Dari Redaksi >> Penanggung Jawab Bambang Prasetya
Pembaca yang terhormat,
Ketua Yopi Manajemen Produksi Ketua Suherman Anggota Ahmad Saefudin Surapermana Siti Elly Faisholyah Sekretaris Ludya Arica Bakti Bendahara Esti Baina Iklan dan Pemasaran Sanusi, Angga Wijaya Desain Grafis Uus Faizal Firdaussy Ario Tutuko Suwarno Penyunting Satya Nugroho Wien Kusharyoto Tutang Endang Tri Margawati
BioTrends Majalah Populer Bioteknologi Diterbitkan oleh Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Negara berkembang pun seperti Indonesia sudah mampu mengembangkan bioteknologi. Pesatnya pengembangan dan penerapan bioteknologi di Indonesia adalah suatu hal sangat positif sehingga masyarakat Indonesia dapat menerapkan bioteknologi secara utuh sehingga kesejahteraan rakyat dapat terwujud Bioteknologi memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Bioteknologi dimasa mendatang diharapkan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia di dunia dan memberi manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia. Biotrends diterbitkan setahun dua kali. Redaksi menerima artikel dari peneliti maupun non peneliti baik yang berasal dari dalam maupun dari luar LIPI. Dalam edisi kali ini redaksi berusaha mengumpulkan artikel yang berhubungan dengan bioteknologi secara umum diantaranya tentang peternakan, Erythropoietin, Escherichia coli, dan artikel lainnya yang berhubungan dengan bioteknologi.Kami berharap semua artikel dapat menambah wawasan kita tentang bioteknologi.
Selamat membaca! Redaksi
Jl. Raya Bogor KM. 46, Cibinong 16911 Telepon (021) 8751527, 875 4587 Fax: (021) 875 4588 Hak Cipta dilindungi oleh Undangundang. Dilarang memproduksi seluruh atau sebagian foto, teks, atau ilustrasi isi majalah dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis terlebih dahulu penerbit.
2
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
DAFTAR ISI BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009 MAJALAH POPULER BIOTEKNOLOGI
Antioksidan, Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia Oleh Rohmatussolihat
/Hal 5 Dari Redaksi /Hal 02 Surat Pembaca /Hal 04 Menabung Hijauan Pakan ternak dalam bentuk Silase Oleh Shanti Ratnakomala
/Hal 15
Pilih-pilih daging Asuh
ESCHERICHIA COLI dalam kehidupan manusia Oleh Ruth Melliawati
/Hal 10
Oleh Fifi Afiati
/Hal 19
Mengenal Anemia dan Peranan Erythropoietin Oleh Neng Herawati
/Hal 35
PEMANFAATAN AGROBACTERIUM UNTUK TRANSFORMASI GENETIK TANAMAN DAN JAMUR Oleh Enung Sri Mulyaningsih
/Hal 26 Sang “Penyelenggara” itu disebut Promotor Oleh Anky Zannati
/Hal 31
Komersialisasi Produk Rekayasa Genetika di Indonesia : Mungkinkah?? Oleh Puspita Deswina
/Hal 40 BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
3
SURAT PEMBACA
Koreksi, opini, sumbangsih dan permintaan anda : Disinilah forum tempat anda memberikan opini mengenai apa yang benar dan salah mengenai hal-hal yang kami angkat dimajalah ini dan sebagai saran agar kami tahu apa yang ingin anda baca.
Kirim Pertanyaaan dan komentar Anda Kirimkan opini, Tanggapan, pertanyaan dan artikel anda ke
[email protected]
4
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
Antioksidan, Penyelamat Sel-Sel Tubuh Manusia Penulis: Rohmatussolihat, S.Si*
Kemajuan jaman dewasa ini telah membuat sebagian besar masyarakat mengalami perubahan pola hidup termasuk diantaranya pola makan. Dalam hal pola makan, masyarakat cenderung memilih hal-hal yang bersifat cepat dan instant tanpa memperhatikan efek samping di balik pola makan yang tidak tepat. Pola makan yang tidak tepat dapat menyebabkan munculnya beragam penyakit, seperti kanker, diabetes mellitus, aterosklerosis, katarak, dan penyakit jantung koroner (PJK). Hernani dan Rahardjo (2005) menyatakan bahwa keberadaan radikal bebas yang bersifat sangat reaktif dan tidak stabil dalam tubuh dapat mengakibatkan kerusakan seluler, jaringan, dan genetik (mutasi). Dunia kedokteran dan kesehatan telah banyak membahas tentang radikal bebas. Hal ini karena sebagian besar penyakit diawali dan disebabkan oleh adanya reaksi radikal bebas yang berlebihan di dalam tubuh. Oleh karena adanya pengaruh radikal bebas yang tidak baik bagi kesehatan tubuh, maka tubuh memerlukan suatu komponen penting yang menangkal serangan radikal bebas. Komponen penting yang mampu menyelamatkan sel-sel tubuh manusia dari bahaya radikal bebas adalah antioksidan. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa
antioksidan berperan dalam menangkal serangan radikal bebas. Radikal Bebas Menurut Soematmaji (1998), yang dimaksud radikal bebas (free radical) adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya. Radikal bebas tersebut dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, lemak, bahkan DNA sel dan menginisiasi timbulnya penyakit degeneratif (Leong dan Shui, 2001).
Keseimbangan antara kandungan antioksidan dan radikal bebas di dalam tubuh merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kesehatan tubuh. Apabila jumlah radikal bebas terus bertambah sedangkan antioksidan endogen jumlahnya tetap, maka kelebihan radikal bebas tidak dapat dinetralkan. Akibatnya radikal bebas akan bereaksi dengan komponenkomponen sel dan menimbulkan kerusakan sel (Arnelia 2002). Dampak reaktifitas senyawa radikal bebas bermacam-macam, mulai dari kerusakan sel atau jaringan, penyakit autoimun, penyakit degeneratif seperti kanker, asterosklerosis, penyakit jantung koroner (PJK), dan diabetes mellitus. Sumber Radikal Bebas Secara umum sumber radikal bebas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu endogen dan eksogen. Radikal bebas endogen dapat terbentuk melalui autoksidasi, oksidasi enzimatik, fagositosis dalam respirasi, transfor elektron di mitokondria dan oksidasi ion-ion ologam transisi. Sedangkan radikal bebas eksogen berasal dari luar sistem tubuh, misalnya sinar UV. Di samping itu, radikal bebas eksogen dapat berasal dari aktifitas lingkungan. Menurut Supari (1996), aktifitas lingkungan yang dapat memunculkan radikal bebas antara lain radiasi, polusi, asap rokok, makanan, minuman, ozon dan pestisida
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
5
Terbentuknya senyawa radikal, baik radikal bebas endogen maupun eksogen terjadi melalui sederetan reaksi. Mula-mula terjadi pembentukan
Inisiasi
awal radikal bebas (inisiasi), lalu perambatan atau terbentuknya radikal baru (propagasi), dan tahap terakhir yaitu pemusnahan atau pengubahan senyawa
radikal menjadi non radikal (terminasi). Deretan reaksi tersebut dapat berlangsung seperti berikut:
+ H.
:
Propagasi :
Terminasi :
(Sumber.http://www.blogdokter.net/2008/10/28/antioksidan) Radikal bebas yang beredar dalam tubuh berusaha untuk mencuri elektron yang ada pada molekul lain seperti DNA dan sel. Pencurian ini jika berhasil akan merusak sel dan DNA tersebut. Dapat dibayangkan jika radikal bebas banyak beredar maka akan banyak pula sel yang rusak. Sayangnya, kerusakan yang ditimbulkan dapat menyebabkan sel tersebut menjadi tidak stabil yang berpotensi mempercepat proses penuaan dan kanker.
Antioksidan Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif, yaitu hasil dari reaksireaksi kimia dan proses metabolik yang terjadi di dalam tubuh. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa antioksidan
6
mengurangi risiko terhadap penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit jantung koroner (Amrun et al. 2007). Beberapa penelitan telah melaporkan bahwa terdapat berbagai sumber antioksidan yang terdapat di sekeliling kita. Hasil penelitian tersebut diantaranya adalah sorghum, yaitu mengandung senyawa phenolik dalam bentuk asam phenolik, flavonoid dan tannin kental (Dlamini et al. 2007). Tannin dalam sorghum memiliki 15—30 kali lebih efektif daripada phenolik sederhana, sehingga berpotensi sebagai antioksidan biologis. Sun et al. (2007) melakukan penelitian tentang kandungan antioksidan asparagus (Asparagus officinalis). Asparagus adalah sayuran hijau dengan aktivitas antioksidan yang tinggi diantara umumnya sayuran. Antioksidan dalam asparagus yaitu asam askorbat, rutin, glutathione,
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
dan sebagainya. Sumber antioksidan lain yaitu kedelai yang mengandung komponen glikosida (Lee, 2005). Kandungan antioksidan dalam barley sheed telah diteliti oleh Liu and Yao (2007). Komponen senyawa dalam barley yaitu senyawa phenolik, seperti asam benzoat dan cinnamic derivatif, proanthocyanidins, quinines, flavonol, chalcones, flavones, flavanones, dan amino senyawa phenolik. Penelitian mengenai green tea yang dilakukan oleh Higdon & Frei (2003), melaporkan bahwa sifat antioksidan yang dimiliki green tea ditunjukkan oleh adanya kandungan berbagai senyawa di dalamnya, yaitu catechins, apicatechins, epicatechin gallate, epigallocatechin, dan epigallocatechin gallate. Antioksidan memiliki fungsi untuk menghentikan atau
memutuskan reaksi berantai dari radikal bebas yang terdapat di dalam tubuh, sehingga dapat menyelamatkan sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas (Hernani dan Rahardjo, 2005).
Antioksidan berperan dalam menetralkan radikal bebas dengan cara memberikan satu elektronnya kepada radikal bebas, sehingga menjadi non radikal. Mekanisme pemberian satu elektron oleh
antioksidan ini dapat berlangsung sebagai berikut:
Keterangan: Z. = radikal bebas, AH= antioksidan, ZH= non radikal, A. = radikal baru bersifat
Salah satu contoh reaksi penetralan radikal bebas dengan antioksidan yaitu senyawa Diphenylpicrylhydrazyl (bersifat radikal bebas) beraksi dengan antioksidan yang menyumbangkan satu elektronnya sehingga membentuk senyawa Diphenylpicrylhydrazine (non radical) yang lebih stabil.
Penggolongan Antioksidan Antioksidan dapat digolongkan menjadi antioksidan enzim dan vitamin. Antioksidan enzim meliputi superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase (GSH.Prx). Antioksidan vitamin lebih populer sebagai antioksidan dibandingkan enzim. Antioksidan vitamin mencakup alfa tokoferol (vitamin E), beta karoten (pro vitamin A) dan asam askorbat (vitamin C). Superoksida dismutase berperan dalam melawan radikal bebas pada mitokondria, sitoplasma dan bakteri aerob dengan mengurangi bentuk radikal bebas superoksida. SOD murni berupa peptida orgoteina yang disebut agen anti peradangan. Kerja SOD akan semakin aktif dengan adanya poliferon yang diperoleh dari konsumsi teh. Enzim yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen adalah katalase. Fungsinya menetralkan
hidrogen peroksida beracun dan mencegah formasi gelembung CO2 dalam darah. Antioksidan glutation peroksidase bekerja dengan cara menggerakkan H2O2 dan lipid peroksida dibantu dengan ion logam-logam transisi. GSH.Prx mengandung Selenium (Se). Sumber Se ada pada ikan, telur, ayam, bawang putih, biji gandum, jagung, padi, dan sayuran yang tumbuh di tanah yang kaya akan Se. Namun, dosis Se yang terlalu tinggi juga dapat bersifat racun. Vitamin E dipercaya sebagai sumber antioksidan yang kerjanya mencegah lipid peroksidasi dari asam lemak tak jenuh dalam membran sel dan membantu oksidasi vitamin A serta mempertahankan kesuburan. Vitamin E disimpan dalam jaringan adiposa dan dapat diperoleh dari minyak nabati terutama minyak kecambah, gandum, kacangkacangan, biji-bijian, dan sayuran hijau. Sebagai antioksidan, beta karoten adalah sumber utama vitamin A yang sebagian besar ada dalam tumbuhan. Selain melindungi buah-buahan dan sayuran berwarna kuning atau hijau gelap dari bahaya radiasi matahari, beta karoten juga berperan serupa dalam tubuh manusia. Beta karoten terkandung
lebih stabil
dalam wortel, brokoli, kentang, dan tomat. Antioksidan yang berasal dari sumber hewani walaupun menjadi penyumbang minoritas tetapi peranannya tidak dapat disepelekan begitu saja. Hal yang mengejutkan ada pada astaxanthin yang tergolong karoten. Menurut para ahli, astaxanthin 1000 kali lebih kuat sebagai antioksidan daripada vitamin E. Udang, ikan salmon, kerang merupakan sumber potensial astaxanthin. Tetapi kandungan astaxanthin terbanyak ada pada sejenis mikroalga, yaitu Haematococos pluvalis. Sedangkan asam askorbat mudah dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat. Dengan demikian maka vitamin C juga berperan dalam menghambat reaksi oksidasi yang berlebihan dalam tubuh dengan cara bertindak sebagai antioksidan. Vitamin C terkandung dalam sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Di samping itu, ada pula senyawa lain yang dapat menggantikan vitamin E yaitu flavonoid. Hal ini dikemukakan oleh Department of Environmental and Molecular Toxicology, Oregon State University. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang terdapat pada teh, buah-buahan, sayuran, anggur, bir dan kecap. Aktivitas antioksidan flavonoid tergantung pada struktur molekulnya terutama gugus prenil
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
7
(CH3)2C=CH-CH2-). Dalam penelitian menunjukkan bahwa gugus prenil flavonoid dikembangkan untuk pencegahan atau terapi terhadap penyakitpenyakit yang diasosiasikan dengan radikal bebas.Selain penggolongan antioksidan diatas, dikenal pula antioksidan alami. Hampir semua sumber antioksidan alami didapat dari sayur-sayuran, buah-buahan, dan rempah-rempah. Itulah sebabnya salah satu pusat penelitian kanker di Amerika merekomendasikan konsumsi sayur dan buah 5 kali atau lebih dalam sehari untuk mencegah terjadinya penyakit kanker. Beberapa sumber antioksidan alami yang sering kita temui sehari-hari adalah : Tomat Tomat kaya akan vitamin C, potasium, serat, dan vitamin A serta beta-karoten yang disebut sebagai likopen yang diyakini mengandung antioksidan. Likopen dapat menurunkan risiko terkena kanker seperti kanker prostat, kanker tenggorokan,kanker lambung dan kanker tenggorokan. Jimenez et al. (2002) melaporkan bahwa kandungan dan komposisi senyawa antioksidan buah tomat dapat mengalami perubahan selama terjadinya proses pematangan yang ditunjukkan oleh adanya perubahan aktivitas antioksidan pada buah tersebut.
mineral, enzim, kalium , dan asam amino. Dalam 100 gram daging
Antioksidan yang berasal dari sumber hewani walaupun menjadi penyumbang minoritas tetapi peranannya tidak dapat disepelekan begitu saja. Hal yang mengejutkan ada pada astaxanthin yang tergolong karoten. Menurut para ahli, astaxanthin 1000 kali lebih kuat sebagai antioksidan daripada vitamin E. Udang, ikan salmon, kerang merupakan sumber potansial astaxanthin. Tetapi kandungan astaxanthin terbanyak ada pada sejenis mikroalga, yaitu
Haematococos pluvalis
Wortel Wortel mengandung betakaroten, vitamin A, serat, dan gula. Wortel dapat mencegah stroke dan penyakit jantung. Dalam setiap 100 gram wortel segar terdapat betakaroten sebanyak 6-20 mg dan vitamin C 5-10 mg. Kelapa Air kelapa muda dapat berfungsi sebagai antioksidan yang mengandung glukosa,
8
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
kelapa terdapat 2 mg vitamin C. Cabai Kandungan dalam cabai adalah vitamin C, A, thiamin, niacin, riboflavin, dan vitamin E. Kandungan vitamin A cabai 470 SI dan vitamin C 18 mg. Cabai dapat melancarkan peredaran darah. Mentimun Kandungan kimia dalam buah mentimun antara lain saponin, glutation, protein, lemak, karbohidrat, karoten, terpenoid, vitamin B, vitamin C, kalsium, posfor, dan mangan. Dalam setiap 100 gram mentimun mengandung vitamin C sebanyak 8 mg. Mentimun dapat menurunkan tekanan darah, menyembuhkan penyakit kuning, melancarkan buang air kecil dan menghancurkan batu ginjal. Anggur Kandungan buah anggur adalah senyawa saponin, flavonoid, dan polifenol. Sementara yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan adalah senyawa antosianin. Anggur dapat melancarkan buang air kecil, meringankan kandungan asam urat dalam darah, dan memelihara kesehatan hati. Sementara tanaman rempah yang mengandung antioksidan di antaranya adalah jahe, temulawak, kunyit, lengkuas, kencur, cengkeh, dan pala. Selain contoh-contoh di atas, pada dasarnya hampir semua sayuran, buah, dan rempah yang kita kenal mengandung antioksidan dalam jumlah tertentu. Oleh karena itu, perlunya makan dengan gizi seimbang, banyak sayur dan buah serta menu yang beraneka ragam setiap hari agar kita memiliki antioksidan yang cukup untuk menangkal radikal bebas di sekeliling kita
Pustaka Arnelia. 2002. Fitokimia, Komponen Ajaib Cegah PJK, Diabetes Mellitus & Kanker. http//:www.kimianet.lipi.go.id/ utama.cgi? artikel. Dlamini, N.R., John R.N. Taylor, Lloyd W. Rooney. (2007) .The effect of sorghum type and processing on the antioxidant properties of African sorghum-based foods. Food Chemistry, 105.p 1412–1419. Hernani, Rahardjo M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya. Higdon, J. V., & Frei, B. (2003). Tea catechins and polyphenols: health effects, metabolism, and antioxidant functions. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 43, 89–143. http://www.blogdokter.net/2008/10/2 8/antioksidan Jimenez, A., Creissen, G., Kular, B., Firmin, J., Robinson, S.,Verhoeyen, M., et al. (2002). Changes in oxidative processes and components of the antioxidant system during tomato fruit ripening. Plant, 214, 751–758. Lee, C H et al. (2005) Relative antioxidant activity of soybean isoflavones and their glycosides. Food Chemistry, 90 735–741. Leong LP dan Shui G, 2002. An Investigation of Antioxidant Capacity of Fruits in Singapore Markets, Food Chemistry, 76: 69–75. Liu, Qing., Huiyuan Yao. 2007. Antioxidant activities of barley seeds extracts. Food Chemistry, 102: 732–737. Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant activity. Songklanakarin J. Sci. Technol., 26(2) : 211-219. Soematmaji, D.W. 1998. Peran stress oksidatif dalam Patogenesis Angiopati Mikro
dan Makro DM. dalam: Medica. 5 (24): 318-325. Sun,
Tin., Joseph R. Powers, Juming Tang. (2007). Loss of rutin and antioxidant activity of asparagus juice caused by a pectolytic enzyme preparation from Aspergillus niger. Food Chemistry, 105:173–178. Supari F. 1996. Radikal Bebas dan Patofisiologi Beberapa Penyakit. Prosiding Seminar Senyawa Radikal dan Sistem Pangan: Reaksi Biomolekuler, Dampak terhadap Kesehatan dan Penangkalan. Bogor: Kerjasama Pusat Studi Pangan & Gizi IPB dengan Kedaulatan Perancis.
Kecerdasan tidak banyak berperan dalam proses penemuan. Ada suatu lompatan dalam kesadaran, sebutlah itu intuisi atau apapun namanya, solusinya muncul begitu saja dan kita tidak tahu bagaimana atau mengapa. (Albert Einstein)
*Rohmatussolihat, S.Si* Staf Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
9
ESCHERICHIA COLI dalam kehidupan manusia Penulis : Ruth Melliawati
E
scherichia coli adalah nama yang tidak asing lagi bagi orang yang berkecimpung dalam bidang mikrobiologi, karena E. coli atau Bacterium coli commune adalah sebuah nama bakteri yang diambil dari nama orang yang menemukannya yaitu Theodor Escherich. Pada tahun 1907 Massini memberi nama E. coli sebagai Bacterium coli mutabile. E. coli praktis selalu ada dalam saluran pencernaan hewan dan manusia karena secara alamiah Escherichia coli merupakan salah satu penghuni tubuh. Penyebaran E. coli dapat terjadi dengan cara kontak langsung ( bersentuhan, berjabatan tangan dan sebagainya ) kemudian
diteruskan melalui mulut, akan tetapi E.coli pun dapat ditemukan tersebar di alam sekitar kita. Penyebaran secara pasif dapat terjadi melalui makanan atau minuman. Di dalam uji analisis air, E. coli merupakan mikroorganisme yang dipakai sebagai indikator untuk menguji adanya pencemaran air oleh tinja. Di dalam kehidupan kita E.coli mempunyai peranan yang cukup penting yaitu selain sebagai penghuni tubuh ( di dalam usus besar) juga E. coli menghasilkan kolisin yang dapat melindungi saluran pencernaan dari bakteri patogenik. Escherichia coli akan menjadi patogen bila pindah dari habitatnya yang normal
MORFOLOGI DAN SIFAT ESCHERICHIA COLI
dipindah sebarkan melalui kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif melalui makanan atau minuman.
Meskipun E. coli merupakan mikroorganisma indikator yang dipakai di dalam analisis air untuk menguji adanya pencemaran oleh tinja, tetapi pemindah sebarannya tidak selalu melalui air, melainkan
Morfologi Escherichia col
10
kebagian lain dalam inang, misalnya, bila E. coli di dalam usus masuk ke dalam saluran kandung kemih kelamin dapat menyebabkan sistitis, yaitu suatu peradangan pada selaput lendir organ tersebut. Escherichia sekarang dianggap sebagai genus dengan hanya satu species yang mempunyai beberapa ratus tipe antigenik. Tipe-tipe ini dicirikan menurut kombinasi yang berbeda-beda antara antigen 0 (antigen lipoporisakaride somatik di dalam dinding sel ), K ( antigen polisakaride kapsul) dan H (antigen protein flagela). tambahan pula antigen K dibagi menjadi antigen L, A atau B berdasarkan pada ciri fisiknya yang berbeda-beda. Galurgalur tertentu dari E. coli mampu menyebabkan gastroenteristis taraf sedang sampai parah pada manusia dan hewan.
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
Tanda tanda umum E. coli - Bentuk bulat cenderung ke batang panjang -Bentuk batang, biasanya berukuran 0,5 x 1 - 3 µ -Terdapat sendiri sendiri, berpasang-pasangan dan rangkaian pendek - Bergerak atau tidak bergerak - bergerak dengan menggunakan flagella peritrik - biasanya tidak berbentuk kapsul - Tidak membentuk spora - Gram negatif - Aerob, anaerob fakultatif.
Sifat sifat khusus E. coli antara lain : - Merupakan parasit dalam saluran pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas. - Pada manusia kadang kadang menyebabkan penyakit enteritis, peritonitis, cistitis dan sebagainya. - Hasil uji methil red positif. keluarga dari species ini memfermentasikan laktosa dan glukosa dengan menghasilkan asam dan gas.
- Menghasilkan asam dalam jumlah yang banyak dari glukosa tetapi acethyl methyl carbinol tidak dihasilkan. - CO2 dan H2 kira kira dihasilkan dalam volume yang sama dalam glukosa. - Pada umumnya asam uric tidak dapat dipakai sebagai satusatunya sumber nitrogen. - Ditemukan dalam faeces. - Hasil uji Eykman. - Asam sitrat dan garam dari asam sitrat tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya sumber karbon.
STRUKTUR SEL PROKARIOTA (BAKTERI)
Flagel Merupakan organ penggerak bagi bakteri motil tetapi tidak semua bakteri mempunyai flagel. Elektron mikroskop menunjukkan bahwa flagel itu adalah benang-benang protoplasma yang berpangkal pada titik-titik tepat di bawah membran sel. Pangkal itu disebut rhizoblast. Susunan kimia flagel terdiri dari suatu protein yang disebut flagelin yaitu semacam miosin. Ukuran flagel berbeda antar species. Panjang flagel biasanya agak lebih panjang dari
selnya tetapi diameternya antara 0,02 - 0,1 u. Kedudukan flagel ada yang bersifat terminal, ada yang bersifat lateral. Kedudukan flagel E. coli bersifat lateral yaitu peritrik dimana flagel tersebar dari ujungujung sampai pada sisi. Rata-rata pergerakan bakteri E. coli kira-kira 25 u per detik atau 10 cm per jam. Flagel berguna untuk bergerak, melekat dan konyugasi. Lapisan lendir Kebanyakkan bakteri mempunyai lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel
seluruhnya, lendir ini melindungi sel terhadap kekeringan. Lapisan lendir terdiri atas karbohidrat dan pada beberapa species tertentu mengandung unsur N atau P. Dinding sel Dinding sel bakteri sangat tipis tetapi berfungsi untuk memberi bentuk tertentu pada sel, untuk memberi perlindungan, untuk mengatur keluar masuknya zat-zat kimia juga dinding sel memegang peranan dalam pembelahan sel. Komposisi kimia dinding sel bermacam-macam tergantung dari
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
11
speciesnya tetapi beberapa species terdiri dari selulosa atau hemiselulosa. Pada species lain dinding sel mengandung bahan nitrogen dan khitin. Beberapa protein dapat juga ditemukan dalam dinding sel. Membran sitoplasma Letaknya tepat di bawah dinding sel sifatnya semi selektif permiabel karena sifat ini maka membran sitoplasma mempunyai sifat-sifat penting dalam pertukaran zat-zat antara dinding sel. membran sitoplasma ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bakteri karena bila membran ini mengalami kerusakan maka dalam waktu singkat bakteri akan mati. Nucleus (inti) Apakah bakteri mempunyai inti ? pertanyaan ini merupakan suatu masalah bagi para ahli, mereka mempunyai 4 pendapat yang berbeda yaitu setengahnya berpendapat bahwa bakteri itu tidak mempunyai inti atau apapun yang menyerupai inti. pendapat kedua mengatakan bahwa isi sel seluruhnya, itulah inti sedang proto plasmanya sedikit sekali dan protoplasma itu merupakan lapisan yang tipis yang menyelubungi inti. Pendapat ketiga ialah bahwa tersebar di dalam protoplasma terdapat butir-buitr kromatin yang dianggap sebagai inti, sedang pendapat keempat bahwa bakteri mempunyai satu atau lebih inti. Kromatin ialah bahan inti berupa ADN dan protein yang meresap zat warna yang bersifat basa. Akhirnya orang berpendapat meskipun bakteri mempunyai nucleus tetapi tidak dapat segera terlihat melainkan harus dengan perlakukan tertentu atau ditumbuhkan di dalam medium yang tidak mengandung nitrogen. Sekarang telah diketahui dengan pasti bahwa bakteri mempunyai inti di dalam selnya yang terdiri atas ADN (asam-deoksiribonukleat) dan ARN (asam-ribonukleat). Apabila bakteri tidak mempunyai inti tentu bakteri itu tidak mungkin bisa mengumpulkan sifatsifat baka dalam inti.
12
Sitoplasma Merupakan bahan yang mengisi volume sel yang membatasi dinding sel dan membran dan di dalamnya terdapat granula, spora, vacuola dan tandatanda internal lainnya.
Flagel Merupakan organ penggerak bagi bakteri motil tetapi tidak semua bakteri mempunyai flagel. Elektron mikroskop menunjukkan bahwa flagel itu adalah benangbenang protoplasma yang berpangkal pada titik-titik tepat di bawah membran sel. Pangkal itu disebut rhizoblast. Susunan kimia flagel terdiri dari suatu protein yang disebut flagelin yaitu semacam miosin. REPRODUKSI Pada umumnya bakteri hanya mengenal satu macam pembiakan yaitu dengan cara seksual atau vegetatif. Pembiakan ini berlangsung cepat, apabila faktor-faktor luar menguntungkan bagi dirinya.
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
Pembiakan dengan pembelahan diri atau divisio dapat dibagi atas 3 fase yaitu : 1. Dimana sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus pada arah memanjang. 2. Sekat tersebut diikuti oleh suatu dinding melintang. Dinding melintang ini tidak selalu merupakan penyekat yang sempurna. Ditengah-tengahnya sering ketinggalan suatu lubang kecil, yang mana protoplasma dari kedua sel baru masih dapat berhubungan. 3. Pada fase terakhir ialah terpisahnya kedua sel tersebut. Apabila faktor-faktor luar menguntungkan, maka setelah terjadi pembelahan, sel-sel baru tersebut akan membesar sampai masing- masing menjadi sebesar sel induknya. LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEHIDUPAN MIKROORGANISME Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mikroorganisme baik kapang, khamir maupun bakteri. Reaksi dari tiap mikroorganisma dalam menghadapi kondisi lingkungannya akan berbeda satu dengan yang lain, hal ini karena mikroorganisma mempunyai sifat dan karakter yang berbeda. Tidak semua mikroorganisma dapat menguasai faktor faktor luar sepenuhnya, untuk bertahan hidup mikroorganisma harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mikroorganisma tersebut berada. Penyesuaian diri ada yang bersifat sementara waktu saja ada juga yang bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi dan sifat sifat fisiologi dan keturunannya. Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor faktor luar tetapi sebaliknya bakteri mampu mempengaruhi keadaan lingkungannya, misalnya dapat menyebabkan demam (panas) akibat terinfeksi oleh bakteri Escherichia coli yang ada dalam saluran pencernaan dan menyebabkan diare yang berkepanjangan dsb. Jika E. coli berada dalam medium yang
mengandung sumber carbon (glukosa, laktosa dsb) maka akan mengubah derajat asam (pH) dalam medium menjadi asam dan akan membentuk gas sebagai hasil proses terurainya glukosa menjadi senyawa lain . Faktor lingkungan dibagi atas : 1. Faktor biotik yaitu makhluk hidup 2. Faktor abiotik yaitu faktor alam dan kimia. Faktor alam meliputi : 1. Temperatur Daya tahan terhadap temperatur tidak sama bagi tiap tiap species. Ada species yang mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit di dalam medium cair, sebaliknya ada juga species yang tahan hidup setelah dipanasi dengan uap 100°C bahkan lebih (bakteri yang membentuk spora). E. coli tumbuh baik pada temperatur antara 8° - 46°C dan temperatur optimum 37°C. Bakteri yang dipelihara di bawah temperatur minimum atau sedikit di atas temperatur maksimum, tidak akan segera mati melainkan berada di dalam keadaan tidur atau dormancy. 2. Kebasahan dan kekeringan Sebenarnya bakteri menyenangi keadaan basah bahkan hidup di dalam air. Tetapi di dalam air yang tertutup, bakteri tidak dapat hidup subur karena udara yang dibutuhkan tidak mencukupi. 3. Perubahan nilai osmosis Medium yang paling cocok bagi kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri. Jika bakteri ditempatkan di dalam suatu larutan yang hipertonik maka akan mengalami plasmolisis terhadap isi sel bakteri. Sebaliknya bakteri yang ditempatkan di dalam larutan hipotonik (air suling) maka bakteri akan mengalami plasmoptisis yaitu pecahnya sel bakteri karena air akan masuk ke dalam sel bakteri. 4. Sinar Kebanyakkan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis bahkan setiap radiasi dapat berbahaya bagi kehidupannya.
Sinar yang lebih pendek gelombangnya yaitu gelombang antara 240 m u - 300 m u dapat membahayakan kehidupan bakteri, demikian juga penyinaran pada jarak dekat, sinar X, sinar radium dan sinar ultra ungu dapat membunuh bakteri. 5. Mekanik Pengaruh tekanan udara terhadap kehidupan bakteri dapat diketahui dari hasil percobaan yaitu untuk menghentikan pembiakan bakteri diperlukan tekanan sebanyak 600 atm, untuk mematikannya diperlukan tekanan sebanyak 6000 atm sedang untuk membunuh spora diperlukan 12.000 atm. Untuk memecahkan sel bakteri diperlukan pengguncangan 9000 kali per detik. Proses ini sering digunakan untuk melepaskan enzim-enzim dan endotoksin. Faktor-faktor kimia. Di dalam alam yang sewajarnya, jarang sekali ditemukan zat-zat kimia yang mematikan bakteri. Hanya usaha manusia untuk membebaskan kegiatan bakteri, dengan cara membuat atau meramu zat-zat untuk meracuni bakteri tetapi tidak membahayakan kehidupan hewan dan manusia. Zat-zat yang hanya menghambat kegiatan bakteri tanpa membunuhnya disebut antiseptik atau bakteriostatik sedang zat-zat yang dapat membunuh bakteri disebut adalah desinfektan, germisida atau bakterisida. Sifat kerusakan bakteri sebagai akibat dari suatu desinfektan, belum diketahui seluruhnya, ada desinfektan yang membunuh bakteri dengan tidak merusaknya sama sekali ada juga zat-zat kimia seperti basa dan asam organik, menyebabkan hancurnya bakteri, mungkin sekali kehancuran ini akibat dari suatu hidrolisis. Pengaruh zat-zat kimia lainnya belum diketahui, tetapi pada umumnya kerusakan bakteri dapat dibagi 3 kelompok yaitu karena (1). Oksidasi (2). Koagulasi dan (3). Depresi dan ketegangan permukaan.
1. Oksidasi Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KMnO4 mudah sekali melepaskan O2 untuk menimbulkan oksidasi. Klor di dalam air menyebabkan bebasnya O2 sehingga zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor dengan protoplasmapun dapat menimbulkan oksidasi. 2. Koagulasi atau penggumpalan protein Banyak zat seperti air raksa, perak, tembaga dan zat-zat organik seperti fenol, formardehida, etanol menyebabkan penggumpalan protein yang merupakan konstituen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal adalah protein yang mengalami denaturasi dan di dalam keadaan yang demikian itu protein tidak berfungsi lagi 3. Depresi dan ketegangan permukaan Sabun dapat mengurangi ketegangan permukaan, oleh karena itu dapat menyebabkan hancurnya bakteri. Empedu juga mempunyai khasiat seperti sabun, hanya bakteri yang hidup di dalan usus mempunyai daya tahan terhadap empedu. Pada umumnya diketahui bahwa bakteri gram negatif lebih tahan terhadap pengurangan ketegangan permukaan dari pada bakteri gram positif. KEUNTUNGAN DAN BAHAYA YANG DITIMBULKANNYA Beberapa keuntungan dari bakteri E. coli yaitu menghasilkan kolisin, yang dapat melindungi saluran pencernaan dari bakteri usus yang patogenik, dipakai sebagai indikator untuk menguji adanya pencemaran air oleh tinja. Di dalam lingkungan dan kehidupan kita, bakteri E. coli banyak dimanfaatkan diberbagai bidang, baik pertanian, peternakan, kedokteran maupun dikalangan Industri. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, E. coli telah banyak diketahui baik sifat morfologi, fisiologi maupun pemetaan DNA nya, sehingga bakteri ini dipakai untuk menyimpan untaian DNA yang dianggap
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
13
potensial, baik dari tanaman, hewan maupun mikroorganisma dan sekaligus untuk perbanyakannya. Dengan diketahuinya bahwa E. coli dapat dipakai untuk menyimpan untaian DNA yang potensial, maka hal ini membuka kesempatan untuk mempelajari sifat dan karakter dari mikroba lain yang tentunya memberikan dampak yang positif untuk kemajuan di bidang kedokteran, pertanian maupun industri. Dibidang pertanian telah dilaporkan bahwa beberapa tanaman tidak tahan terhadap suatu penyakit atau serangan hama, namun bantuan E.coli sebagai inang yang membawa gen yang tahan terhadap penyakit atau hama tertentu, maka hal itu dapat diatasi sehingga perkembangan di bidang pertanian tidak terhambat. Keberadaan Bakteri E. coli disamping dapat membantu untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan juga dimanfaatkan di berbagai bidang ilmu, bakteri E. coli juga dapat membahayakan kesehatan, karena diketahui bahwa bakteri E. coli merupakan bagian dari mikrobiota normal saluran
pencernaan dan telah terbukti bahwa galur galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang sampai parah pada manusia dan hewan. E. coli juga dapat menyebabkan diare akut, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 katagori yaitu enteropatogenik (penyebab gasteroenteritis akut pada bayi yang baru lahir sampai pada yang berumur 2 tahun), enteroinaktif dan enterotoksigenik (penyebab diare pada anak anak yang lebih besar dan pada orang dewasa). Dilaporkan pula bila E.coli di dalam usus memasuki kandung kemih, maka dapat menyebabkan sintitis yaitu suatu peradangan pada selaput lendir organ tersebut.
GrawpHill Book company Inc. New York, Toronto. London. Kagakusha L.T.D. Tokyo. Dwidjoseputro D. D. 1981. Dasardasar Mikrobiologi. Cetakan ke 5. Malang. Penerbit Djambatan. Pelczar,M.J. and E.C.S. Chan. 1981. Elements of Microbiology. Mc Graw-Hill International Book company, Tokyo. Salle A. J. 1961. Fundamental Principles of Bacteriology. Fifth Edition. Mc Graw-Hill Book company. Inc New York, Toronto, London, Kagakusha company, L.T.D. Tokyo. http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri
DAFTAR PUSTAKA Breed R. E., E.G.D. Murray & N. R. Smith. 1957. Bergey s manual of Determinative Bacteriology. Seventh Edition.Baltimore. The Williams & Wilkins company Clifton C. E. 1958. Introduction to the Bacteria. Second Edition. MC
*Ruth Melliawati Staf Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI
Kalau nilai 9 itu kesuksesan dalam kehidupan, maka nilai 9 sama dengan x ditambah y ditambah z. Bekerja adalah x, y adalah bermain, dan z adalah untuk berdiam diri.
( Albert Einstein)
14
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
MENABUNG HIJAUAN PAKAN TERNAK DALAM BENTUK SILASE Penulis : Shanti Ratnakomala*
P
ada musim hujan para peternak umumnya tidak mengalami kesulitan untuk mencari hijauan pakan bagi ternak peliharaannya, karena rumput dan hijauan lain dapat tumbuh dengan subur. Apabila menghadapi musim kemarau, maka mereka akan mengalami kesulitan mencari hijauan untuk pakan ternak. Menanggulangi masalah tersebut, terdapat salah satu cara yang dapat digunakan para peternak untuk selalu mendapatkan hijauan untuk ternaknya di segala musim, solusi tersebut yaitu dengan cara mengawetkan hijauan yang melimpah pada musim penghujan melalui proses ensilasi, sehingga didapatkan suatu produk yang dinamakan silase. Ensilase pada prinsipnya adalah penyimpanan hijauan untuk konsumsi pakan ternak. Proses ini memang lebih banyak digunakan oleh petani di daerah empat musim, karena keterbatasan mendapatkan pakan ternak di musim dingin. Komposisi pakan ternak ruminansia utama adalah berupa serat, yang didapatkan dari hijauan berupa rumput atau tanaman lainnya. Serat dalam ransum pakan ternak ruminansia sangat diperlukan untuk kecernaan alami di dalam pencernaan ternak. Secara umum penyimpanan hijauan di dalam silo (tempat penyimpanan hijauan untuk proses ensilase berupa tabung) mempunyai 2 tujuan, yaitu untuk mendapatkan lingkungan yang anaerobik, dan didapatkannya pH yang rendah yang dapat
mengawetkan hijauan tersebut. Lingkungan yang anaerobik dapat mencegah pertumbuhan organisme perusak aerobik, dan pH rendah dapat mencegah mikroorganisme anaerobik yang tidak diinginkan, serta menghambat aktivitas enzim yang dikeluarkan tanaman. Setelah silo ditutup, lingkungan anaerobik umumnya terbentuk oleh adanya respirasi tanaman yang mengkonsumsi oksigen dan melepaskan CO2. Sementara pH rendah terjadi disebabkan oleh bakteri asam laktat pada hijauan yang memfermentasi gula menjadi asam laktat. Kedua proses ini tidak dapat menggambarkan keseluruhan
proses perubahan yang terjadi pada hijauan. Pada saat hijauan dimasukkan ke dalam silo, maka akan terjadi 3 proses yang saling berhubungan yaitu proses yang terjadi pada tanaman, mikrobiologis dan proses kimiawi. Proses yang terjadi pada tanaman Materi tumbuhan akan tetap aktif secara biologis pada saat ensilase, dan banyak enzim-enzim tanaman mungkin akan berpengaruh terhadap kualitas hijauan. Terdapat tiga katagori aktivitas tanaman yang
sangat penting terhadap kualitas silase, yaitu respirasi, pemecahan protein (proteolisis) dan pemecahan hemiselulosa (aktivitas hemiselulase). Respirasi merupakan suatu proses dimana tanaman menggunakan energi untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Gula merupakan senyawa utama yang digunakan untuk menghasilkan energi dengan proses respirasi. Proses tersebut juga membutuhkan oksigen dan menghasilkan karbondioksida, air dan panas. Respirasi tanaman berguna untuk menghilangkan oksigen dan menciptakan lingkungan yang anaerobik di dalam silo. Akan tetapi respirasi yang berlebihan tidak diharapkan, karena hal tersebut dapat mengurangi kandungan energi dari silase akibat meningkatnya pembentukan panas dan menghabiskan gula yang diperlukan untuk fermentasi bakteri asam laktat. Masalah seperti ini dapat muncul akibat proses ensilase yang buruk, misalnya karena lambatnya proses pengisian hijauan ke dalam silo, silo tidak tertutup rapat, dan sebagainya. Pada saat silo dalam kondisi anaerobik, sel-sel tanaman akan terurai (lisis) dalam beberapa jam. Pada saat lisis banyak enzim yang akan keluar termasuk diantaranya protease dan hemiselulase. Menghambat kerja dari enzim protease ini penting untuk dilakukan, karena banyak tanaman
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
15
kacang-kacangan dan rumputrumputan mengandung kadar protein kasar yang tinggi, sehingga menghambat kerja enzim protease perlu dilakukan untuk menjaga silase yang dihasilkan tetap memiliki kadar nutrisi yang tinggi. Nagel dan Broderick (1992) menyatakan bahwa sapi-sapi perah yang diberi pakan silase alfalfa dengan kadar protein yang tinggi menghasilkan susu yang lebih banyak dibandingkan dengan sapi yang diberi pakan silase alfalfa dengan kadar protein rendah, meskipun kadar nitrogen total atau protein kasar dalam diet pakannya sama (Pitt, 1995).
disukai, karena asam laktat merupakan asam yang lebih kuat dibandingkan asan asetat. Jalur pembentukan asam asetat dan etanol juga lebih panjang, sehingga menyebabkan kehilangan energi dan berat kering (BK) yang lebih besar bila dibandingkan jalur fermentasi asam laktat. Bakteri anaerobik yang
dilepaskan oleh sel-sel tanaman yang terpotong atau rusak selama proses pemanenan dan penyimpanan. Mikroba-mikroba tersebut akan menggunakan sebanyak mungkin bagian-bagian dan komponen-komponen tanaman yang dapat dicerna jika dibiarka tumbuh tak terkendali. Penurunan pH sampai dibawah 5 akan mengurangi sebagian besar bacilli dan akan menghentikan pertumbuhan Listeria. Akan tetapi masih banyak jenis khamir, kapang dan bakteria asam asetat yang tumbuh pada pH silase (4-5). Jadi hanya dengan mencegah pertumbuhan mikroba tersebut dengan menjaga lingkungan tetap anaerobik.
Proses secara Mikrobial Khamir dan Mikroorganis bakteri asam asetat yang me yang berperan tumbuh dalam asam secara aktif pada laktat dan asam asetat hijauan di dalam silo akan menyebabkan sangat naiknya pH. Apabila beranekaragam. Sumber htp://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/59/LacticpH naik, maka mikroba Mikroorganisme acid-3D-balls.png/200px-Lactic-acid-3D-balls.png aerobik lainnya dapat anaerobik yang tumbuh dengan cepat utama di dalam silo paling merusak di dalam silo adalah pada sisa substrat yang tersisa. adalah bakteri asam laktat. Bakteri Clostridia. Beberapa Clostridia Sebagai gambaran yang lebih ini termasuk dalam 4 genera, yaitu memfermentasikan asam laktat dan kompleks, beberapa khamir dan Lactobacillus, Pediococcus, gula menjadi asam butirat, yang bacilli dapat tumbuh secara Enterococcus dan Leuconostoc. lainnya memfermentasikan asam anaerobik, memfermentasikan gula Karakteristik umum bakteri tersebut amino menjadi amonia dan amina. menjadi etanol dan produk lainnya. adalah memfermentasikan gula Banyak dari jalur fermentasi Hal ini dapat menciptakan populasi menjadi asam laktat dan tumbuh menyebabkan kehilangan energi yang tinggi dari mikroba-mikroba dengan baik dalam lingkungan yang dan BK yang nyata. Pertumbuhan tersebut, yang walaupun dengan anaerobik. Fermentasi tersebut Clostridia juga dihambat oleh pH proses penanganan silo yang baik, merupakan mekanisme utama yang yang rendah. Kelompok bakteri suatu saat mereka siap untuk menyebabkan pH hijauan menurun anaerobik lainnya adalah merusak silase pada saat oksigen dan juga menghambat pertumbuhan Enterobakteria. Bakteri ini masuk ke dalam silo, misalnya pada bakteri anaerobik perusak. Spesies memfermentasikan gula terutama saat silo dalam proses dan strainnya bervariasi dalam menjadi asam asetat, dan pengosongan. jumlah produk lain seperti asam menciptakan kehilangan energi dan asetat dan etanol (alkohol) yang BK hijauan yang lebih tinggi bila Proses secara Kimiawi diproduksi selama pertumbuhan, dibandingkan dengan bakteri asam Dua proses kimia, yaitu ketahanan terhadap oksigen dan laktat. Bakteri ini juga dapat reaksi Maillard dan hirolisis asam macam senyawa yang dapat dihambat oleh pH rendah di bawah dari hemiselulose dapat difermentasikan. 5. berpengaruh terhadap kualitas silase, Reaksi Maillard umumnya Beberapa bakteri asam Jika ada oksigen, mikrobadikenal sebagai reaksi browning. laktat akan memfermentasikan mikroba perusak diantaranya Gula bereaksi dengan asam amino, asam-asam amino menjadi amonia khamir, kapang dan beberapa melepaskan panas dan membentuk dan atau amina. Secara alami, bakteri aerob mungkin akan molekul-molekul besar yang sulit bakteri asam laktat yang menggunakan gula pada tanaman, dicerna. Jika temperatur dibawah memfermentasikan gula dan produk-produk fermentasi atau 60oC laju reaksi kimia ini lambat dan menghasilkan asam laktat senyawa-senyawa lain yang (homofermentatif) adalah lebih tidak mempengaruhi kualitas silase
16
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
secara substansial, akan tetapi laju reaksi Maillard akan bertambah seiring dengan naiknya temperatur dan hal ini dapat mengurangi kecernaan silase secara substansial. Hidrolisa asam dari hemiselulose merupakan reaksi kimiawi yang memecah hemiselulosa di dalam dinding sel tanaman, yang disebabkan oleh interaksi dengan ion hidrogen di dalam silase. pH yang rendah dengan konsentrasi ion hidrogen yang tinggi akan mempercepat laju hidrolisis. Namun pada pH normal silase, laju reaksi akan lambat dan akan mengurangi kadar NDF (Neutral Detergen Fiber). Inokulan Silase Inokulan berupa silase aditif dengan menambah bakteri asam laktat pada silase hijauan. Hal ini dimaksudkan agar terjamin terjadinya fermentasi silase yang cepat dan efisien. Bakteri asam laktat yang paling banyak digunakan sebagai inokulan silase adalah Lactobacillus plantarum. Banyak pula inokulan silase yang menggunakan lebih dari satu spesies atau beberapa strain dari spesies yang sama. Spesies lain yang umum digunakan sebagai inokulan silase adalah Enterobacterium faecium, beberapa spesies Pediococcus dan Lactobacillus lainnya (Hill, 1989). Multiple strain mungkin tidak diperlukan dalan suatu inokulan, tetapi mungkin dapat menguntungkan dalam beberapa hal. Sering kali satu strain dapat tumbuh optimum pada pH tertentu, sedangkan strain lainnya pada pH yang berbeda.
hijauan, kadar kelembaban dan temperatur. Strain bakteri asam laktat yang digunakan sebagai inokulan silase umumnya diisolasi dari populasi alaminya seperti hijauan dan silase, mampu tumbuh dengan cepat dan merupakan bakteri homofermentatif. Banyak macam dari silase aditif yang di jual di pasaran untuk meningkatkan kualitas silase. Aditif
Pembuatan silase merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah kesulitan penyediaan pakan ternak. Hijauan yang akan diawetkan harus dipersiapkan dengan baik, seperti umur hijauan, kadar air yang tepat, tempat pemeraman yang rapat serta ketersediaan mikroorganisme yang mendukung terjadinya proses fermentasi pada hijauan tersebut. Inokulan silase digunakan sebagai aditif yang sangat berguna dalam meningkatkan kualitas silase
Penggunaan multiple strain dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan kemampuan dalam memfermentasi berbagai jenis
yang umum digunakan adalah inokulan bakteri. Aditif jenis ini menambah jumlah bakteri asam laktat yang sudah ada secara alami di dalam hijauan, memberikan
jaminan terjadinya fermentasi silase yang cepat dan efisien. Pengaruh bakteri asam laktat terhadap fermentasi Prinsip utama pengaruh inokulan terhadap silase adalah dapat meningkatkan laju fermentasi dan peningkatan produk-produk fermentasi. Jika inokulan bakteri asam laktat mendominasi fermentasi, maka pertumbuhannya yang cepat dan akan menyebabkan pH mulai menurun. Konsentrasi asam laktat akan meningkat dibandingkan dengan asam asetat dan etanol. Dikarenakan asam laktat lebih kuat dari asam asetat, pH akan turun lebih cepat, dan inokulasi yang berhasil akan menghasilkan pH akhir yang rendah (Muck, 1993). Hal ini dapat terjadi karena inokulan yang umumnya mengandung bakteri asam laktat dapat bertahan dalam pH yang rendah, sehingga fermentasi dapat terus berjalan sampai pH terendah dimana bakteri asam laktat tidak dapat tumbuh lagi. Fermentasi homofermentatif dari gula akan menghasilkan tidak adanya kehilangan BK, menunjukkan bahwa inokulan tidak berpengaruh nyata terhadap kehilangan energi dari silase. Kenyataannya silase yang tidak diinokulasi menunjukkan kehilangan lebih banyak energi karena lebih banyaknya kehilangan BK. Penurunan pH yang lebih cepat mungkin menyebabkan berkurangnya pemecahan secara enzimatik dari hemiselulose, sementara itu pH rendah dapat meningkatkan hidrolisis dari hemiselulosa. Inokulan yang menggunakan bakteri asam laktat homofermentatif menyebabkan pengaruh yang bervariasi terhadap stabilitas aerobik dalam silase. Pemanasan atau kerusakan pada silase sering diinisiasi oleh khamir dan kadang-kadang bakteri asam asetat . Kebanyakan mikroba perusak lebih meyukai dan tumbuh lebih cepat pada substrat yang mengandung kadar gula tinggi dibandingkan dengan produk-produk fermentasi (Weinberg and Muck, 1996).
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
17
Pengaruh bakteri asam laktat terhadap pertumbuhan dan kualitas ternak. Penambahan inokulan BAL (bakteri asam laktat) akan berpengaruh positif terhadap ternak. Berdasarkan berbagai produk fermentasi (seperti asam laktat, asetat dan etanol), asam laktat adalah yang paling berguna bagi mikroba rumen, sementara asam asetat tidak difermentasikan dan diserap langsung oleh dinding rumen. Selanjutnya inokulan BAL akan meningkatkan pertumbuhan mikroba rumen dan meningkatkan penggunaan protein mikroba (sebagai protein sel tunggal) di dalam lambung. Inokulan BAL akan menghambat produksi toksin dan berpengaruh positif terhadap lingkungan rumen. Dengan demikian inokulan BAL dapat meningkatkan pertumbuhan ternak. Sejumlah bakteri telah diteliti, termasuk diantaranya adalah bakteri asam propionat dan BAL. Bakteri asam propionat merupakan bakteri yang pertama kali dieksplorasi karena asam propionat merupakan inhibitor yang baik pada kapang dan khamir. Namun sejauh ini bakteri tersebut tidak terlalu efektif di dalam silase, karena BAL umumnya menyebabkan pH turun terlalu cepat yang menyebabkan bakteri asam propionat tidak dapat bertahan. Saat ini, penelitian yang sedang berjalan adalah untuk menemukan BAL yang memiliki kemampuan yang tinggi untuk meningkatkan masa penyimpanan. Dan yang terpenting adalah untuk memahami mekanisme mengapa inokulan dapat meningkatkan performans ternak. Penelitian yang melengkapi mekanisme-mekanisme dalam peningkatan kecernaan serat dan performans ternak sangat penting dalam membuat inokulan, sehingga selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas ternak. Hal ini mungkin akan mendorong untuk membuat produk spesifik yang dapat menekankan pada peningkatan produksi susu atau
18
meningkatkan laju pertumbuhan berat badan. Pembuatan silase merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah kesulitan penyediaan pakan ternak. Hijauan yang akan diawetkan harus dipersiapkan dengan baik, seperti umur hijauan, kadar air yang tepat, tempat pemeraman yang rapat serta ketersediaan mikroorganisme yang mendukung terjadinya proses fermentasi pada hijauan tersebut. Inokulan silase digunakan sebagai aditif yang sangat berguna dalam meningkatkan kualitas silase. Aditif ini akan meningkatkan laju dan produk fermentasi, pengawetan pakan, peningkatan berat kering dan seringkali kualitas ternak juga meningkat
silage and presence of phages for silage making lactobacilli. Weinberg, Z.G., and R.E. Muck. 1996. New trends and opportunities in the development and use of inoculants for silage. Submitted to FEMS Microbiol. Rev.
*Shanti Ratnakomala Staf Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Jl. Raya Bogor Km. 46, Cibinong 16911 E-mail:
[email protected]
DAFTAR PUSTAKA Hill, H.A. 1989. Microbial ecology of lactobacilli in silage. In Food for Thought, Proc. 2nd Forage Symp., pp. 4764. Pioneer Hi-Bred Int’l, Muck, R.E. 1989. Effect of inoculation level on alfalfa silage quality. Trans. ASAE 32:1153-1158. Muck, R.E. 1991. Predicting lactic acid bacterialnumbers on alfalfa at six farms. Trans. ASAE 34:1647-1653. Muck, R.E. 1993. The role of silage additives in making high quality silage. In Silage Production from Seed to Animal, NRAES-67, pp. 106-116. Northeast Regional Agric. Engng. Service, Ithaca, NY. Nagel, S.A., and G.A. Broderick. 1992. Effect of formic acid or formaldehyde treatment of alfalfa silage on nutrient utilization by dairy cows. J. Dairy Sci. 75:140-154. Pitt, R.E., and R.E. Muck. 1995. Enumeration of lactic acid bacteria on harvested alfalfa at long and short wilting times. Trans. ASAE 38:1633-1639. Tanaka, O., S. Ohmomo, Y. Zong, K. Nishiyama, K. Doi, and S. Ogota. 1995. Relationship between fermentation quality of
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
Science is organized knowledge. Wisdom is organized life. (Immanuel Kant)
PILIH-PILIH DAGING ASUH Penulis : Fifi Afiati
rogram kecukupan daging (PKD) 2010 merupakan program yang dicanangkan pemerintah agar Indonesia mampu mencukupi kebutuhan daging dari produksi dalam negeri dan memproduksi daging dari berbagai jenis ternak dimana usaha budidayanya dilakukan di tanah air. Pangan asal ternak sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan, kesehatan dan kecerdasan masyarakat Indonesia. Permintaan pangan asal ternak saat ini cenderung terus meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan, serta perubahan gaya hidup sebagai akibat arus globalisasi dan urbanisasi sehingga mengandalkan kepada pasokan impor, baik dalam bentuk sapi hidup atau daging. Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai stategis, apalagi rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesi masih sangat rendah, yaitu kurang dari 4g/kapita/hari. Sementara itu, elastisitas pendapatan terhadap permintaan produk peternakan relatif cukup tinggi (Soedjana et al. 1994). Dengan demikian, peningkatan populasi, perbaikan kesejahteraan penduduk, penurunan harga pasar, perubahan gaya hidup yang dibarengi dengan perkembangan perdagangan dan komunikasi global, secara otomatis akan mendorong peningkatan permintaan produk peternakan. Kondisi ini merupakan peluang yang sangat baik untuk mengembangkan industri
peternakan, seirama dengan antisipasi kemungkinan terjadinya “Revolusi Peternakan” tahun 2020, seperti yang diramalkan Delgado et al. (1999). Menurut Diwyanto (2008), impor daging sapi bakalan yang cenderung terus meningkat antara lain karena gap permintaan dan produksi di dalam negeri semakin tinggi. Bila kecenderungan ini terus berlanjut, Indonesia akan menjadi Negara importir sapi bakalan terbesar di dunia. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
Daging adalah bagian hewan yang disembelih (sapi, kerbau, kambing, domba) yang dapat dimakan dan berasal dari otot rangka atau yang terdapat di lidah, diafragma, jantung dan oesophagus dengan atau tidak mengandung lemak
kemungkinan, antara lain : (1) permintaan daging meningkat lebih pesat dibandingkan dengan peningkatan produksi; (2) permintaan daging meningkat sementara produksi tetap; atau (3) permintaan meningkat sebaliknya produksi daging justru mengalami penurunan. Namun, terdapat indikasi yang jelas bahwa peluang pasar daging di dalam negeri sangat besar dan cenderung terus meningkat. Kecenderungan impor daging (termasuk jeroan/offal) dan sapi bakalan maupun sapi potong bukan semata-mata disebabkan
karena senjang permintaan dan penawaran, tetapi juga karena adanya kemudahan produk impor (volume, kredit, transportasi) serta harga produk yang relatif murah (Diwyanto et al., 2005). Saat ini rata-rata konsumsi daging sapi penduduk Indonesia masih sangat kecil (<2 kg/kapita/tahun), jauh di bawah rata-rata konsumsi daging di negara berkembang (5kg/kapita/tahun) maupun negara maju (25kg/kapita/tahun) (Delgado et al., 1999). Menurut Diwyanto et al. (2005) salah satu kebijakan pemerintah untuk mendorong pengembangan usaha peternakan adalah menjamin agar produk yang dihasilkan mempunyai daya saing, sesuai dengan kebutuhan pasar. Pasar yang menghendaki produk yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH), ramah lingkungan dan mampu menjamin keberlanjutan usaha serta melindungi dari serbuan produk dumping, illegal atau yang tidak ASUH melalui kebijakan maupun perlindungan tarif dan non-tarif. Kebijakan dalam hal mempromosikan produk peternakan yang ASUH, mengingat konsumsi produk peternakan yang belum merata di kalangan penduduk, sehingga diperlukan suatu promosi dalam kerangka keamanan pangan serta peningkatan konsumsi. Apa itu Daging ? Daging adalah bagian hewan yang disembelih (sapi, kerbau, kambing, domba) yang dapat dimakan dan berasal dari otot rangka atau yang terdapat di lidah, diafragma, jantung dan oesophagus dengan atau tidak mengandung lemak. Daging merupakan otot hewan yang tersusun dari seratserat yang sangat kecil yang masing-masing serat berupa sel
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
19
memanjang, terdiri dari tiga komponen utama, yaitu jaringan otot (muscle tissue), jaringan lemak (adipose tissue) dan jaringan ikat (connective tissue). Sel serat otot mengandung dua macam protein yang tidak larut, yaitu kolagen dan elastin yang terdapat pada jaringan ikat. Banyaknya jaringan ikat yang terkandung di dalam daging akan menentukan tingkat kealotan/kekerasan daging. Istilah daging dibedakan dengan karkas, karena daging merupakan bagian yang tidak mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan dari tulang atau kerangkanya (Foxit PDF, 2009). Astawan (2004) menjelaskan bahwa berdasarkan keadaan fisik, daging dapat dikelompokkan menjadi: (1) daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, (2) daging segar yang dilayukan dan didinginkan (daging dingin), (3) daging segar yang dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan (daging beku), (4) daging masak, (5) daging asap dan (6) daging olahan. Komposisi kimia daging terdiri dari 56-72%% air, 1522% protein, 5-34% lemak dan 3,5%
pemeliharaan kesehatan. Selain itu daging juga mengandung energi dari lemak intraselular di dalam serabut-serabut otot serta mengandung kolesterol relatif lebih rendah dibanding pada bagian otak dan jeroan. Namun secara umum daging merupakan sumber mineral seperti kalsium, fosfor dan zat besi serta vitamin B kompleks, tetapi rendah vitamin C (Foxit PDF, 2009). Kriteria Kualitas Daging Usaha untuk meningkatkan kualitas daging dilakukan melalui pengolahan atau penanganan yang lebih baik sehingga dapat mengurangi kerusakan atau kebusukan selama penyimpanan dan pemasaran. Kualitas daging dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik pada waktu hewan masih hidup maupun setelah dipotong. Faktor penentu kualitas daging pada waktu hewan hidup adalah cara pemeliharaan meliputi pemberian pakan, tata laksana pemeliharaan, dan perawatan kesehatan. Kualitas daging juga dipengaruhi oleh pengeluaran darah pada waktu hewan dipotong dan kontaminasi
merekomendasikan batas maksimal cemaran bakteri pada daging segar 4 yaitu 1x10 CFU/gram. American Meat Institute Foundation (dalam Muchtadi dan Sugiyono, 1992) merekomendasikan kadar air daging sapi adalah 66% dan kadar protein 18,8%. Derajat keasaman (pH) juga dapat mempengaruhi kualitas daging. Buckle et al. (1987) mengutarakan bahwa pH rendah (5,6-6,1) menyebabkan daging mempunyai struktur terbuka sehingga sangat baik untuk pengasinan, berwarna merah muda cerah, mempunyai flavor yang lebih disukai dan mempunyai stabilitas yang lebih baik terhadap kerusakan oleh mikroorganisme. Selain itu pH dan kadar air juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri (Soeparno, 1994). Penurunan kualitas daging diindikasikan melalui perubahan warna, rasa, aroma bahkan pembusukan. Daging Normal Kriteria yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan kualitas daging yang layak konsumsi adalah : 1.
2.
http://www.perindagtangerangkab.org/files/daging%20sapi.jpg
substansi bukan protein terlarut, meliputi karbohidrta, garam organik, substansi nitrogen terlarut, mineral dan vitamin. Protein dalam daging tinggi akan kandungan asam amino essensial lengkap dan seimbang yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan, perkembangan dan
20
sesudah hewan dipotong. Usaha penyediaan daging memerlukan perhatian khusus karena daging mudah dan cepat tercemar oleh pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menurunkan kualitas daging. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6366-2000
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
3.
Keempukan daging ditentukan oleh kandungan jaringan ikat. Semakin tua usia hewan susunan jaringan ikat semakin banyak sehingga daging yang dihasilkan semakin liat. Jika ditekan dengan jari daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal. Kandungan lemak (marbling) adalah lemak yang terdapat diantara serabut otot (intramuscular). Lemak berfungsi sebagai pembungkus otot dan mempertahankan keutuhan daging pada wkatu dipanaskan. Marbling berpengaruh terhadap cita rasa. Warna daging bervariasi tergantung dari jenis hewan secara genetik dan usia, misalkan daging sapi potong lebih gelap daripada daging sapi perah, daging sapi muda lebih
pucat daripada daging sapi dewasa. Warna daging yang baru diiris biasanya merah ungu gelap dan akan berubah menjadi terang bila dibiarkan terkena udara dan bersifat reversible (dapat balik). Namun bila dibiarkan terlalu lama diudara akan berubah menjadi cokelat.
4.
5.
Rasa dan Aroma dipengaruhi oleh jenis pakan. Daging berkualitas baik mempunyai rasa gurih dan aroma yang sedap. Kelembaban daging secara normal dapat dilihat pada bagian permukaan. Bila permukaan daging relatif kering, daging tersebut dapat menahan
pertumbuhan mikroorganisme dari luar, sehingga mempengaruhi daya simpan. Karakteristik daging yang berasal dari berbagai hewan ternak ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik daging dari berbagai ternak Jenis daging Sapi muda
Sapi dewasa
Warna agak pucat, kelabu putih sampai merah pucat-tua merah terang
Komposisi Terdiri dari serabut – serabut halus
Parameter Konsistensi agak lembek
Berserabut halus dengan sedikit lemak
Kambing
merah muda pucat
Lemak menyerupai lemak domba warna putih
Domba
merah muda
Babi
Kerbau
pucat (merah muda) Pada umur tua daging berwarna lebih tua, sedikit lemak dan serabut kasar merah gelap merah kehitaman hingga kecoklatan pengaruh udara berubah menjadi biru merah tua / gelap
serabut halus, Lemak berwarna putih Serabut halus Otot pungung berlemak umumnya kelihatan kelabu putih
Ayam
putih pucat
Babi hutan Kuda
liat / kenyal
cukup tinggi
Lainnya
Bersih tidak ada darah dan mengkilat
Banyak lemak di otot
padat
Serabut otot besar Serabut otot besar dan panjang diantara serabut tidak ditemukan lemak
padat
Serabut otot kasar
otot dada dan otot paha kenyal
Bau dan rasa berbeda dengan daging sapi dewasa aromatis
Bau daging kambing jantan lebih menyengat dari bau daging kambing betina khas spesifik
berminyak Lemak berwarna kuning emas, lembek umumnya liat lemaknya putih
apek sedikit manis
hampir sama dengan daging sapi agak amis sampai tidak berbau
Sumber : Wagino (2008) Daging Abnormal 1.
Bau dan rasa daging tidak normal akan segera tercium sesudah hewan dipotong. Hal tersebut
dapat disebabkan karena adanya kelainan, seperti hewan sakit. Bila hewan menderita radang yang bersifat akut pada organ dalam dapat menghasilkan
daging berbau seperti mentega tengik. Sedangkan bila hewan dalam pengobatan, terutama pengobatan antibiotik, dapat
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
21
2.
3.
menghasilkan daging yang berbau obat – obatan. Warna daging tidak normal tidak selalu membahayakan kesehatan, namun akan mengurangi selera konsumen. Konsistensi daging tidak normal ditandai dengan kekenyalan daging rendah (jika ditekan dengan jari akan terasa lunak), kondisi seperti ini mengindikasikan bahwa daging tidak sehat. Apabila disertai dengan
4.
perubahan warna yang tidak normal maka daging tersebut tidak layak dikonsumsi. Daging busuk dapat mengganggu kesehatan konsumen karena menyebabkan gangguan saluran pencernaan. Pembusukan dapat terjadi karena penanganan yang kurang baik pada waktu pendinginan, sehingga aktivitas bakteri pembusuk meningkat, atau karena
terlalu lama dibiarkan ditempat terbuka dalam waktu relatif lama pada suhu kamar, sehingga terjadi proses pemecahan protein oleh enzim – enzim dalam daging yang menghasilkan amoniak dan asam sulfide.
Berikut adalah ciri-ciri daging busuk dilihat dari aktivitas bakteri pembusuknya, seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Ciri-ciri daging busuk sebagai aktivitas bakteri antara lain : Kondisi daging Penyebab Kusam dan berlendir Bakteri Genus Pseudomonas, Achromobacter, Streptococcus, Leuconostoc, Bacillus dan Micrococcus Berwarna kehijaua-hijauan Bakteri Genus Lactobacillus dan Leuconostoc (seperti isi usus) Tengik akibat penguraian lemak Bakteri Genus Pseudomonas dan Achromobacter Bersinar kehijau-hijauan Bakteri Genus Photobacterium dan Pseudomonas Berwarna kebiru-biruan Bakteri Pseudomonas sincinea Ada lendir ragi, kehilangan warna, bau dan rasa tidak enak, dekomposisi lemak Permukaan lengket, berbulu, kehilangan warna, berbau dan tercemar, dekomposisi lemak
Ragi (yeast) Fungi (mould)
Sumber : Wagino, 2008 Daging ASUH Akhir–akhir ini banyak pemberitaan di media massa mengenai berbagai penyimpangan dalam penyediaan dan peredaran
daging seperti daging glonggongan, daging ayam berformalin, daging ayam mati kemarin (tiren), daging sapi yang dicampur dengan daging celeng dan daging sampah. Pemalsuan
daging dapat diindentifikasi seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Identifikasi pemalsuan daging Jenis pemalsuan Ayam berformalin
Warna putih mengkilat
Ayam tiren
kulit kasar terdapat bercak – bercak darah pada bagian kepala, ekor, punggung, sayap, dan dada. kebiruan dalam proses pembusukan
Daging sapi gelonggongan
merah pucat
22
Parameter Konsistensi Bau sangat kenyal khas formalin otot dada dan agak anyir paha lembek
lembek
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
Lainnya kulit tegang Biasanya tidak dihinggapi lalat Serabut otot berwarna kemerahan. Pembuluh darah di daerah leher dan sayap penuh darah. Warna hati merah kehitaman setelah di cabuti bulunya jika dimasukkan plastik akan keluar cairan memerah dalam plastik Permukaan daging basah. Biasanya penjual tidak
Ayam mati sebelum disembelih
kehitaman ( 3 – 5 jam setelah kematian), Usus berwarna kebiruan Paru, jantung dan organ lain masih ada darah
Daging segar yang diawetkan dengan es batu
agak pucat
daging lama sekali bahkan sampai berlubang
khas bangkai
Bau khas daging berkurang
menggantung daging tersebut karena jika digantung akan banyak mengeluarkan air sehingga berat daging berkurang Irisan leher / bekas pemotongan rapi Adanya darah yang membeku pada arteri/ pembuluh darah dan vena jugularis. Darah terkumpul sesuai saat terajtuh Organ dalam agak mengeras Permukaan daging agak basah
Sumber : http://www.yumse.blogspot.com.2009 Kondisi ini membuat masyarakat atau konsumen menjadi resah terhadap aspek keamanan dan kehalalan daging tersebut. Untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat serta menjamin ketentraman bathin masyarakat, pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian telah menetapkan kebijakan penyediaan pangan asal hewan yang "Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH)". Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 1983 tentang kesehatan masyarakat veteriner. Jaminan keamanan pangan atau bahan pangan telah menjadi tuntutan seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Jaminan keamanan pangan juga telah menjadi tuntutan dalam perdagangan nasional maupun internasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berkaitan dengan keamanan pangan asal ternak diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan produk pangan asal ternak, Aman. daging tidak tercemar bahaya biologi (mikroorkanisme, serangga, tikus), kimiawi (pestisida dan gas beracun) dan fisik (kemasan tidak sempurna bentuknya karena benturan) serta tidak tercemar benda lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia. Sehat. daging memiliki zatzat yang dibutuhkan, berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan tubuh manusia. Zat gizi meliputi unsur makro seperti karbohidrat, protein
dan lemak serta unsur mikro seperti vitamin dan mineral. Utuh. daging tidak di campur dengan bagian lain dari hewan tersebut atau bagian dari hewan lain. Halal. hewan maupun dagingnya disembelih dan ditangani sesuai syariat agama Islam. Kehalalan menjadi Hak Asasi Manusia yang diakui keberadaannya sehingga harus dijamin dan dilindungi oleh semua pihak secara bertanggung jawab. Sertifikasi halal mutlak dibutuhkan untuk menghilangkan keraguan masyarakat akan kemungkinan adanya bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong yang tidak halal dalam suatu produk yang dijual (Widowati, et al. 2003 dan Apriyatono, 2003). Untuk mendapatkan daging ASUH diperlukan kerjasama antara RPH/RPU, pedagang dan pengguna dengan memperhatikan langkahlangkah sebagai berikut (http://www.yumse.blogspot.com.20 09). 1. Rumah Pemotongan Hewan/Unggas (RPH/RPU)
•
•
Pemeriksaan kesehatan ternak/unggas sebelum dipotong (ante mortem) meliputi pemeriksaan dokumen Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dan pemeriksaan klinis hewan. Penyembelihan Hewan/unggas harus dilakukan secara halal menurut syariat agama Islam,
dengan memutus/memotong 3 (tiga) saluran, yaitu (a) saluran nafas (trakea/hulqum) (b) saluran makanan (esofagus/mari'i) (c) pembuluh darah (wadajain) dan membaca Basmallah ketika menyembelih.
•
Pemeriksaan kembali ternak/unggas di RPH/RPU apabila menerapkan metode pemingsanan (stunning) sebelum penyembelihan.
•
Pemeriksaan kesehatan karkas dan daging hewan/unggas setelah dipotong (post mortem) oleh petugas yang berwenang baik Dokter hewan maupun paramedik dibawah supervisi dokter hewan di RPH/RPU.
•
Pembersihan dan desinfeksi secara teratur bangunan dan peralatan di RPH/RPU yang secara langsung kontak dengan hewan/unggas maupun produknya. Penerapan sistem sanitasi dan higenis RPH/RPU dapat mengurangi tingkat pencemaran bakteri .
•
Pemeriksaan kesehatan pekerja di RPH/RPU secara teratur terutama yang berhubungan langsung dengan hewan/unggas maupun produknya.
•
Penerapan jaminan keamanan dan kehalalan ditandai dengan Sertifikasi dan labelisasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dan kehalalan.
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
23
2. Tempat Daging)
Penjajaan
(Kios
•
Pemeriksaan Surat Kesehatan daging/Cap dari RPH/RPU asal daging oleh petugas teknis.
•
Pembersihan peralatan (pisau, telenan, apron) dan sarana penjajaan dilakukan dengan menggunakan sanitizer untuk pangan (food grade) secara rutin sebelum dan sesudah digunakan.
•
•
•
Daging yang telah dibeli sebaiknya segera diolah/dimasak atau disimpan dalam lemari pendingin (refrigerator) atau freezer. Pemilahan daging dengan cara memisahkan kemasan wadah daging mentah dengan daging dan makanan lain yang telah dimasak serta memisahkan penyimpanan daging dan jeroan.
•
Jika daging hendak dibekukan, sebaiknya daging dipotongpotong terlebih dahulu sesuai kebutuhan, lalu dimasukan ke dalam kemasan atau wadah tertutup yang bersih dan diberi catatan tanggal pembelian daging sebelum dimasukan ke dalam freezer (di bawah -l8°C).
Pemisahan lokasi antara penjajaan daging halal (sapi, kambing, domba, unggas) dan daging non-halal (babi). Menutup atau mengemas daging sebagai upaya untuk meningkatkan daya tahan daging dan mengurangi kontaminasi serta terhindar dari kebiasaan konsumen dalam memilih daging.
•
Mencegah kebiasaan memegang atau menyentuh rambut, anggota tubuh yang lain, muka, bersin dan batuk (yang ditutup tangan) di depan daging.
•
Pengendalian insekta (lalat, semut, kecoa) dan rodensia (tikus) pada tempat penjajaan
•
Membuang kotoran atau sisasisa daging ke dalam tempat sampah yang berpenutup.
•
3. Penerapan Penanganan Daging yang Hiegenis di Rumah tangga.
Jika daging hendak diolah atau dimasak kemudian (lebih dari 4 jam) dianjurkan daging disimpan pada suhu dingin (di bawah 4°C). Pemanasan daging hendaknya dilakukan dengan sempurna, yaitu sekurang-kurangnya pada suhu 75°C selama 2 menit. Pemasakan dengan menggunakan panas sangat bermanfaat untuk mematikan mikroba dan meningkatkan citarasa. Proses pemasakan daging tidak terlalu berpengaruh terhadap kadar protein serta beberapa jenis vitamin seperti thiamin, riboplavin, niasin dan asam pantotenat.
•
•
Menghindarkan daging dari potensi pencemaraan dengan menjaga kebersihan telapak dan sela-sela jari tangan menggunakan air bersih dan sabun serta menjaga kebersihan peralatan sebelum atau sesudah digunakan. Mencuci tangan dilakukan sebelum dan setelah menangani, mempersiapkan dan mengolah atau memasak daging dan gunakan pakaian yang bersih. Tutuplah luka pada tangan dengan plester kedap air.
•
Hindari bersin dan batuk di depan daging.
•
Usahakan ruang atau tempat mengolah atau memasak daging (dapur) bebas dari insekta (lalat, kecoa, dan semut) dan rodensia (tikus).
•
Gunakan peralatan yang bersih untuk menyimpan, mempersiapkan, mengolah dan memasak makanan. Adakalanya dengan berbagai alasan konsumen merencanakan pengolahan daging beberapa waktu kemudian. Untuk menjaga kondisi daging tetap ASUH dan menekan pertumbuhan bakteri, maka konsumen harus memperhatikan tempat penyimpanan daging, karena bakteri akan tumbuh optimal pada o suhu ruang (± 37 C). Berikut adalah saran tempat dan masa penyimpanan daging, Tabel 4.
Tabel 4. Tempat penyimpanan dan masa penyimpanan daging Jenis daging Tempat penyimpanan dan masa simpan Daging ayam
Freezer 6 bulan
Daging sapi segar
3-7 hsri
3-6 bulan
Daging giling segar
1-2 hari
3-6 bulan
Rendahnya kualitas dan keamanan produk yang terjadi di Indonesia disebabkan antara lain oleh : 1. Pengetahuan masyarakat yang rendah, tidak diperhatikannya penyediaan daging yang menjamin kesehatannya, yang penting daging tersebut murah
24
Refrigerator 1-2 hari
2.
3.
Fasilitas Rumah Potong Hewan yang kurang memenuhi syarat lingkungan higenis dan sanitasi Tindakan curang/kriminal bermotif ekonomi, seperti beredarnya daging impor ilegal, mencampur daging sapi dengan daging lain, seperti domba/kambing, kerbau, babi
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
4.
Perubahan tata pemerintahan dan lemahnya perangkat dan penegakan hukum. Tumpang tindihnya kewenangan tanpa koordinasi lapangan atau saling melempar tanggung jawab.
Kesimpulan Usaha konsumen untuk memperoleh daging yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) akan berhasil bila seluruh rangkaian penyediaan dan penanganan daging tersebut mengikuti standar dari pemerintah melalui peraturan SNI No. 01.6366.2000, sertifikasi halal Lembaga Pengkajian Pangan, Obatobatan dan Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) Undang-undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan dan Undangundang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Usaha tersebut dimulai dari kondisi ternak dan petugas (sebelum pemotongan, saat pemotongan dan setelah pemotongan) sampai pada tatacara penjualan dan tatacara konsumen dalam menangani daging tersebut.
Diwyanto, K. 2008. Pemanfaatan sumber daya lokal dan inovasi teknologi dalam mendukung pengembangan sapi potong di Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian. 1(3):173-188 Foxit PDF Creator. 2009. Laporan Koasistensi Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syah Kuala. http://foxitsoftware.com. 18 Maret 2009 http://www.yumse.blogspot.com.200 9. Jaminan keamanan dan kehalalan daging. 18 Maret 2009
Daftar Pustaka
Muchtadi, T.R. & Sugiyono. 1992. Ilmu pengetahuan bahan pangan. Bogor. IPB
.Apriyatono, A. 2003. Alternatif pengembangan Sistem sertifikasi Halal. Indo halal.com.
Setia, N. 2009. Cara mengenali daging sehat. http://www.google.co.id/searc h. 18 Maret 2009
Astawan. 2004. Mengapa kita perlu makan daging. http://www.gizi.net/cgi-bin/. 28 Januari 2009
Soedjana, T.D., T. Sudayanto & R. Sayuti. 1994. Estimasi parameter permintaan beberapa komoditas peternakan di jawa. Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia No. 1:13-23
Buckle, K.A., edward R.A., Fleet G.H., Wooton M. 1987. Ilmu pangan. Purnomo A., Adiono. Penerjemah. Jakarta. UI Press. Terjemahan dari Food Science
Soeparno. 1994. Ilmu dan teknologi daging. Yogyakarta. UGM Press.
Wagino. 2008. Tips memilih daging selama puasa dan lebaran. http://cilacapmedia.com/index .php
Standar Nasional Indonesia. 2000. Daging segar. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional |SNI01-6366-2000]
Delgado, C., M. Rosegrant, H. Steinfeld, S. Ehui & C. Courbois. 1999. Livestock to 2020. The next food revolution. International Food Policy Research Institute, washington DC.
Yanti, H., Hidayati & Elfawati. 2008. Kualitas daging sapi dengan kemasan plastik PE (Polyethylen) dan plastik PP (Polypropylen) di Pasar Arengka Kota Pekanbaru. Jurnal Petermakan 5(1):2227
Diwyanto, K., A. Priyanti & Ismeth Inounu. 2005. Prospek dan arah pengembangan komoditas peternakan : Unggas, sapi dan kambingdomba. Wartazoa. Vol. 16 No. 1. hal 11-25
Pengantar Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. IPB
*Fifi Afiati
Staf Peneliti Pusat Penelitian BioteknologiLIPI
If minds are truly alive they will seek out books, for books are the human race recounting its memorable experiences, confronting its problems, searching for solutions, drawing the blueprints of it futures. (Harry A. Overstreet)
Widowati, S., Y. Fitrial, E. Aritonang, Z. Lubis & Razali. 2003. Aspek halal produk pangan dalam menjaga ketentraman bathin masyarakat. Makalah
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
25
PEMANFAATAN AGROBACTERIUM UNTUK TRANSFORMASI GENETIK TANAMAN DAN JAMUR Penulis :Enung Sri Mulyaningsih
Mengenal Agrobacterium Secara Alami
D
i era transformasi genetik sekarang ini, peran Agrobacteriumtumefaciens (Agrobacterium) sangat besar dalam menghasilkan tanaman yang dimodifikasi untuk mendapatkan sifat yang diinginkan. Peran Agrobacterium dalam hal ini ialah sebagai kendaraan pembawa gen (DNA) yang diinginkan. A. tumefaciens merupakan bakteri aerob obligat gram negatif yang hidup alami di tanah. Bakteri ini banyak menyebabkan penyakit crown gall (tumor) pada tanaman dikotil. Kemampuannya dalam menyebabkan penyakit ini berhubungan dengan gen penginduksi tumor yang ada pada plasmid (Ti) yang dijumpai dalam bakteri tersebut. Dalam sel tumor yang terbentuk terkandung enzimenzim yang tidak tampak pada tanaman normal, karena enzim tersebut hanya dihasilkan oleh sel Agrobacterium. Enzim-enzim tersebut menghasilkan suatu senyawa gula spesifik yang dinamakan opin. Senyawa opin ini merupakan makanan bagi Agrobacterium itu sendiri. Aspek molekuler yang mendasari transformasi genetik oleh Agrobacterium ialah proses transfer DNA dari Agrobacterium ke dalam genom sel tanaman. Di
26
dalam sel Agrobacterium terdapat tiga komponen utama yang berperan dalam transfer DNA ke dalam sel tanaman (Sheng dan Citovsky, 1996). Komponen pertama ialah suatu fragmen DNA yang dikenal sebagai T-DNA, yaitu fragmen yang ditransfer ke dalam sel tanaman. T-DNA terdapat dalam plasmid Ti yang berukuran 200 kb (kilo basa). Daerah T-DNA diapit oleh sekuen DNA berulang yang berukuran 25 pb (pasang basa) pada sisi kanan dan kiri. Komponen kedua ialah
A. tumefaciens merupakan bakteri aerob obligat gram negatif yang hidup alami di tanah. Bakteri ini banyak menyebabkan penyakit crown gall (tumor) pada tanaman dikotil. daerah virulence (vir) yang berukuran 35-40 pb dan berada dalam plasmid Ti. Letak gen vir bersebelahan dengan batas kiri T-
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
DNA. Gen-gen vir ini terbagi atas 7 yaitu A, B, C, D, E, G dan H. Gengen vir mensintesis protein virulensi yang berperan menginduksi terjadinya transfer dan integrasi TDNA ke dalam tanaman. Empat gen-gen vir yang paling penting mensintesis protein virulensi ini ialah vir A, B, D dan G. Jika ada sesuatu yang menginduksinya, gen vir A dan G akan terekspresi dan mengaktifkan serangkaian gen-gen vir lainnya. Senyawa kimia yang diketahui sebagai penginduksi gen vir antara lain monosiklik fenolik acetosyringone. Senyawa induser tersebut dihasilkan tanaman ketika tanaman dikotil luka dan mengeluarkan getah. Ekspresi gen vir juga sangat dipengaruhi oleh senyawa induser dan kondisi pH dimana pH optimum untuk ekspresinya berkisar antara 5-5,8 (Hiei dkk, 1997). Komponen ketiga adalah gen chromosomal virulence (chv) yang terdiri atas chvA, chvB, pscA dan att. Gen-gen tersebut terletak di dalam kromosom Agrobacterium dan mempuyai fungsi untuk pelekatan bakteri pada sel tanaman dengan membentuk senyawa protein β-1,2-glukan. Berdasarkan sifat alamiah tersebut maka pada dua dasawarsa terakhir Agrobacterium dijadikan kendaraan pembawa gen target tertentu dengan cara menyisipkan gen target pada daerah T-DNA.
Gambar 1.
Proses infeksi alami dari Agrobacterium tumefaciens. Sel berwarna coklat adalah sel Agrobacterium dan warna hijau adalah sel tanaman. Senyawa induser yang dikeluarkan tanaman saat luka akan mengaktifkan gen vir A dan G untuk selanjutnya mengaktifkan gen-gen vir lainnya sehingga proses transfer daerah T-DNA dari Agrobacterium ke dalam sel tanaman terjadi. (sumber: http://www.rasmusfrandsen.dk/atmt. htm).
Manipulasi Agrobacterium untuk Tujuan Rekayasa Genetika Masalah utama penyisipan DNA ke dalam plasmid Ti adalah ukuran plasmid Ti yang besar (200 kb) dan daerah T-DNA pada umumnya tidak memiliki sisi unik untuk pemotongan DNA. Besarnya ukuran ini menyulitkan dalam manipulasi dan menentukan tempat pemotongan yang spesifik pada plasmid Ti. Selanjutnya para peneliti mengembangkan strategi untuk menyisipkan DNA target ke dalam T-DNA. Strategi untuk memasukkan gen target ke dalam T-DNA dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pertama dengan cara tidak langsung memasukkan gen dengan posisi cis (bersebelahan) dengan gen virulen dalam plasmid yang sama dan dikenal dengan vektor ko-integrasi. Pendekatan kedua dengan melakukan kloning gen ke dalam daerah T-DNA di
dalam plasmid yang berbeda yang dikenal dengan sistem vektor ganda (Cramer dan Radin, 1990; Gelvin, 2003). Syarat vektor ko-integrasi ialah mempunyai tempat yang tepat untuk menyisipkan fragmen DNA, memiliki gen penyeleksi antibiotik yang aktif pada Escheria coli (E. coli) maupun Agrobacterium, memiliki gen penanda untuk tanaman dan mempuyai ORI (origin of replication) yang berfungsi di sel E. coli tetapi tidak aktif di Agrobacterium (Walkerpeach dan Velten, 1994). Sedangkan pada vektor ganda membutuhkan dua plasmid di dalam Agrobacterium. Plasmid pertama sebagai vektor yang mengandung fragmen DNA, dan plasmid kedua sebagai penolong Ti yang menyediakan gen vir untuk fasilitator transfer gen ke dalam sel tanaman. Kedua plasmid ini dapat bereplikasi dalam sel Agrobacterium. Perkembangan
terakhir menunjukkan bahwa vektor ganda lebih banyak digunakan untuk kegiatan transformasi genetik baik pada tanaman dikotil maupun monokotil. Dengan menggunakan vektor ganda penyisipan gen menjadi lebih mudah, karena vektor yang mengandung batas T-DNA berukuran jauh lebih kecil dari plasmid Ti yang sesungguhnya. Ukuran plasmid yang kecil memungkinkan adanya sisi enzim restriksi unik dan penyisipan gen yang lebih besar. Pemanfaatan Agrobacterium untuk Transformasi Genetik Tanaman Lebih dari dua dekade teknik transformasi genetik untuk mendapatkan tanaman dengan sifat agronomis tertentu berhasil dilakukan. Dengan teknik ini pemindahan gen dari organisme yang sama atau organime yang
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
27
berbeda dapat dilakukan. Tanaman hasil transformasi genetik ini dinamakan tanaman transgenik. Potongan gen (DNA) asing yang ditransformasi akan menyatu ke dalam genom tanaman. Melalui transformasi genetika ini telah dihasilkan tanaman transgenik dengan sifat baru seperti ketahanan terhadap hama, penyakit, herbisida, maupun peningkatan kualitas hasil, dan perbaikan kandungan nutrisi. Keberhasilan transformasi genetik didukung pula dengan ditemukannya enzim restriksi yang mampu memotong molekul DNA pada tempat spesifik, dan enzim ligase yang mampu menyatukan fragmen–fragmen DNA kembali sehingga dimungkinkan mengembangkan rekombinasi DNA. Transformasi genetik dengan menggunakan Agrobacterium merupakan sistem transformasi genetik tidak langsung. Transformasi dengan Agrobacterium memiliki beberapa keuntungan antara lain bersifat dapat diulang
A
(reproducible), relatif lebih murah, memberikan pola integrasi yang tegas, jumlah salinan dalam genom sedikit (1-3 salinan). Pada awalnya teknik transformasi dengan Agrobacterium hanya berhasil pada tanaman dikotil karena tanaman ini menghasilkan senyawa induser untuk menginduksi gen vir ketika tanaman luka dan mengeluarkan getah. Tanaman tembakau dan solanaceae adalah contoh pertama tanaman dikotil yang berhasil ditransformasi. Perkembangannya kemudian, transformasi dengan Agrobacterium juga dapat diaplikasikan pada tanaman monokotil dengan melakukan beberapa penyesuaian kondisi seperti penambahan senyawa induser dan pH saat ko-kultivasi (Hiei dkk, 1994). Hiei dkk (1994) telah berhasil membuktikan bahwa tanaman padi jenis japonica berhasil ditransformasi menggunakan Agrobacterium dengan material tanaman berupa sel kalus
B
D
Gambar 2.
28
embriogenik. Dalam penelitiannya Hiei dkk menambahkan senyawa asetosiringone pada media dan menggunakan media dengan pH 5,2 saat ko-kultivasi. Hingga saat ini studi transformasi genetik dengan Agrobacterium terhadap tanaman pangan seperti padi terutama jenis indica (yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi) terus dilakukan. Dengan berbagai optimasi kondisi transformasi maka baru-baru ini Hiei dan Komari (2006) telah berhasil meningkatkan efisiensi transformasi dengan Agrobacterium hingga 30% per embrio belum masak (immature) yang digunakan pada sepuluh kultivar padi indica. Beberapa jenis tanaman pangan dan non pangan hasil transformasi dengan Agrobacterium di Amerika yang dilaporkan ialah kedelai, kapas, jagung, bit, alfalfa, gandum, canola, creeping bentgrass (untuk pakan). Contoh tanaman transgenik ditampilkan pada Gambar 2.
C
E
F
Tanaman transgenik hasil transformasi menggunakan Agrobacterium dengan berbagai sifat yang diinginkan. Kedelai, kapas dan jagung transgenik tahan penggerek (A,B,C), tomat tahan simpan (D), padi mengandung provitamin A (E), padi mutan dengan transposon (F)
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
Selain menyisipkan gen target untuk perubahan sifat tanaman tertentu yang dikehandaki, transformasi genetik dengan Agrobacterium pada tanaman juga bermanfaat untuk membuat populasi tanaman mutan. Dengan menggunakan Agrobacterium memungkinkan diperoleh mutan dalam jumlah banyak dalam suatu periode yang relatif singkat. Pembuatan mutan dilakukan dengan menggunakan elemen loncat (transposon) misalnya transposon Ac/Ds. Transposon Ds akan berpindah posisi dalam genom pada tempat berbeda dan tersisip pada gen-gen fungsional. Sedangkan elemen Ac menyandikan suatu enzim yang mengaktifkan elemen Ds untuk bertransposisi. Adanya penyisipan Ds ini memungkinan fenotipe tanaman menjadi beragam. Keragaman mutan ini dapat dijadikan sebagai sumber plasma nutfah baru untuk selanjutnyan dapat dilakukan isolasi gennya. Pemanfaatan Agrobacterium pada Transformasi Genetik Jamur
Selama ini diketahui bahwa transformasi dengan mediasi Agrobacterium (AMT, agrobacterium-mediated transformation) merupakan sistem transformasi yang hanya dikenal untuk transformasi tanaman, baik dikotil maupun monokotil. Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah dilaporkan bahwa sistem transformasi dengan mediasi Agrobacterium ternyata juga dapat digunakan untuk tarnsformasi organisme selain tanaman, seperti jamur termasuk jenis kapang atau ragi. Teknik AMT telah dikembangkan sebagai teknik transformasi jamur yang sangat efisien, baik untuk insersi gen secara acak maupun terarah. Teknik ini telah menjadi pilihan untuk transformasi jamur (Weld dkk., 2006). Teknik AMT telah diketahui mampu menghasilkan frekuensi transformasi yang lebih tinggi secara nyata dan menghasilkan transforman yang lebih stabil dibandingkan teknik biolistik (penembakan DNA) yang umumnya
A
B
digunakan pada transformasi jamur. Pada kondisi yang tepat, Agrobacterium mampu melakukan transfer DNA (T-DNA) kepada berbagai jenis jamur. Beberapa jamur yang diketahui sangat sulit dilakukan transformasi menggunakan sistem transformasi lain ternyata berhasil ditransformasi dengan teknik ko-kultivasi dengan Agrobacterium (Weld dkk., 2006). Teknik AMT merupakan sistem transformasi yang relatif sederhana. Teknik ini tidak memerlukan pembuatan protoplas dan dapat digunakan untuk tujuan ‘penggantian-gen’ dengan cara rekombinasi homologus, maupun mutagenesis insersi melalui integrasi secara acak. Beberapa contoh jenis jamur yang berhasil di transformasi dengan bantuan Agrobacterium ialah Saccharomyces cerevisiae, Penicillium chrysogenum, Agaricus bisporus (Schrammeijer dkk,. 2003; Bundock dan Hooykaas, 1996; Chen X dkk., 2000; Sun dkk., 2002).
C
Gambar 3. jamur- yang berhasil ditransformasi dengan bantuan Agrobacterium ialah Saccharomyces cerevisiae, Penicillium chrysogenum, Agaricus bisporus (A, B, C).
Gen Penanda dan Mutagenesis Insersi Acak pada Transformasi Jamur Beberapa jenis gen penanda diketahui dapat digunakan sebagai gen penanda pada jamur. Gen hph atau gen resistensi hygromycin B adalah yang paling umum digunakan untuk seleksi transforman jamur karena efektivitasnya pada sebagian besar jenis jamur. Gen penanda lainnya adalah gen resistensi terhadap phleomycin, sulfonylurea,
nourseothricin, bialaphos, carboxin, blasticid S dan benomyl. Selain itu sebagai alternatif terhadap gen resistensi senyawa tersebut adalah dengan menggunakan gen penanda auxotrophic seperti pyrG (homolog gene ura3 dari S. cerevisiae). Mutan yang kehilangan pyrG bersifat auxotrofik urasil, sehingga vektor yang mengandung pyrG akan memungkinkan seleksi transforman pada medium yang defisien urasil. Selain itu mutan yang defisien pyrG akan bersifat resisten terhadap 5fluoro-orotic acid (5FOA) yang
bersifat toksik pada prototroph. Dengan cara seleksi negatif/positif terhadap gen pyrG memungkinkan untuk melakukan transformasi sekuensial menggunakan Blaster cassettes (Weld dkk., 2006). Dengan memasukkan DNA ke dalam genom, baik melalui transformasi maupun melalui pergerakan DNA secara in vivo melalui transposon, akan dihasilkan suatu seri mutan dengan mutasi secara acak. Mutasi tersebut dapat diberi tanda (tagged). Dengan teknik ini dimungkinkan untuk merusak
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
29
suatu gen, menandai promotor atau enhancer, atau untuk meningkatkan regulasi suatu gen. Isolat transforman diisolasi dan dianalisis perubahan fenotip yang menjadi target. Dengan asumsi bahwa perubahan fenotip terjadi perusakan gen oleh T-DNA, fragmen DNA di sekitar T-DNA tersebut diambil dengan teknik PCR seperti inversePCR dan TAIL-PCR atau dengan teknik plasmid rescue. Bila terjadi integrasi berurutan pada beberapa tempat, maka teknik semi-random PCR dapat digunakan untuk memperoleh DNA genomik di sekitar T-DNA tersebut. Idealnya sistem penanda gen harus memiliki frekuensi transformasi yang tinggi, integrasi secara acak satu salinan gen pada satu lokus tanpa terjadi perubahan atau delesi baik pada TDNA maupun DNA genom. Dengan demikian penggunaan T-DNA dalam mutagenesis insersi acak dapat digunakan dengan baik. Pustaka
Bundock P, PJJ Hooykaas. 1996. Integration of Agrobacterium tumefaciens T-DNA in the Saccharomyces cerevisiae genome by illegitimate recombination. Proc. Natl. Acad. Sci. USA. 93: 1527215275. Chen X, Stone M, Schlagnhaufer C, Romaine CP. 2000. A fruiting bodyn tissue method for efficient Agrobacterium Mediated transformation of Agaricus bisporus. Applied and Environmental Microbiol. 66(10):4510-4513. Cramer CL, DN Radin. 1990. Molecular biology of plant in Biotechnology of plant microbes interaction. Nakas JP, C Hagedorn (eds).Mc Graw publishing Comp. New York. Pp 1-49. Gelvin SB. 2003. Agrobacterium mediated plant transformation: the Biology behind the “Gene-Jockeying” Tool. Microbiol. Mol. Bio. Rev. 67(1): 16-37 Hiei Y, S Otha, T Komari,T Kumashiro. 1994. Efficient transformation of rice (Oryza
30
sativa L) mediated by Agrobacterium and sequence analysis of the boundaries of the T-DNA. Tha Plant J. 6(0): 001-011 Hiei Y, T Komari. 2006. Improved protocols for transformation of Indica rice mediated by Agrobacterium tumefaciens. Plant Cell Tissue and Organ Culture . Springer 2006. Hiei Y, T. Komari, T. Kubo. 1997. Transformation of rice mediated by Agrobacterium tumefaciens. Plant Mol. Biol. 35:205-218. Schrammeijer B, A den Dulk-Ras, AC Vergunst, EJ Jacome, IJ Hooykaas. 2003. Analysis of vir protein translocation from Agrobacterium using Saccharomyces cerevisiae as a model: evidence for transport of a nover effector protein vir E3. Nucleic Acid Res. 31(3): DOI: 10.1093/nar/gkg 179. Sheng J, V Citovsky. 1996. Agrobacterium-plant cell DNA transport: have virulence proteins, will travel. The Plant Cell. 8:1699-1710 Su CB, Kong Q, Xu W. 2002. Efficient transformation chrysogenum mediated by Agrobacterium tumefaciens LBA4404 for cloning of vitreoscillia hemoglobin gen. EJB electronic J. Biotechnol. 5(1): 2-7. Walkerpeach CR, J Velten. 1994. Agrobacterium mediated gene transfer to plant cells: co integrated and binary vektor sytem. Plant Mol. Biol. 1-19 Weld RJ, KM Plummer, MA Carpenter, HJ Ridgway. 2006. Approaches to functional genomics in filamentous fungi. Cell Res. 16: 31-44
*Enung Sri Mulyaningsih Staf Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Jl. Raya Bogor km 46 Cibinong Email
[email protected]
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
The improvement of understanding is for two ends: first, our own increase of knowledge; secondly, to enable us to deliver that knowledge to others. (John Locke)
“Sang Penyelenggara” itu disebut Promotor Penulis : Anky Zannati
P
ara penikmat musik tidak perlu khawatir untuk dapat menikmati konser artis kesayangan, bahkan arti luar negeri sekaliber Alicia Keys atau James Blunt dapat dinikmati konsernya di Jakarta. Sebut saja Adrie Subono, promotor musik dari Java Musikindo, yang sudah malang melintang di dunia konser musik ini. Tentu konser musik atau penampilan musisi tersebut menjadi lancar dan sukses karena penyelenggaraan yang baik. Promotor musik seperti Adrie Subono memiliki tanggung jawab penting dalam mengatur dan menentukan, artis yang tampil, berapa lagu akan dibawakan, kapan dan dimana konser akan digelar, berapa lama konser berlangsung. Dalam penyelenggaraan konser musik sangat penting keberadaan promotor musik begitu juga dalam ekspresi gen, promotor memiliki arti yang penting. Promotor sangat
penting dalam penyelenggara ekspresi suatu gen baik pada organisme prokariot dan eukariot. Promotor merupakan daerah pada deoxyribonucleic acid (DNA) sebagai tempat pelekatan RNA polymerase yang
Adrie Subono. (inilah.com) mengawali proses transkripsi.
Transkripsi adalah proses penyalinan. Di sini, yang dimaksud dengan menyalin adalah, mengubah "teks" DNA menjadi RNA. Dalam Principles of Genetics, Tamarin R.H seorang ahli evolusi genetik di University of Massachusett menyebutkan bahwa, promotor terdiri atas informasi untuk inisiasi transkripsi dan situs pengendalian ekspresi gen. Promotor pada organisme eukariot memiliki elemen promotor yang mengatur terjadinya transkripsi. Elemen promotor yang terletak dekat dengan situs inisiasi transkripsi adalah TATA box atau elemen TATA (disebut juga GoldbergHogness box), CAAT box yang terletak sebelum promoter mempengaruhi efisiensi promoter, dan GC box. Russell P.J dalam Genetics th 5 Edition, menyebutkan bahwa elemen tersebut dinamakan sesuai dengan sekuen basa-basa DNA yang banyak ditemukan. Sebagai contoh, tidak semua promotor terdiri atas elemen TATA dan beberapa promotor memiliki lebih dari satu Copy Element CAAT atau GC.
Konser James Blunt. (Kabarinews.com)
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
31
Gambar 1.
Struktur organisasi promotor pada organisme eukariot. (Gilbert S.F, Promoter Structure, 1997)
TATA box memiliki sekuen konsensus 5’-TATAAA-3’ dan posisinya pada 30 pasang basa (pb) sebelum titik transkripsi (-30) (Lihat Gambar 1). CAAT box memiliki sekuen konsensus 5’GCCCAATCT-3’ dan posisinya berada pad sekitar 75 nukleotida sebelum titik transkrip (-75), tetapi dapat juga ditemukan pada lokasi yang berbeda. GC box memiliki sekuen konsensus 5’-
GGGCGG-3’ dan posisinya berada pada 90 pasang basa (pb) sebelum titik transkripsi (-90) serta pada umumnya memiliki lebih dari satu salinan Sedangkan pada organisme prokariot, seperti Eschericia coli, terdapat dua macam sekuen DNA pada daerah promotornya. Sekuen tersebut secara umum ditemukan pada daerah (-35) dan (-10) dari
titik awal transkripsi. Dalam th Genetics 5 Edition disebutkan, sekuen tersebut juga memiliki urutan basa-basa nukleotida yang conserved, disebut sekuen konsensus. Sekuen konsensus pada daerah -35 adalah 5’TTGACA-3’ dan sekuen konsensus pada daerah (-10) adalah 5’-TATAAt-3’ yang dikenal dengan sebutan Pribnow box (Gambar 2).
Gambar 2. Struktur organisasi promotor pada organisme prokariot. (University of Miami, 2008)
32
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
Tedapat tipe-tipe promotor, menurut Roa-Rodriguez dalam Promoters Used To Regulate Gene Expression, promotor dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan tingkat kontrol ekspresi gen. Promotor konstitutif merupakan promotor yang mengendalikan ekspresi gen pada semua jaringan dan umumnya tidak bergantung pada faktor lingkungan dan fase perkembangan. Beberapa contoh promoter konstitutif adalah promotor CAMV 35S. Pada awal 1980s, Chua dan rekan-rekannya di Rockefeller University mengisolasikan promotor yang bertanggung jawab pada transkripsi di virus mosaik Cauliflower (Cauliflower mosaic virus - CaMV) yang menginfeksi tanaman turnip (semacam kubis). Promotor ubiquitin (Ubi), ubiquitin adalah protein yang ditemukan di sel eukariot. Protein berpengaruh dalam proses seperti perubahan protein, pembentukan struktur kromatin, kontrol pada siklus sel, perbaikan DNA, dan respon pada berbagai stress. Pada tahun 1992, Christensen dan rekan-rekan mengidentifikasi dua dari 8 sampai 10 locus yang menyandikan ubiquitin pada jagung. Promotor actin1. Actin adalah bagian penting dari cytoskeleton sel sekarang pada semua jaringan. Protein actin berperan dalam pembentukan sel, pembelahan sel, pergerakan
organel dan pertumbuhan sel. Pada 1990, McElroy dan rekanrekan dari Cornell University melaporkan bahwa, Actin 1 dengan berhasil mengkontrol ekspresi gen pada protoplas padi yang di transformasi. Sejak itu promotor actin 1 dipakai sebagai promotor yang dapat mengontrol gen pada monocot. Salah satu contoh promotor konstitutif yang sering dipakai pada penelitian tanaman adalah promotor CaMV35S. Dalam Biotechnology in Plant Science: Relevance to Agriculture in the Eighties, disebutkan bahwa promotor CaMV 35S merupakan promotor kuat untuk tanaman dikotil (berbiji belah), namun sedikit lemah jika dipakai untuk tanaman monokotil (berbiji tunggal) seperti tanaman serealia. Adapula promotor sintetik, merupakan promotor buatan, yang terdiri atas elemen utama dari daerah promotor alami (TATA box, GC box, dan CAAT box) yang dapat berasal dari organisme yang berbeda. Hal tersebut memungkinkan promotor sintetik digunakan pada organisme yang berbeda dalam rekayasa genetika untuk mengekspresikan suatu gen. Tipe promotor yang lain adalah, promotor terinduksi, merupakan promotor yang mengendalikan ekspresi gen hanya pada saat terinduksi di bawah pengaruh faktor tertentu dan pada keadaan normal aktivitas promotor dibatasi.
Faktor abiotik seperti cahaya, tingkat oksigen, panas, dingin, dan luka mekanis dapat menginduksi promotor untuk mengekpresikan suatu gen. Promotor terinduksi juga dapat merespon senyawa kimia, yang tidak ditemukan secara alami pada organisme hidup, seperti respon terhadap antibiotik, alkohol, steroid, dan herbisida. Contoh promotor terinduksi adalah promotor rd29A, cor15A, kin1, cor6.6 yang terinduksi kekeringan. Dan yang terakhir adalah, promotor spesifik jaringan, merupakan promotor yang mengendalikan ekspresi gen pada jaringan spesifik atau fase perkembangan tertentu dan dapat diinduksi oleh faktor eksogen maupun endogen. Promotor spesifik ini sangat membantu perkembangan bioteknologi tanaman dalam rangka menggali fungsi gen. Bahkan Ye dan rekanrekan tahun 2000 dalam jurnal Engineering the provitamin A (beta-carotene) biosynthetic pathway into rice endosperm menyebutkan bahwa, rekayasa tanaman padi dengan teknik overekspresi gen yang bertanggung jawab terhadap biosintesa beta-karoten dengan menggunakan promotor spesifik pada endosperma padi telah menghasilkan suatu padi transgenik yang dapat mensintesa beta-karoten yang dikenal dengan nama Golden Rice. (Gambar 3).
Gambar 3. Golden Rice (beta.irri.org)
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
33
Contoh promotor jaringan spesifik antara lain promotor gen β-amilase atau promotor gen hordein barley 9 untuk ekspresi gen pada biji, promotor gen pz7 dan pz130 tomat (untuk ekspresi gen pada ovari), promotor gen RD2 tembakau (untuk ekspresi gen pada akar), promotor TRX
pisang dan promotor actin melon (untuk ekspresi gen pada buah). Dalam perkembangan bioteknologi, promotor memiliki arti yang penting, seperti dalam penelitian dan perkembangan padi di Indonesia, promotor memiliki fungsi penting dalam penyelenggaraan ekspresi gen, dapat menjadi bahan yang
menarik untuk diteliti untuk mengungkapkan fungsi-fungsi gen padi yang belum terungkap.
*Anky Zannati, S.Si Bidang Biologi Molekuler Staf Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI
RESENSI Biosketsa Darwin Karyadi: “Menguji Gizi, Menuai Senyum Prestasi” Jakarta: Helen Keller International, 2007. xxviii +166 hlm. ; ilus.; 23 cm. Di dunia gizi Indonesia, nama Prof. Dr. Darwin Karyadi Sp.GK menduduki posisi penting, khususnya penelitian gizi, makanan. Empat dasawarsa kehidupannya menyatu dengan penelitian dan pengembangan di bawah naungan Depkes dan pendidikan gizi. Buku ini berisi tentang sosok anak Jatinegara yang berhasil lulus ujian SMA khusus yang kemudian masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan menjadi dokter. Tugas pertamanya meriset gizi, lalu beliau menjadi Wadir
Akademi Gizi, berurutan ia dipercaya untuk menjabat CEO Lembaga Penelitian Sembodja; Puslitbang Gizi di Bogor; SEAMEO – Tropmed UI, Jakarta. Meniti karir mulai dari peneliti, ahli gizi, dokter dan mahaguru di Institut Pertanian Bogor. “Centhini Kencana Award” merupakan kiprah Darwin dan kawan-kawan yang membuktikan dan mengangkat tempe menjadi makanan serba guna. Bintang Mahaputra Naraya diraih sesuai pengabdiannya di bidang gizi selama lebih lima dasawarsa kehidupannya. Buku ini diterbitkan dalam rangka merayakan HUT, Prof. Darwin ke-74 tahun.
BBN Bahan Bakar Nabati Jakarta: Penebar Swadaya, 2007. iv + 164 hlm.; ilus.; 23 cm. Kenaikan harga BBM yang diiringi isu kelangkaan BBM memang sangat meresahkan. Untuk itu, jangan hanya terpaku menanti datangnya masa-masa ketika BBM benar-benar habis. Perlu pemikiran tentang pengembangan energi alternatif yang sifatnya terbarukan yang tentunya bersumber dari bahan-bahan nabati seperti jarak pagar, kelapa sawit,
kelapa, singkong dan tebu yang bukan hanya sekedar wacana. Pemerintah serius menjadikannya sebagai program nasional. Presiden pun membentuk Tim Nasional Pengembangan BBN sebagai pelaksana. Berdasarkan SK Presiden No. 10 tahun 2006, Timnas Pengembangan BBN telah berhasil menyusun blue print dan road map pengembangan BBN. Buku ini mengulas prospek pengembangan bahan bakar nabati sebagai pengganti BBM untuk jangka panjang.
Windows Server System Indonesia Jakarta: Datakom Lintas Buana, 2007 104 hlm.; 13,25 x 20 cm. ilmu dan pengalamannya kepada orang lain. Buku ini merupakan petunjuk yang bisa digunakan sebagai bahan Saat ini banyak penyedia bacaan untuk mengenal webmail atau e-mail dan weblog hosting dan blog gratisan dengan atau blog khususnya WSS-ID. Dalam buku ini dijelaskan berbagai kemudahan. Namun, cara untuk registrasi e-mail khususnya di MSN Hotmail umumnya blog gratisan tersebut dan registrasi blog di WSS-ID. digunakan oleh berbagai kalangan dan disiplin ilmu, sehingga ketika blog itu diakses akan menampilkan berbagai (Ludya Arica Bakti) informasi yang tentunya akan menyulitkan para pembaca yang akan mengunjungi blog tersebut. Sementara itu di WSS-ID (Windows Server System Indonesia) yang juga merupakan blog gratisan yang ditujukan bagi masyarakat IT di Indonesia. WSS-ID sebagai blog modern dengan berbagai fasilitas yang tidak dimiliki oleh penyedia blog gratisan pada umumnya member solusi IT Profesional, dosen, mahasiswa, pelajar dan masyarakat yang ingin berbagi
34
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
Mengenal Anemia dan Peranan Erythropoietin Penulis: Neng Herawati
B
anyak orang berasumsi, bahwa anemia merupakan penyakit kurang darah, 5L (lesu, lemah, letih, lunglai dan loyo) adalah serangkaian gejalanya. Untuk mengatasi gejala ini di televisi ataupun media-media cetak sering kita lihat berbagai iklan produkproduk antianemia yang dapat dengan mudah dibeli di pasaran. Masalahnya, apakah benar anemia yang dipahami secara medis cukup hanya diatasi dengan
mengkonsumsi obat antianemia saja. Tentu jawabannya tidak sesederhana itu. Secara ilmiah anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah Hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal (kadar Hb<10g/dl). Sel darah merah membawa oksigen (O2) dari paruparu ke jaringan dan organ-organ tubuh yang akan digunakan sebagai energi. Tanpa Oksigen jaringan dan
organ-organ ini (khususnya hati dan otak) tidak dapat melaksanakan tugas dengan semestinya. Untuk alasan inilah mengapa orang yang terkena anemia lebih mudah lelah dan kelihatan pucat. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah Hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
Hemoglobin adalah pigmen yang membuat sel darah berwarna merah yang pada akhirnya akan membuat darah manusia berwarna merah. Menurut fungsinya, Hemoglobin merupakan media transport oksigen dari paru paru ke jaringan tubuh. Seperti kita ketahui bersama, oksigen merupakan bagian terpenting dari metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi.
Hemoglobin juga berfungsi membawa Karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas. Orang dengan kadar Hemoglobin yang rendah disebut dengan istilah anemia. Saat kadar Hemoglobin rendah maka jumlah sel darah merah pun akan rendah. Demikian pula halnya dengan nilai hematokrit.
Bila terjadi anemia transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang yang anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi Ada tiga tingkat kandungan Hb dalam darah, yaitu optimal, fungsional dan minimal. Disebut optimal jika kadarnya 12g/dl. Pada keadaan ini, tubuh bisa berfungsi
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
35
secara wajar akan tetapi jika jumlahnya berkisar 10-12g/dl disebut anemia ringan, dimana tubuh sebenarnya masih bisa berfungsi akan tetapi fungsinya tidak optimal. Namun jika kadar Hb<8g/dl, tubuh akan mengalami proses disfungsi (gangguan fungsi). Anemia menyebabkan kelelahan, sesak nafas dan pusing. Orang yang menderita anemia merasa badannya kurang enak dibandingkan orang dengan tingkat Hb yang wajar. Mereka merasa
Hemoglobin adalah pigmen yang membuat sel darah berwarna merah yang pada akhirnya akan membuat darah manusia berwarna merah. lebih sulit untuk bekerja. Ini berarti mutu hidupnya lebih rendah. Anemia didefenisikan oleh tingkat Hb. Sebagian besar dokter sepakat bahwa Hb dibawah 6,5g/dl menunjukkan anemia yang gawat. Tingkat Hb yang wajar sedikitnya adalah 12g/dl untuk perempuan dan 14g/dl untuk laki-laki. Secara umum, perempuan mempunyai tingkat Hb yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Begitu juga dengan orang yang sangat tua atau yang sangat muda. Jangan pernah menganggap bahwa jika anda lelah, maka kondisi ini bisa diatasi dengan cukup mengkonsumsi suplemen besi. Asupan besi yang berlebihan belum tentu memberikan kekuatan, malah bisa jadi malapetaka. Apa penyebab Anemia? Anemia dapat terjadi bila tubuh kita tidak membuat sel darah merah secukupnya.Sumsum tulang membuat sel darah merah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh. Proses ini membutuhkan vitamin B12 dan Asam folat. Erythtropoetin (EPO) adalah hormon yang
36
merangsang pembuatan sel darah merah dan diproduksi oleh ginjal.Penyebab umum dari anemia disebabkan oleh perdarahan hebat antara lain sebagai berikut: akut (mendadak), kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah pembuluh darah, kronik (menahun), perdarahan hidung, wasir (hemoroid), ulkus peptikum, kanker atau polip di saluran pencernaan, tumor ginjal atau kandung kemih dan perdarahan menstruasi yang sangat banyak. Di bawah ini adalah pembagian jenis-janis anemia berdasarkan faktor penyebabnya: 1) Anemia karena defisiensi besi Diatasi dengan pemberiaan suplemen dan mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi, contohnya: daging sapi atau kambing, buncis, sereal yang diperkaya besi, dan kacang-kacangan. 2) Anemia karena defisiensi vitamin B12 dan Asam folat Kekurangan kedua vitamin ini menyebabkan sumsum tulang memproduksi sel darah merah yang berukuran sangat besar. Bagaimanapun ukuran sel bukan tolak ukur pada kemampuannya dalam membawa lebih banyak oksigen. Anemia jenis ini dapat diatasi dengan pemberian injeksi vitamin B12. sedangkan kekurangan folat bisa diatasi dengan pemberian suplemen folat. Sumber makanan yang mengandung vitamin B12 adalah daging dan produk olahan susu. 3) Anemia karena penyakit kronik Tidak ada pengobatan spesifik untuk anemia jenis ini. Dokter akan berusaha mengatasi penyakit yang mendasarinya. Jika kondisinya sangat parah diperlukan transfusi darah. 4) Anemia Aplastik Organ penting dalam pembentukan sel darah
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
5)
merah adalah sumsum tulang. Fungsinya memproduksi semua jenis sel darah, mulai sel darah merah, darah putih dan trombosit (keping darah). Seandainya organ tersebut gagal dalam menjalankan fungsinya, maka mengakibatkan anemia aplastik. Angka kematian pada anemia aplastik sangat tinggi, terutama pada anemia aplastik berat. Biasanya kematian disebabkan oleh infeksi dan perdarahan. Pada tipe berat ini penderita bisa sembuh jika dilakukan transplantasi sumsum tulang dan harus menggunakan obat-obatan penekan sistem kekebalan (immunosupressan) seumur hidup. Pada jenis yang tidak parah, kombinasi imunosupressan (steroid) dan siklosporin. Pada anemia aplastik, transfusi darah memang menbantu, namun sifatnya simptomatik artinya hanya mengatasi gejala saja, akan tetapi anemia tetap berulang. Anemia Hemolitik Anemia Hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya penghancuran sel darah merah. Dalam keadaan normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup 120 hari. Jika menjadi tua, sel pemakan dalam sumsum tulang, limpa dan hati dapat mengetahuinya kemudian berusaha untuk merusaknya. Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah yang baru, sampai 10x kecepatan normal. Jika penghancuran sel darah merah melebihi pembentukannya, maka akan terjadi anemia
6)
hemolitik. Ada juga obatobatan yang merangsang terjadinya jenis anemia ini, seperti obat tuberculosis, yaitu rifampisin (antibiotik golongan koinolin) yang mempunyai antibodi menempel di sel darah merah meluruh (lisis). Anemia sel bulan sabit (sicle cell anemia)
Anemia tipe ini merupakan anemia yang diturunkan (herediter). Permasalahannya terdapat pada sel darah merah. Pada kondisi normal bentuk sel darah merah fleksibel dan bulat, sedangkan pada penderita sickle cell anemia sel darah merah menjadi kaku &
lengket. Bentuknya juga tidak lagi bulat, melainkan berbentuk sickle (sabit). Bentuk yang ireguler ini akan mati prematur, mengakibatkan kondisi kekurangan sel darah merah yang kronik. Kasus ini terutama terjadi pada ras Afrika dan Arab.
Sumber makanan yang dianjurkan untuk penderita anemia Anemia pada gagal ginjal dan peran EPO Anemia umumnya terjadi pada orang yang menderita penyakit ginjal. Ginjal yang sehat memproduksi sebuah hormon yaitu Erythropoietin (EPO), yang menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel darah merah yang dibutuhkan untuk membawa oksigen ke organ-organ vital. Ginjal yang tidak normal, tidak bisa memproduksi cukup EPO. Akibatnya sumsum tulang hanya memproduksi sedikit sel darah merah. Anemia pada gagal ginjal mulai terjadi pada tahap-tahap awal penyakit, yaitu ketika penderita
masih memiliki 20-50% dari fungsi ginjal normal. Bagaimana anemia didiagnosis? Jika seseorang kehilangan setengah dari fungsi ginjalnya dan memiliki hematokrit rendah, maka kasus ini disebut
anemia yang disebabkan kekurangan EPO.
Erythropoietin (EPO) Pada tahun 1906, Paul Carnot seorang professor kedokteran di Paris bersama dengan asistennya Deflandre mengemukakan sebuah ide bahwa proses eritropoiesis diregulasi oleh hormon. Carnot & Deflandre melengkapi eksperimennya dengan menjelaskan bahwa terjadinya peningkatan sel darah merah pada kelinci dipicu oleh adanya faktor hemotopic yang disebut hemopoetin. Selanjutnya penelitian ini dilanjutkan oleh Eva Bonsdorff dan Eeva Jalavisto, hasilnya diungkapkan bahwa faktor hemopoetic itu adalah Eritropoietin. Studi selanjutnya adalah menyelidiki keberadaan EPO yang dilakukan oleh Reissman & Erslev. Hasilnya diperoleh kesimpulan bahwa ada sebuah senyawa kimia khusus yang disirkulasi dalam darah dan dapat
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
37
menstimulasi produksi sel darah merah serta meningkatkan hematokrit (ukuran yang menentukan seberapa banyak jumlah sel darah merah dalam satu mililiter darah atau dengan kata lain perbandingan antara sel darah merah dengan komponen darah yang lain). Senyawa kimia tersebut akhirnya dipurifikasi dan dipublikasikan sebagai Erytropoietin. Penemuan ini memberi angin segar dan memperkaya khazanah dalam pengobatan anemia. Ahli hematologi Dr. John Adamson dan Dr. Joseph W.Eshbach melihat adanya peranan EPO dalam pembentukan sel-sel darah merah,
sehingga dianggap sangat menguntungkan digunakan untuk terapi gagal ginjal. Lin et al pada tahun 1985 telah mengisolasi gen human Erytropoietin kemudian megkarakterisasinya. Hasil penelitiannya adalah menyebutkan bahwa gen EPO mengkode produksi pada sel-sel mamalia yang juga mempunyai aktivitas biologi baik in vivo maupun in vitro. Dengan adanya penemuan ini semakin membuka peluang untuk produksi skala industri rekombinan human Erythropoietin (RhEPO) sebagai agen terapi untuk penderita anemia. Sekuens asam aminonya pertama kali dipetakan pada tahun
1983. EPO berikatan dengan gugus gula (glikosilasi). EPO terglikosilasi memiliki 3 tipe: alfa (jenis paling umum digunakan untuk obat-obatan hewan), beta (secara klinis memiliki kemanjuran yang sama dengan tipe alfa) dan Darbepoietin. Sel-sel ginjal yang membuat EPO adalah khusus sehingga mereka peka pada tingkattingkat oksigen yang rendah di dalam darah yang mengalir melalui ginjal. Sel-sel ini membuat dan melepaskan EPO ketika tingkat oksigen terlalu rendah. Tingkat oksigen yang rendah mungkin mengindikasikan Anemia.
Gambar di atas menjelaskan bahwa pada kondisi normal tubuh kita memiliki jumlah sel darah merah yang cukup, namun jika sel darah merah tersebut berkurang (rendah) maka akan menyebabkan terjadinya anemia yang juga menyebabkan tidak cukupnya persediaan oksigen di dalam tubuh, kondisi ini disebut Hypoxia. Di dalam ginjal diproduksi sejenis hormon yang disebut Errythropoietin (EPO).Erythropoietin adalah protein yang mengontrol proses eritropoiesis dan dihasilkan oleh ginjal yang dapat menstimulasi pembentukan sel-sel darah merah oleh sumsum tulang (bone marrow). Terkadang tubuh tidak bisa membuat cukup EPO sehingga sel darah merah tidak bisa diproduksi
EPO merupakan obat yang telah disetujui oleh badan administrasi obat & makanan (FDA) yang dapat digunakan untuk mengobati rendahnya jumlah sel darah merah (anemia). Anemia yang menggunakan EPO sebagai agen terapinya adalah jenis anemia yang disebabkan oleh kanker, gagal ginjal atau untuk terapi AIDS. EPO juga bisa digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada pasien yang menderita kurang darah (anemic) serta pasien yang telah menjalani operasi, sehingga mengurangi resiko akibat transfusi darah. . Obat EPO sintetik dapat diberikan karena memiliki aktivitas yang sama dengan EPO alami yaitu bisa meningkatkan produksi sel
darah merah. EPO bekerja menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi lebih banyak sel darah merah. Pasien membutuhkan asupan besi yang cukup di dalam tubuh agar EPO bisa bekerja dengan baik. Jika pasien mempunyai kadar besi rendah, maka dokter akan merekomendasikan tablet-tablet sumber zat besi secara oral. Meningkatnya jumlah sel darah merah dapat dilihat dalam 2-6 minggu sejak dimulainya terapi pada pasien kanker. Ketika jumlah sel darah merah meningkat, secara umum pasien akan merasa lebih baik. Pada prinsipnya terapi EPO pada pasien bertujuan untuk meningkatkan produksi sel darah
38
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
merah dam mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
Daftar Pustaka http://www.helpfulhealthtips.com
http://www.antidopingresearch.org http://www.noblood.org http://en.wikipedia.org/wiki/Erythrop oietin Majalah kesehatan keluarga DOKTER KITA edisi 2 th II februari, 2007
*Neng Herawati, S.Si Biologi Molekuler Staf Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI
Resensi
We are drowning in information but starved for knowledge. (John Naisbitt) Pasca Genomic dan Molecular Farming:Biologi Molekuler Untuk Produksi Obat-Obatan dan Mendukung Ketahanan Pangan Bogor: Pusat Penelitian Bioteknologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2008. v + 134 hlm. ; ilus.; 23 cm. Teknologi DNA rekombinan dan genetika molekuler (molecular genetics) yang merupakan ujung tombak dari biologi molekuler sangat fundamental peranannya terhadap kemajuan bioteknologi modern. Kemampuan memanipulasi materi genetik dan mentransformasikannya pada sistem yang tepat memungkinkan kita untuk memproduksi protein rekombinan yang dapat berfungsi sebagai terapetik, vaksin ataupun diagnostik dengan lebih efisien. Beberapa topik yang dibahas antara lain: human erythropoietin (hEPO), human granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF), vaksin hepatitis B, protein M2 dan anti flavivirus berbasis inhibitor enzim RNA helicase dibahas lebih mendalam. Buku ini merupakan kumpulan dari hasil kegiatan Program Kompetitf LIPI 2008 Sub Program Pasca Genomic dan Molecular Farming. (Ludya Arica Bakti)
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
39
Komersialisasi Produk Rekayasa Genetika di Indonesia : Mungkinkah?? Penulis : Puspita Deswina sulit diprediksi, sehingga berdampak 2007/2008 turun menjadi 72,174 emajuan bioteknologi, pada terhadap pertanian di seluruh dunia juta ton (Kompas, 12 Juni 2008). masa ini telah jauh termasuk Indonesia. Salah satu Dilihat dari jumlah penduduk berkembang pesat dan upaya yang dapat dilakukan adalah Indonesia sekitar 230 juta, sangat mengalami peningkatan spektakuler memanfaatkan produk bioteknologi membutuhkan pangan dalam jumlah dalam hal perbaikan mutu serta yang telah terbukti mampu yang besar. Kondisi stok pangan kualitas pangan/pakan ataupun meningkatkan produksi dan dan situasi pangan dunia yang tidak memproduksi suatu produk baik penghasilan petani di beberapa bersahabat ini, memacu dunia hewan maupun mikroba yang negara di dunia. usaha untuk mencari alternatif lain memiliki nilai lebih dari sebelumnya. dalam meningkatkan produksi Manfaat ekonomi produk Teknologi rekayasa genetika telah pangan yang lebih ramah bioteknologi menjadi primadona dari ilmu lingkungan. Dengan hanya bioteknologi terkini saat ini. Apakah mengandalkan teknologi yang ada teknologi baru ini dapat mengatasi saat ini, kebutuhan pangan tidak Tanaman produk persoalan krisis pangan yang akan mencukupi, sehingga segala bioteknologi telah tersebar luas dan menjadi isu terpenting dunia? teknologi terkini termasuk teknologi dimanfaatkan di berbagai negara di Pertanyaan yang mengandung rekayasa genetika di bidang biologi, dunia. Pertama kali dihasilkan harapan besar bagi sebagian besar genetik dan informasi serta kearifan tanaman hasil rekayasa genetika penduduk dunia menjadi pekerjaan lokal harus dimanfaatkan. pada tahun 1982 dan uji lapangan utama bagi para peneliti untuk dapat pertama pada tahun 1986 mewujudkannya. Menurut Peluang Indonesia dilanjutkan upaya komersialisasi Organisasi Pangan dan Pertanian sebagai negara agraris yang hampir mulai tahun 1993. Pertama kali (FAO) pada Juni 2008, produksi 44% penduduknya sebagai petani dilepas untuk tujuan komersialisasi padi tahun 2005 naik 1,23 persen dapat memenuhi kebutuhan sendiri tersebut pada tahun 1996 untuk atau 672,49 ribu ton dibanding melalui peningkatan produksi produk kedele tahan herbisida 2006. Kenaikan produksi terjadi pertanian. Dalam menghadapi krisis dengan luas penanaman hanya 1,7 karena juta ha yang peningkatan tersebar di produktivitas Amerika tanaman Serikat, sebesar Kanada, 0,69 kuintal Australia, per hektar Argentina, (ha), Afrika Selatan sedangkan dan Meksiko. luas panen Luas diperkirakan pertanaman turun 28,59 produk ribu ha, bioteknologi di walaupun seluruh dunia produksi terus beras dunia berkembang naik, stok sejak tahun pangan 1996 Gambar 1: Luas pertanaman produk bioteknologi periode 1996 – 2006 (juta/ha) dunia, menjadi 67 khususnya kali lipat beras, yang pangan yang salah satu mengalami defisit 4,57 juta ton. Jika ditanam di 23 negara, termasuk 12 penyebabnya disumbangkan oleh tahun 2006/2007 stok beras dunia negara berkembang ( Clive James, efek pemanasan global, dapat mencapai 75,627 juta ton, tahun 2007) menimbulkan perubahan iklim yang
K
40
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
Di negara seperti Indonesia yang kebutuhan pangannya masih belum mencukupi untuk seluruh penduduk, potensi keuntungan tanaman hasil rekayasa genetika tidak dapat diabaikan. Meskipun kebutuhan akan peningkatan nilai gizi pangan masih belum menjadi target utama pemerintah di negara berkembang, tetapi produk bioteknologi pertanian akan memegang peranan penting dalam membantu mengatasi malnutrisi sebagian besar penduduknya. Melihat potensi keuntungan yang cukup besar dapat diperoleh dari tanaman hasil rekayasa genetika untuk negara berkembang, memerlukan investasi tinggi dalam mewujudkan target itu. Salah satu contoh produk bioteknologi pertanian yang sudah pernah dilepas di Indonesia adalah Kapas Bt yang tahan terhadap serangan hama. Kapas Bt ini ditanam oleh petani di Sulawesi Selatan sejak tahun 2001 -2002. Keuntungan bersih yang diperoleh petani berkisar antara Rp 3.100.000 sampai Rp 5.600.000/ha, ikan sedangkan keuntungan dari kapas non Bt hanya sekitar Rp 600.000 ( Lokollo dkk, 2001). Sebagian besar petani (terutama petani kapas) di Sulawesi Selatan masih berkeinginan menanam kembali kapas Bt tersebut , tetapi pada tahun 2003 perusahaan pemilik benih kapas Bt di Indonesia menghentikan penanaman kapas Bt. Hal ini dapat menjadi pelajaran dan pengajaran tentang kebijakan pemerintah dalam hal penanaman produk pertanian hasil rekayasa genetika khususnya di Indonesia. Penelitian yang pernah dilakukan di negara lain seperti India dan China memperlihatkan bahwa kapas Bt telah meningkatkan hasil sampai dengan masing-masing 50% dan 10%, dan mengurangi penggunaan pestisida di kedua negara tersebut sampai dengan 50% atau bahkan lebih. Menurut laporan yang ditulis oleh Clive James dalam ISAAA brief 37-2007, tanaman biotek mampu meningkatkan pendapatan petani secara nasional dari 840 juta dolar
menjadi 1,7 milyar dolar AS. Para petani di China memperlihatkan hasil yang hampir sama dengan pendapatan meningkat rata-rata 220 dolar per hektar, atau lebih dari 800 juta dolar AS secara nasional. Indikasi ini memperlihatkan kepercayaan yang terus meningkat terhadap produk bioteknologi ini. Permasalahan produksi kedelai di Indonesia menjadi serius karena sebagian besar Indonesia masih tergantung pada produk import. Sampai saat sekarang hampir 70% pemenuhan kebutuhan nasional dari produk impor, sedangkan rata-rata produksi kedelai nasional hanya 1,3 ton/ha (Litbang Deptan, 2008). Upaya meningkatkan produksi kedelai dalam negeri masih terbuka baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam. Jika Indonesia mampu dan berhasil memanfaatkan produk bioteknologi yang telah ditanam petani di negara berkembang lainnya, maka diharapkan petani dapat memperoleh kesejahteraan seperti yang telah dirasakan oleh petani di China, India dan Philipinna. Potensi risiko produk bioteknologi pertanian hasil rekayasa genetika Setiap teknologi tentu saja memiliki resiko, seperti halnya teknologi-teknologi baru lainnya maka teknologi DNA rekombinan yang menghasilkan organisme termodifikasi genetiknya (Produk Rekayasa Genetika) tidaklah mungkin tidak mengandung risiko (zero risk). Dalam hal ini maka perlu dikembangkan semacam konsensus atau kesepakatan bersama dalam suasana yang tenang dan rasional untuk menyikapi produk rekayasa genetika terutama pengaturan keamanan hayatinya sebelum produk tersebut dilepas ke tengahtengah masyarakat. Munculnya sikap penolakan dan tidak menerima sama sekali suatu teknologi adalah tidak menguntungkan karena hal ini akan menutup peluang kita untuk
mengambil manfaatnya. Teknologi konvensional di bidang pemuliaan pertanian contohnya, juga mengandung risiko dimana pada persilangan yang dilakukan seorang peneliti akan mencampur ribuan gen dari kedua tetuanya, dengan harapan mendapatkan sifat yang diinginkan pada individu yang sejenis. Melalui bioteknologi modern , seseorang dapat memilih hanya sifat yang diinginkan untuk ditarnsfer kepada individu lain yang sejenis atau yang berbeda. Kedua teknologi ini sama-sama memiliki resiko, yang diperlukan adalah sikap kehatihatian pada saat penanganan dan pelepasan produk, sebagai mana yang tercantum dalam tujuan Protokol Cartagena yaitu menjamin adanya perlindungan yang memadai pada keanekaragaman hayati dari dampak yang merugikan saat ditransfer, penanganan dan pemanfaatan organisme hidup hasil modifikasi. Khusus untuk produk yang dikonsumsi oleh manusia harus memperhatikan pengaruhnya pada kesehatan manusia sebelum produk dilepas di pasaran. Berdasarkan sikap kehatihatian yang harus dilaksanakan oleh setiap negara yang telah meratifikasi Protokol Cartagena maka kemungkinan timbulnya resiko dapat diatasi dengan melakukan penanganan dan pengujian sesuai dengan aturan yang berlaku di setiap negara. Mengenai kelembagaan yang terkait dengan penanganan PRG saat ini di Indonesia masih mengacu pada Surat Keputusan Bersama Empat Menteri (SKB 4 Menteri) yang dikeluarkan pada tahun 1999 karena pembentukan Komisi Keamanan Hayati (KKH) dan Tim Teknis Keamanan Hayati (TTKH) yang tercantum pada PP No 21 Tahun 2005 harus mendapat pengesahan terlebih dulu melalui Peraturan Presiden. tetapi sampai sekarang Peraturan Presiden tersebut belum ditandatangani, sehingga kelembagaan yang berlaku masih tetap mengacu pada kelembagaan yang telah ditetapkan dalam SKB 4 Menteri tadi.
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
41
Beberapa sifat negatif dari PRG yang dikhawatirkan oleh sebagian masyarakat seperti sifat alergen, perpindahan gen (transfer gen) dan sifat yg menimbulkan ketahanan pada organisme non target. Dari hasil penelitian para ahli dan pengujian analisis risiko terhadap beberapa PRG yang telah dilepas, terbukti bahwa kekhawatiran yang muncul tersebut tidak beralasan, karena apabila PRG yang telah diuji tersebut memiliki sifat-sifat yang tidak aman untuk dikonsumsi terutama oleh manusia maka PRG itu tidak akan
dibiarkan lepas ke lingkungan dan apabila tujuannya untuk ditanam dan tidak diizinkan dijual di pasaran apabila PRG itu akan dikonsumsi. Semua tahapan pengujian untuk analisis resiko PRG yang terdapat dalam PP No 21 Tahun 2005, juga menjadi pedoman untuk penanganan dan pelepasan PRG saat ini. Di samping itu Peraturan Pemerintah ini lebih baik status legalitasnya bila dibandingkan dengan Keputusan Bersama Empat Menteri yang sebelumnya. Selain itu tata cara pengkajian keamanan produk rekayasa genetika
1
Menteri Pertanian
Pemohon 2
ditetapkan tenggat waktu (time frame) di tiap tahap pengkajian, sehingga proses pengkajian mempunyai batas waktu yang jelas. Salah satu contoh prosedur pengkajian untuk keamanan lingkungan (Gambar 2). Terdapat tiga lagi prosedur pengkajan yaitu prosedur pengkajian penelitian dan pengembangan, prosedur pengkajian keamanan pangan dan prosedur pengkajian keamanan pakan.
Meneg LH
3 14 hr
4
56 hr
FUT
TTKH
14 hr
LUT
60 hr
5
PUBLIK
14 hr
6
KKH
7 hr 15 hr
BKKH
7 8
14 hr 7 hr
11 Menteri Pertanian
9
14 hr
10
Meneg LH
(Herman,M. 2008) Gambar 2: Prosedur pengkajian keamanan lingkungan berdasarkan PP No 21 Tahun 2005 Dalam Peraturan Pemerintah ini juga telah ditetapkan pembentukan Balai Kliring Keamanan Hayati (BKKH) yang merupakan bagian dari KKH dan berfungi dalam mengelola dan menyajikan informasi kepada publik, menerima masukan dari masyarakat dan menyampaikan hasil kajian dari masukan tersebut; serta menyampaikan informasi mengenai rumusan rekomendasi yang akan disampaikan kepada Menteri, Menteri yang berwenang atau Kepala LPND yang berwenang; dan menyampaikan informasi mengenai Keputusan Menteri, Menteri yang berwenang atau Kepala LPND yang berwenang atas permohonan yang telah dikaji kepada publik. Masukan dari publik digunakan oleh KKH sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan
42
rekomendasi bioteknologi.
keamanan
produk
Potensi ekonomi dari produk bioteknolgi modern sudah jelas dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak, tidak hanya terhadap konsumen melainkan juga produsen dan sekaligus mampu meningkatkan perekonomian secara keseluruhan. Indonesia saat ini telah memiliki perangkat regulasi dan kelembagaan yang cukup memadai dan dapat mengakomodasi manfaat dan mengantisipasi dampak merugikan dari PRG , sesuai dengan amanat Protokol Cartagena tentang prinsip kehati-hatian (Precautionary principles). Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia dapat dijadikan wadah penyalur aspirasi publik dan satu-satunya
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
sumber informasi legal yang menjadi panduan bagi segenap pengguna dan pemangku kepentingan terhadap produk bioteknologi modern.
*Puspita Deswina Staf peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI
The dissemination of knowledge is one of the cornerstones of civilization. John F. Budd
INFO Berikut skema layanan peminjaman:
SEKILAS LAYANAN PEMINJAMAN PERPUSTAKAAN PUSAT PENELITIAN BIOTEKNOLOGI – LIPI Penulis : Ludya Arica Bakti
P
erpustakaan Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI dalam mewujudkan visinya sebagai pusat rujukan informasi bioteknologi Indonesia saat ini telah melebarkan sayapnya untuk menjangkau pemakai yang lebih luas melalui sarana Online Public Access Catalogue yang dapat diakses melalui http://intra.lipi.go.id. Selain itu dalam rancangan kebijakan lima tahun ke depan perpustakaan juga akan melayani peminjaman koleksi untuk umum. Koleksi yang dapat dimanfaatkan oleh klien antara lain buku, jurnal & majalah. Kebijakan ini dirancang agar klien dapat datang sendiri ke perpustakaan. Hal ini dimaksudkan agar klien dapat melihat dan memilih sendiri informasi yang dibutuhkan. Hal tersebut selain dimaksudkan untuk kenyamanan, juga dimaksudkan sebagai sarana sosialisasi kegiatan Pusat Penelitian Bioteknologi – LIPI. Sebagai informasi tambahan Perpustakaan Pusat Penelitian Bioteknologi –LIPI buka selama hari kerja (Senin s.d. Jumat), pukul 09.00 – 15.00 WIB.
BioTrends/Vol.4/No.1/Tahun 2009
43