KERAGAMAN JENIS MANGROVE DI NUSA TENGGARA TIMUR
Oleh : M. Hidayatullah
Pendahuluan Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang kompleks meliputi organisme tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi satu dengan yang lain dan memegang peranan penting dalam menjaga dan melindungi garis pantai dari proses erosi maupun abrasi. Keberadaan mangrove dengan beragam fungsi dan manfaatnya sangat penting dalam mendukung aktivitas pembangunan.
Semakin terbatasnya wilayah daratan ditengah
kebutuhan ruang yang semakin tinggi menjadikan kawasan pesisir termasuk di dalamnya hutan mangrove menjadi salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan tersebut. Data dari BPHM Wilayah 1 Bali, (2011) disebutkan bahwa luasan hutan mangrove di Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 40.614,11 ha, jumlah tersebut tersebar pada semua wilayah kabupaten - kota dengan luasan yang beragam.
Beragam bentuk pemanfaatan
mangrove seperti untuk pemukiman, lahan pertanian maupun peruntukan lain dengan mudah dapat dijumpai pada wilayah pesisir di NTT. Konversi mangrove menjadi area budidaya tambak maupun penebangan kayu untuk bahan bangunan dan kayu bakar sudah dilakukan sejak dulu dan menjadi bagian tidak terpisahkan dengan aktivitas masyarakat pesisir. Meskipun kegiatan penanaman dan rehabilitasi mangrove di NTT masih terbatas, namun beberapa pihak secara aktif terlibat dalam penanaman mangrove seperti : Dinas-dinas terkait lingkup pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, UPT Kementerian Kehutanan, UPT Kementerian Kelautan dan Peikanan, BPHM Wilayah 1 Bali, pihak swasta maupun swadaya masyarakat terus dilakukan, sehingga diharapkan dapat mengimbangi laju pemanfaatanya.
Pembinaan terhadap tegakan yang ada juga perlu dilakukan agar keragaman jenisnya dapat dipertahankan, karena meskipun belum ada informasi detail tentang keragaman jenis mangrove NTT, namun dipekirakan wilayah ini memiliki keragaman jenis yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena sebaran wilayah yang terdiri dari ratusan pulau dengan karakter wilayahnya masing-masing sehingga memungkinkan ditumbuhi mangrove dengan ragam jenis yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Kondisi Hutan Mangrove Berdasarkan data BPHM wilayah I Bali (2011) kondisi hutan mangrove di NTT cukup memprihatinkan, sebagian besar mengalami kerusakan dengan tingkatan yang berbeda, yaitu : sebanyak 8.285,10 ha atau 20,40% (kategori rusak berat), 19.552,44 ha atau 48,14% (kategori rusak ringan) dan 12.776,57 ha atau 31,46% (kategori baik). Data ini menunjukan bahwa tekanan terhadap hutan mangrove sangat tinggi karena hanya sepertiga dari total luas hutan mangrove yang masih dalam kondisi baik, selebihnya telah mengalami kerusakan sebagai dampak dari berbagai bentuk pemanfaatan. Beberapa bentuk pemanfaatan yang turut mendorong terjadinya kerusakan antara lain, konversi lahan menjadi area budidaya tambak dan penebangan pohon untuk keperluan bahan bangunan maupun kayu bakar. Konversi mangrove menjadi area budidaya tambak pada umumnya hanya mempertimbangkan aspek ekonomi tanpa memperhatikan aspek ekologi sehingga menyebabkan kerusakan hutan mangrove yang sangat serius. Saat ini, sebagian besar dari tambak-tambak tersebut tidak aktif lagi karena berbagai kendala seperti terbatasnya modal dan tingkat produktivitas yang semakin menurun, seperti yang dapat dijumpai di desa Golo Sepang kecamatan Boleng - Manggarai Barat. Pada sisi lain kegiatan penanaman atau rehabilitasi mangrove dalam beberapa tahun terakhir masih terbatas, sehingga untuk memulihkan kondisi hutan mangrove diperlukan perencanaan yang baik serta adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antara
semua pihak sehingga fungsi dan manfaat dari hutan mangrove dapat dinikmati secara berkelanjutan. Keragaman Jenis Mangrove Secara umum Indonesia termasuk salah satu diantara beberapa negara dengan keragaman jenis mangrove yang sangat tinggi, bahkan Saenger, dkk (1983) mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan keragaman jenis tertinggi di dunia, karena tercatat dari 60 jenis mangrove sejati di dunia, 43 jenis diantaranya bisa ditemukan di Indonesia. Sementara itu menurut Noor, YR (2006), melaporkan bahwa di Indonesia terdapat setidaknya 202 jenis mangrove yang meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku.
Terdapat perbedaan
keragaman jenis antara satu pulau dengan pulau yang lainnya, dari 202 jenis mangrove yang telah diketahui (mangrove sejati dan asosiasi) 166 jenis ditemukan di pulau Jawa, 157 jenis di pulau Sumatera, 150 jenis di pulau Kalimantan, 142 jenis di Irian Jaya, 135 jenis di pulau Sulawesi, 133 jenis di Maluku dan 120 jenis terdapat di Bali Nusa Tenggara. Namun demikian aktivitas pembangunan pada kawasan pesisir dapat menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove, sehingga keragaman jenis pada tiap pulau kemungkinan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Keragaman jenis mangrove di wilayah Bali Nusa Tenggara juga sangat berpotensi terjadinya penurunan karena tekanan terhadap hutan mangrove terus terjadi. Pada wilayah NTT, belum ada data pasti tentang keragaman jenis dan berapa jumlah jenis mangrove yang dapat ditemui. Namun demikian dari beberapa penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa NTT juga memiliki keragaman jenis yang cukup tinggi. Seno, A (2012) mengatakan bahwa keragaman jenis mangrove di kawasan Tamana Nasional (TN) Komodo mencapai 24 jenis yang terdiri dari 22 jenis mangrove sejati dan 2 jenis mangrove asosiasi. Hidayatullah, M. dkk (2012) melaporkan bahwa di desa Golo Sepang kecamatan Boleng – Manggarai Barat
ditemukan sebanyak 10 jenis mangrove (9 jenis mangrove sejati dan 1 jenis mangrove asosiasi). Sementara itu Talib, M. F (2008) mengatakan bahwa di desa Tanah Merah dan Oebelo kecamatan Kupang Tengah memiliki 11 jenis mangrove yang kesemuanya merupakan mangrove sejati. Perbedaan jumlah dan jenis mangrove antara lokasi dapat terjadi karena hal tersebut sangat tergantung pada kondisi lingkungan seperti kadar salinitas,
ketebalan
endapan lumpur, kondisi pasang surut, lama waktu genangan maupun faktor-faktor lainya. Jafar, dkk (2007) mengatakan bahwa pada wilayah Teluk Kupang – Kota Kupang memiliki 6 jenis mangrove yang kesemuanya merupakan mangrove sejati. Hidayatullah, M. dkk (2013) menyebutkan bahwa di kawasan Cagar Alam Maubesi – Kabupaten Belu ditemukan sebanyak 23 jenis mangrove yang terdiri dari 16 jenis mangrove sejati dan 7 jenis mangrove asosiasi. Dari beberapa hasil penelitian diatas diketahui bahwa jenis Rhizophora mucronata, R. apiculata dan Brugueira gymnorrhiza dapat dijumpai hampir pada semua lokasi, sedangkan beberapa jenis yang lain seperti Rhizophora stylosa, R. lamarckii dan Osbornia octodanta hanya ditemukan di kawasan TN Komodo atau jenis Sesuvium postucalartum dan Scaevola taccada yang hanya ditemukan pada kawasan Cagar Alam Maubesi. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan pada 5 lokasi yaitu di Wilayah TN Komodo, di desa Golo Sepang kecamatan Boleng – Manggarai Barat, di desa Tanah Merah dan Oebelo kecamatan Kupang Tengah – Kabupaten Kupang, di perairan Teluk Kupang – Kota Kupang dan di kawasan Cagar Alam Maubesi, diketahui bahwa NTT memiliki keragaman jenis mangrove yang cukup tinggi yaitu sebanyak 31 jenis mangrove sejati dan 8 jenis mangrove asosiasi. Jenis-jenis yang ditemukan pada 5 lokasi tersebut terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Keragaman Jenis Mangrove di NTT
No 1. 2 3. 4. 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Famili Rhizophoraceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Pteridaceae Acanthaceae Acanthaceae Myrsinaceae Myrsinaceae Myrtaceae Lythraceae Meliaceae Meliaceae Meliaceae Euphorbiaceae Plumbaginaceae Rubiaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Arecaceae Sterculiaceae Combretaceae Combretaceae Malvaceae Malvaceae Molluginaceae Goodeniaceae Leguminosae Pandanaceae Apocynaceae
Jenis Ceriops tagal (Perr) Ceriops decandra (Griff.) DH Rhizophora apiculata (Bi) Rhizophora mucronata Lmk Rhizophora stylosa Griff. Rhizophora lamarckii Bruguiera parviflora Roxb Bruguiera cylindrica (L.) BI. Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk Bruguiera sexangula Lour Acrosthicum aureum Linn Acanthus ilicifolius L Acanthus ebracteatus Vahl Aegiceras floridum R. & S. Aegiceras coniculatum (L.) Blanco Osbornia octodonta F.v.M. Phempis acidula Xylocarpus granatum, Koen Xylocarpus moluccensis (Lamk) Xylocarpus rumphii (Kostel.) Mabb Excoecaria agallocha L Aegialitis annulata R. Br Scyphiphora hydrophyllacea Gaertn Avicennia alba Bl. Avicennia marina (Forsk.) Vierh. Avicennia officinalis L Sonneratia alba J.R Smith Sonneratia caseolaris (L) Engl. Nypa fruticans Wurmb. Heritiera littoralis Dryland, ex W.Ait Lumnitzera rasemosa Willd. Var Terminalia catappa L Hibiscus tiliaceus L Thespesia populnea (L.) Soland Sesuvium postucalartum (L.) L. Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb. Derris trifoliata Lour Pandanus odoratissima. Carbera manghas L
Sumber 1, 2 dan 5 1 dan 3 1, 2, 4 dan 5 1, 2, 3 dan 5 1 1 2 dan 5 1 dan 2 1, 2, 3 dan 5 5 5 2 dan 3 2 1dan 2 1, 2 dan 3 1 1, 2 dan 5 1, 2 dan 5 1 1 1, 2 dan 4 4 1 dan 2 2 dan 3 1, 3 dan 4 1 1, 2, 3 dan 4 3 3 1 1, 3 dan 4 2 1 dan 2 1 2 2 5 2 2
Ket Mangrove Sejati* Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Sejati Mangrove Ikutan** Mangrove Ikutan Mangrove Ikutan Mangrove Ikutan Mangrove Ikutan Mangrove Ikutan Mangrove Ikutan Mangrove Ikutan
Keterangan : 1 = Seno, A (2012), 2 = Hidayatullah, M. dkk (2012), 3. Talib, M. F (2008), 4. Jafar, dkk (2007) dan 5 = Hidayatullah, M. dkk (2013) * = Mangrove sejati (true mangrove) adalah kelompok jenis tumbuhan mangrove yang membentuk tegakan murni (mayor) atau mendominasi dalam komunitas mangrove, memiliki akar napas dan viviparous. Contoh : Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Sonneratia, Kandelia, Lumnitzera, Nypa **= Mangrove ikutan (associates) adalah kelompok jenis tumbuhan yang bersosiasi (ikutan) dengan jenis mangrove (mayor dan minor). Contoh : Derris, Hibiscus, Calamus, dsb. (Chapman, 1984)
Jumlah mangrove sejati yang dapat dijumpai di NTT terbilang cukup tinggi yaitu mencapai 31 jenis, jumlah tersebut setara dengan 72% dari total jumlah mangrove sejati yang pernah dilaporkan dapat dijumpai di Indonesia.
Sementara itu dilihat dari total jenis
mangrove yang ditemukan (mangrove sejati dan asosiasi), mangrove di NTT mencakup 33,33% dari jenis mangrove yang ada di wilayah Bali Nusa Tenggara atau 19,80% dari total jenis mangrove yang ada di Indonesia. Namun demikian, keragaman jenis yang ditampilkan dalam tabel 1 baru mewakili beberapa lokasi di jajaran pulau Flores dan pulau Timor, belum termasuk beberapa pulau besar lainnya seperti pulau Alor dan Sumba, sehingga besar kemungkinan keragaman jenisnya dapat bertambah. Penutup Pemerintah daerah mempunyai kewenangan dan kewajiban dalam mengelola ekosistem mangrove sesuai dengan kondisi dan aspirasi yang berkembang di masyarakat. Koordinasi lintas sektor sangat diperlukan agar proses pembangunan hutan mangrove dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan sehingga pada akhirnya keragaman jenis yang ada dapat terus dipertahankan serta fungsi dan manfaatnya dapat dinikmati oleh generasi selanjutnya. Daftar Pustaka BPHM Wilayah I Bali, 2011. Statistik Pembangunan. Balai Pengelolaan Hutan Mangrove Wilayah I, Denpasar – Bali. Hidayatullah, M. dkk, 2012. Kajian Model Kemitraan Pemanfaatan Hutan dan Jenis-Jenis Tumbuhan Mangrove di Manggarai Barat. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Kupang, 2012. Tidak dipublikasikan Hidayatullah, M. dkk, 2013. Kajian Model Pemanfaatan dan Nilai Sosial Ekonomi Mangrove. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan Kupang, 2013. Tidak dipublikasikan Jafar, Suryani, Anbyah dan Jumini, 2007. Analisis Kerusakan Ekosistem Mangrove dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi di Perairan Teluk Kupang - Kota Kupang. LIPI. Noor, Y. R, Khazali, M dan Suryadiputra, I. N. N, 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands International.
Seno, A, 2012. Potensi Mangrove di Taman Nasional Komodo. Diakses di situs resmi Taman Nasional Komodo : http://komodopark.com/images/downloads/Potensi_Mangrove_di_Taman_Nasional_Komodo.pdf diakses pada tanggal 6 Februari 2014. Talib, M. F, 2008. Struktur dan Pola Zonasi (Sebaran) Mangrove serta Makrobentos yang Berkoeksistensi di Tanah Merah dan Oebelo Kecil kabupaten Kupang. Skripsi pada Program Studi Ilmu dan Tekologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan, IPB.