Implementasi Difusi Inovasi Pada Sistem Sosial TerkaitDengan Penggunaan E-Ticketing Sebagai Pengganti Pembayaran Tunai dan Sistem Antri

Implementasi Difusi Inovasi Pada Sistem Sosial TerkaitDengan Penggunaan E-Ticketing Sebagai Pengganti Pembayaran Tunai dan Sistem Antri

Lasmery Girsang, dkk

IMPLEMENTASI DIFUSI INOVASI PADA SISTEM SOSIAL TERKAIT DENGAN PENGGUNAAN E-TICKETING SEBAGAI PENGGANTI PEMBAYARAN TUNAI DAN SISTEM ANTRI (Survei Pada Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Sebagai Pengguna Moda Transportasi Commuter Line, Bekasi-Kota)

Lasmery Rosentauly Maissalinya Girsang, Ilona Vicenovie Oisina Situmeang [email protected]

ABSTRACT This research is titled “Hubungan Implementasi Difusi Inovasi Pada Sistem Sosial Terkait Dengan Penggunaan E-Ticketing Sebagai Pengganti Pembayaran Tunai dan Sistem Antri Terhadap Perilaku Mengadopsi (Survei Pada Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Sebagai Pengguna Moda Transportasi Commuter Line, BekasiKota)” using mix method (quantitative and qualitative). Samples—taken from population 1045 from Communications Department’s students, University of Bunda Mulia, North Jakarta 2011-2014—are 91 persons through stratified random sampling. The hyphotesis are tested whereas there are relations among all (three) variables. Therefore, among diffusion of innovation, decision of innovation and behavior of adoption are related one another from validity (r hitung > r tabel) and reability (> 0.60). Also, strengthened by the results of in-depth interviews from ten key informants. As conclusion and suggestion, it is advised that government can improve facility for the user of commuter line while using e-ticketing as a form of an innovation.

Keywords: Diffusion of Innovation, E-ticketing, Behavior of Innovation.

188


perbaikan layanan (revitalisasi) angkutan

BAB 1

umum itu sendiri.

PENDAHULUAN

Salah 1.1

Lasmery Girsang,dkk

Latar Belakang

dilakukan

Permasalahan yang sampai saat ini

mengajak

satu oleh

upaya

yang

terus

pemerintah

masyarakat

adalah

untuk

tertarik

belum mendapatkan solusi yang paling

menggunakan

angkutan

umum

dan

tepat untuk DKIJakarta ini adalah dalam

meninggalkan

kendaraan

pribadi.

Pe-

menanggulangi

Berbagai

merintah berusaha untuk memperbaiki

upaya yang dilakukan oleh pemerintah

secara perlahan sarana transportasi agar

namun belum memberikan dampak yang

lebih tertata dengan baik. Saat ini,

baik untuk mengatasi kemacetan. Salah

pemerintah DKI Jakarta terus melakukan

satu penyebab utama kemacetan adalah

perbaikan-perbaikan

tingginya

dan

angkutan umum massal—salah satunya

penggunaan kendaraan bermotor pribadi,

adalah commuter line. Secara rutin, moda

baik motor maupun mobil, rata-rata 11%

ini

per

mendorong

kemacetan.

angka

tahun

kendaraan

di

pertumbuhan

2011

sebanyak

dengan 8.506.782

jumlah unit.

dibangun

dan

terhadap

moda

dioperasikan

penggunaan

guna

kendaraan

bermotor pribadi beralih ke angkutan

(http://bstp.hubdat.dephub.go.id/index.php

umum

?mod=detilSorotan&idMenuKiri=345&id

pribadinya di rumah atau di pinggirkota.

Sorotan=54). Selain itu, juga terdapat

dan

meninggalkan

kendaraan

Yang menjadi perhatian saat ini

penyebab lainnya yakni kurang baiknya

adalah

pelayanan angkutan umum dan tidak

merevitalisasi layanan angkutan umum di

disiplinnya pengguna jalan raya di Jakarta.

Jakarta agar mampu mengurangi peng-

Melihat penyebab di atas maka

gunaan

pentingnya

kendaraan

memperbaiki

pribadi.

atau

Masalah

dapat disimpulkan bahwa ada beberapa

angkutan umum dan layanannya yang

cara atau jalan keluar yang bisa digunakan

harus diperbaiki segeramenjadi keinginan

sebagai pendekatan untuk menyelesai-

warga yang masih terus bergulir. Mun-

kannya masalah kemacetan di Jakarta.

culnya

Tentunya dapat dilakukan sebagai pen-

merevitalisasi layanan angkutan umum

dekatan

tersebut dimulai juga dengan maraknya

dalam

mengurangi

mengatasinya

penggunaan

seperti

kendaraan

kejadian

dan

meningkatnya

kejahatan yang

dan

dilakukan

dorongan

pelanggaran

bermotor pribadi dan peningkatan etika,

hukum

oleh

awak

disiplin lalu lintas di jalan raya dan

angkutan umum itu sendiri. Misalnya saja maraknya kecelakaan lalu lintas dan

189


pemerkosaan penumpang angkutan umum

inovasi

oleh sopir angkutan umum beberapa waktu

provinsi DKI Jakarta untuk masyarakat

lalu. Kejadian inilah yang mempercepat

pengguna

terjadi keinginan warga agar pemerintah

memiliki ketertarikan menggunakan moda

daerah

trans-portasi massal.

Jakarta

secepatnya

melakukan

revitalisasi angkutan umum di Jakarta.

yang

Lasmery Girsang,dkk

dilakukan

kendaraan

Sebagai

Masalah kemacetan dan buruknya

dilakukan

pemerintah

bermotor

langkah

agar

serius

pemerintah

adalah

yang dengan

layanan angkutan umum inilah yang

‗menggandeng‘ tiga bank BUMN (Badan

memicu peningkatan penggunaan ken-

Usaha Milik Negara) unuk bersinergi

daraan pribadi di Jakarta. Peningkatan

padaJuni

penggunaan kendaraan pribadi ini juga

Commuter

dipicu

bekerjasama dengan BNI, Bank BRI, dan

oleh

akibat

rendahnya

biaya

2014

yang

lalu.

PT

Jabodetabek

Man-diri

KAI (KCJ)

penggunaan kendaraan pribadi khususnya

Bank

sepeda motor yang berakibat pada ang-

penggunaan kartu prabayar tiga bank (BNI

kutan umum yang semakin tidak diminati.

TAPCASH, BRIZZI, dan MANDIRI E-

Hal ini sejalan dengan adanya penurunan

MONEY)

jumlah pengguna angkutan umum setiap

pembayaran tiket Kereta Commuter Line

tahunnya.

Jabodetabek.Implementasi

sebagai

melaluiperesmian

e-ticketing

untuk

e-ticketing

Melihat keadaan yang demikian,

dengan kartu prabayar tiga bank tersebut

pemerintah provinsi DKI Jakarta mulai

bertujuan untuk memudahkan penumpang

memberlakukan tiket elektronik (smart

kereta commuter line dalam melakukan

card) sejak 22 Januari 2013 yang lalu.

pem-bayaran

Sistem ini diberlakukan untuk mengatasi

transaksi menjadi lebih mudah, praktis dan

antrian panjang disetiap loket pembelian

tidak perlu repot menyediakan uang

tiket, memberikan kenyamanan bagi calon

tunai.Terdapat

penumpang dan menggantikan kebiasaan

commuter line Jabodetabek yang dikelola

pembayaran dengan uang tunai menjadi

oleh KCJ yang menghubungkan antar kota

non tunai. Tujuan diberlakukan tiket

di Jabodetabek, dimana salah satunya

elektronik ini adalah memberikan ke-

adalah rute Bekasi- Kota.

mudahan bagi calon penumpang sehingga

(http://bni.co.id/BeritaBNI/BeritaBNI/tabi d/236/articleType/ArticleView/articleId/29 8/language/id-ID/Kini-Uang-ElektronikBNI-Bank-BRI-dan-Bank-Mandiri-BisaBayar-Kereta-Commuter-Line.aspx).

tertarik menggunakan transportasi umum dan

meninggalkan

kebiasaan

meng-

gunakan kendaraan pribadi.Sistem tiket elektronik

ini

merupakan

salah

satu

190

tiket

kereta,

beberapa

rute

sehingga

kereta


Selain itu, PT Bank Central Asia Tbk juga bekerjasama dengan PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) mengeluarkan kartu FLAZZ BCA sejak 8 Desember 2013 yang lalu. Fenomena diatas menjadi ketertarikan penulis untuk melihat proses difusi inovasi terkait dengan penggunaan tiket eklektronik sebagai pengganti pembayaran tunai dan sistem antri bagi penumpang

1.2

“Implementasi Difusi Inovasi Pada Sistem Sosial Terkait Dengan Penggunaan ETicketing Sebagai Pengganti Pembayaran Tunai dan Sistem Antri(Survei Pada Prodi

Universitas

Bunda

Ilmu

saling menyesuaikan‖. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan ‖implementasi

Dalam

penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut: bagaimana

Mahasiswa

mentasi adalah perluasan aktivitas yang

adalah

sistem

rekayasa.‖

Rumusan Masalah Oleh karenanya,

2004:70) mengemukakan bahwa ‖imple-

bahwa

moda transportasi di DKI Jakarta.

Lasmery Girsang,dkk

Komunikasi

Mulia

Sebagai

Pengguna Moda Transportasi Commuter

dengan

pen-

dekatan yang dimaksud, Nurdin dan Usman (2004) menjelaskan bahwa: Pendekatan pertama Menggambarkan implementasi itu dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan tujuan program,

Line, Bekasi-Kota)

kaitannya

baru

mendeskripsikan dan

sumber-sumber

mendemosntrasikan

metode

pengajaran yang diugunakan. Pendekatan kedua

BAB 2 STUDI PUSTAKA

Menekankan pada fase penyempurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini lebih

2.1 Kerangka Pemikiran 2.1.1 Implementasi Secara

sederhana,

implementasi

bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman,

menekankan

pada

pengembang

dan

interaksi guru

antara (praktisi

pendidikan). Pengembang melakukan pemeriksaan

pada

program

baru

yang

direncanakan, sumber-sumber baru, dan memasukan isi/materi baru ke program yang sudah ada berdasarkan hasil uji cobadi

lapangan

pengalaman

guru.

191

dan

pengalaman-

Interaksi

antara


pengembang dan guru terjadi dalam rangka

penyempurnaan

Lasmery Girsang,dkk

1. Penemuan (invention)

program,

Penemuan adalah proses dimana

pengembang mengadakan loka-karya atau

ide/gagasan baru diciptakan atau

diskusi-diskusi dengan guru-guru untuk

dikembangkan.

memperoleh dianggap

masukan. selesai

Imple-mentasi

manakala

2. Difusi (diffusion)

proses

Difusi

adalah

proses

dimana

penyempurnaan program baru dipandang

ide/gagasan baru dikomunikasikan

sudah lengkap.

kepada anggota sistem sosial. 3. Konsekuensi (consequences)

Pendekatan ketiga Memandang implementasi sebagai bagian

Konsekuensi

dari program kurikulum. Proses imple-

rubahan

mentasi

sebagai

dilakukan

dengan

mengikuti

adalah

dalam hasil

suatu

sistem dariadopsi

pesosial atau

perkembangan dan megadopsi program-

penolakan inovasi.

program yang sudah direncanakan dan

Sejak tahun 1960-an, teori difusi

sudah

diorganisasikan

dalam

bentuk

kurikulum desain (dokumentasi).

inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik studi atau penelitian difusi

2.1.2 Difusi Inovasi Pada

awalnya,

dalam

inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai

beberapa perkembangan berikutnya, teori

fenomena kontemporer yang berkembang

Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan

di masyarakat. Berbagai perpektif pun

proses pembangunan masyarakat. Inovasi

menjadi dasar dalam pengkajian proses

merupakan awal untuk terjadinya pe-

difusi inovasi, seperti perspektif ekonomi,

rubahan sosial, dan perubahan sosial pada

perspektif ‘market and infrastructure‘

dasarnya

pem-

(Brown, 1981). Salah satu definisi difusi

dan

inovasi dalam taraf perkembangan ini

Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa

antara lain dikemukakan Parker (1974)

proses difusi merupakan bagian dari proses

yang mendefinisikan difusi sebagai suatu

perubahan sosial. Perubahan sosial adalah

proses

proses dimana perubahan terjadi dalam

tambah pada fungsi produksi atau proses

struktur

sosial.

ekonomi. Dia juga menyebutkan bahwa

tiga

difusi merupakan suatu tahapan dalam

merupakan

bangunan

Perubahan

bahkan

inti

dari

masyarakat.Rogers

dan

fungsi

sosial

tahapan, yaitu:

sistem

terjadi

dalam

yang berperan memberi nilai

proses

perubahan

(technicalchange).

192

Menurutnya

teknik difusi


merupakan

suatu

tahapan

Lasmery Girsang,dkk

dimana

sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan

keuntungan dari suatu inovasi berlaku

pengertian difusi dari Rogers (1961),

umum. Dari inovator, inovasi diteruskan

yaitu: “as the process by which an

melalui pengguna lain hingga akhirnya

innovation

menjadi hal yang biasa dan diterima

certain channels over time among the

sebagai bagian dari kegiatan produktif.

members of a social system.”

is

communicated

through

Berkaitan dengan proses difusi

Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi

inovasi tersebut, National Center for the

adalah suatu bentuk komunikasi yang

Dissemination

bersifat

of

Disability

Research

khusus

berkaitan

dengan

(NCDDR) 1996 menyebutkan ada empat

penyebaranan pesan-pesan yang berupa

dimensi pemanfaatan pengetahuan (know-

gagasan baru, atau dalam istilah Rogers

ledge utilization), yaitu:

(1961) difusi menyangkut: “which is the

1. Dimensi Sumber (Source) diseminasi,

spread of a new idea from its source of

yaitu insitusi, organisasi, atau individu

invention or creation to its ultimate users

yang bertanggunggung jawab dalam

or adopters.”

menciptakan pengetahuan dan produk baru. 2. Dimensi

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat empat

Isi

(Content)

yang

di-

diseminasikan, yaitu pengetahuan dan

elemen pokok, yaitu: 1. Inovasi: gagasan, tindakan, atau barang

produk baru dimaksud yang juga

yang

termasuk

seseorang.Dalam hal ini, kebaruan

bahan

dan

informasi

pendukung lainnya.

inovasi

dianggap

diukur

baru

secara

oleh

subjektif

3. Dimensi Media (Medium) Diseminasi,

menurut pandangan individu yang

yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan

menerimanya. Jika suatu ide dianggap

atau produk tersebut dikemas dan

baru oleh seseorang maka ia adalah

disalurkan.

inovasi untuk orang itu. Konsep ‘baru‘

4. Dimensi

Pengguna

(User),

yaitu

pengguna dari pengetahuan dan produk

baru sama sekali. 2. Saluran

dimaksud. Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan

dalam ide yang inovatif tidak harus

proses

bagaimana

komunikasi;

‘alat‘

untuk

menyampaikan pesan-pesan inovasi

suatu

dari sumber kepada penerima. Dalam

inovasi disampaikan (dikomunikasikan)

memilih saluran komunikasi, sumber

melalui saluran-saluran tertentu sepanjang

paling tidakperlu memperhatikan (a)

waktu kepada sekelompok anggota dari

tujuan diadakannya komunikasi dan

193


(b)karakteristik

penerima.

Lasmery Girsang,dkk

Jika

terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta

komunikasi dimaksudkan untuk mem-

tahapan dari proses pengambilan ke-

perkenalkan

putusan

suatu

inovasi

kepada

inovasi.

Variabel

yang

ber-

khalayak yang banyak dan tersebar

pengaruh terhadap tahapan difusi inovasi

luas, maka saluran komunikasi yang

tersebut mencakup:

lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal. 3. Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima

1. Atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion). 2. Jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions). 3. Saluran komunikasi (communication channels). 4. Kondisi sistem sosial (nature of social system). 5. Peran

agen

perubah

(change

atau menolaknya, dan pengukuhan

agents).

terhadap

keputusan

sangat

Sementara itu, tahapan dari proses

berkaitan

dengan

waktu.

pengambilan keputusan inovasi mencakup:

itu

dimensi

Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam

(a)

proses

pengambilan

1. Tahap

Munculnya

Pengetahuan

(Knowledge) ketika seorang individu

keputusan inovasi, (b) keinovatifan

(atau

seseorang: relatif lebih awal atau lebih

lainnya) diarahkan untuk memahami

lambat dalammenerima inovasi, dan

eksistensi dan keuntungan/manfaat dan

(c) kecepatan pengadopsian inovasi

bagaimana suatu inovasi berfungsi

dalam sistem sosial.

unit

pengambil

keputusan

2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika

4. Sistem sosial; kumpulan unit yang

seorang individu (atau unit pengambil

berbeda secara fungsional dan terikat

keputusan lainnya) membentuk sikap

dalam kerjasama untuk memecahkan

baik atau tidak baik.

masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama

3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit

Rogers (1995) memiliki relevansi

pengambil keputusan lainnya terlibat

dan argumen yang cukup signifikan dalam

dalam aktivitas yang mengarah pada

proses pengambilan keputusan inovasi.

pemilihan

Teori tersebut antara lain menggambarkan

sebuah inovasi.

tentang

variabel

yang

berpengaruh

194

adopsi

atau

penolakan


4. Tahapan

Implementasi

(Implemen-

sistem.

Dalam

Lasmery Girsang,dkk

proses

difusi,

yaitu

tation), ketika sorang individu atau

penyebaran inovasi kedalam suatu sistem

unit

sosial, ketiga unsur ini saling berperan dan

pengambil

keputusan

lainnya

menetapkan penggunaan suatu inovasi.

saling

berinteraksi

dalam

komponen-

5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation),

komponen sosial. Pembahasan berikut ini

ketika seorang individu atau unit

akan diuraikan beberapa komponen sistem

pengambil keputusan lainnya mencari

sosial

penguatan terhadap keputusan peneri-

penyebaran (difusi) Inovasi yaitu di-

maan atau penolakan inovasi yang

antaranya:

sudah dibuat sebelumnya.

(http://www.stppgowa.ac.id/informasi/arti

Lebih lanjut dalam teori difusi inovasi,

disebutkan

adanya

adopter

(penerima inovasi).Setiap individu yang merupakan anggota sistem sosial dapat dibagi

ke

adopter

dalam

sesuai

kelompok-kelompok

dengan

tingkat

kei-

novatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi).Salah satu pengelompokan yang bisa

dijadikan

rujukan

adalah

peng-

yang

berperan

dalam

proses

kel-ilmiah/194-komponen-sistem-sosialdalam-proses-penyebaran-informasi) 1. Anggota

sistem

sosial

sebagai

penerima inovasi, peranan 2. Agen pembaharu 3. Tokoh masyarakat sebagai sumber bagi penyebaran ide baru 4. Saluran

komunikasi

yang

diper-

gunakan dalam proses difusi

elompokan berdasarkan kurva adopsi yang

5. Peranan struktur sosial dalam difusi

telah duji oleh Rogers (1961). Peng-

inovasi, yang erat kaitannya dengan

elompokan adopter dapat dilihat sebagai

salah satu prinsip komunikasi dalam

berikut:

usaha penyebaran ide baru (inovasi)

Innovators;

Early

Adopters;

Early Majority; Late Majority (Pengikut Akhir);

dan

Laggards

yaitu heterofili dan homofili.

(Kelompok

Kolot/Tradisional) BAB 3 2.1.3 Sistem Sosial Sistem sosial terdiri dari komponen komponen yang satu sama lain saling berinteraksi satu sama untuk mencapai tujuan, dan setiap komponen memainkan peranan dan fungsi tertentu, sehingga menghasilkan gerakan dalam keseluruhan

METODE PENELITIAN 3.1 Pengembangan Instrumen Suatu menggunakan

penelitian

ilmiah

tentu

sejumlah

data.

Data

merupakan salahsatu unsur atau komponen utama dalam melaksanakan penelitian,

195


artinya

―tanpa data

tidak akan ada

Memperoleh

Lasmery Girsang,dkk

informasi

yang

relevan

penelitian.‖Data yang dipergunakan dalam

dengan

suatu penelitian merupakan data yang

Memperoleh informasi dengan validitas

harus benar; kalau diperoleh dengan tidak

dan

benar, maka menghasilkan informasi yang

Pertanyaan

salah. Menurut cara perolehannya data

dengan

dapat dikelompokkan menjadi dua (Ruslan

berkaitan dengan tujuan dan hipotesis

2008), yaitu data primer (primary data)

penelitian. Beberapa pertanyaan diajukan

dan data sekunder (secondary data). Data

dengan metode penggalian ke belakang

primer adalah data yang diperoleh secara

agar responden dapat mengingat kembali

langsung dari obyek penelitian perorangan,

(recall method).

tujuan

penelitian,

reliabilitas

dan

setinggi

(2)

mungkin.

dalam

kuesioner

disusun

pertanyaan

yang

langsung

kelompok dan organisasi.Data sekunder

Neuman (2006) menyatakan bahwa

adalah data yang diperoleh dalam bentuk

format pernyataan dalam skala ordinal

yang

melalui

dengan kategori responden yang disusun

publikasi dan informasi yang dikeluarkan

dalam bentuk matriks dan terdiri dari

di berbagai organisasi.

empat pilihan jawaban yaitu selalu, sering,

sudah

jadi

(tersedia)

Menurut Kriyantono (2007), jenis

jarang, tidak pernah. Penilaian atau skor

data meliputi:

setiap jawaban responden adalah empat

1. Data primer adalah data yang diperoleh

untuk pilihan jawaban selalu, tiga untuk

dari sumber data pertama atau tangan

pilihan jawaban sering, dua untuk pilihan

pertama di lapangan, di mana sumber

jawaban

data dapat melalui responden atau

jawaban tidak pernah. Format pernyataan

subyek

pengisian

tersebut dituangkan dalam bentuk kue-

kuesioner, wawancara maupun obser-

sioner yang terdiri dari tiga bagian di

vasi.

antaranya:

penelitian,

hasil

2. Data Sekunder adalah data yang

jarang,

satu

Bagian

pertama

diperoleh dari sumber kedua atau

yaitu:

menggambarkan

sumber sekunder.

menekankan

Selanjutnya. Phipps dan Vernon (2008)

mengungkapkan

bahwa

untuk

mandang

untuk

adalah

pilihan

implementasi implementasi,

implementasi

dan

implementasi.Bagian

mekedua

adalahdifusi inovasi yang terdiri dari:

keperluan pengumpulan data dipergunakan

1. Proses difusi inovasi: Inovasi, Saluran

kuesioner dan pedoman wawancara untuk

komunikasi, Jangka waktu, Sistem

memperoleh data primer. Tujuan pokok

sosial.

pembuatan kuesioner adalah untuk: (1)

196


2. Proses pengambilan keputusan: proses

Lasmery Girsang,dkk

reliable jika alat itu dalam mengukur suatu

pengambilan keputusan inovasi men-

gejala

cakup: Tahap Munculnya Pengetahuan

senantiasa menunjukkan hasil yang sama.

(Knowledge),Tahap

Persuasi

Jadi alat yang reliable secara konsisten

Keputusan

akan memberikan hasil ukuran yang sama.

Implementasi

Salah satu ukuran validitas untuk

(Implementation), Tahapan Konfirmasi

sebuah kuesioner adalah apa yang disebut

(Confirmation).

sebagai

(Persuasion), (Decisions),

Tahap Tahapan

3. Adaptor: Innovators, Early Adopters, Early

Majority,

pada

waktu

validitas

yang

berlainan

konstruk

(construct

validity). Dalam pemahaman ini, sebuah

LateMajority

kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan

(Pengikut Akhir), Laggards (Kelom-

untuk mengukur suatu hal, dikatakan valid

pok Kolot/Tradisional).

jika

Yang adalahsistem

terakhir,

setiap

saluran

pertanyaan

yang

bagian

ketiga

menyusun kuesioner tersebut memiliki

sosialyaituanggota

sistem

keterkaitan yang tinggi.

sosial sebagai penerima inovasi, peranan agen

butir

pembaharu, komunikasi,

tokoh

masyarakat,

peranan

struktur

sosial dalam difusi inovasi.

Ukuran keterkaitan antar butir pertanyaan ini umumnya dicerminkan oleh korelasi

jawaban

antar

perta-

nyaan. Pertanyaan yang memiliki korelasi

Sebelum digunakan untuk meng-

rendah dengan butir pertanyaan yang lain,

umpulkan data, kuesioner diuji terlebih

dinyatakan sebagai pertanyaan yang tidak

dahulu validitas dan reliabilitasnya agar

valid. Metode yang sering digunakan

dalam proses pengumpulan data dapat

untuk memberikan penilaian terhadap

diperoleh data yang valid atau sah, serta

validitas kuesioner adalah korelasi produk

memiliki konsistensi yang tinggi (reli-

momen

(moment

able). Dengan kata lain diperoleh data

Pearson)

antara

yang akurat, tepat dan baik.Nasution

pertanyaan maupun pernyataan dengan

(2003) mengatakan bahwa alat ukur atau

skor total sehingga sering disebut sebagai

kuesioner penelitian pada umumnya harus

inter item-total correlation.

memenuhi dua syarat utama, yaitu alat

product skor

correlation

setiap

Formula yang digunakan untuk

ukur tersebut harus valid (sahih) dan harus

menghitung

reliable (dapat dipercaya). Suatu alat

tersebut adalah sebagai berikut:

korelasi

produk

momen

pengukur dikatakan valid jika alat itu n j=1

mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu, sedangkan alat pengukur dikatakan

butir

ri= n j=1

197

xij- xi tj- t

xij- xi

2

n j=1 tj-

t

2


Lasmery Girsang,dkk

menunjukkan akurasi dan ketepatan dari Pada penelitian ini, uji validitas

pengukurnya.Reliabilitas

instrumen dilakukan dengan menggunakan

dengan

uji validitas isi (butir) dengan cara

pengukurnya.Suatu pengukur dikatakan

menyusun indikator pengukuran oper-

reliabel jika dapat dipercaya.Supaya dapat

asional berdasarkan kerangka teori dari

dipercaya, maka hasil dari pengukuran

konsep yang diukur. Validitas isi dari

harus akurat dan konsisten atau presisi.

instrumen

Dikatakan

ditentukan

mengkorelasikan

antara

dengan skor

jalan masing-

masing item dengan total skor item. Langkah-langkah

cara

akurasi

berhubungan

konsisten

jika

dari

beberapa

pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh

menguji

(accurately)

hasil

yang

tidak

berbeda.

Besarnya tingkat reliabilitas dalam hal ini

validitas menurut Ancok (1995), adalah:

ditunjukkan oleh nilai koefisiennya, yaitu

1. Mendefinisikan

koefisien reliabilitas.

secara

operasional

konsep yang diukur.

Salah satu metode yang dapat

2. Melakukan uji coba skala pengukuran pada sejumlah responden. 3. Mempersiapkan

tabel

digunakan

untuk

mengukur

koefisien

reliabilitas dari suatu alat ukur adalah tabulasi

ja-

waban.

melalui pendekatan koefisien konsistensi internal (coeficient of internal consistency)

4. Menghitung korelasi antara masing-

dari alat ukur.Koefisien korelasi yang

masing pernyataan dengan skor total,

tinggi menunjukkan konsistensi internal

menggunakan teknik korelasi product

item-item di alat ukur.Ukuran koefisien

moment.

konsistensi

Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel pada taraf kepercayaan (signifikansi)

internal

Formula

untuk

koefisien

memenuhi kriteria validitas atau instrumen

adalah sebagai berikut:

korelasi yang diperoleh rhitung lebih kecil dari r tabel (berkorelasi negatif), berarti pernyataan tersebut bertentangan dengan pernyataan lainnya atau instrumen tersebut tidak valid. Selanjutnya

dengan

menggunakan koefisien alpha Cronbach.

tertentu, berarti instrumen yang dibuat

tersebut valid. Sebaliknya, jika angka

diukur

reliabilitas

menghitung

alpha

k ∝= 1k-1

Cronbach

2 k i=1 Si 2

ST

Reliabilitas instrumentasi adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan

dikatakan

bahwa

pengukuran. Untuk mencapai hal tersebut,

reliabilitas suatu alat ukur (kuesioner)

198


dalam

penelitian

ini

dilakukan

Lasmery Girsang,dkk

uji

ajaran ini karena pertimbangan bahwa

reliabilitas dengan menggunakan rumus

untuk tahun ajaran ini mahasiswa masih

alpha Cronbach diukur berdasarkan skala

mengikuti perkuliahan.

alpha Cronbach0 sampai 1.

Tabel 3.1: Jumlah Mahasiswa Ilmu

Apabila nilai hasil perhitungan (α) dikelompokkan

kedalam

lima

kelas

komunikasi Per-TA

dengan skala yang sama (0 sampai 1)

Tahun Ajaran 2011

Jumlah Mahasiswa 216

maka ukuran kemantapan alpha dapat

2012

229

diinterpretasikan sebagai berikut:

2013

291

(1) Nilai koefisien alpha berkisar 0,00 –

2014

309

Total

1045

0,20 berarti kurang reliabel. (2) Nilai koefisien alpha berkisar 0,21 – 0,40 berarti agak reliabel. (3) Nilai koefisien alpha berkisar 0,41 – 0,60 berarti cukup reliabel. (4) Nilai koefisien alpha berkisar 0,61 – 0,80 berarti reliabel. (5) Nilai koefisien alpha berkisar 0,81 – 1,00 berarti sangat reliabel.

3.2.1 Populasi Populasi adalah kumpulan semua hal (orang, perusahaan dan sebagainya) dipertimbangkan

Sampel populasi

adalah

yang

sebagian dipilih

dari untuk

dianalisis.Pemilihan sampel ini merupakan hal yang sangat penting.Berbagai metode peng-ambilan sampel tersedia namun hal kunci yang harus diingat bahwa sampel sebuah populasi dapat menggambarkan

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

yang

3.2.2 Sampel

dengan

populasi (Ashenfelter et al., 2003). Besarnya jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus Slovin (Sevilla et al., 1993), dieroleh sebagai 91 orang. Dengan rumus:

baik.Karakteristik penting dari populasi ] adalah berisi semua elemen yang menarik

N

perhatian.Populasi dapat dibatasi atau

n

tidak dalam hal ukuran (Ashenfelter et al.,

= ----------------N.d2 + 1

2003). Dalam populasi

penelitian

ini

yang

adalahmahasiswa

menjadi Universita

Berdasarkan

populasi

sebanyak

Bunda Mulia, Jakarta Ilmu Komunikasi,

1045 mahasiswa yang diperoleh dari TA

Tahun Ajaran 2011-2014. Pemilihan tahun

2011-2014, didapatkan sampel penelitian

199


Lasmery Girsang,dkk

sebanyak 91 yang dijadikan responden

resiko, mobile, cerdas, kemampuan

dalam penelitian ini.

ekonomi tinggi

Pengambilan

sampel

pada

pe-

2. Early

Adopters

(Perintis/Pelopor):

nelitian ini dilakukan secara probabilitas,

13,5% yang menjadi para perintis

dengan teknik penarikan sampel acak

dalam penerimaan inovasi. Cirinya:

stratifikasi (stratified random sampling).

para teladan (pemuka pendapat), orang

Besarnya sampel yang diambil pada tiap

yang dihormati, akses di dalam tinggi

strata dilakukan dengan metode berimbang

3.

Early Majority (Pengikut Dini): 34%

acak (proportionate stratified random

yang menjadi pera pengikut awal.

sampling).

Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi

Tabel 3.2: Sampel Penelitian

internal tinggi. 4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34%

Tahun Ajaran

Jumlah Mahasiswa

Sampel

2011

216

19

2012

229

20

penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis,

2013

291

25

menerima karena pertimbangan eko-

2014

309

27

Total

1045

91

yang menjadi pengikut akhir dalam

nomi atau tekanan social, terlalu hatihati. 5.

Kategori Adopter

Laggards (Kelompok Kolot/Tradi-

Anggota sistem sosial dapat dibagi

sional): 16% terakhir adalah kaum

ke dalam kelompok-kelompok adopter

kolot/tradisional. Cirinya: tradisional,

(penerima inovasi) sesuai dengan tingkat

terisolasi, wawasan ter-batas, bukan

keinovatifannya

opinion leaders,sumberdaya terbatas.

menerima

(kecepatan

inovasi).Salah

dalam

satu

Berdasarkan

peng-

pengalaman

dan

elompokan yang bisa dijadikan rujukan

penelitian terbukti bahwa perilaku yang

adalah pengelompokan ber-dasarkan kurva

didasari oleh pengetahuan akan lebih

adopsi, yang telah duji oleh Rogers

langgeng dari pada perilaku yang tidak

(1961). Gambaran

didasari

oleh

Rogers

(1974)

pokan

adopter

tentang dapat

pengelom-

dilihat

sebagai

pengetahuan. d

Penelitian

Syarifudin

(2009)

berikut:

menggungkapkan bahwa sebelum orang

1.

Innovators: Sekitar 2,5% individu

mengadopsi perilaku baru (berperilaku

yangpertama kalimengadopsi inovasi.

baru), di dalam diri orang tersebut terjadi

Cirinya: petualang, berani mengambil

proses

yang

berurutan,yakni:

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

200


stimulus

(obyek)

terlebihdahulu.

2.Interest, yakni orang mulai tertarik pada

Lasmery Girsang,dkk

efisien korelasi rank Spearman sebagai berikut:

stimulus 6 ∑ d2

3.Evaluation (menimbang-nimbang baik dan

tidaknya

stimulus

tersebut

rs = 1 -

bagi

n (n2 - 1)

dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.aaaaaaaaaaaaaaaaaaa 4.Trial,

orang

telah

mulai

mencoba

perilaku baru.aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. 5.Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya

terhadap

stimulus.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234 56789/34055/3/Chapter%20II.pdf)

Untuk melakukan pengolahan dan penganalisaan

data

kuantitatif

akan

menggunakan bantuan program SPSS versi 18.00. sedangkan analisis data kualitatif dilakukan secara deskriptif, di mana semua data yang ada dari informan ditelaah dan diinterpretasikan kemudian dilakukan reduksi data sesuai dengan

3.3 Teknik Analisis Data

tujuan penelitian.

3.3.1 Statistik Pengolaan

dan

analisis

data

dilakukan dengan menggunakan analisis

BAB 4

statistik deskriptif dan analisis statistik

HASIL PENELITIAN

inferensial. Analisis statistik deskiptif digunakan dalam rangka memberikan

Hasil penelitian akan disampaikan

gambaran mengenai sebaran responden

secara kuantitaif terlebih dahulu, kemudian

pada setiap peubah, dengan memakai tabel

disusul dengan hasil wawancara untuk

(cross-table), frekuensi, presentasi, median

memperkuat jawaban angket.

dan sebaran skor. Untuk mengetahui

Berikut hasil penelitian yang di-

hubungan peubah independen dengan

peroleh melalui hasil tabulasi dari angket

peubah dependen sehingga dapat di-

yang disebar ke sampel.Hasil olahan SPSS

gunakan untuk menguji hubungan antar

dapat dilihat sebagai berikut, yang dimulai

peubah dengan menggunakan uji korelasi

dari data tentang arakteristik responden.

rank Spearman. Korelasi rank Spearman digunakan untuk menguji hipotesis yang melihat hubungan antar peubah dengan skala pengukuran ordinal. Rumus ko-

4.1

HASIL PENELITIAN

201


Lasmery Girsang,dkk

4.1.1 KUANTITATIF

ticketing sebesar 85,7% atau sebanyak 78

Tabel 4.1: Jenis kelamin

responden.

Jenis Kelamin

Frek

Persentase

Laki-Laki

13

14,2%

Perempuan

78

85,8%

N

91

100%

Hasil

wawancara

yang

peneliti

lakukan bahwa sebagian besar responden yang menggunakan pembayaran secara tunai, bukan tidak mau menerima pe-

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa

sebesar14,2%

yang

menjadi

rubahan namun disebabkan beberapa hal diantaranya pembelian secara tunai tidak

responden dalam penelitian ini adalah laki-

terlalu

memberatkan

laki dan sebesar 85,8% adalah perempuan.

numpang dalam penelitian ini adalah

Jika dilihat dari data yang ada

mahasiswa. Tidak menutup kemungkinan bahwa

mereka

bagi

calon

juga

pe-

responden mayoritas yang menggunakan

juga

sesekali

moda transportasi kereta api yang menjadi

menggunakan pembayaran menggunakan

responden dalam penelitian ini adalah

e-ticketing jika kartu flash atau pun e-

perempuan terlihat dari besarnya frekuensi

money mereka memiliki saldo.

sebesar 78 atau 85,8% dari N = 91

Tabel berikut menunjukkan bagaimana

sedangkan Laki-laki hanya 13 atau 14,2%

respon sampel terhadap penggunaan e-

dari N=91.

ticketing:

Selanjutnya, bila dilihat dari sistem

Tabel 4.3: Perubahan Penggunaan E-

pembayaran, sebaran data dapat dilihat

Ticketing

sebagai berikut:

Pembayaran Tunai

Tabel 4.2: Alat Pembayaran

sebagai

Pengganti

Frek

%

Valid %

Cum %

Pembayaran

Frek

Persentase

STS

0

0

0

0

Cash

13

14,3%

TS

1

1,1

1,1

1,1

E-ticketing

78

85,7%

RR

12

13,2

13,2

14,3

N

91

100%

SS

50

54,9

54,9

69,2

S

28

30,8

30,8

100,0

91

100,0

100,0

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa tidak semua responden dalam penelitianini

yang

menggunakan

e-

ticketing, dimana sebesar 14,3% atau

Berdasarkan tabel di atas, terlihat

sebanyak 13 responden masih meng-

bahwa responden yang menjawab sangat

gunakan pembayaran secara tunai dan

setuju sebanyak 28 orang atau sebesar

selebihnya

30,8%, sedangkan yang menjawab setuju

dengan

menggunakan

e-

sebanyak 50 orang atau sebesar 54,9%. Sementara, yang menjawab pernyataan

202


Lasmery Girsang,dkk

dengan jawaban ragu-ragu sebanyak 12

yang menjawab pernyataan dengan tidak

orang atau sebesar 13,2% dan responden

setuju sebanyak nihil atau sebesar 0.untuk


jawaban sangat tidak setuju dinyatakan

setuju sebanyak 1 orang

nihil karena responden tidak memilih

atau sebesar

1,1%, untuk jawaban sangat tidak setuju

jawaban tersebut.

dinyatakan nihil karena responden tidak memilih jawaban tersebut. Kesimpulan

Kesimpulan dari jawaban responden menunjukkan mayoritas responden

res-

setuju (sebanyak 54 responden atau se-

ponden menunjukkan mayoritas responden

besar 59,3%) bahwa sistem e-ticketing

setuju

dapat merubah sistem antri yang panjang.

(sebanyak

dari

50

jawaban

responden

atau

sebesar 54,9%) bahwa setuju adanya

Dari hasil data diatas dikuatkan

perubahan dari pembayaran secara tunai

dengan wawancara yang peneliti lakukan

menjadi e-ticketing.

untuk dimensi inovasi ini bahwa mayoritas

Selanjutnya, pertanyaan tentang e-

dari responden merasa setuju dan sangat

ticketing diharapkan dapat menghapus

setuju dengan adanya perubahan pem-

antrian panjang, terlihat sebagai berikut:

bayaran ini dikarenakan memudahkan bagi calon penumpang tidak perlu mengantri

Tabel 4.4: Sistem E-ticketing

panjang dan menghemat waktu, apalagi

Menghapus Antrian Panjang

jika ada kuliah pada pagi hari.Inovasi ini

Frek

%

Valid %

Cum %

STS

0

0

0

0

TS

0

0

0

0

RR

8

8,8

8,8

8,8

SS

54

59,3

59,3

68,1

S

29

31,9

31,9

100,0

91

100,0

100,0

sangat dirasakan bagi calon penumpang yang memiliki waktu lebih sedikit. Berikut sosialisasi e-ticketing sebagai pengganti pembayaran tunai dan sistem antri yang menggunakan media cetak:

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 29 orang atau sebesar 31,9%, sedangkan yangmenjawab setuju sebanyak 54 orang atau sebesar 59,3%. Sementara, yang menjawab pernyataan dengan jawaban ragu-ragu sebanyak 8 orang atau sebesar 8,8% dan responden

203


Tabel

4.5:

Penggunaan

Ticketingsebagai

E-

Pengganti

Lasmery Girsang,dkk

pengganti pembayaran tunai yang dijawab oleh responden:

Pembayaran Tunai dan Sistem Antri

Tabel

Melalui Media Cetak

sebagai Pengganti Pembayaran Tunai

Frek

%

Valid %

Cum. %

STS

0

0

0

0

TS

1

1,1

1,1

1,1

RR

12

13,2

13,2

14,3

S

46

50,5

50,5

SS

32

35,2

35,2

91

100,0

100,0

Melalui

Media

Elektronik Cum%

STS

0

0

0

0

64,8

TS

1

1,1

1,1

1,1

100,0

RR

12

13,2

13,2

14,3

S

50

54,9

54,9

69,2

SS

28

30,8

30,8

100,0

91

100,0

100,0

35,2%, sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 46 orang atau sebesar 50,5%. Sementara, yang menjawab pernyataan dengan jawaban ragu-ragu sebanyak 12 orang atau sebesar 13,2% dan responden yang menjawab pernyataan dengan tidak atau sebesar

1,1%.Untuk jawaban sangat tidak setuju dinyatakan nihil karena responden tidak memilih jawaban tersebut. jawaban

Antri

Valid %

Setuju sebanyak 32 orang atau sebesar

dari

Sistem

E-ticketing

%

bahwa responden yang menjawab Sangat

Kesimpulan

Penggunaan

Frek



dan

4.6:

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang menjawab sangat Setuju sebanyak 28 orang atau sebesar 30,8%, sedangkan yang menjawab setuju sebanyak

52

orang

54,9%.Sementara,

atau yang

sebesar

menjawab

pernyataan dengan jawaban ragu-ragu sebanyak 12 orang atau sebesar 13,2%, dan responden yang menjawab pernyataan dengan tidak setuju sebanyak 1 orang atau sebesar 1,1%, untuk jawaban sangat tidak setuju dinyatakan nihil karena responden

responden

menunjukkan mayoritas responden setuju (sebanyak 46 responden atau sebesar 50,5%) bahwa setuju responden mengetahui perubahan ini sebagai pengganti pembayaran tunai dan sistem antri melalui media cetak, yang sering diberitakan oleh pemerintah melalui media-media cetak. Selanjutnya, berikut hasil olahan

tidak memilih jawaban tersebut. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 29 orang atau sebesar 31,9%, sedangkan yang menjawab setuju sebanyak

54

orang

59,3%.Sementara

yang

atau

sebesar

menjawab

pernyataan dengan jawaban ragu-ragu sebanyak 8 orang atau sebesar 8,8% dan

data atas penggunaan e-ticketing sebagai

204


Lasmery Girsang,dkk

responden yang menjawab pernyataan

Tabel

dengan tidak setuju sebanyak nihil atau

Singkat Untuk Menerima Perubahan

sebesar 0.Untuk jawaban sangat tidak

Sistem

setuju dinyatakan nihil karena responden tidak

memilih

jawaban

Kesimpulan

tersebut.

4.8:

Membutuhkan

Waktu

Frek

%

Valid %

Cum %

STS

0

0

0

0

TS

1

1,1

1,1

1,1

dari

jawaban

RR

12

13,2

13,2

14,3

menunjukkan

mayoritas

S

46

50,5

50,5

64,8

responden setuju (sebanyak 54 responden

SS

32

35,2

35,2

100,0

91

100

100,0

responden

atau

sebesar

responden

59,3%)

bahwa

mengetahui

setuju

perubahan

penggunaan e-ticketing sebagai pengganti pembayaran tunai dan sistem antri melalui media interpersonal yang sering digunakan individu untuk mempertukarkan informasi kepada individu lainnya.

lakukan kepada responden penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden penelitian mengetahui adanya perubahan sistem ini melalui berbagai media yang digunakan oleh pemerintah sebagai salah satu cara yang dilakukan menggunakan

media,

setuju sebanyak 32 orang atau sebesar 35,2%, sedangkan yang menjawab setuju sebanyak

46

orang

dianggap paling efektif untuk menjangkau masyarakat. Media yang digunakan antara lain media cetak melalui koran dan spanduk. Media elektronik melalui TV lokal dan radio serta media interpersonal melalui new media dan jejaring sosial. Setelah mengetahui

media so-

sialisasi, dimensi waktu menjadi per-

atau

yang

sebesar menjawab

pernyataan dengan jawaban ragu-ragu sebanyak 12 orang atau sebesar 13,2% dan responden yang menjawab pernyataan dengan tidak setuju sebanyak 1 orang atau sebesar 1.1% untuk jawaban sangat tidak setuju dinyatakan nihil karena responden tidak memilih jawaban tersebut.

karena

penyebarluasan informasi melalui media

tanyaan selanjutnya.


50,5%.Sementara,

Dari hasil wawancara yang penulis

dengan


Kesimpulan

dari

jawaban

res-

ponden menunjukkan mayoritas responden setuju

(sebanyak

46

responden

sebesar

50,5%)

karena

atau

membutuhkan

waktu yang singkat untuk menerima perubahan sistem tersebut. Hal tersebut dikarenakan masyarakat

adanya secara

sosialisasikepada langsung

maupun

dengan menggunakan media.Inovasi ini juga dirasakan memberikan kenyamanan bagi calon penumpang, dimana dengan

205


Lasmery Girsang,dkk

perubahan sistem ini calon penumpang

manfaat yang signifikan dengan adanya

tidak harus mengantri didepan loket serta

perubahan sistem ini, diantaranya tidak

memudahkan calon penumpang untuk

harus mengantri panjang diloket sebelum

menggunakan e-ticketing.

melakukan

Melalui hasil di atas, maka dapat

perjalanan

Tabel

manfaat yang didapat pengguna commuter

Perubahan Sistem Ini

line, sebagai berikut:

dengan Adanya Perubahan Sistem Ini Frek

%

Valid %

Cum %

STS

0

0

0

0

TS

1

1,1

1,1

1,1

RR

12

13,2

13,2

14,3

S

50

54,9

54,9

69,2

SS

28

30,8

30,8

100,0

91

100,0

100,0

moda

transportasi tersebut.

dipastikan akan berdampak juga pada

Tabel 4.9: Manfaat yang Signifikan

dengan

4.10:

Lebih

Praktis

dengan

Fre k

%

Valid %

Cum %

STS

0

0

0

0

TS

0

0

0

0

RR

8

8,8

8,8

8,8

S

54

59,3

59,3

68,1

SS

29

31,9

31,9

100,0

91

100,0

100,0

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 29 orang atau sebesar

Berdasarkan tabel di atas terlihat



sebanyak


59,3%.Sementara,


pernyataan dengan jawaban ragu-ragu

sebanyak 50 orang atau sebesar 54,9%,

sebanyak 8 orang atau sebesar 8,8% dan

sementara itu yang menjawab pernyataan

responden yang menjawab pernyataan


dengan tidak setuju sebanyak nihil atau

orang atau sebesar 13,2%, dan responden

sebesar 0 untuk jawaban sangat tidak


setuju dinyatakan nihil karena responden


tidak

atau sebesar

54

orang

memilih

yang

sebesar

menjawab

jawaban

tersebut.

jawab-an

responden


Kesimpulan

dinyatakan nihil karena responden tidak

menunjukkan mayoritas responden setuju

memilih jawaban tersebut.

(sebanyak 54 responden atau sebesar

Kesimpulan

res-

59,3%) bahwa setuju res-ponden lebih

ponden menunjukkan mayoritas responden

praktis dengan perubahan sistem ini

setuju

dikarenakan tidak perlu melakukan antrian

(sebanyak

dari

50

jawaban

dari

atau

responden

atau

sebesar 54,9%) bahwa responden setuju

206


Lasmery Girsang,dkk

panjang dan menghemat waktu terutama

ticketingsebagai

untuk berangkat kuliah.

tunai dan sistem antri melalui media cetak.

Kemudian, peneliti juga menanya-

pengganti pembayaran

Tabel 4.12: Mengetahui Penggunaan E-

kan bagaimana para pengguna moda

Ticketing

transportasi mengetahui e-ticketing. Hasil-

bayaran Tunai dan Sistem Antri melalui

nya adalah sebagai berikut:

Media Elektronik

Tabel 4.11: Mengetahui Penggunaan ETiketing Sebagai Pengganti Pembayaran Tunai dan Sistem Antri Melalui Media Cetak

STS

Sebagai

Pengganti

Pem-

Frek

%

Valid %

Ccum %

0

0

0

0

TS

1

1,1

1,1

1,1

RR

12

13,2

13,2

14,3

S

50

54,9

54,9

69,2

SS

28

30,8

30,8

100,0

91

100,0

100,0

Frek

%

Valid %

Cum %

STS

0

0

0

0

TS

1

1,1

1,1

1,1

RR

12

13,2

13,2

14,3

S

46

50,5

50,5

64,8


SS

32

35,2

35,2

100,0


91

100

100


Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang menjawab sangat Setuju sebanyak 32 orang atau sebesar 35,2%, sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 46 orang atau sebesar 50,5%, sementara itu yang menjawab pernyataan dengan jawaban ragu-ragu sebanyak 12 orang atau sebesar 13,2%, dan responden yang menjawab pernyataan dengan tidak setuju sebanyak 1 orang

dinyatakan nihil karena responden tidak Kesimpulan

dari jawaban responden menunjukkan mayoritas responden setuju (sebanyak 46 responden atau sebesar 50,5%) bahwa setujumengetahui

sebanyak 50 orang atau sebesar 54,9%. Sementara yang menjawab pernyataan dengan jawaban ragu-ragu sebanyak 12 orang atau sebesar 13,2%, dan responden yang menjawab pernyataan dengan tidak setuju sebanyak 1orang atau sebesar 1,1%.Untuk jawaban sangat tidak setuju dinyatakan nihil karena responden tidak memilih jawaban tersebut. Kesimpulan dari jawaban respon-

atau sebesar

1.1% untuk jawaban sangat tidak setuju



penggunaan

e-

den menunjukkan mayoritas responden setuju

(sebanyak

50

responden

atau

sebesar 54,9%) bahwa responden mengetahui penggunaan e-ticketing sebagai pengganti pembayaran tunai dan sistem antri melalui media elektronik. Tetapi tidak semua media elektronik menjadi sumber informasi. Karena

207


para pengguna pun mengetahui e-ticketing

Lasmery Girsang,dkk

Selain melalui media yang sudah

secara interpersonal juga, seperti berikut:

dipaparkan sebelumnya, para pengguna


juga mengetahui e-ticketing pada saat

Ticketing

mengantri. Berikut datanya:

Sebagai

Pengganti

Pem-

bayaran Tunai dan Sistem Antri melalui


Media Interpersonal

Ticketing sebagai Pengganti Pembayaran

Frek

%

Valid %

Cum %

STS

0

0

0

0

TS

1

1,1

1,1

1,1

RR

10

11,0

11,0

12,1

S

52

57,1

57,1

69,2

SS

28

30,8

30,8

100,0

91

100,0

100,0

Tunai

dan

Sistem

Antri

Pada

Saat

Mengantri di Loket Frek

%

Valid %

Cum %

STS

0

0

0

0

TS

0

0

0

0

R

8

8,8

8,8

8,8

S

54

59,3

59,3

68,1

SS

29

31,9

31,9

100,0

91

100,0

100,0

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 28 orang atau sebesar


30,8%.Sedangkan yang menjawab setuju


sebanyak 52 orang atau sebesar 57,1%.


Sementara yang menjawab pernyataan

31,9% sedangkan yang menjawab setuju



orang atau sebesar 11% dan responden





orang atau sebesar 8,8% dan responden

1,1%.

yang menjawab pernyataan dengan tidak Untuk jawaban sangat tidak setuju

setuju sebanyak nihil


Untuk



Kesimpulan

dari

jawaban

res-

sebesar

(sebanyak 57,1%)

52

responden

bahwa

atau

responden

sangat

tidak

setuju

memilih jawaban tersebut. Kesimpulan


jawaban

atau sebesar 0.

dari

jawaban

res-


(sebanyak

54

responden

atau

mengetahui penggunaan e-ticketing se-

sebesar 59,3%) bahwa setuju mengetahui

bagai pengganti pembayaran tunai dan

penggunaan e-ticketing sebagai pengganti

sistem antri melalui media interpersonal.

208


Lasmery Girsang,dkk

pembayaran tunai dan sistem antri pada

yang menjadi responden adalah mahasiswa

saat mengantri di loket.

yang mudah untuk menerima perubahan.

Dua pertanyaan selanjutnya adalah

Tabel

4.16:

mengenai tanggapan responden yang yakin

Dipersuasi

setelah mendapatkan persuasi atas sistem

Perubahan

e-ticketing, sebagai berikut: Tabel 4.15: Mudah Untuk Diyakinkan Dengan Adanya Perubahan Sistem

Mudah Orang

Percaya

Terkait

Jika

dengan

Frek

%

Valid %

Cum%

STS

0

0

0

0

TS

0

0

0

0

Frek

%

Valid %

Cum%

RR

8

8,8

8,8

8,8

STS

0

0

0

0

S

54

59,3

59,3

68,1

TS

1

1,1

1,1

1,1

SS

29

31,9

31,9

100,0

R

12

13,2

13,2

14,3

91

100,0

100,0

S

50

54,9

54,9

69,2

SS

28

30,8

30,8

100,0

91

100

100


Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 28 orang atau sebesar 30,8%, sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 50 orang atau sebesar 54,9%, sementara itu yang menjawab pernyataan dengan jawaban ragu-ragu sebanyak 12 orang atau sebesar 13,2%, dan responden yang menjawab pernyataan dengan tidak setuju sebanyak 1 orang

atau sebesar

1,1%, untuk jawaban sangat tidak setuju dinyatakan nihil karena responden tidak memilih jawaban tersebut. Kesimpulan dari jawaban responden menunjukkan mayoritas responden setuju

(sebanyak

50


responden

atau

sebesar 54,9%) bahwa responden mudah untuk diyakinkan dengan adanya perubahan sistem ini, apalagi dalam hal ini

setuju sebanyak 29 orang atau sebesar 31,9%, sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 54 orang atau sebesar 59,3%, sementara itu yang menjawab pernyataan dengan jawaban ragu-ragu sebanyak 8 orang atau sebesar 8,8%, dan responden yang menjawab pernyataan dengan tidak setuju sebanyak nihil atau sebesar 0 untuk jawaban sangat tidak setuju dinyatakan nihil karena responden tidak memilih jawaban tersebut. Kesimpulan dari jawaban responden menunjukkan mayoritas responden setuju (sebanyak 54 responden atau sebesar 59,3%) jika dipersuasikan oleh orang terkait dengan perubahansistem tersebut. Ketika pengguna moda commuter line dapat dengan mudah diyakinkan secara

persuasif,

209

maka

mayoritas


memutuskan

untuk

menggunakannya,

seperti berikut: Tabel

Konfirmasi juga didapat melalui media

4.17:

Memutuskan

Untuk

Mengadopsi Sistem %

Valid %

Cum%

STS

0

0

0

0

TS

1

1,1

1,1

1,1

R

12

13,2

13,2

14,3

S

46

50,5

50,5

64,8

SS

32

35,2

35,2

100,0

91

100,0

100,0

cetak

yang

memberitakan

e-

ticketing, seperti: Tabel

Frek

Lasmery Girsang,dkk

4.18:

Melakukan

Konfirmasi

Terhadap Pihak Terkait Melalui Media Cetak Untuk Menanyakan Kebenaran dari


Perubahan Tersebut Frek

%

Valid %

Cum %

STS

0

0

0

0

TS

1

1,1

1,1

1,1

RR

12

13,2

13,2

14,3

SS

50

54,9

54,9

69,2

S

28

30,8

30,8

100,0

91

100

100

bahwa responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 32 orang atau sebesar 35,2%, sedangkan yang menjawab setuju













atau sebesar


1.1% untuk jawaban sangat tidak setuju






atau sebesar

Kesimpulan dari jawaban respon-


den menunjukkan mayoritas responden


setuju


(sebanyak

46

responden

atau

sebesar 50,5%) bahwa setuju setelah

Kesimpulan dari jawaban respon-

mengetahui perubahan sistem ini me-

den menunjukkan mayoritas responden

mutuskan

setuju

untuk

mengadopsi

sistem

(sebanyak

50

responden

atau

dikarenakan dirasakan memiliki manfaat

sebesar 54,9%) setelah mengetahui adanya

bagi calon pengguna moda transportasi

perubahan sistem, maka mengkonfirmasi-

commuter line.

kannya terhadap pihak terkait melalui

210


media cetak menanyakan kebenaran dari perubahan tersebut. Tabel

4.19:

Lasmery Girsang,dkk

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang menjawab sangat

Anda

Sudah

Pernah

Setuju sebanyak 29 orang atau sebesar 31,9%, sedangkan yang menjawab setuju

Mencoba E-Ticketing Frek

%

Valid %

Cum%


STS

0

0

0

0


TS

0

0

0

0

RR

0

0

0

0

SS

62

68,1

68,1

68,1


S

29

31,9

31,9

100,0


91

100,0

100,0


setuju sebanyak nihil atau sebesar 0 untuk

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden yang menjawab sangat Setuju sebanyak 29 orang atau sebesar 31,9%, sedangkan yang menjawab setuju sebanyak 62 orang atau sebesar 68,1%, dan responden yang menjawab pernyataan dengan ragu-ragu dan tidak setuju dan tidak setuju sebanyak nihil atau sebesar 0

jawaban sangat tidak setuju dinyatakan nihil karena responden tidak memilih jawaban tersebut. Kesimpulan dari jawaban responden menunjukkan mayoritas responden setuju (sebanyak 54 responden atau sebesar 59,3%) merupakan kelompok individu

yang

telah

mengadopsi

e-

ticketing.

karena responden tidak memilih jawaban tersebut. Kesimpulan dari jawaban responden menunjukkan mayoritas responden setuju

(sebanyak

62

responden

atau

sebesar 68,1%) sudah pernah mencoba e-

4.20:

Kelompok

Anda

Individu

Merupakan yang

HASIL KUALITATIF Selain data kuantitatif, peneliti juga

mewancarai beberapa pengguna moda transportasi yang mengadopsi pemakaian e-ticketing.Dalam

ticketingsebagai cara pembayaran. Tabel

4.1.2

Telah

hal

ini,

peneliti

mengumpulkan sepuluh sampel dari total 91 orang responden.Beberapa pertanyaan yang diajukan lebih bertujuan untuk

Mengadopsi E-Ticketing

‗menguatkan‘ hasil data kuantitatif dimana

Frek

%

Valid %

STS

0

0

0

0

TS

0

0

0

0

RR

8

8,8

8,8

8,8

SS

54

59,3

59,3

68,1

dibuat secara acak dari berbagai dimensi

S

29

31,9

31,9

100,0

dan variabel yang ada.Berangkat dari

91

100

100

Cum%

pilihan jawaban mungkin tidak tercantum pada pertanyaan-pertanyaan angket. Terdapat delapan pertanyaan yang

konteks komunikasi, maka penelitian ini

211


lebih terfokus pada pesan yang hendak

Lasmery Girsang,dkk

visual itu yang paling penting.‖ (Arna)

disampaikan.Pesan yang dikomunikasikan adalah penyebaran difusi inovasi yang menggunakan unikasi

berbagai

sehingga

saluran

mampu

kom-

―Dibuatkan brosur atau iklan ditempattempat umum yang banyak orang pasti akan melihatnya.‖ (Vera)

membentuk

perilaku mengadopsi para pengguna moda transportasi commuter line dalam menggunakan e-ticketing. Berikut beberapa statement para key-informant sehubungan dengan saluran media (sosialisasi) yang digunakan pada proses difusi e-ticketing: ―Awal pertama diberlakukannya sistem eticketing saya hanya melihat dari spanduk yang banyak tersebar di setiap stasiun.Menurut saya hal ini kurang begitu efektif karena tidak semua orang dapat membaca dengan leluasa.Sebaiknya menggunakan brosur untuk dibagikan atau jika ingin lebih hemat dapat menempel poster pengumuman di setiap gerbong kereta. Penggunaan media sosial twitter dan facebook juga dapat membantu, meng-ingat apabila pengguna kereta ingin mengetahui jadwal mereka lebih suka untuk mengecek di media sosial.”(Indah) ―Menurut saya bentuk media sosialisai yang tepat agar semua masyarakat tau mengenai info e-ticketing ini adalah dengan membuat semacam TVC/iklan yang berdurasi 30 detik, karena menurut saya ini akan jauh lebih efektif ketimbang hanya dengan melakukan media sosial seperti facebook dan twitter atau dengan hanya melihat poster. Karena kalau pemerintah bisa memberikan info dengan membuat TVC pesan yang akan disampaikan juga akan mudah diterima oleh masyarakat. Dan layaknya masyarakat yang hidup di jaman 21 ini kita tidak hanya sekedar membaca tapi audio

―Bentuk sosialisasi yang seharusnya dilakukan oleh pihak commuter line adalah dengan menggunakan media sosial yang dipunya oleh commuter line, serta dengan melakukan pemberitaan di media massa dan membuat spanduk dengan ukuran besar yang di taruh disetiap kereta dan stasiun yang dilewati commuter line.‖ (Trie) ―Sosialisasi melalui pemberitahuan secara rutinitas di waktu-waktu tertentu di setiap stasiun, misalnya saat pembeli tersebut membeli tiket.Bisa juga lewat spanduk yang dipasang di tiap stasiun.‖ (Lady) ―Media sosial yang tepat digunakan yang pertama adalah facebook, karena setiap orang pasti mengenal facebook.Namun, saya belum tahu apakah pihak commuter line saat ini sudah memiliki akun official di fb atau tidak. Selain itu, twitter juga bisa dijadikan sebagai media informasi untuk memberitahukan pemberlakuan eticketing, saya adalah salah satu follower @commuterlinedi twitter dan kira-kira akun tersebut bisa efektif digunakan untuk memberikan informasi tentang pemberlakuan e-ticketing tersebut terutama pada anak muda yang sangat menggandrungi media sosial. Selain itu, adanya poster dan spanduk di setiap stasiun di jabodetabek juga efektif untuk mensosialisasikan pemberlakuan eticketing yang baru.‖ (Mega) ―Bentuk dan media sosialisasi yang tepat adalah dengan cara di masukan ke TV,di siarkan di radio,internet dan sosialisasi langsung ke lapangan.” (Selvi)

212


―Menurut saya dengan adanya iklan setiap harinya di televisi dan dengan adanya bantuan dari petugas PT. KAI yang cepat merespon setiap keperluan pengguna jasa kereta api dengan memberikan petunjuk adanya pemberlakuan e-ticketing yang menggunakan sistem tapping atau dengan menggunakan pengumuman/informasi yang disampaikan menggunakan speaker di setiap stasiun.‖ (Stefy)

(ticketing) dan teman sesama pengguna commuter line. Jika

―Menurut saya metode yang tepat adalah pemberitaan secara massal dalam mediacetak maupun online dan pemasangan spanduk pengumuman di setiap stasiun kereta yang dilewati oleh commuter line.‖ (Angel)

Dari beragam jawaban sampel, maka dapat disimpulkan terdapat lima saluran media yang digunakan antara lain: media sosial (facebook dan twitter), media massa (televisi, radio), media cetak dan online(internet), iklan below the line (brosur, spanduk, poster) serta pengumuman /pemberitahuan. Sementara, di saluran komunikasi

menilik

kembali

gagasan

Rogers (1961), dikatakan bahwasanya difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran gagasan

―Menurut saya media yang sangat berguna untuk mengetahui hal seperti eticketing dan commuter line adalah dengan membuat account media social seperti Twitter untuk memberikan informasi lebih lanjut tentang penggunaan E-Ticketing pada commuter line.‖ (Aldo)

Lasmery Girsang,dkk

pesan-pesan

baru

(new

yang idea)

berupa kepada

pengguna(adopter). Maka dalam penelitian ini, yang termasuk ide baru tersebut adalah inovasi perubahan sistem pembayaran: pembayar-an tunai (cash) menjadi emoney. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan keyinformant tentang manfaat yang diperoleh berikut: ―Selain memudahkan untuk memasuki gate di stasiun tanpa perlu mengantri, saya juga merasakan manfaat e money untuk membayar parkir di stasiun.” (Indah) “Lebih praktis dan cepat.”(Stefy) ―Manfaat nya jelas terlihat dari kecepatan proses menggunakan KRL, dengan tanpa harus menunggu lama dan langsung masuk ke dalam kereta itu sangat membantu orang orang yang bekerja dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Dan kenyamanan dalam menaiki transportasi lebih terasa karena menggunakan E-Ticketing akan mempermudah akses kita.”(Aldo) Pada

akhirnya,

tahapan

pada

lain—komunikasi interpersonal—terdapat

perilaku

mengadopsi

duasaluran yang banyak dipilih oleh

berakhir

pada

sebagian

adaptation. Pada proses ini, dikatakan

komunikasi

besar

key

langsung

informantyaitu dengan

petugas

proses

(Rogers,

1974)

terakhir

yakni

bahwa subjek telahberperilaku baru sesuai

213


dengan

pengetahuan,

kesadaran

dan

Lasmery Girsang,dkk

Tabel tersebut disebut sebagai

sikapnya terhadap stimulus. Untuk mem-

hipotesis

perkuat

bahwa terdapat hubungan yang sangat

argumen

tersebut,

berikut

pernyataan key informant:

penelitian.

Dapat

diketahui

nyata (p<0,01) antara divusi inovasi dengan awareness, interest, evaluations,

―Manfaatnya adalah adanya perubahan pola pikir masyarakat untuk bisa mempunyai pola pikir maju dan modern.Metode ini sudah banyak diterapkan di negara maju sebagai pengganti uang.Dengan metode ini, masyarakat dapat beradaptasi dengan negara-negara maju.”(Angel)

trial dan adaptions. Hal ini dikarenakan perubahan yang dilakukan oleh pemerintah memberikan manfaat yang dirasakan oleh para calon penumpang. Dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang sangat nyata (p<0,01)

4.2

antara

HASIL ANALISIS DATA

adaptions. Hal ini dikarenakan membuat

digunakan dalam penelitian ini adalah

suatu keputusan terhadap perubahan yang

analisis korelasi dengan program SPSS for

dilakukan oleh pemerintah memberikan

Windows versi 20.00. Variabel bebas

manfaat yang dirasakan oleh para calon

dalam penelitian ini antara lain: divusi

penumpang.

keputusan

pengelompokkan

data

dengan

yang

inovasi,

pengolahan

inovasi

awareness, interest, evaluations, trial dan

4.2.1 HASIL UJI KORELASI Teknik

keputusan

inovasi

adopter

dan

Dapat diketahui bahwa terdapat

berhubungan

hubungan yang sangat nyata (p<0,01)

dengan perilaku mengadopsi.

antara Pengelompokkan adopter dengan

Tabel 4.2.1: Hubungan Antara Divusi Inovasi dengan Perilaku Mengadopsi

awareness, interest, evaluations, trial dan

Variabel

Koefisien korelasi rank Spearman (rs) pada Awarene ss

Divusi Inovasi Keputusa n Inovasi Pengelo mpokkan adopter

0,300** 0,350** 0,379 **

Int ere st 0,2 70 *

0,3 12 **

0,370** Keterangan: *) nyata pada α 0,05; **) sangat nyata pada α 0,01

Eva luati ons 0,29 0*

Trial

Adaptions

0,27 6*

0,301* *

0,32 7**

0,40 9**

0,344* *

0,29 7*

0,371* *

0,28 6*

adaptions. Hal ini dikarenakan dalam melakukan perubahan dilakukan pengelompokan-pengelompokkan berdasarkan kesiapan

anggota

kelompok

untuk

melakukan suatu perubahan.

4.2.2 UJI HIPOTESIS Dengan menggunakan nilai r tabel untuk df = (N-2) df = 91-2 = 89 dengan nilai signifikansi sebesar 0,05 didapatkan nilai r tabel untuk 89 orang sebesar 0,2061.

214


Lasmery Girsang,dkk

Jika dilihat nilai r hitung antara divusi

media below the line, above the line,

inovasi dengan perilaku mengadopsi, nilai

new

r hitung < r tabel.

konvensional

social

media

serta

media

Penelitian ini didapatkan hasil

3. Terbukti bahwasanya perilaku meng-

bahwa terdapat hubungan antara divusi

adopsi ada pada tahapan terakhir yakni

inovasi terhadap perilaku mengadopsi

adaptation yang berarti telah ber-

yaitu H0 ditolak dan H1 diterima.Jika Jika

perilaku

dilihat nilai r hitung antara keputusan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya

inovasi dengan perilaku mengadopsi nilai r

terhadap suatu difusi inovasi (dalam

hitung < r tabel, maka terdapat hubungan

hal ini adalah penggunaan e-ticketing

antara keputusan inovasi terhadap perilaku

sebagai pengganti pembayaran tunai).

baru

sesuai

dengan

mengadopsi yaitu H0 ditolak dan H1 diterima. Jika dilihat nilai r hitung antara divusi inovasi dengan perilaku meng-

DAFTAR PUSTAKA

adopsi nilai r hitung < r tabel, maka terdapat hubungan antara pengelompokkan adopter terhadap perilaku mengadopsi yaitu H0 ditolak dan H1 diterima.

Ancok D. 1995. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Dalam Metode Penelitian Survai. Diedit oleh Singarimbun dan Sofian Effendi. Jakarta : LP3ES Ardianto, Elvinaro. 2009. Metode Penelitian Untuk Public Relations: Kuantittif dan Kualitatif. Sembiosa Rekatama Media, Jakarta.

BAB 5 KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat

hubungan

variabel

yakni

antara difusi

ketiga inovasi,

pengelompokkan adopter dan perilaku mengadopsi

(seperti

tertera

pada

hipotesis penelitian) 2. Terdapat ragam media yang digunakan untuk difusi sebuah inovasi, yakni

Arifianto, S. 2013. Dinamika Perkembangan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Serta Implikasinya di Masyarakat. Jakarta: Media Bangsa Ashenfelter O, Levine PB, Zimmerma DJ. 2003. Statistics and Econometrics: Methods and Applications. New York: John Wiley & Sons, Inc. Babbie E. 1992. The Practice of Social Research. Edisi Enam. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company. Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,

215


Kebijkan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group Kriyantono, Rakhmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung. Nasution, S. 2003. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Cetakan keenam. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Neuman LW. 2006. Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approachs. Boston: Pearson. Nurdin, Usman. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.PT. Raja Grafindo Persada.

Lasmery Girsang,dkk

Ruslan R. 2008. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sumber Online: http://bstp.hubdat.dephub.go.id/index.php ?mod=detilSorotan&idMenuKiri= 345&idSorotan=54 http://www.stppgowa.ac.id/informasi/artik el-ilmiah/194-komponen-sistemsosial-dalam-proses-penyebaraninformasi http://bni.co.id/BeritaBNI/BeritaBNI/tabid /236/articleType/ArticleView/articl eId/298/language/id-ID/KiniUang-Elektronik-BNI-Bank-BRIdan-Bank-Mandiri-Bisa-BayarKereta-Commuter-Line.aspx http://www.bekasibusiness.com/2013/11/0 8/pengguna-ka-commuter-linedari-stasiun-bekasi-diimbaugunakan-kartu-multitrip/ http://www.krl.co.id/BERITATERKINI/kartu-flazz-bca-kinidapat-digunakan-untuk-transaksiperjalanan-krl.html

Patton MQ. 2002. Qualitative Research and Evaluation Methods. 3rd Ed. London: Sage Publication.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345 6789/34055/3/Chapter%20II.pdf

Phipps P, Vernon M. 2008. 24 Hours: An Overview Of The Recall Diary Method and Data Quality In The American Time Use Survey. Thousands Oaks; Sage Publication.

http://bni.co.id/BeritaBNI/BeritaBNI/tabid /236/articleType/ArticleView/articl eId/298/language/id-ID/KiniUang-Elektronik-BNI-Bank-BRIdan-Bank-Mandiri-Bisa-BayarKereta-Commuter-Line.aspx.

Rakhmat, Jalaludin. 1994. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Karya, Bandung. Rogers, Everett M, 1995.Diffusions of Innovations, Forth Edition. New York: Tree Press.

216

Implementasi Difusi Inovasi Pada Sistem Sosial TerkaitDengan Penggunaan E-Ticketing Sebagai Pengganti Pembayaran Tunai dan Sistem Antri

Recommend Documents