Dari Stasiun ke Stasiun
“Jakarta Kota - Mangga Besar”
jakartabytrain.com
Dari Stasiun ke Stasiun: “Jakarta Kota - Mangga Besar” Penulis: Anggara Adi Condro Bawono Lisensi Hak Cipta:
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 Unported License.
Diterbitkan oleh: Jakarta by Train: Exploring Greater Jakarta with Commuter Line Email :
[email protected] Blog : http://jakartabytrain.com Twitter : @JakartaByTrain Facebook : https://www.facebook.com/pages/jakartabytraincom/133545596826086 Youtube : http://youtube.com/user/jakartabytrain Google+ Page : https://plus.google.com/+Jakartabytrain Instagram : http://instagram/jakartabytrain Tumblr : http://jakartabytrain.tumblr.com
Desain Sampul: Pista Simamora
2
Daftar Isi Entahlah, kami nggak merasa penting sekali memasukkan daftar isi dalam buku ini. Untuk itu silahkan jelajahi buku ini dengan sesuka kamu. Kalau kamu merasa menyukai buku ini, silahkan beritahu teman – teman kamu agar bisa memiliki buku ini. Minimal mention buku ini melalui media sosial yang kamu kelola atau boleh juga tulis review di blog kamu.
3
Pengantar Wisata keliling kota Jakarta dengan budget minim, bisa kok! Banyak yang bisa dinikmati di Jakarta dan kota – kota sekitarnya dengan budget minim. Kamu bisa kunjungi beragam tempat wisata unik di Jakarta sambil menikmati beragam situs dan museum bersejarah, pusat seni dan budaya, pertunjukan budaya, pertunjukan musik internasional, atau bahkan taman hiburan. Bila semua itu belum cukup, beragam menu kuliner yang sangat lezat serta kedai kopi juga tersedia di kota Jakarta. Meski kemacetan lalu lintas yang seringkali menghantui warga Jakarta tampaknya tak akan reda dalam waktu dekat, kota Jakarta menawarkan beragam alternatif moda transportasi yang dapat diandalkan. Saat ini, selain membangun TransJakarta Busway, pemerintah Jakarta juga mulai membangun Monorail dan Mass Rapid Transit (MRT). Namun disayangkan, dua moda transporatasi massal yang disebutkan terakhir masih dalam proses pembangunan sehingga belum dapat digunakan. Lalu, Jakarta juga menyediakan layanan Kereta Rel Listrik (KRL) yang dikenal dengan sebutan Commuter Line. Saat ini, KRL adalah pilihan praktis untuk keliling kota bila tidak ingin menghadapi kemacetan lalu lintas. Sistem jaringan KRL meliputi hampir seluruh Jakarta dan kota – kota penyangganya, sehingga Commuter Line dapat membawa kamu dengan cepat ke Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi. Terlepas dari kekurangannya, Commuter Line adalah moda transportasi massal yang paling dapat diandalkan di Jakarta saat ini. Dengan harga tiket mulai dari Rp2.000 untuk lima stasiun pertama dan Rp500 untuk setiap tambahan tiga stasiun sesudahnya, Commuter Line menjadi moda transportasi yang jauh lebih terjangkau bila dibandingkan dengan taksi. Selain itu, 4
laju Commuter Line lebih cepat dan dapat diandalkan dibandingkan dengan bus TransJakarta, mengingat kemacetan parah sering terjadi di Jakarta dan kota – kota sekitarnya. Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada Mei 2013 menunjukan kecepatan rata – rata kendaraan di jalanan kota Jakarta hanya 10 km/jam. Bahkan Pemerintah Jakarta memprediksi pada 2014 akan terjadi kemacetan total di seluruh penjuru Jakarta. Didukung sarana dan jaringan transportasi yang sedemikian meluas, Jakarta berpotensi besar berkembang sebagai surganya backpacker di Indonesia. Ketimbang kota – kota lain di Indonesia, Jakarta menawarkan beragam hal, mulai dari produk mainan – mainan murah hingga kelezatan kuliner beragam menu yang berasal dari kota-kota lainnya. Karena moda transportasi yang dipilih untuk wisata jalan – jalan adalah KRL, maka semua informasi dalam buku ini akan berterkaitan dengan KRL dan 63 stasiun KRLnya. Tapi, buku ini tidak hanya mengulas tempat – tempat wisata namun juga menunjukan arah dan cara mencapai lokasi wisata dengan menggunakan KRL. Buku ini juga memberikan informasi waktu tempuh perjalanan yang diperlukan untuk mencapai lokasi wisata dari stasiun KRL terdekat. Informasi waktu tempuh perjalanan dalam buku ini dibuat dengan asumsi perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki. Lalu, waktu tempuh perjalanan tersebut juga dibatasi maksimal 30 menit berjalan kaki dari stasiun kedatangan. Tapi kenapa dibatasi hanya 30 menit berjalan kaki? Sebenarnya tidak ada alasan khusus selain karena berjalan kaki tidak menghabiskan biaya, walau menjadikan kamu jadi perlu extra hati –hati untuk menghindari lalu lintas kendaraan. Dengan pembatasan waktu tempuh 30 menit berjalan kaki, kalaupun 5
perjalanan tersebut dilakukan menggunakan moda transportasi umum seperti taksi atau ojek, biaya yang diperlukan kemungkinan kurang dari Rp. 20.000. Begitu juga jika perjalanan ditempuh menggunakan moda transportasi umum lainnya seperti bus dan mikrolet, mungkin kamu hanya perlu 1 kali naik. Nah tunggu apa lagi? Jalan – jalan keliling Jakarta naik Commuter Line yuk.
6
Informasi Umum tentang Commuter Line dan Stasiunnya Saat ini, PT KCJ sebagai operator Commuter Line, telah menyediakan dua gerbong khusus perempuan yang berada di ujung rangkaian Commuter Line. Tanda gerbong khusus perempuan cukup mencolok dengan dengan warna pink di seluruh gerbongnya. Pada umumnya Stasiun Commuter Line tidak begitu ramah terhadap kelompok difabel, lansia, dan anak – anak yang memerlukan kereta bayi. Perlu diketahui, penggunaan toilet umum di stasiun – stasiun KRL adalah gratis, namun sayangnya tidak semua toilet umum di stasiun – stasiun Commuter Line memiliki standar kebersihan yang sama. Lalu, berhati – hatilah ketika ketika berjalan menuju stasiun Commuter Line, tidak semua stasiun Commuter Line memiliki zebra cross dan jembatan penyeberangan Selain itu, kamu juga perlu berhati – hati jika melintasi rel di dalam stasiun ketika hendak berjalan menuju ke peron, terutama bila stasiun hanya memiliki 1 lantai. Sebaiknya selalu sediakan uang pas, karena layanan kartu debit ataupun kartu kredit tidak tersedia untuk membeli tiket Commuter Line. Bahkan pembelian tiket Commuter Line juga tidak dapat dilakukan menggunakan pre paid electronic card. Pengecekan tiket kadang kala dilakukanpetugas Commuter Line di dalam gerbong. Kalau kamu kedapatan tidak memiliki tiket kamu akan dikenai denda sebesar Rp. 50.000
7
Perhatikan barang bawaan kamu, dan waspadai para pencopet yang berkeliaran di stasiun, terutama di jam sibuk. Hindari berjalan – jalan naik Commuter Line pada jam sibuk, terutama pada pukul 6 – 9 (dari luar Jakarta menuju Jakarta) dan pukul 16 – 19 (dari Jakarta menuju luar Jakarta). Pada waktu-waktu tersebut, cukup sulit untuk dapat masuk dan keluar dari gerbong Commuter Line. Sebagai informasi, tidak semua rangkaian Commuter Line dilengkapi sarana informasi audio untuk mengingatkan dimana kamu saat ini berada. Informasi visual umumnya tersedia dalam bentuk gambar peta rute Commuter Line yang terletak di atas pintu – pintu gerbong Commuter Line. Peta rute Commuter Line ini dapat kamu gunakan untuk menghitung berapa stasiun Commuter Line yang akan dilewati dalam perjalanan menuju ke stasiun Commuter Line tujuan. Meski umumnya rangkaian Commuter Line berjumlah 8 gerbong namun sesekali kamu akan menjumpai Commuter Line yang berangkaian 6 gerbong. Biasanya, rangkaian Commuter Line 6 gerbong melayani rute Loop Line (Manggarai – Sudirman – Tanah abang – Jakarta Kota)
8
Tiket dan Harga Tiket Untuk menjelajahi Jabodetabek menggunakan Commuter Line, 1 PT KCJ menyediakan dua macam tiket yaitu:
Tiket Harian Berjaminan (Single Trip): Adalah tiket sekali perjalanan dengan uang jaminan sebesar Rp. 5000. Uang jaminan ini dapat diuangkan kembali ke loket maksimal 7 hari dari pemakaian terakhir. Tiket ini berwarna putih tanpa desain
Tiket Langganan (Multi Trip): Adalah tiket yang dapat anda gunakan kapanpun sepanjang anda mempunyai saldo. Tiket ini dapat dibeli di seluruh stasiun KRL dengan harga Rp. 50.000 dengan saldo Rp. 30.000. Pengisian saldo dapat dilakukan hingga mencapai Rp. 1.000.000.Tiket ini berwarna dasar hitam dengan desain khusus
Gambar diambil dari http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/83/Tickets_of_KA _Commuter_Jabodetabek,_by_Hysocc.jpg 1
9
Biaya perjalanan dengan menggunakan KRL ditentukan berdasarkan jarak tempuh setiap perjalanan yang kamu lakukan dengan cara perhitungan: untuk 5 stasiun pertama di luar stasiun keberangkatan, sebesar Rp. 2000 dan tiap 3 stasiun berikutnya sebesar RP. 500. Yang harus diingat saat memasuki pintu elektronik di stasiun adalah, tiket kamu harus di-tap in menggunakan tangan kiri dan saat keluar dari pintu elektronik di tap out menggunakan tangan kanan. Kalau kamu menggunakan BCA Flazz, maka kartu BCA Flazz kamu juga dapat digunakan sebagai Kartu Multi Trip. Tapi, jangan lupa untuk mengaktifasi kartu BCA Flazz kamu di stasiun KRL terlebih dahulu.
10
Rute KRL dan Stasiun Transit Agar tidak tersesat ketika dalam perjalanan menjelajahi Jabodetabek, kamu perlu mengenali rute – rute KRL dan stasiun – stasiun penghubung/transit. Mengetahui rute dan stasiun transit KRL menjadi sangat penting bila stasiun tujuan tidak dapat dicapai secara langsung sehingga kamu harus berganti kereta di stasiun transit/penghubung untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke stasiun tujuan. Untuk memudahkan, dalam buku ini informasi yang diberikan hanyalah mengenai stasiun awal, stasiun akhir, stasiun yang menjadi tujuan wisata dan stasiun penghubung/transit. Selengkapnya mengenai jumlah stasiun di tiap rute, silahkan lihat peta rute Commuter Line berikut: Peta Rute KRL Jabodetabek
11
Keterangan: Red Line (tidak berhenti di Stasiun Gambir) Jakarta Kota (stasiun transit/penghubung) – Juanda – Gondangdia – Cikini – Manggarai (stasiun transit/penghubung) – Depok – Bogor pp Blue Line (tidak berhenti di Stasiun Gambir) Jakarta Kota (stasiun transit/penghubung) – Juanda – Gondangdia – Cikini – Manggarai (stasiun transit/penghubung) – Jatinegara (stasiun transit/penghubung) – Bekasi pp Yellow Line (tidak berhenti di Stasiun Pasar Senen dari arah Stasiun Bogor/Depok dan tidak berhenti di stasiun Angke) Jatinegara (stasiun transit/penghubung) – Pasar Senen – Kampung Bandan (stasiun transit/penghubung) – Duri (stasiun transit/penghubung) – Tanah Abang (stasiun transit/penghubung) – Sudirman – Manggarai (stasiun transit/penghubung) – Depok – Bogor pp Brown Line Duri (stasiun transit/penghubung) – Tangerang pp Green Line Tanah Abang (stasiun transit/penghubung) – Palmerah – Kebayoran – Serpong – Parungpanjang – Maja pp Loop Line (tidak berhenti di stasiun Angke) Jakarta Kota (stasiun transit/penghubung) – Kampung Bandan (stasiun transit/penghubung) – Duri – Tanah Abang (stasiun transit/penghubung) – Sudirman – Manggarai (stasiun transit/penghubung) pp
12
Mengenal Sejarah Transportasi Massal Berbasis Rel di Jabodetabek Dari Tramway ke Busway Jakarta punya sejarah panjang soal transportasi massal berbasis rel. Bahkan, dulu sekali Jakarta punya trem, ketika pada saat yang sama, Negeri Belanda belum memilikinya. Trem pertama yang muncul di Jakarta adalah trem kuda yang sanggup mengangkut 40 penumpang. Trem ini berjalan di atas rel dengan ditarik 4 ekor kuda. Meski trem kuda di Jakarta diresmikan pada 10 Agustus 1867 namun baru mulai beroperasi pada 20 April 1869. Pada saat itu, trem kuda beroperasi setiap hari dan tersedia setiap 5 menit mulai pukul 5.00 hingga pukul 20.00. Harga layanannya pun cukup murah, hanya 10 sen. Sang operator pengelola trem kuda pada saat itu adalah Bataviasche Tramweg Maatschappij (BTM). Meski cukup popular, trem kuda mengalami banyak kendala, mulai dari pengenaan pajak yang sangat tinggi hingga jumlah kematian kuda penarik trem yang tinggi. Lalu, pada 19 September 1881, trem kuda secara perlahan mulai digantikan oleh trem uap yang ditarik oleh lokomotif uap. Operator pengelola trem uap di Jakarta saat itu adalah Nederlandsche Indische Tramweg Maatschappij (NITM). Pada akhirnya trem kuda terpaksa berhenti beroperasi pada 6 Januari 1887. 18 tahun setelah beroperasinya trem uap, pada April 1899, Batavia Electrische Tram Maatschappij (BETM), trem listrik mulai dioprasikan. Trem listrik di Jakarta bahkan beroprasi lebih dahulu sebelum jenis trem yang sama beroperasi di Belanda. Belanda baru mengoperasikan trem listrik di HaarlemZandvoort pada Juli 1899.
13
Namun kemudian m trem yang sempat jaya di Jakarta akhirnya lenyap pada 1960 saat Presiden Soekarno memerintahkan agar pengoperasian trem listrik dihentikan. Presiden Soekarno saat itu menginginkan penggunaan trem listrik diganti dengan Jakarta Metro Subway seperti yang digunakan Russia. Sayangnya impian Presiden Soekarno tersebut tak pernah terlaksana, padahal trem sudah terlanjur menghilang dari kota Jakarta. Jalur trem sepanjang 40 kilometer di Jakarta pada saat itu dibagi menjadi 6 jalur yang diantaranya: Amsterdam Gate – Stadhuisplein (Taman Fatahillah) – Nieuwpoort Straat (Jalan Pintu Besar Utara dan Selatan) – Molenvliet West (Jl. Gajah Mada) – Harmoni Harmoni – Rijswijk (Jl Veteran) – Wilhelmina Park (Masjid Istiqlal) – Pasar Baru – Senen – Kramat – Salemba – Matraman – Meester Cornelis (Jatinegara) Harmoni – Tanah Abang – Kampung Lima Weg (Sarinah) – Tamarin Delaan (Jl Wahid Hasyim) – Kebon Sirih – Kampung Baru (Jalan Cut Mutia) – Kramat Harmoni - Governor General Palace (Istana Merdeka), Koningsplein (Taman Medan Merdeka) – Stasiun Gambir – Tugu Pahlawan – Kampung Baru (Jalan Cut Mutia)
14
Sejarah Pembangunan Kereta Rel Listrik di Jakarta Pernahkah terbayang lokasi Stasiun Commuter Line dibangun pertama kali di Jakarta? Yang jelas, stasiun pertama bukanlah Stasiun Jakarta Kota ataupun Stasiun Tanjung Priok. Stasiun pertama yang dibangun di Jakarta adalah Stasiun Batavia Noord. Menurut Ensiklopedi Jakarta, stasiun Batavia Noord berlokasi di belakang Museum Sejarah Jakarta. Sementara menurut situs Arkeologi, lokasi Stasiun Batavia Noord terletak di tempat yang saat ini dikenal sebagai Gedung Bank BNI 1946 di Jakarta Kota. Stasiun Batavia Noord konon merupakan stasiun kecil yang rapi dan sedikit jalur, namun stasiun Batavia Noord menjadi stasiun awal dalam pengembangan jalur kereta antara Jakarta dan Bogor. Pembangunan jalur kereta antara Jakarta dan Bogor dilakukan oleh NIS (Nederland Indische Spoorweg Maatschappij) pada 1870. Javabode, sebuah koran lokal saat itu, pada 15 September 1871 memberitakan pembukaan jalur kereta pertama di Jakarta. Pada awal abad ke 20, beberapa wilayah di selatan Jakarta mulai berkembang, ditandai dengan pembangunan Weltevreden (Jakarta Pusat), dan dibangunnya kawasan Gondangdia, Menteng dan Kramat. Pembangunan tersebut berakibat pada berkembangnya kawasan Meester Cornelis (Jatinegara). Karena perkembangan itu, kebutuhan untuk menambah kapasitas jaringan kereta di Jakarta semakin terasakan. Kemudian, dimulailah pembangunan Stasiun Gambir, Manggarai, Kemayoran, Pasar Senen, Tanah Abang, dan Jatinegara. Tidak hanya membangun stasiun baru, tapi disadari juga ada kebutuhan untuk melakukan elektrifikasi jalur kereta di Jakarta. Wacana elektrifikasi kereta di Jakarta pun didiskusikan pada 15
1917 oleh para ahli dari Staats Spoorwegen. Kemudian, mereka menyimpulkan elektrifikasi jalur kereta di Jakarta akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Tahap pertama elektrifikasi kereta pada 1923 dimulai dari jalur Tanjung Priok - Meester Cornelis (Jatinegara) yang elektrifikasinya selesai pada 24 Desember 1924. Pada hari perayaan ulang tahun ke 50 Staats Spoorwegen, 6 April 1925, pemerintah Hindia Belanda meresmikan elektrifikasi jalur kereta dan membuka Stasiun Tanjung Priok sebagai stasiun baru. Stasiun Tanjung Priok pada saat itu merupakan stasiun termegah di Asia Tenggara dan digunakan untuk melayani para penumpang dari Pelabuhan Tanjung Priok yang hendak menuju Jakarta. Tak heran, jika Stasiun Tanjung Priok juga dilengkapi dengan fasilitas penginapan dan restoran. Pada 1 Mei 1927, elektrifikasi jalur kereta di Jakarta telah selesai dan Stasiun Jakarta Kota yang sempat ditutup pada 1926 mulai dioperasikan kembali pada 8 Oktober 1929. Pada 1930, elektrifikasi pada jalur Jakarta dan Bogor juga telah selesai. Pengoperasian Kereta Rel Listrik di Jakarta merupakan tonggak dimulainya sistem transportasi massal modern yang pertama di Asia.
16
Narsis di Stasiun Ada beberapa stasiun yang dibangun pada masa Hindia Belanda yang bisa menjadi tempat untuk mengakomodir hasrat narsis di Media Sosial. Stasiun – stasiun itu meskipun tidak terlampau terawat, namun bila cukup jeli, kamu masih bisa kok mendapatkan kemegahan stasiun – stasiun tersebut. Beberapa stasiun tua yang direkomendasikan untuk dikunjungi adalah: Stasiun Jakarta Kota Stasiun Jakarta Kota, beberapa warga Jakarta mengenalnya dengan nama Stasiun Beos. Beos sendiri merupakan singkatan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij. Stasiun Jakarta Kota berlokasi di Jl. Taman Stasiun Kota No 1, Jakarta Barat.
Dibangun tahun 1870 dengan nama Stasiun Batavia Zuid dan sempat ditutup untuk renovasi pada 1926, Stasiun Jakarta Kota mulai digunakan kembali pada 8 Oktober 1929. Pengoperasian kembali Stasiun Jakarta Kota diresmikanoleh Gubernur Jenderal A.C.D. de Graeff dengan proses upacara besar.
17
Stasiun Jakarta Kota merupakan buah karya seorang Arsitek kelahiran Belanda, Frans Johan Louwrens Ghijsels. Stasiun bergaya art deco ini didesain dan dibangun dengan kombinasi struktur dan teknik Eropa yang dipadukan dengan bentuk tradisional setempat. Stasiun Jakarta Kota mencerminkan filosofi Yunani, yaitukesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan. Sampai saat ini Stasiun Jakarta Kota adalah stasiun penumpang terbesar dan memiliki rel serta peron terbanyak yang berjumlah 12. Stasiun Manggarai Stasiun Manggarai beralamat di Jl. Manggarai Utara 1, Manggarai, Jakarta Selatan. Stasiun ini dibangun pada 1912 oleh Ir. J. Van Gendt dan pengoprasiannya diresmikan pada 1 Mei 1918.
Pada masa revolusi kemerdekaan, stasiun Manggarai digunakan sebagai titik awal pemindahan ibukota Indonesia 18
dari Jakarta ke Yogyakarta. Saat itu, perpindahan ibukota Indonesia ditandai dengan perjalanan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta menggunakan kereta api yang berangkat dari Stasiun Manggarai ini. Stasiun Bogor Bangunan Stasiun Bogor yang saat ini dapat kita lihat, dibangun pada 1881 dan berlokasi di Jl. Nyi Raja Permas Bogor. Sebelumnya, stasiun ini pernah dibangun pada 1872 untuk melayani jalur kereta Jakarta – Bogor. Namun, terus meningkatnya jumlah penumpang pengguna kereta api jurusan Jakarta menuju Bogor, menyebabkan pemerintah Hindia Belanda akhirnya memutuskan untuk membangun stasiun baru.
Pada Stasiun Bogor, terdapat sebuah ruangan yang menyimpan prasasti yang bertuliskan tahun dibangunnya stasiun Bogor, yaitu pada 1881. Prasasti di Stasiun Bogor ini dibangun sebagai bentuk penghargaan kepada D. Marschalk atas jasanya membangun jaringan kereta api di Jawa. Stasiun Jatinegara Stasiun Jatinegara berlokasi di Jl. Raya Bekasi Barat, Jakarta Timur. Pada masa sebelum kemerdekaan stasiun ini dikenal sebagai Stasiun Meester Cornelis. Diperkirakan, Stasiun 19
Jatinegara dibangun oleh Staats Spoorwegen pada 1901 Stasiun ini juga digunakan sebagai depot perbaikan bagi lokomotif yang memerlukan perawatan ringan. Menilik bangunannya, Stasiun Jatinegara memiliki desain arsitektur yang bermodel transisi antara gaya kolonial dengan gaya arsitektur moden.
Namun pastinya, bangunan Stasiun Jatinegara juga mengadopsi kondisi lingkungan Indonesia. Hal ini terlihat dari pemilihan model atap, pintu, dan jendela yang berupaya menjawab tantangan iklim Indonesia yang panas dan lembab. Stasiun Pasar Senen Stasiun Pasar Senen berlokasi di Jl. Pasar Senen, Jakarta Pusat. Dibangun pada 1924 dan diresmikan pada 19 Maret 1925.
20
Stasiun Pasar Senen adalah karya dari arsitek Ir. J. Van Gendt. Awalnya Stasiun Pasar Senen hanyalah stasiun kecil yang dibangun oleh Batavia Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS) untuk mendukung layanan transportasi di Pasar Senen yang dibangun sejak 1733.
Namun kemudian, Stasiun Pasar Senen menjadi salah satu stasiun yang pertama kali dilalui oleh jalur elektrifikasi kereta di Jakarta. Stasiun Tanjung Priok Stasiun Tanjung Priok berlokasi di Jl. Taman Stasiun Tanjung Priok, jaraknya hanya selemparan batu dari gerbang Pelabuhan Tanjung Priok. Sejarah keberadaan Stasiun Tanjung Priok ini tidak dapat dilepaskan dari pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok pada abad ke 19.
21
Pelabuhan Tanjung Priok sendiri dibangun untuk menggantikan fungsi dari Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada saat itu, Pelabuhan Tanjung Priok berfungsi sebagai gerbang bagi Jakarta dan juga Hindia Belanda. Pelabuhan ini dibangun di tahun 1877 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johan Wilhelm van Lansberge. Stasiun Tanjung Priok mulanya dibangun pada 1885. Kemudian, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderael AFW Idenburg di 1914, Stasiun Tanjung Priok diperluas hingga luasnya mencapai 3600m2. Stasiun dengan nuansa at deco karya Ir. C.W. Koch saat itu menjadi stasiun termegah di Asia Tenggara. Karena Stasiun Tanjuk Priok digunakan sebagai stasiun penghubung antara Pelabuhan Tanjung Priok dan Jakarta, tak mengherankan jika penumpang kapal-kapal yang mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok terbiasa transit di Stasiun Tanjung Priok. Inilah alasan Stasiun Tanjung Priok pada masa itu dilengkapi dengan fasilitas yang memadai seperti restoran, lift, serta penginapan yang tersedia di lantai 2.
Memang sangat disayangkan karena saat ini tak ada satupun perjalanan KRL menuju Stasiun Tanjung Priok. Jika kamu mau mendatangi stasiun ini, maka kamu bisa berhenti di Stasiun Jakarta Kota untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan TransJakarta Busway menuju Tanjung Priok. 22
Menjelajahi Kawasan Kota Tua Untuk menuju Stasiun Jakarta Kota, ada beberapa rute yang bisa kamu gunakan ketika memulai perjalanan dari suatu tempat manapun di penjuru Jakarta. Stasiun transit ditandai dengan ( ) Dari Tangerang Tangerang – (Duri) – (Kampung Bandan) – Jakarta Kota Tangerang – (Duri) – (Manggarai) – Jakarta Kota Dari Maja – Parungpanjang - Serpong Maja - Parungpanjang – Serpong – (Tanah Abang) – (Kampung Bandan) – Jakarta Kota Maja - Parungpanjang – Serpong – (Tanah Abang) – (Manggarai) – Jakarta Kota Dari Bekasi dan Jatinegara Bekasi – Manggarai – Jakarta Kota Jatinegara – (Kampung Bandan) – Jakarta Kota Dari Bogor Bogor – Manggarai – Jakarta Kota Museum Sejarah Jakarta Museum Sejarah Jakarta atau yang dikenal masyarakat sebagai Museum Fatahillah berada di Jl. Taman Fatahillah No. 1 Jakarta Barat. Awalnya, museum ini digunakan sebagai Balai Kota dan dibangun di tahun 1620 oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoen Coen. Bangunan ini telah beberapa kali direnovasi pada 1627 dan 1707. Gedung ini tidak hanya berfungsi sebagai Balai Kota namun juga menjadi Kantor Catatan Sipil, Kantor Perbendaharaan, sekaligus juga Pengadilan. Tak mengherankan bila pada masa itu gedung Museum Sejarah Jakarta juga dikenal sebagai Gedung Bicara. 23
Arsitektur Museum Sejarah Jakarta menyerupai Istana Dam di Amsterdam yang terdiri dari bangunan utama dengan dua sayap, serta memiliki penjara bawah tanah. Sama halnya dengan di Eropa, Balai Kota ini juga dilengkapi dengan lapangan yang dikenal sebagai Taman Balai Kota (atau Taman Fatahillah). Penjara bawah tanah di Museum Sejarah Jakarta juga sempat menjadi tempat penahanan beberapa pahlawan nasional seperti Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dien. Museum Sejarah Jakarta memiliki 23.500 buah koleksi namun koleksi yang dipamerkankan hanyalah sekitar 500 buah. Salah satu koleksi terkenalnya adalah Meriam Si Jagur, Patung Hermes, Pedang Eksekusi dan lukisan dari para Gubernur Jenderal.
Waktu tempuh: kira – kira 5 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota
24
Museum Seni Rupa dan Keramik Museum Seni Rupa dan Keramik beralamat di Jl. Pos Kota No. 2, Jakarta Barat. Bangunan yang dibangun pada 1870 ini merupakan karya dari arsitek JHR. W.H.F.H. Van Raders. Awalnya bangunan ini digunakan sebagai gedung Pengadilan pada Kastil Batavia (Raad van Het Justice Binnen Casteel Batavia) di masa pemerintahan Gubernur Jenderal Picter Mijer, 32 Januari 1870. Gedung ini juga sempat digunakan sebagai asrama tentara KNIL dan sempat digunakan sebagai gudang logistik TNI. Pada 1970 – 1973, bangunan ini juga digunakan sebagai kantor Walikota Jakarta Barat. Museum Seni Rupa dan Keramik memiliki 490 koleksi lukisan dan patung, dengan lukisan Bupati Cianjur R. Bustaman Saleh Sharif (1807-1880) sebagai koleksi lukisan tertuanya. Selain itu, museum ini juga memiliki 8.500 koleksi keramik.
Museum Seni Rupa dan Keramik ditata rapih dengan dilengkapi cukup pencahayaan dan pendingin ruangan di setiap ruangannya. Di tengah museum, ada taman indah yang dilengkapi bangku untuk pengunjung duduk bersantai.
25
Waktu tempuh: kira – kira 5 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota Museum Wayang Museum Wayang beralamat di Jl. Pintu Besar Utara No 27, Jakarta Barat. Awalnya di lokasi ini terdapat bangunan Gereja yang dibangun pada 1640 dengan nama Gereja Belanda Lama. Lalu, pada 1732 gereja ini direnovasi dan diubah namanya menjadi Gereja Belanda Baru. Sayangnya, sebuah gempa besar meruntuhkan seluruh bangunan gereja tersebut. Di lahan bekas Gereja Belanda Lama, sebuah bangunan yang berfungsi sebagai gudang dibangun oleh perusahan Geo Wehry & co pada 1912. Lalu, pada 1938 seluruh bangunan gedung tersebut direnovasi menjadi bangunan yang dapat dilihat saat ini. Tak lama kemudian, bangunan ini dibeli oleh Bataviasche Genootshap van Kunsten en Watenschappen yang akhirnya menghibahkan bangunan tersebut kepada Stichting Oud Batavia (Old Batavia Foundation).
26
Pada 22 Desember 1939, Museum Batavia Lama dibuka oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang terakhir menjabat, Jonkheer Meester Aldius Warmoldu Tjarda Lambertus van Starkenborg Stachouwer. Di taman kecil yang terletak di Museum Watang terdapat 9 prasasti dengan nama – nama pejabat Belanda yang dikuburkan di tempat ini, salah seorang diantaranya adalah Jan Pieterszoon Coen. Museum Wayang mengkoleksi beragam bentuk dan jenis wayang dari segala penjuru Indonesia. Koleksi wayang dari Negara – Negara lain juga dimiliki oleh museum ini. Saat ini, Museum Wayang memiliki lebih dari 4000 buah koleksi. Tata letak serta pencahayaan di museum ini cukup baik dan di dalam museum terdapat toko souvenir agar pengunjung dapat membeli hadiah untuk teman ataupun keluarga.
Waktu tempuh: kira – kira 5 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota
27
Taman Fatahillah Taman Fatahillah berada di depan Museum Sejarah Jakarta. Pada awalnya taman ini bernama Taman Balaikota. Di tengah taman, terdapat Air Mancur yang awalnya berfungsi sebagai sumber air bagi penduduk Batavia. Saat ini, biasanya di taman ini tersedia banyak sepeda dengan warna – warna cerah serta topi lebar untuk perempuan untuk disewa. Sepeda – sepeda ini dapat disewa wisatawan untuk digunakan mengelilingi Taman Fatahillah dan situs – situs wisata menarik lainnya di Kota Tua. Pada masa VOC berkuasa, Taman ini sering digunakan sebagai lokasi menghukum mati para terdakwa yang dinyatakan bersalah oleh Pengadilan. Metode hukuman mati yang digunakan pada saat itu adalah hukuman gantung atau pancung kepala.
Menurut sejarah, pada abad ke 18, kota Amsterdam yang berjumlah penduduk 210 ribu jiwa setiap tahunnya hanya menghukum mati 5 orang. Sementara pada masa yang sama, Batavia yang berpenduduk 130 ribu jiwa jumlah orang setiap tahunnya menghukum mati dua kali lebih banyak orang dibandingkan Amsterdam.
28
Beberapa orang yang cukup terkenal seperti, Oey Tambah dan Bang Puase menjalani hukuman mati disini.
Waktu tempuh: kira – kira 5 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota Kantor Pos Fatahillah Kantor Pos Fatahillah berlokasi di Jl. Kali Besar Timur, Jakarta Barat, berposisi tepat di depan Museum Sejarah Jakarta. Sejak awal gedung yang diarsiteki oleh Ir. R. Baumgartner ini memang digunakan sebagai kantor pos.
29
Saat ini pun, bangunan dua lantai ini tetap berfungsi sebagai kantor pos yang dioperasikan oleh PT. Pos Indonesia.
Waktu tempuh: kira – kira 5 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota Rumah Akar Bangunan unik ini dikenal sebagai Rumah Akar. Rumah Akar berada di Jl. Kali Besar Timur, di belakang Museum Wayang. Para penggemar fotografi telah menempatkan rumah akar sebagai salah satu daftar prioritas di Kota Tua. Sayangnya, tidak ditemukan informasi mengenai sejarah bangunan ini. Namun, karena bangunan ini sudah lama tidak beratap, tak mengherankan jika pohon dan rerumputan dapat tumbuh alami dan berubah menjadi interior yang paling menarik dari Rumah Akar.
30
Rumah Akar akan membawa imajinasi pengunjung pada suasana keindahan dan keangkeran pada saat yang bersamaan ketika dimasuk. Inilah alasan Rumah Akar menjadi sering digunakan sebagai latar oleh pencintaphotografi. Sayangnya lagi, informasi mengenai pemilik Rumah Akar ini tidak ditemukan. Namun untungnya berfoto – foto di dalam Rumah Akar masih dimungkinkan, walau konon ada biaya yang dikenakan sebesar Rp 100.000 – Rp 160.000/jam.
Waktu tempuh: kira – kira 7 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota Gedung Singa Kuning Gedung Singa Kuning berlokasi di Jl. Kali Besar Barat. Pada masa VOC berkuasa, Jakarta menjelma menjadi pusat dagang internasional, sehingga banyak perusahaan multinasional membuka kantor di sini. Awalnya bangunan ini digunakan 31
sebagai kantor oleh Bank of China. Kemudian pada 1921, bangunan ini direnovasi oleh North Borneo Company.
Bangunan ini juga sempat digunakan sebagai rumah Bangsawan Jerman, Baron Friedrich von Wurmb. Ada kemungkinan nama Gedung Singa Kuning berasal dari dua patung Singa berwarna kuning emas dan warna bangunan yang memang kuning.
Waktu tempuh: kira – kira 13 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota Toko Merah Toko Merah yang berlokasi di Jl. Kali Besar Barat No 7 ini dibangun pada 1730 oleh Willem Baron van Imhoff Gustaaf. Nama Toko Merah berasal dari warna dari dinding bangunan yang dicat langsung pada bata yang tidak diplester. Warna merah juga mendominasi warna bagian dalam gedung. Menurut Sertifikat Tanah No 957 dan 958, tertanggal 13 Juli 1920, Toko Merah dimiliki oleh NV Bouwmaatschapij. 32
Tiga belas tahun sesudah pembangunannya, bagian utara dari gedung ini digunakan sebagai Akademi Maritim belanda yang diresmikan pada 7 Desember 1743. Akademi Maritim ini adalah yang terbaik di dunia, sayang usia akademi maritime ini tidak lama dan hanya bertahan sampai 1755.
Waktu tempuh: kira – kira 14 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota Jembatan Gantung Kota Intan Jembatan Gantung Kota Intan merupakan jembatan berwarna merah yang menghubungkan dua sisi Kali Besar. Jembatan ini memiliki panjang 38, 6 meter dengan lebar 4 meter. Pada masa lalu, Kali Besar menjadi bagian dari jaringan kanal yang menghubungkan Pelabuhan Sunda Kelapa dengan Batavia Lama. Wajar jika jembatan ini juga dilengkapi pengangkat agar jembatan dapat diangkat bila ada kapal melintas di bawah jembatan tersebut. 33
Jembatan Kota Intan dibangun pada 1628 dengan nama Jembatan Inggris, ia berfungsi untuk menghubungkan Kastil Belanda dan Kastil Inggis yang masing- masing berada di sisi Kali Besar. Pada 1629, Jembatan ini dihancurkan oleh Tentara Mataram, lalu 26 tahun kemudian jembatan ini dibangun kembali dengan nama Jembatan Tengah. Meski bernama resmi Jembatan Tengah, namun orang – orang lokal lebih mengenalnya dengan Jembatan Pasar Ayam. Kemudian pada 1938, Jembatan ini mengalami perbaikan kembali dan diberi nama Jembatan Ratu Juliana.
Setelah kemerdekaan, secara resmi jembatan ini diberi nama Jembatan Kota Intan, hal ini dikarenakan pada tempat ini pernah berdiri satu menara pertahanan Kastil Batavia yang bernama Intan. Jembatan Kota Intan ini menjadi salah satu tempat yang sering digunakan sebagai latar pengambilan foto pra nikah 34
Waktu tempuh: kira – kira 15 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota Menara Syahbandar Menara Syahbandar berada di Jl. Pasar Ikan, Jakarta Utara. Menara ini diperkirakan dibangun pada 1839. Menara ini ialahbekas menara pertahanan Culemborg yang dibangun pada 1645. Menara Syahbandar digunakan untuk mengawasi lalu lintas kapal yang masuk dan keluar dari Batavia. Selain itu, menara ini juga berfungsi sebagai Kantor Bea dan Cukai untuk barang – barang yang masuk ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
77 anak tangga harus didaki untuk dapat mencapai Puncak Menara. Pada puncak menara, jangan lewatkan ruangan pemantauan yang dicat merah yang akan menghibur mata. Di bawah Menara, terdapat penjara yang digunakan sebagai 35
tempat bagi anak buah kapal yang melanggar hukum. Konon, di bawah menara ini juga ada koridor yang menghubungkan Menara Syahbandar dengan Museum Sejarah Jakarta. Menara ini adalah bagian dari Museum Bahari dan dikenal juga sebagai Menara Miring.
Waktu tempuh: kira – kira 21 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota Museum Bahari Museum Bahari menampilkan koleksi benda – benda yang memiliki kaitan dengan sejarah bahari Indonesia. Berlokasi di Jl. Pasar Ikan Jakarta utara, bangunan ini dibangun pada 1652. Pada masa itu, Museum Bahari digunakan sebagai gudang penyimpanan rempah – rempah yang akan dikirimkan ke Eropa.
36
Saat ini Museum Maritim mengkoleksi lebih dari 850 benda, termasuk 19 kapal asli dan 107 miniatur kapal.
Tak hanya itu, Museum ini juga memamerkan peralatan yang digunakan oleh para pelaut seperti peralatan navigasi, meriam, dan menara pemandu.
Waktu tempuh: kira – kira 21 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota Pasar Ikan Luar Batang Pasar tradisional bernama Pasar Ikan Luar Batang ini adalah pasar tertua di Jakarta. Berada di Jl. Pasar Ikan, Jakarta Utara, Pasar Ikan Luar Batang dikelola oleh PD Pasar Jaya. Dahulu, lokasi Pasar Ikan yang dibangun pada 1631 ini berada di atas laut, namun karena pelebaran Kastil pada 1636 pasar ini dipindahkan lokasinya ke sebelah barat kali Ciliwung.
37
Pada abad ke 17, setelah berdirinya VOC, kawasan ini menjadi tempat penampungan sementara bagi awak kapal orang Indonesia yang akan memasuki Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada masa itu, peraturan VOC melarang kapal – kapal Indonesia melintasi pelabuhan di malam hari.
Seluruh kapal harus melewati pos pemeriksaan dan setiap kargo yang dibawa oleh pelaut Indonesia di periksa secara ketat. Setiap senjata pun harus dititipkan di pos pemeriksaan. Sambil menunggu ijin berlabuh ke Pelabuhan yang bisa memakan waktu berhari – hari, para anak buah kapal membangun pemondokan temporer. Secara perlahan pemondokan tersebut dikenal dengan nama Kampung Luar Batang atau kampung yang berada di luar pos pemeriksaan. Untuk membangun pelabuhan dan kastil Batavia, VOC seringkali mengimpor buruh dan pelaut dari berbagai daerah. VOC kemudian menempatkan mereka semua di Kampung Luar
38
Batang. Tak heran situasi di Kampung seluas 16,5 hektar ini sejak masa VOC menjadi terkesan kumuh. Pasar Ikan ini tak lagi hanya menjual ikan, tapi juga peralatan nelayan serta peralatan musik tradisional Betawi.
Waktu tempuh: kira – kira 21 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota Pelabuhan Sunda Kelapa Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan tua yang beralamat di Jl. Maritim No 8, Penjaringan, Jakarta Utara. Pelabuhan bersejarah ini sudah dikenal sejak abad ke 12. Awalnya pelabuhan ini merupakan tempat bongkar muat barang – barang milik Kerajaan Sunda. Sehingga sejak awal, banyak kapal – kapal asing berlabuh dan berdagang dengan penduduk sekitar. Kapal – kapal itu membawa porselen, kopi, sutra, kuda, dan lain – lain untuk kemudian ditukar dengan rempah – rempah. Bangsa Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang berlabuh di Sunda Kelapa pada 1512. Namun, kehadiran bangsa Portugis tidak bertahan lama, karena Fatahillah memimpin tentara dari Kesultanan Demak untuk menyerang bangsa Portugis. 39
Akhirnya, Fatahillah menguasai Sunda Kelapa dan pada 1527 ia menamakan kota ini Kota Jayakarta. Pada 1596, Belanda juga datang dengan tujuan yang sama, yaitu mencari rempah – rempah. Awal kedatangan Belanda disambut hangat oleh Pangeran Wijayakrama. Namun kemudian hubungan itu memburuk saat Belanda membangun benteng 200 meter di sebelah selatan Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1613.
Saat ini, Pelabuhan Sunda Kelapa hanya melayani perdagangan antar pulau di Indonesia. Pada dermaganya, biasa ditemukan banyak kapal pinisi atau kapal bugis dengan berbagai bentuk dan berwarna.
Waktu tempuh: kira – kira 21 menit jalan kaki ke arah utara dari Stasiun Jakarta Kota 40
Taman Stasiun Jakarta Kota: Dari Taman Jadi Halte Dulu, di depan Stasiun Jakarta Kota terdapat sebuah taman yang dikenal dengan nama Taman Stasiun Jakarta Kota. Taman tersebut juga dikenal dengan nama Taman Stasiun Kota maupun Stasionsplein. Satu-satunya sisa peninggalan dari Taman ini ialah sebuah monumen berbentuk jam dengan gaya bangunan Art Deco.
Saat ini, taman ini tidak bisa lagi dijumpai karena telah berubah fungsinya, sebagian menjadi persimpangan jalan dan sebagian lainnya digunakan sebagai Halte TransJakarta.
41
Mengelilingi Pecinan Setelah mengelilingi Batavia Lama, tidak ada salahnya mengunjungi juga wilayah Pecinan. Pada tempat ini ada banyak tempat wisata bersejarah. Pecinan sendiri membentang dari Pintu Kecil sampai ke arah Glodok. Museum Bank Indonesia Museum Bank Indonesia Museum beralamat di Jl. Pintu Besar Utara No. 3, Jakarta Barat. Pada mulanya di lokasi ini berdiri Rumah Sakit Binnen Hospitaal sebelum kemudian dibangunlah gedung De Javasche Bank (DJB) pada 1828. Setelah kemerdekaan, pada 1953, De Javasche Bank dinasionalisasi dan diubah namanya menjadi Bank Indonesia. Lalu pada 1962, Bank Indonesia memindahkan pusat operasinya ke gedung baru di kawasan Thamrin.
Setelah tak ada aktivitas di gedung ini, pada 15 Desember 2006, Bank Indonesia membuka Museum Bank Indonesia yang peresmiannya dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 21 Juli 2009. Museum Bank Indonesia memamerkan beragam informasi tentang perjalanan perbankan dari masa ke masa.
42
Museum ini sudah berbasis teknologi informasi, sehingga semua informasinya disajikan dengan menggunakan teknologi multi media terkini.
Waktu tempuh: kira – kira 6 menit jalan kaki ke arah Barat Laut dari Stasiun Jakarta Kota Museum Bank Mandiri Museum Bank Mandiri beralamat di Jl. Lapangan Stasiun No. 1, Jakarta Barat, tepat di sebelah Museum Bank Indonesia. Bangunan ini didesain oleh JJJ de Bruyn, A.P. Smits, and C. Van de Linde dengan gaya Art Deco.
43
Dahulu, bangunan ini digunakan oleh Nederlandsche HandelMaatschappij (NHM) yang merupakan sebuah perusahaan perdagangan milik pemerintah Belanda. Sama seperti De Javasche Bank, NHM pada 1960 juga dinasionalisasi dan diganti namanya menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) urusan ekspor impor. Lalu, pada 31 Desember 1968 namanya berubah lagi menjadi Bank Ekspor Import (Exim). Kemudian, namanya berubah untuk terakhir kalinya menjadi Bank Mandiri setelah terjadi merger antaraBank Eksim, Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, dan Bapindo.
Bagi para nasabah Bank Mandiri, dengan menunjukkan kartu ATM, masuk ke dalam Museum Bank Mandiri adalah gratis. Ketika berada di Museum ini, kamu seakan – akan terlempar kembali ke masa lalu karena banyaknya koleksi perbankan masa lalu yang dipamerkan di Museum ini. Pada Museum Bank
44
Mandiri terdapat Kedai Kopi dan Taman yang dilengkapi dengan taman bermain.
Waktu tempuh: kira – kira 3 menit jalan kaki ke arah Barat Laut dari Stasiun Jakarta Kota Pasar Pagi Mangga Dua Pasar Pagi Mangga Dua adalah salah satu pasar terkenal di Jakarta Utara. Pasar ini sama sekali tidak mirip dengan pasar tradisional, tapi lebih mirip seperti “Budget Mall”. Lokasinya, terletak di Jl. Mangga Dua, Jakarta Utara.
Pasar ini buka mulai pukul 10.00 s/d 17.00 setiap harinya. Pasar yang memiliki 7 tingkat ini menampung beragam toko yang menjual berbagai macam barang seperti T-shirt, tiruan barang45
barang mewah , DVD, sepatu, souvenir, kerajinan lokal, dan lemari pakaian pengantin. Pasar ini sangat sibuk, baik di hari kerja maupun akhir pekan. Berbelanja di sini, memerlukan keahlian untuk tawar-menawar harga yang biasanya dapat turun 30-40% lebih murah dari harga yang ditawarkan penjual pertama kali. Ketika harga telah disepakati, cobalah membeli barang lainnya. Kemudian, kembali lakukan tawar-menawar harga untuk keseluruhan barang yang dibeli.
Di Pasar Pagi Mangga Dua, kamu bisa berbelanja sampai pingsan, apalagi jika kamu punya keterampilan tawar-menawar harga yang sangat baik.
Waktu tempuh: kira – kira 12 menit perjalanan kaki ke arah Timur dari Stasiun Jakarta Kota
46
Pusat Tekstil Pintu Kecil Dulu bernama Kleine Poort atau Pintu Kecil. Nama ini diambil dari nama pintu yang digunakan untuk menuju Benteng Batavia. Pintu Kecil tersebut, pada saat itu menjadi jalan alternatif bagi orang – orang yang hendak masuk dan keluar dari benteng kota. Karena jalan utama Buiten Nieuwpoort and Binnen Straat (sekarang Jalan Pintu Besar Utara dan Pintu Besar Selatan) ditutup pada malam hari untuk mengantisipasi serangan tentara Kesultanan Banten. Konon, Pintu kecil berada di dekat Diest Bastion. Maka dari itu, selain dikenal dengan nama Pintu Kecil, jalan ini juga dikenal dengan nama Diestpoort.
Setelah pemberontakan orang – orang Tionghoa pada Oktober 1840, VOC melarang orang – orang Tionghoa untuk tinggal di dalam tembok kota. Sebagai gantinya, VOC memberikan tempat baru bagi orang – orang Tionghoa di luar benteng, yaitu di daerah Pintu Kecil hingga ke Glodok. Sejak awal abad ke 20, Pintu Kecil telah menjadi pusat bisnis dan perdagangan orang – orang Tionghoa. Bahkan pada saat itu, boleh dikatakan Pintu Kecil telah menjelma menjadi Walstreetnya dari Batavia. Posisi Pintu Kecil sebagai pusat bisnis dan perdagangan pun tak pernah tergantikan sampai tahun 1970. Saat ini, Pintu Kecil menjadi salah satu pusat tekstil di Jakarta 47
Waktu tempuh: kira – kira 6 menit jalan kaki ke arah Barat dari Stasiun Jakarta Kota Pasar Pagi Asemka Pasar Pagi Asemka merupakan salah satu pasar grosir terbesar di Jakarta. Pasar ini menyediakan beragam asesoris, boneka, suvenir perkawinan, alat tulis, dan mainan anak – anak. Meski sangat banyak penjual di Pasar ini, mereka tidak pernah kekurangan pembeli. Suasana pasar selalu hidup terutama pada hari Sabtu dan Minggu.
Pasar Pagi Asemka menawarkan harga yang terjangkau bila dibandingkan dengan harga di pusat perbelanjaan modern. Pasar Pagi Asemka menawarkan beragam model asesoris yang selalu berganti sesuai dengan kecenderungan mode terkini. Kisaran harga asesoris yang dijual di pasar Asemka ialah Rp. 5.000 – Rp. 30.000.
48
Jika mencari mainan anak, Pasar Pagi Asemka menjadi tempat yang tepat, karena mainan yang dijual di pasar ini memiliki kualitas yang tidak kalah dengan mainan yang dijual di mall. Sedangkan harga jual yang terjangkau di Pasar Pagi Asemka menjadi surga bagi para pemburu mainan. kisaran harga mainan di pasar ini antara Rp. 1.000 – Rp. 1.000.000. Pasar Pagi Asemka mulai dapat dikunjungi sejak pukul 9.00. Jangan lupa untuk selalu menawar harga yang ditawarkan oleh para pedagang. Selain itu, berhati – hatilah dengan barang bawaan, dan pilihlah produk dengan bagus.
Waktu tempuh: kira – kira 6 menit jalan kaki ke arah Barat dari Stasiun Jakarta Kota Perniagaan Barat/Toko Obat Lay An Tong Pada awal abad ke-18 , Jl. Perniagaan Barat, Roa Malaka , Jakarta Barat masih dikenal dengan nama Jl . Dji Lak Keng yang berarti " dua puluh enam bangunan ". Kali Angke ialah kali yang 49
mengalir di depan Jl . Dji Lak Keng, sehingga akhirnya dikenal juga sebagai kali Dji Lak Keng.
Kedua puluh enam bangunan tersebut digunakan sebagai rumah opium, perjudian, dan juga tempat prostitusi. Pada umumnya, para pemilik bangunan di Jl. Dji Lak Keng ini menjadikan lantai pertama sebagai tempat opium dan lantai dua sebagai tempat perjudian. Pada lantai dualah para penjudi akan bermain dengan ditemani oleh para pekerja seks. Pada saat itu, Jl. Perniagaan Barat tumbuh menjadi apa yang disebut " The Las Vegas dari Batavia " dan menjadi salah satu tujuan wisata utama para pedagang serta para bangsawan. Kegiatan di tempat ini dimulai dari sore sampai tengah malam. Pemerintah VOC berupaya untuk melemahkan masyarakat Tionghoa melalui penjualan opium dan perjudian. Untuk memuluskan rencananya, VOC pada 1745 membentuk komunitas opium yang disebut Amfioen Societeit. Komunitas Opium bentukan VOC ini memberikan keuntungan yang besar bagi VOC. Jl. Perniagaan Barat saat itu tidak hanya terkenal karena rumah opium dan prostitusi, tetapi juga karena murahnya minuman keras yang dijual di wilayah tersebut. Salah satu dari bangunan rumah opium yang masih tersisa ialah Toko Obat Lay An Tong, walaupun pada saat ini tidak lagi berfungsi sebagai Toko Obat. 50
Waktu tempuh: kira – kira 12 menit jalan kaki ke arah Barat dari Stasiun Jakarta Kota SMUN 19 Jakarta SMUN 19 Jakarta adalah sekolah negeri yang beralamat di Jl. Perniagaan Nomor 31, Jakarta. Bangunan yang ditempati sekolah ini merupakan salah satu bangunan bersejarah penting di Jakarta. Di tempat ini pada 17 Maret 1900, beberapa orang terkemuka dari komunitas Tionghoa berkumpul untuk mendirikan organisasi Cina pertama yang modern di Hindia Belanda, Tiong Hoa Hwee Koan (THHK). Konon, organisasi THHK ini menjadi sumber inspirasi dari pembentukan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Tiong Hoa Hwee Koan adalah organisasi yang bertujuan untuk mendorong orang-orang Tionghoa yang berada di Hindia 51
Belanda untuk mengenali identitasnya melalui penyebaran ajaran Kong Hu Cu. Pada 1901, THHK mendirikan sekolah bagi masyarakat Tiong Hoa di Batavia yang disebut Tiong Hoa Hak Tong. Sekolah ini adalah sekolah swasta modern yang pertama di Hindia Belanda. Sekolah THHK yang paling dikenal adalah THHK Batavia ( Pa Hua ) dan THHK Tegal. THHK juga memelopori penggunaan istilah "Tiong Hoa" yang mengacu pada sebuah komunitas masyarakat Tionghoa di Hindia Belanda. Perjuangan THHI ini akhirnya membuahkan hasil pada 1928, saat Gubernur Jenderal Hindia Belanda secara resmi mengakui istilah "Tong Hoa" dan "Tiongkok" dengan mengunakannya dalam berbagai persyaratan dan dokumen resmi. Sekolah Pa Hua mengenal tingkatan kelas, walau segala usia dapat dicampur dalam satu kelas. Siswa yang berasal dari Cina dan pribumi diajarkan pelajaran aljabar, aritmatika, adat istiadat, dan budaya Tionghoa. Ketika terjadi peristiwa pemberontakan PKI pada 1965, THHK dianggap berafiliasi dengan Baperki. Lalu, sejak 6 April 1966 sekolah tersebut diambil alih oleh pemerintah Orde Baru dan berganti nama menjadi SMU Negeri 19 Jakarta.
Waktu tempuh: kira – kira 11 menit jalan kaki ke arah Barat Daya dari Stasiun Jakarta Kota
52
Rumah Keluarga Souw Rumah Keluarga Souw terletak di Jl . Perniagaan, Jakarta, tak jauh dari SMUN 19 Jakarta. Rumahnya yang berpagar tinggi dan seringkali terhalang truk-truk besar yang berkumpul di depannya, membuat tak mudah untuk melihat bangunan bersejarah ini. Rumah ini dihuni oleh keluarga Souw, sebuah keluarga terkenal yang sangat kaya di Batavia. Souw Siauw Tjong tidak hanya kaya tapi juga berjiwa sosial. Dia mendirikan sekolah untuk anak-anak bumiputra di tanahnya, membantu orang miskin, dan menyediakan bahan-bahan makanan serta bahan bangunan saat bencana kebakaran. Karena sifatnya yang murah hati itu, Tjong mendapatkan pangkat letnan dari pemerintah Hindia Belanda pada Mei 1877. Namanya juga terdaftar sebagai salah satu penyumbang untuk renovasi Kuil Boen Tek Bio di Tangerang dan Kuil Kim Tek Le (sekarang bernama Jin de Yuan ) di Batavia.
Bangunannya beratapkan ekor Walet sebagai penanda bahwa pemilik rumah adalah pemimpin dari komunitas Tionghoa yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda. Bahkan warga kaya biasa hanya bisa memakai atap dengan gaya pelana kuda dan tidak diperkenankan untuk memasang sepasang batu singa di depan rumahnya.
53
Meskipun pada saat ini batu penjaga berbentuk Singa tidak ada lagi disana, namun diperkirakan rumah ini memiliki sepasang batu berbentuk singa untuk menjaga rumah ini.
Waktu tempuh: kira – kira 12 menit jalan kaki ke arah Barat Daya dari Stasiun Jakarta Kota Pasar Petak Sembilan Jakarta tentu saja menawarkan berbagai pilihan wisata menarik. Salah satunya adalah kawasan wisata Petak Sembilan yang memiliki nuansa Tiong Hoa masa lalu. Petak Sembilan terletak di sepanjang Jl. Kemenangan III, Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat. Petak Sembilan tidak hanya memberi kamu kesenangan ketika melihat berbagai pemandangan arsitektur bangunan tua Cina, tetapi juga mampu memberikan kesehatan tubuh. Sehat, karena untuk menikmati suasana di Petak Sembilan kita perlu berjalan kaki sekejap. Daerah di sekitar Jl. Kemenangan III dihiasi lentera berwarna merah merah. Pemandangan yang biasanya hanya bisa dilihat di berbagai pusat perbelanjaan modern pada saat menyambut perayaan Imlek. Di kedua sisi jalan, banyak bangunan yang menyediakan peralatan bersembahyang penganut Buddha dan Konghucu. Jika beruntung, kita bahkan bisa merasakan aroma Hio di kawasan ini.
54
Selain itu, di daerah ini kita bisa menemukan sejumlah toko obat tradisional Cina yang menjual berbagai macam obatobatan tradisional Cina. Kita juga bisa menemui sejumlah sinshe (dokter tradisional Cina) yang melakukan praktek pengobatan tradisional.
Tempat ini juga merupakan surga bagi penikmat wisata kuliner berbahan dasar babi. Sebagian besar warung makan dan tokotoko menggunakan minyak maupun daging babi dalam hidangannya. Kehidupan di Petak Sembilan tidak dapat dipisahkan dari keberadaan pasar tradisional yang juga merupakan tempat tinggal para pedagangnya. Dan yangterpenting, tidak perlu kaget bila menemukan pedagang yang menjual belut, moa, kura – kura, dan juga katak.
Waktu tempuh: kira – kira 12 menit jalan kaki ke arah Barat Daya dari Stasiun Jakarta Kota 55
Toko Lautan Mas Toko Lautan Mas yang terletak di Jl. Toko Tiga ini menjual berbagai peralatan menyelam. Konon kabarnya Toko Lautan Mas merupakan bekas kediaman dari seorang Playboy Legendaris asal Batavia, Oey Tambahsia, yang hidup pada tahun 1800-an. Oey Tambah sangat terkenal karena ia ialah seorang pengusaha muda kaya yang juga playboy. Menurut beberapa cerita, ada seorang India yang ingin membeli tanah Oey di daerah Pasar Baru. Setelah kesepakatan harga tercapai, tiba-tiba Oey melihat gadis putri si India, pembeli tanahnya. Oey lalu bilang ke orang India itu bahwa tanahnya tak usah dibayar, asal ia bisa menghabiskan waktu selama dua malam dengan putri si India itu.
Oey Tambah juga terkenal sebagai pengusaha kaya yang menjalankan bisnisnya dengan cara – cara curang. Oey menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh lawan bisnisnya. Kecurangannya itulah yang mengakhiri hidup Oey di Taman Fatahillah.
56
Waktu tempuh: kira – kira 9 menit jalan kaki ke arah Barat Daya dari Stasiun Jakarta Kota
57
Mampir di Jayakarta yuk Setelah menyusuri kawasan di sekitar Stasiun Jakarta Kota, mampirlah sekejap di Stasiun Jayakarta. Ada cerita sejarah yang cukup menarik yang terletak di dekat Stasiun ini
Stasiun Jayakarta Untuk menuju ke Stasiun Jayakarta maka ada beberapa rute yang bisa digunakan jika anda bepergian dari berbagai penjuru Jakarta. Stasiun transit ditandai dengan ( ) Dari Tangerang Tangerang – (Duri) – (Kampung Bandan) – Jayakarta Tangerang – (Duri) – (Manggarai) – Jayakarta Dari Tangerang Selatan Maja – Parungpanjang – Serpong – (Tanah Abang) – (Kampung Bandan) – (Jakarta Kota) – Jayakarta Maja – Parungpanjang – Serpong – (Tanah Abang) – (Manggarai) – Jayakarta Dari Bekasi dan Jatinegara Bekasi – Manggarai – Jayakarta Jatinegara – (Kampung Bandan) – (Jakarta Kota) – Jayakarta Dari Bogor Bogor – Manggarai – Jayakarta
58
Pieter Erberveld: Petualangan Pahlawan Indonesia di abad 18 Pieter Erberveld, sosok seorang bangsawan keturunan Eropa yang dihukum mati oleh VOC pada 1721 karena dianggap memimpin pemberontakan melawan VOC. Sebuah laporan resmi yang diterbitkan oleh intelijen VOC menyebutkan bahwa Pieter Erberverld dengan dukungan dari Kesultanan Banten (Raden Kartadriya) dan seorang pemuda bernama Layek Sumbawa telah merencanakan pemberontakan besar melawan penguasa Belanda di Batavia. Ia berencana membunuh semua warga Belanda di Batavia pada 31 Desember 1721, tepat pada waktu pesta malam tahun baru 1722. Tetapi, rencana ini dibocorkan oleh budaknya dengan melaporkan rencana tersebut kepada VOC.
Namun selain cerita tadi, ada versi berbeda yang mengisahkan latar belakang perlawanan Pieter terhadap VOC, yaitu timbulnya konflik dikarenakan ketidakadilan atas tindakan VOC yang telah menyita ratusan hektar tanah miliknya. Alasan penyitaan tersebut ialah karena tanah milik Pieter tidak memiliki izin yang dikeluarkan oleh pihak berwenang. Kemudian, perlawanan Pieter pun mendapat simpati dari penduduk setempat. Lebih dari itu, ia bahkan berhasil menjalin kontak dengan beberapa bangsawan di Kesultanan Banten. VOC kemudian mengirimkan Reeyke Heere (Komisaris VOC untuk urusan pribumi) untuk menangkap Pieter bersama 59
teman – temannya (termasuk Raden Kartadriya & Layek Sumbawa). Akhirnya, Pieter pun dipenjara dan dipaksa untuk mengakui rencana pemberontakan tersebut. Pieter dipenjara selama 4 bulan, sebelum ia dan kelompoknya dijatuhi hukuman mati pada 22 April 1722 atas perintah Collage van Heemradeen Schepenen (Dewan Penyelenggara Negara). Pieter bersama – sama dengan Raden Kartadriya dan 17 orang lainnya dihukum mati di Lapangan Selatan Benteng Batavia. Pada saat itu, hukuman mati biasanya dilakukan VOC dengan cara memenggal kepala korban atau menggantungnya di depan Taman Stadhuis. Tapi eksekusi mati terhadap Pieter dilakukan dengan sangat sadis. Tangan dan kaki Pieter diikat dengan tali, kemudian masing-masing tali tersebut diikatkan kepada empat ekor kuda yang menghadap empat penjuru. Lalu, dengan sekali hentakan, keempat kuda itu pun masing-masing berlari , sambil menarik tubuh Pieter yang terbelah atau terpecah menjadi empat bagian. Kemudian, sebagai peringatan bagi orang-orang untuk tidak mengikuti tindakan Pieter Erberveld, pemerintah VOC memancung kepala Pieter Erberlveld dan menancapkannya pada tombak. Kepalanya dibiarkan menggantung tanpa disentuh. Sementara di tempat dimakamkannya Pieter Erberveld, pemerintah VOC membangun monumen yang dilengkapi dengan tembok batu dan tengkorak kepala Pieter yang tertusuk tombak. Pada monumen tersebut terpampang kalimat yang kurang lebih menyatakan: "Sebagai kenangan dari pengkhianat Peter Erbervelt, tidak seorang pun kini boleh membangun, membuat, meletakkan bata atau menanam di tempat ini. Batavia, 14 April 1722"
60
Karena sejarahnya, kampung ini lalu dinamakan sebagai Kampung Pecah Kulit. Sedangkan, monumennya sendiri telah dipindahkan lokasinya ke Museum Taman Prasasti.
Waktu tempuh: kira – kira 5 menit jalan kaki ke arah Barat Laut dari Stasiun Jayakarta
61
Ada apa di Mangga Besar? Setelah menyusuri kawasan di sekitar Stasiun Jakarta Kota, kamu bisa melanjutkan perjalanan ke Stasiun Mangga Besar. Setidaknya ada dua obyek wisata yang bisa kamu kunjungi di dekat Stasiun Mangga Besar.
Stasiun Mangga Besar Ada beberapa rute yang dapat digunakan ketika kamu memulai perjalanan dari suatu tempat di Jakarta untuk menuju ke Stasiun Mangga Besar. Stasiun transit ditandai dengan ( ) Dari Tangerang Tangerang – (Duri) – (Kampung Bandan) – Mangga Besar Tangerang – (Duri) – (Manggarai) – Mangga Besar Dari Tangerang Selatan Maja – Parungpanjang – Serpong – (Tanah Abang) – (Kampung Bandan) – (Jakarta Kota) – Mangga Besar Maja – Parungpanjang – Serpong – (Tanah Abang) – (Manggarai) – Mangga Besar Dari Bekasi dan Jatinegara Bekasi – Manggarai – Mangga Besar Jatinegara – (Kampung Bandan) – (Jakarta Kota) – Mangga Besar Dari Bogor Bogor – Manggarai – Mangga Besar 62
Gedung Candra Naya Gedung Candra Naya beralamat di Jl . Gajah Mada No 188, Jakarta Barat. Menemukan gedung ini tidaklah mudah, karena dari pinggir jalan besar, tak ada tanda-tanda khusus bagi rumah bersejarah ini. Gedung bersejarah ini terletak dalam superbloc Novotel Hotel. Jadi, superbloc Novotel Hotel dapat dijadikan patokan, masuklah kedalam Hotel tersebut untuk menemukan sebuah rumah megah dengan arsitektur Cina persis di tengahnya .
Pada awalnya, bangunan Gedung Candra Naya dimiliki Keluarga Khouw, keluarga tuan tanah Cina. Keluarga ini juga membangun bangunan lain yang lokasinya cukup berdekatan, masing-masing di Jl. Gajah Mada 174 (sekarang SMUN 2) dan Jl. Gajah Mada 168 (yang juga pernah digunakan sebagai Kedutaan Besar RRC). Keluarga Khouw pertama yang menduduki gedung ini adalah Khouw Tjoen. Sedangkan Khouw Kim An adalah anggota keluarga yang Khouw terakhir kali menempati Gedung Candra Naya. Khouw Kim An adalah Ketua Dewan China di Batavia dan diangkat sebagai Mayor China pada tahun 1910-1918. Mayor Khouw Kim An juga menjadi anggota Volksraad (kuasi parlemen 63
kuasi yang dibentuk oleh Pemerintah Hindia Belanda) 19211931. Itulah sebabnya gedung Gedung Candra Naya juga dikenal sebagai rumah Mayor. Pada 1946, setelah perang dunia kedua berakhir, organisasi sosial bernama Sin Ming Hui didirikan. Sin Ming Hui bertujuan untuk memberikan bantuan dan informasi kepada masyarakat Tionghoa. Pada perkembangannya, Sin Ming Hui kemudian menyewa rumah almarhum Khouw Kim An untuk digunakan sebagai kantor pusat.
Di gedung ini, Sin Ming Hui melakukan berbagai kegiatan sosial, seperti menyediakan klinik kesehatan, tenaga kerja dan klinik bantuan hukum, klub olahraga, kegiatan pendidikan dan kegiatan fotografi. Pada tahun 1962 Sin Ming Hui berganti nama menjadi Tjandra Naja. Untuk menyesuaikan diri dengan ejaan baru Bahasa Indonesia, nama organisasi kembali diubah dari Tjandra Naja menjadi Candra Naya. Meski Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dikenal sebagai organisasi bantuan hukum modern yang pertama di Indonesia, tapi para sarjana hukum janganlah melupakan peran Sin Ming Hui. Sin Ming Hui adalah organisasi masyarakat sipil pertama yang memberikan bantuan hukum bagi masyarakat Cina dengan mendirikan konsultasi hukum gratis. Salah satu 64
pengacara terkemuka Indonesia, almarhum Yap Thiam Hien, juga merupakan pengacara yang memberikan konsultasi hukum gratis di gedung ini.
Waktu tempuh: kira – kira 20 menit jalan kaki ke arah Barat dari Stasiun Mangga Besar Gedung Arsip Nasional Gedung Arsip Nasional beralamat di Jl . Gajah Mada No 111, Jakarta Barat. Gedung ini awalnya merupakan rumah kediaman mantan Gubernur Jenderal VOC, Reiner de Klerk, yang dibangun pada abad ke-18. Gubernur Jenderal de Klerk sendiri ialah pendiri dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Gedung ini juga sempat digunakan oleh Departemen Pertambangan pemerintah Hindia Belanda sampai tahun 1925.
65
Setelah itu, digunakan sebagai Lands Archief, lalu kemudian setelah Kemerdekaan Indonesia menjadi gedung arsip nasional. Gedung ini dipugar kembali oleh sekelompok pengusaha Belanda pendiri Stichting Cadeau Indonesia, Yayasan yang juga berupaya menggalang dana untuk melakukan restorasi terhadap gedung dan mengubahnya menjadi Museum sebagai hadiah Perayaan 50 tahun kemerdekaan Indonesia.
Pada Gedung Arsip Nasional terdapat sebuah taman besar yang terletak di bagian depan dan belakang rumah utama. Pada kebun bagian belakang, terdapat dua meriam kuno dan replika bel budak. Walaupun di dalam museum tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar dari koleksi museum, mengambil gambar gedung yang sangat megah ini tentu saja diperbolehkan . Untuk dapat naik ke lantai 2 bangunan utama, kamu akan disertai oleh petugas Museum. Gedung ini juga menjadi salah satu tempat favorit untuk pembuatan foto-foto pra nikah.
66
Waktu tempuh: kira – kira 19 menit jalan kaki ke arah Barat dari Stasiun Mangga Besar
67
Tentang jakartabytrain.com: Jakartabytrain.com adalah sebuah situs yang menyediakan informasi wisata di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (dan Tangerang Selatan), dan Bekasi yang mendasarkan pada tempat – tempat wisata yang berdekatan dengan jalur transportasi publik berbasis rel seperti KRL, MRT, dan Monorail. Situs ini dikelola secara independen oleh sebuah tim kecil yang sama sekali nggak punya alamat kantor kecuali alamat situs dan alamat surat elektronik. Jangan pula nanya soal Rekening Bank. Jika tertarik untuk bekerja sama dengan kami, silahkan lihat Media Kit 2014 kami di http://jakartabytrain.com/data/wpcontent/uploads/2014/01/Media-Kit-2014.pdf Tentang Anggara Ngakunya lulusan dari sekolah hukum dari Universitas Padjadjaran Bandung. Banyak menghabiskan waktu dengan mengamati (dari yang penting sampai nggak penting), membaca, menulis, ngobrol, makan – makan, dan jalan – jalan. Sesekali suka motret buat diunggah ke internet Tentang Adi Condro Bawono Lelaki yang ngakunya jujur ini menyelesaikan pendidikan hukum tingkat sarjana di Universitas Parahyangan Bandung dan magister di Universitas Padjadjaran Bandung. Status sampai saat buku ini selesai ditulis adalah highly dedicated jomblo. Saat ini lagi sibuk mencari sesuap emas di hukumonline.com. Mau kenalan? Silahkan colek @adi_abaw di tuiter
68