ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
PENGARUH KOMISARIS INDEPENDEN DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM TERHADAP PENGUNGKAPAN INTELLECTUAL CAPITAL DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012) Reskino UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
[email protected] Lyandra Aisyah Margie UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT This research is aimed to analyze and get empirical evidence about the effect of independent commissioners and share ownership structure to intellectual capital disclosure on manufacture companies in Indonesia. This research is done at manufacture company which are listed at Indonesia Stock Exchange for 2010-2012. This research uses purposive sampling, it was found that 117 companies as the research sample. Researches analysis uses classical assumption test, Moderated Regression Analysis (MRA) and hypothesis testing. The results of analysis using moderated regression are it can be seen that simultaneous, independent commissioner and ownership structure affect the disclosure of intellectual capital, and profitability variables moderate the independent commissioner and ownership structure on the disclosure of intellectual capital. But partially, independent commissioner and ownership structure has no effect on the disclosure of intellectual capital, and profitability variables can’t moderate independent commissioner and ownership structure on the disclosure of intellectual capital. Keywords: Intellectual Capital, Independent Commissioner, Ownership Structure, Profitability
PENDAHULUAN Globalisasi dan inovasi teknologi pada saat ini melahirkan fenomena baru dalam struktur perekonomian global, dimana perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak yang cukup signifikan terhadap suatu bisnis dan penentuan strategi bersaing. Persaingan bisnis yang ketat memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Agar perusahaan terus bertahan, perusahaan-perusahaan harus dengan cepat mengubah strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based business) menuju knowledge based business (bisnis berdasarkan pengetahuan), sehingga karakteristik utama perusahaannya menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan (Sawarjuwono, 2003). Para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan organisasi dan sumber daya organisasi yang dimilikinya. Oleh karena itu organisasi bisnis semakin menitik beratkan pentingnya aset pengetahuan sebagai salah satu bentuk dari aktiva tidak berwujud. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1214
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Menurut Guthrie dan Petty (dalam Rahardian dan Meiranto, 2011) salah satu pendekatan yang digunakan untuk menilai dan mengukur aset pengetahuan adalah intellectual capital. Kegunaan intellectual capital sebagai salah satu instrumen untuk menentukan nilai perusahaan telah menarik perhatian akademisi dan praktisi. Hal ini telah menimbulkan tantangan bagi para akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan (Sawarjuwono, 2003). Di Indonesia, fenomena pengungkapan intellectual capital masih bersifat voluntary. Sampai saat ini belum ada pengelompokkan komponen intellectual capital yang dapat diterima bersama dan belum ada pola khusus pengungkapan intellectual capital, namun demikian terdapat perkembangan konsep intellectual capital di Indonesia dengan adanya regulasi yaitu PSAK No.19 (revisi 2009) tentang aset tak berwujud (Yuniasih et al., 2011) Intellectual capital masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Hal ini disebabkan karena perusahaan-perusahaan di Indonesia masih banyak yang menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya, dan perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih kepada human capital, structural capital, maupun customer capital. Apabila perusahaan-perusahaan tersebut mengikuti perkembangan yang ada, yaitu manajemen berbasis pengetahuan, maka perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat bersaing secara kompetitif melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh intellectual capital yang dimiliki perusahaan. Sehingga mendorong terciptanya produk-produk yang favourable bagi konsumen (Abidin dalam Sawarjuwono, 2003). Hal menarik yang menyebabkan penelitian ini dilakukan karena: pertama, untuk mencari informasi yang lebih rinci tentang pengelolaan intellectual capital mulai dari pengikhtisaran, pengukuran sampai pengungkapannya dalam laporan keuangan perusahaan. Kedua, pengungkapan intellectual capital hingga saat ini masih bersifat sukarela sehingga tidak semua perusahaan melakukan pengungkapan pada tingkat yang sama. Berbagai penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk meneliti informasi pengungkapan intellectual capital oleh perusahaan didalam annual report. Taliyang et al., (2011) menemukan bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi pengungkapan intellectual capital. Hasil yang berbeda dinyatakan oleh penelitian Marisanti (2012) yang menyatakan bahwa hubungan profitabilitas terhadap intellectual capital menunjukkan hasil yang signifikan. White et al., (dalam Istanti, 2009) menemukan bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Permatasari (2010) juga menemukan bahwa proporsi komisaris independen merupakan variabel yang berpengaruh positif signifikan. Selanjutnya Artinah (2013) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Taliyang (2011) juga menemukan bahwa struktur kepemilikan memiliki hubungan signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian White et al., dalam penelitian White et al., (2007) sejumlah variabel independen digunakan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sukarela intellectual capital meliputi konsentrasi kepemilikan, tingkat leverage, dewan independen (komisaris independen), umur perusahaan dan ukuran perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh White et al., (dalam Istanti, 2009) adalah (a) perusahaan yang diteliti bukan perusahaan bioteknologi, melainkan perusahaan manufaktur, karena di Indonesia belum ada penggolongan secara spesifik tentang kriteria perusahaan bioteknologi, (b) penelitian ini hanya menggunakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1215
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
variabel komisaris independen dan struktur kepemilikan, (c) dalam penelitian ini ditambahkan profitabilitas sebagai variabel moderating. Profitabilitas sebagai variabel moderating digunakan dalam penelitian ini karena penelitian profitabilitas sebagai variabel moderator terhadap faktor yang mempengaruhi pengungkapan intellectual capital belum ditemukan pada literatur di Indonesia. Penelitian ini bermaksud menguji apakah profitabilitas memperkuat atau memperlemah pengaruh komisaris independen dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Alur berpikir penulis adalah secara teoritis semakin rendah tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka semakin kuat pula hubungan pengungkapan intellectual capital dengan variabel independen yang diuji. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Agency Theory Teori keagenan menjelaskan hubungan antara owner dengan pengelola perusahaan yang mempublikasikan annual report perusahaan. Stakeholder adalah pihak yang membutuhkan informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja perusahaan serta informasi yang mendukung prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Manajer adalah pihak yang mengelola informasi mengenai perusahaan, baik kondisi keuangan maupun non keuangan. Pengelolaan informasi yang dipublikasikan oleh perusahaan dapat menimbulkan adanya masalah asimetri informasi karena manajer dapat mengendalikan informasi yang akan dipublikasikan (Jensen dan Meckling dalam Wardani, 2009) Yuniasih et al., (2011) menjelaskan bahwa masalah asimetri informasi erat hubungannya dengan teori keagenan. Adanya tata kelola yang baik diharapkan dapat mengurangi konflik dengan memperkecil asimetri informasi. Salah satu cara mengurangi asimetri informasi yaitu dengan melakukan pengungkapan yang lebih luas. Dengan melakukan pengungkapan intellectual capital, perusahaan dapat mengatasi masalah asimetri informasi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul. Signaling Theory Teori sinyal menjelaskan bagaimana seharusnya sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (prinsipal). Perusahaan melakukan pengungkapan terhadap intellectual capital dengan harapan dapat mengirimkan sinyal positif kepada pihak eksternal perusahaan bahwa perusahaan pada masa sekarang sedang berinvestasi dalam bentuk intellectual capital yang diharapkan akan memberikan keuntungan ekonomi untuk perusahaan dimasa yang akan datang sehingga pada akhirnya meningkatkan nilai dan reputasi perusahaan. Dengan nilai dan reputasi perusahaan yang bagus dimata pihak eksternal, maka akan mendorong pihak eksternal untuk berinvestasi kedalam perusahaan (Marisanti, 2012). Intellectual Capital Istilah intellectual capital pertama kali ditemukan oleh Galbraith yang menulis surat yang ditujukan kepada teman sejawatnya, Kalecki, pada tahun 1969. Dalam tulisannya, Galbraith mengemukakan berikut ini :”I wonder if you realize how much those of us the world around have owed to the intellectual capital you have provided over these last decades” (Hudson dalam Purnomosidhi, 2005). Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1216
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Secara ringkas Smedlund dan Poyhonen (dalam Rupidara, 2005) mewacanakan intellectual capital sebagai kapabilitas organisasi untuk menciptakan, melakukan transfer, dan mengimplementasikan pengetahuan. Sementara Heng (dikutip oleh Sangkala dalam Istanti, 2009) mengartikan intellectual capital sebagai aset berbasis pengetahuan dalam perusahaan yang menjadi basis kompetensi inti perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing. Valentine (dalam Istanti, 2009) mendefinisikan intellectual capital sebagai hasil dari proses transformasi pengetahuan itu sendiri yang di transformasikan dalam aset yang bernilai bagi perusahaan. Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa intellectual capital merupakan suatu konsep yang dapat memberikan sumber daya berbasis pengetahuan baru dan mendeskripsikan aktiva tak berwujud yang jika digunakan secara optimal memungkinkan perusahaan untuk menjalankan strateginya dengan efektif dan efisien. Dengan demikian intellectual capital merupakan pengetahuan yang memberikan informasi tentang nilai tak berwujud perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing. Perumusan Hipotesis Dengan mengacu pada agency theory, Jensen dan Smith (1984) berargumen bahwa hubungan kontraktual antara principals dan agents dimana pihak principals adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Smith, 1984).dan Signaling theory dalam penelitian ini, digunakan dua variabel independen dan satu variabel moderating. Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian: Komisaris Independen Jika dilihat dari agency theory, komisaris independen sebagai pihak yang netral dalam perusahaan diharapkan mampu menjembatani adanya asimetri informasi yang terjadi antara pihak pemilik dengan pihak manajer. Sebagai pihak yang netral, komisaris independen mengawasi para pemegang saham sehubungan dengan aktivitas perusahaan dan mengendalikan perilaku para manajer perusahaan. White (dalam Istanti, 2009) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komisaris independen dengan pengungkapan sukarela intellectual capital. Mendukung penemuan White (dalam Istanti, 2009), Permatasari (2010) juga menemukan bahwa komisaris independen merupakan variabel yang berpengaruh positif signifikan. Berbeda dengan White, Istanti (2009) menemukan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Selain itu, penelitian Zulkarnaen dan Mahmud (2013) juga menemukan bahwa komisaris independen tidak mempengaruhi pengungkapan intellectual capital baik secara simultan maupun parsial. Oleh karena itu hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti adalah: H1: Komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital. Struktur Kepemilikan Saham terhadap Pengungkapan Intellectual Capital Struktur kepemilikan perusahaan mempengaruhi luas pengungkapan informasi yang tercantum dalam laporan tahunan, yaitu semakin besar kepemilikan insider maka semakin sedikit informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan, karena insider memiliki akses yang luas terhadap informasi perusahaan tanpa perlu melalui laporan tahunan yang dipublikasikan. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1217
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Berbeda halnya dengan perusahaan yang didominasi oleh kepemilikan publik, di mana berarti banyak pihak membutuhkan informasi rinci mengenai perusahaan yang dituntut dipublikasikan di dalam laporan tahunan, termasuk informasi mengenai intellectual capitaldisclosure. Jika dilihat dari legitimacy theory, perusahaan yang legitimasinya masih dipertanyakan oleh publik akan memiliki kebutuhan spesifik untuk mengungkapkan intellectual capital mereka ke dalam annual report perusahaan. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat menarik publik, baik investor baru ataupun mempertahankan investor lama agar berinvestasi ke perusahaan dengan menjelaskan bahwa perusahaan sendiri sedang berinvestasi dalam bentuk intellectual yang diharapkan dapat memberikan kontribusi di masa yang akan datang. Penelitian Suhardjanto dan Wardhani (dalam Sutanto dan Supatmi, 2009) menemukan struktur kepemilikan bukanlah merupakan variabel prediktor yang baik dalam pengungkapan intellectual capital. Begitu pula dengan penelitian Singh and Zahn (dalam Taliyang, 2011) yang menemukan struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sukarela laporan tahunan. Berbeda halnya dengan hasil penelitian dari Taliyang (2011) yang menemukan bahwa struktur kepemilikan memiliki hubungan signifikan dengan pengungkapan intellectual capital mendukung temuan oleh Mc Kinnon yang juga menemukan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh signifikan (dikutip oleh White et.al dalam Istanti, 2009). Artinah (2013) juga menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif signifikan. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan adalah : H2: Struktur kepemilikan saham berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela intellectual capital. HIPOTESIS MODERASI Profitabilitas sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Komisaris Independen terhadap Pengungkapan Intellectual Capital Perusahaan yang menghasilkan profitabilitas yang rendah akan membuat komisaris independen memberikan sinyal positif bagi stakeholder dengan mengendalikan perilaku manajer agar melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas. Penelitian Marisanti (2012) terhadap 54 perbankan yang terdaftar di IDX tahun 2010 dan 2011 mengatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap luas pengungkapan intellectual capital yang dilakukan. Berbeda dengan Marisanti (2012), Sutanto dan Supatmi (2009) menemukan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Serupa dengan penelitian ini, Taliyang et al., (2012) dan Ferreira et al., (2012) juga menemukan hasil yang sama.White (dalam Istanti, 2009) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komisaris independen dengan pengungkapan sukarela intellectual capital. Mendukung penemuan White (dalam Istanti, 2009), Permatasari (2010) juga menemukan hal yang sama. Asumsi peneliti, jika profitabilitas rendah maka komisaris independen akan berusaha mengurangi asimetri informasi dan mengawasi manajer untuk melakukan pengungkapan informasi intellectual capital secara lebih luas. Sehingga hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: H3: Komisaris independen berpengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual capital pada saat profitabilitas perusahaan menurun Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1218
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Profitabilitas sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan antara Struktur Kepemilikan terhadap Pengungkapan Intellectual Capital Profitabilitas yang rendah akan membuat perusahaan membutuhkan dana lebih banyak dari pihak eksternal (publik) sehingga publik juga akan menekan perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas. Artinah (2013) menemukan bahwa konsentrasi kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Asumsi peneliti yaitu, jika profitabilitas rendah maka perusahaan seharusnya meningkatkan kepemilikan publik karena membutuhkan dana pihak eksternal yang lebih banyak sehingga tekanan publik juga tinggi agar perusahaan mau mengungkapkan informasi intellectual capital secara lebih luas. Sehingga hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: H4: Struktur kepemilikan saham berpengaruh positif terhadap pengungkapan intellectual capital pada saat profitabilitas perusahaan menurun
METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Penelitian ini menggunakan annual reports tahun 2010 sampai tahun 2012 sebagai sampel. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling dengan kriteria yang ditentukan, yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk tahun 2010 sampai tahun 2012, mempublikasikan laporan tahunan (annual report) lengkap, mempublikasikan laporan keberlanjutan (sustainability reporting) atau mengungkapkan (disclosure) informasi tanggung jawab sosial lainnya, dan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu annual report untuk tahun 2010 sampai 2012. Annual report digunakan karena pada annual report terdapat sumber informasi yang dilaporkan oleh perusahaan yang penting dan bermanfaat bagi stakeholder dalam pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mengurangi adanya asimetri informasi. Untuk metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis, yaitu suatu metode pengumpulan data penelitian melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen. Tujuan content analysis adalah melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang obyektif dan sistematik (Indriantoro dalam Istanti, 2009). Content analysis dilakukan dengan cara membaca laporan tahunan setiap perusahaan sampel dan memberi kode informasi yang terkandung didalamnya. Definisi Pengukuran dan Konstruk Variabel dependen penelitian ini adalah pengungkapan intellectual capital yang diukur dengan menggunakan angka index (ICD Index). Metode content analysis digunakan untuk mengukur jumlah pengungkapan intellectual capital dengan membaca dan memberi kode informasi yang terkandung didalamnya menurut kerangka intellectual capital yang dipilih. Apabila item yang ditentukan diungkapkan oleh perusahaan di dalam annual report, maka akan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1219
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
diberi skor 1. Sedangkan, apabila item yang ditentukan tidak diungkapkan, maka akan diberi skor 0. Penilaian ICD Index ini dilakukan dengan cara membandingkan jumlah pengungkapan intellectual capital yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan jumlah maksimum pengungkapan intellectual capital yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan. Dengan demikian, perhitungan ICD Index dapat dirumuskan sebagai berikut: ICD Index = ( Σdi / M ) x 100%
Keterangan mengenai rumus ICD Index akan dijelaskan sebagai berikut: ICD Index
= Variabel dependen index pengungkapan intellectual capital
Di
= Jumlah pengungkapan intellectual capital perusahaan
1 jika suatu diungkapkan dalam annual report 0 jika suatu diungkapkan dalam annual report M
= Total jumlah item yang diukur (78 item).
Penelitian ini menggunakan indekspengungkapan sejumlah 78 item yang dikembangkan oleh Bukh et al., (2005). Pengungkapan intellectual capital diukur melalui enam dimensi meliputi karyawan, konsumen, teknologi informasi, proses, penelitian dan pengembangan serta pernyataan strategi. Berikut akan dijabarkan enam dimensi pengukuran intellectual capital yang berjumlah 78 itema menurut Bukh et al., (2005) yang dapat dilihat pada Tabel 3.1. ------------ Tabel 3.1 -----------Komisaris independen merupakan pihak netral yang diharapkan mampu menjembatani asimetri informasi yang terjadi antara pemegang saham dengan pihak manajer perusahaan. Pada penelitian ini, variabel komisaris independen diukur dengan membandingkan jumlah komisaris independen dengan total dewan komisaris yang ada pada perusahaan (Nugroho, 2012). Struktur kepemilikan saham merupakan jumlah saham yang dimiliki di dalam sebuah perusahaan, baik oleh insider maupun publik (Marwata dalam Sutanto dan Supatmi, 2009). Pada penelitian ini, variabel struktur kepemilikan saham diukur dengan besarnya proporsi kepemilikan publik terhadap total saham yang beredar di akhir tahun (Sutanto dan Supatmi, 2009). Profitabilitas merupakan variabel moderating dalam penelitian ini. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aset, maupun modal sendiri (Taliyang, 2011). Dalam penelitian ini, profitabilitas akan diukur dengan menggunakan return on assets (ROA), yaitu dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total aset (Marisanti, 2012).
Pengujian Hipotesis Hasil uji dengan MRA yang dilakukan seperti yang disajikan dalam lampiran 6 menunjukkan bahwa secara simultan komisaris independen, struktur kepemilikan saham, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1220
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
moderasi antara profitabilitas dengan komisaris independen, dan moderasi antara profitabilitas dengan struktur kepemilikan saham mempengaruhi tingkat pengungkapan intellectual capital. Namun, berdasarkan hasil uji t, terlihat bahwa tidak ada satupun variabel independen maupun moderasi antara profitabilitas dengan variabel independen lain yang berpengaruh pada variabel dependen, yaitu pengungkapan intellectual capital.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square yang rendah, yaitu sebesar 0,055 atau 5,5%. Variabel independen dan moderasi antara profitabiltas dengan variabel independen disini hanya mampu mempengaruhi tingkat pengungkapan intellectual capital sebesar 5,5%. Sedangkan sisanya sebesar 94,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian ini. ------------ Tabel 4.10 -------------Berdasarkan tabel 4.10 dapat diperoleh F hitung sebesar 2,35 yang mana lebih besar dari F tabel (2,30) dan hasil uji signifikan sebesar 0,04 yang mana lebih kecil dari tingkat signifikansi yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu 0,05. Berarti komisaris independen, struktur kepemilikan, profitabilitas, moderasi komisaris independen dan struktur kepemilikan dengan profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Dua variabel independen yaitu komisaris independen, struktur kepemilikan, serta moderasi antara komisaris independen dan struktur kepemilkan dengan profitabilitas tidak menunjukkan signifikansi secara parsial. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi yang lebih besar dari 0,05. Pengujian pengaruh variabel komisaris independen memiliki koefisien negatif -0,083 dengan nilai signifikansi 0,576 yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditentukan, yaitu 0,05. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Hipotesis 1 dalam penelitian ini ditolak. Semakin baik pelaksanaan tata kelola perusahaan maka semakin banyak informasi yang diungkap (Khomsiyah dalam Purnomosidhi, 2006). Salah satu variabel corporate governance adalah komisaris independen yang ada dalam penelitian ini yang diukur dengan presentase pembagian komisaris independen dengan jumlah dewan komisaris perusahaan. Komisaris independen adalah elemen krusial dalam dewan komisaris dalam konflik agensi. Mereka dipekerjakan untuk memonitor perilaku manajer dan mengurangi asimetri informasi, namun mereka memiliki keterlibatan yang terbatas dalam harian operasional dan manajemen. Konsekuensinya, mereka terdorong untuk memberikan pengungkapan sukarela lebih banyak untuk meminimalkan resiko yang dihadapi sehubungan dengan keterbatasan tersebut sekaligus memproteksi reputasi mereka. Oleh karena itu, proporsi komisaris independen dapat memperkuat insentif pengungkapan informasi sukarela. (Koesworosari, 2011) Tetapi, dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan White (dalam Istanti, 2009) dan Permatasari (2011) yang Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1221
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Kondisi ini kemungkinan disebabkan karena: Pertama, eksistensi komisaris independen dalam perusahaan nampaknya baru sekedar menjadi pelengkap atau hanya untuk memenuhi kebutuhan formal semata. Komisaris independen belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan, yaitu sebagai wujud implementasi good corporate governance (Koesworosari, 2011). Hal ini dimungkinkan karena dalam praktiknya terdapat kecenderungan bahwa komisaris independen tidak benar-benar independen yang mana dapat semakin bertambah jika komisaris independen memiliki kinerja yang lemah. Kedua, tidak adanya keharusan bagi perusahaan terdaftar untuk mengungkapkan tentang kondisi dan struktur Corporate Governance khususnya yang berkaitan dengan tanggung jawab dan independensi dewan komisaris (Istanti, 2009). Ketiga, komisaris independen tidak mempengaruhi intellectual capital secara parsial karena tingkat konservatisme. Konservatisme adalah kualitas angka-angka yang dilaporkan dineraca atau laba dalam laporal L/R. Dengan komisaris independen yang jumlahnya relatif besar, maka tugas dan wewenangnya mengawasi manajemen tidak optimal sehingga tingkat konservatisme juga tidak optimal, ketidakoptimalan hasil mengakibatkan tidak optimal pula informasi yang diungkapkan (Nugroho, 2012). Pengujian pengaruh variabel struktur kepemilikan saham memiliki koefisien negatif 0,020 dengan nilai signifikansi 0,834 yang lebih besar dari tingkat signifikansi yang ditentukan, yaitu 0,05. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan saham tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Hipotesis 2 dalam penelitian ini ditolak. Semakin besar kepemilikan publik berarti banyak pihak yang membutuhkan informasi rinci mengenai perusahaan yang dituntut untuk dipublikasikan di dalam annual report, termasuk informasi pengungkapan intellectual capital. Namun, tingkat pengungkapan informasi intellectual capital perusahaan dalam penelitian ini tidak dipengaruhi secara individual oleh struktur kepemilikan saham. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Taliyang (2011) dan Artinah (2013) yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Hal ini disebabkan dalam mengungkapkan informasi, tujuan perusahaan adalah memberikan semua informasi yang dibutuhkan semua pengguna laporan tahunan perusahaan, sehingga dapat memperoleh nama baik yang tinggi di mata publik (Amalia dalam Sutanto dan Suptami, 2009). Oleh karena itu, perusahaan tidak terlalu mempertimbangkan presentase kepemilikan saham baik yang dimiliki publik, insider,maupun perusahaan lain. Dapat dilihat dari rata-rata tingkat kepemilikan publik perusahaan sampel masih rendah, yaitu 27,84% sehingga dorongan publik atas pengungkapan informasi intellectual capital oleh perusahaan juga relatif kecil. Pengujian variabel moderate1 memiliki koefisien 0,410 yang mana koefisien ini lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,05. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas bukan merupakan variabel pemoderasi yang dapat menginteraksi hubungan antara komisaris independen dengan pengungkapan intellectual capital. Hipotesis 3 dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan output SPSS, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas sebagai variabel moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan komisaris Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1222
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
independen dengan pengungkapan intellectual capital secara parsial. Dengan kata lain, komisaris independen tidak dapat meningkatkan pengungkapan informasi intellectual capital pada saat profitabilitas rendah, dan sebaliknya pada saat profitabilitas tinggi, komisaris independen tidak dapat mengurangi pengungkapan intellectual capital. Hasil ini tidak sejalan dengan asumsi peneliti, jika profitabilitas rendah maka komisaris independen akan berusaha mengurangi asimetri informasi dan mengawasi manajer untuk melakukan pengungkapan informasi intellectual capital secara lebih luas. Sebaliknya, pengungkapan informasi intellectual capital akan lebih rendah jika profitabilitas perusahaan tinggi karena komisaris ingin mengurangi biaya pelaporan informasi yang lebih luas sekaligus melindungi keunggulan kompetitif perusahaan dari pihak luar. Tidak berpengaruhnya profitabilitas dalam memoderasi hubungan antara komisaris independen dengan pengungkapan intellectual capital disebabkan karena banyak perusahaan sampel yang memiliki profitabilitas yang rendah (hasil rata-rata sampel 9,96), namun komisaris independen tidak dapat mengendalikan perilaku manajer agar melakukan pengungkapan informasi intellectual capital yang lebih luas. Biaya yang relatif besar untuk dapat melakukan pengungkapan informasi membuat perusahaan tidak dapat mengungkapan intellectual capital secara lebih luas, padahal jika perusahaan dapat memberikan pengungkapan informasi yang lebih luas, hal ini dapat memberikan sinyal positif kepada para stakeholder bahwa perusahaan sedang mengembangkan aset intellectual yang dapat menghasilkan produk yang lebih inovatif. Pengujian variabel moderate2 memiliki koefisien 0,151 yang mana koefisien ini lebih besar dari tingkat signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,05. Berdasarkan hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas bukan merupakan variabel pemoderasi yang dapat menginteraksi hubungan antara struktur kepemilikan dengan pengungkapan intellectual capital. Hipotesis 4 dalam penelitian ini ditolak. Berdasarkan hasil analisis MRA, diketahui bahwa variabel profitabilitas sebagai variabel moderating juga tidak dapat memoderasi hubungan struktur kepemilikan saham dengan pengungkapan intellectual capital secara parsial. Dengan kata lain, struktur kepemilikan saham tidak dapat meningkatkan pengungkapan informasi intellectual capital pada saat profitabilitas rendah, dan sebaliknya pada saat profitabilitas tinggi, struktur kepemilikan tidak dapat mengurangi pengungkapan intellectual capital. Profitabilitas menjadi tidak berpengaruh dalam memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan dengan pengungkapan intellectual capital dikarenakan profitabilitas yang rendah seharusnya membuat perusahaan membutuhkan dana lebih banyak dari pihak eksternal yang menyebabkan kenaikan kepemilikan modal publik yang harus diiringi dengan sinyal positif dari perusahaan sehingga publik dapat menekan perusahaan agar dapat melakukan pengungkapan informasi perusahaan secara lebih luas, termasuk intellectual capital. Fakta dari hasil dari pengamatan ini menunjukkan rata-rata profitabilitas dari perusahaan sampel masih rendah. Namun, struktur kepemilikan publik juga masih rendah (nilai rata-rata struktur kepemilikan adalah 27,84) sehingga publik tidak dapat menekan perusahaan untuk melakukan pengungkapan intellectual capital yang lebih luas. Hal ini tidak sejalan dengan asumsi peneliti yaitu, jika profitabilitas rendah maka perusahaan seharusnya meningkatkan kepemilikan publik karena membutuhkan dana pihak eksternal yang lebih banyak sehingga tekanan publik juga tinggi agar perusahaan mau mengungkapkan informasi intellectual capital secara lebih luas. Sebaliknya, pengungkapan informasi intellectual capital akan lebih rendah jika profitabilitas perusahaan tinggi karena Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1223
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
perusahaan tidak membutuhkan dana pihak eksternal sehingga struktur kepemilikan saham publik juga rendah.
PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data dalam penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat pengungkapan intellectual capital hanya sebesar 22 item dari 78 item intellectual capital. Skor ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan informasi intellectual capital dalam annual report perusahaan manufaktur masih relatif rendah. Hasil uji secara simultan antara pengaruh komisaris independen, struktur kepemilikan saham serta moderasi antara komisaris independen dan profitabilitas juga moderasi antara struktur kepemilikan dan profitabilitas menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini berarti secara bersama-sama komisaris independen, struktur kepemilikan saham dan moderasi antara komisaris independen dan struktur kepemilikan dengan profitabilitas dalam penelitian ini berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu pengungkapan intellectual capital. Namun, hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa secara individual komisaris independen, struktur kepemilikan saham dan moderasi antara komisaris independen dan struktur kepemilikan dengan profitabilitas dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual capital. Profitabilitas sebagai variabel moderating dalam penelitian ini tidak mampu memoderasi hubungan antara komisaris independen dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Hal ini kemungkinan disebabkan walaupun profitabilitas perusahaan sedang menurun, perusahaan tidak ingin kompetitor mengetahui sinyal positif perusahaan sehingga perusahaan dengan sengaja melindungi keunggulan kompetitif mereka dengan mengurangi pengungkapan informasi intellectual capital. Beberapa keterbatasan yang ada di dalam penelitian ini, antara lain adanya subjektivitas dalam mengukur tingkat pengungkapan informasi intellectual capital didalam laporan tahunan perusahaan. Ada atau tidaknya informasi intellectual capital hanya didasarkan pada pengungkapan informasi yang disampaikan perusahaan melalui annual report. Ada kemungkinan perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi intellectual capital karena perusahaan tidak mengungkapkan informasi tersebut meskipun sebenarnya perusahaan memiliki intellectual capital. Rendahnya nilai adjusted R square dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa masih banyak variabel lain yang ikut mempengaruhi pengungkapan informasi intellectual capital. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, implikasi yang dapat diberikan agar penelitian berikutnya lebih baik, antara lain: pengungkapan intellectual capital saat ini masih bersifat voluntary. Berangkat dari hasil penelitian ini diharapkan pemerintah dapat mendorong perusahaan untuk meningkatkan pengungkapan intellectual capital dikarenakan permintaan dari stakeholder agar perusahaan melakukan pengungkapan intellectual capital untuk mengurangi information gap antara perusahaan dengan pengguna annual report. Implikasi penelitian ini terhadap praktek lainnya adalah mendukung perusahaan untuk meningkatkan pengungkapan intellectual capital didalam annual report pada saat profitabilitas perusahaan menurun. Hal ini agar perusahaan memberikan sinyal positif kepada stakeholder bahwa perusahaan sedang berinvestasi dalam bentuk intellectual capital.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1224
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini juga, saran yang dapat diberikan oleh peneliti agar penelitian berikutnya lebih baik, antara lain: untuk penelitian selanjutnya dapat memasukkan variabel lain yang memungkinkan peningkatan nilai adjusted R square, misalnya ukuran perusahaan, umur perusahaan, tipe industri, pertumbuhan perusahaan, dan lain-lain. Bisa juga menambahkan moderasi variabel lain untuk mengembangkan hasil penelitian tentang pengungkapan intellectual capital. Penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian dengan memperpanjang periode pengamatan serta objek yang berbeda, misalnya perusahaan perbankan agar mendapatkan hasil yang lebih representative dan mendapatkan temuan yang lebih kuat.
DAFTAR PUSTAKA Artinah, Budi. 2013. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual Capital pada Lembaga Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Socioscientia Kopertis Wilayah XI Kalimantan Vol. 5, No. 2 Bukh, P.N., Nielsen, C., Gormsen, P., and Mouritsen, J. 2005. “Disclosure of Information on Intellectual Capital in Danish IPO Prospectus”. Accounting, Auditing, and Accountability Journal, Vol. 18 No. 6 pp. 713-732. Ferreira, A.L., Branco, M.C, and Moreira, J.A. 2012. “Factors influencing intellectual capital disclosure by Portuguese companies”. International Journal of Accounting and Financial Reporting ISSN 2162-3082 Vol. 2, No. 2 Hadi, Nor. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta (Tesis). Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 19. Salemba Empat. Jakarta Istanti, Sri Layla Wahyu. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela Modal Intelektual (Tesis). Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Koesworosari, Ririk Yunita Hendry. 2011. Pengaruh Ownership Retention, Reputasi Underwriter, Umur, dan Komisaris Independen terhadap Pengungkapan Intellectual Capital dalam Prospektus IPO dengan Proprietary Cost sebagai Variabel Pemoderasi (Tesis). Surakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Liana, Lie. 2009. “Penggunaan MRA dengan SPSS untuk Menguji Pengaruh Variabel Moderating terhadap Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen”. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XIV, No. 2, Juli 2009 : 90-97 ISSN 0854-9524 Marisanti, Endang Kiswara. 2012. “Analisis Hubungan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Intellectual Capital”. Diponegoro Journal of Accounting, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1-11 Nugroho, Ahmadi. 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectual Capital Disclosure (ICD)”. Accounting Analysis Journal ISSN 2252-6765 Oliveira, Lidia., Lucia Lima Rodrigues., and Russel Craig. 2008. Applying Voluntary Disclosure Theories to Intangible Reporting: Evidence from The Portuguese Stock Market. www.ssrn.com Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1225
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Permatasari, Venessa Dita. 2010. Praktik Intellectual Capital Disclosure dan Permintaan Narrow Financial Based Stakeholders di Indonesia. Universitas Sebelas Maret Purnomosidhi, Bambang. 2006. “Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 9, No. 1, pp 1-20 Rahardian, Ariawan Aji dan Meiranto, Wahyu. 2011. “Analisis Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Square”. Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro Rupidara, Neil S. 2008. “Modal Intelektual dan Strategi Pengembangan Organisasi dan Sumber Daya Manusia”. Universitas Kristen Satya Wacana Sawarjuwono, T. dan A. P. Kadir. 2003. “Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (sebuah library research)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan 5 (1): 35-57. Sutanto, Felicia Dwiputri dan Supatmi. 2009. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Intellectual Capital di dalam Laporan Tahunan”. Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro Taliyang, S.M, Latif, R.A, and Mustafa, N.H. 2011. “The Determinants of Intellectual Capital Disclosure among Malaysian Listed Companies”. International Journal of Management and Marketing Research Vol. 4 No. 3 Trihendradi, Cornelius. 2013. Step by Step IBM SPSS 21: Analisis Data Statistik. Edisi Pertama. Andi. Ulum, Ihyaul. 2007. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan di Indonesia (Tesis). Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Yuniasih, Ni Wayan, Rasmini, Ni Ketut, dan Wirakusuma, Made Gede. 2011. “Pengaruh Diversitas Dewan pada Luas Pengungkapan Modal Intelektual”. Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011 Wardani, Rr. Puruwita. 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 14, No. 1, Mei 2012 Widarjo, Wahyu. 2011. “Pengaruh Modal Intelektual dan Pengungkapan Modal Intelektual”. Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011 Zulkarnaen, Eric Iskandarsjah dan Mahmud, Amir. 2013. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Luas Pengungkapan Intellectual Capital”. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 5, No. 1, Maret 2013, pp. 79-85 ISSN 2085-4277
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1226
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Lampiran Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N ICD Index Komisaris Independen Struktur Kepemilikan Profitabilitas Valid N (listwise)
Minimum
117 117 117 117 117
Maximum
7 .3 1.04 -8.24
Mean
37 100.0 820.00 41.56
Std. Deviation
22.26 41.728 27.8420 9.9664
6.627 14.4150 75.19268 10.93219
Multikolinieritas Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
(Constant) Komisaris 1 Independen Struktur Kepemilikan Profitabilitas
Standardized Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
18.923
1.897
.046
.042
.101
.001
.008
.136
.056
9.975
.000
1.103
.272
.986
1.014
.015
.168
.867
.987
1.013
.225
2.440
.016
.974
1.027
a. Dependent Variable: ICD Index
Heteroskedatisitas Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
1
a.
Standardized Coefficients
Std. Error
t
Sig.
Beta
(Constant)
7.352
1.008
7.295
.000
Komisaris Independen
-.031
.022
-.127
-1.386
.169
Struktur Kepemilikan
-.006
.004
-.139
-1.516
.132
Profitabilitas
-.055
.030
-.171
-1.850
.067
Dependent Variable: ABS_RES
Autokorelasi Model Summaryb Model 1
R .256a
R Square .065
Adjusted R Square .041
VIF
Std. Error of the Durbin-Watson Estimate 6.491
1.841
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Struktur Kepemilikan, Komisaris Independen b. Dependent Variable: ICD Index
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1227
ISBN: 978-979-3775-55-5
3rd Economics & Business Research Festival 13 November 2014
Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
117 .0000000 6.40627526 .072 .072 -.050 .784 .570
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil Pengujian Hipotesis Model Summary Model
R
R Square
.309a
1
Adjusted R Square
.096
Std. Error of the Estimate
.055
6.442
a. Predictors: (Constant), Moderate2, Komisaris Independen, Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Moderate1
ANOVAa Model
Sum of Squares
Regression 1
df
Mean Square
487.815
5
97.563
Residual
4606.493
111
41.500
Total
5094.308
116
F 2.351
Sig. .045b
a. Dependent Variable: ICD Index b. Predictors: (Constant), Moderate2, Komisaris Independen, Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Moderate1
Model
Coefficientsa Unstandardized Coefficients B
(Constant)
1
Std. Error
22.157
2.896
Komisaris Independen
-.038
.068
Struktur Kepemilikan
-.002
Profitabilitas
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta 7.651
.000
-.083
-.561
.576
.008
-.020
-.210
.834
-.121
.151
-.200
-.801
.425
Moderate1
.005
.003
.410
1.502
.136
Moderate2
.005
.004
.151
1.226
.223
a. Dependent Variable: ICD Index
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
1228