PENGEMBANGAN PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PEMASARAN PRODUK HASIL PERIKANAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERCONTOHAN/ PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN PENYULUH PERIKANAN STUDI KASUS DI KABUPATEN KAPUAS (KALIMANTAN TENGAH) FAHRUR RAZI, SST
0
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dalam rangka mendukung Kebijakan Nasional yang meliputi Pro Poor, Pro Job, Pro Growth, and Pro-Sustainability, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mempunyai Visi “Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat” dan Misi (1) Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan; (2) Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kelautan dan perikanan; dan (3) Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumberdaya kelautan dan perikanan. Implementasi dari upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut dilakukan melalui: (1) Pengembangan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan; (2) Kewirausahaan; (3) Jaringan; (4) Teknologi dan Informasi; (5) Pemberdayaan; (6) Pengembangan industrialisasi, dan (7) Penguatan Kelembagaan Kelompok Masyarakat. Pengembangan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan dilakukan melalui 6 Pendekatan: (1) ekonomi kelautan dan perikanan berbasis wilayah; (2) kawasan ekonomi unggulan; (3) sentra produksi; (4) unit usaha; (5) penyuluhan; dan (6) dilaksanakan secara lintas sektor. Oleh karena itu, pendekatan Penyuluhan sebagai salah satu syarat mutlak Keberhasilan Pengembangan Kawasan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan, akan dilakukan melalui: (1) penguatan kelembagaan; (2) pengembangan jumlah Penyuluh Perikanan; (3) peningkatan kompetensi dan kapatitas Penyuluh Perikanan; (4) peran sebagai fasilitator; dan (5) peran sebagai pendamping penerapan teknologi, di bidang: penangkapan ikan, budidaya ikan, pengolahan hasil perikanan, dan usaha garam rakyat. Pengembangan bisnis kelautan dan perikanan berbasis pelaku utama merupakan salah satu tantangan dalam Pengembangan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan, hal tersebut dikarenakan keterbatasan akses pelaku utama terhadap informasi teknologi, permodalan, pasar, modal rendah, kurang respon terhadap inovasi, akses pada informasi relatif rendahdan sumberdaya merupakan kendala dalam pencapaian program pembangunan masyarakat. Untuk itu upaya mengoptimalkan sumber daya manusia dan sumber daya alam pada tingkat pelaku utama, perlu didukung dengan ketersediaan paket teknologi kelautan dan perikanan tepat guna dan sarana penunjang yang memadai. Penyelenggaraan penyuluhan perikanan diharapkan mampu menjadi katalisator bagi upaya pembangunan perekonomian masyarakat, khususnya dalam mewujudkan visi pembangunan kelautan dan perikanan. Upaya peningkatan kualitas SDM pelaku utama/pelaku usaha kelautan dan perikanan, berupa perubahan perilaku baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, tidak dapat dilakukan dalam waktu sesaat, akan tetapi merupakan pendidikan sepanjang hidup (long life education). Penyuluhan perikanan sebagai salah satu pendidikan non formal memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas SDM pelaku utama/pelaku usaha kelautan dan perikanan baik berfungsi sebagai mediator, motivator maupun fasilitator. Para penyuluh perikanan tersebut perlu memiliki kapasitas dan kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan fungsi tersebut.
1
Untuk itu, diperlukan fasilitas yang mampu meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan menjalankan bisnis perikanan sesuai dengan potensi di wilayahnya kerjanya, dan sesuai dengan kelayakan baik dari aspek teknis maupun ekonomis. Keberhasilan penyuluh dalam melaksanakan tugas tersebut disamping untuk menambah pendapatan, juga diharapkan dapat dicontoh oleh pelaku utama dan pelaku usaha diwilayah kerjanya dalam peningkatan pendapatannya, pada era bisnis perikanan yang semakin kompetitif. Berdasarkan pemikiran di atas, diperlukan karakteristik penyuluhan perikanan masa depan, yang di dalamnya memuat pergeseran paradigma seperti: pendekatan top down menjadi bottom up; peran mengajar dan membina menjadi konsultan pemandu, fasilitator dan mediator; serta perubahan kedudukan pelaku utama dari penerima pesan dan pengguna teknologi menjadi mitra aktif dalam kegiatan penyuluhan, pengembangan jaringan desiminasi teknologi dan usahanya. Untuk menjawab permasalahan penyuluhan perikanan tersebut di atas diperlukan Penyuluh Perikanan yang profesional serta kompeten dibidangnya yang mampu memberikan pelayanan prima, salah satunya melalui model unit percontohan penyuluhan perikanan di tingkat lapangan berbasis teknologi terekomendasi sebagai kegiatan kewirausahaan bagi kelompok penyuluh perikanan. Berkenaan dengan hal tersebut, sangat perlu dilakukan penelitian/pengkajian tentang Pengembangan Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Produk Hasil Perikanan dalam rangka Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan di Wilayah Regional V (Kalimantan) dengan Studi Kasus di Kabupaten Kapuas. 1.2. Rumusan Masalah Perumusan masalah yang akan diajukan dalam kajian ini adalah sebagai berikut: 1. Perlukah jiwa kewirausahaan bagi para penyuluh perikanan? 2. Apa peran dan fungsi percontohan/demonstrasi sebagai media penyuluhan kelautan dan perikanan bagi pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerja penyuluh perikanan? 3. Apa hubungan kemampuan dan keterampilan penyuluh perikanan dengan speningkatan kemampuan dan keterampilan pelaku utama/usaha perikanan sebagai sasaran penyuluhannya? 4. Bagaimana langkah penerapan paket teknologi terekomendasi? 5. Bagaimana langkah untuk meningkatkan daya saing kelembagaan kelompok pelaku utama/pelaku usaha? 6. Bagaimana cara pengembangan jejaring kerja dan jejaring usaha sektor kelautan dan perikanan? dan 7. Bagaimana meningkatkan produksi dan produktivitas usaha kelautan dan perikanan?
1.3. Tujuan
2
Tujuan dari penelitian/pengkajian tentang Pengembangan Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Produk Hasil Perikanan dalam rangka Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan di Wilayah Regional V (Kalimantan) dengan Studi Kasus di Kabupaten Kapuas adalah: 1. Meningkatkan jiwa kewirausahaan bagi para penyuluh perikanan; 2. Memfasilitasi percontohan/demonstrasi sebagai media penyuluhan kelautan dan perikanan bagi pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerja penyuluh perikanan; 3. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan penyuluh perikanan; 4. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pelaku utama/usaha perikanan; 5. Mengembangkan penerapan paket teknologi terekomendasi; 6. Meningkatkan daya saing kelembagaan kelompok pelaku utama/pelaku usaha; 7. Mengembangkan jejaring kerja dan jejaring usaha sektor kelautan dan perikanan; dan 8. Meningkatkan produksi dan produktivitas usaha kelautan dan perikanan. 1.4. Sumber Data Penelitian Data-data yang disajikan dalam tulisan ini terdiri dari: (a) data primer: berupa datadata yang diperoleh dan diolah langsung pada saat percontohan berlangsung langsung dari Februari 2013 sampai dengan Agustus 2014; dan (b) data sekunder: yang ter diperoleh dari buku-buku, modul, tulisan ilmiah dan artikel internet yang berhubungan dengan topik yang diangkat.
II. METODOLOGI 3
2.1. Waktu dan Tempat Pengembangan Sentra Pengolahan dan Pengemasan Produk Perikanan di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah dalam rangka Pengembangan Kegiatan Teknologi Percontohan/Kewirausahaan Penyuluh Perikanan pada Wilayah Regional V (Kalimantan), dilaksanakan selama 18 bulan dimulai dari bulan Februari 2013 sampai bulan Agustus 2014 di Kecamatan Selat, Kecamatan Tamban Catur dan Kecamatan Bataguh, dan Outlet Produk Pengolahan Hasil Perikanan Kabupaten Kapuas sebagai pusat pengemasan dan display produk perikanan. 2.2. Organisasi Pelaksana Pelaksana Pengembangan Sentra Pengolahan dan Pengemasan Produk Perikanan di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah adalah Tim Penyuluh Perikanan, dengan susunan organisasi sebagai berikut: Tabel 1. Tim Pengelola Pengembangan Sentra Pengolahan dan Pengemasan Produk Perikanan di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah NO 1.
JABATAN PADA UP3K Pembina
2.
Penanggung Jawab
3.
Koordinator Pelaksana
4.
Pengelola (Koordinator Lapangan) Pengelola (Demonstrator) Pengelola (Pelaksana Teknis Kec. Selat) Pengelola (Pelaksana Teknis Kec. Tamban Catur) Pengelola (Pelaksana Teknis Kec. Bataguh)
5. 6. 7.
8.
NAMA/NIP Ir. Rina, M.Si NIP. 196201221988032001 Ir. Akmal Syukri NIP. 196109271985031005 Fahrur Razi, SST NIP. 198201262008011017 Arwanda SST NIP. 196308081986031025 Surayah, SST NIP. 197506212007012011 Hamsinah, A.MD NIP. 196611091988032014 Juli Astuty D., S.PI NIP. 197506152007012025
JABATAN/INSTANSI Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Penyuluh Perikanan Madya pada Pusat Penyuluhan KP Penyuluh Perikanan Pertama pada Pusat Penyuluhan KP Penyuluh Perikanan Muda pada BP4K Kabupaten Kapuas Penyuluh Perikanan Pertama pada BP4K Kabupaten Kapuas Penyuluh Perikanan Penyelia pada BP4K Kabupaten Kapuas Penyuluh Perikanan Pertama pada BP4K Kabupaten Kapuas
Sarmini Eka Wijaya, S.PI NIP. 197408182007012009
Penyuluh Perikanan Pertama pada BP4K Kabupaten Kapuas
2.3. Peran dan Fungsi Peran dari Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan adalah meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan Penyuluh Perikanan serta Pelaku Utama/Usaha Perikanan, menerapkan paket teknologi kelautan dan perikanan, meningkatkan daya saing kelembagaan kelompok pelaku utama/pelaku usaha, mengembangkan jejaring kerja dan jejaring usaha kelautan dan perikanan; serta meningkatkan produksi dan produktivitas usaha kelautan dan perikanan di kawasan industrialisasi perikanan, potensi perikanan, dan minapolitan.
4
Fungsi dari Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan adalah sebagai: (1) Media percepatan proses alih teknologi kelautan dan perikanan dan/atau teknologi spesifik lokasi; (2) Fasilitasi alih teknologi; (3) Sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap para pelaku utama dan penyuluh perikanan dalam mengelola dan mengembangkan bisnis perikanan; (4) Sarana pertukaran informasi, proses pembelajaran, dan melatih kepekaan penyuluh perikanan terhadap tugas dan sasaran penyuluhan; (5) Sarana penumbuhkembangan jejaring kerja dan informasi pasar di kawasan; dan (6) Sarana penumbuhkembangan kemitraan usaha perikanan di kawasan. 2.4. Materi Percontohan Materi Pengembangan Sentra Pengolahan dan Pengemasan Produk Perikanan di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, antara lain meliputi: 1. Pengolahan dan pemasaran nugget ikan (patin, gabus), kaki naga (patin, lele, gabus), abon ikan (patin, lele, gabus), kerupuk ikan (patin, lele, gabus), ikan presto (sarden, bandeng), brownies ikan (patin, gabus), denkay (sarden, patin, cookies kacang), krispy saluang, bakso ikan (patin), empek-empek kapuas (patin), Stick Ikan (Patin) dan produk olahan ikan lainnya; 2. Pengemasan produk olahan pelaku utama perikanan binaan penyuluh perikanan, melalui: penetapan standar operasional prosedur pengolahan ikan, setting kemasan, penimbangan produk, dan penambahan label P-IRT; 3. Pengembangan “Outlet Produk Pengolahan Hasil Perikanan Kabupaten Kapuas” sebagai pusat pengemasan produk perikanan; dan Display Produk Perikanan (Pusat oleh-oleh dari Ikan) di Kab. Kapuas. 2.5. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Adapun pemberdayaan pelaku utama perikanan yang dilaksanakan pada kegiatan Pengembangan Sentra Pengolahan dan Pengemasan Produk Perikanan di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, adalah sebagai berikut: 2.5.1. Pembinaan dan Penguatan Kapasitas Penyuluh Perikanan khususnya dalam Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kegiatan ini diprogramkan sebagai upaya meningkatkan kapasitas penyuluh perikanan dalam pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, sehingga diharapkan dapat: (1) meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kecakapan para pengolah dan pemasar ikan (pelaku utama perikanan) binaannya; (2) meningkatkan akses kemitraan penyuluh perikanan dengan pasar dan lembaga pendukung usaha lainnya; serta (3) meningkatkan posisi tawar masyarakat dalam kegiatan usaha perikanan yang dijalankan.
2.5.2. Diseminasi Teknologi
5
Kegiatan desiminasi teknologi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dilaksanakan baik terhadap penyuluh perikanan maupun pelaku utama perikanan dalam kawasan (Kecamatan Selat, Tamban Catur dan Kecamatan Bataguh) dan Kabupaten Kapuas pada umumnya. Diseminasi teknologi dilakukan dalam upaya pemberdayaan sasaran dengan memperkenalkan teknologi perikanan kepada sesama penyuluh perikanan yang memiliki basic ilmu yang berbeda dengan komoditi/produk yang potensial dikembangkan di wilayah tersebut. Materi desiminasi teknologi yang akan disampaikan berupa: (1) Pengolahan dan pemasaran nugget ikan, kaki naga, abon ikan, kerupuk ikan, bandeng presto, brownies ikan, denkay ikan, bakso ikan, empek-empek dan stick ikan; serta (2) Pengemasan produk olahan pelaku utama perikanan binaan penyuluh perikanan, melalui: penetapan standar operasional prosedur pengolahan ikan, setting kemasan, penimbangan produk, dan penambahan label P-IRT. 2.6.
Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
2.6.1. Survey Awal/Observasi Lapangan Survey awal/observasi lapangan telah dilakukan pada wilayah yang yang akan dijadikan sebagai lokasi percontohan (Kabupaten Kapuas) oleh Koordinator Wilayah V (Ir. Akmal Syukri), Liasson Officer Wilayah V (Fahrur Razi, SST), Koordinator Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas (Arwanda, SST dan Ferdinanson, A.Md) dan beberapa Penyuluh Perikanan PNS, serta Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK) Kabupaten Kapuas, pada tanggal 27 – 28 Februari 2013, sehingga bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk rencana teknis pelaksanaan diseminasi teknologi. Hasil dari kegiatan survey awal/observasi lapang disusun dalam bentuk buku berjudul “Data Awal Hasil Identifikasi Wilayah Industrialisasi Patin (Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah)”.
Gambar 1. Suasana pertemuan dengan penyuluh PNS dan PPTK
6
Gambar 2. Survey lapangan bersama penyuluh perikanan 2.6.2. Penyusunan Metode/Desain/Rencana Kerja Pada bulan Agustus 2013 telah dilakukan tahap persiapan kegiatan, yang dimulai dengan koordinasi antara Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Kapuas, dengan Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP, Penyuluh Perikanan Pusat pada wilayah regional V, dan Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas. Materi kordinasi meliputi antara lain : (1) Penentuan target kegiatan; (2) Penentuan lokasi percontohan; (3) Penentuan tingkat penerapan teknologi; (4) Pelibatan penyuluh perikanan; dan (5) Mekanisme evaluasi dan pelaporan hasil penyuluhan/percontohan. Hasil dari kegiatan penyusunan metode/desain/rencana kerja Pengembangan Sentra Pengolahan dan Pengemasan Produk Perikanan di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah adalah berupa Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ditanda tangani oleh seluruh anggota Tim Pengelola pada tanggal 29 Agustus 2013.
Gambar 3. Pertemuan metode/desain/rencana kerja
7
Gambar 4. Pertemuan metode/desain/rencana kerja 2.6.3. Focus Group Discussion Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka mengungkap beberapa aspek sekaligus seperti pemahaman atas permasalahan di sekitarnya membahas beberapa hal yang akan dilaksanakan sebagai sebuah bentuk solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi di sekitar. Pelaksanaan Kegiatan Focus Group Discussion Pengembangan Sentra Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Hasil Perikanan di Kabupaten Kapuas, dilaksanakan pada 30 Agustus 2013 bertempat di Aula Disperindagkop Kabupaten Kapuas. Adapun materi yang menjadi bahasan dalam diskusi, terdiri dari: (1) Peran strategis Penyuluh Perikanan mendukung Pemberdayaan Masyarakat Kelautan dan Perikanan; (2) Perkembangan produksi perikanan di Provinsi Kalimantan Tengah; (3) Perlunya penumbuhan kewirausahaan Penyuluh Perikanan; (4) Kebijakan Penataan Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluh Perikanan di Kabupaten Kapuas; (5) Perkembangan pengolahan dan pemasaran ikan di kabupaten Kapuas; (6) Persyaratan Teknis Pengemasan produk olahan hasil perikanan; dan (7) Prosedur pengajuan Label Halal dan P-IRT pada produk pangan.
Gambar 5. Suasana FGD
8
2.6.4. Diseminasi Teknologi Kegiatan desiminasi teknologi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dilaksanakan oleh Tim Pengelola Percontohan kepada pelaku utama perikanan di Kabupaten Kapuas yang tertarik untuk melakukan usaha pengolahan dan pengembangan produk olahan ikan lainnya serta pengemasan produk perikanan. Kegiatan desiminasi ini dilaksanakan dengan metode: (1) demonstrasi cara pengolahan; (2) temu lapang; dan (3) penyebaran informasi melalui media penyuluhan.
Gambar 6. Demonstrasi cara pengolahan abon ikan gabus
9
Gambar 7. Suasana temu lapang
10
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengorganisasian Pengembangan Usaha Perikanan/Pengembangan Kewirausahaan Perikanan Tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok dalam masyarakat, umumnya didasarkan atas adanya kepentingan dan tujuan bersama, sedangkan kekompakan kelompok tersebut tergantung pada faktor pengikat yang dapat meningkatkan keakraban individu-individu yang menjadi anggota kelompok. Dengan berkelompok maka pelaku utama akan belajar mengorganisasi kegiatan bersama-sama, yaitu membagi pekerjaan dan mengkoordinisasi pekerjaan dengan mengikuti tata tertib sebagai hasil kesepakatan mereka. Mereka belajar membagi peranan dan melakukan peranan tersebut. Mereka belajar bertindak atas nama kelompok yang kompak, yaitu setiap anggota merasa memiliki komitmen terhadap kelompoknya. Mereka merasa "In Group" yaitu mengembangkan "kekitaan bukan ke-kamian". Dengan demikian akan merasa bangga sebagai suatu kelompok yang terorganisasi secara baik, dibandingkan berbuat sendiri-sendiri. Dalam rangka pengorganisasian pengembangan usaha perikanan dan peningkatan daya saing kelembagaan kelompok pelaku utama perikanan, maka pada pelaksanaan kegiatan pengembangan teknologi percontohan/pengembangan kewirausahaan perikanan berupa pengembangan sentra pengolahan dan pengemasan produk perikanan di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, hal pertama yang dilakukan adalah menyusun aturanaturan tertulis dalam rangka mencapai tujuan percontohan/pengembangan kewirausahaan perikanan. Aturan yang disusun adalah berupa: (1) Anggaran Dasar (AD); dan (2) Anggaran Rumah Tangga (ART). Penyusunan kedua aturan tertulis ini dimaksudkan untuk menjadi contoh pada penyuluh dan pelaku utama perikanan di Kabupaten Kapuas yang hendak melaksanakan usaha perikanan secara berkelompok, maka sebaiknya menyusun AD dan ART terlebih dahulu. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) adalah pembuatan kesepakatan bersama dalam kelompok/organisasi yang mengikat semua anggota baik untuk keperluan kedalam maupun keluar organisasi. Anggaran Dasar merupakan landasan dan pedoman kerja yang disahkan oleh seluruh anggota kelompok dan ditetapkan atas dasar musyawarah. Anggaran Rumah Tangga adalah pelengkap AD, merupakan peraturan yang lebih terperinci, lengkap, dan operasional. Pada dasarnya ART merupakan uraian dari AD. Untuk menjaga agar organisasi atau kelompok pelaku utama berjalan dengan baik, maka perlu adanya kesepakatan aturan organisasi yang mengikat semua anggota baik untuk keperluan ke dalam maupun ke luar organisasi. Oleh sebab itu perlu dibuat Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang dibuat bersama-sama dengan anggota dan dikukuhkan oleh Kepala Desa. AD/ART dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah yang muncul dalam kelompok. Dengan adanya AD/ART yang jelas dan tegas, maka penyimpangan-penyimpangan yang terjadi akan mudah dihindari, sehingga kelompok dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam Anggaran Dasar menyangkut beberapa pasal yang dianggap cukup dalam kesepakan tersebut dan disetujui bersama seperti: (1) Nama kelompok; (2) Tempat dan
11
kedudukan kelompok; (3) Asas dan tujuan kelompok; (4) Struktur organisasi dan susunan kepengurusan; (5) Syarat-syarat keanggotaan dan pengurus; (6) Ketentuan pemilihan pengurus dan masa jabatan; (7) Ketentuan rapat.; (8) Pembiayaan dan sumber-sumber keuangan kelompok; (9) Usaha-usaha kelompok; (10) Ketentuan-ketentuan anggaran dasar; dan (11) Pembentukan dan pembubaran organisasi. Sedangkan untuk Anggaran Rumah Tangga menyangkut penjelasan yang lebih rinci dari beberapa aspek antara lain: (1) Ketentuan anggota kelompok (kewajiban, hak, macammacam keanggotaan, dan syarat-syarat khusus); (2) Kepengurusan (susunan pengurus, tugas-tugas, kewajiban, hak, dan wewenang); (3) Permodalan (bentuk-bentuk tabungan, cara-cara menabung, syarat pinjaman, dan pendayagunaan modal); serta (4) Hal lain yang belum diatur dan dimuat dalam AD, perlu diatur secara khusus. Dalam rangka pengembangan kemampuan kelompok pelaku utama perikanan dalam pengelolaan usaha bersama, maka penyusunan AD dan ART mutlak diperlukan. Untuk memudahkan penyuluh perikanan dan pelaku utama perikanan di Kabupaten Kapuas dalam penyusunan AD dan ART dalam usaha perikanan, pada laporan ini kami sajikan contoh AD dan ART pada Pengembangan Sentra Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Produk Hasil Perikanan dalam rangka Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan di Wilayah Regional V (Kalimantan) sebagaimana lampiran 1 dan lampiran 2. Pelaku utama perikanan diharapkan dapat mandiri dalam arti mampu merumuskan masalah, mengambil keputusan, merencanakan, melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tumbuhnya kemandirian tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui kelompok. Pengembangan kelompok diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan usaha perikanan, penguatan kelompok menjadi organisasi kelompok yang kuat dan mandiri. 3.2. Teknis Penanganan Ikan dan Pengolahan Produk Perikanan Ikan merupakan salah satu bahan makanan berprotein tinggi, ikan mempunyai peranan yang sangat dominan, karena secara nasional baik produksi maupun konsumsi hasil perikanan sangat tinggi. Tetapi ikan adalah bahan pangan yang mudah rusak, sehingga sering terjadi kemunduran mutu produk dan harga jual, oleh karenanya mutlak dilakukan penanganan ikan pada rangkaian pengolahan produk perikanan. Teknis penanganan ikan pada Pengembangan Sentra Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Produk Hasil Perikanan dalam rangka Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan di Wilayah Regional V (Kalimantan) kami rangkumkan dalam: Standar Operasional Prosedur (SOP) pengolahan nugget ikan, kaki naga, abon ikan, kerupuk ikan, bandeng presto, brownies ikan, denkay, krispy saluang, bakso ikan dan empek-mpek kapuas. SOP ditempel pada dinding produksi dan disajikan dalam bentuk media penyuluhan tercetak (berupa Leaflet), contoh leaflet sebagaimana pada lampiran 3, 4, 5, 6, 7, dan 8.
12
3.2.1. Standar Operasional Prosedur Pengolahan Kaki Naga A.1. Persyaratan Bahan Baku Utama: 1. Bahan baku utama yang digunakan adalah ikan. 2. Bahan baku berupa ikan segar atau beku yang sudah atau belum disiangi. 3. Bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar. 4. Bahan baku bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan kesehatan. 5. Secara organoleptik bahan baku mempunyai karakteristik kesegaran sebagai berikut: - Kenampakan : mata cerah, cemerlang - Bau : segar - Tekstur : elastis, padat dan kompak A.2. Persyaratan Sanitasi: 1. Air sebagai media pembersih harus bersih. Adapun yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang bebas dari mikroba patogen dan sumber pencemar lainnya. 2. Peralatan yang kontak langsung dengan bahan atau produk perikanan harus mudah dibersihkan, tahan karat (korosi), tidak merusak, dan tidak bereaksi dengan produk perikanan. 3. Peralatan pengolahan produk harus selalu dalam keadaan bersih, bebas dari kerikil atau bahan lain yang dapat digunakan oleh serangga dan hama untuk tinggal. 4. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, penempatan sarana dan prasarana di ruangan penanganan atau pengolahan harus dapat memisahkan alur antara bahan yang belum bersih dengan alur bahan yang sudah bersih. 5. Sebelum melakukan penanganan atau pengolahan produk perikanan, kedua tangan harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun. 6. Produk perikanan yang jatuh ke lantai jangan diambil dan disatukan dengan produk perikanan lainnya meskipun jatuhnya ’belum lima menit’. 7. Pemisahan antara bahan baku dengan produk akhir yang dihasilkan dapat dilakukan dengan mengatur alur proses sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontak langsung diantara keduanya maupun kontak tidak langsung melalui pekerja. 8. Bahan pengemas yang sudah rusak harus dikeluarkan dari ruang penyimpanan karena akan berpengaruh terhadap bahan pengemas lainnya. 9. Produk yang disimpan pertama kali harus dikeluarkan lebih awal dibandingkan produk yang disimpan kemudian. 10. Limbah produk perikanan dikumpulkan dalam wadah khusus yang memiliki tutup. A.3. Bahan (untuk produksi 1 kg): 1. 1 kg daging ikan 2. 20 gr garam 3. 10 gr gula 4. 2 gr merica
13
5. 20 gr bawang putih 6. 30 gr bawang merah 7. 10 gr jahe 8. 150 gr tepung tapioka 9. 1 sdm mentega 10. 1 butir telur 11. 50 cc air es Bahan lain: 1. Tepung berbumbu (tempura mix) 2. Minyak goreng A.4. Langkah-langkah Pengolahan: 1. Daging ikan digiling sampai halus, dimasukkan ke dalam waskom. 2. Ditambahkan garam, diuleni sampai menjadi adonan yang lengket. 3. Ditambahkan bumbu-bumbu, diuleni sampai merata. 4. Tepung tapioka dan tepung terigu dicampur, kemudian dimasukkan ke dalam adonan sedikit demi sedikit sambil ditambah air es. 5. Adonan dibentuk menjadi bulat telur, ditusuk dengan stick, kemudian direbus sampai matang. 6. Kaki naga diangkat dan ditiriskan, 7. Tempura mix dibuat adonan yang kental dengan menambah sedikit air es. 8. Kaki naga dicelupkan ke dalam adonan tempura mix (tepung berbumbu), kemudian digulingkan pada tepung roti (bread crumb) kering, dan ditekantekan agar tepung roti melekat kuat sehingga tidak mudah lepas pada saat digoreng. 9. Kaki naga dikemas dalam trays plastik, dan disimpan di dalam freezer. 3.2.2. Standar Operasional Prosedur Pengolahan Bandeng Presto B.1. Persyaratan Bahan Baku Utama: 1. Bahan baku utama yang digunakan adalah ikan bandeng. 2. Bahan baku berupa ikan segar atau beku yang sudah atau belum disiangi. 3. Bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar. 4. Bahan baku bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan kesehatan. 5. Secara organoleptik bahan baku mempunyai karakteristik kesegaran sebagai berikut: - Kenampakan : mata cerah, cemerlang - Bau : segar - Tekstur : elastis, padat dan kompak B.2. Persyaratan Sanitasi: 1. Air sebagai media pembersih harus bersih. Adapun yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang bebas dari mikroba patogen dan sumber pencemar lainnya.
14
2. Peralatan yang kontak langsung dengan bahan atau produk perikanan harus mudah dibersihkan, tahan karat (korosi), tidak merusak, dan tidak bereaksi dengan produk perikanan. 3. Peralatan pengolahan produk harus selalu dalam keadaan bersih, bebas dari kerikil atau bahan lain yang dapat digunakan oleh serangga dan hama untuk tinggal. 4. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, penempatan sarana dan prasarana di ruangan penanganan atau pengolahan harus dapat memisahkan alur antara bahan yang belum bersih dengan alur bahan yang sudah bersih. 5. Sebelum melakukan penanganan atau pengolahan produk perikanan, kedua tangan harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun. 6. Produk perikanan yang jatuh ke lantai jangan diambil dan disatukan dengan produk perikanan lainnya meskipun jatuhnya ’belum lima menit’. 7. Pemisahan antara bahan baku dengan produk akhir yang dihasilkan dapat dilakukan dengan mengatur alur proses sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontak langsung diantara keduanya maupun kontak tidak langsung melalui pekerja. 8. Bahan pengemas yang sudah rusak harus dikeluarkan dari ruang penyimpanan karena akan berpengaruh terhadap bahan pengemas lainnya. 9. Produk yang disimpan pertama kali harus dikeluarkan lebih awal dibandingkan produk yang disimpan kemudian. 10. Limbah produk perikanan dikumpulkan dalam wadah khusus yang memiliki tutup. B.3. Bahan (untuk produksi 1 kg): 1. 1 kg ikan bandeng segar 2. 350 ml air 3. Daun pisang untuk alas panci presto 4. Minyak secukupnya untuk menggoreng 5. 2 sendok ragi tape 6. 1 butir telur dikocok lepas untuk menggoreng bandeng Bumbu: 1. 6 siung bawang merah 2. 6 siung bawang putih 3. 40 gr kunyit 4. 100 gr lengkuas yang diparut 5. 1 sdm ketumbar, sangrai 6. 1 sdm garam 7. 1 lbr daun salam. B.4. Langkah-langkah Pengolahan: 1. Haluskan bawang merah, bawang putih, ketumbar sangrai, kunyit dan garam. 2. Campur bumbu yang dihaluskan dengan lengkuas parut, aduk rata 3. Bersihkan ikan bandeng, buang isi perutnya 4. Lumuri ikan bandeng dengan ragi presto tunggu sampai kira-kira 30 menit
15
5. Lumuri ikan bandeng dengan bumbu sampai semua permukaan lulit tertutup bumbu termasuk bagian perut ikan bandeng. 6. Letakkan daun pisang didasar panci presto 7. Masukkan ikan bandeng ke dalam panci presto, tata dan lapisi tiap tumpukan ikan bandeng dengan daun pisang supaya kulit ikan bandeng tidak saling lengket. 8. Tata daun salam dan lengkuas yang diiris tipis dan isi panci dengan air sampai menutupi semua permukaan ikan bandeng 9. Tutup rapat panci presto dan masak bandengnya selama 20 menit sejak panci berdesis 10. Matikan api dan tunggu sampai suara desisnya hilang. 11. Keluarkan bandeng dari dalam panci, tiriskan. 12. Tunggu sampai dingin dan bandeng presto siap disimpan. 3.2.3. Standar Operasional Prosedur Pengolahan Brownies Ikan C.1. Persyaratan Bahan Baku Utama: 1. Bahan baku utama yang digunakan adalah ikan bandeng. 2. Bahan baku berupa ikan segar atau beku yang sudah atau belum disiangi. 3. Bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar. 4. Bahan baku bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan kesehatan. 5. Secara organoleptik bahan baku mempunyai karakteristik kesegaran sebagai berikut: - Kenampakan : mata cerah, cemerlang - Bau : segar - Tekstur : elastis, padat dan kompak C.2. Persyaratan Sanitasi: 1. Air sebagai media pembersih harus bersih. Adapun yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang bebas dari mikroba patogen dan sumber pencemar lainnya. 2. Peralatan yang kontak langsung dengan bahan atau produk perikanan harus mudah dibersihkan, tahan karat (korosi), tidak merusak, dan tidak bereaksi dengan produk perikanan. 3. Peralatan pengolahan produk harus selalu dalam keadaan bersih, bebas dari kerikil atau bahan lain yang dapat digunakan oleh serangga dan hama untuk tinggal. 4. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, penempatan sarana dan prasarana di ruangan penanganan atau pengolahan harus dapat memisahkan alur antara bahan yang belum bersih dengan alur bahan yang sudah bersih. 5. Sebelum melakukan penanganan atau pengolahan produk perikanan, kedua tangan harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun. 6. Produk perikanan yang jatuh ke lantai jangan diambil dan disatukan dengan produk perikanan lainnya meskipun jatuhnya ’belum lima menit’. 7. Pemisahan antara bahan baku dengan produk akhir yang dihasilkan dapat dilakukan dengan mengatur alur proses sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
16
kontak langsung diantara keduanya maupun kontak tidak langsung melalui pekerja. 8. Bahan pengemas yang sudah rusak harus dikeluarkan dari ruang penyimpanan karena akan berpengaruh terhadap bahan pengemas lainnya. 9. Produk yang disimpan pertama kali harus dikeluarkan lebih awal dibandingkan produk yang disimpan kemudian. 10. Limbah produk perikanan dikumpulkan dalam wadah khusus yang memiliki tutup. C.3. Bahan-bahan: Bahan A: 1. 150 gram coklat blok 2. 100 gram butter Bahan B: 1. 5 butir telur 2. 150 gram gula pasir 3. 1 sendok teh peres TBM/SP Bahan C (ayak): 1. 100 gram tepung terigu 2. 30 gram maizena 3. 40 gram coklat bubuk 4. 40 gram susu bubuk Bahan D: 100 cc minyak goring Bahan E (Blender Sampai Halus): 1. 150 cc air 2. 300 gram daging ikan C.4. Langkah-langkah Pengolahan: 1. Cairkan bahan A dengan cara ditim. 2. Kocok bahan B sampai mengembang kurang lebih 7 menit, lalu masukan bahan B aduk sampai rata. 3. Masukan bahan A lalu aduk sampai rata. 4. Masukan Bahan D dan E diaduk sampai rata. 5. Tuang ke loyang ukuran 28 x 4 cm yang telah dialasi dengan kertas roti sebanyak 2 loyang. 6. Kukus selama 20 menit atau sampai matang. 3.2.4. Standar Operasional Prosedur Pengolahan Kerupuk Ikan D.1. Persyaratan Bahan Baku Utama: 1. Bahan baku utama yang digunakan adalah ikan. 2. Bahan baku berupa ikan segar atau beku yang sudah atau belum disiangi.
17
3. Bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar. 4. Bahan baku bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan kesehatan. 5. Secara organoleptik bahan baku mempunyai karakteristik kesegaran sebagai berikut: - Kenampakan : mata cerah, cemerlang - Bau : segar - Tekstur : elastis, padat dan kompak D.2. Persyaratan Sanitasi: 1. Air sebagai media pembersih harus bersih. Adapun yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang bebas dari mikroba patogen dan sumber pencemar lainnya. 2. Peralatan yang kontak langsung dengan bahan atau produk perikanan harus mudah dibersihkan, tahan karat (korosi), tidak merusak, dan tidak bereaksi dengan produk perikanan. 3. Peralatan pengolahan produk harus selalu dalam keadaan bersih, bebas dari kerikil atau bahan lain yang dapat digunakan oleh serangga dan hama untuk tinggal. 4. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, penempatan sarana dan prasarana di ruangan penanganan atau pengolahan harus dapat memisahkan alur antara bahan yang belum bersih dengan alur bahan yang sudah bersih. 5. Sebelum melakukan penanganan atau pengolahan produk perikanan, kedua tangan harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun. 6. Produk perikanan yang jatuh ke lantai jangan diambil dan disatukan dengan produk perikanan lainnya meskipun jatuhnya ’belum lima menit’. 7. Pemisahan antara bahan baku dengan produk akhir yang dihasilkan dapat dilakukan dengan mengatur alur proses sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontak langsung diantara keduanya maupun kontak tidak langsung melalui pekerja. 8. Bahan pengemas yang sudah rusak harus dikeluarkan dari ruang penyimpanan karena akan berpengaruh terhadap bahan pengemas lainnya. 9. Produk yang disimpan pertama kali harus dikeluarkan lebih awal dibandingkan produk yang disimpan kemudian. 10. Limbah produk perikanan dikumpulkan dalam wadah khusus yang memiliki tutup. D.3. Bahan-bahan/bumbu-bumbu (untuk produksi 1 kg): 1. 400 gram ikan, dihaluskan 2. 8 butir telur 3. 4 sendok teh garam 4. 2 sendok teh vetsin 5. 700 gram tepung sagu 6. 4 sendok teh baking powder 7. 100 gram tepung sagu untuk taburan
18
D.4. Langkah-langkah Pengolahan: 1. Uleni ikan dan telur. Tambahkan garam dan vetsin. Aduk rata. 2. Masukkan tepung sagu dan baking powder sedikit-sedikit sambil diaduk rata. 3. Gulung memanjang di atas meja yang sudah ditaburi tepung sagu. Diameter gulungan 0,5 cm. Potong-potong selebar 1,5 cm. 4. Goreng dalam minyak yang sudah dipanaskan sampai matang dan kering dengan api sedang. 3.2.5. Standar Operasional Prosedur Pengolahan Abon Ikan E.1. Persyaratan Bahan Baku Utama: 1. Bahan baku utama yang digunakan adalah ikan. 2. Bahan baku berupa ikan segar atau beku yang sudah atau belum disiangi. 3. Bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar. 4. Bahan baku bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan kesehatan. 5. Secara organoleptik bahan baku mempunyai karakteristik kesegaran sebagai berikut: - Kenampakan : mata cerah, cemerlang - Bau : segar - Tekstur : elastis, padat dan kompak E.2. Persyaratan Sanitasi: 1. Air sebagai media pembersih harus bersih. Adapun yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang bebas dari mikroba patogen dan sumber pencemar lainnya. 2. Peralatan yang kontak langsung dengan bahan atau produk perikanan harus mudah dibersihkan, tahan karat (korosi), tidak merusak, dan tidak bereaksi dengan produk perikanan. 3. Peralatan pengolahan produk harus selalu dalam keadaan bersih, bebas dari kerikil atau bahan lain yang dapat digunakan oleh serangga dan hama untuk tinggal. 4. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, penempatan sarana dan prasarana di ruangan penanganan atau pengolahan harus dapat memisahkan alur antara bahan yang belum bersih dengan alur bahan yang sudah bersih. 5. Sebelum melakukan penanganan atau pengolahan produk perikanan, kedua tangan harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun. 6. Produk perikanan yang jatuh ke lantai jangan diambil dan disatukan dengan produk perikanan lainnya meskipun jatuhnya ’belum lima menit’. 7. Pemisahan antara bahan baku dengan produk akhir yang dihasilkan dapat dilakukan dengan mengatur alur proses sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontak langsung diantara keduanya maupun kontak tidak langsung melalui pekerja. 8. Bahan pengemas yang sudah rusak harus dikeluarkan dari ruang penyimpanan karena akan berpengaruh terhadap bahan pengemas lainnya.
19
9. Produk yang disimpan pertama kali harus dikeluarkan lebih awal dibandingkan produk yang disimpan kemudian. 10. Limbah produk perikanan dikumpulkan dalam wadah khusus yang memiliki tutup. E.3. Bahan (untuk produksi 1 kg): 1. 1000 gram daging ikan 2. 20 gram bawang putih 3. 150 gram bawang merah 4. 300 gram gula merah 5. 20 gram ketumbar 6. 6 tangkai sereh 7. 30 gram garam 8. 20 gram jahe 9. 10 gram laos E.4. Langkah-langkah Pengolahan: 1. Daging bandeng dibersihkan dengan mengeluarkan isi perut dan membuang kepalanya. 2. Setelah dibersihkan, ikan dikukus sampai matang. 3. Setelah dikukus hingga matang, daging dipisahkan dari duri. 4. Daging yang telah terpisah dari duri kemudian ditumbuk hingga menjadi suwiran daging ikan yang halus. 5. Campurkan bumbu yang dihaluskan, kemudian masukkan kedalam daging ikan suwir, aduk hingga rata. 6. Goreng daging ikan tersebut dengan minyak hingga warnanya berubah menjadi kuning kecokelatan 3.2.6. Standar Operasional Prosedur Pengolahan Nugget Ikan F.1. Persyaratan Bahan Baku Utama: 1. Bahan baku utama yang digunakan adalah ikan. 2. Bahan baku berupa ikan segar atau beku yang sudah atau belum disiangi. 3. Bahan baku berasal dari perairan yang tidak tercemar. 4. Bahan baku bersih, bebas dari setiap bau yang menandakan pembusukan, bebas dari tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan kesehatan. 5. Secara organoleptik bahan baku mempunyai karakteristik kesegaran sebagai berikut: - Kenampakan : mata cerah, cemerlang - Bau : segar - Tekstur : elastis, padat dan kompak F.2. Persyaratan Sanitasi: 1. Air sebagai media pembersih harus bersih. Adapun yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang bebas dari mikroba patogen dan sumber pencemar lainnya.
20
2. Peralatan yang kontak langsung dengan bahan atau produk perikanan harus mudah dibersihkan, tahan karat (korosi), tidak merusak, dan tidak bereaksi dengan produk perikanan. 3. Peralatan pengolahan produk harus selalu dalam keadaan bersih, bebas dari kerikil atau bahan lain yang dapat digunakan oleh serangga dan hama untuk tinggal. 4. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang, penempatan sarana dan prasarana di ruangan penanganan atau pengolahan harus dapat memisahkan alur antara bahan yang belum bersih dengan alur bahan yang sudah bersih. 5. Sebelum melakukan penanganan atau pengolahan produk perikanan, kedua tangan harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun. 6. Produk perikanan yang jatuh ke lantai jangan diambil dan disatukan dengan produk perikanan lainnya meskipun jatuhnya ’belum lima menit’. 7. Pemisahan antara bahan baku dengan produk akhir yang dihasilkan dapat dilakukan dengan mengatur alur proses sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontak langsung diantara keduanya maupun kontak tidak langsung melalui pekerja. 8. Bahan pengemas yang sudah rusak harus dikeluarkan dari ruang penyimpanan karena akan berpengaruh terhadap bahan pengemas lainnya. 9. Produk yang disimpan pertama kali harus dikeluarkan lebih awal dibandingkan produk yang disimpan kemudian. 10. Limbah produk perikanan dikumpulkan dalam wadah khusus yang memiliki tutup. F.3. Bahan (untuk produksi 1 kg): 1. 1000 gr ikan yang sudah dibersihkan dari duri dan kulit 2. 4 sendok makan Tepung Tapioka 3. 6 butir Telur ayam 4. 1000 ml Minyak goreng, untuk menggoreng Bumbu Nugget: 1. 8 siung Bawang putih, cincang halus 2. Bawang bombay cincang halus 3. 2 batang Bawang perai, iris tipis 4. 4 sendok makan Kecap asin 5. Garam secukupnya 6. Gula pasir secukupnya 7. 2 sendok teh Merica bubuk 8. 2 sendok teh Minyak wijen Bahan adonan luar: 1. 2 butir Telur ayam, kocok 2. 200 gram Tepung terigu protein sedang, 3. 200 gram Tepung pangko/panir
21
F.4. Langkah-langkah Pengolahan: 1. Panaskan minyak dalam wajan, tumis bawang putih dan bawang bombay hingga harum. kemudian Angkat. 2. Campur bahan-bahan dan bumbu yang lain, aduk rata. 3. Tuang adonan kedalam loyang kotak berukuran 15x15x3 cm yang dialasi plastik. lalu Ratakan. 4. Selanjutnya Panaskan panci pengukus, kukus adonan hingga matang kurang lebih 15 menit. Angkat dan dinginkan, potong balok. 5. Gulingkan adonan dalam terigu hingga rata. Celup dalam sisa telur yang dikocok, angkat. Gulingkan dalam tepung pangko/panir. 6. Panaskan minyak, goreng adonan hingga kuning kecokelatan. Angkat dan tiriskan. 3.3. Pengemasan produk olahan hasil perikanan Tingginya tingkat konsumsi ikan di Indonesia, yang diiringi dengan besarnya produksi budidaya ikan, perlu diimbangi dengan pengolahan dan pengemasan produk perikanan. Pengemasan bertujuan untuk melindungi produk, penyimpanan, informasi dan promosi produk serta pelayanan kepada konsumen. Pengemasan produk perikanan ini sejalan dengan faktor kunci dalam konsep industrialisasi perikanan yaitu peningkatan nilai tambah (value added), efesiensi dan daya saing (bargaining position), dimana ke-tiga faktor tersebut akan mampu mendorong terciptanya iklim usaha yang positif sebagai upaya dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, hal yang wajib disampaikan dalam kemasan pangan antara lain : (1) Ijin edar; (2) Merek dagang; (3) Nama produk; (4) Daftar bahan yang digunakan atau komposisi; (5) Berat/isi; (6) Nama dan alamat yang memproduksi; (7) Tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa. Secara umum di Indonesia, beberapa keterangan lain yang sebaiknya ada dalam kemasan: (a) Keterangan tentang halal; (b) Petunjuk penyimpanan; (c) Petunjuk penggunaan; (d) Nilai gizi; (e) Pernyataan khusus (susu, babi, makanan bayi, pemanis buatan, pengganti asi, bahan tambahan, bahan iradiasi); (f) Klaim diusahakan sedekat mungkin dengan fakta untuk menjaga integritas brand; dan (g) Barcode. Kemasan sebagai bahan pelindung dan pembatas terhadap lingkungan dapat membantu melindungi mutu produk selama distribusi, menambah ketertarikan konsumen terhadap produk (tampilan fisik), dan mempermudah pemberian informasi mengenai produk. Kemasan yang langsung berhubungan dengan produk disebut sebagai kemasan primer. Ada berbagai jenis kemasan yaitu dari kertas (termasuk karton), plastik, metal seperti aluminium atau stainless steel, komposit (campuran), dan foil berupa lapisan tipis baik dari metal seperti aluminium atau plastik. Dari berbagai jenis kemasan tersebut plastik semakin mendominasi karena dapat dibentuk dalam berbagai ukuran dan bentuk sesuai kebutuhan, ringan, kuat sekaligus fleksibel. Teknologi yang dicoba penerapannya pada pengemasan produk olahan perikanan dalam rangka pengembangan teknologi percontohan/pengembangan kewirausahaan penyuluh perikanan di wilayah regional V (Kalimantan), dilakukan melalui: (1) setting kemasan, (2) penimbangan produk, dan (3) penambahan label P-IRT.
22
3.3.1. Setting Kemasan Berbicara masalah setting dan lay out, tidak terlepas dari membicarakan sebuah konsep pengemasan suatu produk. Selama berabad-abad, kemasan merupakan suatu konsep fungsional sebatas untuk melindungi barang atau mempermudah barang untuk dibawa dan masih terkesan seadanya. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan semakin kompleks, barulah terjadi penambahan nilai-nilai fungsional, terutama pada abad sekarang dimana persaingan didalam dunia usaha semakin tajam dan kalangan produsen saling berlomba merebut perhatian calon konsumen. Dengan demikian konsep fungsional pengemasan telah menjadi bagian penting yang harus mencakup seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk sampai ke pemakai terakhir. Kekuatan merek sangat penting dalam pemasaran, apalagi kebanyakan orang membeli berulang-ulang bahkan menjadi teratur membeli terutama consumer goods. Di pasar, orang dihadapkan pada banyak pilihan. Tentu saja hanya merek yang menonjol atau dikenal yang dilirik. Kecenderungan ini membuat pasar consumer goods bersifat oligopolis, artinya didominasi beberapa merek tertentu saja alias didominasi merekmerek besar. Jika kemasan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pemasaran, fungsi kemasan harus menampilkan sejumlah faktor penting sebagai berikut: 1. Faktor pengamanan: melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang. 2. Faktor ekonomi: perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaat. 3. Faktor pendistribusian: mudah didistribusi, penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. 4. Faktor komunikasi: sebagai media komunikasi yang menerangkan atau mencerminkan produk, citra merek, dan juga sebagai bagian dari promosi, dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami, dan diingat. 5. Faktor ergonomic: berbagai pertimbangan agar kemasan mudah dibawa, dipegang, dibuka, dan mudah disimpan. 6. Faktor estetika: keindahan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek/ logo, ilustrasi, huruf dan tata letak untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal. 7. Faktor identitas: secara keseluruhan, kemasan harus berbeda dengan kemasan yang lain, yakni memiliki identitas produk agar mudah dikenali, dan membedakannya dengan produk-produk lain. Setting kemasan produk olahan pada pengembangan teknologi percontohan/pengembangan kewirausahaan penyuluh perikanan di Kabupaten Kapuas adalah sebagai berikut:
23
Gambar 8. Label pada kemasan produk kerupuk ikan patin
24
Gambar 9. Label pada kemasan produk kerupuk ikan lele
25
Gambar 10. Label pada kemasan produk kerupuk ikan gabus
26
Gambar 11. Label pada kemasan produk abon ikan gabus
27
Gambar 12. Label pada kemasan produk abon ikan patin
28
Gambar 13. Label pada kemasan produk abon ikan lele
29
Gambar 14. Label pada kemasan produk kaki naga ikan gabus
30
Gambar 15. Label pada kemasan produk kaki naga ikan patin
31
Gambar 16. Label pada kemasan produk kaki naga ikan lele
32
Gambar 17. Label pada kemasan produk nugget ikan gabus
33
Gambar 18. Label pada kemasan produk nugget ikan patin
34
Gambar 19. Label pada kemasan produk bandeng presto
35
Gambar 20. Label pada kemasan produk brownies ikan
36
3.3.2. Penimbangan Produk Konsumen semakin kritis, oleh karena itu produsen dituntut untuk cermat dan tepat dalam menentukan dan mencantumkan keterangan berat/volume produk yang berada dalam kemasan. Di Indonesia mungkin saja baru beberapa kasus terjadi tuntutan customer akibat ketidaksesuaian antara keterangan berat produk pada kemasan dengan berat produk sebenarnya, namun bukan berarti produsen bisa seenaknya. Menurut peraturan yang berlaku, keterangan berat/volume produk untuk pasar Indonesia harus mencantumkan tulisan “berat bersih” atau “isi bersih” bukan ‘netto’ yang menggambarkan berat/volume bersih produk yang berada di dalam kemasan. Untuk industry kecil menengah yang proses penimbangan masih manual, menentukan berat bersih adalah berat bruto (berat kotor) dikurangi berat kemasan kosong. -
Tahapan penimbangan adalah sebagai berikut: Nyalakan timbangan sampai stabil di angka nol; Letakkan kemasan pada timbangan, kemudian tera (buat angka di timbangan menjadi nol); Timbang produk ke dalam kemasan sesuai dengan berat yang diinginkan; dan Angka yang tercantum pada timbangan merupakan angka netto produk.
Untuk produk-produk yang mengalami penyusutan setelah dikemas, seperti terjadi pada produk dengan kadar air tertentu atau produk yang mengalami fermentasi, sering dijumpai penulisan “berat bersih” diganti dengan “berat produk saat dikemas” untuk menginformasikan bahwa ada kemungkinan berat produk berubah setelah dikemas karena ada beberapa faktor, misalnya penambahan uap air karena pengaruh permeabilitas kemasan. 3.3.3. Penambahan Label P-IRT Produk pangan yang dikonsumsi bagi masyarakat haruslah aman dari bahan-bahan berbahaya, baik bahaya kimia, bahaya biologis, maupun bahaya fisik. Guna memberikan keamanan pangan bagi konsumen, maka diperlukan sistem pembinaan dan registrasi produk. Khususnya bagi produsen, untuk mendapatkan Sertifikat Produk Pangan Industri Rumah Tangga (SPP – IRT) beserta persyaratannya dapat dilihat sebagai berikut: 1) Ketentuan Izin PIRT : Perizinan ini adalah Perizinan tentang Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). 2) Syarat Permohonan Ijin :
Mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan Mengisi formulir permohonan izin PIRT Foto copy KTP, 1 lembar Pas foto 3 x 4, 3 lembar Menyertakan rancangan label Makanan / Minuman
3) Prosedur Perijinan Mengajukan permohonan untuk mendapatkan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten. Akan dilakukan Pemeriksaan berkas (1 hari) Persetujuan Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten (1 hari)
37
Menunggu waktu pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan yang dilaksanakan setiap 3 bulan sekali (1 hari s/d 3 bulan) Pemohon diwajibkan mengikuti penyuluhan keamanan pangan dan diperiksa sarana produksinya Mengikuti Acara Penyuluhan Keamanan Pangan (1 hari) Pemeriksaan sarana (1 hari s/d 14 hari) Pemohon membayar retribusi. Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga diserahkan (1 hari) Total waktu 6 hari s/d 3 bulan 4) Masa Berlaku : tidak ada batas waktu 5) Pengecualian untuk permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa : Susu dan hasil olahannya Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku Pangan kaleng Pangan bayi Minuman beralkohol Air minum dalam kemasan (AMDK) Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI Pangan lain yang ditetapkan oleh Badan POM 6) Sanksi administrasi Melanggar peraturan di bidang pangan Nama pemilik tidak sesuai dengan yang ada di sertifikat Produk tidak aman dan tidak layak dikonsumsi 3.4. Pengelolaan Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kegiatan Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas dalam rangka mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan sebagai salah satunya melalui model unit percontohan penyuluhan, berimplikasi pada pembinaan yang dilakukan terhadap penyuluh perikanan pada masyarakat/pelaku utama/kelompok pelaku utama perikanan yang datang berkonsultasi pada unit-unit percontohan, tempat praktek percontohan dan pertemuan penyuluhan yang dilakukan oleh kelompok penyuluh perikanan sebagai pengelola kegiatan. Ternyata selain menanyakan permasalahan teknis produksi pengolahan, lebih banyak ditanyakan juga tentang pengelolaan manajerial usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Secara rinci akan dijelaskan tentang materi manjerial usaha yang diberikan pada saat konsultasi, dengan harapan dapat menjadi tambahan wawasan, pengetahuan dan dasar dalam penyusunan materi bagi penyuluh perikanan PNS, swasta dan swadaya dalam pelaksanaan tugasnya pada pendampingan pelaku utama dan pelaku usaha perikanan, khususnya pengolah dan pemasar hasil perikanan.
38
3.4.1. Manajerial Kelembagaan 3.4.1.1.
Penumbuhan Kelompok Pengertian kelompok sangatlah beragam, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) disebutkan antara lain bahwa yang dimaksud dengan ”Kelompok” adalah: (a) Golongan (profesi, aliran, lapisan masyarakat, dsb); (b) Kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola-pola interaksi antara manusia itu; dan (c) Kumpulan orang yang memiliki beberapa atribut sama atau hubungan dengan pihak yang sama. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, dijelaskan bahwa kelompok merupakan bagian dari kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha perikanan, seperti halnya gabungan kelompok, asosiasi atau korporasi. Beberapa ahli menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi. Kelompok adalah suatu unit yang merupakan sekelompok/sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama lain berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama dalam suatu wadah tertentu (Pranoto dan Suprapti, 2006). Razi dan Ridwan (2011) menjabarkan lebih lanjut bahwa kelompok pada dasarnya adalah organisasi non formal yang ditumbuhkembangkan ”dari, oleh dan untuk kelompok”, memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota b. Merupakan wadah yang efektif untuk bekerja sama c. Mempunyai minat dan kepentingan yang sama d. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam kegiatan usaha e. Adanya pembagian tugas dan tanggungjawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama. f. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya g. Adanya wilayah usaha perikanan yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya h. Bersifat informal, artinya: (i) kelompok terbentuk atas keinginan dan permufakatan mereka sendiri; (ii) memiliki peraturan sanksi dan tanggung jawab, baik tertulis maupun tidak tertulis; (iii) ada pembagian kerja atau tugas; dan (iv) hubungan antar anggota luwes, wajar, saling mempercayai dan terdapat solidaritas. Dengan kata lain, sebuah kelompok pelaku utama dan pelaku usaha perikanan adalah merupakan wadah kebersamaan para pelaku utama dan/atau pelaku usaha dibidang perikanan dalam upaya untuk mencapai pelaku utama dan pelaku usaha yang tangguh, yaitu yang mampu mengambil keputusan dan tindakan secara mandiri dalam upaya memecahkan masalahnya sendiri, menghadapi tantangan dan mengatasi kendala yang ada. Beberapa jenis kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha perikanan yang ada dan dibina oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: KEP.14/MEN/2012, antara lain berupa:
39
1. Kelompok Usaha Bersama (KUB) adalah badan usaha non badan hukum yang berupa kelompok yang dibentuk oleh nelayan berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota. 2. Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) adalah kumpulan pembudidayaan ikan yang terorganisir. 3. Kelompok Pengolah dan Pemasar Ikan (POKLAHSAR) adalah kelompok pengolah dan/atau pemasaran hasil perikanan yang melakukan kegiatan ekonomi bersama dalam wadah kelompok. 4. Kelompok Pemasar Ikan (POKSAR) adalah kumpulan pemasar hasil perikanan yang melakukan kegiatan ekonomi bersama dalam wadah kelompok 5. Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) adalah kumpulan Pelaku Usaha produksi garam rakyat yang terorganisir yang dilakukan di lahan tambak (petambak garam rakyat), dengan cara perebusan (pelaku usaha produksi garam dengan cara perebusan) atau dengan cara mengolah air laut menjadi garam (pelaku usaha produksi garam skala rumah tangga). 6. Kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) adalah kelompok masyarakat yang ikut membantu dalam hal pengawasan dan pembinaan terhadap keamanan, pengelolaan dan pemanfaatan potensi alam yang ada di kawasan pesisir dan laut. 7. Unit Pelayanan Pengembangan (UPP) adalah organisasi kelompok pembudidaya ikan yang telah dibina oleh Dinas Kabupaten/Kota dan ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, yang anggotanya terdiri dari beberapa kelompok pembudidaya ikan. 8. Gabungan Kelompok Perikanan (GAPOKKAN) adalah kumpulan atau gabungan dari kelompok-kelompok perikanan dari beberapa bidang yang mempunyai tujuan bersama. 9. Asosiasi Perikanan adalah kumpulan dari gabungan kelompok perikanan yang mempunyai tujuan bersama dengan jenis usaha yang sama. Sesuai Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: KEP.14/MEN/2012, maka pelaku usaha pemasaran dapat membentuk kelembagaan pelaku usaha perikanan dalam bentuk kelompok, gabungan kelompok ataupun asosiasi, atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta di dalam lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang ketua. 3.4.1.2. Peran dan Fungsi Kelompok Kelompok pelaku usaha bidang perikanan dapat memiliki peranan antara lain sebagai berikut: 1. Sebagai media komunikasi dan pergaulan sosial yang wajar, lestari dan dinamis. 2. Sebagai basis untuk mencapai pembaharuan secara merata. 3. Sebagai pemersatu aspirasi yang murni dan sehat. 4. Sebagai wadah yang efektif dan efisien untuk belajar serta bekerja sama. 5. Sebagai teladan bagi masyarakat lainnya.
40
Untuk dapat mewujudkan peranan tersebut maka kelompok memiliki berfungsi antara lain sebagai: (a) kelas belajar; (b) wadah kerja sama; (c) unit produksi; (d) organisasi kegiatan bersama; dan (e) kesatuan swadaya dan swadana. A. Fungsi Kelompok Sebagai Kelas Belajar Sebagai kelas belajar, kelompok merupakan media interaksi belajar antar pelaku utama atau pelaku usaha perikanan. Mereka dapat melakukan proses interaksi edukatif dalam rangka mengadopsi inovasi. Mereka dapat saling Asah, Asih dan Asuh dalam menyerap suatu informasi dari fasilitator, mediator, pemandu, pendamping, penyuluh dan pihak lain. Mereka akan dapat mengambil kesepakatan tindakan bersama apa yang akan diambil dari hasil belajar tersebut. Dengan demikian proses kemandirian kelompok akan dapat dicapai. Di dalam kelompok sebagai kelas belajar para pelaku utama atau pelaku usaha perikanan akan dapat melakukan komunikasi multi dimensional. Mereka dapat mempertukarkan pengalaman masing-masing, sehingga akan membuat pelaku utama atau pelaku usaha perikanan semakin dewasa untuk dapat keluar dari masalahnya sendiri, tanpa adanya ketergantungan pada petugas (pendamping, penyuluh dan lain-lain). B. Fungsi Kelompok Sebagai Wadah Kerja Sama Sebagai wadah kerja sama, kelompok pelaku utama atau pelaku usaha perikanan merupakan cerminan dari keberadaan suatu wadah kerjasama. C. Fungsi Sebagai Unit Produksi Kelompok pelaku usaha perikanan sebagai unit produksi, erat hubungan dengan wadah kerja sama misalnya dengan melaksanakan kegiatan secara bersama–sama dapat dicapai efisiensi yang lebih tinggi misalnya: dalam pengadaan sarana produksi, perkreditan, dan pemasaran hasil. Oleh karena itu dengan fungsi kelompok sebagai unit produksi akan dapat dicapai skala ekonomis usaha yang dapat memberikan keuntungan yang lebih besar kepada para pelaku usaha perikanan. D. Fungsi Kelompok Sebagai Organisasi Kegiatan Bersama Dengan berkelompok maka pelaku usaha perikanan akan belajar mengorganisasi kegiatan bersama-sama, yaitu membagi pekerjaan dan mengkoordinisasi pekerjaan dengan mengikuti tata tertib sebagai hasil kesepakatan mereka. Mereka belajar membagi peranan dan melakukan peranan tersebut. Mereka belajar bertindak atas nama kelompok yang kompak, yaitu setiap anggota merasa memiliki komitmen terhadap kelompoknya. Mereka merasa "In Group" yaitu mengembangkan "ke-kitaan bukan ke-kamian". Dengan demikian akan merasa bangga sebagai suatu kelompok yang terorganisasi secara baik, dibandingkan berbuat sendiri-sendiri. E. Fungsi Kelompok Sebagai Kesatuan Swadaya dan Swadana Kelompok pelaku usaha perikanan adalah kumpulan pelaku utama atau pelaku usaha perikanan yang mempunyai hubungan atau interaksi yang nyata, mempunyai daya tahan dan struktur tertentu, berpartisipasi bersama dalam suatu kegiatan. Hal ini tidak akan dapat terwujud tanpa adanya kesatuan kelompok tersebut. Pelaku usaha perikanan diharapkan dapat mandiri dalam arti mampu merumuskan
41
masalah, mengambil keputusan, merencanakan, melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tumbuhnya kemandirian tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui kelompok. 3.4.1.3. Pengelolaan Manajerial Kelompok Tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok dalam masyarakat, umumnya didasarkan atas adanya kepentingan dan tujuan bersama, sedangkan kekompakan kelompok tersebut tergantung pada faktor pengikat yang dapat meningkatkan keakraban individu-individu yang menjadi anggota kelompok. Pelaku utama atau pelaku usaha perikanan diharapkan dapat mandiri dalam arti mampu merumuskan masalah, mengambil keputusan, merencanakan, melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tumbuhnya kemandirian tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui kelompok. Pengembangan kelompok diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan usaha perikanan, penguatan kelompok menjadi organisasi kelompok yang kuat dan mandiri. Ciri-ciri Kelompok yang sudah kuat dan mandiri antara lain: a) Adanya pertemuan/rapat anggota dan pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan. b) Disusunnya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipatif. c) Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama. d) Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang lengkap. e) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama disektor hulu dan hilir. f) Memfasilitasi usaha secara komersial dan berorientasi pasar. g) Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para anggota kelompok. h) Adanya jalinan kerjasama antara kelompok dengan pihak lain. i) Adanya pemupukan modal usaha yang baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok. Pengembangan kelompok pelaku usaha perikanan diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok pelaku usaha dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan usahanya, penguatan kelompok pelaku utama menjadi organisasi yang kuat dan mandiri. Kegiatan ini sering disebut dengan Pembinaan Manajerial Kelompok. Beberapa langkah-langkah sederhana, urgen dan efektif dalam pembinaan manajerial kelompok, adalah: 1. Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga 2. Pembuatan papan nama dan struktur organisasi kelompok 3. Penyusunan buku administrasi kelompok
42
4. Pengorganisasian kelompok 5. Permodalan kelompok 6. Pengelolaan pinjaman ke anggota kelompok 7. Pemeriksaaan keuangan kelompok 8. Pengelolaan kesehatan keuangan kelompok A. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) adalah pembuatan kesepakatan bersama dalam kelompok/organisasi yang mengikat semua anggota baik untuk keperluan kedalam maupun keluar organisasi. Anggaran Dasar merupakan landasan dan pedoman kerja yang disahkan oleh seluruh anggota kelompok dan ditetapkan atas dasar musyawarah. Anggaran Rumah Tangga adalah pelengkap AD, merupakan peraturan yang lebih terperinci, lengkap, dan operasional. Pada dasarnya ART merupakan uraian dari AD. Untuk menjaga agar organisasi atau kelompok pelaku usaha berjalan dengan baik, maka perlu adanya kesepakatan aturan organisasi yang mengikat semua anggota baik untuk keperluan ke dalam maupun ke luar organisasi. Oleh sebab itu perlu dibuat Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) yang dibuat bersama-sama dengan anggota dan dikukuhkan oleh Kepala Desa. AD – ART dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah yang muncul dalam kelompok. Dengan adanya AD – ART yang jelas dan tegas, maka penyimpanganpenyimpangan yang terjadi akan mudah dihindari, sehingga kelompok dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam Anggaran Dasar menyangkut beberapa pasal yang dianggap cukup dalam kesepakan tersebut dan disetujui bersama seperti: (a) Nama kelompok; (b) Tempat dan kedudukan kelompok; (c) Asas dan tujuan kelompok; (d) Struktur organisasi dan susunan kepengurusan; (e) Syarat-syarat keanggotaan dan pengurus; (f) Ketentuan pemilihan pengurus dan masa jabatan; (g) Ketentuan rapat; (h) Pembiayaan dan sumber-sumber keuangan kelompok; (i) Usaha-usaha kelompok; (j) Ketentuan-ketentuan anggaran dasar; dan (k) Pembentukan dan pembubaran organisasi. Sedangkan untuk Anggaran Rumah Tangga menyangkut penjelasan yang lebih rinci dari beberapa aspek antara lain: (i) Ketentuan anggota kelompok (kewajiban, hak, macam-macam keanggotaan, dan syarat-syarat khusus); (ii) Kepengurusan (susunan pengurus, tugas-tugas, kewajiban, hak, dan wewenang); (iii) Permodalan (bentuk-bentuk tabungan, cara-cara menabung, syarat pinjaman, dan pendayagunaan modal); dan (iv) Hal-hal lain (yang belum diatur dan dimuat dalam AD, perlu diatur secara khusus). B. Papan Nama dan Struktur Organisasi Kelompok Papan nama kelompok adalah papan informasi yang berisi nama kelompok dan keterangan/informasi lain tentang keberadaan kelompok. Tujuan dibuatnya Papan Kelompok antara lain adalah: (a) Memudahkan orang atau kelompok lain mengetahui letak sekretariat kelompok; (b) Memberikan informasi tentang keberadaan kelompok dan jenis usahanya; dan (c) Menjadi sarana promosi kelompok. BeberapaInformasi yang
43
sebaiknya ada pada papan kelompok, antara lain: nama kelompok, alamat, jenis usaha/komoditi, jumlah anggota, tanggal berdiri, serta nama dan nomor telpon pengurus. Kelompok yang telah didirikan tentunya harus membentuk struktur organisasi, sehingga tidak hanya sekedar nama dan usaha kelompok, tetapi juga jelas organisasi yang dimaksud. Struktur organisasi sangat penting bagi sebuah kelembagaan/organisasi, di mana struktur tersebut menjelaskan setiap tugas atau pekerjaan secara formal dibagi, dikelompokkan dan dikordinasikan. Pada umumnya, suatu organisasi atau kelompok memiliki struktur organisasi yang berbeda dengan organisasi atau kelompok lainnya, sesuai dengan kebutuhan dan strategi pengembangan kelompok yang dipilih. Fungsi atau kegunaan struktur dalam organisasi, antara lain: 1. Kejelasan Tanggung Jawab. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab dan apa yang harus dipertanggungjawabkan. Setiap anggota organisasi harus bertanggung jawab kepada pimpinan atau atasan yang memberikan kewenangan, karena pelaksanaan kewenangan itu yang harus dipertanggungjawabkan. 2. Kejelasan Kedudukan. Kejelasan kedudukan seseorang dalam struktur organsisasi sebenarnya mempermudah dalam melakukan koordinasi maupun hubungan karena adanya keterkaitan penyelesaian suatu fungsi yang dipercayakan kepada seseorang. 3. Kejelasan Uraian Tugas. Kejelasan uraian tugas dalam struktur organisasi sangat membantu pihak pimpinan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian, dan bagi bawahan akan dapat berkonsentrasi dalam melaksanakan suatu pekerjaan karena uraiannya yang jelas. C. Buku Administrasi Kelompok Buku administrasi kelompok adalah buku pencatatan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan keadaan dan perkembangan kelompok.Kesan pertama yang terlihat pada suatu kelompok pelaku utama yang baik, adalah pengelolaan admnistrasi yang tertib dan benar. Sehingga kemampuan kelompok dalam melaksanakan administrasi dengan baik perlu dibina terus sampai mereka terbiasa melakukannya. Kegunaan adminstrasi kelompok antara lain adalah: (a) Sebagai alat kontrol; (b) Sebagai alat dokumentasi; (c) Sebagai alat/bahan pengambilan keputusan; (d) Sebagai alat monitirong/evaluasi kelompok; (e) Sebagai alat memupuk kepercayaan anggota; (f) Sebagai alat ukur keberadaan kegiatan kelompok; dan (g) Sebagai alat ukur pengembangan kelas kelompok. Beberapa jenis buku administrasi yang sebaiknya dimiliki oleh kelompok, yakni: a) Buku Data Anggota Kelompok Buku Data Anggota Kelompok adalah buku yang berisi tentang semua informasi mengenai anggota kelompok, termasuk mata pencaharian utamanya serta kepemilihan sarana prasarana dan/atau lahan usahanya. Manfaat Buku Data Anggota Kelompok antara lain adalah: (1) menggambarkan potensi sumberdaya di dalam kelompok; dan (2) memudahkan tim pembina dan pihak lain dalam mempelajari potensi sumber daya manusia kelompok. Contoh Format Buku Data Anggota Kelompok sebagaimana lampiran 9.
44
b) Buku Tamu Kelompok Buku Data TamuKelompok adalah buku yang berisi tentang data-data tamu yang mengunjungi kelompok, baik sifatnya formal, non formal maupun informal. Manfaat Buku Tamu Kelompok, antara lain adalah: (1) mengetahui siapa, darimana dan tujuan apa dan kapan tamu yang mengunjungi kelompok; (2) membenahi dan mengoreksi kekurangan kelompok dari saran dan kesan yang ditulis tamu guna kemajuan kelompok; dan (3) mempermudah pencarian kontak person kepada tamu kelompok, jika dikemudian hari ternyata diperlukan. Contoh Format Buku Tamu Kelompok sebagaimana lampiran 10. c) Buku Rencana Kegiatan Kelompok Buku RencanaKegiatanKelompok adalah buku yang berisi tentang: (1) Apa yang akan dilakukan atau apa yang hendak dilakukan? (2) Bagaimana melaksanakannya atau apa yang harus dikerjakan? (3) Kapan melaksanakannya? (4) Siapa anggota kelompok yang akan melakukannya? (5) Berapa besar usaha yang akan dilakukan? Manfaat Buku Rencana Kegiatan Kelompok, antara lain adalah: (1) Dipakai sebagai alat koordinasi; (2) Dapat memberikan “kepastian” mengenai masa depan atau membatasi “ketidakpastian”; (3) Tersedianya alat ukur terhadap prestasi yang akan dicapai dan alat pengendalian (control) jalannya kegiatan kelompok; (4) Peningkatan produktifitas (efektifitas dan efisiensi) karena memfokuskan pada sasaran; dan (5) Terbentuknya kerja sama, dukungan dan peran serta anggota kelompok. Contoh Format Buku Rencana Kegiatan Kelompok sebagaimana lampiran 11. d) Buku Pola Tebar/Produksi Kelompok Buku Pola Tebar/ Produksi Kelompok adalah buku yang berisi tentang data-data waktu penebaran benih/ induk dan estimasi panennya dalam periode waktu tertentu. Manfaat Buku Pola Tebar/ Produksi Kelompok adalah untuk mengetahui pola usaha kelompok dan perkiraan panen/produksi/penjualan. Contoh Format Buku Pola Tebar/Produksi Kelompok sebagaimana lampiran 12. e) Buku Agenda Surat Kelompok Buku Agenda Surat Kelompok adalah buku yang berisi tentang datasurat-surat yang masuk atau surat-surat yang dikeluarkan oleh kelompok dalam periode waktu tertentu. Manfaat Buku Agenda SuratKelompok adalah: (1)untuk mengetahui arus surat masuk dan keluar; (2) mempermudah pengarsipan dan penelusuran tindak lanjut surat. Contoh Format Buku Agenda Surat Kelompok sebagaimana lampiran 13. f)
Buku Inventaris Barang/Alat Kelompok Buku Inventaris Barang/Alat Kelompok adalah buku yang berisi tentang data-data barang/alat yang menjadi inventaris kelompok dan/atau barang yang dibeli bersama oleh anggota kelompok. Manfaat Inventaris Barang/AlatKelompok adalah:(1) untuk mendata barang/alat yang dimiliki oleh kelompok; (2) memudahkan pengelolaan barang/alat yang dimiliki kelompok; dan (3) memudahkan penelusuran kepemilikan barang/alat yang ada dalam kelompok. Contoh Format Buku Inventaris Barang/Alat Kelompok sebagaimana lampiran 14.
45
g) Buku Daftar Hadir Pertemuan Kelompok Buku Daftar Hadir Pertemuan Kelompok adalah nama dan tanda tangan anggota yang hadir pada rapat/pertemuan/kegiatan kelompok. Manfaat Daftar Hadir PertemuanKelompok adalah:(1) untuk mengetahui tingkatkeaktifan anggota dalam kegiatan-kegiatan kelompok; (2) sebagai data penguat keputusan yang diambil sewaktu rapat/pertemuan Contoh Format Buku Daftar Hadir Pertemuan Kelompok sebagaimana lampiran 15. h) Buku Notulen Rapat/Pertemuan Kelompok Buku Notulen Rapat/Pertemuan Kelompok adalah buku catatan atas segala sesuatu yang terjadi dalam rapat/pertemuan kelompok; termasuk didalamnya kesimpulan/keputusan yang diambil pada saat kegiatan tersebut. Manfaat Notulen Rapat/PertemuanKelompok adalah:(1) Sebagai catatan pembahasan kegiatan rapat/pertemuankelompok baik yang telah dilaksanakan maupun rencana tindaklanjut; (2) memudahkan dalampembahasan masalah dan pemecahan masalah baik di lapangan maupun dalam kelompok. Contoh Format Notulen Rapat/Pertemuan Kelompok sebagaimana lampiran 16. i)
Buku Kas Kelompok Buku Kas Kelompok adalah buku catatan transaksitunai dan transaksi bankdarikelompok. Manfaat Buku Kas Kelompok adalah: mendata keluar masuk dan saldo keadaan keuangan kelompok. Contoh Format Buku Kas Kelompok sebagaimana lampiran 17.
j)
Buku Tabungan/Iuran Kelompok Buku Tabungan/Iuran Kelompokadalah catatan pemasukan kas kelompok yang berasal dari iuran wajib, iuran sukarela, tabungan wajib dan tabungan sukarela anggota masing-masing anggota kelompok. Manfaat Buku Tabungan/IuranKelompok adalah:(1) mendata keluar masuk dan saldo keadaan keuangan kelompok; (2) mengetahui jumlah iuran dan tabungan setiap bulan dan setiap tahunnya; dan (3)memudahkan pelacakan status iuran dan tabungan anggota kelompok . Contoh Format Buku Tabungan/Iuran Kelompok sebagaimana lampiran 18.
k) Buku Pinjaman Anggota Kelompok Buku Pinjaman Anggota Kelompok adalah catatan terhadap semua informasi pinjaman yang diberikan pada anggota, secara individu (termasuk masalah pinjaman, tujuan pinjaman, jadwal pengembalian bunga, pengembalian pinjaman, hutang yang belum lunas dan melampaui batas waktunya. Manfaat Buku Pinjaman Anggota Kelompok adalah menginventarisir besaran pinjaman anggota kelompok serta pengembalian pinjaman anggota kelompok. Contoh Format Buku Pinjaman Anggota Kelompok sebagaimana lampiran 19.
46
D. Pengorganisasian Kelompok Kelompok merupakan kumpulan orang yang menyatukan diri dalam usaha-usaha di bidang sosial dan ekonomi, yang tumbuh dan berkembang dari, oleh, dan untuk anggota, demi untuk meningkatkan taraf hidup seluruh anggota dan dalam rangka kepentingan bersama. Beberapa kewajiban anggota kelompok: (a) Menghadiri rapat anggota; (b) Menabung secara teratur yaitu melalui tabungan wajib dan sukarela; (c) Membayar angsuran dan bunga pinjaman; serta (d) Mentaati peraturan kelompok. Hak-hak Anggota kelompok antara lain adalah: - Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam pertemuan anggota atas dasar satu suara untuk setiap satu anggota. - Memilih atau dipilih menjadi anggota pengurus atau badan pemeriksa. - Meminta diadakan pertemuan khusus bila dianggap perlu. - Mengemukakan pendapat atau saran-saran kepada pengurus di luar pertemuan, baik diminta atau tidak. - Mendapatkan pelayanan dan pembinaan yang sama. - Melakukan pengawasan atas jalannya perkumpulan dan usaha-usaha kelompok menurut ketentuan yang terdapat dalam anggaran dasar dan anggara rumah tangga kelompok. - Menikmati hasil-hasil usaha kelompok seperti yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga kelompok. Syarat menjadi pengurus kelompok: (1) Jujur, tekun, penuh tanggung jawab, mampu, dan dapat menyediakan waktu; (2) Tidak merangkap sebagai pengurus kelompok lain; (3) Terbuka, artinya bersedia untuk menerima koreksi ataupun kritik, baik dari anggota maupun dari orang yang ditunjuk sebagai badan pemeriksa. Kewajiban pengurus kelompok: (a) Menyusun rencana kerja serta rencana anggaran biaya dan pendapatan tahunan kelompok; (b) Melaksanakan rencana kerja yang telah disakan oleh rapat anggota; (c) Mengadakan rapat anggota dan rapat pengurus; (d) Memberikan laporan pertanggungjawaban secara menyeluruh mengenai keadaan dan perkembangan kegiatan kelompok. E. Permodalan Kelompok Salah satu prinsip dasar kelompok yang harus selalu diingat dan menjadi pegangan adalah dari, oleh, dan untuk anggota. Maka permodalan utama dan pertama kelompok adalah bersumber dari anggota, yang berupa atau berbentuk tabungan dari anggota. Menabung adalah menyisihkan sebagian dari penghasilan/pendapatan dan/atau melakukan penghematan, yang dilakukan secara sadar, teratur, dan terencana. Tujuan Diadakannya Tabungan: (1) Membentuk dan mengembangkan sikap hemat dan
47
terencana dalam keuangan keluarga maupun usaha, serta ekonomis dalam pembelanjaan atau pemakaian; dan (2) Membentuk dan mengembangkan modal usaha, sehingga penabung mampu meningkatkan penghasilannya. Manfaat Menabung di Kelompok: (1) Mengurangi ”kebocoran” tabungan yang disimpan secara individu; (2) Mendapatkan sisa hasil usaha; (3) Mudah, tidak diperlukan syarat-syarat tertentu; dan (4) Memperluas kesempatan untuk mendapatkan pinjaman dengan bunga rendah. Beberapa jenis tabungan/simpanan kelompok yakni: - Simpanan Pokok (SP) merupakan simpanan yang dibayar waktu seseorang masuk / diterima menjadi anggota kelompok. Karena diharapkan bisa menjadi ”pokok”, maka biasanya agak lebih besar. Karena agak lebih besar, maka biasanya kelompok membuat kebijakan bahwa SP dapat diangsur dalam beberapa bulan. - Simpanan Wajib (SW) merupakan kewajiban anggota setiap bulan/periode yang disepakati dalam kelompok. Artinya bahwa tabungan itu harus dibayar secara rutin dan teratur dalam jumlah yang ditentutan. Penentuan besarnya SP dan SW harus didasarkan kemufakatan bersama, biasanya memakai standar kemampuan terendah anggota. Tetapi sebaiknya jangan terlalu rendah/kecil, namun juga jangan terlalu tinggi. Terlalu kecil membuat orang cenderung meremehkan, lalu menunda, dan akan sulit untuk memupuk modal yang layak. Terlalu tinggi juga menyebabkan anggota merasa berat dan menyerah, sehingga sedikit orang yang akan ikut. - Simpanan Sukarela (SS) merupakan tabungan yang bebas, baik besaran maupun waktu setornya sesuai dengan kemampuan anggota masing-masing. Jenis simpanan ini harus didorong agar permodalan kelompok tumbuh dengan baik dan dapat melayani kebutuhan pinjaman anggota. Pemupukan modal adalah usaha yang dilakukan untuk mengembangkan atau memperbesar modal kelompok dengan usaha-usaha yang bersifat produktif (menghasilkan). Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan anggota yang berasal dari keuntungan sebagai akibat dari bertambah besarnya jumlah modal. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkattkan jumlah modal kelompok: (1) Tabungan pokok yang disetor satu kali pada saat masuk menjadi anggota; (2) Tabungan wajib yang disetor setiap kali pertemuan kelompok; (3) Tabungan sukarela yang dapat disetor/diambil setiap saat dengan jumlah yang tidak terbatas; (4) Tabungan khusus yang dilakukan secara rutin dan teratur serta baru dapat diambil setelah jangka waktu tertentu baik berupa uang ataupun barang; dan (5) Tabungan kolektif. 3.4.2. Penyusunan Aturan Keuangan 3.4.2.1. Dasar-dasar Pengelolaan Keuangan Bentuk umum informasi keuangan suatu lembaga/institusi/kelompok adalah seperangkat laporan keuangan, terutama yang terdiri atas: laporan posisi keuangan (neraca), laporan rugi-laba (laporan aktivitas), laporan perubahan modal, dan laporan arus kas, termasuk catatan penjelasan laporan keuangan yang diperlukan.
48
A. Laporan Neraca/Neraca Keuangan (balance sheet) Laporan neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan sesaat perusahaan, memperkirakan nilainya pada waktu tertentu. Neraca dibentuk dari persamaan dasar akuntansi : aktiva = Kewajiban + Equitas pemilik. 1. Aktiva: merupakan assets/harta produktif yang dikelola. Perolehan assets tersebut dapat bersumber dari hutang atau pun modal sendiri sebagai aktiva bersih organisasi/entitas. Assets biasanya dibedakan dalam kelompok Aktiva Lancar dan Aktiva Tetap yang didasarkan pada masa pemanfaatannya atau sifat likuiditasnya.
- Aktiva lancar (current assets) adalah harta seperti kas dan jenis lain yang dapat diubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau dalam daur usaha normal perusahaan - Aktiva tetap (fixed assets) yaitu harta yang diperoleh untuk pemakaian jangka panjang dalam perusahaan. 2. Kewajiban: memuat pengakuan klaim pihak lain atas jumlah tertentu yang akan dibayarkan pada masa nanti, baik kepada perorangan maupun lembaga lain. Biasanya dibedakan menurut masa pengakuan jangka pendek dan jangka panjang (lebih dari 1 tahun). Dengan kata lain, pada elemen kewajiban ini memuat akun-akun yang menyatakan jumlah kewajiban organisasi untuk membayar kepada pihak lain. 3. Aktiva Bersih (Modal): Mengandung pengertian yang dengan equitas pemilik, yaitu Hak yang Tersisa atas aktiva /harta /assets organisasi setelah dikurangi sejumlah kewajiban pada pihak lain. Dalam persamaan matematis dapat dinyatakan demikian : Equitas pemilik = Aktiva – Kewajiban)
Pada laporan keuangan organisasi nirlaba, equitas pemilik memakai terminology Aktiva Bersih dengan makna yang sama. Namun lebih dibedakan menjadi Aktiva Bersih Terikat dan Aktiva Bersih Tidak Terikat. Pemisahan ini bertujuan untuk menunjukkan sifat pembatasan hak untuk pemakaian/ pemanfaatan dana aktiva bersih (modal) yang ada. Untuk memudahkan bagi peserta pelatihan dalam memahami, berikut ini disajikan contoh laporan neraca. USAHA PEMASARAN IKAN SEGAR Periode Laporan : s.d tanggal 28 Februari 2014 Aktiva Kas Piutang Dagang Persediaan Bahan Utama Persediaan Bahan Pendukung Perlengkapan Peralatan Usaha Total Aktiva
10.000.000 5.000.000 8.000.000 500.000 5.500.000 1.000.000 30.000.000
Hutang
Modal Total Pasiva
Passiva
12.000.000
18.000.000 30.000.000
49
B. Laporan Laba/Rugi (Laporan Aktivitas), Laporan laba-rugi (income statement) adalah laporan keuangan yang menggambarkan kegiatan suatu usaha dalam satu periode operasi, yang membandingkan pengeluaran terhadap pendapatan untuk menunjukkan laba bersih atau rugi bersihnya. Laporan laba-rugi dapat pula didefinisikan sebagai laporan mengenai semua elemen pendapatan dan elemen beban (biaya) yang terjadi dalam suatu periode tertentu. Akun-akun pendapatan dan beban tersebut merupakan aktivitas real yang telah terjadi dalam satu periode pelaporan. Sehingga perlu diperbandingkan antara aktivitas yang menyebabkan adanya penerimaan (tambahan kekayaan), dengan aktivitas yang menimbulkan pengeluaran (pengurangan kekayaan). Hasil pembandingan tersebut dapat berupa selisih positif (laba) yang berarti penambahan aktiva bersih organisasi (modal bertambah), dapat pula selisih negatif (rugi) yang berarti terjadi penurunan/ pengurangan atas jumlah aktiva bersih. CONTOH FORMAT LAPORAN LABA/RUGI USAHA PEMASARAN IKAN ……………………… LAPORAN LABA/RUGI (HASIL USAHA) Periode yang berakhir tanggal ... bulan ... tahun ... Penjualan
xxx
Harga pokok Penjualan: Persediaan awal
xxx
Pembelian
xxx +
Tersedia untuk dijual
xxx
Persediaan akhir Harga pokok penjualan
xxx xxx -
Laba Kotor
xxx
Beban Usaha
xxx -
Laba Operasi
xxx
Biaya Bunga
xxx -
Laba/Rugi Bersih
xxx
C. Laporan Arus Kas Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan keuangan yang memperlihatkan perubahan modal kerja sejak awal tahun dengan cara menguraikan sumber dan penggunaan dananya. Secara sederhana laporan ini dapat diartikan sebagai informasi tentang dari mana sumber kas diperoleh dan untuk apa (kemana) kas tersebut dipergunakan. Artinya laporan ini memuat ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar, dimana aliran tersebut dibagi/dirinci ke dalam 3 kelompok aktivitas dalam organisasi, yaitu:
50
1. Kegiatan Operasi; mencakup arus kas masuk dari penjualan barang dagangan, penerimaan piutang, penerimaan hutang dari pihak lain, dan sebagainya, serta arus kas keluar untuk kebutuhan pokok operasional pokok (seperti pembelian barang produksi, perlengkapan operasioanl), pemberian piutang/kredit kepada nasabah, dan sebagainya. 2. Kegiatan Investasi; mencakup perolehan dan penjualan aktiva tetap yang berkenaan dengan fasilitas poduksi/operasional. 3. Kegiatan Pendanaan (Keuangan); mencakup arus kas masuk atas pengadaan sumber daya dari pemilik, donatur, serta kreditor, dan arus kas keluar untuk pengembalian jumlah dana yang dipinjam. Dengan semua kegiatan yang melibatkan pemilik dengan kreditor yang berpengaruh pada kas, seperti penyetoran dan modal, penarikan modal (prive), penarikan pinjaman/hutang kepada bank serta pelunasannya.
CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS USAHA PEMASARAN IKAN ……………………… LAPORAN ARUS KAS Periode yang berakhir tanggal ... bulan ... tahun ... AKTIVITAS OPERASI Laba bersih
xxx
Kenaikan utang
xxx
Kenaikan piutang
(xxx) + xxx -
Kas bersih dari aktivitas operasi
xxx
AKTIVITAS INVESTASI Penjualan aktiva tetap (tanah)
xxx
Pembelian peralatan
(xxx) +
Kas bersih dari aktivitas investasi
xxx
AKTIVITAS PEMBIAYAAN Kenaikan modal disetor
xxx
Pengembalian pinjaman
(xxx)
Penarikan hutang/pinjaman
xxx
Pelunasan hutang/pinjaman
(xxx) +
Kas bersih dari aktivitas pembiayaan
(xxx)
Kenaikan bersih kas
xxx
Kas awal periode
xxx +
Kas akhir periode
xxx
51
D. Catatan atas Laporan Keuangan Dalam catatan atas laporan keuangan selain memuat penegasan mengenai berbagai kebijakan akuntansi yang dianut untuk penyusunan laporan keuangan organisasi, juga memberikan uraian lebih rinci atas akun-akun tertentu dalam laporan keuangan diatas. Penjelasan ini dianggap penting guna membantu pembaca untuk menginterpretasikan informasi pada laporan keuangan. Dengan kata lain hal ini membantu dalam proses pengambilan keputusan pihak-pihak yang berkepentingan. 3.4.2.2. Perencanaan Keuangan Rencana keuangan adalah alat vital yang membantu wirausahawan/pelaku usaha perikanan untuk mengelola usahanya dengan lebih efektif, mengarahkan mereka menghindari kendala-kendala yang dapat mengakibatkan kegagalan. Manajemen keuangan adalah proses yang menyediakan informasi keuangan yang relevan kepada wirausahawan/pelaku usaha perikanan dalam format yang mudah dibaca untuk jangka waktu tertentu, memungkinkan wirausahawan mengetahui tidak hanya keadaan keuangan bisnis mereka tetapi juga alasan kinerja mereka. Secara sederhana perencanaan merupakan usaha menetapkan kegiatan yang akan dilakukan tentang : - Apa yang akan dilakukan atau apa yang hendak dilakukan ? - Bagaimana melaksanakannya atau apa yang harus dikerjakan ? - Kapan melaksanakannya ? - Siapa yang akan melaksanakannya ? Perencanaan Usaha merupakan dokumen tertulis yang dapat mengkomunikasikan suatu ide usaha/bisnis dengan dilandasi oleh aspek-aspek penting yang terkait dengan kepentingan usaha. Dengan kata lain, sebuah perencanaan keuangan merupakan bagian terpenting dari perencanaan sebuah program serta kesinambungan keuangan jangka panjangnya. Tetapi harus dipahami bahwa perencanaan ini juga adalah proses yang berjalan. Menentukan prinsip-prinsip perencanaan keuangan, dan tetap berpaut padanya akan membantu program anda bukan hanya sekarang tapi juga untuk masa yang akan datang. Aspek penting dalam perencanaan usaha antara lain meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek produksi, aspek organisasi dan sumberdaya manusia, aspek legal, aspek finansial. Banyak orang yang menyatakan keengganannya untuk menyusun suatu rencana usaha. Berbagai alasan disampaikan, mulai dari ungkapan sulit, capek,hingga tidak mengerti bagaimana cara membuat atau menyusunnya. Lalu, “Mengapa calon pelaku usaha (pelaku usaha) perlu bersusah payah menyusun/menulis rencana bisnis ?”. Tentunya seorang calon pelaku usaha (pelaku utama perikanan) perlu memperhatikan kepentingan atau manfaat apa yang terkait dengan penyusunan rencana usaha tersebut, sehingga bisa berpikir lebih obyektif.
52
Manfaat perencanaan usaha antara lain adalah sebagai berikut: (1) Dipakai sebagai alat koordinasi; (2) Dapat memberikan “kepastian” mengenai masa depan atau membatasi “ketidakpastian”; (3) Merupakan alat ukur terhadap prestasi yang akan dicapai dan alat pengendalian (control) jalannya kegiatan/organisasi; (4) Meningkatkan kemampuan antisipasi terhadap perubahan; (5) Meningkatkan produktifitas (efektifitas dan efisiensi) karena memfokuskan pada sasaran; (6) Meningkatkan dukungan dan peran serta, karena tujuan/sasaran dapat diketahui oleh pelaksananya; (7) Dalam proses perencanaannya, “team building” (terbentuk kerjasama) merupakan hasil sampingan yang sangat bermanfaat bagi organisasi. Dalam kegiatan usaha perikanan baik secara berkelompok maupun kegiatan usaha yang dilakukan oleh individu, diperlukan perencanaan yang matang, mengingat kegiatan usaha ini memiliki risiko tersendiri, terutama yang berhubungan dengan kondisi alam (iklim/musim), keterampilan sumberdaya manusia, teknologi maupun modal usaha. Sebuah perencanaan usaha memiliki fungsi yang sangat mendukung keberhasilan usaha. Fungsi tersebut meliputi : 1. Mendorong calon pelaku bisnis untuk berpikir mengenai “apa yang akan dikerjakan”:
Menggunakan pandangan yang obyektif
Bersikap kritis
Tidak emosional
2. Dapat digunakan untuk menilai keragaan aktual usaha (bisnis) pada jangka waktu tertentu. 3. Merupakan dokumen yang dapat dinilai oleh pemberi kredit (calon investor) untuk menilai bisnis baru maupun mengembangkan bisnis yang sedang dikerjakan. Perencanaan keuangan adalah proses yang berkesinambungan memungkinkan pengelolaan keuangan program anda dengan:
yang
1. Mengidentifikasi kebutuhan biaya dan sumberdaya dari program anda, 2. Menunjukkan jeda antara biaya dan jumlah dana yang anda harapkan akan diperoleh untuk program anda, 3. Membuka resiko-resiko yang mungkin ada terhadap pendanaan program mendatang, 4. Menggaris bawahi ketidak-efisienan program; dan 5. Mengembangkan strategi-strategi untuk mengatasi jeda pendanaan, mengurangi
resiko pendanaan dan mengatasi ketidak-efisienan program.
3.4.2.3. Analisis Pengelolaan Keuangan A. Analisis Usaha Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sampai di mana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berlangsung. Dengan analisis usaha ini, pengusaha membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan
53
keuntungan dalam perusahaannya. Untuk memperoleh keuntungan yang besar, dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau menekan harga jual. Namun, yang biasa dipakai oleh perusahaan yaitu dengan cara yang pertama, menekan biaya produksi. Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan ikan, dari persiapan sampai panen. Termasuk dalam hal ini biaya pembuatan kolam, biaya untuk perawatan sampai hasil pasca panen tersebut terjual. Biaya produksi ini bisa dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, antara lain biaya pembuatan kolam, sewa lahan, dan biaya pembuatan saluran air. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi, seperti biaya untuk benur, pupuk, pakan, pemberantasan hama, upah tenaga kerja, biaya panen, dan penjualan. Dari data analisis di atas dapat dihitung kelayakan investasinya. Perhitungan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam mengelola usaha perikanan. Perhitungan biaya yang sering dilakukan yaitu break event point (BEP) dan return of investment (ROI) serta benefit cost ratio (B/C Ratio). 1. Break Event Point (BEP) Break even point merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, pada saat itu pengusaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi. Selain itu, BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan. Untuk menentukan BEP, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu biaya atau modal (baik itu modal tetap atau variabel), harga jual, dan tingkat produksi. Selanjutnya BEP bisa dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: BEP =
Biaya tetap 1–
Biaya variabel Penjualan
2. Return of Invesment (ROI) Return of invesment merupakan nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Lalu mengapa perusahaan periu membuat perhitungan ROI ini? Apa manfaatnya? Jelas, manfaatnya sangat besar sekali bagi perusahaan. Dengan analisis ROI, perusahaan dapat mengukur sampai seberapa besar kemampuannya dalam mengembalikan modal yang telah ditanamnya. Dengan demikian, analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan tersebut.
54
Pada umumnya, besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh : (1) kemampuan pengusaha dalam menghasilkan laba, (2) kemampuan pengusaha dalam mengembalikan modal, dan (3) penggunaan modal dari luar untuk memperbesar perusahaan. Besamya ROI dapat diperoleh dengan rumus berikut ini: ROI = Laba usaha/Modal usaha 3. Benefit Cost Ratio (B/C) Perhitungan ini lebih ditekankan pada kriteria-kriteria investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha untuk memperbandingkan, mengukur, serta menghitung tingkat keuntungan usaha perikanan. Dengan B/C ini bisa dilihat kelayakan suatu usaha. Bila nilainya 1, berarti usaha tersebut belum mendapatkan keuntungan sehingga perlu pembenahan. Semakin kecil nilai rasio ini, semakin besar kemungkinan perusahaan menderita kerugian. Fungsi nilai B/C ini sebagai pedoman untukmengetahui seberapa besar suatu jenis ikan harus diproduksi pada musim berikutnya. Rumus B/C sebagai berikut: B/C = Hasil penjualan/biaya produksi B. Prinsip Analisis Biaya Usaha perikanan merupakan suatu kegiatan ekonomi di bidang perikanan dimana terdapat sejumlah unsur (input) yang digunakan dan setiap input tersebut mengandung suatu nilai yang merupakan korbanan bagi pelaku usaha perikanan, yaitu sebagai biaya usaha perikanannnya. Input usaha perikanan yang umumnya dibutuhkan oleh pekau usaha perikanan meliputi benih, lahan, mesin (alat), tenaga kerja, modal dan pengelolaan atau manajemen. Input produksi saling berkaitan dan kedudukannya dalam usaha perikanan sama penting sehingga sering disebut sebagai faktor produksi. Pemahaman faktor produksi menyangkut masalah penguasaan dan pemilikan terhadap faktor-faktor produksi tersebut, dimana pemilikan memberikan kekuatan dan kekuasaan untuk berbuat terhadap faktor-faktor produksi dalam penggunaan pada proses produksi. Seseorang yang menguasai atau memiliki faktor produksi, dapat memberikan posisi atau status sosial yang tinggi di lingkungan masyarakatnya. Lahan merupakan faktor produksi yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain, selain itu distribusi penguasaannya dimasyarakat tidak merata dan tidak dapat dipindah-pindah walaupun dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Tenaga kerja dalam usahatani terbagi atas tenaga keja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mesin, dimana tenaga kerja manusia terbagi menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Terdapat perbedaan konversi dalam penentuan kerja, sehingga perlu diseragamkan agar memudahkan dalam penentuan kerja. Untuk menyeragamkan, maka konversi tenaga kerja yang digunakan adalah Hari Kerja Pria (HKP). Modal adalah barang atau uang yang bersama – sama dengan faktor produksi lain yang digunakan untuk menghasilkan barang baru, yaitu produk pertanian. Modal
55
dapat dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah modal yang tidak habis dalam satu periode, meliputi tanah dan bangunan. Sedangkan modal bergerak adalah modal yang habis dalam satu periode, meliputi uang tunai dan sarana produksi. Manajemen atau pengelolaan merupakan unsur terakhir dalam kegiatan usaha. Manajemen dalam usaha perikanan adalah kemampuan pelaku usaha perikana dalam menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor – faktor produksi yang dikuasai untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Manajemen merupakan unsur usaha yang tidak berbentuk fisik akan tetapi unsur yang paling menentukan dalam keberhasilan usaha. Keberadaan dan harga input usaha perikanan sangat menentukan dalam keberlanjutan usaha perikanan, sementara ketersediaannya bergantung kepada kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Dengan demikian, maka pelaku usaha perikanan perlu memahami prinsip-prinsip analisis biaya dalam penyelenggaraan usaha perikanannya. Prinsip analisis biaya sangat penting karena pelaku usaha perikanan (petani ataupun nelayan dan pengolah hasil perikanan) dapat menguasai pengaturan biaya produksi dalam usahataninya tetapi tidak mampu mengatur harga komoditi (hasil produksi) yang dijualnya atau memberikan nilai kepada komoditi tersebut. Hargaharga tersebut ditentukan oleh berbagai faktor di luar usaha perikanan, termasuk pula faktor-faktor di luar negeri. Apabila keadaan lainnya tidak berubah, pelaku usaha perikanan harus mengurangi biaya persatuan komoditi yang dihasilkan bila ia ingin meningkatkan pendapatan bersih usahanya. Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya, meliputi : 1) biaya tetap (fixed cost), dan 2) biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Petani rumput laut harus mampu membayarnya, berapapun jumlah produksi yang dihasilkan dari usaha budidayanya. Biaya tetap menjadi sangat penting apabila petani rumput laut memikirkan tambahan investasi seperti mesin, perahu, bangunan dan alat-alat lainnya. Tiap tambahan investasi hanya dapat dibenarkan apabila petani rumput laut mampu membelinya dan dalam jangka panjang dapat memberikan arus keuntungan. Biaya tidak tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi. Sebagai contoh, banyaknya tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha rumput laut. Apabila petani atau nelayan juragan mengupah tenaga kerja (buruh perikanan), maka ketika produksi dapat meningkat, kebutuhan terhadap buruh/tenaga kerja juga meningkat. Tetapi apabila tidak ada produksi, maka tidak ada kebutuhan terhadap tenaga kerja (buruh perikanan) tersebut. C. Analisis Pendapatan Usaha Pendapatan dalam suatu kegiatan usaha adalah balas jasa terhadap setiap faktor produksi dan merupakan ukuran keberhasilan kegiatan usaha. Analisis pendapatan usaha perikanan dilakukan untuk menggambarkan keadaan sekarang
56
dari suatu kegiatan usaha perikanan atau untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan dalam kegiatan usaha perikanan. Bagi pelaku usaha perikanan, analisis pendapatan dapat digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Informasi yang diperlukan dalam analisis pendapatan adalah jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran usaha perikanan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Pada analisis pendapatan usaha perikanan ini, perhitungan didasarkan kepada biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang perikanan. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Penerimaan total merupakan nilai produk dari suatu usaha yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi. Total biaya atau pengeluaran dari suatu usaha agribisnis merupakan jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan budidaya dalam memproduksi komoditi perikanan. Pendapatan total usaha merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Umumnya pendapatan usaha (keuntungan) dihitung untuk satu tahun kegiatan usaha. Keuntungan usaha dapat pula dihitung per musim tanam, dengan tetap menyesuaikan perhitunan besarnya beberapa jenis biaya secara proporsional, misalnya besarnya biaya penyusutan yang merupakan salah satu komponen dari biaya tetap (fixed cost). Berarti apabila telah dilakukan perhitungan biaya penyusutan untuk satu tahun, maka jika akan dihitung besarnya keuntungan per musim tanam, harus dilakukan pembagian dengan angka 8. Pendapatan usaha (keuntungan) dihitung dengan menggunakan rumus : = TR - TC
Keterangan : = Keuntungan (Rp) TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp) TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp) Dalam hal ini Total Revenue atau Penerimaan Total merupakan perkalian antara jumlah barang yang diproduksi/dipasarkan dengan harga barang tersebut; dengan asumsi bahwa semua barang yang diproduksi dapat dipasarkan seluruhnya. Total Revenue atau Penerimaan Total dalam bahasa perdagangan sehari-hari dikenal dengan sebutan omzet. Total Revenue atau Penerimaan Total dirumuskan sebagai berikut :
57
TR = P x Q
Keterangan : TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp) P = Harga jual (Rp/Kg) Q = Jumlah barang yang dijual (Kg) Adapun Total Cost atau Biaya Total merupakan penjumlahan dari Biaya Tetap (fixed cost) dengan biaya variabel (variable cost). Dalam bentuk matematis Total Cost dirumuskan sebagai berikut : TC = FC + VC
Keterangan : TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp) FC = Fixed Cost atau Biaya Tetap (Rp) VC = Variable Cost atau Biaya Variabel (Rp) Untuk dapat menghitung besarnya keuntungan usaha, petani/pengusaha perikanan dituntut untuk mampu mengidentifikasi dan melakukan pencatatan dengan baik setiap biaya investasi dan biaya-biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan usahanya. Dalam menghitung keuntungan usaha, diperlukan data biaya yang sifatnya mendukung/melengkapi total biaya yang digunakan, yaitu berupa biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini mudah dihitung dan data dasarnya berasal dari data biaya investasi. Biaya penyusutan ini dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, dengan rumus sebagai berikut : Penyusutan = harga beli – nilai sisa umur ekonomis (tahun) Keterangan : - Penyusutan dalam satuan Rp/thn - Harga beli dalam satuan Rupiah - Nilai sisa dalam satuan Rupiah D. Analisis Efisiensi Usaha Efisiensi usaha merupakan salah satu ukuran keberhasilan usaha perikanan. Untuk mengukur efisiensi usaha digunakan rasio imbangan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan (R/C) yang merupakan perbandingan antara pendapatan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Secara teoritis R/C menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang
58
dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C-nya R/C ratio dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : R/C = TR TC
Kriteria : Bila R/C > 1, maka usaha dinyatakan menguntungkan Bila R/C = 1, usaha mengalami impas Bila R/C < 1, usaha mengalami kerugian
E. Analisis Waktu Balik Modal (Payback Period/PP) Payback Period merupakan cara penilaian investasi yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh keuntungan atau dengan kata lain Payback Period adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal yang telah ditanamkan. Secara matemetis Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut :
PP = I
Keterangan : PP = Payback Period (tahun) I = Investasi (Rp) = Keuntungan (Rp/tahun) Dengan kriteria, semakin singkat periode tingkat pengembalian modal maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. F. Analisis Harga Pokok Penjualan (HPP) Harga pokok produksi merupakan semua pengeluaran yang dikeluarkan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa yang akan dijual. Harga pokok produk dirumuskan sebagai berikut : HPP = Total Biaya produksi dan pemasaran Total produk yang dihasilkan Keterangan : - Biaya pokok produksi dalam satuan Rupiah - Total jumlah produksi dalam satuan Kg - HPP dalam satuan Rupiah/Kg Dengan mengatahui HPP, pelaku pengusaha perikanan dapat menghitung/ menentukan besarnya marjin (perbedaan) antara harga penjualan produknya dengan biaya produksi yang telah dikeluarkannya. Besarnya marjin harga diperoleh dengan cara mengurangkan harga jual produk dengan HPPnya. Apabila harga jual produk lebih besar dari HPP, maka pengusaha perikanan dapat memperoleh keuntungan,
59
sedangkan apabila harga jual peroduk lebih kecil dari HPP, maka pelaku utama/pengusaha perikanan akan mengalami kerugian. 3.4.2.4. Pemeriksaan Keuangan Pemeriksaan merupakan salah satu unsur pengelolaan kegiatan. Dalam kelompok, pemeriksaan dapat diketahui sebagai kesatuan sistem yang dapat mengamati semua bidang-bidang pokok kegiatan, antara lain kegiatan keorganisasian, permodalan, usaha produktif, administrasi, dan perkembangannya. Dengan dilakukannya pemeriksaan secara teratur dan benar, maka pengurus kelompok dan anggota akan memperoleh informasi tentang kondisi kelompok, kekuatan-kekuatannya, maupun kelemahan-kelemahannya. Selain itu auditing yang teratur akan meningkatkan kepercayaan anggota terhadap pengurus dalam mengelola kelompok. Untuk mengetahui lebih dini/awal mengenai penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan kelompok, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. Dalam kelompok, pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh Badan Pemeriksa, dan apabila di dalam kelompok tidak ada/belum ada Badan Pemeriksa, maka pemeriksaan dapat dilakukan oleh ketua atau panitia khusus yang ditunjuk oleh rapat anggota. Yang perlu diperiksa antara lain adalah: 1) Pemeriksaan Kas, yang meliputi : Menghitung uang kas. Mencocokkan kas dan bank dengan catatan pembukuan. Meneliti penerimaan dan pengeluaran apakah didukung dengan bukti-bukti yang sah (formulir, slip, kuitansi, dsb.) Memberikan standar maksimum kas yang boleh dipegang bendahara. Sistem pengamanan kas dan barang berharga milik kelompok. 2) Pemeriksaan Simpanan dan Pinjaman Anggota, yang meliputi : Mencocokkan catatan buku anggota dengan kartu simpanan dan pinjaman anggota. Mencocokkan jumlah anggota peminjam. Mencocokkan jumlah anggota yang melalaikan pinjaman Mencocokkan saldo simpanan/tabungan. Mencocokkan jangka waktu kredit tertunggak. 3) Pemeriksaan Pembukuan Keuangan. Mencocokkan catatan keuangan mulai dari slip hingga laporan keuangan. Meneliti kelemahan dan kekuatan sistem pembukuan yang dipakai.
60
4) Pemeriksaan Program Kerja yang berkaitan dengan Keuangan Kelompok dan Pelaksanaannya, yang meliputi : Apakah kegiatan telah sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun. Faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan kegiatan dan alternatif jalan keluarnya. 5) Pemeriksaan Kesehatan Keuangan Kelompok, yang meliputi : Apakah pengelolaan keuangan kelompok aman, lancar, menghasilkan, dan mengutamakan pengembangan anggota. Apakah perkembangan keuangan kelompok telah sehat. 6) Pengorganisasian Kelompok, yang meliputi : Apakah rapat-rapat telah diselenggarakan secara teratur. Apakah pengurus telah berfungsi dengan baik. Pencatatan notulen rapat apakah telah dilakukan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan atau pelatihan ke anggota apakah telah dilakukan. 7) Lain-lain, yang meliputi : Hubungan dengan pembina/pendamping kelompok. Hubungan dengan masyarakat/pemerintah setempat. Hubungan dengan pihak lain pemberi pinjaman dana. Laporan pemeriksaan diserahkan kepada pengurus kelompok sebagai masukan untuk meningkatkan pengelolaan kelompok. Jika Badan Pemeriksa menemui hal-hal yang tidak bisa diselesaikan dengan pengurus, maka Badan Pemeriksa berwenang untuk memberikan laporan pemeriksaan kepada rapat anggota sebagai forum tertinggi di kelompok. Kalau kelompok tidak dapat memenuhi kewajiban terhadap pihak luar, dan timbul kekurangan likuiditas kelompok yang bisa menyebabkan kebangkrutan kelompok, maka Badan Pemeriksa juga berhak untuk memberikan laporan pemeriksaan kepada pihak kreditur (pemberi kredit ke kelompok). 3.4.2.5. Kesehatan Keuangan Pemeriksaan kesehatan keuangan kelompok adalah alat untuk melihat makna hubungan dari berbagai posisi keuangan kelompok, serta merupakan hasil dari pencerminan pengelolaan keuangannya sekaligus sebagai alat kendali. Manfaat Pemeriksaan: (1) Memperoleh informasi kondisi keuangan kelompok; (2) Mengetahui mutu hasil kerja pengurus; (3) Mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan; dan (4) Mengendalikan agar sesuai dengan tujuan yang telah disepakati dan ditetapkan (dalam AD/ART). Posisi-posisi penting yang harus diperiksa: (a) Tingkat tunggakan; (b) Tingkat pertumbuhan kekayaan; (c) Tingkat pertumbuhan modal sendiri; (d) Tingkat utang; (e) Tingkat penggunaan dana produktif; (f) Tingkat hasil usaha; (g) Tingkat perputaran
61
dana; (h) Tingkat ketangguhan menanggung resiko; (i) Tingkat kehematan biaya (efisiensi); dan (j) Tingkat pemerataan pinjaman. Cara Memeriksa Posisi-posisi Penting a) Tingkat tunggakan =
jumlah tunggakan x 100% jumlah sisa pinjaman Posisi ideal : kurang dari 3%
b) Tingkat pertumbuhan kekayaan = Jumlah kekayaan th. Ini – juml kekayaan th. Lalu x 100% jumlah kekayaan th. Lalu Posisi ideal : semakin besar semakin baik c) Tingkat pertumbuhan modal sendiri = juml SP + SW + SS + Cad th ini – juml SP + SW + SS + Cad th lalu juml SP + SW + SS + Cad th. Lalu
x 100%
Posisi ideal : semakin besar semakin baik d) Tingkat utang =
jumlah utang jumlah modal sendiri
x 100%
Posisi ideal : semakin kecil semakin baik e) Tingkat penggunaan dana produktif = Bagian kekayaan yang menghasilkan (piutang, deposito, investasi) x 100% jumlah kekayaan Posisi ideal : di atas 85% Dana tidak produktif seperti uang kas, inventaris f) Tingkat hasil usaha =
Juml pendapatan hingga akhir tahun ini Rata-rata kekayaan yang produktif
x 100%
Posisi ideal : lebih besar dibanding bunga deposito rata-rata. g) Rata-rata kekayaan produktif = (juml kekayaan produktif di awal tahun + juml kekayaan produktif di akhir tahun) : 2 h) Tingkat perputaran dana
62
= Juml pinjaman yang dicairkan selama setahun x 100% rata-rata juml kekayaan Posisi ideal : semakin besar semakin baik. i) Tingkat ketangguhan menanggung resiko = Juml dana cadangan + SP + SW x 100% juml nominal tunggakan Posisi ideal lebih dari 100 % j) Tingkat efisiensi biaya = = Juml biaya selama satu tahun juml pendapatan selama satu tahun Posisi ideal kurang dari 75%
x 100%
k) Tingkat pemerataan pinjaman = = Juml peminjam yang masih mempunyai saldo pinjaman x 100% jumlah anggota Posisi ideal : lebih dari 65%.
3.4.3. Perencanaan dan Pengembangan Usaha 3.4.3.1. Pengertian Perencanaan dan Pengembangan Usaha Menurut wikipedia (2014) dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain (pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan) tak akan dapat berjalan. Menurut dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993) (dalam Suryana,2003) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Untuk dapat melakukan semua itu diperlukan sebuah perencanaan yang tepat dan terperinci, sebab perencanaan usaha merupakan suatu alat untuk memastikan bahwa sebuah usaha dijalankan dengan benar dan tepat, yang mencakup pemilihan kegiatan yang akan dijalankan, bagaimana menjalankan dan kapan dimulai dan selesainya pekerjaan itu, untuk membantu tercapainya tujuan usaha. Perencanaan usaha merupakan langkah awal yang menunjukkan bahwa seseorang serius untuk berwirausaha, dan untuk menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan, serta mengantisipasi setiap tantangan yang akan dihadapi dalam menjalankan usaha. Seorang wirausaha, menurut Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993) (dalam Suryana,2003), mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”.
63
Rencana usaha harus dibuat karena perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan. Di samping itu pembuatan rencana usaha menunjukkan sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha dan komitmen yang kuat untuk menjalankan usahanya sehingga tidak mudah menyerah dan putus asa ketika menghadapi setiap kendala dan resiko usaha. 3.4.3.2. Rencana Pengembangan Usaha Rencana usaha merupakan sesuatu yang penting bagi seorang pengusaha di mana David H. Bangs, Jr. (1995) menyatakan bahwa seorang pengusaha/pelaku usaha yang tidak bisa membuat perencanaan sebenarnya merencanakan kegagalan. Rencana usaha harus dibuat tertulis sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan dan pedoman untuk menjaga agar kegiatan bisnis terarah dan focus pada pencapaian tujuan. Dengan membuat suatu penilaian terlebih dahulu sebelum melakukan investasi yang kemudian dituangkan dalam suatu laporan secara tertulis, Manfaat yang bisa diperoleh dari perencanaan bisnis adalah, bisa digunakan sebagai pedoman atau alat untuk mengetahui apakah kegiatan bisnis yang akan dijalankan itu memungkinkan dan memiliki kelayakan untuk dijalankan dan berapa waktu yang dibutuhkan untuk mewujudkannya serta dapat dijadikan sebagai alat pengawasan. Menurut Bygrave, (1994:115) ada beberapa alasan penting mengapa orang harus menyusun perencanaan usaha dan perencanaan pengembangan usaha: a. Menunjukkan bahwa bisnis ini layak dan menguntungkan Perencanaan usaha akan membuat kita dapat melihat dengan jelas apakah usaha yang dijalankan nanti memiliki keberhasilan yang tinggi dan juga harus bisa menyakinkan orang lain tidak akan merugi bila melakukan kerjasama dengan anda. b. Mendapatkan pembiayaan bank Dengan adanya perencanaan usaha yang jelas akan memudahkan kita untuk mencari bantuan kerjasama dari berbagai pihak karena didalam perencanaan usaha menunjukkan aspek keuangan,dan aspek pemasaran yang hal tersebut akan memudahkan kita mendapat dukungan berupa pinjaman melalui bank. c. Mendapatkan dana investasi Perencanaan usaha yang jelas juga memungkinkan kita untuk mendapatkan pinjaman melalui pihak-pihak lain yang potensial yang akan mendukung pemenuhan investasi usaha kita. d. Mengatur dengan siapa harus bekerjasama Mengatur dan membentuk kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain yang sudah ada dan saling menguntungkan misalnya dari para produsen yang dapat diharapkan memasok barang buat usaha anda. e. Mendapatkan kontrak besar Perencanaan yang baik menarit minat perusahaan-perusahaan yang lebih besar memberi pekerjaan atau kontrak yang dapat dikerjakan oleh usaha anda. f. Menarik tenaga kerja inti Perencanaan yang baik mengundang orang-orang tertentu yang potensial atau mempunyai keahlian untuk bergabung bekerja sama dengan anda. Mungkin saja
64
anda memerlukan orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk memduduki posisi kunci dalam usaha anda, namun anda harus berhati-hati menerima orangorang tertentu yang dapat pula menjerumuskan usaha anda pada kerugian. g. Memotivasi dan fokus Perencanaan yang baik menjamin adanya perhatian yang fokus pada tujuan dari berbagai personil yang ada dalam usaha. Sebab sebuah perusahaan akan bertumbuh makin lama makin komplek, sehingga business plan menjadi komponen yang sangat penting bagi setiap orang untuk tetap berpijak pada arah yang benar. Perencanaan mungkin bukan untuk semua orang. Ini bukan obat buat segala penyakit atau obat penenang bagi hambatan dalam kemajuan seseorang. Bagi mereka yang mungkin bukanlah wirausahawan, melihat perencanaan sebagai berikut : 1. Bagi orang yang hati-hati, juga khawatir akan kegagalan, melihat bahwa penentuan gol akan merupakan sumber ketegangan dan tekanan dan mempertinggi rasa takut gagal. Konsekuensi mental dan fisik yang mungkin dari kecemasan tersebut yang mempengaruhi aktivitas yang dapat kontra produktif bagi mereka. 2. Menyiapkan gol dan rencana memerlukan penentuan pilihan dan komitmen. Ini artinya menentukan prioritas dalam gol. Inheren terhadap proses ini adalah kemungkinan di masa depan atau pilihan yang belum di ketahui sekarang, yang dapat saja lebih menarik untuk dipilih, sehingga menjadi hilang atau peluang yang diabaikan. Dilemma ini mempengaruhi keputusan seseorang dalam karirnya. 3. Komitmen terhadap gol yang berorientasi karir, terutama bagi mereka yang muda dan belum banyak mengetahui dunia nyata. Sebagai missal, berapa banyak anak muda memilki informasi akurat, pengetahuan dan pengalaman tentang karir tertentu atau peran untuk menjadi insinyur, pilot, wirausahawan ?. 4. Bagi seseorang yang cenderung kompulsif dan obsesif, penentuan gol bagaikan memberikan bensin pada api. Perencanaan yang efisien dan manajemen waktu akan mendorong seseorang untuk tenggelam dalam sesuatu tugas tertentu, proyek atau karir, sehingga mengeasmpingkan keluarga, teman, komunitas, atau tanggung jawab lain. Inipun merupakan dilemma bagi semua orang termasuk wirausahawan. 5. Berbagai kejadian dan faktor lingkungan yang diluar kontrol akan menggalkan rencana terbaik yang ada : bencala alam, kemtian, dll. Tidak ada proses perencanaan yang dapat melihat hal tersebut, ataupun mencegahnya meskipun terlihat. Sehingga selama tahap awal usaha baru yang tengah berjuang dalam ukuran minggu atau bulan, alokasi utama waktu untuk merencanakan tahun berikutnya tidak mungkin. Mungkin tidak ada kekecewaan yang lebih besar dari pada pengalaman kegagalan para manajer atau wirausahawan dengan rencana yang tampaknya telah disiapkan dengan baik atau sungguh-sungguh. Disamping itu, waktu yang banyak tersita akan menurunkan moral mereka apabila rencana tidak berjalan. Lebih buruk lagi apabila disisi lain ada contoh keberhasilan tanpa perencanaan formal. Isu yang muncul ialah mengapa rencana gagal? Perhatian utama dari perencanaan yang efektif adalah mengapa rencana gagal. Secara sederhana apa saja dari perilaku atau kendala yang memberikan sumbangan bagi kegagalan perencanaan, apa yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko gagal. Apabila kegagalan itu pasti jika tidak bekerja keras, bekerja keras tidaklah cukup.
65
Bekerja lebih cerdik merupakan tuntutan. Bekerja lebih menumbuhkan kewaspadaan dan respon terhadap enam alasan utama mengapa rencana gagal. 1. Tidak ada gol yang nyata. Jika ada rencana tidak akan gagal. Banyak orang kurang memahami mengenai apa yang dimaksud dengan gol. Mereka terbuai dengan misi seperti “peningkatan kerja”, “pertumbuhan”, atau “peningkatan usaha” yang lebih merupakan fantasi ketimbang gol. Gol haruslah nyata jika tidaklah spesifik, terukur, masa waktu, realistis, rencana akan gagal. 2. Gagal mengantisipasi kendala. Tidak seorangpun dapat berfikir mengenai kemungkinan kontingensi, namun optimisme berlebihan dan komitmen berlebihan akan menghambat kepekaan untuk mengatasi rintangan atau perangkap. Setiap rencana tidak terkecuali setiliti apapun memilki keterbatasan dan konflik terselubung atas prioritas dan sumber daya. Tidak jarang terjadi, hal itu terlambat diperhatikan. Wirausahawan yang berhati-hati mengidentifikasi hambatan potensial dengan cara mengatasi masalah akan lebih siap mengahadapi gangguan terhadap rencana mereka. Penentuan gol yang efektif mengetahui bahwa hal ini bukan merupakan mengidentifikasi hal yang tidak mungkin agar maklum bila ada kegagalan. Yang mereka lakukan adalah memilih beberapa hambatan kecil yang dapat menjadi besar, kemudian menentukan langkah-langkah pencegahan. Sebuah rencana harus cukup fleksibel dan mampu mengetahui adanya hambatan dan memberikan solusi antisipasi tehadap hambatan yang belum diketahui ataupun diduga. 3. Terlambat meninjau ulang dan melihat tonggak kemajuan (milestone), rencana yang gagal biasanya tidak memilki tonggak kemajuan yang nyata atau tanggal peninjauan ulang, atau memperkenankan pergeseran. Alasan yang dipakai ialah “saya dapat menunggu” atau “saya tahu apa yang saya lakukan”. Peninjauan ulang secara berkala atas kemajuan yang terjadi terhadap gol yang ditentukan merupakan bendera merah agar waspada dilakukan pengkajian ulang. Tonggak kemajuan yang tercapai akan memberikan motivasi untuk sukses lebih lanjut. Namun demikian detail dan analisa yang berlebihan dalam peninjauan ulang akan menganggu tujuan implementasi dan pencapaian gol. Keseluruhan proses harus sederhana dan tanpa kecenderungan birokrasi yang berlebihan. Peninjauan ulang yang efektif hanya menguji kecepatan, arah, dan realisasi rencana pada setiap titik dari suatu usaha. 4. Komimen yang kurang. Komitmen pribadi merupakan hal yang kritis terhadap keberhasilan rencana. Komitmen memberikan motivasi diri untuk penyelesaian suatu rencana. Bagi seseorang wirausahawan, sering mendapat komitmen yang sekedar dibibir dari subordinat atau mitra untuk suatu perencanaan. Komitmen merupakan sesuatu hal yang sulit diperoleh, memrlukan berbagai upaya melibatkan tim dalam proses pengembangan gol. Melibatkan subordinat, mitra akan membangkitkan keterkarikan, masukan, dan lebih penting lagi kepemilikan dari suatu rencana diskusi yang melibatkan negosiasi, kompromi, dan saling menukar data akan membantu dalam mencapai gol yang secara bersama-sam ditetapkan. Apabila suatu rencan gagal, akan dengan mudah untuk mengatakan “saya bilang apa, ini bukan rencana saya, ini dari bos”. Ini merupakan indicator tidak adanya komitmen. Disisi lain, komitmen berlebihan pun akan memberikan masalah yaitu mengabaikan realita karena adanya hambatan dalam umpan balik, distorsi realitas, dan presepsi yang membingungkan antara kawan atau lawan.
66
5. Gagal meninjau ulang gol. Berbagi hambatan dari 1 s/d 4 diatas akan mendorong terjadinya kegagalan dalam meninjau ulang gol. Kegagalan seolah di programkan ke rencana yang tidak memilki respon terhadap perubahan lingkungan, internal, dan eksternal. 6. Gagal untuk belajar dari pengalaman. Sering dijumpai wirausahawan yang telah melakukan “hal yang benar” tersebut diatas, namun tampaknya mereka tidak belajar atas apa yang mereka lakukan. Mereka akan mengabaikan umpan balik yang mereka terima sama dengan “kita terlambat jadwal, tapi anggaran kita berlebihan”, atau menolak umpan balik yang terjadi “coba periksa lagi data anda”. Kegagalan untuk belajar dari pengalaman lampau atau sekarang merupakan keengganan untuk merubah cara kerja mereka. Mereka berkilah, “sebelumnya bisa, ini pasti bisa”, maka fleksibilitas sangat diperlukan disini. 3.4.3.3. Teknik Menyusun Perencanaan Usaha Tahapan Penyusunan Rencana Usaha Dari mana mulai? Gambaran usaha, Misi Ke mana akan menuju? Visi, sasaran, tujuan Bagaimana cara mencapai? strategi Implikasi Aspek Pasar
Implikasi Aspek Lokasi
Implikasi Aspek Produksi/Operasi
Implikasi Aspek Kegiatan dan manajemen
Implikasi Aspek Keuangan
Detail aspek-aspek perencanaan usaha: Deskripsi aspek-aspek usaha (apa yang anda kerjakan atau akan dikerjakan, produk yang ditawarkan, keadaan industri sekarang, peluang yang tersedia untuk memasarkan produk): a. Industri (prospek industri, berbagai produk dan perkembangannya, pasar baru dan penggunanya, kebutuhan baru, perusahaan baru, kecenderungan dan faktor ekonomi/kondisi nasional yang mempengaruhi usaha secara positif atau negatif dan sumber informasi yang dipergunakan untuk menggambarkan kecenderungan industri)
67
b. Perusahaan (deskripsi bidang usaha, produk/jasa yang ditawarkan, pengguna utama, latar belakang dan tanggal perusahaan berdiri, deskripsi identifikasi dan pengembangan produk dan keterlibatan perusahaan dalam prosesnya) c. Produk (barang/jasa) (deskripsi detail produk/jasa yang akan dijual, posisi kepemilikan seperti paten, rahasia dagang atau aspek kepemilikan lain, deskripsi potensi/kelebihan produk/jasa yang membuat unggul dalam persaingan) Aspek pemasaran, terdiri dari: a. Riset pasar dan analisis (perlu data yang meyakinkan bahwa produk memiliki pasar yang substansial dalam industri yang tumbuh dan dapat memenuhi target penjualan) 1) Pelanggan (pelanggan potensial dalam segmen pasar yang utama, siapa dan dimana pembeli utama dari produk dalam setiap segmen pasar?) 2) Ukuran pasar dan kecenderungannya (cari data dari distributor, dealer, salesman, pelanggan) 3) Persaingan (cari data untuk menentukan tingkat persaingan yang terjadi. Bandingkan produk yang bersaing dalam basis harga, kinerja, pelayanan, jaminan dan kelebihan lainnya. Tunjukkan kelebihan dan kekurangan produk pesaing dan jelaskan mengapa masih belum memuaskan pelanggan 4) Perkiraan pangsa pasar dan penjualan (identifikasi pelanggan utama yang bersedia membeli, perkiraan penjualan dalam rupiah dan unit 3 tahun mendatang) 5) Evaluasi pasar (jelaskan cara mengevaluasi secara berkesinambungan : terget pasar dalam rangka mengkaji kebutuhan pelanggan dan tuntutan dalam program, peningkatan produk dan program produk baru, rencana ekspansi dari fasilitas produksi, serta tuntunan dalam penentuan harga b. Rencana Pemasaran (memberikan gambaran detail dari strategi pemasaran, kebijakan penjualan dan pelayanan, penentuan harga, distribusi dan strategi iklan untuk mencapai pangsa pasar yang diproyeksikan) 1) Strategi pemasaran secara keseluruhan (kelompok pelanggan yang menjadi target awal, cara mengenali dan menghubungi pelanggan potensial, apa yang akan ditekankan dari kelebihan produk (kualitas, harga, pengiriman, jaminan) dalam penjualan? 2) Penentuan harga (buat sejumlah strategi harga sebelum memutuskan. Bahaslah harga yang ditetapkan dan bandingkan dengan pesaing utama 3) Taktik penjualan (deskripsikan metoda yang akan digunakan untuk melakukan penjualan dan mendistribusikan produk, rencana awal dan rencana jangka panjang untuk tenaga penjualan. Bahaslah margin untuk agen ritel, grosir, tenaga penjualan dan bandingkan dengan pesaing. Jika menggunakan distributor, deskripsikan cara memilih, kapan mereka akan mulai menjual dan area yang dilayani).
68
4) Kebijakan jasa pelayanan dan jaminan 5) Iklan dan promosi Desain dan pengembangan a. Status dan tugas pengembangan (deskripsikan status produk saat ini, apa yang akan dikerjakan agar dapat dipasarkan. Deskripsikan kompetensi dan keahlian dari perusahaan dalam pengembangan b. Kesulitan dan resiko (identifikasi langkah-langkah antisipasi adanya masalah dalam desain dan pengembangan serta pendekatan yang dilakukan dalam solusi. Bahaslah efek yang mungkin terjadi pada jadwal, biaya desain dan pengembangan dan waktu pengenalan produk ke pasar c. Peningkatan produk dan produk baru (kelanjutan desain dan pengembangan yang direncanakan untuk menjaga produk tetap unggul dan langkah-langkah pengembangan produk baru yang terkait pada kelompok pelanggan yang sama) d. Biaya (anggaran desain dan pengembangan, termasuk biaya TK, Material, konsultan dll) Rencana Manufaktur dan Operasional a. Lokasi geografis (deskripsikan kekurangan dan kelebihan lokasi dari segi biaya TK, SP, ketersediaan TK, kedekatan dengan pelanggan, pemasok, jalur transportasi. Pajak, dan peraturan setempat b. Fasilitas dan peningkatannya c. Strategi dan rencana (deskripsikan kontrol kualitas, produksi, inventori, prosedur inspeksi, dan kontrol kualitas untuk meminimumkan masalah pelayanan dan keluhan pelanggan Tim Manajemen a. Organisasi: menyajikan peran kunci dari manajemen dalam perusahaan dan individu yang menempati posisi masing-masing. b. Personel Kunci Dalam Manajemen: diskripsikan secara tegas tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota kunci dari tim manajemen. c. Kompensasi Manajemen dan Kepemilikan: keinginan untuk mendapatkan pendanaan di awal usaha tidak akan besar. d. Dewan Direksi: filosofi perusahaan terkait dengan ukuran dan komposisi dewan. e. Pelayanan dari Profesional yang Mendukung: organisasi pelayanan yang mendukung dikenal, memiliki reputasi, dan berkualitas. Hal ini tidak hanya memberikan asistensi profesional saja, tetapi juga menambah kredibilitas perusahaan. Aspek Risiko Kritis Dalam aspek ini ada beberapa masalah yang harus diidentifikasi, yaitu dampak dari trend yang menguntungkan dalam industri, biaya desain, maupun pabrik yang melebihi kalkulasi dan pesaing-pesaing baru yang belum diperhitungkan.
69
Rencana Keuangan a. Perkiraan laba dan Rugi: persiapan Pro Forma Laporan Laba Rugi adalah bagian dari perencanaan untuk laba dalam manajemen keuangan. b. Analisis Pro Forma Laporan Arus Kas: perkiraan arus kas dapat lebih penting daripada perkiraan laba karena detil dari jumlah uang dan penentuan waktu dari uang kas masuk dan keluar yang diharapkan. c. Pro Forma Neraca Keuangan: neraca keuangan dipergunakan untuk mendukung tingkat operasional d. Diagram Titik Impas: merupakan cara untuk menentukan tingkat penjualan dan produksi yang dapat menutup semua biaya. e. Kontrol Biaya: meliputi cara pelaporan biaya, siapa yang bertanggung jawab atas kontrol untuk berbagai elemen biaya dan seberapa sering memperoleh biaya. f. Pendanaan yang diperlukan: secara umum jelaskan berapa dana yang diperlukan, apa yang ditawarkan perusahaan untuk dana yang diterima, penggunaan apa dari dana yang diterima. Manfaat penyusunan rencana kegiatan kelompok, antara lain adalah: (1) dipakai sebagai alat koordinasi; (2) dapat memberikan “kepastian” mengenai masa depan atau membatasi “ketidakpastian”; (3) tersedianya alat ukur terhadap prestasi yang akan dicapai dan alat pengendalian (control) jalannya kegiatan kelompok; (4) Peningkatan produktifitas (efektifitas dan efisiensi) karena memfokuskan pada sasaran; dan (5)terbentuknya kerja sama, dukungan dan peran serta anggota kelompok. Berikut ini disajikan beberapa contoh sederhana penyusunan rencana kegiatan kelompok: 1. Data Umum: 1. Nama Kelompok
: ............................................
2. Alamat
: ............................................
3. Desa
: ............................................
4. Kecamatan
: ............................................
5. Kabupaten
: ............................................
6. Tanggal Pendirian
: ............................................
7. Pengurus - Ketua
: ............................................
- Sekretaris
: ............................................
- Bendahara
: ............................................
- Anggota
: ....... orang
8. Kelas Kelompok
: ............................................
9. Prestasi Kelompok
: ............................................
70
10. Jenis Usaha Kelompok
: ............................................
11. Jumlah Kas Kelompok
: ............................................
12. No. Rekening Kelompok
: ............................................
13. Bank Cabang
: ............................................
14. Nama Bank
: ............................................
15. Tanggal
: ............................................
2. Buku Rencana Kegiatan Kelompok (RKK) NO
NAMA KEGIATAN/
VOLUME/
URAIAN KEGIATAN
FREKUENSI
WAKTU PELAKSANAAN
TEMPAT PELAKSANAAN
KETERANGAN
3. Buku Rencana Usaha Kelompok (RUK) KEBUTUHAN USAHA NO
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
1
Ketua
2
Sekretaris
3
Bendahara
4
Anggota
5
Anggota
6
Anggota
7
Anggota
8
Anggota
9
Anggota
10
Anggota
JENIS USAHA (KOMODITI)
WADAH PEMASARAN VOLUME
NILAI (RP)
PERALATAN PEMASARAN VOLUME NILAI (RP)
SAPRAS LAINNYA VOLUME
NILAI (RP)
JUMLAH
NILAI (RP)
JADWAL
TANDA TANGAN
PERMAN FAATAN 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10
JUMLAH
71
4. Buku Rencana Usaha Bersama (RUB) NO
URAIAN
1.
Komoditas:
2.
Kapasitas pemasaran/bulan
3.
Rencana pengembangan usaha
4.
Peralatan pemasaran
5.
- ……. - ……. - ……. Sarana/prasarana
SATUAN
VOLUME
NILAI (RP)
- ……. - ……. - …….
3.4.3.4. Pengembangan Usaha Menggapai kesuksesan dan melebarkan sayap suatu usaha yang telah dimulai memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi perlu kerja keras dan perjuangan. Dalam pengembangan usaha, modal bukanlah menjadi faktor kesuksesan yang utama. Banyak hal-hal yang patut diketahui dan dipahami para pelaku usaha agar dapat meraih kesuksesan dalam pengembangan usahanya. Beberapa contoh cara yang dapat dipilih salah satu atau beberapa diantaranya dan dan dilakukan dalam pengembangan usaha, antara lain: 1. Fokus pada satu produk atau jasa, lalu pasarkan, promosikan, jual, lakukan tindakan apapun untuk meningkatkan penjualan. Walaupun ada hasrat untuk melakukan bisnis dengan menjual multi produk atau multi jasa untuk memenuhi kebutuhan pasar, namun seringkali focus pada satu atau dua produk dan melakukannya dengan sangat baik akan mengurangi risiko dan lebih menguntungkan. 2. Kembangkan lini produk untuk melengkapi produk dan jasa yang sudah ada. Pada saat produk anda terbukti banyak pembelinya, jangan lalai untuk mengambil peluang dari produk yang relevant untuk mendiversifikasi lini produk. Hal ini tidak saja akan memberikan variasi produk, tapi juga akan menarikan bagi pembeli retail yang bertipe suka mengkonsumsi produk yang beragam namun masih satu lini. 3. Carilah Cara untuk meningkatkan penjualan kepada pelanggan yang sudah pernah mencoba produk anda. Akan lebih murah untuk melakukannya. Walaupun anda tidak dapat mengembangkan lini produk, anda dapat meningkatkan pendapatan dengan cara Volume Discount. Contoh : Beli satu dapat dua, kartu discount kunjungan. Teknik ini dapat juga di gunakan pada Home Based Business. 4. Mulailah untuk memperkerjakan seseorang, karyawan partimer, kontraktor independent, pegawai lepasan (freelancer) ataupun keluarga. Hal ini bukan saja akan meringankan casflow dengan cara menyesuaikan biaya dengan level pekerjaan yang ada, namun juga dapat menggunakan tenaga kerja yang berkompeten, yang mungkin kamu tidak sanggup memperkerjakan secara full time.
72
5.
6.
7.
8.
9.
10. 11.
12.
13.
Membuat web site untuk mengiklankan usaha secara online. Sekarang tidak perlu lagi membuka took untuk menjaring pelanggan retail, toko online akan membawa kamu untuk memperoleh jutaan pelanggan tanpa membayar sewa, utility dan koleksi-koleksi tak berharga. Pengembangan website sendiri dengan hanya $30 per bulan tanpa pengetahuan teknis. Perusahaan yang membantu anda untuk mendaftarkan Domain Anda akan menyediakan Template Online, Hosting Website di server dia, menyediakan beberapa alamat email. Join dengan pemilik bisnis lain untuk mempromosikan bisnis anda. Berpartner dengan pemilik bisnis yang masih related adalah salah satu tehnik marketing yang termurah dan termudah. Mulai memasarkan ke pasar yang lain. Bila target pelanggan kamu adalah remaja, mulailah arahkan kepada mahasiswa. Kalau target market anda adalah ibu-ibu pekerja, mungkin anda juga bisa menjual produk yang bisa di pakai di rumah dengan beberapa modifikasi. Strategi yang lain adalah dengan menggunakan produk berorientasi retail dan menjualnya secara wholesale. Contoh, Catering yang menjual kue-kue kecil dan ringan, dapat menghubungi perusahaan kue local untuk menjual kepadanya secara wholesale. Walaupun harga yang anda tetapkan lebih murah, namun akan memperoleh pendapatan yang lebih konsisten. Carilah cara baru dan berbeda untuk memasarkan bisnis anda melalui Email Newsletter atau menjadi pembicara tamu atau pembicara di suatu instansi. Pada dasarnya memasarkan bisnis tidak perlu menggunakan media yang membutuhkan biaya mahal untuk memasang iklan, kita dapat menggunakan Teknologi Informasi yang mulai berkembang diantaranya seperti Blog, informasi melalui Face Book, dan lain-lain. Kembangkan ke lokasi lain. Ini bisa dengan menyewa Virtual office di Pusat Bisnis atau Menyewa bersama pemilik UKM lainnya. Ada peluang untuk mendirikan kantor sementara, ketika anda membutuhkan suatu pengembangan tertentu. Seperti menyewa Temporary Office dll. Pertimbangkan untuk mengembangkan bisnis anda dengan jalan Waralaba atau Peluang Bisnis. Meningkatkan pemasaran dan perluasan jaringan. Apakah Anda tahu mengapa kebanyakan bisnis tidak pernah belajar bagaimana untuk mengembangkan bisnis mereka? Karena mereka semua hanya peduli dengan penaikan penjualan produk mereka. Pelanggan benci dengan produsen yang tidak memberikan pelayanan pasca mereka membeli produk tersebut. Fokuslah pada membangun hubungan dengan pelanggan Anda, jangan hanya memikirkan bagaimana untuk mendapatkan keuntungan saja. Jaringan melalui klien yang sudah ada dan vendor. Apakah Anda bekerja dengan klien dan vendor, yang telah memberi Anda kesempatan bisnis berulang kali karena mereka menyukai pekerjaan Anda? Maka ambillah kesempatan tersebut untuk mengembangkan bisnis Anda. Minta mereka untuk memberi arahan dan rekomendasi yang akan membantu Anda mendapatkan kesempatan bisnis dari pihak lain. Focus Feedback dari Pelanggan. Jawaban sederhana untuk pertanyaan bagaimana untuk mengembangkan bisnis Anda adalah bahwa Anda harus mendengar apa yang terjadi di pasar dan pendapat para pelanggan. Jika pelanggan tidak puas
73
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
dengan produk atau jasa Anda, ini akan terlihat pada penjualan Anda. Fokus untuk mendengarkan umpan balik tentang bisnis Anda akan memberi Anda wawasan yang luas. Diversifikasi. Banyak bisnis lupa bahwa mereka benar-benar memiliki kemampuan untuk meberikan penambahan produk dan layanan bagi pelanggan, yang sudah setia memakai produk Anda. Untuk memahami bagaimana untuk mengembangkan bisnis Anda, pertimbangkan untuk memilih diversifikasi atau perluasan jenis produk dan layanan. Siapa tahu, ini akan membantu Anda untuk menangkap segmen pasar baru. Memberikan insentif tambahan pada karyawan anda. Karyawan merupakan jantung dari sebuah perusahaan dan mereka harus dapat memberikan keuntungan. Namun jangan jadikan mereka bekerja hanya sebagai mesin bisnis. Anda harus perlu untuk meberikan penghargahaan untuk para karyawan atas jasa mereka, apakah itu dalam bentuk bonus gaji, penanambahan fasilitas, atau waktu cuti. Miliki keyakinan terhadap ide. Memiliki keyakinan terhadap suatu gagasan atau ide anda tentu akan menjadi bahan bakar dalam memulai suatu usaha, disamping kerja keras dan keahlian. Dengan keyakinan yang mantap akan ide atau gagasan dalam usaha, anda akan memiliki visi bisnis yang lebih jelas dimasa depan guna mengembangkan bisnis anda. Jadikanlah ejekan dan tertawaan orang yang memandang rendah ide anda sebagai pemacu semangat anda untuk sukses. Buatlah konsep bisnis yang sederhana. Banyak orang ingin cepat sukses, sehingga mereka cenderung membuat konsep bisnis yang muluk-muluk, tetapi akhirnya susah untuk dijalankan. Dengan kemampuan khusus yang anda miliki, pikirkanlah konsep bisnis yang sederhana. Kesampingkanlah jumlah modal yang anda miliki dan maksimalkan semua kemampuan dalam usaha yang anda miliki. Milikilah sebuah Passion dalam usaha. Dalam mengambangkan suatu usaha, pelaku bisnis harus memiliki konsistensi dalam mengelola usahanya. Untuk memiliki konsistensi yang stabil, seorang pelaku bisnis dengan passion atau minat yang baik pada suatu usaha, biasanya akan lebih cepat berkembang dan sukses. Mengapa? Dengan memiliki passion atau minat pada suatu jenis bidang usaha, seorang pebisnis akan memiliki semangat dalam menjalankan suatu usaha dan bersaing dengan kompetitor serupa di dunia bisnis. Passion yang dimiliki seseorang akan secara alami mendorong orang tersebut untuk selalu termotivasi dan tergerak untuk menjalankan usahanya. Jangan berhenti untuk belajar hal baru. Saat usaha anda telah dirasa lebih berkembang dari sebelumnya atau target anda telah tercapai, sebaiknya anda jangan cepat puas dan tetap mengembangkan diri dengan mempelajari hal-hal baru. Tetap pelajari minat konsumen, trend pasar, dan carilah informasi ke berbagai sumber, sehingga anda bisa memperoleh ide baru guna melakukan inovasi-inovasi produk yang semakin menguntungkan bagi usaha anda ke depannya. Selalu aktif berpromosi. Cara mengembangkan usaha yang selalu jitu adalah dengan selalu aktif mempromosikan dan mensosialisasikan produk anda. Selain menggunakan cara promosi tradisional seperti memasang iklan dan menyebarkan
74
brosur, anda dapat memanfaatkan internet marketing guna mengenalkan usaha anda ke khalayak ramai dan menjaring pasar yang lebih luas. Disamping 20 cara mengembangkan usaha yang telah dijelaskan diatas, B.J. Habibie (mantan Presiden RI dan ilmuwan) memiliki strategi pengembangan usaha yang disebut dengan ”lompatan katak”. Strategi lompatan katak ini meliputi empat cara, yaitu: penelitian dasar, pengembangan teknologi, pengembilan lisensi dan integrasi teknologi.
3.4.4. Membangun Kemitraan Strategis dan Jaringan Pemasaran 3.4.4.1. Membangun Kemitraan Stategis a. Pengertian Kemitraan Strategis Kemitraan strategis merupakan hal yang sangat penting dalam strategis secara global, sebab kemitraan strategis merupakan hal yang umum bagi suatu perusahaan/pelaku usaha untuk menjadi kunci sukses pada beberapa pasar yaitu distribusi, merek, organisasi penjualan, teknologi, kemampuan R & D atau manufaktur. Kemitraan strategis merupakan cara yang dipakai sebagai suatu bagian kunci dalam persaingan global. Dalam kenyataannya Kenichi Ohmae pernah berkata bahwa: “Mandat globalisasi kemitraan, membuat mereka sangat perlu secara mutlak sebagai suatu strategi. Mungkin akan kurang memuaskan, tetapi itulah jalannya”. Kemitraan strategis adalah kerjasama antara dua atau lebih organisasi untuk mencapai tujuan strategis. Dalam kemitraan strategis memerlukan komitmen dalam jangka panjang. Hal ini bukan merupakan suatu rencana taktikal yang sederhana untuk menyediakan jangka waktu yang pendek untuk suatu masalah. Selanjutnya kemitraan strategis merupakan implikasi bahwa partisipasi dari organisasi-organisasi akan memberikan kontribusi dan penyesuaian terhadap kebutuhan atau kemampuan. Dalam bekerjasama tersebut seharusnya memiliki nilai strategis dan kontribusi dalam pekerjaan yang penuh resiko dimana dapat dengan berani terhadap serangan dari para pesaingnya dan jika adanya perubahan lingkungan. Kemitraan strategis menyediakan suatu potensial untuk menyelesaikan suatu strategis objektif atau tugas, seperti memperoleh distribusi dengan cepat, murah dan dengan penuh prospek sukses yang relatif tinggi. Hal ini memungkinkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terliput disini dapat mengkombinasikan harta yang sudah ada dan kemampuan untuk dapat membentuk harta dan kemampuan yang baru secara internal. b. Model-model Kemitraan Strategis Berdasar pada konsep kemitraan dan keuntungan serta keunggulan kemitraan ada beberapa strategi dan pola yang ditawarkan. Strategi yang ditawarkan dalam kemitraan seyogyanya mengandung unsur saling memerlukan, saling menguntungkan dan saling memperkuat. Ketiga unsur tersebut dibangun atas dasar kepercayaan yang berlandaskan; keadilan, kejujuran dan kebijakan. Oleh karena itu strategi pertama adalah strategi komitmen visi jangka panjang sedangkan strategi kedua adalah strategi implementasi misi, atau strategi kesepakatan terhadap sasaran dan tujuan bersama. Kedua strategi itu bisa dibangun melalui berbagai pola seperti:
75
1. Pola asuh, pola ini dibangun atas dasar misi pengasuhan dari yang besar kepada yang kecil, (besar modal, besar sumberdaya manusia, besar teknologi dll), dari yang kuat kepada yang lemah namun pada posisi kebutuhan yang sama, tetapi tetap pada landasan saling menguntungkan, saling memerlukan dan memperkuat. Contohnya: penerapan bantuan CSR oleh perusahaan/BUMN yang memperoleh profit besar memberikan modal tanpa bunga kepada pada pelaku UMKM. 2. Pola inti plasma, adalah pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra di mana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti.
Perusahaan/lembaga mitra membina kelompok mitra dalam : 1) Penyediaan sumberdaya (dana, teknologi, lahan dll) 2) Pemberian bahan (bahan ajar dll) 3) Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha, manajemen pengelolaan, dan manajemen produksi, 4) Peroleh, penguasaan dan peningkatan teknologi, 5) Bantuan lain seperti efisiensi dan produktivitas. Contohnya: Pengembangan Tambak Inti Rakyat. 3. Pola sub kontrak, adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan lembaga/organisasi/perusahaan; di mana kelompok mitra memproduksi komponen/sesuatu yang diperlukan oleh perusahaan/lembaga/organisasai mitra sebagai bagian dari produksinya. Konsekwensinya pola sub kontrak perlu pembinaan peningkatan kemampuan, karena kemampuan yang dimiliki kelompok mitra pada aspek tertentu (yang dibutuhkan) harus standar, terutama dalam hal: 1) Kemampuan merencanakan uasaha, 2) Melaksanakan dan mentaati perjanjian kemitraan 3) Meningkatkan kinerja dalam rangka membangun kuantitas dan kualitas produksi 4) Mencari dan mencapai skala usaha ekonomi 5) Meningkatkan keterampilan dan kemampuan standar Contohnya: kemitraan dengan pengusaha pakan ikan.
76
4. Pola futuristik, pola futuristik adalah pola hubungan yang sama tidak ada subordinasi, tetapi dengan pembagian kerja yang berbeda dalam rangka membangun misi tujuan/sasaran yang sama. Pola ini lebih modern karena standar kerja, standar pengelolaan dibangun bersama. Pola ini dapat dicermati pada gambar berikut: Contoh: Rumah makan Gule Kepala Ikan Mas Agus (waralaba) 5. Pola sejajar, pola ini lebih mengutamakan pada keuntungan ekonomi, seperti pada pola dagang umum, pola keagenan, dan pola kerjasama lainnya. Kesepakatan yang dibangun hanya pada keuntungan belaka, standar ditetapkan masing-masing, baik standar harga, standar pemasaran (pengelolaan) dll. Pola sejajar ini dapat dilihat pada kegiatan hubungan kemitraan kelompok mitra dengan perusahaan mitra, di mana perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra. Contoh lain pada pola keagenan, hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra, di mana kelompok di beri hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha pengusaha mitra (perusahaan penerbangan dengan travel agent). Pola kerjasama, hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan lembaga/perusahaan mitra, dimana kelompok mitra menyediakan modal dan atau sarana untuk mengusahakan. 6. Pola kemitraan sesuai kebutuhan, kemitraan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan perusahaan/lembaga/organisasi mitra, tetapi kelompok mitra bisa berubah sesuai kesepakatan, jika perusahaan membutuhkan kembali kelompok mitra pertama dan tidak perlu dibuat kesepakatan baru, tinggal melanjutkan (sustainability).
c. Faktor-faktor dalam Kemitraan Faktor Penghambat Kemitraan: 1. Kepercayaan 2. Sumberdaya yang lebih besar yang dimiliki salah satu mitra 3. Modal yang lebih besar yang dimiliki salah satu mitra 4. Kebijakan
77
5. Situasi ekonomi yang fluktuatif 6. Kompetitor produk sejenis Faktor Pendukung Kemitraan 1. Peluang pasar yang besar 2. Visi dan misi yang sama 3. Kesepakatan yang saling menguntungkan 4. Profit yang akan diperoleh 5. Kepercayaan Faktor Kekuatan Kemitraan 1. Perencanaan strategis yang tidak terlalu mahal dan rumit 2. Biaya tenaga kerja rendah 3. Mutual interest 4. Visi dan misi yang sama 5. Dana pendukung yang besar Faktor Kelemahan Kemitraan 1. Daya saing rendah 2. Skill dan penguasaan teknologi rendah 3. Daya dukung dana rendah 4. Manajemen yang masih tradisional 5. Kapasitas produksi rendah d. Aspek yang Harus Dicermati dalam Kemitraan Beberapa hal yang harus dicermati dalam pengambilan keputusan untuk menjalin kemitraan, antara lain: 1. Manfaat kemitraan: a) Efisiensi dan efektifitas. b) Jaminan mutu, jumlah dan keberlanjutan; mulai dari penyedia input, proses hingga output yang dihasilkan. c) Mengurangi resiko dan meningkatkan keuntungan. d) Memberi manfaat sosial. e) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, dan f) Mendukung keberlanjutan usaha. 2. Aspek yang dapat dimitrakan: a) Program kegiatan: penyelenggaraan kegiatan bersama dengan lembaga mitra merancang program bersama. b) Sarana dan prasarana: pemanfaatan sarana prasarana kegiatan pengembangan usaha dan lembaga lain yang bermitra. c) Dana: dana yang perlu dijalin dalam program. d) Tenaga: pendayagunaan tenaga dalam usaha dan lembaga lain yang bermitra. e) Pendayagunaan hasil. f) Lembaga organisasi potensial yang dapat dijadikan mitra.
78
e. Kemitraan dengan Lembaga Keuangan/Perbankan Prosedur pemberian kredit dan penilaian kredit oleh lembaga keuangan/perbankan secara umum antar bank yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari bagaimana tujuan bank tersebut serta persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masingmasing. Secara umum proses penilaian usaha oleh lembaga keuangan/perbankan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 21. Gambaran umum proses penilaian usaha untuk kredit Proposal kredit pada dasarnya hampir sama dengan studi kelayakan, namun pembahasannya tidak mendalam dan tidak menyeluruh seperti pada studi kelayakan. Proposal kredit, biasanya aspek yang ditonjolkan adalah aspek pemasaran dan analisis keuangan. Untuk usaha mikro atau kecil (untuk skala tertentu) cukup membuat proposal saja. Sedangkan untuk usaha kecil dan skala menengah keatas harus menyusun Studi Kelayakan. Keuntungan yang akan diperoleh jika mampu menyusun proposal adalah: (a) kreditur akan memprioritaskan pinjaman; (b) memperoleh kesempatan untuk mengembangkan usaha ke skala yang lebih besar; (c) mendapat penghargaan jika usaha menjadi besar dan teladan; dan (d) mempunyai relasi yang lebih luas. Daftar isi proposal kredit ke Bank, antara lain adalah: 1. Tujuan Pengajuan Kredit Memaparkan tujuan pengajuan dan penggunaan fasilitas kredit dengan mencantumkan secara jelas dan terperinci berapa plafon kredit yang diminta, jangka waktu, suku bunga dan provinsi yang diajukan. 2. Latar Belakang Usaha - Legalitas usaha - Bidang usaha - Kapan usaha didirikan dan dijalankan
79
3.
4.
5.
6.
7.
- Struktur perusahaan - Komposisi modal - Kapasitas produksi - Susunan pengurus dan pemegang saham - Jumlah dan komposisi karyawan - Hal-hal yang berhubungan dengan manajemen usaha Aspek Pemasaran - Spesifikasi produk (keunggulan komparatif, pricing dan kualitas produk) - Tingkat persaingan dan market position pada industri tersebut - Tingkat kebutuhan pasar - Darimana dan dalam bentuk apa bahan baku diperoleh calon debitur - Siapa saja pelanggan/rekanan utama dan supplier-supplier utama - Berapa besar kuantitas, harga dan frekuensi pembelian bahan baku dan cara pembayarannya. - Berapa besar omzet usaha per hari/bulan. - Siapa saja pesaing utama - Dan lain-lain Analisa Pola Usaha - Trend perkembangan usaha - Tingkat penawaran dan permintaan pasar atas produk Aspek Keuangan - Analisa laporan keuangan 3 tahun terakhir dari neraca, laba rugi dan laporan arus kas - Analisa laporan keuangan (proyeksi neraca, laba rugi dan arus kas dengan jangka waktu yang dipersamakan dengan jangka waktu kredit (analisa project cash flow atau performance cash flow) - Analisa rekening Koran/tabungan (analisa rekening Koran/tabungan dari seluruh account yang dimiliki oleh calon debitur untuk periode 3-6 bulan atau sesuai kebutuhan) - Analisa rasio keuangan, yaitu: likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan rentabilitas - Dan lain-lain. Source Of Payment (SOR) – Sumber Pengembalian Dari kapasitas usaha akan ditilik kemampuan pembayaran pokok dan bunga, apabila permohonan pengajuan fasilitas kredit disetujui. Second Source Of Payment (SOR) - Kondisi jaminan dan aspek hokum jaminan - Marketabilitas jaminan
80
3.4.4.2. Membangun Jaringan Pemasaran a. Pengertian Jaringan Pemasaran Untuk lebih memahami tentang konsep pasar dan jaringan pasar, dapat dilihat pengertiannya menurut berbagai sumber sebagai berikut:
1. Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Dalam ilmu ekonomi, konsep pasar adalah setiap struktur yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi. Pertukaran barang atau jasa untuk uang adalah transaksi (http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar). 2. Menurut Kotler (2005) pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. 3. Menurut Elia (2009) kebanyakan produsen tidak menjual barang-barang secara langsung kepada pengguna akhir, diantara mereka ada sekelompok perantara yang melakukan berbagai fungsi. Perantara ini menetapkan satu jaringan pemasaran yang terdiri dari organisasi-organisasi atau individu yang saling bergantung yang tercakup dalam proses yang membuat produk atau jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi. Sehingga jaringan pemasaran dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari individu-individu dan/atau organisasi-organisasi yang bekerja sama untuk memperkuat posisi tawar-menawar dengan pembeli dan memenangi persaingan pemasaran. b. Model Jaringan Pengembangan Usaha Berbagai jenis jaringan usaha dalam pengembangan usaha perikanan dapat berbentuk antara lain: 1. Jaringan Produksi Kegiatan sebuah jaringan untuk mengoordinasikan perencanaan dan pengembangan produksi, serta memperbaiki proses produksi. Menggabungkan keahlian khusus masing-masing usaha membentuk produk baru, peralatan, sistem produksi, dan membuat produk unggul yang memiliki daya saing. 2. Jaringan Pemasaran Bekerja sama untuk memperkuat posisi tawar-menawar dengan pembeli dan memenangi persaingan pemasaran. 3. Jaringan Pelayanan Kelompok kecil bergabung dalam pembiayaan jasa tertentu: pelatihan, informasi, teknologi, manajemen konsultasi atau jasa konsultasi ahli, misalnya: pelatihan bersama.
81
4. Jaringan Kerjasama Kerjasama pembelian, peningkatan tenaga kerja, pengembangan produksi dan kerjasama produksi, kerjasama penjualan dan pemasaran. 5. Memecahkan Tantangan dengan Jaringan Usaha Tantangan berupa terbatasnya akses terhadap jasa profesional: konsultasi Manajemen, Akuntansi, Penelitian Pasar, dan konsultasi lainnya. Terbatasnya untuk memperoleh informasi pasar, akses untuk memperoleh modal, terbatasnya memperoleh kontrak besar karena kekurangan sumberdaya vital dan terbatasnya kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan lain yang masuk ke pasar lokal. 6. Jaringan Antarkelompok Usaha, Swasta, dan BUMN Jaringan kerjasama dibidang harga dan mutu pelayanan, sistem pembayaran, cara pengepakan, pengiriman barang, pemasaran, pembelian bersama, permodalan, pengadaan barang, dan bidang lainnya. Dalam rangka mengoptimalkan dan mengatasi masalah kekurangan permodalan dan pengembangan usaha, maka pengembangan jaringan perlu ditingkatkan melalui: a. Jaringan usaha yang akan menghubung-hubungkan sentra usaha dan anggotanya ke dalam suatu jaringan yang berbasis teknologi informasi demi terbentuknya jaringan pasar domestik dan antara sentra-sentra usaha (kelompok dan gabungan kelompok perikanan). b. Suatu jaringan yang diusahakan untuk siap bersaing dalam era global dengan cara mengadopsi teknologi informasi dan sistem manajemen yang relatif modern sebagaimana dimiliki perusahaan swasta yang besar. c. Jaringan usaha harus didukung oleh jaringan telekomunikasi, pembiayaan, usaha dan perdagangan, advokasi, usaha, jaringan saling ajar, serta sumber daya lainya seperti jaringan hasil riset dan teknologi berbagai inovasi baru, informasi pasar, kebijakan, dan intellijen usaha yang adil dan merata. d. Jaringan usaha akan menghimpun para pelaku usaha dan usaha lainnya di dalam jaringan yang terhubung secara elektronik (Sumber: http://blog-ilmuonline. blogspot.com/2012/05/jaringan-usaha.html). c. Teknik Membangun Jaringan Pemasaran Karakteristik wirausaha yang harus dimiliki dalam pengembangan jaringan usaha pemasaran sebagai: berikut: 1) Jaringan Kerja (Net Worker) Keberhasilan kita menjadi entrepreneur sejati adalah sangat tergantung pada jaringan dan mitra bisnis kita. Oleh karena itu, membangun jaringan mengembangkan aliansi dan kemitraan bisnis merupakan kebiasaan yang harus senantiasa kita kembangkan. Kita maklumi manusia dalam kehidupannya selain sebagai makhluk individu, juga sebagai makhluk sosial yang tidak terlepas dari hidup berdampingan dengan orang lain, artinya setiap manusia sejak lahir sampai mati membutuhkan orang lain. Perselisihan yang sering terjadi sebenarnya disebabkan orang itu tidak saling mengerti. Kenapa tidak saling mengerti? karena mereka tidak saling kenal. Mengenal orang lain dikaitkan dengan seorang
82
wirausaha yaitu dapat digunakan sebagai teman/mitra, tenaga kerja, pembina, konsumen, atau juga harus diwaspadai karena selain itu manusia akan menjadi pesaing. 2) Banyak Teman (Friends) Bertemanlah sebanyak-banyaknya. Pada barang dengan kualitas yang sama, orang lebih memilih membeli dari temannya walaupun dengan harga yang sedikit lebih mahal, dari pada membeli dari orang lain. Teman akan membantu mengembangkan usaha kita, memberi nasehat, dan membantu menolong pada kita pada masa sulit. 3) Kerjasama (Cooperative) Kerjasama merupakan suatu alat dimana keuntungan wirausaha dapat ditingkatkan dengan menolong dirinya sendiri melalui pertolongan bersama dengan motto kerjasama untuk semua. Tujuan kerjasama ini untuk meningkatkan pendapatan masing-masing pihak. Mitra adalah temuan tanpa kesenjangan, artinya jarak kemitraannya tidak memisahkan satu dengan yang lain. Dalam dunia usaha kemitraan sering diartikan sebagai saling melengkapi satu dengan yang lain dalam bingkai kesejajaran di segala bidang.
83
3.5. Fasilitasi Percontohan/Demonstrasi sebagai Media Penyuluhan Perikanan 3.5.1. Focus Group Discussion Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka mengungkap beberapa aspek sekaligus seperti pemahaman atas permasalahan di sekitarnya membahas beberapa hal yang akan dilaksanakan sebagai sebuah bentuk solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi di sekitar. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan/Pertemuan Penyuluhan Perikanan Tahun 2013, berupa: Focus Group Discussion Pengembangan Sentra Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Hasil Perikanan di Kabupaten Kapuas, dilaksanakan pada 30 Agustus 2013 bertempat di Aula Disperindagkop Kabupaten Kapuas, dengan rincian sebagai berikut: Tabel 2. Pembinaan/Pertemuan Penyuluhan Perikanan di Kabupaten Kapuas Tahun 2013
1. 2.
HARI, TANGGAL/ PUKUL (WIB) Jum’at, 30/8/2013 08.00 – 08.30 08.30 – 09.00
3.
09.00 – 11.30
NO.
4.
13.00 – selesai
KEGIATAN/MATERI Registrasi Pembukaan Materi dan Diskusi Panel: 1. Produksi perikanan di Kalimantan Tengah
PETUGAS/ NARASUMBER/ FASILITATOR Penyelenggara Ir. Suriyadi Noor (Kepala Badan PPKP Kabupaten Kapuas) Ir. Arinakiriano (Sekretaris Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Tengah)
2. Koordinasi dan Sinergi Tugas Penyuluh Perikanan Korwil Kalimantan
Ir. Akmal Syukri (Koordinator Penyuluh Perikanan Pusat Wilayah Regional V (Kalimantan)
3. Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan
Ir. Bambang Wigono (Koordinator Penyuluh Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah)
4. Pengembangan Sentra Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Produk Perikanan
Arwanda, SST (Koordinator Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas)
Penyusunan Rencana Tindak lanjut
Koordinator Penyuluhan Perikanan Kabupaten Kapuas
84
Peserta pada kegiatan ini berjumlah 44 orang, yang terdiri dari: 6 orang pejabat yang menangani penyuluhan perikanan, 2 orang PPTK, dan 36 orang Penyuluh Perikanan PNS. Tabel 3. Peserta Pembinaan/Pertemuan Penyuluhan Perikanan di Kabupaten Kapuas NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
NAMA Menixson Mustawan Eslina Norhayati Christian Panduh Perdinanson, A.Md Yusethi Heriansyah Tugiyo Nendar, SST Marniyah, S.Pi Winara Yani Rukiyah M. Supianor Meludi Yunedie, S.Pi Nirwan Sampurno, S.Pi Sulam, S.Pi Ilhamsyah Siti Fatimah Hamsinah Mulyadi, SST Titis Nur W, S.Pi Heti Mujiarti, S.Pi Nur Fajar Fahrur Razi, SST Sarmini E.W., S.Pi Warsono, S.Pi Surayah, SST Ronda Raun Marniyah Santri Yoyodi Sabran Mahmud Guntur Awanda Juli Astuty D, S.Pi Masrani Astri Virgorini, S.Pi Nyoman Mugra Dewi Indrawati H. Roslina, S.Pi Ir. M. Riza Fahlevi Syahfiri, SE
INSTANSI/ALAMAT BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas Diskanlut Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas Diskanlut Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas PusluhKP, BPSDMKP BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas DKP Provinsi Kalteng DKP Provinsi Kalteng BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas BPPKP Kabupaten Kapuas
JABATAN Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan PPTK Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan PPTK Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan LO Regional V Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Pelaksana Pelaksana Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Penyuluh Perikanan Kasubag. Penyusunan Program Kasi. Mutu dan PH Penyuluh Perikanan Kabid. Penyuluhan Perikanan Sekretaris
85
Narasumber dan Fasilitator pada Kegiatan Pembinaan/Pertemuan Penyuluhan Perikanan Tahun 2013, berupa: Focus Group Discussion Pengembangan Sentra Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Hasil Perikanan di Kabupaten Kapuas, berjumlah 4 orang, yakni: Tabel 4. Narasumber Pembinaan/Pertemuan Penyuluhan Perikanan di Kab. Kapuas NO
NAMA
JABATAN
1.
Ir. Arinakiriano
Sekretaris Dinas
2.
Ir. Akmal Syukri
3.
Ir. Bambang Wigono
4.
Arwanda, SST
Penyuluh Perikanan Madya/ Koordinator Penyuluh Perikanan Pusat Wilayah Regional V (Kalimantan) Koordinator Penyuluh Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah Koordinator Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas
INSTANSI
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Tengah Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP Badan Ketahanan Pangan dan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Kkalimantan Tengah Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kapuas
Gambaran materi yang disampaikan pada saat kegiatan adalah sebagai berikut: 1. Perkembangan Produksi Perikanan di Kalimantan Tengah Capaian indikator kinerja utama tahun 2012 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
86
Arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan Kalimantan Tengah 2014: (1) mengembangkan dan memperkuat usaha perikanan budidaya yang berdaya saing serta berwawasan lingkungan; (2) memperkuat dan mengembangkan usaha perikanan tangkap secara efisien, lestari, dan berbasis kerakyatan; (3) mengembangkan dan memperkokoh sentra – sentra pengolahan serta pemasaran hasil; (4) memperkuat pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan serta penanggulangan; (5) mengembangkan dan memperkuat ekonomi kerakyatan kawasan pesisir Strategi yang ditempuh oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Tengah: (1) Melakukan Ekstensifikasi dan Intensifikasi usaha perikanan budidaya; (2) melakukan Pengembangan, Pengendalian dan Pengelolaan Sumberdaya perikanan secara bertanggung jawab; (3) meningkatkan daya saing Produk Hasil Perikanan; (4) meningkatkan Pengelolaan dan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan; (5) Program yang akan dilaksanakan sebanyak 7 program; (6) Program Pengembangan dan Pengendalian Perikanan Tangkap; (7)Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya; (8) Program Peningkatan Daya Saing Produk Perikanan; (9) Program Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Pesisir; (10) Program Pengawasan dan pengendalian SDKP; (11) Program Pengembangan Wirausaha; dan (12) Program Peningkatan Kompetensi Laboratorium Perikanan.
2. Koordinasi dan Sinergi Tugas Penyuluh Perikanan Korwil Kalimantan Efektivitas proses transformasi sosial memperhatikan adanya prinsip-prinsip dasar, berikut: (1) Added Value, merupakan suatu proses yang memberikan nilai tambah pada setiap kegiatan ekonomi masyarakat perikanan tersebut; (2) Competitiveness, merupakan suatu proses yang memberikan daya saing bagi komoditas/ produk yang dihasilkan komunitas perikanan tersebut; (3) Productivity and Efficiency, merupakan suatu proses produksi yang hemat bahan baku dan menghasilkan output yang optimal; dan (4) People Centered, merupakan suatu proses yang mengedepankan peran masyarakat sebagai pelaku utama dan penerima manfaat dari proses industrialisasi perikanan. Dalam menjalankan tugas dan fungsi penyuluhan, sasaran utama kegiatan adalah para pelaku utama, yang terdiri atas para nelayan, pembudidaya ikan, pengolah hasil perikanan, dan masyarakat lain yang berusaha di bidang perikanan, dengan jumlah lebih dari 6,5 juta orang dan sekitar 90 persen berupa usaha skala mikro dan kecil yang cenderung bersifat subsisten. Demikian pula, keterlibatan masyarakat asli pesisir dan pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan dengan negara tetangga, yang amat kurang mendapatkan sentuhan pembangunan dan cenderung terabaikan. Secara keseluruhan, jumlah masyarakat pesisir, termasuk yang tinggal di pulau-pulau kecil dan terpencil yang mencapai sekitar 16 juta orang, dan sangat membutuhkan pembinaan di bidang kelautan dan perikanan. Disisi lain keberadaan Penyuluh Perikanan PNS yang relatif masih baru jumlahnya saat ini sebanyak 3.188 orang atau 20,77 persen dari kebutuhan ideal (15.350 orang), masih perlu menggalang dan berkolaborasi dengan penyuluh perikanan swadaya, dan penyuluh perikanan swasta. Untuk itu, perlu dilakukan terobosan atau breakthrough dengan memaksimalkan jumlah yang ada, antara lain mendekatkan fungsi pelayanan dan koordinasi dari para Penyuluh Perikanan Pusat dengan penyuluh daerah dan para pemangku kepentingan di Pusat dan daerah, dengan melibatkan secara aktif para pelaku utama.
87
Dalam Upaya pengembangan penyuluhan perikanan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) memiliki kebijakan untuk menempatkan tenaga Penyuluh Perikanan Pusat ke enam wilayah regional. Kebijakan tersebut ditegaskan melalui Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.20/BPSDMKP/2012 tentang Koordinator Penyuluh Perikanan dan Liasson Officer Pusat di Wilayah Regional Antar Provinsi; dan Nomor: KEP.24/BPSDMKP/2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Mekanisme Kerja Koordinator Penyuluh Perikanan dan Liasson Officer Pusat di Wilayah Regional. Wilayah regional yang menjadi sasaran penempatan penyuluh perikanan pusat antara lain; 1) wilayah regional I (Sumatera); 2) wilayah regional II (Banten, DKI, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY); 3) wilayah regional III (Jawa Timur, Bali, NTT, NTB); 4) wilayah regional IV (Sulawesi); 5) wilayah regional V (Kalimantan); dan 6) wilayah regional VI (Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat). Maksud dan tujuan penempatan Penyuluh Perikanan Pusat di masing-masing wilayah regional, antara lain meliputi:
1. Mengkoordinasikan dan mensinergikan tugas penyuluh perikanan pusat di wilayah regional yang bersangkutan dalam hal perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, pelaporan dan pengembangan profesi penyuluhan perikanan di wilayah regional; 2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan perikanan sesuai dengan jenjang jabatannya di wilayah regional; 3. Mengidentifikasi dan menerapkan model-model penyuluhan perikanan partisipatif berbasis kawasan; 4. Memfasilitasi terlaksananya kegiatan diseminasi dan alih teknologi kelautan dan perikanan dalam percepatan proses adopsi dan difusi IPTEK kepada masyarakat di wilayah regional; 5. Mendukung penguatan baserine data penyuluhan kelautan dan perikanan yang akurat dan terkini; 6. Memberikan saran/bahan pertimbangan dan alternatif pemecahan masalah dalam penyelenggaraan penyuluhan perikanan pada tingkat regional kepada Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan; dan 7. Melakukan kegiatan koordinasi, pembinaan, pengawalan, pengawasan fungsional penyelenggaraan penyuluhan pada tingkat regional. Industrialisasi perikanan adalah proses perubahan dimana arah kebijakan pengelolaan: 1)sumberdaya perikanan; 2)pembangunan infrastruktur; 3)pengembangan sistem investasi; 4)ilmu pengetahuan dan teknologi; dan 5)sumberdaya manusia; yang diselenggarakan secara terintegrasi berbasis industri untuk meningkatkan nilai tambah, efisiensi dan skala produksi yang berdaya saing tinggi. Adapun tujuan Industrialisasi Perikanan, adalah sebagai berikut:
1. Membangun industri perikanan nasional inovatif, kokoh, dan berdaya saing tinggi 2. Meningkatkan produksi perikanan bernilai tambah yang didukung oleh sistem produksi bahan baku nasional secara berkelanjutan
88
3. Memperkuat basis dan sistem produksi bahan baku dan komoditas perikanan unggulan 4. Mempercepat peningkatkan dan perluasan ekspor produk-produk perikanan dan konsumsi dalam negeri. Strategi dan upaya yang dilakukan dalam industrialisasi perikanan:
1. Meningkatkan mutu bahan baku sesuai standar: Menyediakan sarana sistem rantai dingin (cold chain system) Pendampingan / Penyuluhan, Pencatatan Data 2. Meningkatkan jumlah ketersediaan ikan dalam negeri: Restrukturisasi armada perikanan nasional Pengembangan sentra budidaya perikanan Perbaikan sistem pendataan Regulasi dan penegakan hukum Pendampingan / Penyuluhan, Pencatatan Data 3. Meningkatkan nilai tambah produk hasil perikanan: Meningkatkan kualitas pengemasan dan ‘branding’ Meningkatlkan diversifikasi produk hasil perikanan Pendampingan / Penyuluhan, Pencatatan Data 4. Mendorong investasi dan meningkatkan pembiayaan usaha perikanan: Pemberdayaan masyarakat melalui penyaluran bantuan langsung masyarakat pada kegiatan PUMP (Pengembangan Usaha Mina Pedesaan) Peningkatan aksesibilitas permodalan usaha (KUR, KKP-E dan sumber pembiayaan lainnya) Pendampingan/Penyuluhan dan Pencatatan Data. 3. Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan Menurut Muhandri (2002), Wirausaha merupakan istilah yang diterjemahkan dari kata entrepreneur. Dalam Bahasa Indonesia, pada awalnya dikenal istilah wiraswasta yang mempunyai arti berdiri di atas kekuatan sendiri. Istilah tersebut kemudian berkembang menjadi wirausaha, dan entrepreneurship diterjemahkan menjadi kewirausahaan. (Kamus Manajemen – LPPM). Wirausaha mempunyai arti seorang yang mampu memulai dan atau menjalankan usaha. Definisi lain tentang wirausaha disampaikan oleh Say, yang menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang mampu melakukan koordinasi, organisasi dan pengawasan. Seorang wirausaha adalah orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang lingkungan dan membuat keputusan-keputusan tentang lingkungan usaha, mengelola sejumlah modal dan menghadapi ketidakpastian untuk meraih keuntungan. Keputusan seseorang untuk terjun dan memilih profesi sebagai seorang wirausaha didorong oleh beberapa kondisi. Kondisi-kondisi yangmendorong tersebut adalah : (1) orang tersebut lahir dan atau dibesarkan dalam keluarga yang memiliki tradisi yang kuat di bidang usaha (Confidence Modalities), (2) orang tersebut berada dalam kondisi yang menekan, sehingga tidak ada pilihan lain bagi dirinya selain menjadi wirausaha (Tension Modalities), dan (3) seseorang yang memang mempersiapkan diri untuk menjadi wirausahawan (Emotion Modalities).
89
Pengembangan bisnis kelautan dan perikanan berbasis pelaku utama merupakan salah satu tantangan dalam pembangunan perikanan, hal tersebut dikarenakan usaha perikanan yang dilakukan pelaku utama pada umumnya; skala usaha kecil, modal rendah, kurang respon terhadap inovasi, akses pada informasi relatif rendah. Melihat kenyataan tersebut peningkatan kualitas SDM pelaku utama/pelaku usaha kelautan dan perikanan menjadi sangat penting dan perlu mendapat prioritas. Upaya peningkatan kualitas SDM pelaku utama/pelaku usaha kelautan dan perikanan, berupa perubahan perilaku baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, tidak dapat dilakukan dalam waktu sesaat, akan tetapi merupakan pendidikan sepanjang hidup (long life education). Penyuluhan kelautan dan perikanan sebagai salah satu pendidikan non formal memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas SDM pelaku utama/pelaku usaha kelautan dan perikanan baik berfungsi sebagai mediator, motivator maupun fasilitator. Para penyuluh perikanan tersebut perlu memiliki kapasitas dan kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan fungsi tersebut. Untuk itu, diperlukan fasilitas yang mampu meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan menjalankan bisnis perikanan sesuai dengan potensi di wilayahnya kerjanya, dan sesuai dengan kelayakan baik dari aspek teknis maupun ekonomis. Keberhasilan penyuluh dalam melaksanakan tugas tersebut disamping untuk menambah pendapatan, juga diharapkan dapat dicontoh oleh pelaku utama dan pelaku usaha diwilayah kerjanya dalam peningkatan pendapatannya, pada era bisnis perikanan yang semakin kompetitif. Wirausaha penyuluh perikanan adalah jenis usaha mandiri di bidang perikanan yang dilaksanakan oleh Penyuluh Perikanan baik secara individu atau tim, yang menciptakan lapangan kerja baru dan pengembangan cara-cara atau teknik yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya, efektifitas penggunaan biaya, serta menghasilkan barang atau jasa dalam upayanya pemenuhan kebutuhan orang lain. Wirausaha penyuluh perikanan dapat juga diartikan sebagai kegiatan usaha di bidang perikanan yang dilakukan oleh penyuluh dalam rangka melaksanakan tugas peningkatan kualitas sumber daya manusia pelaku utama/pelaku usaha perikanan baik berfungsi sebagai mediator, motivator maupun fasilitator disamping untuk menambah pendapatan, juga diharapkan dapat dicontoh oleh pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerjanya dalam peningkatan pendapatannya, pada era bisnis perikanan yang semakin kompetitif.
4. Pengembangan Pengolahan, di Kabupaten Kapuas
Pengemasan
dan
Pemasaran
Produk
Perikanan
Kegiatan Pengembangan Sentra Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Produk Hasil Perikanan pada Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, direncanakan pelaksanaannya di Kecamatan Selat, Kecamatan Tamban Catur dan Kecamatan Bataguh, dan Outlet Produk Pengolahan Hasil Perikanan Kabupaten Kapuas sebagai pusat pengemasan dan sentra penjualan produk. Tujuan dari Aplikasi Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas dalam rangka mendukung industrialisasi kelautan dan perikanan adalah:
Meningkatkan jiwa kewirausahaan bagi para penyuluh perikanan;
90
Memfasilitasi percontohan/demonstrasi sebagai media penyuluhan kelautan dan perikanan bagi pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerja penyuluh perikanan; Mengembangkan kemampuan dan keterampilan penyuluh perikanan; Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pelaku utama/usaha perikanan; Mengembangkan penerapan paket teknologi terekomendasi; Meningkatkan daya saing kelembagaan kelompok pelaku utama/pelaku usaha; Mengembangkan jejaring kerja dan jejaring usaha sektor kelautan dan perikanan; dan Meningkatkan produksi dan produktivitas usaha kelautan dan perikanan.
Kegiatan Aplikasi Teknologi Percontohan/ Pengembangan Kewirausahaan Penyuluhan Perikanan dalam Pengembangan Sentra Pengolahan dan Pengemasan Produk Perikanan di Kabupaten Kapuas, antara lain meliputi:
Pengolahan dan pemasaran nugget ikan, kaki naga, abon ikan, kerupuk ikan, bandeng presto, brownies ikan, benkay patin, dan produk olahan ikan lainnya; Pengemasan produk olahan pelaku utama perikanan binaan penyuluh perikanan, melalui: setting kemasan, pemberian barcode, penimbangan produk, penambahan label Halal dan PIRT; Pengembangan “Outlet Produk Pengolahan Hasil Perikanan Kabupaten Kapuas” sebagai pusat pengemasan produk perikanan; dan Display Produk Perikanan (Pusat oleh-oleh dari Ikan) di Kabupaten Kapuas.
kegiatan Aplikasi Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas, terdiri dari: Anggota
Anggota Tetap adalah warganegara Indonesia yang bekerja dan mengabdi sebagai penyuluh perikanan PNS dan tertera namanya pada Anggaran Dasar sebagai Pengurus Aplikasi Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas. Anggota Biasa adalah Penyuluh Perikanan (PNS, Swasta, PPTK, Swadaya) di Kabupaten Kapuas, yang atas kemauannya sendiri berkeinginan menjadi anggota Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas, dan bersedia memenuhi kewajiban sebagai anggota. Anggota Kehormatan adalah warga masyarakat yang mempunyai perhatian dan sumbangsih menonjol bagi Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas.
91
3.5.2. Demonstrasi Cara/Hasil Pengolahan Hasil Perikanan Demonstrasi merupakan salah satu metode penyuluhan perikanan yang berdasarkan pada pendekatan kelompok. Metode pendekatan ini cukup efektif, karena sasaran yang dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang diambil, disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode penyuluhan perikanan demonstrasi dibagi ke dalam dua jenis yaitu demonstrasi cara dan demonstrasi hasil. Demonstrasi cara adalah teknik penyuluhan perikanan berupa kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang cara penerapan teknologi perikanan yang telah terbukti menguntungkan bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan. Tujuannya adalah untuk meyakinkan orang bahwa suatu cara kerja tertentu yang dianjurkan itu bermanfaat dan mudah dilakukan. Sedangkandemonstrasi hasil adalah teknik penyuluhan perikanan berupa kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang hasil penerapan teknologi perikanan yang telah terbukti menguntungkan bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan atau teknologi lainnya yang sudah spesifik lokasi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan nilai cara baru yang dianjurkan dan untuk memperlihatkan bahwa anjuran-anjuran itu cocok bagi tempat tersebut serta menguntungkan (sumber: http://ndkbluefin89.wordpress.com/tag/demonstrasi-cara). Pada kegiatan Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas Tahun 2013 dilaksanakan kegiatan penyuluhan berupa demonstrasi cara dan demonstrasi hasil pengolahan, pengemasan dan pemasaran produk hasil perikanan, dengan rincian sebagai berikut: 1. Demonstrasi cara pada unit produksi di Kecamatan Selat, Kecamatan Tamban Catur dan Kecamatan Bataguh, dengan materi: - Pengolahan nugget ikan (patin, gabus), - Pengolahan kaki naga (patin, lele, gabus), - Pengolahan abon ikan (patin, lele, gabus), - Pengolahan kerupuk ikan (patin, lele, gabus), - Pengolahan ikan presto (sarden, bandeng), - Pengolahan brownies ikan (patin, gabus), - Pengolahan denkay (sarden, patin, cookies kacang), - Pengolahan krispy saluang, bakso ikan (patin), - Pengolahan empek-empek kapuas (patin), - Pengolahan stick Ikan (Patin), dan - Pengemasan produk olahan perikanan 2. Demonstrasi hasil pada outlet produk pengolahan hasil perikanan dan pos pelayanan penyuluhan perikanan, dengan materi: - Pengemasan produk olahan perikanan - Pemasaran hasil perikanan
92
- Analisa usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan 3.5.3. Temu Lapang Temu lapang adalah pertemuan antara para pelaku utama dengan penyuluh perikanan untuk saling tukar menukar informasi tentang teknologi yang dihasilkan dan umpan balik dari pelaku utama. Temu Lapang Pengembangan Pengolahan dan Pengemasan Produk Hasil Perikanan di Kabupaten Kapuas dilaksanakan pada tanggal 26 November 2013, diselenggarakan sebagai sebuah bentuk evaluasi terhadap teknologi percontohan yang dilakukan oleh kelompok penyuluh perikanan dan membahas rencana tindak lanjut. Temu lapang diselenggarakan dengan menghadirkan penyuluh perikanan, pelaku utama dan pelaku usaha serta stakeholder perikanan lainnya. Adapun tujuan dari temu lapang adalah: (a) terbukanya kesempatan bagi penyuluh perikanan dan pelaku utama perikanan untuk mendapatkan informasi teknologi; (b) terbukanya kesempatan bagi peneliti/perekayasa/penyuluh untuk mendapatkan umpan balik dari hasil-hasil penelitian/ perekayasaan/ pengembangan kegiatan mereka; (c) tersalurnya teknologi di kalangan penyuluh perikanan dan pelaku utama perikanan secara lebih cepat; (d) terbukanya cakrawala pemikiran dan pengetahuan pelaku utama perikanan; dan (e) output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terjalinnya hubungan kerjasama antara pelaku utama perikanan dengan Penyuluh Perikanan. Sasaran dari kegiatan Temu Lapang Pengembangan Pengolahan dan Pengemasan Produk Hasil Perikanan di Kabupaten Kapuas dalam rangka Pengembangan Kegiatan Teknologi Percontohan/Kewirausahaan Penyuluh Perikanan pada Wilayah Regional V (Kalimantan) adalah sebanyak 40 orang Penyuluh Perikanan, Pelaku Utama dan Stakeholder terkait. Pelaksanaan Kegiatan Temu Lapang Pengembangan Pengolahan dan Pengemasan Produk Hasil Perikanan di Kabupaten Kapuas, dilaksanakan pada 26 November 2013 bertempat di Ruang Pertemuan Balai Benih Ikan Kabupaten Kapuas, dengan rincian sebagai berikut:
93
Tabel 5. Temu Lapang Pengembangan Pengolahan dan Pengemasan Produk Hasil Perikanan di Kabupaten Kapuas NO. 1.
2.
HARI, TANGGAL/ KEGIATAN/MATERI PUKUL (WITA) Selasa, 26/11/2013 09.00 – 12.00 Materi dan Diskusi Panel: 1. Peran strategis penyuluh perikanan mendukung pemberdayaan masyarakat
13.00 – 15.00
NARASUMBER/ FASILITATOR/ PETUGAS
Kepala Badan PPKP Kab. Kapuas
2. Perkembangan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di kabupaten Kapuas
Kabid. Bina Usaha Dinas Perikanan Kab. Kapuas
3. Pengembangan aplikasi teknologi percontohan/pengembangan kewirausahaan penyuluh perikanan berupa: kegiatan pengembangan sentra pengolahan, pengemasan dan pemasaran produk hasil perikanan.
Arwanda, S.ST dan Fahrur Razi, S.ST
4. Prosedur SPP PIRT
Kasi. Bimdal Kefarmasian Dinas Kesehatan Kab.Kapuas
5. Pengenalan produk olahan kewirausahaan penyuluh perikanan
Tim Penyuluh
Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Koordinator Penyuluh Perikanan Kab. Kapuas
3.5.4. Penyebaran Informasi Melalui Media Penyuluhan Penyebaran informasi melalui media penyuluhan yang telah dilakukan pada kegiatan Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan Kabupaten Kapuas Tahun 2013, antara lain berupa: 1. Penyebaran leaflet tentang sosialisasi pengembangan teknologi percontohan/pengembangan kewirausahaan penyuluh perikanan kabupaten kapuas dalam rangka operasional koordinator penyuluh perikanan pusat wilayah regional V (kalimantan) tahun 2013 Waktu dan tempat : penyebaran leaflet dilaksanakan pada kegiatan Focus Group Discussion Pengembangan Sentra Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Hasil
94
Perikanan di Kabupaten Kapuas, dilaksanakan pada 30 Agustus 2013 bertempat di Aula Disperindagkop Kabupaten Kapuas. Sasaran: - Sekretaris Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Tengah - Pejabat yang mewakili Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Kalimantan Tengah - Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kapuas - Pejabat yang mewakili Dinas Perikanan Kabupaten Kapuas - Pejabat yang mewakili Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas - Pejabat yang mewakili Dinas Transmigrasi Kabupaten Kapuas - 40 orang peserta kegiatan yang terdiri dari Penyuluh Perikanan PNS, Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK), Penyuluh Perikanan Swadaya dan Pelaku Utama Perikanan.
2. Penulisan Artikel tentang kegiatan percontohan melalui media online yang dapat diakses pada http://www.pusluh.kkp.go.id/index.php/arsip/c/439/PERKEMBANGANPERCONTOHAN-DI-KAPUAS-KALTENG/?category_id=2 3. Penyebaran Leaflet-leaflet dan Standar Prosedur Operasional (SPO) terkait kegiatan Pengolahan dan Pengemasan Produk Perikanan di Kabupaten Kapuas.
Gambar 22. Leaflet dan SPO yang disebarluaskan di Kabupaten Kapuas
95
4. Pengenalan dan penjualan produk hasil perikanan
Gambar 23. Pameran kegiatan kelompok usaha wanita, kelompok usaha perberasan dan lounching pengolahan hasil di kuala Kapuas, 27-28 November 2014
Gambar 24. Produk percontohan pada GEMARIKAN bersama PKK Kabupaten Kapuas
96
Gambar 25. Beberapa produk percontohan sebelum diberi label
97
3.6. Laporan Pengelolaan Keuangan 3.6.1. Penggunaan Anggaran Anggaran yang digunakan pada kegiatan Pengembangan Sentra Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Produk Hasil Perikanan dalam rangka Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan di Wilayah Regional V (Kalimantan), berasal dari Dana APBN sesuai dengan DIPA Satker Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Tahun Anggaran 2013 Nomor: 032.12.1.440800/2013 tanggal 5 Desember 2012; dengan peruntukan seperti pada tabel 6. Tabel 6. Alokasi penggunaan anggaran pada Pengembangan Sentra Pengolahan dan Pengemasan Produk Perikanan di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013 NO
URAIAN
VOLUME
SATUAN
- Bahan baja/stainless steel - Ukuran minimal 10 x 30 cm - Bahan baja - Ukuran 5 x 20 cm - Bahan stainless steel - Ukuran 5 x 20 cm - Bahan akrilic - Ukuran minimal 20 x 30 cm - Bahan baja/alumunium/ campuran - Diameter minimal 60 cm - Bahan baja/alumunium/campuran - Diameter minimal 40 cm - Bahan stainless steel - ukuran 10 x 28 cm - Bahan aluminium - Tangkai kayu - Diameter 30 cm - Bahan plastik - Ukuran 3 kg - Bahan Alumunium/kuningan - Ukuran 10 kg - Tempat pengukusan - Bahan alumunium - Ukuran 10 liter - Bahan besi - panjang 32 cm - Volume 1 kg - Bahan stainles stel
3
Buah
HARGA SATUAN (Rp.) 50,000
3
Buah
35,000
105,000
3
Buah
25,000
75,000
6
Buah
40,000
240,000
1
Buah
100,000
100,000
2
Buah
60,000
120,000
3
Buah
17,500
52,500
3
Buah
17,500
52,500
3
Buah
80,000
240,000
3
Buah
135,000
405,000
3
Buah
140,000
420,000
1
Buah
500,000
500,000
1
Buah
285,000
285,000
6
Buah
350,000
2,100,000
3
Buah
200,000
600,000
3
Buah
280,000
840,000
3
Buah
60,000
180,000
2
Buah
280,000
560,000
6
Buah
18,000
108,000
6
Buah
25,000
150,000
SPESIFIKASI
1.
Pisau Besar
2.
Pisau Sedang
3.
Pisau Kecil
4.
Talenan
5.
Wajan besar
6.
Wajan kecil
7.
Sutil
8.
Serok
9.
Timbangan Kue
10.
Timbangan Digital
11.
Dandang
12.
Gilingan Daging
13.
Ampia/Gilingan Mie
14.
Seller
15.
Container Sedang
16.
Container Besar
17.
Keranjang
18.
Kompor
19.
Para-para/tampah Plastik
- Hand Seller - Penggunaan untuk alumunium foil - Volt 220 - Bahan Plastik - Ukuran Nomor 82 - Bahan Plastik - Ukuran Nomor 150 - Bahan Plastik - Ukuran kapasitas 25 kg - Kompor gas - bahan besi - 1 tungku - Bahan plastik - Diameter minimal 50 - 60 cm
20.
Para-para/tampah Bambu
- Bahan anyaman bambu - Diameter minimal 50 - 60 cm
JUMLAH (Rp.) 150,000
98
Sambungan Tabel 6.
21.
Peti berinsulasi (cool box)
- Bahan plastik - Ukuran 15 liter
3
Buah
HARGA SATUAN (Rp.) 400,000
22.
Ember plastic
3
Buah
17,500
52,500
23.
Baskom Besar
6
Buah
35,000
210,000
24.
Baskom Sedang
3
Buah
25,000
75,000
25.
Toples besar
3
Buah
50,000
150,000
26.
Toples kecil
3
Buah
30,000
90,000
27.
Cetakan Brownies
6
Buah
20,000
120,000
28.
Cetakan Nugget
100
Buah
2,000
200,000
29.
Plastik Kemasan
1
Paket
7,500,000
7,500,000
30.
Blender
1
Buah
380,000
380,000
31.
Mixer
1
Buah
380,000
380,000
32.
Oven/pemanggang
1
Buah
385,000
385,000
33.
- Bahan Plastik - Ukuran 15 liter - Bahan Plastik - Diameter 58 cm - Bahan Plastik - Diameter 38 cm - Bahan plastik - Transparan - Ukuran 30 cm - Bahan plastik - Transparan - Ukuran 20 cm - Bahan Alumunium - Ukuran 5 x 20 cm - Bahan Alumunium - Berbagai ragam/topik cetak - Bahan Alumunium/Plastik/Kertas - Berbagai ukuran - Bahan kaca - Standart 1 liter - Bahan plastik - Tanpa tiang dan mangkok - Merek Huck - Bahan alumunium - Ukuran 60 x 70 cm.
Bahan Baku Kerupuk Ikan Daging Ikan - Ikan segar - Jenis ikan: Gabus, Patin dan Lele Bahan tambahan Tepung tapioka, garam, penyedap lainnya rasa, gula halus, soda kue Bahan Baku Abon Ikan Daging Ikan - Ikan segar - Jenis ikan: Gabus, Patin dan Lele Bahan tambahan Bawang merah, bawang putih, laos, lainnya sereh, ketumbar, garam, gula merah, santan, minyak goreng, penyedap rasa, daun salam, jeruk nipis, asam jawa Bahan Baku Kaki Naga Daging Ikan - Ikan segar - Jenis ikan: Gabus, Patin dan Lele Bahan tambahan Garam, gula, baking powder,tepung lainnya terigu, tepung tapioka, tepung roti, lada, penyedap rasa, bawang putih, bawang bombay, wortel, bawang prei, daun bawang, telor, susu, mentega, stick, minyak goreng, roti tawar, wortel. Bahan Baku Nugget Ikan - Ikan segar Daging Ikan - Jenis Ikan: Gabus dan Patin Garam, tepung tapioka, tepung roti, air es, minyak goreng, gula, penyedap Bahan tambahan rasa, bawang putih, lada, susu, lainnya mentega, telor, baking powder, roti tawar, bawang bombai, daun bawang, wortel.
150
Kg
35,000
5,250,000
1
Paket
1,750,000
1,750,000
150
Kg
35,000
5,250,000
1
Paket
1,750,000
1,750,000
130
Kg
35,000
4,550,000
1
Paket
1,674,500
1,674,500
NO
34.
35.
36.
URAIAN
SPESIFIKASI
VOLUME
SATUAN
130
1
Kg
Paket
JUMLAH (Rp.) 1,200,000
35,000
4,550,000
1,675,000
1,675,000
99
Sambungan Tabel 6. NO 37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
URAIAN
SPESIFIKASI
Bahan Baku Bandeng Presto - Ikan segar Daging Ikan - Jenis Ikan: Bandeng Garam, tepung, penyedap rasa, Bahan tambahan ketumbar, kunyit, bawang putih, lainnya kemiri, jahe, laos, serai, gula merah, jeruk nipis Bahan Baku Brownis Ikan - Ikan segar Daging Ikan - Jenis ikan: Gabus dan Patin Telor, gula, mentega, susu bubuk, Bahan tambahan baking soda, coklat batangan, keju, lainnya tepung terigu, buah cery, butter Bahan Baku Denkay - Ikan segar Daging Ikan - Jenis ikan: Patin dan Lemuru Garam, tepung terigu, tepung Bahan tambahan kelakay, susu, mentega, kacang lainnya tanah, minyak goreng, gula, butter Bahan Baku Krispy Ikan - Ikan segar Daging Ikan - Jenis Ikan: Seluang Tepung maizena, penyedap rasa, Bahan tambahan bawang putih, jeruk nipis, garam, lainnya telor, kunyit, minyak goreng Bahan Baku Bakso - Ikan segar Daging Ikan - Jenis ikan: Gabus, Patin dan Lele Tepung tapioka, telor, kecap, bawang Bahan tambahan putih, jahe, lada, penyedap rasa, lainnya garam, gula, daun bawang, baking powder Bahan Baku Stick - Ikan segar Daging Ikan - Jenis Ikan: Patin Tepung terigu, tepung tapioka, telor, Bahan tambahan bawang putih, keju, gula, garam, lainnya penyedap, daun seledri, minyak goring Bahan Baku Mpek-empek - Ikan segar Daging Ikan - Jenis Ikan: Patin Tepung tapioka, tepung terigu, Bahan tambahan bawang putih, garam, penyedap rasa, lainnya gula merah, telor, asam jawa, cuka, timun, ebi, minyak goring TOTAL
VOLUME 150 1
100 1
100 1
85 1
130 1
100 1
85 1
SATUAN Kg Paket
Kg Paket
Kg Paket
Kg Paket
kg Paket
kg Paket
kg paket
HARGA SATUAN (Rp.)
JUMLAH (Rp.)
35,000
5,250,000
1,750,000
1,750,000
35,000
3,500,000
1,750,000
1,750,000
35,000
3,500,000
1,025,000
1,025,000
35,000
2,975,000
1,025,000
1,025,000
35,000
4,550,000
1,675,000
1,675,000
35,000
3,500,000
1,025,000
1,025,000
35,000
2,975,000
1,025,000
1,025,000 80,000,000
100
3.6.2. Analisa Usaha Tabel 7. Alokasi usaha periode I (Pertama) pada Pengembangan Sentra Pengolahan dan Pengemasan Produk Perikanan di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013 NO. 1.
2.
3. 4.
URAIAN INVESTASI DAN MODAL KERJA Perincian sesuai dengan Sub Bab 3.6.1. (diatas) JUMLAH 1 PENERIMAAN - Penjualan kerupuk ikan - Penjualan abon ikan - Penjualan kaki naga (ikan) - Penjualan nugget ikan - Penjualan bandeng presto - Penjualan brownis ikan - Penjualan denkay (ikan) - Penjualan krispy ikan - Penjualan bakso ikan - Penjualan stick ikan - Penjualan mpek-empek JUMLAH 2 KEUNTUNGAN ANALISA-ANALISA: - Harga Pokok Penjualan - R/C ratio - B/C ratio - Payback Period
VOLUME
SATUAN
HARGA SATUAN
JUMLAH
1
Paket
Rp. 80,000,000
Rp. 80,000,000 Rp. 80,000,000
110 40 125 125 125 100 90 60 125 60 70
Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg
Rp. 80,000 Rp. 200,000 Rp. 65,000 Rp. 72,000 Rp. 60,000 Rp. 90,000 Rp. 60,000 Rp. 90,000 Rp. 72,000 Rp. 90,000 Rp. 70,000
Rp. 8,800,000 Rp. 8,000,000 Rp. 8,125,000 Rp. 9,000,000 Rp. 7,500,000 Rp. 9,000,000 Rp. 5,400,000 Rp. 5,400,000 Rp. 9,000,000 Rp. 5,400,000 Rp. 4,900,000 Rp. 80,525,000 Rp. 525,000
Rp./kg kali usaha
Rp. 77,670 1.01 0.01 0.99
Dengan memperhatikan analisa usaha pada tabel diatas, maka kegiatan pengolahan dan pengemasan produk perikanan di kabupaten kapuas sangat menguntungkan, antara lain dapat dilihat dari: 1. Nilai payback period = 0,99 (dibulatkan menjadi 1), artinya nilai investasi (pembelian peralatan) dapat kembali modal pada akhir periode pertama. Dengan kata lain, hanya dengan melaksanakan usaha sebanyak 1 kali periode sudah dapat mengembalikan seluruh biaya investasi ditambah modal usaha. 2. Pada periode selanjutnya (ke-2 dst) investasi tidak diperhitungkan lagi, maka nilai ratio rata-rata keuntungan dibandingkan dengan modal kerja (operasional + biaya penyusutan) adalah sebesar 10 s/d 20%, dengan periode produksi 1 minggu, dan perkiraan waktu penjualan sampai habis adalah selama 1 bulan.
101
3.7. Keberlanjutan Percontohan Sejalan dengan program industrialisasi perikanan yang saat ini menjadi fokus Kementerian Kelautan dan Perikanan, yakni harus dapat: (a) mendorong jalannya siklus usaha perikanan secara berkelanjutan, dan (b) menjadi penggerak bagi pilar pertumbuhan ekonomi, maka perlu adanya keberlanjutan kegiatan penyuluhan perikanan melalui Pengembangan Sentra Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Produk Hasil Perikanan dalam rangka Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan di Kabupaten Kapuas. Setelah berakhirnya kegiatan pengembangan teknologi percontohan pada akhir tahun 2013, secara musyawarah dan sepakat seluruh Penyuluh Perikanan PNS di Kabupaten Kapuas bersepakat membentuk kelembagaan untuk meneruskan pengelolaan percontohan di bidang pengolahan, pengemasan dan pemasaran produk hasil perikanan yang secara resmi diberi nama Unit Percontohan Penyuluhan Perikanan di Kawasan (UP3K) Kabupaten Kapuas. Sehingga kegiatan Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan di Kabupaten Kapuas terus berlanjut dengan usaha yang terus digulirkan pada tahun 2014 dan tahun berikutnya.
102
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan 1. Penumbuhan jiwa kewirausahaan bagi para penyuluh perikanan perlu diwujudkan dan terus dikembangkan. Upaya peningkatan kualitas SDM pelaku utama/pelaku usaha perikanan, berupa perubahan perilaku baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, tidak dapat dilakukan dalam waktu sesaat, akan tetapi merupakan pendidikan sepanjang hidup. Penyuluhan perikanan memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas SDM pelaku utama/pelaku usaha perikanan baik berfungsi sebagai mediator, demonstrator, motivator, maupun fasilitator. Para penyuluh perikanan perlu memiliki kapasitas dan kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan fungsi tersebut. Untuk itu, diperlukan adanya unit percontohan/demonstrasi yang mampu meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan menjalankan bisnis perikanan sesuai dengan potensi di wilayahnya kerjanya, dan sesuai dengan kelayakan baik dari aspek teknis maupun ekonomis. Keberhasilan penyuluh dalam melaksanakan tugas tersebut disamping untuk menambah pendapatan, juga diharapkan dapat dicontoh oleh pelaku utama dan pelaku usaha diwilayah kerjanya dalam peningkatan pendapatannya, pada era bisnis perikanan yang semakin kompetitif. 2. Percontohan/demonstrasi sebagai media penyuluhan kelautan dan perikanan bagi pelaku utama dan pelaku usaha di wilayah kerja penyuluh perikanan sangat efektif untuk dikembangkan, karena: (a) materi percontohan/demonstrasi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pelaku utama/usaha perikanan; (b) mempercepat proses adopsi di kalangan pelaku utama/pelaku usaha, (c) memperoleh pengalaman kerja, keterangan dan data yang nyata, (d) memberi pengalaman kepada petugas/penyuluh lapangan, mengenai kebenaran cara-cara yang dianjurkannya, sehingga memperbesar keyakinan dalam tugasnya, (e) sasaran penyuluh lebih percaya kepada penyuluh, dan (f) sasaran penyuluhan lebih tertarik pada teknologi yang sudah dapat dilihat contoh keberhasilan penerapannya. 3. Dari hasil wawancara dan diskusi dengan spenyuluh perikanan swadaya dan pelaku utama pada saat sosialisasi/percontohan/demonstrasi/temu lapang, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama yang didahapi dalam kegiatan pengolahan dan pemasaran ikan di kabupaten Kapuas, antara lain adalah: (a) rendahnya modal, (b) mahalnya sarana dan prasarana, (c) keterbatasan bahan baku, dan (d) pemasaran produk. Dengan kata lain, tidak hanya kemampuan teknis yang diperlukan oleh pengolah dan pemasar ikan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan tentang managerial. Beberapa materi managerial yang kami berikan pada penyuluh swadaya, pengolah dan pemasar ikan pada pembinaan lanjutan dari percontohan/demontrasi, antara lain berupa: (a) pentingnya berkelompok, (b) pengelolaan administrasi, (c) pengelolaan keuangan, (d) perencanaan dan pengembangan usaha, (e) membangun kemitraan strategis, dan (f) membangun jejaring pemasaran. 4. Kegiatan pengolahan dan pengemasan produk perikanan di kabupaten kapuas sangat menguntungkan, antara lain dapat dilihat dari: (a) Nilai payback period = 0,99 (dibulatkan menjadi 1), artinya nilai investasi (pembelian peralatan) dapat kembali
103
modal pada akhir periode pertama. Dengan kata lain, hanya dengan melaksanakan usaha sebanyak 1 kali periode sudah dapat mengembalikan seluruh biaya investasi ditambah modal usaha; dan (b) Pada periode selanjutnya (ke-2 dst) investasi tidak diperhitungkan lagi, maka nilai ratio rata-rata keuntungan dibandingkan dengan modal kerja (operasional + biaya penyusutan) adalah sebesar 10 s/d 20%, dengan periode produksi 1 minggu, dan perkiraan waktu penjualan sampai habis adalah selama 1 bulan. 4.2. Saran Bagi instansi pusat/daerah selaku pembina dari penyuluh perikanan: 1. Perlu dikembangkan program/kegiatan percontohan bagi penyuluh perikanan PNS sebagai materi penyuluhan yang efektif sekaligus menjadi pengembangan wirausaha penyuluh perikanan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/19/M.PAN/10/2008. Bagi penyuluh perikanan (PNS, Swasta dan Swadaya): 2. Perlu perumusan, penyusunan dan penyebarluasan materi penyuluhan terkait pengolahan dan pemasaran produk perikanan pada wilayah kerja masing-masing yang disesuaikan dengan kebutuhan pelaku utama/usaha sebagai sasaran penyuluhan. Materimateri yang ada pada isi laporan ini dapat dijadikan salah satu contoh materi teknis dan managerial yang dibutuhkan oleh pelaku utama/usaha perikanan. Bagi penyuluh perikanan, pengolah dan pemasar produk perikanan di kabupaten Kapuas: 3. Pengembangan kegiatan pengolahan dan pengemasan produk perikanan di kabupaten kapuas merupakan kegiatan yang sangat menguntungkan, oleh karenanya sangat prosfektif untuk terus dikembangkan pada masa yang akan datang, antara lain meliputi: (a) Pengolahan dan pemasaran nugget ikan (patin, gabus), kaki naga (patin, lele, gabus), abon ikan (patin, lele, gabus), kerupuk ikan (patin, lele, gabus), ikan presto (sarden, bandeng), brownies ikan (patin, gabus), denkay (sarden, patin, cookies kacang), krispy saluang, bakso ikan (patin), empek-empek kapuas (patin), Stick Ikan (Patin) dan produk olahan ikan lainnya; (b) Pengemasan produk olahan pelaku utama perikanan binaan penyuluh perikanan, melalui: penetapan standar operasional prosedur pengolahan ikan, setting kemasan, penimbangan produk, dan penambahan label P-IRT; dan (c) Pengembangan “Outlet Produk Pengolahan Hasil Perikanan Kabupaten Kapuas” sebagai pusat pengemasan produk perikanan; dan Display Produk Perikanan (pusat oleh-oleh dari ikan) di Kabupaten Kapuas.
104
Lampiran 1
105
106
107
108
109
110
111
112
Lampiran 2
113
114
115
116
117
118
119
Lampiran 3
120
Lampiran 4
121
Lampiran 5
122
Lampiran 6
123
Lampiran 7
124
Lampiran 8
125
Lampiran 9
FORMAT BUKU DATA ANGGOTA KELOMPOK NO
NAMA ANGGOTA
ALAMAT (NO HP/TELP)
JABATAN DALAM KELOMPOK
TINGKAT PENDIDIKAN
USIA (TAHUN)
USAHA POKOK
USAHA SAMPINGAN
KEPEMILIKAN SARANA PEMASARAN BANYAKNYA JENIS (BUAH)
KETERANGAN
i
126
Lampiran 10
FORMAT BUKU KAS KELOMPOK NO
TANGGAL
URAIAN
BANYAKNYA (BUAH/KALI/KG)
HARGA PER SATUAN (RP.)
MASUK (RP.)
KELUAR (RP.)
SALDO
127
Lampiran 11
BUKU INVENTARISIR BARANG KELOMPOK NO
JENIS BARANG
JUMLAH (BUAH)
TANGGAL TERIMA
KONDISI BARANG
KETERANGAN DIBELI HIBAH
KODE NO.
128
Lampiran 12
BUKU NOTULEN RAPAT/PERTEMUAN NO
TANGGAL
NAMA KEGIATAN (RAPAT/PERTEMUAN)
NAMA PEMBICARA/ PEMBERI PENDAPAT
JABATAN/ JABATAN DALAM KELOMPOK
POKOK-POKOK MATERI/ USULAN/ PENDAPAT YANG DISAMPAIKAN
KESIMPULAN/ REKOMENDASI/ RENCANA TINDAK LANJUT
129
Lampiran 13
BUKU KEHADIRAN PESERTA RAPAT/PERTEMUAN/KEGIATAN NO
TANGGAL
NAMA KEGIATAN
NAMA
PESERTA RAPAT/PERTEMUAN/KEGIATAN JABATAN ALAMAT/ NO.HP
TANDA TANGAN
130
Lampiran 14
BUKU AGENDA SURAT NO
NOMOR SURAT
TANGGAL SURAT
PENGIRIM/ TUJUAN SURAT
TANGGAL SURAT MASUK/KELUAR
PERIHAL SURAT MASUK
SURAT KELUAR
DISPOSISI/ TINDAK LANJUT/ KETERANGAN
131
Lampiran 15
BUKU TAMU KELOMPOK NO
NAMA DAN NO.HP
JABATAN/ INSTANSI
TANGGAL DATANG PERGI
TUJUAN/ KEPERLUAN
KESAN
PESAN
TANDA TANGAN
132
Lampiran 16
BUKU RENCANA KEGIATAN KELOMPOK NO
URAIAN
VOLUME/FREKUENSI
WAKTU PELAKSANAAN
TEMPAT PELAKSANAAN
KETERANGAN
133
Lampiran 17
BUKU POLA TEBAR/PRODUKSI KELOMPOK TAHUN: .................. NO
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
PENEBARAN BULAN JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
PERKIRAAN PRODUKSI AGU
SEP
OKT
NOP
DES
TANGGAL
BANYAKNYA
134
Lampiran 18
BUKU TABUNGAN/IURAN ANGGOTA KELOMPOK BULAN: .................. NO
NAMA ANGGOTA KELOMPOK
TANGGAL
TABUNGAN BANYAKNYA (Rp.)
IURAN BULANAN TANGGAL BANYAKNYA (Rp.)
IURAN ……………………. TANGGAL BANYAKNYA (Rp.)
135
Lampiran 19
BUKU PINJAMAN ANGGOTA KELOMPOK TAHUN: ..................
NO.
HARI/ TANGGAL
NAMA
BESAR PINJAMAN (Rp.)
JANGKA WAKTU (BULAN)
PEMBAYARAN (Rp.) JAN
FEB MRT APR MEI JUN
JUL
AGT SEP
OKT NOV DES
136
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Fahrur Razi, SST dilahirkan di Pematang Panjang (Banjarmasin) 26 Januari 1982, lulus dari Sekolah Pertanian Pembangunan Banjarbaru pada Jurusan Budidaya Ikan Air Tawar tahun 1999 dan menamatkan pendidikan Diploma IV Penyuluhan Perikanan di STPP Bogor tahun 2004. Memulai karier sebagai Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak dengan penempatan pada Dinas Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana tahun 2004 s/d 2007, sejak Januari 2008 mengemban amanah sebagai PNS dalam Jabatan Fungsional Penyuluh Perikanan pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan SDM KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pada Tahun 2010 s/d 2011 diberikan tugas tambahan sebagai Liasson Officer Penyuluh Perikanan pada Provinsi Kalimantan Selatan, Jambi dan Maluku. Sejak tahun 2012 sampai dengan sekarang menjadi Liasson Officer Penyuluh Perikanan pada wilayah regional V (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara). Selain melaksanakan tugas sebagai Penyuluh Perikanan Pusat, sejak bulan Mei 2013 secara rutin juga melaksanakan penyuluhan perikanan di Kota Bogor.
137
138
KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penelitian/pengkajian tentang Pengembangan Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Produk Hasil Perikanan dalam rangka Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan di Wilayah Regional V (Kalimantan) dengan Studi Kasus di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Industrialisasi perikanan yang saat ini menjadi fokus Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan sebuah kebijakan strategis yang diharapkan akan mampu mendorong jalannya siklus usaha perikanan secara berkelanjutan dan menjadi penggerak bagi pilar pertumbuhan ekonomi nasional yaitu Pro-poor, Pro-job, Pro-growth, dan pro-eviroment. Berdasarkan pemikiran di atas, diperlukan karakteristik penyuluhan perikanan masa depan, yang di dalamnya memuat pergeseran paradigma seperti: pendekatan top down menjadi bottom up; peran mengajar dan membina menjadi konsultan pemandu, fasilitator dan mediator; serta perubahan kedudukan pelaku utama dari penerima pesan dan pengguna teknologi menjadi mitra aktif dalam kegiatan penyuluhan, pengembangan jaringan desiminasi teknologi dan usahanya. Untuk menjawab permasalahan penyuluhan perikanan tersebut di atas diperlukan Penyuluh Perikanan yang profesional serta kompeten dibidangnya yang mampu memberikan pelayanan prima, salah satunya melalui model unit percontohan penyuluhan perikanan di tingkat lapangan berbasis teknologi terekomendasi sebagai kegiatan kewirausahaan bagi kelompok penyuluh perikanan sekaligus media penyuluhan yang efektif bagi pelaku utama/usaha perikanan. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan, khususnya para pengambil kebijakan pengelolaan usaha perikanan, pemberdayaan masyarakat dan Penyuluh Perikanan dalam upaya peningkatan profesionalisme dan efektifitas proses pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan perikanan. Jakarta, 29 September 2014 Penyusun,
Fahrur Razi, SST
i 139
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR................................................................................................................. DAFTAR ISI.............................................................................................................................
i ii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1.3. Tujuan ........................................................................................................................ 1.4. Sumber Data Penelitian ...............................................................................................
1 1 2 3 3
BAB II. METODOLOGI ............................................................................................................ 2.1. Waktu dan Tempat ....................................................................................................... 2.2. Organisasi Pelaksana..................................................................................................... 2.3. Peran dan Fungsi........................................................................................................... 2.4. Materi Percontohan...................................................................................................... 2.5. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat ......................................................... 2.5.1. Pembinaan dan Penguatan Kapasitas Penyuluh Perikanan ................................... 2.5.2. Desiminasi Teknologi............................................................................................... 2.6. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ..................................................................................... 2.6.1. Survey Awal/Observasi Lapangan ........................................................................... 2.6.2. Penyusunan Metode/Desain/Rencana Kerja .......................................................... 2.6.3. Focus Group Discussion........................................................................................... 2.6.4. Desiminasi Teknologi...............................................................................................
4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 8 9
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 3.1. Pengorganisasian Pengembangan Usaha Perikanan ................................................... 3.2. Teknis Penanganan Ikan dan Pengolahan Produk Perikanan....................................... 3.2.1. SOP Pengolahan Kaki Naga ...................................................................................... 3.2.2. SOP Pengolahan Bandeng Presto ............................................................................ 3.2.3. SOP Pengolahan Brownis Ikan ................................................................................. 3.2.4. SOP Pengolahan Kerupuk Ikan................................................................................. 3.2.5. SOP Pengolahan Abon Ikan...................................................................................... 3.2.6. SOP Pengolahan Nugget Ikan................................................................................... 3.3. Pengemasan Produk Olahan Hasil Perikanan .............................................................. 3.3.1. Setting Kemasan ...................................................................................................... 3.3.2. Penimbangan Produk............................................................................................... 3.3.3. Penambahan Label P-IRT ......................................................................................... 3.4. Pengelolaan Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan................................ 3.4.1. Menajerial Kelembagaan ......................................................................................... 3.4.2. Penyusunan Aturan Keuangan................................................................................. 3.4.3. Perencanaan dan Pengembangan Usaha ................................................................ 3.4.4. Membangun Kemitraan Strategis dan Jaringan Pemasaran....................................
11 11 12 13 14 16 17 19 20 22 23 37 37 38 39 48 63 75
140 ii
3.5. Fasilitasi Percontohan/Demonstrasi Sebagai Media Penyuluhan Perikanan ............... 3.5.1. Focus Group Discussion............................................................................................ 3.5.2. Demonstrasi Cara/Demonstrasi Hasil Pengolahan Hasil Perikanan ........................ 3.5.3. Temu Lapang............................................................................................................ 3.5.4. Penyebaran Informasi Melalui Media Penyuluhan Perikanan ................................ 3.6. Laporan Pengelolaan Keuangan ................................................................................... 3.6.1. Penggunaan Anggaran ............................................................................................. 3.6.2. Analisa Usaha........................................................................................................... 3.7. Keberlanjutan Percontohan..........................................................................................
84 84 92 93 94 97 97 100 101
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................ 4.1. Kesimpulan ................................................................................................................... 4.2. Saran ............................................................................................................................
102 102 103
LAMPIRAN-LAMPIRAN
141
RINGKASAN EKSEKUTIF Dalam rangka mendukung Kebijakan Nasional yang meliputi Pro Poor, Pro Job, Pro Growth, and Pro-Sustainability, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mempunyai Visi “Pembangunan Kelautan dan Perikanan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat” dan Misi (1) Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan; (2) Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kelautan dan perikanan; dan (3) Memelihara daya dukung dan kualitas lingkungan sumberdaya kelautan dan perikanan. Implementasi dari upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut dilakukan melalui: (1) Pengembangan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan; (2) Kewirausahaan; (3) Jaringan; (4) Teknologi dan Informasi; (5) Pemberdayaan; (6) Pengembangan industrialisasi, dan (7) Penguatan Kelembagaan Kelompok Masyarakat. Upaya peningkatan kualitas SDM pelaku utama/pelaku usaha kelautan dan perikanan, berupa perubahan perilaku baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan, tidak dapat dilakukan dalam waktu sesaat, akan tetapi merupakan pendidikan sepanjang hidup (long life education). Penyuluhan perikanan sebagai salah satu pendidikan non formal memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas SDM pelaku utama/pelaku usaha kelautan dan perikanan baik berfungsi sebagai mediator, motivator maupun fasilitator. Para penyuluh perikanan tersebut perlu memiliki kapasitas dan kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan fungsi tersebut. Untuk itu, diperlukan fasilitas yang mampu meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan menjalankan bisnis perikanan sesuai dengan potensi di wilayahnya kerjanya, dan sesuai dengan kelayakan baik dari aspek teknis maupun ekonomis. Keberhasilan penyuluh dalam melaksanakan tugas tersebut disamping untuk menambah pendapatan, juga diharapkan dapat dicontoh oleh pelaku utama dan pelaku usaha diwilayah kerjanya dalam peningkatan pendapatannya, pada era bisnis perikanan yang semakin kompetitif. Berdasarkan pemikiran di atas, diperlukan karakteristik penyuluhan perikanan masa depan, yang di dalamnya memuat pergeseran paradigma seperti: pendekatan top down menjadi bottom up; peran mengajar dan membina menjadi konsultan pemandu, fasilitator dan mediator; serta perubahan kedudukan pelaku utama dari penerima pesan dan pengguna teknologi menjadi mitra aktif dalam kegiatan penyuluhan, pengembangan jaringan desiminasi teknologi dan usahanya. Untuk menjawab permasalahan penyuluhan perikanan tersebut di atas diperlukan Penyuluh Perikanan yang profesional serta kompeten dibidangnya yang mampu memberikan pelayanan prima, salah satunya melalui model unit percontohan penyuluhan perikanan di tingkat lapangan berbasis teknologi terekomendasi sebagai kegiatan kewirausahaan bagi kelompok penyuluh perikanan. Berkenaan dengan hal tersebut, sangat perlu dilakukan penelitian/pengkajian tentang Pengembangan Pengolahan, Pengemasan dan Pemasaran Produk Hasil Perikanan dalam rangka Pengembangan Teknologi Percontohan/Pengembangan Kewirausahaan Penyuluh Perikanan di Wilayah Regional V (Kalimantan) dengan Studi Kasus di Kabupaten Kapuas.
iii
142