IDENTIFIKASI POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR Dimas Handoko1);Janthy Trilusianthy Hidayat2);Agus Sunaryadi 2). 1) 2)
Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Staf Pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Pakuan Email:
[email protected]
Abstrak Kawasan agropolitan merupakan salah satu konsep pengembangan kawasan perdesaan. Perda Kabupaten Cianjur Nomor 17 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur, mengamanatkan kawasan strategis Kabupaten Cianjur adalah kawasan agropolitan Cipanas yang berada di Kecamatan Cipanas dan Kecamatan Pacet dengan Desa Pusat Pertumbuhannya yaitu Desa Sindangjaya dan Desa Sukatani. Berkaitan dengan pengembangan kawasan agropolitan Cipanas maka diperlukan lahan pertanian dan kondisi geografis yang mendukung guna tercapainya faktor pendukung kegiatan kawasan agopolitan. Tujuan pada penelitian ini adalah : a) Identifikasi kondisi eksisting faktor pendukung kegiatan agropolitan(produksi dan lahan pertanian, pemasaran, teknologi usaha tani, kelembagaan dan sistem transportasi) di kawasan agropolitan CipanasKabupaten Cianjur, b) Identifikasi persepsi petani, kelembagaan pertanian dan pemerintah dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan Cipanas. c) Identifikasi potensi dan kendala kawasan agropolitan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Metode yang digunakan dalam mencapai tujuan tersebut melalui observasi lapangan, penyebaran kuisioner dan dokumentasi kebijakan.Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa 1)Kondisi faktor pemasaran, kelembagaan dan teknologi usaha tani dalam mendukung kegiatan agropolitan kurang memadai. 2)Persepsi masyarakat terhadap kawasan agropolitan bahwa industri pengolahan hasil pertanian harus dijalankan dan dibentuknya kerjasama pemerintah, kelembagaan dan petani agar tercapainya faktor pendukung kegiatan agropolitan. 3)Potensi kawasan agropolitan adalah lahan pertanian yang luas dan komoditi unggulan berupa bawang daun, cabai, brokoli, wortel dan strawberi. Potensi pada kegiatan agropolitan sudah sesuai namun aplikasi dari potensinya kurang sesuai karena kurangnya peran pemerintah. Kendala kawasan agropolitan adalah fungsi kelembagaan dan infrastruktur penunjang kegiatan yang kurang berjalan dengan baik dan peran tengkulak yang sangat dominan karena memegang mata rantai transportasi, pemasaran dan uang tunai. Kata kunci: pertanian, agropolitan, sistem pemasaran, sistem transportasi, teknologi usaha tani dan kelembagaan.
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangunan di kawasan perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan pengembangan kawasan perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan kawasan perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan
malah berakibat sebaliknya yaitu tersedotnya potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya manusia, alam, bahkan modal (Douglas, 1986). Kondisi ini mengakibatkan Indonesia harus mengimpor produk-produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Tercatat, Indonesia harus mengimpor kedelai sebanyak 1.277.685 ton pada tahun 2000 dengan nilai nominal sebesar US$ 275 juta. Pada tahun yang sama, Indonesia mengimpor
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
1
sayur-sayuran senilai US$ 62 juta dan buah-buahan senilai US$ 65 juta (S Yudohusodo, 2002). Berdasarkan kondisi tersebut, tidak berarti pembangunan perdesaan menjadi tidak penting, akan tetapi harus dicari solusi untuk mengurangi urban bias. Pengembangan kawasan agropolitan dapat dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada di kawasan agropolitan. Indonesia merupakan negara agraria dengan penduduk yang mayoritas bekerja di bidang pertanian terutama pada daerah pedesaan yang lahan taninya di Indonesia sangat luas. Hal tersebut harus menjadi pertimbangan karena perlu adanya pengembangan yang tidak selalu melihat sisi perkotaan namun juga potensi yang terdapat pada wilayah pedesaan sangat perlu untuk dikembangkan, agar lahan tani di Indonesia tidak hanya luas saja, namun berkualitas sebagai pendongkrak nilai ekonomi masyarakat khususnya wilayah pedesaan. Melalui pengembangan agropolitan, diharapkan terjadi interaksi yang kuat antara pusat kawasan agropolitan dengan wilayah produksi pertanian dalam sistem kawasan agropolitan. Melalui pendekatan ini, produk pertanian dari kawasan produksi akan diolah terlebih dahulu di pusat kawasan agropolitan sebelum di jual (ekspor) ke pasar yang lebih luas sehingga nilai tambah tetap berada di kawasan agropolitan. Kabupaten Cianjur dalam rencana strategis pada Rencana Tata Ruang
Wilayahnya mengarahkan Kecamatan Cipanas dan Kecamatan Pacet sebagai kawasan strategis Agropolitan. Kawasan Agropolitan di Kabupaten Cianjur memiliki Desa Pusat Pertumbuhan yaitu Desa Sukatani di Kecamatan Pacet dan Desa Sindangjaya di Kecamatan Cipanas. Potensi pertanian yang ada dan mayoritas penduduk bermata pencarian pada bidang pertanian, maka wilayah tersebut harus dikembangkan sebagai kawasan agropolitan dan harus dipertahankan sebagai lahan pertanian mengingat tingkat pembangunan yang cukup tinggi dan alih fungsi lahan pertanian sebagai bangunan seperti, permukiman, villa, perdagangan dan jasa. Hal ini disebabkan wilayah diluar kawasan agropolitan Cipanas merupakan daerah wisata. Pesatnya perkembangan kawasan tersebut ditandai pemanfaatan ruang yang tidak terkendali maka harus adanya kebijakan yang mengatur wilayah Kabupaten Cianjur, khususnya kawasan agropolitan dengan penanganan khusus kawasan ini dengan titik fokus pada konservasi lahan. 1.2.
Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Identifikasi kondisi eksisting pengembangan kawasan agropolitan Cipanas. 2. Identifikasi persepsi petani, kelembagaan pertanian dan pemerintah dalam rangka pengembangan kawasan agropolitan Cipanas. 3. Identifikasi potensi dan kendala pengembangan kawasan agropolitan Cipanas. 2. METODE PENELITIAN 2.1. Ruang Lingkup Wilayah Lingkup wilayah penelitian merupakan wilayah yang sudah ditetapkan dalam Surat menteri pertanian
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
2
No 144/OT.210-A/V-202, SK Bupati Nomor 521.3 Kep.175-Pc2002 dam perda No 17 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur Tahun 2011-2031, bahwa lokasi kawasan agropolitan terletak di Kecamatan Pacet dan Cipanas dengan Desa pusat pertumbuhan di Desa Sindangjaya Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani Kecamatan Pacet. 2.2. Lingkup Materi Lingkup materi penelitian meliputi identifikasi kondisi eksisting faktor pendukung kegiatan agropolitan Cipanas, berdasarkan kuisioner dan wawancara masyarakat dan kebijakan-kebijakan mengenai penataan kawasan agropolitan, khususnya pada wilayah studi. 2.3. Metode Pengumpula Data 1. Data Primer Data primer didapatkan melalui metode observasi lapangan dan pengambilan sampel malalui kuisioner kepada masyarakat. 2. Data Sekunder Data sekunder didapatkan melalui studi literatur dengan berbagai referensi dan survey instansi untuk mendapatkan data peraturan dan pedoman pelaksanaan instansi terkait dengan ruang lingkup penelitian. 2.4. Metode Analisis Metode Deskriptif merupakan metode untuk mendukung proses pengerjaan penulisan lebih terarah dengan pembahasan meliputi kondisi eksisting, pendapat masyarakat, dan kebijkan yang ada mengenai 5 faktor pendukung kegiatan agropolitan yang terdiri dari lahan dan produksi pertanian, pemasaran,
kelembagaan, teknologi usaha tani dan sistem transportasi yang didapat dari teori AT Mosher dan peraturan menteri pertanian. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kondisi Eksisting Faktor Pendukung Kegiatan Agropolitan 1. Produksi Pertanian Produksi hasil pertanian pada wilayah studi mayoritas adalah sayuran, hanya sedikit hasil produksi pertanian yang merupakan buah-buahan dan palawija. Bentuk produksi pertanian yang dipasarkan di Desa Sindangjaya dan Desa Sukatani masih dalam bentuk mentah, belum ada sistem pengolahan hasil pertanian baik menjadi bahan antara, ataupun bahan akhir. Lahan dan produksi tani disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Produksi pertanian yang dipasarkan pada wilayah studi dalam bentuk mentah belum ada pengolahan lain seperti industri pengepakkan, dan olahan makanan seperti : kerupuk tomat dan wortel yang dapat menaikkan nilai jual. 2.
Kelembagaan Kelembagaan agribisnis merupakan lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan pertanian atau usaha agribisnis. Lembaga yang dimaksud tersebut terdiri dari lembaga badan hukum, swasta dan perorangan. Fungsi dari kelembagaan tersebut adalah menunjang kegiatan pertanian dari awal seperti pemberian modal keuangan, bibit/benih, pupuk dan teknologi hingga akhir pengolahan dan pemasaran.Penjelasan kelembagaan pertanian disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
3
Tabel 1.Luas Lahan Tani dan Produksi Hasil Tani di Kawasan Agropolitan No
Komodoitas DPP
1
Jagung
2
Ubi Kayu
3
Ubi Jalar
4
Cabai
5
Tomat
6
Sawi
7
Kentang
8
Kubis
9
Buncis
10
Brocoli
11
Terung
12
Wortel
13
Bawang Daun
14
Alpukat
15
Pisang
16
Nangka
17
Strawberry Jumlah
Luas (Ha) Kawasan Agropolitan
Produksi (ton/Ha)
Masa Panen (panen / tahun)
Presentase Perbandingan Produksi (%)
Ratio Produksi
2,00
38,62
3
4
5,18
Rendah
1,20
15,06
7
2
7,97
Rendah
0,08
7,00
6
3
1,14
Rendah
48,80
56,88
2
4
85,79
Tinggi
0,22
3,12
3
3
7,05
Rendah
6,00
30,20
4
6
19,87
Rendah
4,80
31,28
5
4
15,35
Rendah
17,60
71,40
5
2
24,65
Rendah
17,44
57,12
3
6
30,53
Rendah
76,64
112,06
2
2
68,39
Tinggi
1,76
51,20
1
2
3,44
Rendah
248,52
429,94
165
3
57,80
Sedang
132
134,22
5
5
98,35
Tinggi
0,32
39,00
4
4
0,82
Rendah
3,60
28,00
3
12,86
Rendah
0,08
7,20
1
1,11
Rendah
51,2
111,10
2
46,08
Sedang
612,26
1.223,4
25 4 15
50,04
Gambar 1. Lahan Pertanian pada Kawasan Agropolitan Tabel 2.Kelompok Tani Di DPP Tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nama Kelompok Tani Tani Mekar Jaya Tani Surya Kencana Tani Padajaya Tani Jolok Tani Sukamaju Tani Agroseger KWT Kartini Tani Maju Jaya Tani Pasir Kampung Tani Pasirjaya Tani Baru Kupa Tani Golenang Jumlah
Jumlah Anggota 11 Orang 9 Orang 10 Orang 10 Orang 10 0rang 20 Orang 11 Orang 13 Orang 12 Orang 9 Orang 10 Orang 10 Orang 134 Orang
Luas (Ha) 3,4 3,14 1,9 2,71 2,68 10,85 8,31 4,16 3,38 4,6 4,98 4,13 54,24
Alamat
Jumlah Penduduk Tani
Kp. Gunungbatu, Desa Sindangjaya Kp.Kemang, Desa Sindangjaya Kp.Padajaya, Desa Sindangjaya Kp.Jolok, Desa Sindangjaya Kp.Sindangjaya, Desa Sindangjaya Kp.Jolok, Desa Sindangjaya Kp.Kemang, Desa Sindangjaya Kp.Gunung Putri, Desa Sukatani Kp.Pasir Kampung, Desa Sukatani Kp.Kayu Manis, Desa Sukatani Kp.Barukupa, Desa Sukatani Kp.Golenang, Desa Sukatani
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
5.173
4
Tabel 3.Kelembagaan Usaha Agribisnis di wilayah Studi Tahun 2014 No
Jenis Lembaga
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bank KUD Koptan Kopontren KSU TPK/Kios Pasar Kel. UPJA Home Industri Pengecer Penyalur
DPP
Kawasan Agropolitan
2 2 3 2 3 10 1 49 34 19
15 5 8 6 9 73 2 11 216 144 51
Jika dibandingkan presentase jumlah kelembagaan di DPP dan di kawasan agropolitan masih dalam angka rendah, belum melebihi angka 50%, karena DPP dengan pusat kegiatan pertanian di kawasan agropolitan seharusnya memiliki kelembagaan yang lebih banyak dibandingkan dengan Desa yang lain. 3.
Teknologi Usaha Tani
Teknologi dalam usaha pertanian dimanfaatkan untuk mengembangkan sistem usaha agribisnis, namun pada kenyataannya masih saja banyak daerah yang ditetapkan sebagai kawasan agropolitan tetapi belum mengadopsi teknologi kedalam kegiatan pertaniannya. Pada wilayah studi penerapan teknologi belum tercapai dikarenakan
Presentase Perbandingan (%) 13,33 40,00 37,50 33,33 33,33 13,70 0,00 9,09 22,69 19,44 23,53
petani lebih memilih memakai cara dan alat tradisional dalam kegiatan pertanian disebabkan minimnya sumber daya manusia dalam penguasaan teknologi, dan sulitnya penerimaan petani terhadap perkembangan teknologi yang baru. Hal ini juga disebabkan kurang rutinnya kegiatan diskusi dan penyuluhan oleh pemerintah terhadap kegiatan pertanian. Alat-alat usaha pertanian yang terdapat pada wilayah studi merupakan fasilitas yang berupa alat bantu bagi petani dalam melakukan kegiatan pertanian, baik itu pada tahapan persiapan / pematangan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman, panen, hingga pada tahapan pengolahan hasil panen. Alat penunjang pertanian disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Alat Penunjang Usaha Tani Pada Wilayah Studi Tahun 2013 No
Jenis Alat
Jumlah Alat
Luas Pelayanan Alat (Ha)
Lahan yang Terlayani
Luas Lahan Pertanian
Presentase (%)
1
Hand Tractor
2
100
200
32,68
2
Hand Sprayer
54
10
540
88,24
3
Motor Sprayer
2
70
140
22,88
4
Mist Blower
1
80
80
5
Power Thresher
1
80
80
6
Pompa Air
5
50
250
40,85
7
Emposan Tikus
2
80
160
26,14
8
Rontogan
4
75
300
49,02
9
Dryer
2
40
80
13,07
13,07 612
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
13,07
5
4.
pemasaran produksi pertanian meliputi pengumpulan hasil pertanian, proses pengemasan / proses pengolahan, dan pemasaran. Pada wilayah studi proses pengemasan dan proses pengolahan tidak dilakukan karena petani merasa lebih cepat pemasaran tanpa proses pengemasan dan proses pengolahan makanan, walaupun sebenarnya prosesproses tersebut mampu meningkatkan nilai jual produksi pertanian.Sistem alur pemasaran dan sebaran lembaga pemasaran disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Sistem Pemasaran
Sistem pemasaran produk-produk pertanian pada wilayah studi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal saja, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan secara regional terutama untuk beberapa komoditas tanaman pangan dan sayuran. Tujuan pemasaan pada wilayah studi antara lain : Jakarta, Bogor, Sukabumi, Bandung, Cianjur, dan Purwakarta Pemasaran produksi pertanian belum tercapai dengan baik sesuai dengan alur pemasaran yang sesuai. Alur Petani
Pengumpul
Pedagang / Pasar Tradisional Pasar Modern / Swalayan
Pengecer
Konsumen
Gambar 2.Bagan Alur Pemasaran Produk Pertanian Eksistingdi Wilayah Studi
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
6
Gambar 3. Peta Sebaran Sarana Pemasaran di Wilayah Studi Salah satu pengembangan agribisnis di masa mendatang adalah menigkatkan taraf hidup petani khususnya dan penduduk di wilayah studi pada umumnya. Oleh karena itu orientasi eksport produk-produk pertanian menjadi prioritas dalam pengembangan agribisnis. Membangun jaringan pemasaran hasil pertanian yang meliputi pembinaan kemitraan, pembangunan/pengadaan terminal agribisnis, pengembangan SDM (keterampilan dan intelektual) petani terhadap sebagai upaya perkembangan teknologi pemasaran. 5. Sistem Transportasi Sistem transportasi merupakan salah satu indikator kemajuan dan kesejahteraan satu daerah, hal ini disebabkan oleh peranannya terhadap pemenuhan kebutuhan pergerakan
(keluar-masuk) orang dan barang baik untuk kepentingan lokal maupun regional. Selain itu juga sistem transportasi wilayah sangat mempengaruhi tingkat perkembangan pembangunan suatu daerah.Kondisi transportasi disajikan pada Tabel 5, Gambar 4 dan Gambar 5. a. Kondisi Jaringan Jalan Wilayah studi dilalui jalur transportasi regional yang menghubungkan Cianjur-Bogor-Jakarta tersebut merupakan jalan arteri primer,serta didukung pula oleh terminal yang melayani lingkup regional berada di Desa Cipanas. Jaringan jalan pada wilayah studi berdasarkan hasil survey lapangan yang terdiri dari jalan arteri, kolektor dan lokal.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
7
Tabel 5.Kondisi dan Perkerasan Jalan di DPP Tahun 2013 Kondisi
Perkerasan Jenis Jalan
No
Aspal (km)
Beton (km)
Kerikil (km)
Tanah (km)
Baik
Sedang
Rusak
Jumlah
Panjang (km) 0,68
Presentase (%) 6,08
Panjang (km) -
Presentase (%) 0,00
Panjang (km) -
Presentase (%) 0,00
0,68
1
Arteri
0,68
-
-
-
2
Lokal
7,89
3,92
2,11
5,75
7,2
64,40
4,61
65,21
7,86
33,25
19,67
3
Setapak
5,76
-
7,42
9,36
3,3
29,52
3,46
48,94
15,78
66,25
41,89
3,92
9,53
14,11
11,18
26,69
7,07
16,88
23,64
56,43
62,24
13,33
Jumlah
Gambar 4. Kondisi Jaringan Jalan di Wilayah Studi b.
Moda Angkutan
Moda angkutan umum yang terdapat dan melayani di wilayah studi hanya dilayani oleh transportasi lokal yang terdiri dari angkutan kota (angkot), angkutan desa (angdes) dan ojeg yang sudah cukup melayani kebutuhan transportasi umum di wilayah studi. Selain terdapat moda angkutan umum yang melayani pergerakan orang, pada wilayah studi juga dilayani juga oleh moda angkutan barang yang terdiri dari kendaraan pick up, colt diesel, dan truk. Namun mayoritas status kepemilikan moda angkutan barang adalah kepemilikan pribadi para tengkulak
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
8
Gambar 5. Peta Jaringan Jalan di Wilayah Studi
3.2.
Persepsi Masyarakat dan Stakeholder terkait terhadap Kegiatan Agropolitan Cipanas
Pada kuisioner yang diberikan kepada petani, pengelola kelembagaan dan instansi terkait 5 faktor pendukung kegiatan agropolitan , didapatkan hasil bahwa lahan dan produksi pertanian sudah cukup baik namun 4 faktor lainnya yaitu teknologi usaha tani, kelembagaan, pemasaran dan transportasi kurang baik. Pesrsepsi dari para petani, pengelola kelembagaan dan instansi sepakat bahwa kegiatan agropolitan di DPP kawasan agropolitan belum cukup mendukung perekonomian masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap perkembangan agropolitan disajikan pada Tabel 6. Prioritas yang paling utama dalam mengembangkan kawasan agropolitan adalah pemantapan SDM yang ditunjang teknologi dan informasi yang baik, serta ketersediaan sarana prasarana dalam menunjang kegiatan pertanian, dengan terpenuhinya sarana
maka kelembagaan yang ada dapat berjalan optimal. 3.3.
Analisis Potensi dan Kendala
Identifikasi terhadap potensi dan permasalahan suatu daerah merupakan kesimpulan dan hasil analisis atau penilaian yang dilakukan sebelumnya terhadap kondisi faktor pendukung saat ini yang mempengaruhi dan pembangunan daerah yang bersangkutan. Secara garis besar, potensi kegiatan agropolitan pada wilayah studi yaitu sarana pemasaran yang sudah ada dapat digunakan dan dioptimalkan kembali guna produksi pertanian dapat dipasarkan melalui proses pengemasan dan pengolahan makanan. Kendala pada kegiatan pertanian belum terjalinnya kerjasama kemitraan antara kelembagaan, petani dan pemerintah, peran pemerintah yang belum mampu mengawasi mata rantai agribisnis yang di dominasi tengkulak.
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
9
Tabel 6 Persepsi Masyarakat dan Stakeholder terkait Terhadap Faktor Pendukung Kegiatan Agropolitan Cipanas Petani No
Faktor
Jiwa Tidak Baik
Lahan dan Produksi 1
Instansi
Tani
Tani
Jiwa
%
111
45,12
19
43,18
6
40,00
Cukup Baik
129
52,44
41
93,18
13
86,67
Sangat Baik
5
2,03
3
4,76
2
9,52
246
100,00
63
100,00
21
100,00
1
1,22
-
0,00
1
14,29
Kurang Baik
78
95,12
21
100,00
6
85,71
Cukup Baik
3
3,66
-
0,00
-
0,00
Sangat Baik
-
0,00
-
0,00
-
0,00
82
100,00
21
100,00
7
100,00
Tidak Baik
-
0,00
0,00
%
Kurang Baik
Jumlah
-
Jiwa
0,41
Tidak Baik
Teknologi Usaha
% 1
Jumlah
2
Pengelolaan Kelembagaan
Nilai
-
0,00
-
0,00
-
0,00
Kurang Baik
77
93,90
18
85,71
5
71,43
Cukup Baik
5
6,10
3
14,29
2
28,57
Kelembagaan 3
Sangat Baik
-
Jumlah
0,00
-
0,00
-
0,00
82
100,00
21
100,00
7
100,00
43
26,22
9
21,43
1
7,14
Kurang Baik
102
62,20
27
64,29
11
78,57
Cukup Baik
19
11,59
6
14,29
2
14,29
Tidak Baik
Pemasaran 4
Sangat Baik
-
Jumlah
0,00
-
0,00
100,00
5
2,03
Kurang Baik
132
53,66
33
78,57
12
57,14
Cukup Baik
109
44,31
9
21,43
9
42,86
-
100,00
0,00
164
Tidak Baik
42
-
0,00
14 -
100,00 0,00
Sistem Transportasi 5
Sangat Baik Jumlah
-
0,00 246
100,00
-
0,00 42
100,00
-
0,00 21
100,00
Sumber : Hasil perhitungan
Keterangan:
Persepsi terbanyak
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
10
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Produksi dan lahan pertanian sudah cukup memadai dengan jumlah produksi pertanian 129 ribu ton setiap panen/tahunnya nilai tersebut tak sebanding dengan kondisi teknologi usaha tani, sistem pemasaran, kelembagaan dan sistem transportasi yang belum memadai dengan kurang terlayaninya kebutuhan masyarakat dalam menunjang kegiatan agropolitan. 2. Persepsi masyarakat terhadap faktor pendukung kegiatan agropolitan dengan prioritas yang paling utama adalah pemantapan SDM yang ditunjang teknologi dan informasi yang baik, serta ketersediaan sarana prasarana dalam menunjang kegiatan pertanian, dengan terpenuhinya sarana maka kelembagaan yang ada dapat berjalan optimal. 3. Potensi pada wilayah studi adalah luasnya lahan tani yang produktif dengan hasil tani yang diolah dengan industri pengolahan makanan, mengoptimalkan lahan perkebunan strawberry dengan mengembangkan agrowisata, mengaktifkan dan optimalisasi sarana pemasaran yang sudah dibuat oleh pemerintah dalam pengembangan kegiatan agropolitan, adanya jalurtransportasi regionalyang melewati kawasan agropolitan. Saran Berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saransaran sebagai berikut :Mengembangkan industri pengolahan makanan untuk meningkatkan nilai jual hasil pertanian, penerapan adopsi teknologi yang didapat dari wilayah lain yang terarah, pembangunan pelayanan komunikasi dan informasi yang lebih
menyeluruh,melakukan urun rembuk antara tengkulak, petani dan pemerintah dalam mengarahkan sistem alur pemasaran yang baik, perbaikan kondisi jaringan jalan agar mobilitas masyarakat dapat berjalan dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cianjur, 2012, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cianjur Tahun 2010-2030, Cianjur. [Deptan] Departemen Pertanian, 2012, Peraturan Menteri Pertanian No 50 Tahun 2012 Tentang Pedman Pengembangan Kawasan Pertanian, Jakarta. [KemenPU] Kementerian Pekerjaan Umum, 2012, Agropolitan dan Minapolitan, Konsep Kawasan Menuju Keharmonisan, Jakarta.
[4]
Mosher AT, 1971 , Menggerakan dan Membangun Pertanian, penyunting : Krisnadi, Jakarta : CV Yasaguna.
[5]
P4W IPB, PKSPL IPB, PSP3-IPB, 2011, Menuju Desa 2030, Bogor, Institut Pertanian Bogor. Rustiadi, Ernan, 2007, Agropolitan : Membangun Ekonomi Pedesaan, Bogor, Institut Pertanian Bogor Rustiadi, Ernan, 2008, Agropolitan : Strategi Pengembangan Pusat Pertumbuhan Pada Kawasan Perdesaan, Bogor, Institut Pertanian Bogor Sumodiningrat, Gunawan, 2000. Pembangunan Ekonomi Melalui Pengembangan Pertanian, Jakarta: PT.Bina Rena Pariwisata,. Wikipedia Indonesia, agropolitan, http://id.wikipedia.org/wiki/agropo litan, di akses 12 April 2014.
[6]
[7]
4.2.
[8]
[9]
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
11
PENULIS : 1. Dimas Handoko, ST. Alumni (2014) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 2. Dr. Ir. Janthy Trilusianthy Hidayat, M.Si. Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan
3. Ir. Agus Sunaryadi, M.SP. Staf Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik-Universitas Pakuan
12