ISSN: 2088-687X
127
PENGARUH METODE BELAJAR DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Hasbullah Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta Jl. Nangka No.58C Tanjung Barat Jagakarsa Jakarta,
[email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode belajar terhadap hasil belajar matematika siswa, Untuk mengetahui pengaruh Rasa percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa, dan Untuk mengetahui pengaruh interaksi metode belajar dengan rasa percaya diri terhadap hasil belajar matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode exsperimen. Sampel diambil sebanyak 30 orang siswa dengan 15 siswa kelas kontrol dan 15 siswa kelas exsperimen, dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran angket langsung kepada sampel. Analisis data menggunakan statistika deskriptif seperti mencari mean, median, modus, standar deviasi, dan statistika inferensial. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Ada pengaruh metode belajar terhadap hasil belajar matematika siswa Fhitung (39,107) > Ftabel (4,02). 2) Ada pengaruh rasa percaya diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa dengan Fhitung (9,282) > ttabel (4,02). 3). Ada interaksi metode belajar dengan rasa percaya diri siswa dengan dengan Fhitung (7,431) > Ftabel (4,02). Kata kunci : Metode belajar, Contextual Teaching Learning, Rasa percaya diri dan belajar matematika
Hasil
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of learning method on students' mathematics learning outcomes, to determine the effect of self-confidence of students to mathematics student learning outcomes, and to determine the effect of the interaction with the learning method confidence in mathematics learning outcomes. The method used is the method exsperimen. Samples were taken by 30 students to 15 students in the control class and 15 students of class exsperimen, and the sampling technique is simple random. The data was collected by distributing questionnaires directly to the sample. Data analysis using descriptive statistics such as finding the mean, median, mode, standard deviation, and inferential statistics. The results showed: 1) There is a method of studying the effect on students' mathematics learning outcomes Fcount (39.107)> F table (4.02). 2) There is the influence of students' confidence in mathematics learning outcomes of students with Fcount (9.282)> TTable (4.02). 3). There is a learning method of interaction with the confidence of students with the Fcount (7.431)> F table (4.02). Keywords :
learning method, Contextual Teaching Learning, confidence and Mathematics learning outcomes
Pendahuluan Mengingat abstrak,
maka
objek dalam
matematika
konkret sehingga konsep matematika
pembelajaran
dapat dipahami betul oleh peserta didik,
matematika dimulai dari objek yang AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
apalagi
jika
dikaitkan
dengan
Pengaruh … (Hasbullah)
128
ISSN: 2088-687X
kemampuan
peserta
menggunakan
daya
didik
untuk
seperti yang dikutip oleh Sudjana, dapat
nalarnya
dalam
diamati melalui tiga ranah yaitu :
memecahkan masalah yang ada. Untuk
1. Ranah kognitif: berkenaan dengan
itulah, Depdiknas (2002:6) menyatakan
hasil belajar intelektual yang terdiri
bahawa
dari enam aspek yaitu
”Materi
matematika
dan
pengetahuan
penalaran matematika merupakan dua hal
atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi
analisis, sisntesis, dan evaluasi.
matematika dipahamai melalui penalaran
2. Ranah Afektif: berkenaan dengan
dan penalaran dilatih melalui belajar
hasil belajar sikap yang terdiri dari
materi matematika.”
lima
Sudjana mengemukakan, "Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
aspek
jawaban
yaitu
atau
penerimaan,
reaksi,
penilaian,
organisasi dan internalisasi. 3. Ranah
Psikimotorik
:
berkenaan
pengalaman belajarnya" (Nana Sudjana,
dengan hasil belajar keterampilan dan
2004: 22). Selanjutnya Nasution juga
kemampuan bertindak.
berpendapat : "Hasil Belajar sebagai suatu
perubahan
individu
yang
yang
terjadi
pada
belajar
bukan
saja
Ketiga ranah tersebut menjadi objek
penilaian
Diantara
ketiga
hasil ranah
belajar. itu,
ranah
perubahan mengenai pengetahuan tetapi
kognitiflah yang paling banyak dinilai
juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan,
oleh para dosen di kampus karena
sikap,
dan
berkaitan dengan kemampuan para
penghargaan dalam diri pribadi individu
mahasiswa dalam menguasai isi bahan
yang belajar"(S. Nasution, 1992: 39).
pengajaran.
"Hasil
Senada
pengertian,
belajar
perubahan
penguasaan
adalah
dalam
perubahan-
(Sudjana,
2004:
22-23)
dengan pendapat di atas,
pengetahuan,
Russefendi mengemukakan "Kegiatan
pemahaman keterampilan dan nilai sikap
belajar mencakup tiga aspek, yaitu
yang bersifat konstan/menetap" (Winkel,
kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek
1996: 15).
kognitif
berhubungan
dengan
Dari beberapa pendapat di atas
intelektualitas dan ilmu pengetahuan,
jelaslah bahwa seseorang yang sudah
dan aspek afektif berhubungan dengan
belajar tidak sama keadaannya dengan
sikap
saat ketika belum belajar. Perubahan
122).
tingkah laku yang didapat setelah proses belajar,
menurut
Benjamin
Pengaruh … (Hasbullah)
Bloom
dan minat." (Ruseffendi, 1990:
Hasil
belajar
yang
diperoleh
biasanya berbeda antara siswa yang satu AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
ISSN: 2088-687X
129
dengan yang lainnya. Perbedaan ini
faktor-faktor yang ada pada diri siswa
disebabkan oleh berbagai faktor, antara
sendiri
lain faktor kematangan, latar belakang
lingkungannya.
pribadi masing-masing, sikap dan bakat
mempunyai peranan yang sangat besar
terhadap suatu bidang pelajaran, jenis
dalam menentukan keberhasilan belajar
mata pelajaran, dan sebagainya. Hasil
mahasiswa. Oleh karena itu, siswa yang
belajar di dalam kelas dapat diterapkan
memperoleh
kedalam situasi-situasi di luar kelas.
memuaskan belum bisa disimpulkan
Dengan kata lain, siswa dapat dikatakan
kalau anak tersebut bodoh, sebab masih
berhasil belajar bila ia dapat mentransfer
banyak faktor yang turut menentukan
hasil belajarnya kedalam situasi-situasi
keberhasilan belajarnya.
yang sesungguhnya.
unik
juga
dipengaruhi Kedua
hasil
oleh
faktor
belajar
ini
kurang
Berdasarkan uraian dan beberapa
Belajar merupakan proses yang
pendapat/teori
dimana
disimpulkan bahwa yang dimaksud hasil
mempengaruhi
banyak
faktor
keberhasilan
yang belajar.
belajar
di
atas,
matematik
maka
adalah
dapat
pola-pola
Secara garis besar ada 2 faktor yang
perubahan tingkah laku seseorang yang
mempengaruhi hasil belajar, yaitu:
meliputi
1. Faktor intern, yakni faktor yang ada
dan/atau psikomotor setelah menempuh
pada diri siswa itu sendiri yang
kegiatan belajar matematika yang tingkat
disebut faktor individual. Menurut
kualitas perubahannya sangat ditentkan
Slameto faktor ini dibedakan menjadi
oleh faktor-faktor yang ada dalam diri
tiga faktor, yaitu : "(1) faktor
siswa
jasmaniah, (2) faktor psikologis dan
mempengaruhinya.
(3) faktor kelelahan"(Slameto, 1991: 56)
asfek
dan
kognitif,
lingkungan
Strategi
yang
afektif
sosial
yang
belakangan
ini
dianut tentang belajar antara lain siswa
2. Faktor ekstern, yakni faktor yang ada diluar
pemahamannya.
faktor
kontekstual membantu guru mengaitkan
utama,
antara materi yang diajarkan dengan
yaitu "faktor keluarga, kampus, dan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong
masyarakat"(Slameto, 1991: 62).
siswa
ini
atau
faktor
sendiri
sosial.
Slameto
siswa
mengkontruksikan
menjabarkan
menjadi
tiga
Memperhatikan
lagi
faktor
Pembelajaran
membuat
hubungan
antara
faktor-faktor
pengetahuan yang dimilikinya dengan
tersebut diatas, ternyata keberhasilan
penerapannya dalam kehidupan mereka
belajar siswa selain ditentukan oleh
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
Pengaruh … (Hasbullah)
130
ISSN: 2088-687X
komponen utama pembelajaran efektiif
Pengetahuan dan ketrampilan yang
antara lain: contructivism, questioning,
diperoleh siswa diharapkan bukan
inquiry, learning community, modeling,
hasil mengingat seperangkat fakta-
reflection
assessment
fakta, tetapi hasil dari menemukan
(Rohman, 2003: 14). Tujuh prinsip dalam
sendiri. Guru harus selalu merancang
pembelajaran kontekstual tersebut antara
kegiatan yang merujuk pada kegiatan
lain:
menemukan, apapun materi yang
a.
dan
authentic
diiajarkan.
Kontruktivisme (contructivism) Kontruktivisme landasan
berpikir
pendekatan
CTL,
merupakan (filosofi)
yaitu
bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia
aspek
melalui
konteks
mengandung
observasi,
bertanyya,
berhipotesis, pengumpulan data dan kesimpulan. c. Bertanya (Questioning)
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
Inquiry
Pengetahuan yang dimiliki
yang
seseorang
terbatas dan tiba-tiba. Pengetahuan
bertanya.
bukanlah
stimulus yang mendorong anak untuk
seperangkat
fakta-fakta,
selalu
bermula
Pertanyaan
merupakan
subkonsep atau kaidah yang siap
berpikir
untuk diambil dan diingat. Manusia
memegang peranan penting, sebab
harus mengkontruksi pengetahuan itu
pertanyan dapat memotivasi peran
dan
melalui
serta siswa dalam belajar, seperti
Pengetahuan
yang dikemukakan oleh Hasibuan &
bukanlah sesuatu yang tergantung
Mudjiono (dalam Eryanti, 2002 : 6)
dari yang memiliki pengetahuan.
sebagai
Siswa
memegang peranan penting sehingga
memberi
pengalaman
makna
nyata.
dapat
menciptakan
mengkontruksi sendiri
atau
pengetahuannya
dengan
mencoba
memahaminya
melalui
dan
dari
belajar.
berikut
pertanyaan
dapat
:
Bertanya
Bertanya
membangkitkan
minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap
masalah
yang
sedang
pengalamannya. Segala sesuatu yang
dibicarakann, dapat meningkatkan
kita
telah
pola piker dan belajar secara efektif,
mengkontruksinya sendiri (Heruman,
serta berpikir itu sendiri adalah
2003 : 15).
bertanya. Menurut Tobing ( dalam
tahu,
kita
Eryanti, 2002 : 7) kemampuan
b. Menemukan (Inquiry) Suatu pembelajaran
kegiatan berbasis
Pengaruh … (Hasbullah)
inti
dari
mengajukan
pertanyaan
dapat
CTL. AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
ISSN: 2088-687X
131
meningkatkan kualitas dan kuantitas
membuktikan suatu teorema dapat
hasil proses belajar mengajar.
juga disebut pemodelan. Namun
d. Masyarakat
belajar
(Learning
demikian
pemodelan
dalam
matematika pada dasarnya hanyalah
Community) Learning
community
menyarankan
dan
membimbing
hasil
langkah siswa dalam bekerja dan
pembelajaran diperoleh dari hasil
bukan sebagai tujuan akhir. Dalam
kerja sama dengan orang lain. Dalam
pembelajaran
kelas CTL, guru disarankan selalu
bukan satu-satunya model, teman
melaksanakan pembelajaran dalam
sekelompok atau teman sekelas dapat
kelompok
pula dijadikan model. Di samping itu
dalam
agar
mengarahkan
belajar.
Siswa
dibagi
kelompok-kelompok
anggotanya heterogen,
yang
sehingga
kontekstual, guru
pemmbelajaran memberikan
kontekstual kesempatan
untuk
masing-masing anggota kelompok
meniru dari luar sekolah jika hal itu
bisa
diperlukan.
saling
berinteraksi
dalam
belajar, misalnnya siswa yang satu
f. Refleksi (Reflection)
bisa bertanya pada yang lain dan yang
lain
bisa
Dengan
menjelaskannya.
demikian
pembelajaran
ini
perlu
berpikir kebelakang tentang apa-apa
ada
yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
e. Pemodelan (Modelling)
adalah
dalam
sebuah
keterampilan
tentang apa yang baru dipelajari atau
dalam
komunikasi dua arah.
Pemodelan
Refleksi adalah cara berpikir
atau
aktifitas, atau
CTL
pengetahuan yang baru diterima.
pembelajaran
Guru diharapkan dapat mengaitkan
pengetahuan
materi
yang
dipelajari
dengan
tertentu perlu ada model yang bisa
kehidupan nyata dan mengaitkan
ditiru. Model itu bisa berupa cara
pengetahuan yang dimiliki siswa
mengoperasikan sesuatu, misalnya
dengan pengetahuann yang baru.
guru
contoh
Dengan demikian siswa merasa telah
dengan
memperoleh sesuatu yang berguna
membawa wujud nyata, jadi dalam
bagi dirinya tentang apa yang baru
pemodelan, ada yang bisa ditiru dan
dipelajarinya.
diamati oleh siswa. Di samping itu
dalam
cara guru mendemonstrasikan dalam
pembelajaran
memberikan
mengajarkan
sesuatu
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
Realisasi
pembelajaran, guru
refleksi diakhir
menyisakan
Pengaruh … (Hasbullah)
132
ISSN: 2088-687X waktu sejenak untuk meminta siswa
program pendidikan. (Rahman, 2003
menyatakan,
atau
: 14) Authentic Assessment adalah
langsung
proses pengumpulan berbagai data
tentang apa-apa yang diperolehnya
atau informasi yang autentik, yang
hari itu, catatan atau journal di buku
bias
siswa, diskusi, hasil karya,atau kesan
perkembangan siswa. Data yang
dan
dikumpulkan
menuliskan,
membuat
pernyataan
saran
siswa
mengenai
pembelajaran hari itu. g. Penilaian
assessment
yang
sebenarnya
autentik
adalah
gambaran
dari harus
authentic
diperoleh
dari
kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada
(Authentic Assessment) Penilaian
memberikan
saat
melakukan
pembelajaran.
proses
Penilaian
autentik
suatu istilah yang diciptakan untuk
menghendaki menilai kemampuan
menjelaskan
metode
siswa dengan berbagai cara, tidak
Penilaian
hanya dari ulangan tulis. Penilaian
autentik merupakan penilaian yang
bias terhadap proses kegiatan dan
dapat
laporannya, pekerjaan rumah, kuis,
berbagai
penilaian
alternative.
mengukur
pengetahuan
di
penerapan
dalam
berbagai
karya
siswa,
presentasi
konteks autentik., sehingga yang
penampilan
diukur adalah suatu kemampuan
jurnal, hasil pengamatan, hasil tes
yang
tertulis, dan karya tulis (Rahman,
benar-benar
merupakann
kemampuan sehari-hari yang dimiliki
siswa,
atau
demonstrasi,
2003 : 15).
siswa. Berbeda dengan penilaian
Pembelajaran kontekstual (CTL)
alternative penilaian siswa dilakukan
dapat dijalankan tanpa harus mengubah
sebaliknya
kurikulum dan tatanan yang ada. Oleh
bukan
kemampuan
sehari-hari siswa, misalnya penilaian
karena
terhadap hasil karya yang dibuat
diterapkan
dengan
yang
menengah
khusus dan lama, sehingga berbeda
Tsanawiah
dengan
kesehariannya.
kontekstual, tugas guru adalah membantu
Penilaian autentik bertujuan untuk
siswa mencapai tujuan, dalam hal ini
menyediakan informasi yang benar
guru lebih banyak berurusan dengan
dan akurat mengenai apa yang benar-
strategi dari pada pemberian informasi,
benar diketahui dan dapat dilakukan
tugas guru mengelola kelas sebagai
oleh siswa, atau tentang kualitas
sebuah team yang bekerja sama untuk
pemberian
hasil
Pengaruh … (Hasbullah)
waktu
itu
pembelajaran pada
sekolah
khususnya (MTs).
ini
bisa
dasar
dan
Madrasah
Dalam
kelas
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
ISSN: 2088-687X
133
menentukan sesuatu yang baru datang
pengetahuan
dari menemukan sendiri, bukan dari apa
manusia, melalui interaksi dengan objek,
yang dikatakan guru semata, begitu peran
penomena, pengalamann, dan lingkungan
guru di kelas yang dikelola dengan
mereka.
pendekatan kontekstual (Rahman, 2003 :
dikembangkan
1).
Piaget
Menurut
Wilson
(2001
:
23)
adalah
hasil
Selanjutnya oleh
(dalam
konstruksi
konstruktivisme Piaget.
Dahar,
Menurut
1996
:
12)
pembelajaran kontekstual adalah suatu
Konstruktivisme adalah sustu pandangan
konsep
yang
bahwa pengetahuan itu dibangun di
menolong guru dalam menghubungkan
dalam pikiran siswa. Pengetahuan itu
topic yang diajarkan dengan situasi dunia
tidak dapat ditransfer langsung oleh guru
nyata, sedangkan bagi siswa sebagai
ke dalam pikiran siswa, melainkan
motivasi untuk membuat pengaitan antara
melalui
pengetahuan dengan kehidupannya baik
memerlukan konstruksi aktif siswa, selain
pada keluarga, masyarakat dan aktivitas
itu pembelajaran dalam konstruktivisme
lainnya. Menurut Departemen Pendidikan
tersebut
Nasional
konstruktivisme
bagi
pembelajarann
(2002
kontekstual
:
dapat
7)
pembelajaran
dikatakan
sebagai
sifat
proses
perubahan
dapat
yang
dikatakan
bahwa
menekankan
tentang
dasar bagaimana manusia belajar
sebuah pendekatan pembelajaran yang
dan guru konstruktivis tidak hanya
mengakui
kondisi
semata-mata memberikan pengetahuan
alamiah dari pengetahuan. Pembelajaran
kepada siswa, tetapi siswa sendiri yang
kontekstual bukanllah jenis pendekatan
harus membangun pengetahuan di dalam
baru.
benaknya.
dan
menunjukkan
Filosofi
pendekatan
yang
kontekstual
menndasari sudah
lama
dikembangkan.
Berdasarkan
pemikiran
konstruktivisme tersebut, CTL lahir dan berkembang menjadi suatu strategi baru
Melalui
landasan
filosofis
dalam belajar
konstruksi, CTL) dipromosikan menjadi
Orang yang dikatakan memiliki
alternatif strategi belajar yang baru.
kepercayaan diri ialah orang yang merasa
Konstruktivisme
puas dengan dirinya (Gael Lindenfield
sebagai
pendekatan
pembelajaran yang saat ini menjadi
dalam
paradigma
pendidikan,
gambaran merasa puas terhadap dirinya
sebenarnya merupakan pandangan dalam
adalah orang yang merasa mengetahui
filsafat
dan mengakui terhadap ketrampilan dan
baru
yang
dalam
dikemukakan
oleh
Kamil,
1998:
Adapun
Giombatista Vico (dalam Rustandi, 2002
kemampuan
:
bahwa
mampu menunjukkan keberhasilan yang
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
Pengaruh … (Hasbullah)
9)
yang
berpandangan
yang
3).
dimilikinya,
serta
134
ISSN: 2088-687X
dicapai dalam kehidupan bersosial. Untuk
tujuan
mencari atau menggali definisi yang
dilakukan,
akurat tentang percaya diri, maka harus
direncanakan akan dilakukan dengan
menganalisis
unsur-unsurnya
keyakinan
yang khas. Hal ini dilakukan dengan
mencapai
mendaftarkan sifatsifat dan ketrampilan-
ditetapkannya.
tentang
ketrampilan hasil pengamatan terhadap
hidup
yang
mampu
sehingga
akan
apa
berhasil
tujuan
atau
yang
untuk yang
akan telah
Menurut Hakim (2005: 5-6) ciri-
orang yang memiliki tingkat kepercayaan
ciri orang yang percaya diri antara lain :
diri yang tinggi.
1.
Menurut kepercayaan
Angelis
diri
(2000:
merupakan
10) suatu
mengerjakan segala sesuatu; 2.
keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi
Selalu bersikap tenang di dalam
Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai;
3.
Mampu
menetralisasi
ketegangan
dengan berbuat sesuatu. Kepercayaan diri
yang muncul di dalam berbagai
itu lahir dari kesadaran bahwa jika
situasi;
memutuskan untuk melakukan sesuatu,
4.
sesuatu itu pula yang harus dilakukan. Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran
seorang
individu
Mampu
menyesuaikan
diri
dan
berkomunikasi di berbagai situasi; 5.
bahwa
Memiliki kondisi mental dan fisik yang
individu tersebut memiliki tekad untuk
cukup
menunjang
penampilannya;
melakukan apapun, sampai tujuan yang ia
6.
Memiliki kecerdasan yang cukup;
inginkan tercapai.
7.
Memiliki tingkat pendidikan formal
Menurut Hakim (2005: 6), rasa percaya
diri
yaitu
seseorang
terhadap
kelebihan
yang
suatu
keyakinan
segala dimilikinya
yang cukup; 8.
aspek
Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya,
dan
misalnya
keyakinan tersebut membuatnya merasa
ketrampilan
berbahasa
asing;
mampu untuk bisa mencapai berbagai
9.
tujuan di dalam hidupnya. Jadi, dapat
10. Memiliki latar belakang pendidikan
dikatakan
bahwa
seseorang
yang
Memiliki kemampuan bersosialisasi;
keluarga yang baik;
memiliki kepercayaan diri akan optimis
11. Memiliki pengalaman hidup yang
di dalam melakukan semua aktivitasnya,
menempa mentalnya menjadi kuat
dan mempunyai tujuan yang realistik,
dan tahan di dalam menghadapi
artinya individu tersebut akan membuat
berbagai cobaan hidup;
Pengaruh … (Hasbullah)
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
ISSN: 2088-687X
135
12. Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi
berbagai
dengan menghindari tanggung jawab
masalah,
atau
mengisolasi
diri,
yang
misalnya dengan tetap tegar, sabar,
menyebabkan rasa tidak percaya
dan
dirinya semakin buruk.
tabah
dalam
menghadapi
persoalan hidup.
Berdasarkan beberapa pengertian
Menurut Hakim (2005: 8-9) ciri-
tersebut maka dapat ditarik kesimpulan
ciri orang yang tidak percaya diri antara
bahwa rasa percaya diri adalah kesadaran
lain :
individu akan kekuatan dan kemampuan
1.
Mudah cemas dalam menghadapi
yang dimilikinya, meyakini adanya rasa
persoalan dengan tingkat kesulitan
percaya dalam dirinya, merasa puas
tertentu;
terhadap dirinya baik yang bersifat
2.
3.
Memiliki
kelemahan
atau
batiniah
5.
6.
8.
9.
dapat
bertindak sesuai dengan kapasitasnya
sosial, atau ekonomi;
serta mampu mengendalikannya.
Sulit
menetralisasi
timbulnya
Metode Penelitian Tujuan
penelitian,
untuk
Gugup dan kadang-kadang bicara
memperoleh model pembelajaran yang
gagap;
paling
Memiliki latar belakang pendidikan
kreativitas berpikir siswa, maka metode
keluarga kurang baik;
penelitian yang digunakan adalah metode
Memiliki
perkembangan
yang
efektif
dalam
memperbaiki
eksperimen.
kurang baik sejak masa kecil; 7.
jasmaniah,
kekurangan dari segi mental, fisik,
ketegangan di dalam suatu situasi; 4.
maupun
Donald Ary (1997 : 404 ) dalam
Kurang memiliki kelebihan pada
sebuah
bidang
tahu
Dalam Pendidikan , Surabaya, Usaha
bagaimana cara mengembangkan diri
Nasional. Mengatakan bahwa metode
untuk memiliki kelebihan tertentu;
eksperimen dilakukan untuk menguji
Sering menyendiri dari kelompok
interaksi
yang dianggapnya lebih dari dirinya;
dengan disain faktoral. Dalam penelitian
Mudah putus asa;
ini
tertentu
dan
tidak
10. Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah;
bereaksi
menghadapi
negatif
masalah,
dSiain
“Pengantar
antara
variable
Penelitian
penelitian
yang dipilih disesuaikan
dengan hipotesis yang akan diuji, salah satu hipotesis yang akan diuji adalah
11. Pernah mengalami trauma; 12. Sering
buku
mengidentifikasikan dalam
apakah
terdapat
interaksi antara metode belajar dan rasa
misalnya
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
Pengaruh … (Hasbullah)
136
ISSN: 2088-687X
percaya
diri
terhadap
hasil
belajar
A1
: Metode Konvensional
A2
: Metode Kontekstual
B
: Rasa Percaya Diri
bahwa apabila hipotesis yang akan diuji
B1
: Rasa Percaya Diri Tinggi
adalah hipotesis interaksi maka pengujian
B2
: Rasa Percaya Diri Sedang
hipotesis tersebut hanya dapat dilakukan
Y
: Hasil Tes Belajar Siswa
matematika siswa. Hal ini didasarkan atas asumsi
dengan menggunakan disain factor (
Pembahasan dan Hasil Penelitian
Donald Ary, 1977 : 338 ). Mengacu pada
Hasil
penelitian
menunjukkan
banyaknya variable dan sub variable yang
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
ada dalam penelitian , maka digunakan
siswa dalam pelajaran matematika bila
disain
ditinjau dari metode pembeljaran CTL,
factor
2x2,
variable-variabel
tersebut diantaranya adalah :
metode
1. Variabel Bebas, yaitu :
motivasi
a. Metode Pembelajaran ( A )
konvensional
1. Pengaruh
b. Rasa Percaya Diri ( B )
pada matematika.
CTL
dengan
konvensional terhadap hasil belajar
Dari
hasil
penelitian kelompok
adalah hasil belajar matematika siswa
menunjukkan
bahwa
kelas
penggunaan
metode
SMKN
metode
matematika.
Dalam hal ini variable terikat
XI
tingkat
penggunaan
pembelajaran
2. Variabel terikat, yaitu Hasil Belajar
dan
1
Rangkasbitung.
belajar
Sedangkan Variabel bebasnya adalah
matematika antara metode CTL dan
metode pembelajaran yang digunakan
konvensinal diperoleh Fhitung= 39.107.
guru
Ftabel=
dalam
menyampaikan
materi
pelajaran pada siswa.
2,87.
Dengan
demikian
hipotesis pertama teruji kebenarannya
Tabel 1. Skema disain faktoral 2x2
secara signifikan dan dapat diterima. Sehingga dapat disimpulkan terdapat
A A-1
A-2
∑B
B-1
Y11
Y12
Y10
B-2
Y21
Y22
Y20
∑A
Y01
Y02
Y00
B
perbedaan pengaruh yang signifikan penggunaan
metode
CTL
dan
konvensional terhadap hasil belajar matematika. Rata-rata hasil belajar matematika yang di ajar dengan menggunkan
CTL
lebih
tinggi
Keterangan : A
: Metode Pembelajaran
Pengaruh … (Hasbullah)
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
ISSN: 2088-687X daripada
137
yang
di
ajar
dengan
menggunkan metode konvensional.
apa
yang
dipelajari,
sehingga
terbentuk dan terfungsikan sebagai
Dari hasil analisis deskriptif, diperoleh hasil belajar matematika siswa yang di ajar dengan metode CTL dperoleh hasil: skor terendah 65,
milik nurani siswa yang berguna dalam kehidupannya (etos). 2. Pengaruh
Rasa
Percaya
Diri
terhadap Hasil Belajar Mateatika
skor tertinggi 100, skor rata-rata
Dari
hasil
penelitian
sebesar 83,33, median sebesar 82.50,
menunjukkan bahwa motivai belajar
modus sebesar 80, dan simpangan
matematika antara rasa percaya diri
baku sebesar 1,847. Sedangkan pada
tinggi dan rendah
kelompok siswa yang di ajar dengan
9.292. Ftabel= 2,87. Dengan demikian
menggunkan
konvensional
hipotesis pertama teruji kebenarannya
diperoleh hasil belajar matimatika:
secara signifikan dan dapat diterima.
skor terendah 55, skor tertinggi 85,
Sehingga dapat disimpulkan terdapat
skor rata-rata 70.33, median sebesar
perbedaan pengaruh yang signifikan
70, modus sebesar 65 dan simpangan
motivasi tinggi dan rendah terhadap
baku 1.417. dari data tersebut terihat
hasil belajar matematika. Rata-rata
bahwa selain teruji
hasil belajar matematika dengan rasa
metode
hasil
belajar
matematika siswa yang di ajar dengan
percaya
diri
metode CTL lebih tinggi
daripada
yang
secara
signifikan dari pada yang di ajar
Penggunaan
teory
metode
tinggi rasa
lebih
tinggi
percaya
diri
rendah.
dengan metode konvensional Berdasarkan
diperoleh Fhitung=
Berdasarkan teori, rasa percaya bab
II,
diri merupakan modal dasar untuk
pembelajaran
pengembangan dalam aktualisasi diri.
yang tepat dapat membuat siswa lebih
Hal
kreatif. Hal ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan
diungkapkan Rohman bahwa. Dengan
kepercayaain diri yang positif bisa
demikian akan tercipta pembelajaran
mencapai berbagai tujuan di dalam
yang
lebih
ini
sesuai oleh
dengan hakim
yang bahwa
menekankan
pada
hidupnya. Dengan percaya diri akan
siswa
aktif.
mampu mengenal dan memahami diri
Pembelajaran tidak hanya sekedar
sendiri. Sementara itu, kurang percaya
menekankan
penguasaan
diri dapat menghambat pengembangan
pengetahuan (logos), tetapi terlebih
potensi diri. Jadi orang yang kurang
pada penekanan internalisasi tentang
percaya diri akan menjadi orang yang
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
Pengaruh … (Hasbullah)
pemberdayaan
pada
secara
138
ISSN: 2088-687X
pesimis dalam menghadapi tantangan,
matematika
takut
untuk
diperoleh Fhitung= 7.431. Ftabel= 2,87.
bimbang
Dengan demikian hipotesis ketiga
dalam menentukan pilihan dan sering
teruji kebenarannya secara signifikan
membanding-bandingkan
dan dapat diterima. Sehingga dapat
dan
ragu-ragu
menyampaikan
gagasan,
dirinya
dan
motivasi
dengan orang lain. Dalam proses
disimpulkan
belajar siswa untuk mencapai tujuan
penggunaan Metode belajar dan rasa
yang
percaya diri terhadap hasil belajar
diharapkan
pengembangan
tentunya
diri
sangatlah
sintesis
(membuat
Berdasarkan teory bab II, Rasa percaya diri seperti ini akan tercipta
paduan baru dan utuh), penerimaan,
jika
penghayatan, keterampilan bergerak
pembelajaran
dan
membosankan.
bersikap,
kecakapan
ekspresi
interaksi
matematika
dibutuhkan siswa dalam hal melalui pemahaman,
terdapat
belajar
guru
mengkondisikan
situasi
yang
tidak
Melalui
motivasi
verbal dan nonverbal dan sebagainya.
belajarnya,
Percaya diri sebagai suatu keyakinan
mengkondisikan pembelajaran di kelas
seseorang
menjadi
dengan
sukses
mampu
guru
sebuah
dan
siswa
aktivitas
yang
berperilaku seperti yang dibutuhkan
menyenangkan. Jadi rasa percaya diri
untuk
yang
mengakibatkan
hasil
yang
efektif
dan
adalah
diharapkan. Dari definisi ini dapat kita
memotivasikan
lihat bahwa optimisme adalah faktor
belajar giat berdasarkan kebutuhan
atau unsur penting yang harus dimiliki
ilmu mereka masing-masing secara
oleh
memuaskan, yakni kebutuhan akan
individu
kepercayaan
yang
diri,
memiliki
sedangkan
hal
pengetahuan
para
efisien
yang
siswa
cukup
untuk
bagi
tersebut merupakan pemicu utama
keperluan siswa, kebahagiaan hidup,
dalam pencapaian prestasi atau hasil
kemajuan diri dan sebagainya.
yang diharapkan.
Selain Metode Pengajaran ada Penggunaan
faktor lain yang dapat mempengaruhi
Metode Belajar dan Rasa Percaya
hasil belajar siswa yaitu kepercayaan
Diri
diri. Kepercayaan diri merupakan
3. Pengaruh
Interaksi
terhadap
Hasil
Belajar
modal dasar untuk pengembangan
Matematika Dari
hasil
penelitian
dalam aktualisasi diri. Dengan percaya
menunjukkan
bahwa
kelompok
diri
penggunaan
metode
Pengaruh … (Hasbullah)
belajar
akan
mampu
mengenal
dan
memahami diri sendiri. Sementara itu, AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
ISSN: 2088-687X
139
kurang percaya diri dapat menghambat
1. Terdapat pengaruh Metode belajar
pengembangan potensi diri. Jadi orang
(A)
terhadap
Hasil
yang kurang percaya diri akan menjadi
Matematika siswa (Y).
belajar
orang yang pesimis dalam menghadapi
2. Terdapat pengaruh Rasa Percaya Diri
tantangan, takut dan ragu-ragu untuk
(B) terhadap hasil belajar matematika
menyampaikan
siswa (Y).
gagasan,
bimbang
dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan
dirinya
dengan orang lain. Dalam
3. Terdapat Interaksi antara
metode
belajar ( A ) dengan rasa percaya diri siswa ( B ). Dengan Pola interaksi
belajar
siswa
a. Hasil belajar matematika yang di
tujuan
yang
ajar dengan metode CTL dan
diharapkan tentunya pengembangan
Rasa Percaya Diri tinggi lebih
diri sangatlah dibutuhkan siswa dalam
tinggi dibandingkan dengan hasil
hal
belajar
untuk
proses
mencapai
melalui
pemahaman,
sintesis
yang di
ajar
dengan
(membuat paduan baru dan utuh),
Metode CTL dan Rasa Percaya
penerimaan,
Diri rendah.
penghayatan,
keterampilan bergerak dan bersikap, kecakapan
ekspresi
dan
ajar dengan Metode Konvensional
nonverbal dan sebagainya. Percaya
dan Rasa Percaya Diri tinggi lebih
diri sebagai suatu keyakinan seseorang
tinggi dibandingkan dengan hasil
dengan sukses mampu berperilaku
belajar Metode Konvensional dan
seperti
Rasa Percaya Diri rendah.
yang
verbal
b. Hasil belajar matematika yang di
dibutuhkan
untuk
mengakibatkan hasil yang diharapkan
c. Hasil belajar matematika yang di ajar dengan Metode CTL dan
Kesimpulan ini,
Rasa Percaya Diri rendah lebih
penulis uraikan secara singkat hasil
tinggi dibandingkan dengan hasil
penelitian yang diperoleh di lapangan.
belajar metode konvensional dan
Setelah diadakan penelitian dan analisis
Rasa Percaya Diri rendah.
Pada
data tentang
bagian
kesimpulan
Pengaruh Metode Belajar
dan Rasa Percaya Diri Terhadap Hasil
Pustaka Abin
Syamsuddin.
1996.
Psikologi
Belajar Matematika Siswa dapat ditarik
Kependidikan Perangkat Sistem
kesimpulan sebagai berikut :
Pengajaran Modul. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
Pengaruh … (Hasbullah)
140
ISSN: 2088-687X Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
Arifin,
Zaenal.
1991.
Evaluasi
Pembelajaran. Jakarta : Rineka
Jakarta
:
Cipta.
Instruksional.
Bina
Aksara.
Edmonson, Katilerine M. 2000. Concept
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar- Dasar Evaluasi
Pendidikan.
Mapping for The development of
Jakarta:
medical
Rineka Cipta. Borg,
Journal
Walter
R.1983.
Educational
Research
an
Introduction.
Newyork: Longman.
Educational
Physicology. American
Book
Company.
Pembelajaran.
Semarang:
CV.IKIP Semarang Press. Angelis,
in
science
Metode
Problem
teaching, vol. 32. Farida,
I.
(2005).
meningkatkan
Barbara.
kemampuan
pemecahan masalah matematik siswa. Makalah : tidak diterbitkan. Hamalik,
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan
De
research
Newyork:
Centered Learning sebagai upaya
Crow Lester D and Crow Alice. 1963.
Newyork:
curricula.
U.
2003.
Proses
Belajar
Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Hafriani.
2004.
Mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah
2000.
Self
matematika mahasiswa melalui
Confident: Percaya Diri Sumber
Problem
Kesuksesan
Makalah : tidak diterbitkan.
Dan
Kemandirian.
Jakarta. Gramedia Pustaka. Depdiknas.
2002.
Kontekstual
(
Didasmen,
Contextual
Swara.
Direktorat
(Pembelajaran
dan
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Meistasari,
______. 2002. Manajemen Peningkatan berbasis
Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta. Puspa
Sekolah Lanjutan Pertama
mutu
Learning.
Pendekatan
Teaching and Learning Jakarta: Dirjen,
Centered
sekolah
MT.
1995.
Bagaimana
Meningkatkan Rasa Percaya Diri. Jakarta. Bina Putra Aksara.
Pengajaran
Rochyani, I. A. S. 2004. Meningkatkan
Kontekstual). Jakarta. Direktorat
Kreativitas Siswa SMA Melalui
Jendral Pendidikan Dasar dan
Pembelajaran
Menengah Pertama. Jakarta.
Berbasis Masalah pada Pokok Bahasan
Pengaruh … (Hasbullah)
Matematika
Program
Linier.
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
ISSN: 2088-687X Makalah.
141 Jakarta
:
tidak
diterbitkan Rianto,
Yatim. Penelitian
Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
1996.
Metodologi
pendidikan
suatu
_________. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar
Matematika.
Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC
Bandung:Remaja
Surabaya.
Offset.
Rusefendi,
E.T.
1998.
Pengajaran
Suherman,
E.
1996.
Rosdakarya
Model-Model
Matematika Modern. Bandung:
Pembelajaran
Tarsito
Makalah : tidak diterbitkan
Slameto.
2001.Evaluasi
Matematika.
Pendidikan.
Salatiga: Bumi Aksara.
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014
Pengaruh … (Hasbullah)
142
Pengaruh … (Hasbullah)
ISSN: 2088-687X
AdMathEdu | Vol.4 No.2 | Desember 2014