PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
EKSPRESI KERUANGAN MELALUI KONSEP PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PADA KAWASAN BWK A KOTA MAKASSAR (Study Kasus; Kecamatan Wajo Kota Makassar) Imriyanti & Rahmi Amin Ishak Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245 Telp./Fax: (0411) 586265 /(0411) 587707 e-mail:
[email protected]/
[email protected]
Abstrak Keserasian hubungan antara pertumbuhan kota dan lingkungan disekitarnya itu sendiri dengan tetap memperhatikan dan memelihara nilai social budaya dan estetika yang mencerminkan kepribadian bangsa. Perkembangan penduduk dengan segala kegiatannya, secara fisik akan terwujud dalam bentuk perubahan akan ruang, baik untuk perumahan, perdagangan, industry, sekolah, kesehatan, ruang terbuka/taman dan sebagainya.Ekspresi keruangan perkotaan khususnya di Kecamatan wajo yang merupakan kawasan kota lama Makassar memberikan pengarahan yang searah dengan pembangunan suatu kota. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang mementingkan proses daripada hasil, yang memiliki batas pada focus yang telah ditentukan serta adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat sementara. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus yaitu, pengujian terhadap suatu konteks subjek tertentu, kumpulan dokumen dan suatu kajian khusus. Ekspresi keruangan keacamatn Wajo yang berada di kawasan BWK A kota Makassar dapat dilihat melalui letak lokasi wilayah,yang berada di kawasan kota lama. Sosial budaya masyarakat di kecamatan Wajo beraneka ragam yaitu warga pribumi dan non pribumi yang menetap dikawasan tersebut tetapi kebersamaan dan saling menghormati antar suku tetap dijaga. Pengembangan kawasan di kecamatan ini secara fungsional terdapat pada pengembangan tata ruang hijau yang diusahakan tetap ada dan pengembangan perekonomian yang menunjang wilayah ini sebagai area pusat perdagangan. Kepadatan dan ketinggian bangunan terlihat melalui tingkat aktifitas masyarakatnya yang mengembangkan usaha perdagangan sehingga bentuk bangunan seperti ruko sangat banyak dijumpai serta ketinggian bangunan 3-4 lantai tiap rumah yang difungsikan sebagai tempat usaha dan tempat tinggal. Sarana dan prasarana lingkungan dapat diketahui melalui peningkatan pembangunan utilitas lingkungan yaitu sarana peribadatan, pendidikan, pertokoan, kesehatan sedangkan prasarana yaitu kondisi jalan, sampah, drainase, air bersih, listrik dan jaringan telekomunikasi yang menunjang pengembangan pembangunan di wilayah tersebut. Kata Kunci: Ekspresi, tata ruang, perkotaan, social budaya, sarana dan prasarana
PENDAHULUAN Kota merupakan konsentrasi kegiatan manusia yaitu konsentrasi seluruh penduduk yang mendiami dengan segala kegiatannya atau aktifitasnya. Besar kecilnya perkembangan suatu kota banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam factor yang menyangkut segi social, ekonomi, budaya dan politik. Perkembangan dan pertumbuhan kota juga tidak terlepas dari meningkatnya jumlah penduduk yang tinggal di kota tersebut. Perkembangan penduduk dengan segala kegiatannya, secara fisik akan terwujud dalam bentuk perubahan akan ruang, baik untuk perumahan, perdagangan, industry, sekolah, kesehatan, ruang terbuka/taman dan sebagainya. Kota-kota besar selalu terjadi aglomerasi penduduk dan berbagai kegiatan ekonomi, politik maupun budaya yang cukup besar. Gejala yang timbul adalah terjadinya persaingan untuk bermukim dan berusaha paling dekat dengan pusat kegiatannya [1]. Kota-kota di Indonesia berkembang pesat, dan direncanakan sesuai dengan standar kota-kota lain di dunia, namun di sisi lain kota harus mampu mengedepankan kekhasan lokal, baik yang fisik maupun non-fisik dalam
Volume 5 : Desember 2010
Group Teknik Arsitektur TA5 - 1
ISBN : 978-979-127255-0-6
Ekspresi Keruangan Melalui Konsep… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Imriyanti & Rahmi Amin Ishak Perkapalan Sipil
dimensi kemanusiaan yang alami [2]. Kota dapat pula diartikan sebagai sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk tinggi, strata social ekonomi secara heterogen, serta dapat menjadi benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur alamiah dan non alamiah. Kota juga merupakan tempat dimana terdapat kemungkinan adanya suatu lingkungan kehidupan yang beraneka ragam dan gaya hidup yang berbeda, disitu manusia tinggal, bekerja dan menikmati hidup dalam hubungan social dan budaya karena adanya kedekatan interaksi, dan kota adalah titik focus yang menjadi pusat dari berbagai sector kagiatan manusia yang memiliki kekhususan untuk memenuhi kehidupan dan penghidupan manusia. Kota adalah kelompok penduduk yang bertempat tinggal bersama dalam suatu wilayah yang batasnya menurut undang-undang yang berlaku. Secara komprehensip kota adalah suatu wilayah atau tempat yang menjadi tempat bermukimnya suatu komunitas sebagai sentral/pusat daerah sekitarnya, dari berbagai sector kegiatan social, ekonomi, budaya yang diatur dan diberi batas sesuai undang-undang yang berlaku [3]. Kota dapat pula didefinisikan melalui morfologi, jumlah penduduk, hukum, ekonomi, social budaya masyarakatnya. Melalui pola pertumbuhan dan perkembangan penduduk secara social budaya yang berpengaruh pada tata ruang kota di kawasan BWK A khususnya di kecamatan Wajo maka hal ini dapat menimbulkan permasalahan yaitu bagaimanakah pola pertumbuhan dan perkembangan masyarakat di Kecamatan Wajo Kota Makassar dan bagaimanakah ekspresi keruangan Kecamatan Wajo Kota Makassar apabila ditinjau dari konsep pendekatan social budaya masyarakatnya. Metodologi penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang mementingkan proses daripada hasil, yang memiliki batas pada fokus yang telah ditentukan serta adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat sementara. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus yaitu, pengujian terhadap suatu konteks subjek tertentu, kumpulan dokumen dan suatu kajian khusus[4]. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Wajo Kota Makassar yang merupakan kawasan kota lama. Populasi dan sampel penelitian ini adalah pola permukiman masyarakat baik pribumi maupun non pribumi di kawasan tersebut. Variabel penelitian terdiri dari pengembangan kawasan fungsional daerah, struktur dan pola pemanfaatan ruang, kepadatan dan ketinggian bangunan, sarana dan prasarana lingkungan yang termasuk dalam utilitas lingkungan permukiman di kawasan tersebut.
HASIL DAN BAHASAN Kawasan BWK A Kota Makassar (Kec. Wajo) Kota Makassar merupakan kota strategis yang berfungsi sebagai pusat pelayanan dan pengembangan di Propinsi Sulawesi Selatan bahkan sebagai pusat pelayanan bagi Kawasan Timur Indonesia. Dikaitkan dengan kebesaran Makassar pada masa lalu yang tidak hanya dikenal sebagai kota besar di Nusantara, tetapi sebagai salah satu kota besar dunia karena keterbukaan akses Makassar terhadap perdagangan nasional (Rencana Strategik/Restra Kota Makassar, 2004-2009). Sesuai dengan kedudukan dan fungsi Kota Makassar tersebut maka Kota Makassar dan sekitarnya mempunyai konsekwensi untuk mengembangkan sumber daya alam yang ada dan turut aktif mendukung pembangunan yang berwawasan lingkungan. Kota Makassar dan sekitarnya, secara geografis berada pada koordinat 119o 20’ 24 “ – 119o 34’ 48” BT dan 5o 2’ 24” – 5o 5’ 0” LS.
Gambar 1. Peta Administratif dan Peta Pembagian Kawasan di Kota Makassar
Kota Makassar terbagi dalam tiga belas kawasan yang memiliki peruntukan dari masing-masing kawasan Kawasan BWK A yang merupakan kawasan kota lama di Makassar memiliki peruntukan sebagai pusat perdagangan, jasa social, pendidikan, permukiman, peribadatan dan hiburan. Kawasan BWK A dikatakan sebagai kawasan kota lama dari kota Makassar karena pada kawasan ini merupakan kawasan perkembangan
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA5 - 2
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
bagi masyarakat pendatang seperti bangsa Cina, India, Melayu dan Eropa. Di kawasan ini pula tedapat peninggalan-peninggalan sejarah dari zaman penjajahan yaitu terdapatnya benteng Rotterdam. Sedangkan pantai Losari yang menjadi emagy kota Makassar terdapat di kawasan tersebut. Kota Makassar memiliki 14 kecamatan, 143 kelurahan, 971 RW dan 4.789 RT, salah satunya kecamatan Wajo. Kecamatan Wajo dan Kecamatan Ujung Pandang berada dalam satu kawasan BWK A. Luas kecamatan Wajo sebesar 1,99 km2. Posisi Kec. Wajo berada pada 5º7’45” Bujur , 119º24’40” Lintang dan 1-4 m tinggi dari permukaan laut. Jarak dari pusat kota Makassar 0,6 km, melihat jarak dari pusat kota maka kecamatan Wajo merupakan wilayah yang cukup dekat dengan keramaian kota Makassar. Jumlah kelurahan di kecamatan Wajo terdapat 8 kelurahan dan 82 RW dan 504 RT [4]. Dengan memperhatikan batasan dan jumlah kelurahan maka kecamatan Wajo menjadi wilayah yang terkecil di kota Makassar dan jumlah kelurahan serta jarak dari pusat kota termasuk dalam kelurahan yang terdekat sehingga aktifitas perkotaan diberbagai bidang dapat terlihat secara jelas. Sosial Budaya Penduduk Penyebaran penduduk di kecamatan Wajo cukup merata, hal ini dapat diperhatikan melalui social budaya penduduknya yaitu terdapatnya permukiman masyarakat non pribumi yaitu suku bangsa Cina yang melalukan berbagai aktifitas penunjang perekonomian kota Makassar yang menetap dan tinggal di kecamatan Wajo. Penyebaran masyarakat suku bangsa Cina atau bias disebut kaum etnis di kota Makassar dimulai pada tahun 1907 yang melakukan penyebaran disekitar pelabuhan Soekarno kota Makassar [5]. Melalui pembauran masyarakat pribumi dan non pribumi yang berada di kecamatan Wajo juga berpengaruh pada social budaya masyarakatnya yakni tempat ibadah dari agama Islam, Kristen, Budha terdapat dikawasan tersebut dan penyatuan social budaya mencerminkan kesatuan masyarakatnya yang terpadu dan memberikan kesan nyaman dan tentram. Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga Kec. Wajo Tahun 2010
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio di Kec. Wajo Tahun 2010
Komposisi penduduk jenis kelamin di kecamatan Wajo dapat ditunjukkan dengan jenis kelamin. Rasio jenis kelamin penduduk di kecamatan ini yaitu 93,26 persen yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 93 penduduk laki-laki. Melalui penyebaran penduduk menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi di
Volume 5 : Desember 2010
Group Teknik Arsitektur TA5 - 3
ISBN : 978-979-127255-0-6
Ekspresi Keruangan Melalui Konsep… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Imriyanti & Rahmi Amin Ishak Perkapalan Sipil
wilayah kelurahan Butung karena jumlah penduduknya lebih rendah dari kelurahan lainnya, hal ini dipengaruhi pada pemanfaatan bangunan hanya berfungsi sebagai tempat usaha seperti yang terjadi pada area jalan Sulawesi yang banyak tedapat pertokoan yang dikelola baik oleh masyarakat pribumi maupun non pribumi. Sistem social budaya, dalam kehidupan masyarakat selalu berada dalam konteks ruang dan waktu. Ruang dan waktu yang termasuk adalah tempat bermukim dan zaman berpadunya antara kehidupan dengan lingkungan masyarakat di suatu daerah. Totalitas sistem ini saling berhadapan dengan lingkungan hidup dan memberi makna dalam kehidupan yang berkelanjutan pada suatu daerah atau kawasan [5]. Dalam pengembangan social budaya masyarakat di kecamatan Wajo terlihat dengan cara hubungan interaksi social masyarakatnya baik dalam berbisnis/usaha yang dikelola saling mendukung serta penghayatan nilai-nilai budaya yang tercermin dalam penempatan rumah ibadah yang cukup berdekatan antara rumah ibadah agama yang satu dengan yang lainnya. Pengembangan Kawasan Secara Fungsional Untuk pengembangan kawasan secara fungsional pada kecamatan Wajo telah mengarah pada pembagian fungsional tata ruang kota yaitu area pusat perdagangan, jasa social, permukiman, pendidikan, dan peribadatan. Pembagian kawasan secara fungsional dapat memberikan pemantauan langsung terhadap pengembangan kawasan di kecamatan Wajo. Hal ini juga berpengaruh pada tingkat perekonomian masyarakatnya sehingga tingkat kehidupan penduduk semakin meningkat. Pengembangan kecamatan Wajo secara fungsional dapat pula diperhatikan pada area penghijauan perkotaan.
Gambar 2. Area pengembangan penghijauan dan ekonomi di Kec. Wajo
Penghijauan perkotaan memberikan fungsi secara langsung dan tidak langsung terhadap kehidupan masyarakat. Pengembangan kawasan ungsional daerah dapat diketahui melalui penghijauan yang berfungsi sebagai ejologis atau kondisi alami. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan manusiawi [7]. Pengembangan suatu kawasan juga terlihat dari kegiatan pembangunan dibidang ekonomi. Di kecamatan wajo pengembangan ekonomi dapat terlihat dengan banyaknya tingkat usaha yang berkembang seperti yang terjadi di jalan Sulawesi, yang terdiri dari bangunan ruko dengan fungsi sebagai tempat usaha diberbagai bidang seperti rumah makan, toko bahan bangunan dan lain-lain serta terdapat pula sebagai tempat tinggal sekaligus tempat usaha. Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Pengembangan suatu kawasan perkotaan dapat diperhatikan pada struktur dan pola pemanfaatan ruang suatu daerah. Kecamatan Wajo yang masuk dalam kawasan kota lama serta lokasinya yang cukup dekat dengan pusat kota Makassar maka rencana tata ruangnya mengikut pada tata ruang perkotaan di Indonesia.
Gambar 3. Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Makassar
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA5 - 4
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Melalui peta di atas menunjukkan bahwa kecamatn Wajo menjadi pusat kawasan kota Makassar dan merupakan pusat kegiatan utama dalam bidang usaha dan bisnis. Dalam pengembangan pembangunan perkotaan maka rencana tata ruang perkotaan terbagi atas 2 (dua) bagian yaitu: Rencana Struktur Ruang: Rencana Sistem Pusat Permukiman yaitu sistem wilayah dan sistem internal perkotaan Rencana Sistem Jaringan Prasarana yaitu sistem jaringan transportasi, jaringan energy, jaringan telekomunikasi, sistem persampahan dan sanitasi, sistem jaringan sumber daya alam dan lain-lain. Rencana Pola Ruang: Peruntukan Kawasan Lindung Peruntukan Kawasan Budidaya Kegiatan pelestarian lingkungan hidup, kegiatan social, kegiatan budaya, kegiatan ekonomi, kegiatan pertahanan dan keamanan masuk kedalam peruntukan kawasan lindung dan budaya.[8] Dalam perencanaan struktur ruang dalam perkotaan seperti pada kecamatan Wajo maka pembagian wilayah/area pada lokasi tersebut menunjukkansecara jelas bahwa pengembangan pembangunan dalam bidang ekonomi kota Makassar terdapat pada kecamatan Wajo yang merupakan kawasan kota lama yang berkembang dengan pesat dalam menunjang pembangunan diberbagai bidang di kota Makassar. Kepadatan dan Ketinggian Bangunan Pengembangan area bisnis di wilayah kecamatan Wajo menyebabkan tingkat kepadatan dan ketinggian bangunan semakin meningkat. Di lokasi ini kepadatan bangunan terlihat melalui kurangnya area ruang terbuka hijau. Area terbuka hijau hanya terdapat di tiap-tiap titik tertentu seperti pada taman kota yang berada di pertemuan jalan Slamet Riyadi dengan jalan Ahmad Yani. Bentuk bangunan yang ada di kecamatan wajo berbentuk ruko dan jarak sempadan tidak ditemukan sedangkan ketinggian bangunan rata-rata 3 sampai 4 lantai.
Gambar 4. Peta kepadatan bangunan kota Makassar dan tingkat kepadatan dan ketinggian bangunan di Kec. Wajo
Kepadatan dan ketinggian bangunan di kecamatan Wajo dapat diperbandingkan melalui jumlah penduduk/jumlah KK (Kepala Keluarga) : jumlah tingkat usaha. Tingkat usaha di kecamatan Wajo melalui usaha kecil dan menengah. Jarak antar bangunan di kecamatan Wajo sangat berdekatan bila terdapat jarak maka sempadan bangunan bagian samping akan terlihat apabila terdapat jalan penghubung atau gang.Ketinggian bangunan dominan merata yaitu 3-4 lantai. Bila dikategorikan tingkat kepadatan dan ketinggian bangunan di wilayah kecamatan Wajo di kategorikan dalam tingkat kepadatan dan ketinggian bangunan masuk dalam urutan ke-2 pada pusat kota Makassar.[4]
Volume 5 : Desember 2010
Group Teknik Arsitektur TA5 - 5
ISBN : 978-979-127255-0-6
Ekspresi Keruangan Melalui Konsep… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Imriyanti & Rahmi Amin Ishak Perkapalan Sipil
Sarana dan Prasarana Lingkungan Sarana Sistem sarana lingkungan perkotaan meliputi peribadatan, pertokoan, pendidikan, kesehatan. Sarana inilah yang menunjang pembangunan suatu wilayah sehingga pengembangannya terus berlanjut. Sarana peribadatan di kecamatan Wajo terlihat dengan adanya srana ibadah untuk umat Budha dan Islam, hal inilah yang menunjukkan saling menghargai antar umat beragama. Pertokoan, sarana ini sangat banyak dijumpai di kecamatan Wajo karena kawasan ini merupakan area bisnis di kota Makassar. Sarana pendidikan yang ada di kawasan ini adalah SD (Sekolah Dasar ) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Sarana kesehatan di kecamatan Wajo, dapat dilihat dari banyaknya jumlah klinik praktek dokter.
Gambar 5. Sistem sarana lingkungan di kecamatan Wajo
Prasarana Prasarana lingkungan merupakan bagian yang terpenting dalam menunjang pembangunan suatu kota. Yang termasuk dalam prasarana lingkungan yaitu; Jalan Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan kedudukan jalan yang ada di kecamatan Wajo dapatlah memberikan ekspresi keruangan dari morfologi kota di kecamatan Wajo. Bentuk kawasan di kecamatan Wajo yaitu berbentuk bintang yakni bentuk yang dipengaruhi oleh pola jalan dan kondisi topografis. Kondisi jalan di kecamatan Wajo dapat dikategorikan cukup baik dan tidak terdapat tingkat kerusakan jalan yang berat.
Gambar 6. Grafik kondisi jalan di Kec. Wajo [8].
Melalui grafik diatas menunjukkan kondisi jalan di kecamatan Wajo dapat dikatakan terkendali kerusakannya karena kondisi rusak berat tidak terdapat sedangkan kerusakan sedang dan perbedaannya cukup tipis dengan kondisi rusak ringan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi cuaca yakni curah hujan yang cukup tinggi sehingga banjir terjadi dan hal ini juga diopengaruhi oleh kondisi drainase yang tidak seimbang dengan debit air hujan dan air pembuangan dari permukiman yang ada di kecamatan tersebut.
Sampah Sampah adalah barang buangan atau barang yang tidak terpakai sehingga fungsinya sudah tidak memenuhi oleh pemiliknya. Proyeksi kondisi persampahan di kecamatan Wajo pada tahun 2008 menunjukkan 105,992 liter/hari dan jumlah container 10 buah [9].
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA5 - 6
Volume 5 : Desember 2011
PROSIDING 20 11© Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Perkapalan Sipil
Gambar 7. Kondisi pengolahan persampahan di kecamatan Wajo
Hasil pengamatan gambar menunjukkan bahwa pengolahan persampahan di kecamatan Wajo dapat teratasi dengan sistem pengomposan dengan mengumpulkan sampah organic yang diolah sedemikian rupa untuk menjadi kompos. Pengolahan persampahan di kecamatan ini merupakan peran serta kelembagaan yang melakukan pembinaan dan penanganan persampahan di kota Makassar.
Air Bersih Prasarana air bersih merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia sehingga kebutuhan air bersih di kecamatan Wajo didapatkan melalui sistem air bersih PDAM kota Makassar.
Drainase Sistem drainase di kecamatan Wajo berupa drainase kecil yang melintas di sekitar pinggiran rumah dan hal ini tidak sesuai dengan jumlah kepadatan bangunan dan jumlah debit air pembuangan dari tiap rumah.
Gambar 8. Kondisi drainase di kecamatan Wajo
Melihat kondisi drainase di kecamatan wajo menunjukkan tingkat perawatan drainase tidak nampak sehingga air pembuangan maupun air hujan pada musim hujan tidak dapat mengalir dengan baik karena banyaknya penyumbatan dengan kotoran/sampah.
Listrik dan Telekomunikasi Dikecamatan Wajo kedua sistem prasarana ini didapatkan melalui PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan Perusahaan Telekomunikasi secara langsung. Dengan keberadaan wilayah kecamatan wajo yang berada dipusat kota maka sistem ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian dalam menunjang pembangunan kota Makassar secara langsung.
Melalui prasarana lingkungan perkotaan yang terdapat di Kecamatan Wajo maka bentuk pengolahan pembangunan yang mengarah pada tingkat kesejahteraan rakyat dapat diketahui akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus baik oleh masyarakat maupun pihak-pihak yang terkait agar sistem sarana dan prasarana dapat terkendali dan tidak memberikan kerugian kepada masyarakat di wilayah ini.
SIMPULAN
Letak lokasi Kecamatan Wajo yang berada di kota lama Makassar yang ditunjang dengan keberadaan pelabuhan yang memberikan tingkat penyebaran penduduk pendatang.
Volume 5 : Desember 2010
Group Teknik Arsitektur TA5 - 7
ISBN : 978-979-127255-0-6
Ekspresi Keruangan Melalui Konsep… Arsitektur Elektro
Geologi
Mesin
Imriyanti & Rahmi Amin Ishak Perkapalan Sipil
Sosial budaya masyarakat yang ada di Kecamatan Wajo yang terdiri dari warga pribumi dan non pribumi yang merata dapat menyatu dengan adanya rasa kebersamaan, hal ini dapat terlihat dari pengembangan usaha bisnis dan tempat ibadah yang saling berdekatan anatar umat beragama. Pengembangan kawasan secara fungsional dapat terlihat melalui pengembangan tata ruang terbuka hijau yang sangat minim sehingga daya penyerapan air pada saat musim hujan sangat kurang. Sedangkan pengembangan perekonomian dapat terlihat jelas melalui banyaknya tingkat usaha yang ada di Kecamatan Wajo yang bergerak diberbagai bidang sehingga kawasan ini dapat dikatakan sebagai kawasan perdagangan pusat untuk kota Makassar. Struktur dan pola pemanfaatan ruang untuk Kecamatan Wajo berguna untuk area pengembangan perekonomian yang sudah ada sejak lama sehingga pola ruang permukiman, jasa social dan pengembangan bisnis dapat dikategorikan saling berimbang. Kepadatan dan ketinggian bangunan, hal ini di lokasi dapat dikatakan cukup padat dan ketinggian bangunan antara 3-4 lantai tiap bangunan sedangkan bentuk bangunan didominasi bentuk ruko yang berfungsi sebagai tempat usaha sekaligus rumah bagi masyarakatnya. Sarana dan prasarana lingkungan perkotaan yang ada di kecamatan Wajo dapat terlihat melalui bahan penunjang pembangunan suatu kota yaitu sarana; peribadatan, pendidikan, kesehatan, pertokoan sedangkan prasarana; jalan, drainase, air bersih, sampah, listrik dan telekomunikasi. Sarana di wilayah ini sudah dapat ditemukan dengan mudah dan dikelola dengan baik sedangkan untuk prasarana khususnya drainase yang kurang mendapatkan perhatian menyebabkan kondisinya tidak terawat dan mengakobatkan kerugian bagi masyarakat pada saat musim hujan.
DAFTAR PUSTAKA 1. Daldjoeni N, Geografi Kota dan Desa 2. S.Y. Hadi, Struktur Tata Ruang Kota 3. Departemen Penerangan Republik Indonesia, Kebijakan Pelita I (1969-1974) s/d Pelita V (1989-1994) 4. Moleong, Lexy J., 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Roesdakarya. 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kota Makassar, Makassar Dalam Angka Tahun 2010. 6. Bahrum, Shaifuddin, Cina Peranakan Makassar, 2003 7.Departemen Pekerjaan Umum, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, 2007. 8.Departemen Pekerjaan Umum, Materi Sosialisasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, 2007. 9. Purnamasari, Indira, Studi Sistem Persampahan di Kota Makassar, 2010.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Group Teknik Arsitektur TA5 - 8
Volume 5 : Desember 2011