HUBUNGAN ANTARA SPORT CONFIDENCE DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA ATLET ATLETIK PASI Herlinda Kartika Aryani Universitas Bina Nusantara,
[email protected] Herlinda Kartika Aryani, Johannes A.A Rumeser
ABSTRAK Penelitian ini menjelaskan Sport confidence menurut Vealey (1986) yang mengukur tiga dimensi sport confidence yaitu Physcial skills and training, cognitive efficiency, dan resilience. Serta motivasi berprestasi menurut McClelland (1976) yang mengukur lima dimensi yaitu pemilihan tugas yang menantang, bertanggung jawab, tekun, feedback / melakukan evaluasi dan inovatif – kreatif. Sehingga dengan melihat tingkat sport confidence dan tingkat motivasi berprestasi, peneliti akan melihat hubungan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi pada atlet atletik Persatuan Atlet Seluruh Indonesia (PASI). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan convenience sampling. Analisis dilakukan dengan menghitung tingkat sport confidence dan motivasi berprestasi serta mencari hubungan antara kedua variabel. Kedua variabel memiliki hubungan yang signifikan dengan skor korelasi spearman sebesar 0,599. Disimpulkan, terdapat hubungan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi sehingga apabila sport confidence meningkat maka motivasi akan meningkat. (HKA) Kata Kunci : Sport confidence, Motivasi Berprestasi, Atlet
Abstract This research explain sport confidence according to vealey ( 1986 ) that measures three-dimensional sport confidence namely physcial skills and training, cognitive efficiency, and resilience.And motivation achievement according to mcclelland ( 1976 ) that measures five dimensions namely pemilihan task challenge responsible, ardently; feedback systems / evaluating and innovative creative. So consequently see tier sport confidence and rate motivation performance, researchers will see the relationship between sport confidence with motivation achievement on athletics athlete persatuan athletes the indonesian (PASI). Method research used is method quantitative with convenience sampling.Analysis done with frequency of sport confidence and motivation achievement and to match between the two variable.The second variables having a significant relation with the score correlation spearman of 0,599.Deduced, there are relations between sport confidence with motivation achievement that if sport confidence goes up and motivation will increase.(HKA) Keywords: Sport confidence, Need of Achievement, Motivation an athlete
PENDAHULUAN
Latar Belakang Olahraga merupakan salah satu kegiatan jasmani yang dilakukan dengan tujuan untuk memelihara kesehatan dan kebugaran tubuh. Dalam perkembangan kegiatan ini dapat dilakukan sebagai sutu kegiatan yang menghibur, menyenangkan, dan dilakukan dengan tujuan sebagai upaya meningkatkan prestasi. Untuk mencapai prestasi memerlukan proses latihan yang cukup lama dan dilakukan sejak dini baik teknik, taktik, mental maupun fisik. Pada saat ini olahraga sudah menjadi tolak ukur suatu bangsa. Kemajuan dalam bidang olahraga juga menjadi tolak ukur kemajuan dan keberdayaan suatu bangsa dalam bidang lainnya. Biasanya Negara atau bangsa berusaha untuk mengoptimalkan kemampuan olahraga melalui event seperti Sea
Games, Olympiade dan Asian games. Prestasi yang diraih oleh para atlet pada event tersebut dapat memberikan rasa bangga bangsa mereka dan memberikan rasa bangga bagi pribadi atlet itu sendiri. Dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi atlet merupakan suatu kumpulan hasil yang telah dicapai oleh atlet dalam melaksanakan tugas yang diberikan atau dibebankan (Adisasmito, 2007). Untuk mencapai prestasi dalam olahraga dibutuhkan wadah atau suatu organisasi keolahragaan seperti klubklub olahraga atau sekolah-sekolah olahraga. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam GBHN(1993), bahwa dalam upaya peningkatan prestasi olahraga perlu terus dilaksanakan pembinaan olahragawan sendiri melalui pencarian dan pemantauan bakat, pembibitan, pendidikan, dan pelatihan olahraga prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi secara efektif dan efisien. Hal ini perlu dilakukan karena untuk mencapai prestasi puncak memerlukan suatu proses latihan yang teratur, terarah dan berkesinambungan. Dalam pencapaian prestasi tidak terlepas dari hal-hal yang mempengaruhinya, oleh sebab itu setiap atlet harus mampu memanfaatkan potensinya secara optimal. Penampilan (performance) seorang atlet dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis, baik pengaruh positif dalam arti penampilan menjadi baik maupun negatif dalam arti penampilan menjadi buruk. Faktor psikologis yang seringkali disebut sebagai faktor psikis atau faktor mental. Dalam pengaruh faktor psikis dapat dibedakan berdasarkan sifatnya dalam dua hal (Singgih, 2008) yaitu bersifat langsung dan tidak langsung. Faktor psikis yang bersifat langsung salah satunya adalah dikarenakan oleh adanya ketegangan emosi yang berlebihan sehingga mempengaruhi seluruh penampilan atlet, dan faktor psikis yang tidak langsung adalah berkaitan dengan penampilan atlet atau yang disebut dengan faktor non-teknis.Tidak hanya faktor psikis saja yang dapat mempengaruhi performance pada atlet melainkan terdapat faktor non-teknis. Lingkungan tempat atlet pada saat bertanding seperti kondisi lapangan ataupun penonton juga dapat mempengaruhi kondisi psikis atlet, baik secara negatif maupun secara positif (Gunarsa, 2008). Penelitian ini difokuskan kepada faktor psikologis. Hal ini dikarenakan faktor psikologis sedemikian penting dalam dunia olahraga. Dalam peminatan olahraga terdapat perbedaan terutama pada cabang olahraga atletik. Tidak banyak anak muda yang tertarik untuk menekuni cabang olahraga ini. Hal ini disebabkan karena mereka beranggapan bahwa dalam cabang olahraga ini memiliki keminiman dalam hadiah dan tidak banyak media atau sponsor yang mendukung. Berbeda dengan cabang olahraga lain yang terhitung populer seperti sepak bola, bulu tangkis dan basket (www.anneahira.com). Pada pertandingan Sea Games ke dua puluh tujuh yang di selenggarakan di Myanmar pada tahun 2013, Thailand menjadi juara umum dengan meraih seratus tujuh (107) mendali emas, Sembilan puluh empat (94) mendali perak dan delapan puluh satu (81) perunggu. Sementara Indonesia yang tampil sebagai peraih mendali emas terbanyak pada sea games sebelumnya yaitu pada tahun 2011 di Jakarta dan di Palembang, kini harus puas berada di posisi keempat dengan meraih enam puluh lima (65) mendali emas, delapan puluh empat (84) perak dan seratus sebelas (111) perunggu (www.republika.co.id, 13 April 2014). Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Paulus selaku Ketua Bidang Pembinaan Pengurus Besar PASI yang dilakukan oleh peneliti, mendapatkan hasil bahwa terdapat beberapa kendala yang sering terjadi pada saat proses pelatihan, dan pada saat ingin bertanding. Kendala ini berkaitan dengan bahwa para atletik kurang memiliki keinginan untuk maju dan lebih berkembang dari sebelumnya. Beberapa atlet senior menyatakan bahwa atlet Indonesia kurang memiliki keyakinan akan kemampuan, kurang memiliki motivasi yang kuat untuk menjadi juara, merasa takut kalah, tegang dan takut tidak dapat bermain dengan bagus serta atlet Indonesia cenderung kurang memiliki motivasi untuk menjadi juara sehingga dalam latihan terlihat kurang bersemangat dan kurang disiplin (Adisasmito,2007). Pada dasarnya tujuan pembinaan olahraga di Indonesia adalah untuk meningkatkan prestasi atlet. Untuk mencapai prestasi olahraga yang optimal membutuhkan beberapa latihan, usaha yang maksimal dan kedisiplinan yang tinggi. Didalam Undang-undang Republik Indonesia No.3 tahun 2005, berkaitan dengan Keolahragaan Nasional yang dikenal sebagai Undang-undang olahraga, secara eksplisit menjelaskan bahwa “Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan pendidikan olahraga” (Dimyati, 2006). Dalam meningkatkan pembinaan olahraga prestasi yang tinggi merupakan salah satu masalah yang rumit serta kompleks. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi (Nossek 1982. hal.86). Dalam pembinaan olahraga tidak hanya cukup mengandalkan dana, pengorganisasian, manajemen dan kerja keras tetapi tidak kalah pentingnya peran serta pendekatan ilmiah sebagai disiplin ilmu. Ilmu-ilmu ini dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan prestasi olahragawan
(Setyobroto, 1993). Harsono (dalam Singgih, dkk, 1996) menyatakan bahwa dari berbagai ilmu yang mendukung praktek kepelatihan olahragawan, psikologi olahraga yang menyangkut proses-proses mental emosional yang dimiliki oleh atlet menjadi kontribusi penting dan semakin menentukan dalam pembinaan serta peningkatan prestasi atlet. Faktor psikologis memiliki peranan yang penting pada pencapaian prestasi yang tinggi, 80% faktor kemenangan atlet professional ditentukan oleh faktor psikologis (Adisasmito, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti lebih berfokus kepada faktor psikologis yaitu kepercayaan diri dan motivasi berprestasi. Adapun dua teori yang digunakan yaitu, teori sport confidence Vealey dan teori motivasi David McClelland. Menurut Vealey (1986), mendefinisikan sport confidence sebagai keyakinan individu mengenai kemampuan untuk berhasil dalam olahraga. Berdasarkan model sport confidence yang dikembangkan oleh Vealey dan Knight (dalam Horn, 2008), dapat diidentifikasikan menjadi tiga dimensi yaitu physical skills and training, cognitive efficiency, dan resilience. Teori kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori motivasi David McClelland. Menurut McClelland melalui teorinya yaitu motif sosial (dalam Walgito, 2010) mengemukakan bahwa motif sosial merupakan yang kompleks dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan manusia. Menurut McClelland (1961), seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi jika ia memiliki keinginan untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Menurut McClelland (1961), kebutuhan motivasi dibagi menjadi tiga yaitu need of achievement (N-ach), need of power (N-pow), dan need of affiliation (N-aff). Dalam penelitian ini peneliti tertarik akan motivasi berprestasi dalam need of achievement. Hal ini dikarenakan salah satu peranan psikologis yang menunjang suatu prestasi para atlet adalah motivasi berprestasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas cabang olahraga atletik. Hal ini dikarenakan, kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah di Indonesia. Dapat terlihat bahwa kurang peminatan anak muda terhadap cabang olahraga ini, minimnya hadiah dan lain-lain. Atletik merupakan cabang olahraga tertua yang dilakukan oleh manusia sejak zaman purba hingga saat ini. Dikatakan demikian karena sejak manusia berada di muka bumi ini gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga ini seperti berjalan, berlari, melompat dan melempar sering dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari (Gilang, dkk, 2007). Berdasarkan beberapa pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kurangnya kepercayaan diri terhadap kemampuan serta motivasi berprestasi menjadi penyebab utama penurunan prestasi pada atlet Indonesia. Banyak orang yang beranggapan bahwa dengan membangkitkan semangat juang saja sudah cukup untuk memunculkan motivasi berprestasi (Satiadarma, 2001). Sumber motivasi dan tingkatan motivasi pada atlet dapat mempengaruhi daya juang mereka, jika motivasi yang dimiliki oleh atlet rendah maka daya juangnya juga akan rendah (Susilowati, 2008). Kedua pembahasan ini sangat penting untuk para atlet atletik. Dengan mengetahui sumber-sumber kepercayaan diri dan motivasi berprestasi maka pihak-pihak yang terkait (pelatih, Pembina atlet dan lain-lain) dapat mengetahui bagaimana dan apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri (sport confidence) serta motivasi pada atlet.
Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil suatu perumusan permasalahan yaitu penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi terhadap atlet atletik PASI.
Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Mengetahui apakah ada hubungan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi terhadap Atlet Atletik PASI METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Hipotesis
Definisi Operasional variable ini bertujuan untuk menjelaskan tentang variable operasional yang ada pada penelitian ini agar variabel dapat diukur dan diamati. Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu: Variabel penelitian dan definisi operasional Sport Confidence Sport confidence adalah keyakinan individu mengenai kemampuan untuk berhasil dalam olahraga. Hal ini terkait dengan kemampuan mental yang penting dalam kesuksesan pada performance atlet (Vealey,1986). Motivasi Berprestasi (need of achievement) Menurut McClelland (1976), motivasi di bagi menjadi tiga kelompok yaitu, need of achievement, need of power dan need of affiliation. Need of achievement merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standart, dan individu akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Individu perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasi tersebut (McClelland, 1976). Hipotesis H0: Tidak ada hubungan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi pada atlet atletik PASI H1: Terdapat hubungan antara sport confidence dengan Motivasi Berprestasi pada atlet atletik PASI
Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Karakteristik subjek penelitian Subjek dari penelitian ini merupakan sebuah populasi. Populasi menurut Sugiyono (2011) merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Populasi yang akan diambil adalah para atlet atletik yang berada pada Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI).Secara singkat populasi dapat diartikan sebagai jumlah keseluruhan semua anggota yang diteliti, sedangkan sempel merupakan bagian yang diambil dari populasi. Sampel menurut Sugiyono (2011) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di ambil dari populasi itu. Hasil yang dipelajari sempel itu menurut Sugiyono (2011) kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk beberapa populasi dan sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Untuk Atletik yang menjadi sampel penelitian ini diambil dari beberapa karakteristik. Karakteristiknya adalah sebagai berikut: a. Merupakan atlet pada Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) b. Pernah mengikuti pertandingan Teknik sampling Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,2011). Kemudian, teknik sampling pada penelitian ini adalah convenience sampling, melalui metode ini peneliti menarik anggota populasi atas dasar kemudahan saja dengan kata lain peneliti mencari atlet yang mudah dijumpai sehingga tidak perlu berpindah tempat untuk mencari atlet yang terpencar (Istijanto, 2010). Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), dalam penelitian kuantitatif masalah yang dibahas dalam penelitian ini harus sudah valid kemudian setelah sudah diketahui bahwa masalah tersebut valid masalah tersebut di identifikasi dan di beri batasan dengan rumusan masalah. Dari rumusan masalah tersebut dapat dikaitkan kedalam teori untuk memperjelas masalah dan jawabannya. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian korelasional. Penelitian korelasional merupakan bagian dari penelitian non eksperimental. Penelitian ini di desain untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel (Bordens & Abbott, 2008). Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel 1 yaitu sport confidence dengan variabel 2 yaitu motivasi berprestasi altet PASI. Penelitian menggunakan data Try Out terpakai yaitu data pertama yang disebarkan kepada responden langsung digunakan dan dianalisis oleh penelitian (Kusendi, 2013). Sehingga data yang digunakan dalam pilot tes, digunakan juga keseluruhannya sebagai data sampel penelitian karena hasil uji validitas dan reabilitas yang baik. Serta minimnya sample yang didapat dalam penelitian ini karena responden yang terbatas. Alat Ukur Penelitian Alat Ukur Dalam penelitian kuantitatif ini, pengumpulan data penelitian diambil melalui kuesioner. Kuesioner dilakukan dengan cara membagikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab dan pernyataan-penyataan tersebut akan mengukur tinggi rendahnya masing-masing variabel. Kuesioner di ambil berdasar dari dua sumber, dengan total 35 item yaitu kuesioner Sport Confidence dengan mengadaptasi alat tes dari state sport-confidence (SSCI) dan kuesioner Motivasi Berprestasi dengan menggunakan teori motivasi McClelland.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden Responden pada penelitian ini adalah atlet atletik Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) yang berada di Stadion Madya senayan. Berikut ini merupakan gambaran usia atlet: Tabel 1. Tabel Gambaran Umum Usia Atlet Usia Jumlah 14- 16 tahun 22 17-19 tahun 28 20-23 tahun 4 Total 54 Untuk atlet yang berusia 14 sampai 16 terdapat 22 responden, atlet yang berusia 17 sampai 19 tahun terdapat 28 responden dan altlet yang berusia 20 sampai 23 terdapat 4 responden.
Uji Hipotesa Uji normalitas Uji normalitas data adalah uji untuk mengukur apakah data memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametik (statistic inferensial) dan merupakan hal yang pokok dalam analisis korelasi, analisis varian dan lainnya. Menurut Priyatno (2002) uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak, biasanya uji ini akan dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov yang menjelaskan bahwa apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal sedangkan bila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data berdistribusi normal. Berikut merupakan tabel uji normalitas data dengan uji one sample Kolmogrov-Smirnov: Tabel 2. Uji Normalitas Data dengan Uji One Sample Kolmogorov- Smirnov
Kolmogorov-Smirnova Sport Confidence
Statistic ,165
df 54
Sig. ,001
Motivasi Berprestasi
,171
54
,000
Sumber: Pengolahan Data SPSS 2.0 Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa data berdistribusi tidak normal dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05. Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) Sport Confidence adalah 0,001 dan nilai Asymp. Sig. (2tailed) Motivasi Berprestasi adalah 0,001 kedua nilai tersebut < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.
Analisa skor sport confidence dan motivasi berprestasi Berikut merupakan tabel analisa deskriptif sport confidence dan motivasi berprestasi: Tabel 3. Analisa Deskriptif Sport Confidence dan Motivasi Berprestasi SportConfidence 54 0 109,17 8,049 38 79 117 79,00
MotivasiBerprestasi 54 0 80,02 4,885 24 63 87 63,00
103,50
77,00
50
110,00
80,50
75
116,25
84,00
N Mean Std. Deviation Range Minimum Maximum Percen 1 tiles 25
100
117,00 Sumber: Pengolahan Data SPSS 2.0
87,00
Berdasarkan table 3 diketahui bahwa nilai Minimum sport confidence adalah 79 dan nilai Minimum motivasi berprestasi adalah 63. Skor Maximum sport confidence adalah 117 dan skor Maximum motivasi berprestasi adalah 87. Pemberian skor pada setiap item kuesioner adalah 1 sampai 9 untuk sport confidence dan 1 sampai 4 untuk item kuesioner motivasi berprestasi. Guna mengetahui tinggi atau rendahnya sport confidence dan motivasi berprestasi maka dibuat tiga kategori yang mengacu pada hasil Percentiles. Berikut adalah tabel kategori tingkat sport confidence dan motivasi berprestasi: Tabel 4.Tabel Kategori Sport Confidence dan Motivasi Berprestasi Sport Confidence Motivasi Berprestasi Skor Kategori Skor Kategori 79-102 Rendah 63-76 Rendah 103-109 Sedang 77-79 Sedang 110-117 Tinggi 80-87 Tinggi Sumber: Pengolahan Data SPSS 2.0 Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, maka peneliti mengklasifikasikan jumlah skor dari masing-masing responden sesuai dengan kategori yang ada. Hasilnya untuk variabel sport confidence adalah: kategori Rendah didapati sebanyak 13(24,2%), kategori Sedang berjumlah 10 (18,6%), dan kategori Tinggi
berjumlah 31 (57,5%). Hasil untuk variabel motivasi berprestasi adalah: kategori Rendah didapati sebanyak 9 (16,8%), kategori Sedang berjumlah 9 (16,8%), dan kategori Tinggi berjumlah 19 (66,8%). Dapat disimpulkan bahwa skor yang paling banyak adalah kategori Tinggi pada sport confidence dan paling banyak kategori Tinggi pada motivasi berprestasi. Berikut penjelasnnya dalam bentuh table dan diagram: Tabel 5. Tabel Frekuensi dan Presentase Sesuai Kategori Sport Confidence Motivasi Berprestasi Kategori Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Rendah 13 24,2% 9 16,8% Sedang 10 18,6% 9 16,8% Tinggi 31 57,7% 36 66,8% Total 54 100% 54 100% Sumber: Pengolahan Data SPSS 2.0
Uji korelasi antara variabel sport confidence dan motivasi berprestasi Setelah menguji normalitas distribusi data didapati hasil bahwa data tidak berdistribusi secara normal, maka selanjutnya dilakukan pengujian guna melihat korelasi antara variabel Sport Confidence dengan Motivasi Berprestasi. Untuk pengujian tersebut, digunakan korelasi Spearman untuk pengolahan datanya. Perhitungan korelasi antara Sport Confidence dengan Motivasi Berprestasi menunjukan nilai sebesar 0,599. Perhatikan Tabel 6. Tabel 6. Tabel Korelasi Sport Confidence dengan Motivasi Berprestasi
SportConfidence
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Motivasi Berprestasi ,599** ,000 54
Sumber: Pengolahan Data SPSS 2.0 Nilai korelasi sebesar 0,599 mengindikasikan adanya hubungan yang signifikan antara Sport Confidence dengan Motivasi Berprestasi. Berarti apabila Sport Confidence meningkat maka secara bersamaan Motivasi Berprestasi meningkat. Hasil uji tersebut menunjukan bahwa sport confidence yang dilihat dari tiga dimensi yaitu physical skills and training, cognitive efficiency dan resilienc diikuti dengan motivasi berprestasi juga dalam hal pemilihan tugas yang menantang, bertanggung jawab, tekun, feedback/ melakukan evaluasi dan inovatif- kreatif. Pada bab 3 dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 : Terdapat hubungan antara sport confidence dengan Motivasi Berprestasi pada atlet atletik PASI Berdasarkan Tabel 4.4 didapati skor Sig. (2-tailed) adalah 0,00 . Sehingga dapat dijelaskan bahwa: Apabila Sig > 0,05 maka H0 diterima, Apabila Sig < 0,05 maka H0 ditolak. Nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,00 yang berarti < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi pada altel PASI. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi sport confidence maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi.
Uji Analisis Antar Dimensi Dalam pengujian korelasi antar variabel, telah didapatkan hasil bahwa kedua variabel berkorelasi. Selanjutnya peneliti akan melihat korelasi antar masing-masing dimensi dari kedua variabel tersebut guna melihat dimensi mana yang dominan. Variabel Sport Confidence memiliki tiga dimensi yaitu physical skills and training, cognitive efficiency dan resilienc. Kemudian untuk varibel Motivasi Berprestasi terdapat lima dimensi yaitu pilihan tugas yang menantang, bertanggung jawab,tekun, feedback atau melakukan evaluasi dan inovatif kreatif.
Pengujian selanjutnya memfokuskan pada korelasi antara masing-masing dimensi dimana aka nada 15 analisis oleh data dan akan melihat korelasi dimensi mana yang skornya lebih besar dan yang paling rendah. Dari hasil tersebut diharapkan dapat menjadi saran bagi perusahaan guna semakin meningkatkan sport confidence dan motivasi berprestasi.
Hasil Analisis Sesuai dengan pertanyaan penelitian, maka peneliti melakukan perhitungan pada data yang diambil melalui kuesioner. Perhitungan tersebut yaitu guna mencari tahu tingkat sport confidence dan motivasi berprestasi pada atlet atletik PASI, dan adakah hubungan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi pada atlet atletik PASI. Perhitungan menggunakan IBM SPSS Statistic Data Editor (version 20) dan telah menghasilkan jawaban atas pertanyaan penelitian. Tabel 7. Tabel Skor Korelasi Sport Confidence dan Motivasi Berprestasi Motivasi Berprestasi Sport Confidence
,599** Sumber: Pengolahan Data SPSS 2.0
Hasil uji korelasi Spearman menjelaskan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara Sport Confidence dan Motivasi Berprestasi dilihat dari skor korelasi 0,599, pada Signifikansi 0,05. Dari skor tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, benar ada hubungan yang signifikan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi pada atlet atletik PASI. Tingkat kedua variabel juga menunjukan masing-masing variabel berada pada kategori yang hampir sama. Berikut gambar grafik persentase kedua variabel menurut kategorinya:
Gambar 1. Gambar Grafik Presentase Kategori Kedua Variabel Berdasarkan hal tersebut maka sport confidence yang dimiliki altet PASI memiliki tingkatan yang tinggi menurut teori sport confidence (1986) yang dilihat melalui tiga dimensi. Latihan dan keterampilan fisik yaitu keyakinan atau kepercayaan atlet bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk menjalankan keterampilan fisik yang dibutuhkan guna menunjukan penampilan yang sukses. Efisiensi kognitif yaitu keyakinan atau kepercayaan atlet bahwa dirinya mampu memfokuskan diri, mampu memelihara konsentrasi dan membuat keputusan guna menunjukan penampilan yang sukses. Keuletan yaitu keyakinan atau kepercayaan atlet bahwa dirinya mampu memfokuskan diri kembali setelah penampilannya, mampu segera bangkit setelah penampilan yang buruk, mampu mengatasi keraguan masalah dan penurunan guna menunjukan penampilan yang sukses. Sport confidence juga diikuti dengan motivasi berprestasi pada altet atletik PASI yang mengacu pada teori McClelland (1987) yang menilai motivasi berprestasi need of achievement melalui lima dimensi yaitu pemilihan tugas yang menantang, bertanggung jawab, tekun, feedback atau melakukan evaluasi dan inovatif-kreatif. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, dimana terdapat delapan dimensi yang terdiri dari tiga dimensi dalam sport confidence dan lima dimensi dari motivasi berprestasi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menguji masing-masing korelasi antara dimensi dari variabel yang berbeda guna mencari tahu korelasi dimensi mana yang paling dominan dalam kedua variabel tersebut.
Tabel 4.26 Tabel Skor Korelasi Seluruh Dimensi Sport Confidence dan Motivasi Berprestasi Pemilihan Feedback/ Bertanggung Inovatif Tugas yang Tekun Melakukan Jawab Kreatif Menantang Evaluasi Physical Skills & -,047* ,440* ,349* ,354* ,244* Training Cognitive ,313* ,611* ,614* ,322* ,404* Efficiency ,242* ,559* ,632* ,373* ,397* Resilience *Significant at the 0,05 level
Gambar 2. Gambar Grafik Skor Korelasi Seluruh Dimensi Sport Confidence dan Dimensi Motivasi Berprestasi Pengujian korelasi Sport Confidence antara masing-masing dimensi dari variabel yang berbeda didapati hasil bahwa dimensi Resilience dengan dimensi Tekun merupakan korelasi yang tertinggi karena menghasilkan skor 0,632.Tentunya dari hal tersebut, maka bisa dipastikan bila atlet memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu memfokuskan diri, mampu memelihara konsentrasi dan membuat keputusan guna menunjukan penampilan yang sukses maka atlet tidak akan mudah menyerah ketika mengalami kegagalan dan cenderung untuk terus mencoba untuk menyelesaikan tugas. Pengujian korelasi menunjukan skor terendah antara dimensi Physical Skills and Training dengan dimensi Pemilihan Tugas yang Menantang, dimana skor korelasinya adalah -0,047. Secara keseluruhan, hasil dari pengujian korelasi antara dimensi dari variabel yang berbeda menghasilkan hubungan yang signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bukan hanya Sport Confidnece dan Motivasi Berprestasi saja yang saling berhubungan, tapi masing-masing dimensi di dalamnya juga saling berhubungan. Berdasarkan keseluruhan pengujian pada bab ini maka dapat disimpulkan bahwa apabila sport confidence tinggi maka akan diikuti oleh motivasi berprestasi yang tinggi. Apabila atlet memiliki keyakinan bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan kemampuan fisik dan gerakan yang mereka butuhkan untuk sukses dalam performancenya, atlet dapat atau mampu fokus, mengatur konsentrasi dan membuat keputusan yang sesuai,dan mampu bangkit kembali setelah mengalami performance yang buruk.
KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian Hubungan antara Sport Confidence dengan Motivasi Berprestasi terhadap Atlet Atletik PASI, dapat dijelaskan bahwa atlet PASI memiliki korelasi sport confidence dengan motivasi berprestasi yang signifikan. Berikut penjelasannya: 1. Hasil analisis korelasi bivariate antara variabel sport confidence dengan variabel motivasi berprestasi menunjukan skor Spearman sebesar 0,599 dengan signifikansi pada 0,05. Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima dan dapat dikatakan benar ada hubungan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi. Kedua variabel juga menunjukan bahwa masing-masing variabel berada dalam kategori yang sama yaitu Tinggi. 2. Hasil analisis korelasi antara dimensi physical skills and training dengan dimensi pemilihan tugas yang menantang adalah sebesar -,047. Korelasi dimensi physical skills and training dengan bertanggung jawab adalah 0,440. Korelasi dimensi physical skills and training dengan tekun adalah 0,349. Korelasi dimensi physical skills and training dengan feedback 0,354. Skor korelasi selanjutnya adalah antara dimensi physical skills and training dengan Inovatif –Kreatif adalah 0,244. 3. Hasil korelasi selanjutnya adalah antara dimensi cognitive efficiency dengan lima dimensi motivasi berprestasi. Skor dimensi cognitive efficiency dengan dimensi pemilihan tugas yang menantang adalah 0,131. Skor dimensi cognitive efficiency dengan dimensi bertanggung jawab adalah 0,611. Skor dimensi cognitive efficiency dengan dimensi tekun adalah 0,614. Skor dimensi cognitive efficiency dengan dimensi feedback/ melakukan evaluasi adalah 0,322. Skor korelasi selanjutnya adalah antara dimensi cognitive efficiency dengan dimensi inovatif –kreatif adalah 0,404. 4. Hasil korelasi selanjutnya adalah antara dimensi Resilience dengan lima dimensi motivasi berprestasi. Skor dimensi Resilience dengan dimensi pemilihan tugas yang menantang adalah 0,242. Skor dimensi Resilience dengan dimensi bertanggung jawab adalah 0,559. Skor dimensi Resilience dengan dimensi tekun adalah 0,632. Skor dimensi Resilience dengan dimensi feedback/ melakukan evaluasi adalah 0,373. Skor korelasi selanjutnya adalah antara dimensi Resilience dengan dimensi inovatif –kreatif adalah 0,397. Berdasarkan penjabaran hasil uji korelasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara sport confidence dengan motivasi berprestasi pada atlet atletik PASI. Seiring dengan tingginya sport confidence dan motivasi berprestasi juga tinggi. Selain kedua variabel tersebut, dimensidimensi yang ada dalam variabel juga saling berhubungan. Sehingga apabila atlet memiliki sport confidence yang tinggi maka atlet akan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.
Saran Berdasarkan ini penulis menyarankan untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut terhadap atlet. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa jika sport confidence pada atlet meningkat maka motivasi berprestasi pada atlet atletik juga meningkat, sehingga pihak-pihak terkait perlu untuk memperhatikan aspek-aspek sport confidence yang dimiliki oleh atlet. Disamping faktor sport confidence dan motivasi berprestasi masih terdapat beberapa faktor psikologis lain yang dapat mendukung prestasi atlet misalnya regulasi emosi, goal setting, konsentrasi, peran serta orangtua dan lain-lain. Untuk penelitian selanjutnya yang berminat meneliti dalam bidang olahraga diharapkan untuk mempertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi atle
REFERENSI Adisasmito, L S. (2007). Mental Juara: Modal Atlet Berprestasi. Jakarta: Raja grafindo persada. Atkinson, J. W. (1964). An Introduction to Motivation. New York: D. Van Nostrand Company, Inc. Bandura, A. (2005). The primacy of self efficacy in health promotion. Applied psychology : an international review, 54,245-254. Bordens, K. & Abbott, B. (2008). Research Design and Methods : A Process Approach, Sevent Ed. New York : McGraw – Hill Companies, Inc. Dimyati. (2006). Menggagas Upaya Pengembangan Psikologi Olahraga Dalam Pembangunan Olahraga Prestasi Di Indonesia. Jurnal olahraga Prestasi, 2. (1), 29-45. Feist, Jess and Gregory J. Feist. (2006). Theories of Personality. Boston:McGraw Hill Educatioan. Feltz, D.l., Short, S.E., & Sullivan, P.P., (2008) self-efficacy in sport. USA : Human Kinetics,inc. Frey, Andreas., Hartig, Johannes., Rupp, Andrea A. (2009). Educational Measurement, Issues, and Practice. Gilang, Moh. (2007), Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, Jakarta: Ganeca Excat. Gunarsa, S.D. (2008). Psikologi Olahraga Berprestasi. Jakarta. PT.BPK Gunung Mulia. http://www.republika.co.id/berita/olahraga/arena-olahraga/13/12/22/my7tps-sea-games-2013-dimyanmar-berakhir (13 April 2014) www.anneahira.com (Maret 2013). Horn, T.S (2008). Advance in sport psychology. 3rd edition. Ohio: Human Kinetics, Inc. Irwansyah. (2006). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas. Jakarta : Grafindo Media Pratama. Istijanto. (2010). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002). Departemen Pendidikan Nasional Edisi ke-3. Balai Pustaka, Jakarta: Gramedia. Lenney, E., (1977). Women’s Self Confidence in Achievement Settings. Psychological Bulletin, 84(1), 1-14. Manzo, Luis.G (2001) The caroline sport confidence inventory. Jurnal of applied sport psychology, 260-274. McClelland, D. C. (1987). Human Motivation. New York: Cambridge University Press. Mitchell, T., (1982), People in Organization Understanding Their Behaviour, Prentice Hall of imited, New Delhi. Muhajir. (2007). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Kelas IX. Bandung:Yudhistira. Nossek, J., (1982), General Theory of Trainning. Lagos National Institute for Sport: Pan African Prees Ltd. Nenggala, A.K. (2007). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Untuk Kelas Vii Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Grafindo Media Pratama. Rini, Jacinta F. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. Diunduh 14 April 2014, dari http://www.e-psikologi.com. Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia. Sarwono, J. (2012). Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif menggunakan prosedur SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Satiadarma, M.P. (2000). Dasar-dasar psikologi olahraga. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Satiadarma, M.P. (2001). Paradigma motivasi: Sebuah pertimbangan untuk program pembinaan dan pengembangan motivasi atlet dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga nasional.ARKHE.1, 1-6.
Setyobroto, S. (2005). Psikologi olahraga. Jakarta : Percetakan Universitas Negeri Jakarta. Singgih, G. Monthy, P.s, Myrna, H.R.S. (1996). Psikologi Olahraga: Teori dan Praktis. Jakarta: BPK Gunung Mulya. Simamora. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa. Simamora, R.H (2009). Buku ajar pendidikan dalam keperawatan. Jakarta.EGC. Supriyanti, A., (2012) Prestasi Atlet Renang Daerah Istimewa Yogyakarta (Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi, Kepercayaan Diri, Peran Serta Orangtua, Pelatih dan Teman Atlet). Proceeding Seminar Nasional PPs UNY 12 Mei 2012 di Hotel Quality. Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan kombinasi (mixed methods). Jakarta: Alfabeta. Susilowati, P. (2008). Membangun kesiapan mental pada atlet. Diunduh 14 April 2014, dari http://www.e-psikologi.com. Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional 2005. Jakarta : Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Vealey, R.S. (1986). Conceptualization of sport-confidence and competitive orientation : preliminary investigation and instrument development. Jurnal of sport psychology. 8, 221-246. Vealey, R. (1998). Future direction in psychological skills training. Jurnal of the sport psychologist, 2, 318-336. Vealey, R.S., Hayashi, S. W., Giacobbi, P., & Gerner-Holman,M. (1998). Sources of Sport-Confidence : Conceptualization and Instrument Development. Jurnal of sport and exercise psychology, 20, 54-80. Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi Offset. Winardi. J. (2007). Motivasi dan Pemotivasi. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada. Winardi. J. (2011). Motivasi Pemotivasi dalam Manajemen. Jakarta: Grafindo Persada. Yudhawati, Ratna & Haryanto, Dany. (2011) Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Prestasi Pustakarya. Yudhawati, & Haryanto. (2011). Teori Motivasi Belajar. Dalam S. Amri (Ed.), Teoriteori Dasar Pendidikan . Jakarta: Prestasi Pustaka
PT
RIWAYAT PENULIS Herlinda Kartika Aryani, lahir di Jakarta pada tanggal 22 Mei 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada tahun 2014.