IV. METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan
Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan karena daerah ini merupakan salah satu daerah di Kota Bogor, disamping wilayah Kecamatan Bogor Selatan yang petaninya mengembangkan usahatani padi organik. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret - April 2011. 4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani padi organik dan anorganik yang berada di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede yang dipandu dengan kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari penelusuran karya-karya ilmiah yang terkait dengan penelitian dan data-data yang diperoleh dari kantor Kelurahan Sindang Barang, Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Badan Pusat Statistika, dan media komunikasi internet. 4.3
Metode Pengambilan Sampel Pada penelitian ini, responden yang diambil adalah petani padi organik
dan petani padi anorganik yang berada di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat. Jumlah petani responden yaitu 44 orang yang terdiri dari 22 petani padi organik dan 22 petani padi anorganik. Pengambilan sampel petani padi organik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede dilakukan dengan menggunakan metode sensus dengan jumlah responden masing - masing sebanyak 17 dan 5 petani, sedangkan pengambilan sampel petani
padi anorganik di Kelurahan Sindang Barang dan Situ Gede masing - masing dilakukan dengan menggunakan metode sensus dan purposive sampling (secara tertuju) dengan jumlah responden masing-masing sebanyak 10 dan 12 petani dari 34 petani dengan kriteria petani yang menjadi responden adalah petani yang berada dalam satu kelompok tani. Pengambilan sampel secara sensus dicirikan oleh pengambilan seluruh populasi sebagai sampel penelitian. Penggunaan metode sensus didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu jumlah populasi padi organik di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede relatif kecil, dapat memperoleh informasi yang lengkap tentang ciri dan sifat populasi petani padi organik, dan dapat menghasilkan gambaran yang lengkap dan dapat dipercaya tentang usahatani padi organik yang dilakukan petani padi organik di lokasi penelitian (Usman dan Abdi, 2009), sedangkan pengambilan sampel secara purposive dilakukan dengan mengambil responden yang terpilih oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel tersebut (Nasution, 2003). Secara rinci pengambilan sampel petani padi organik dan petani padi anorganik dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pengambilan Sampel Petani Padi Organik dan Anorganik Responden Organik Anorganik Jumlah
4.4
Kelurahan Sindang Barang 17 10 27
Kelurahan Situ Gede 5 12 17
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder dalam
penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif (deskriptif) dengan cara memberikan gambaran mengenai struktur biaya, pendapatan, R-C rasio dan uji beda pendapatan petani padi organik dan padi anorganik yang dilakukan
38
ditempat penelitian. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis terhadap biayabiaya yang dikeluarkan, penerimaan yang diperoleh, dan pendapatan usahatani padi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer (Microsoft Excel dan SPSS). 4.4.1
Analisis Struktur Biaya Analisis struktur biaya dilakukan dengan mengelompokkan biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk memproduksi padi organik dan padi anorganik yang terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Selain itu, biaya dalam kegiatan usahatani juga dibedakan antara biaya tunai dan biaya tidak tunai (Hernanto, 1989). Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai untuk keperluan usahatani seperti biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja luar keluarga, bagi hasil untuk petani penggarap, pengairan (ulu-ulu), sewa traktor, sewa kerbau dan pajak tanah untuk petani pemilik, sedangkan biaya tidak tunai adalah biaya yang diperhitungkan dalam kegiatan usahatani seperti biaya penyusutan alat pertanian dan biaya tenaga kerja dalam keluarga. Secara rinci struktur biaya usahatani padi organik dan padi anorganik dapat dilihat pada Tabel 5. Biaya penyusutan alat-alat pertanian dapat diperhitungkan dengan cara membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai. Untuk menghitung biaya penyusutan dapat menggunakan beberapa metode, salah satunya adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan diasumsikan tidak laku bila dijual.. Persamaan biaya penyusutan dapat dirumuskan sebagai berikut :
39
Tabel 5. Struktur Biaya Usahatani Padi Organik dan Anorganik Komponen Biaya
Organik Nilai Persentase (Rp) (%)
Anorganik Nilai Persentase (Rp) (%)
A. Biaya Tunai Biaya Tetap - Pengairan (ulu-ulu) - Sewa Traktor - Sewa Kerbau - Pajak* Sub Total Biaya Variabel - Benih - Pupuk - Pestisida - Tenaga kerja luar keluarga - Bagi Hasil** Sub Total Total Biaya Tunai B. Biaya Tidak Tunai Biaya Tetap - Penyusutan Alat Pertanian - Tenaga Kerja Dalam Keluarga Total Biaya Tidak Tunai Total Biaya
Keterangan : *) petani pemilik **) petani penggarap 4.4.2
Analisis Pendapatan Pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan usahatani
dengan total pengeluaran usahatani yang merupakan nilai semua input yang dikeluarkan dalam proses produksi (Soekartawi, 1986). Persamaan pendapatan usahatani dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :
Dimana
: i = 1 = tunai i = 2 = tidak tunai
40
Keterangan:
P TR TC
= Pendapatan (Rp) = Total penerimaan (Total Revenue) (Rp) = Total biaya (Total Cost) (Rp)
Penerimaan usahatani merupakan perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual (Soekartawi, 1995). Adapun rumus penerimaan adalah sebagai berikut :
Keterangan :
TR Q P
= Total penerimaan (Rp) = Produksi yang diperoleh dalam suatau usahatani (Kg) = Harga jual produksi per unit (Rp/ kg)
Biaya total usahatani merupakan penjumlahan biaya variabel dan biaya tetap (Soekartawi, 1995). Adapun rumus biaya total adalah sebagai berikut :
Keterangan : TC = Total biaya (Rp) TVC = Total biaya variabel (Rp) TFC = Total biaya tetap (Rp) 4.4.3 Analisis R – C Rasio Analisis return cost (R-C) ratio adalah perbandingan antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis R-C ratio bertujuan untuk mengetahui apakah usahatani tersebut layak untuk diusahakan atau tidak. Persamaan R-C ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bila nilai R-C rasio yang diperoleh lebih dari satu, maka usahatani tersebut dapat dikatakan layak atau menguntungkan, apabila nilai R-C rasio yang diperoleh kurang dari satu, maka usahatani tersebut dapat dikatakan tidak layak atau tidak menguntungkan dan apabila nilai R-C rasio yang diperoleh sama dengan satu, maka usahatani tersebut impas.
41
4.4.4
Uji Beda Dua Sampel Bebas (Independent Samples T Test) Uji beda dua sampel bebas (Independent Sample T Test) merupakan salah
satu jenis uji perbedaan dua mean yang digunakan untuk menguji kesamaan ratarata dari dua sampel yang saling bebas atau tidak berpengaruh, dimana peneliti tidak memiliki informasi mengenai ragam dari sampel tersebut. Uji t bebas digunakan untuk mengetahui secara statistik apakah terdapat perbedaan yang nyata terhadap pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total antara usahatani padi organik dan usahatani padi anorganik, karena walaupun secara nominal pendapatan petani tersebut tidak sama, namun secara statistik belum tentu berbeda (Nazir, 1988). Asumsi yang digunakan pada pengujian ini adalah sampel menyebar secara normal. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari t hitung dan standar deviasi adalah (Walpole, 1993) :
Keterangan :
đ di Sd n
: Rata-rata selisih pasangan : Contoh responden : Standar deviasi selisih pasangan : Jumlah populasi
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah H0
: Pendapatan petani padi organik = Pendapatan petani padi anorganik
H1
: Pendapatan petani padi organik > Pendapatan petani padi anorganik
42
Level signifikan (α) yang digunakan adalah 5% (0,05). Hipotesis H0 akan ditolak apabila P value < α dan sebaliknya hipotesis H0 akan diterima apabila P value > α. 4.5
Definisi Operasional Definisi yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan melalui konsep
operasional, yaitu sebagai berikut : 1.
Usahatani padi adalah organisasi dari sumberdaya alam (lahan, air, dan cahaya matahari), tenaga kerja, dan modal (sarana produksi) yang ditujukan kepada produksi padi.
2.
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi padi dengan harga jual padi (Rp).
3.
Biaya tetap adalah biaya usahatani padi yang jumlahnya sama walaupun produksi padi yang diperoleh banyak atau sedikit (Rp).
4.
Biaya variabel adalah biaya usahatani padi yang besar kecilnya terkait dengan produksi yang dihasilkan seperti biaya untuk sarana produksi (Rp).
5.
Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai dalam usahatani padi (Rp). Biaya tunai terdiri dari biaya tunai tetap dan biaya tunai variabel. Biaya tunai tetap dapat berupa biaya air, sewa traktor, sewa kerbau dan pajak tanah untuk petani pemilik, sedangkan biaya tunai variabel dapat berupa biaya untuk pemakaian benih, pupuk, pestisida, bagi hasil untuk petani penggarap dan tenaga kerja luar keluarga.
6.
Biaya tidak tunai adalah biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai namun diperhitungkan dalam kegiatan usahatani padi (Rp). Biaya tidak tunai tetap meliputi biaya penyusutan alat pertanian dan tenaga kerja dalam keluarga.
43
7.
Penerimaan usahatani padi adalah hasil perkalian antara jumlah produksi padi yang diperoleh (kg) dengan harga jual produksi padi per unit (Rp/kg).
8.
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi (Rp).
9.
Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan yang diperoleh dari penerimaan total dan biaya tunai (Rp).
10. Pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang diperoleh dari penerimaan total dan biaya total (Rp).
44