu punya uang??? Sampai kapan pun juga kamu tetap tidak akan punya uang!!!” Rokim : “Kali ini saya benar-benar tidak punya uang. Barang saya belum laku. Atau, saya jual dulu barang saya, Bu Reni tunggu di sini?” Rentenir : “Baiklah kalau begitu. Tapi jangan lama-lama.” Rokim : “Iya, saya pasti segera kembali. (Berjalan buru-buru menuju pintu rumah. Membuka pintu dan hanya kepalanya yang masuk.) “Bune, ada Bu Reni. Tolong temani sebentar ya. Pakne mau setor barang biar bisa dapat uang dan bayar hutang.” (Berbisik pada istrinya. Lalu bergegas membawa barang rongsokan.) Rentenir : (Memandang Sekar sambil berpikir dan beberapa detik kemudian senyum lalu menelpon seseorang.) Rentenir : “Halo… Boss… Saya ada barang Boss… Iya, anak perempuan. Istimewa Boss… Cacat bagian tangan dan kaki. Yang Boss butuhkan kan organ dalam. Jadi menurut saya tidak ada masalah. Iya Boss??? Owh… Soal harga, nanti Boss lihat saja dulu barangnya. Yang jelas tidak akalah dengan yang lima juta kemarin itu. Ok Boss… bearti Boss baru pulang dari Singapur tanggal 21??? Siap Boss… sampai ketemu…” Rubiyah : “Bu Reni… Baru nelpon Bossnya ya???” Rentenir : “Owh… Iya… Itu anakmu?” (Menunjuk Sekar.) Rubiyah : “Iya… tapi…” Rentenir : “Tapi kenapa?” Rubiyah : “Tapi cacat Bu…” Rentenir : “Hmmm, sejak lahir?” Rubiyah : “Iya, kata dokter, kurang perawatan ketika masih dalam kandungan. Maklum, kami tidak punya uang untuk perawatan kandungan saya dulu.” Rentenir : “Owh… Kasiahan sekali nasib keluargamu. Lalu bagaimana dengan kandunganmu yang sekarang???” Rubiyah : “Saya kurang tahu, saya belum punya uang untuk periksa ke dokter.” Rentenir : “Kamu mau bayimu nanti lahir seperti anakmu yang pertama?”
Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016
Rubiyah : “Sama sekali tidak Bu… Tapi, kami tidak punya uang. Emmm… Apa Bu Reni mau membantu kami? Meminjami uang lagi kepada kami?” Rentenir : “Pinjam uang? Hutang yang kemarin saja belum lunas? Mau pinjam lagi???” Rubiyah : “Tolonglah saya Bu… Kasihani saya… saya tidak mau anak saya lahir cacat lagi.” Rentenir : (Berpikir sejenak dan terlihat ekspresinya sangat licik.) “OK. Aku bantu.” Rubiyah : “Terimakasih Bu…” (Senang, menyembah-nyembah rentenir.) Rentenir : “Heit! Tapi dengan syarat.” Rubiyah : (Terdiam beberapa detik.) “Apa syaratnya?” Rentenir : “Dia. Anak itu.” (Menunjuk Sekar.) Rubiyah : “Syaratnya Sekar? Apa yang harus diperbuat Sekar? Jadi pembantu di rumah Bu Reni? Silahkan, dengan senang hati. Saya ikhlas asalkan saya dipinjami uang.” Rentenir : “Ohhh… Tidak kujadikan pembantu. Dan hutangmu yang dulu akan aku anggap lunas. Kamu hanya tinggal bayar bunganya saja dua juta. Jika dia jadi milikku.” Rubiyah : “Benarkah?” Rentenir : (Mengangguk dengan senyum.) Rubiyah : “Kalau tidak dijadikan pembantu, mau dijadikan apa Bu? Hmmm… Tapi baiklah… Mau dijadikan apa terserah, saya setuju.” (Senang.) Rentenir : “Kamu setuju. Tapi suamimu???” Rubiyah : “Sudahlah, biar nanti saya yang merayu suami saya.” Rentenir : “Begitu? Bagus… Tapi ingat. Ini urusan kita. Transaksi kita. Jangan melibatkan orang lain. Terutama PO.LI.SI.!!!” Rubiyah : “Percayalah, ini urusan kita. Saya dan Bu Reni. Saya tidak akan melibatkan orang lain, apalagi polisi. Lapor polisikan juga pakai uang. Mana ada kasus laporan orang miskin seperti saya yang ditanggapi polisi? Tidak ada.” Rentenir : “Benar sekali kamu. Yang jelas aku tidak mau berbagi uang dengan polisi.” Rubiyah : “Lalu, kapan Sekar akan dibawa dari sini?” Rentenir : “Tidak lama lagi. Menunggu Boss pulang dari luar negri.” Rubiyah : “Baiklah tidak apa…”
Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016
ROKIM DATANG DENGAN NAFAS TERENGAH-ENGAH DAN TANGAN MENGGENGGAM UANG RIBUAN SEBANYAK DUA PULUH RIBU RUPIAH
Rokim
: “Maaf sudah membuat Bu Reni menunggu lama…”
Rentenir : “Owh.. Tidak apa-apa… Bagaimana? Sudah laku?” Sekar
: “Baba..b…baba…b…” (Berjalan menuju Bapaknya.)
Rokim
: “Alhamdulillah sudah, ini.” (Menyerahkan segenggam uang kepada rentenir.)
Rentenir : “Owh… Tidak usah, ini untuk belanja kebutuhan kalian saja. Saya permisi dulu.” (Exit.) Rokim
: (Tercengang.)
Rubiyah : “Pakne, ada apa to? Kok ndomblong gitu?” Rokim : “Aneh… Tidak biasanya Bu Reni baik hati seperti itu. Pasti,,, pasti ada apa-apa. Tadi bicara apa saja Bune???” Rubiyah : “Tadi ngobrol biasa.” (Seakan menutup-nutupi apa yang telah dibicarakan dengan rentenir.) Rokim
: “Tidak bicara tentang apa yang penting gitu?”
Rubiyah : “Tidak. Ya ngobrol biasa.” Rokim
: “Owh…ya sudah, Pakne haus tak ambil minum dulu.” (Berjalan masuk rumah.)
Rubiyah : (Mengikuti dari belakang.) Rokim
: (Menenggak air layaknya orang teramat haus.)
Rubiyah : “Pakne…” Rokim
: “Iya, Bune. Ada apa?”
Rubiyah : “Anu, untuk kelahiran anak kita ini kan (sambil mengelus perut) butuh banyak biaya. Rumah sakit sekarang mahal!” Rokim
: “Iya, Pakne tahu. Makanya Pakne akan meneruskan rencana usaha tambahan.”
Rubiyah : “Apa? Usaha tambahan? Usaha apa? Dapat modal dari mana?” Rokim : “Rencana Pakne yang dulu itu, tambal ban. Modal tidak terlalu banyak Bune. Kebetulan teman lama Pakne mau meminjamkan alat-alatnya. Karena dia punya usaha baru.” Rubiyah : “Bune tidak yakin usaha itu akan bisa mencukupi kebutuhan kita.”
Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016
Rokim : “Bune, Bune jangan begitu to. Biarpun kita miskin, kita harus tetap optimis. Biar kata kita orang susah, tapi kita tetap harus berusaha dengan cara yang benar dan halal. Harusnya Bune mendukung niat baik Pakne ini.” Rubiyah : “Bukannya Bune tidak mendukung, tapi ingat Pakne hutang kita pada Bu Reni sudah banyak. Bahkan bunganya semakin menjadi. Usaha itu tidak akan bisa kita andalkan untuk melunasi semua hitang kita.” Rokim : “Sudahlah Bune, yang penting usaha dulu. Dan Bune tidak perlu menbantu usaha Pakne nanti. Bune cukup urusi anak-anak saja jika jabang bayi kita ini sudah lahir nanti.” Rubiyah : “Anak-anak?” Rokim
: “Iya, jika kandungan Bune lahir, kitakan punya dua anak?”
Rubiyah : “Tidak Pakne, tadi Bune sudah bicara banyak dengan Bu Reni.” Rokim
: “Bicara banyak?” (Penasaran.)
Rubiyah : “Iya.” Rokim
: “Bicara apa?” (Semakin penasaran.)
Rubiyah : “Hutang kita kan sudah terlalu banyak. Bu Reni akan menganggap hutang kita lunas hanya dengan satu syarat.” Rokim
: “Benarkah? (senang) Apa syaratnya?”
Rubiyah : “Syaratnya, Sekar.” Rokim
: “Sekar?” (Kaget, bingung, ekspresi yang tadinya senang sekarang memudar.)
Rubiyah : “Iya, Bu Reni menginginkan Sekar. Dan hutang kita dianggap lunas. Kita hanya perlu membayar bunganya saja. Sekitar dua juta.” Rokim : “Dasar rentenir edan!!! Dia meminta Sekar dan masih menyuruh kita membayar bunga? Bune mau?” (Dengan nada tinggi.) Rubiyah : “Jelas mau to Pakne, dua juta masih mending. Daripada kita nanggung semua hutang kita dan mengurus anak yang merepotkan itu.” Rokim
: “Bune, bagaimanapun juga dia anak kita!” (Marah.)
Rubiyah : “Pakne, ayolah… (merayu) ini semua juga demi bayi kita yang akan lahir. Butuh biaya banyak Pakne. Jika tidak ada Sekar, toh kita bakal punya anak baru. Yang mungkin jauh lebih baik keadaannya dibanding Sekar. Coba Pakne pikirkan lagi. Ini semua demi kita.” Rokim
: (Diam, merenung.)
Rubiyah : “Bune harap, Pakne mengerti apa maksud Bune. Bune tidak ingin hidup susah terus. Bune kasihan lihat Pakne kerja siang malam banting tulang, tapi belum juga bisa Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016
melunasi hutang-hutang. Siapa tahu dengan kita menyetujui tawaran Bu Reni hidup kita akan lebih baik Pakne? Hutang-hutang lunas, dan kita bisa mulai kehidupan yang baru.” Rokim
: “Pakne tetap akan berusaha dulu, membuka tambal ban.”
Rubiyah : “Silahkan Pakne, Bune tidak melarang usaha itu. Tapi tolong, renungkan juga tawaran Bu Reni, ini semua untuk bayi kita. Untuk masa depan kita. Dan untuk memulai hidup kita yang baru.” Rokim : “Pakne mau persiapan usaha baru.” (keluar dari rumah untuk mempersiapkan usaha tambal ban.) (Exit). Rubiyah : “Jangan lupa pikirkan tawaran Bu Reni ya Pakne. Ini demi masa depan kita. (Agak meninggikan suaranya berharap suaminya mendengar.) Hmmm… semoga saja suamiku setuju.” Rokim : (Berjalan dengan membawa alat-alat tambal ban. Lengan tangan kanan-kirinya terdapat ban bekas. Di lehernya juga melingkar ban bekas.) Sekar
: “Ba…ba…b… Bab… ba…b…” (Mendekati bapaknya.)
Rokim
: “Sekar… Main apa nduk…?”
Sekar
: “Bab… bapa…?”
Rokim
: “Iya, Bapak mau buka tambal ban.”
Sekar
: “he he he… ho…. Ye…” (Tepuk tangan.)
Rokim
: “Sekar senang?”
Sekar
: (Mengangguk.)
Rokim
: “Sekar jadi anak yang baik ya? Jadi anak yang pintar mengaji.”
Sekar
: “He’em… naji… he he… bih..millah… loh..man…lokim…ho ye…”
Rokim
: “Iya, Sekar pinter… Sekarang, Sekar ambil kerudung dan berangakat ngaji ya…”
Sekar
: “He’em… he he naji…” (Masuk rumah mengambil kerudung.)
Rubiyah : (Berpapasan dengan Sekar di pintu dan memandang Sekar dengan jijik sambil menepuk perut tiga kali dan mulut komat-kamit.) Rokim
: (Memandang Rubiyah.)
Rubiyah : “Pakne, Pakne setuju to? Demi masa depan kita.” Rokim
: (Tidak menghiraukan istrinya. Sibuk dengan alat-alat tambal ban.)
Sekar
: “Bab…baabb… Buunnee.. cal hantat aji…” (Menyalami Pakne dan Bune.) Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016
Rokim
: “Hati-hati ya Sekar…”
Rubiyah : “Pakne pye to? Diajak bicara kok diam terus.” Rokim
: “Bune… Biarkan Pakne konsen dengan pekerjaan ini dulu.”
Rubiyah : “Tapi Pakne setuju kan?” Rokim
: (Diam.)
Rubiyah : “Pakne!” Rokim
: “Apa Bune? Telingaku masih waras. Jadi tidak usah teriak-teriak begitu.”
Rubiyah : “Pakne si, diajak bicara kok diam terus.” Rokim
: “Dengan berat hati.”
Rubiyah : “Maksudnya? Pakne setuju?” Rokim
: “Iya, dengan berat hati. Puas???!!! Bune kebangeten!”
Rubiyah : “Terimakasih Pakne… Masadepan kita pasti akan lebih baik.”
RENTENIR DATANG Rentenir : “Ehm!” Rubiyah : “Ow…hhh.. Bu Reni… mari…” Rentenir : “Bagaimana dengan perjanjian kita?” Rubiyah : “Beres Bu…” Rentenir : “Bagaimana dengan suamimu?” Rubiyah : “Dia juga setuju. Iya kan Pakne?” Rokim
: (Diam, sibuk memompa ban.)
Rentenir : “Mana anakmu?” Rubiyah : “Dia masih mengaji, bentar lagi juga pulang. Mari tunggu di dalam.” (Masuk rumah bersama Rentenir.) Sekar
: “Bab…babb… kal… lang…”
Rokim
: “Sekar?” (Segera beranjak dan menyambar Sekar.)
Sekar
: “Bab…bab…”
Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016
Rokim : (Menutup mulut Sekar.) “Sekar diam ya? Sekar sembunyi di sini. Jangan bersuara. Jangan keluar sebelum Bapak meminta Sekar untuk keluar dari sini. Menyembunyikan Sekar di dalam tumpukan ban/tengah lingkaran tumpukan ban.) Rubiyah : “Sepertinya aku mendengar suara Sekar? Di mana Pakne?” Rokim
: “Sekar belum pulang.”
Rubiyah : “Tapi tadi Bune mendengar Sekar memanggil-manggil Pakne.” Rokim
: “Ahhh… itu perasaanmu saja.”
Rubiyah : “Pakne pasti bohong! Sekar! Sekar! Sekar!” (Memanggil-mangil Sekar sekeliling panggung.) Rokim
: (Menekan kepala Sekar yang muncul dari tumpukan ban.)
Rentenir : (Keluar dari dalam rumah.) Rubiyah : “Sekar! Sekar!” Sekar
: “Bunn… ne…”
Rubiyah : “Sekar? Sini. Ngapain kamu di situ?” Rokim
: (Menyambar Sekar, tidak ada yang boleh membawa Sekar.)
Rubiyah : “Pakne!” Rentenir : “Hai? Apa-apaan ini? Bearti perjanjian kita batal?” Rubiyah : “Tidak Bu! Tetap jadi. Pakne, Pakne kan sudah setuju. Serahkan Sekar!” Rokim
: “Aku akan tetap merawat Sekar. Dia darah dagingku.”
Rubiyah : “Ingat Pakne, hutang kita sudah terlalu banyak.” Rentenir : “Belum juga bunganya.” Rubiyah : “Nah, dengar itu Pakne. Kebutuhan kita masih banyak.” Rokim : “Aku tidak akan menjual anakku sendiri!” (Berbalik, membelakangi Rubiyah dan Rentenir, memegang erat Sekar.) Rubiyah : (Mengambil balok kayu dan dihantamkan tepat di kepala Rokim.) Rokim
: “Aaaakkkkkk…” (Jatuh tersungkur. Pingsan.)
Sekar
: “Babbb.. bab…” (Mendekati bapaknya yang terjatuh.)
Rubiyah : “Cepat bawa anak itu.”
Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016
Rentenir : (Senyum.) “Baiklah… Kali ini aku baik hati. Kau tidak perlu membayar bunga yang dua juta. Dengan Sekar, urusan kita K.L.O.P.” Rubiyah : “Terimakasih Bu Reni. Lebih baik segera bawa Sekar, sebelum orang-orang tahu. Rentenir : (Membekap Sekar dan membawanya.) Rubiyah : (Memegang kepala dan perut.) “Pakne… tolong… kepalaku… aduh… perutku… Pakne…” (Pingsan.) Rokim : (Tersadar, perlahan bangkit, mendekati istrinya dan memapah istrinya ke dalam rumah.) Rokim : “Mbok Mirah… Mbok… tolong istriku Mbok…” (Keluar panggung dan kembali dengan menggandeng Mbok Mirah.) Mbok
: “Hoi, aku ini sudah tua. Pelan-pelan.”
Rokim
: “Tolong istriku Mbok. Istriku mau melahirkan.”
Mbok
: “Iya, iya… tapi pelan-pelan jalannya. Mana Istrimu?”
Rokim
: “Di dalam Mbok.”
Mbok
: (Masuk rumah.) “Kamu tunggu di luar!”
Rokim
: “Loh, saya kan suaminya Mbok.”
Mbok
: “Hus! Laki-laki tunggu di luar!”
Rokim
: “Baik Mbok.”
Mbok
: “Ayo Rubiyah, tarik nafas, kumpulkan semua tenagamu… hampir… ayo…”
Rokim
: (Mencoba mengintip dari pintu.)
Mbok
: “Jangan ngintip!”
Rokim
: “I, iya… Mbok…”
Mbok : “Ayo terus… sebentar lagi Rubiyah… ayo…iya, terus… dorong.” (Terdengar suara bayi.) Rokim
: “Alhamdulillah…”
Mbok
: (Keluar dengan membawa bayi.)
Rokim
: “Bagaimana bayiku Mbok?”
Mbok
: “Bayimu perempuan.”
Rokim
: “Alhamdulillah…” Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016
Mbok
: “Bayimu cacat kaki dan tangan.”
Rokim : “Apa Mbok? Sekar. Ini adalah Sekar. Sekarku kembali. Terimakasih ya Allah… Kau telah kembalikan Sekarku lagi…” Rubiyah : (Memandang suaminya dan menangis.) Rokim
: (Memeluk bayinya.)
LAMPU PADAM
SELESAI semarang19-11-10@14:34tegsa Selamat berkarya! Selamat bermain drama!
(MOHON KRITIK DAN SARAN SAUDARA SEMUA. TERIMAKASIH. SALAM BUDAYA.)
Naskah festival Drama Pelajar Nasional SMA/SMK/Sederajat 2016