HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TERJADINYA PICKY EATER (PILIH-PILIH MAKANAN) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI RA TARBIYATUSH SIBYAN DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO DEWI IKA ANIS YULIANI 1211010049 Subject : Pola Asuh, Ibu, Picky Eater (Pilih-pilih Makanan) DESCRIPTION Pilih-pilih makanan (picky eater) adalah perilaku anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan.Picky eaterdipengaruhi oleh pola asuh, perilaku makan orang tua, interaksi ibu dan anak, pemberian ASI eksklusif, MPASI, dan psikologis serta kondisi fisik anak.Picky eater dapat menyebabkan anak kekurangan mikro dan makronutrien yang akhirnya mengganggu pertumbuhan fisik dan psikologis. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubunganpolaasuh orang tuaterhadapterjadinyapicky eaterpadaanakusia 3-6 tahun Desain penelitianobservationalanalyticjenis cross sectional. Populasiibu yang memiliki anak usia 3-6 tahun di RA Tarbiyatush Sibyan Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto sampel 41 respondendiambil menggunakan teknik samplingProbability sampling, jenis simple random sampling. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 8 April - 8 Mei 2015, instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara. Analisis data menggunakan uji Fisher exact test, α= 0,05. Hasil penelitian bahwa rata-rata responden berpola asuh demokratis sebanyak 24 responden (58.5%) dengan anak mengalami picky eater. Hasil hitungan uji Fisher exact test didapatkan nilai exact sig (2-sided) 0.773 artinya Ho diterima tidak ada hubungan pola asuh orang tua terhadap terjadinya picky eater pada anak usia 3-6 tahun. Simpulan pola asuh demokratis yang diterapkan oleh orangtua masih belum bisa membuat anak menjadi tidak picky eatersehingga perlu memperhatikan kondisi fisik anak.Orang tua diharapkan memvariasikan menu makanan sehingga anak lebih berminat untuk mengkonsumsi makanan. ABSTRACT Picky eater is a child's behavior is unwilling or refuses to eat, or have difficulty consuming the food. Picky eater influenced by upbringing, feeding behavior of parents, the mother and child interaction, exclusive breastfeeding, solids, and psychological and physical condition of the child. Picky eater can cause children micro- and macronutrient deficiencies that ultimately interfere with the physical and psychological growth. The aim of research to determine the
relationship of parenting parents against the picky eater in children aged 3-6 years The study design cross sectional observational analytic types. Population mothers of children aged 3-6 years in RA Tarbiyatush Sibyan Gayaman Village District of Mojokerto Mojoanyar sample 41 respondents drawn using sampling techniques Probability sampling, kind of simple random sampling. Retrieval of data held on 8 April to 8 May 2015, the research instruments using a questionnaire with interview techniques. Data analysis used Fisher exact test, α = 0.05. The results showed that the average of respondent who had democratic parenting style was as many as 24 respondents (58.5%) with a child who experienced picky eater. Results count the Fisher exact test test obtained exact sig value (2-sided) 0773 meant that Ho accepted,there is no relationship between parenting style of parenst to theincidentof picky eater in children used 3-6 years. Conclusions democratic parenting style adopted by parents still can not make children become picky eater so it needs to pay attention to the physical condition of the child. Parents are expected to vary the diet so that children are more interested in eating food. Keywords: Parenting, Picky Eater Contributor
: 1. Sari Priyanti, S.SiT., S.KM., M.Kes 2. Zulfa Rufaida, S.Keb. Bd., M.Sc Date : 19 Juni 2015 TypeMaterial : Laporan Penelitian Identifier : Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Kesulitan makan (picky eater) adalah perilaku anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan, hingga sampai terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. (Judarwanto, 2006 dalam Priyanah, 2008). Studi populasi di London, Inggris, anak berumur 3 tahun 17% digambarkan memiliki nafsu makan yang buruk dan 12% picky eater (Shore, Piazza, 1997 dalam Priyanti, 2013). Prevalensi picky eater di Indonesia terjadi pada anak sekitar 20%, dari anak picky eater 44,5% mengalami malnutrisi ringan sampai sedang, dan 79,2% dari subjek penelitian telah mengalami picky eater lebih dari 3 bulan (Dewanti, 2012; Lubis, 2005 dalam Priyanti, 2013) Memilih-milih makanan (picky eater) merupakan masalah pada anak yang perlu diperhatikan baik oleh orang tua maupun praktisi kesehatan, karena picky eater pada anak memiliki efek yang merugikan, baik bagi pengasuh ataupun anak itu sendiri.Picky eater banyak terjadi pada umur 1 sampai 3 tahun dan berisiko dua kali lebih besar untuk mempunyai berat badan rendah pada umur 4,5 tahun
dibandingkan anak yang bukan picky eater (Dubois, 2007; Wright, 2008; Judarwanto, 2006 dalam Priyanti, 2013).Masalah pola makan yang sering terjadi pada anak balita seperti picky eater dan penanganan yang salah terhadap perilaku picky eater oleh orang tua merupakan salah satu penyumbang peningkatan status gizi kurang maupun gizi buruk pada anak Indonesia (Kurniasih, 2010 dalam Priyanti, 2013).Pengasuh anak dengan karakteristik tertentu mempunyai dampak positif pada keadaan gizi anak.Ibu dari anak yang bergizi, merupakan ibu yang terampil mengurus anak, sabar, dan tampak dewasa dibandingkan ibu dari kelompok dengan anak bergizi rendah (LIPI dan UNICEF-Indonesia, 2000 dalam priyanah 2008).Orang tua banyak mempengaruhi perkembangan pola makan pada anak. Studi kuantitatif yang dipublikasikan tahun 1998 menguji pemilihan makan pada batita yang berhubungan dengan pemilihan makan anggota keluarganya (Skinner et al,1998 dalam Priyanah, 2008). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa praktek pemberian makan yang salah dari orang tua atau karena kurang pengalaman dapat menyebabkan anak gagal tumbuh (Wiliams,2005 dalam Priyanah, 2008). Penanganan pada masalah makanan anak meliputi training untuk orang tua, pendidikan gizi, latihan berinteraksi, dan kemampuan dalam menyediakan makanan (Louise, 1999 dalam Priyanah, 2008). Selain itu, cara yang terbaik yaitu mengenali penyebab kesulitan makan dan mengatasi penyebabnya secara langsung dan menyeluruh (Judarwanto, 2006;Cathey, Mary and Nan Gaylord, 2004 dalam Priyanah, 2008) METODOLOGI Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik jenis cross sectional. Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak usia 3-6 tahun di RA Tarbiyatush Sibyan Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto dengan besar sampel 41 responden yang diambil menggunakan teknik sampling Probability sampling, jenis simple random sampling. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 8 April - 8 Mei 2015, instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara. Analisis data menggunakan uji Fisher exact test, α= 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian rata-rata responden berpola asuh demokratis yaitu sebayak 30 responden (73.2%) dan sebagian kecil responden berpola asuh otoriter yaitu sebanyak 1 responden (2.4%). Pola asuh demokratis adalah tipe pola asuh yang terbaik dari semua tipe pola asuh yang ada. Hal ini disebabkan tipe pola asuh ini selalu mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan individu anak (Djamarah, 2014). memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Tipe pola asuh demokratis adalah tipe pola asuh yang terbaik dari semua tipe pola asuh yang ada. Hal ini disebabkan tipe pola asuh ini selalu mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan individu anak (Djamarah, 2014). Pola asuh demokratis lebih banyak mempertimbangkan harapan dan pendapat anak, orang tua mendampingi anak ketika mereka membuat keputusankeputusan, sikap yang kurang baik pada anak orang tua cenderung menghadapi
secara langsung dan kasar, orang tua memberikan penghargaan atau hadiah pada anak atas sikapnya yang baik, menghargai prestasi anak disekolah dan mendukung usaha anak, orang tua melarang anak untuk bertindak sendiri pada tingkat yang sesuai dengan usianya dan mengkomunikasikan peraturan pada anak secara jelas dan langsung. Dari hasil penelitian dapat dikatakan demokratis karena orang tua sangat menghargai prestasi anak dan selalu mendukung usaha dan sikap anak yang membangun dan bertanggung jawab. Jadi pola asuh yang baik dapat menciptakan karakteristik anak yang baik pula. Pola asuh otoriter adalah tipe pola asuh orang tua yang memaksakan kehendak. Dengan tipe orang tua ini cenderung sebagai pengendali atau pengawas (controller), selalu memaksakan kehendak kepada anak, tidak terbuka terhadap pendapat anak, sangat sulit menerima saran dan cenderung memaksakan kehendak dalam perbedaan, terlalu percaya pada diri sendiri sehingga menutup katup musyawarah. Dalam upaya mempengaruhi anak sering mempergunakan pendekatan (approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman. Kata-kata yang diucapkan oang tua adalah hukum atau peraturan dan tidak dapat diubah memonopoli tindak komunikasi dan seringkali meniadakan umpan balik dari anak (Djamarah, 2014). Pola asuh otoriter orang tua terlalu memegang kendali dan menetapkan peraturan tanpa si anak mengerti apa yang dimaksudkan orang tuanya. Orangtua memegang kendali dan menetapkan peraturan, bagaimanapun keadaannya, menetapkan hukuman yang dianggap adalah sikap disiplin, membuat sebagian besar keputusan pada anak tanpa ada kompromi, karena hal tersebut akan sesuai dengan tahapan perkembangan bagi anak, dan orangtua sering mengekspresikan kemarahan serta menggunakan hukuman fisik yang keras. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami picky eater yaitu sebanyak 35 responden (85.4%). Kesulitan makan (picky eater) adalah perilaku anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan, hingga sampai terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu (Judarwanto, 2006 dalam Priyanah, 2008). Anak akan dikatakan picky eater jika mempunyai kriteria seperti menolak makan yang konsisten terhadap makan dengan rasa, tekstur, suhu, atau bau tertentu, penolakan terhadap makanan yang baru diperkenalkan atau makanan yang pernah dikenal tetapi dengan tipe lain namun anak tidak menolak jenis makanan yang disukai, reaksi penolakan yang ditunjukkan dengan raut muka yang tidak menyenangkan,menutup mulut hingga memuntahkan makanan, terdapat riwayat traumatik pada saluran pencernaan, dan ditemukan riwayat alergi terhadap makanan atau penyakit fisik. Anak tidak akan menjadi picky eater jika orang tua tidak selalu menuruti permintaan anak ataupun jajan sembarangan yang akan membahayakan kesehatannya sehingga anak cenderung mau makan jika makanan masih dalam keadaan panas dan sebaliknya anak mau makan jika makanan dingin, anak tidak pernah mempunyai riwayat traumatik pada saluran pencernaan, dan tidak mengalami kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau hanya bisa memakan makanan lunak dan cair.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata responden berpola asuh demokratis sebanyak 24 responden (58.5%) dengan anak mengalami picky eater, dan sebagian kecil responden berpola asuh otoriter sebanyak 1 responden (2.4%) dengan anak mengalami picky eater. Hasil hitungan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α = 0.05 menggunakan spss 16 for windows dimana didapatkan 6 cells yang nilainya kurang dari 5, sehingga menggunakan fisher exact test didapatkan nilai exact sig (2-sided) 0.773 dengan tingkatan kemaknaan 0.05 yang artinya 0.773 > 0.05 berarti Ho diterima, tidak ada hubungan pola asuh orang tua terhadap terjadinya picky eater (pilih-pilih makanan) pada anak usia 3-6 tahun di RA Tarbiyatush Sibyan Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Hasil uji statistik tidak bisa dilakukan karena jumlah tabel yang tidak sesuai dengan kriteria uji chi square dengan jumlah tabel penelian ini 2 banding 4 sehingga menjadi salah satu faktor yang membuat penelitian ini menjadi tidak ada hubungan. Hasil penelitian mendapatkan bahwa pola asuh demokratis yang diterapkan oleh orangtua masih belum bisa membuat anak menjadi tidak picky eater (pilihpilih makanan) hal ini disebabkan karena anak cenderung yang tidak menyukai variasi makanan, kondisi fisik anak yang belum terbiasa menerima asupan makanan selain yang dia suka dan pola asuh orang tua yang tidak sepenuhnya mengasuh anak sehingga orang tua tidak sepenuhnya mengetahui kondisi anak. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RA Tarbiyatush Sibyan Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto didapatkan bahwa ratarata responden berpola asuh demokratis yaitu sebanyak 30 responden, sebagian besar responden mengalami picky eater yaitu sebanyak 35 responden dan berdasarkan hasil ujifisher exact test didapatkan nilai exact sig (2-sided) 0.773 dengan tingkatan kemaknaan α = 0.05 yang artinya 0.773 > 0.05 berarti Ho diterima, tidak ada hubungan pola asuh orang tua terhadap terjadinya picky eater (pilih-pilih makanan) pada anak usia 3-6 tahun. REKOMENDASI 1. Bagi Tenaga Kesehatan Dengan hasil penelitian ini memberikan saran kepada bidan untuk deteksi dini tumbuh kembang balita terutama pada APRAS dengan menggunakan KMS. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan cara memperluas wilayah penelitian serta meneliti semua faktor yang mempengaruhi picky eater. ALAMAT KORESPONDENSI: Email :
[email protected] No. Hp :085649344343 Alamat : Dsn. Krajan 1 Desa Pasrujambe Lumajang