16 Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili Buletin Teknik Pertanian Vol. 16, No. 1, 2011: 16-20
TEKNIK PENGUJIAN TINGKAT SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN UMBI TERHADAP PEMBUNGAAN LILI Abdul Muhit Teknisi Litkayasa Penyelia pada Balai Penelitian Tanaman Hias Jalan Raya Ciherang, Segunung, Pacet, Cianjur 43253, Kotak Pos 8 Sindanglaya, Telp. (0263) 517056, Faks. (0263) 514138 E-mail:
[email protected]
B
unga lili termasuk bunga potong yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Tanaman lili memiliki bentuk bunga seperti terompet. Masyarakat banyak menggunakan bunga lili sebagai lambang kemurnian dan kesucian. Lili termasuk tanaman hari panjang, yaitu akan berbunga jika terpapar sinar matahari lebih dari 12 jam/hari selama 2,5 bulan (Sanjaya dan Marwoto 2007). Permintaan bunga lili terus meningkat. Untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan tersebut maka upaya menciptakan kultivar baru dengan memanfaatkan sumber daya genetik lokal perlu dilakukan karena lili lokal memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap iklim tropis (Marwoto et al. 1999). Namun, Indonesia belum memanfaatkan peluang tersebut. Umbi lili umumnya masih diimpor dengan harga yang mahal, selain daya adaptasi lili subtropis terhadap iklim tropis lebih rendah dibanding lili tropis. Umbi lili juga perlu disimpan dalam ruang pendingin (cool storage) sebelum ditanam untuk mematahkan dormansinya. Masalah tersebut menjadi kendala dalam pengembangan lili di Indonesia. Pemecahan dormansi lili asiatik dengan mendinginkan umbi pada suhu 5°C selama 42 hari (6 minggu) mempercepat pertumbuhan tunas yang seragam dan waktu pembungaan (Stimart et al. 1983). Larson (1992) menyatakan, umbi lili perlu disimpan terlebih dahulu dalam ruang berpendingin pada suhu 1,66-7,22°C selama 6 minggu sebelum ditanam dalam pot atau di rumah plastik. Penelitian bertujuan mencari suhu dan lama penyimpanan umbi yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan pembungaan lili setelah ditanam di lapangan.
BAHAN DAN METODE Percobaan penyimpanan umbi lili dalam ruang pendingin dilakukan di laboratorium Kebun Percobaan (KP) Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Umbi lili yang telah diberi perlakuan pendinginan selanjutnya ditanam di rumah plastik Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi), Segunung, Cianjur, Jawa
Barat dengan ketinggian tempat 1.100 m di atas permukaan laut (dpl). Percobaan berlangsung pada Januari-Desember 2006. Bahan yang digunakan yaitu umbi Lilium longiflorum, serbuk sabut kelapa (cocopeat), pupuk kandang kotoran kuda, Ca(NO 3) 2, KNO3, SP36, basamid, dan pestisida. Alat yang digunakan yaitu ruang pendingin, baki plastik, plastik mulsa, hand sprayer, penggaris besi, jangka sorong, dan timbangan teknis. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan split plot. Petak utama adalah suhu ruang pendingin, yaitu 4°C, sedangkan anak petak adalah lama penyimpanan dalam ruang pendingin, yaitu 2 minggu, 4 minggu, dan 6 minggu sehingga total ada enam kombinasi perlakuan. Petak-petak perlakuan disusun menurut rancangan split plot dengan tiga ulangan (Gambar 1). Umbi lili dibersihkan sebelum disimpan dalam ruang pendingin. Untuk menghindari kerusakan/kematian, umbi diletakkan pada baki plastik dengan media serbuk sabut kelapa. Baki yang berisi umbi kemudian dibungkus dengan plastik untuk menjaga kelembapan. Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
Suhu ruangan
Suhu 4°C
Suhu ruangan
6 minggu
2 minggu
4 minggu
4 minggu
6 minggu
2 minggu
2 minggu
4 minggu
6 minggu
Suhu 4°C
Suhu ruangan
Suhu 4°C
4 minggu
6 minggu
2 minggu
2 minggu
4 minggu
6 minggu
6 minggu
2 minggu
4 minggu
Gambar 1. Tata letak percobaan teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili, Balithi, Segunung, Cianjur, 2006
17
Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili
Umbi dari masing-masing perlakuan lalu ditanam di lapangan. Lahan diberi pupuk kandang dengan takaran 2 m3/ 100 m 2 , diikuti dengan pemberian pupuk dasar berupa Ca(NO 3)2, KNO3, dan SP36 masing-masing setara dengan takaran 300 kg N, 250 kg K2O, dan 300 kg P2O5 /ha. Sebelumnya, lahan disterilisasi dengan basamid 40 g/ m2 yang disebar merata pada tanah lembap, atau dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 20 g/l air untuk 0,5 m 2 , lalu disiramkan ke tanah. Tanah lalu diaduk-aduk, dipadatkan, kemudian ditutup plastik 2 minggu. Setelah itu, tutup dibuka dan tanah diaduk-aduk agar gas yang tersisa menguap. Mulsa plastik dipasang sehari sebelum tanam. Umbi lili ditanam dengan jarak 25 cm x 25 cm atau 16 umbi/m2 . Pupuk susulan diberikan tiga kali, yaitu Ca(NO3)2 2 g/l air pada 2 minggu setelah tanam, KNO3 dan MgSO4 masingmasing 5 g/l air pada 4 minggu setelah tanam, dan Ca (NO3)2 5 g/l air pada 6 minggu setelah tanam. Volume pupuk yang diberikan adalah 5 l larutan pupuk/m2. Penyiraman dilakukan sesuai kebutuhan dengan melihat kondisi tanaman dan lahan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan pestisida dan fungisida seminggu dua kali sesuai kondisi tanaman. Parameter yang diamati dan diukur meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, lama inisiasi bunga, lama bunga siap panen, berat tangkai bunga, dan jumlah kuntum. Tinggi tanaman diukur saat tanaman telah mencapai pertumbuhan vegetatif optimal, yang ditandai dengan munculnya calon bunga. Jumlah daun dihitung mulai pangkal batang sampai pucuk. Diameter batang diukur pada bagian tengah-tengah batang. Lama inisiasi bunga dihitung sejak tanam sampai muncul calon bunga. Berat tangkai bunga diperoleh dari hasil penimbangan seluruh bagian tanaman bunga contoh. Waktu bunga siap panen dihitung dari mulai tanam sampai bunga siap panen, yaitu kuntum bunga telah membuka mahkotanya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman rata-rata pada dua perlakuan penyimpanan umbi lili disajikan pada Tabel 1. Penyimpanan umbi pada suhu ruangan menghasilkan tinggi tanaman rata-rata 90,1 cm, lebih tinggi dibanding penyimpanan pada suhu 4°C dengan tinggi tanaman 39,8 cm. Penyimpanan umbi pada suhu ruangan memberikan keadaan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan lili sehingga tanaman tumbuh alami dan optimal. Umbi yang disimpan pada suhu ruang, pertumbuhan vegetatifnya tidak terpengaruh oleh rekayasa lingkungan yang akan mempercepat pertumbuhan generatif. Umbi yang disimpan
pada suhu 4°C mengalami pemecahan masa dormansi sehingga mempercepat pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pada kondisi seperti ini, tinggi tanaman menjadi rendah namun tanaman cepat berbunga. Perlakuan lama penyimpanan umbi menghasilkan tinggi tanaman yang berbeda. Pada perlakuan penyimpanan 2 minggu, tinggi tanaman rata-rata 75,5 cm, tertinggi dibanding perlakuan lainnya. Nilai terendah diperoleh pada perlakuan penyimpanan 6 minggu, yaitu 58 cm. Umbi yang disimpan 2 minggu belum pecah masa dormansinya sehingga cadangan makanan belum tersedia pada saat umbi ditanam. Selama pertumbuhan, tanaman lili melakukan metabolisme secara alami sehingga pertumbuhan vegetatif berlangsung normal dan tanaman tumbuh optimal. Umbi yang disimpan 6 minggu telah pecah masa dormansinya sehingga saat ditanam, umbi telah siap memberikan cadangan makanan untuk pertumbuhan tanaman. Perekayasaan lingkungan memengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa suhu penyimpanan umbi memengaruhi jumlah daun lili (Tabel 2). Umbi yang disimpan pada suhu ruangan menghasilkan daun ratarata 186 helai, sedangkan yang disimpan pada suhu 4°C hanya memiliki rata-rata 57,3 helai daun. Penyimpanan pada suhu 4°C dapat memecahkan masa dormansi umbi lili sehingga pada saat ditanam umbi langsung dapat menghasilkan tunas baru. Hal ini diduga umbi telah siap menyediakan makanan untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Lama penyimpanan umbi menghasilkan jumlah daun yang berbeda. Jumlah daun terbanyak (rata-rata 125,5 helai) dihasilkan umbi yang disimpan 2 minggu. Pada penyimpanan
Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) lili pada perlakuan suhu dan lama penyimpanan umbi yang berbeda, Balithi, Segunung, Cianjur, 2006 Suhu penyimpanan (°C)
Lama penyimpanan (minggu) 2
4
6
Suhu ruangan Suhu 4°C
96,2 54,7
85,4 37,5
88,8 27,2
Rata-rata
75,5
61,5
58,0
Rata-rata 90,1 39,8
Tabel 2. Jumlah daun (helai) lili pada perlakuan suhu dan lama penyimpanan umbi yang berbeda, Balithi, Segunung, Cianjur, 2006 Perlakuan suhu penyimpanan (°C)
Lama penyimpanan (minggu) 2
4
6
Suhu ruangan Suhu 4°C
184 67
186 56
188 49
Rata-rata
125,5
121,0
118,5
Rata-rata 186,0 57,3
18
Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili
2 minggu, umbi belum pecah masa dormansinya sehingga saat ditanam di lapangan membutuhkan waktu sampai umbi benar-benar optimal masa dormansinya. Setelah itu, tanaman tumbuh alami dan optimal, yang ditandai dengan jumlah daun yang lebih banyak dibanding perlakuan lainnya. Perlakuan penyimpanan umbi 6 minggu menghasilkan jumlah daun paling sedikit (rata-rata 118,5 helai). Hal ini karena perlakuan penyimpanan 6 minggu mempersingkat masa dormansi sehingga masa pertumbuhan vegetatif lebih singkat dan dilanjutkan dengan pertumbuhan generatif. Perlakuan suhu penyimpanan umbi menghasilkan diameter batang yang berbeda (Tabel 3). Umbi yang disimpan pada suhu ruangan menghasilkan diamater batang rata-rata 13,40 mm, lebih besar dibanding yang disimpan pada suhu 4°C, yaitu 6,83 mm. Penyimpanan umbi pada suhu ruangan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan lili sehingga batang tumbuh optimal. Lama penyimpanan umbi memengaruhi diameter batang. Penyimpanan umbi selama 2 minggu menghasilkan diameter batang paling besar, yaitu 10,46 mm, dibanding perlakuan lainnya. Umbi yang disimpan 2 minggu belum pecah masa dormansinya sehingga waktu ditanam umbi tumbuh secara alami dan pertumbuhan vegetatifnya optimal. Tanaman mempunyai diameter batang yang besar dan kokoh. Tanaman yang tumbuh sempurna akan menghasilkan bunga yang banyak dan umbi yang besar. Penyimpanan umbi 6 minggu menghasilkan diameter batang yang kecil (9,87 mm) karena pertumbuhan vegetatifnya lebih singkat. Tabel 4 menyajikan lama inisiasi bunga dari umbi yang disimpan dengan suhu dan lama penyimpanan yang berbeda.
Umbi yang disimpan pada suhu ruangan memiliki masa inisiasi bunga rata-rata 203 hari, lebih lama dibanding yang disimpan pada suhu 4°C, yaitu 58,7 hari. Penyimpanan umbi pada suhu 4°C memberikan pengaruh yang baik terhadap waktu inisiasi bunga lili sehingga pertumbuhan generatif tanaman menjadi singkat. Dengan demikian, penyimpanan umbi lili pada perlakuan suhu 4°C sebelum ditanam di lapangan akan mempercepat inisiasi bunga 144,3 hari dibanding yang disimpan pada suhu ruangan. Penyimpanan umbi 2 minggu menghasilkan waktu inisiasi bunga terlama, yaitu rata-rata 149,5 hari dibanding perlakuan lainnya. Penyimpanan umbi 2 minggu belum memecahkan masa dormansi sehingga waktu ditanam di lapangan, umbi tumbuh alami. Pertumbuhan vegetatifnya optimal, namun waktu inisiasi bunga menjadi lambat. Perlakuan penyimpanan umbi 6 minggu memperpendek masa inisiasi bunga menjadi 117 hari, atau 32,5 hari lebih pendek dibanding yang disimpan 2 minggu. Bunga siap dipanen bila kuntum bunga telah membuka mahkotanya (Gambar 2). Berdasarkan data lama bunga siap panen (Tabel 5), perlakuan suhu penyimpanan memberikan nilai yang berbeda. Penyimpanan umbi pada suhu ruangan, bunga baru siap dipanen pada umur 233 hari setelah tanam, sedangkan umbi yang disimpan pada 4°C, bunga dapat dipanen pada 88,3 hari setelah tanam. Dengan demikian, perlakuan penyimpanan umbi pada suhu 4°C memperpendek waktu panen 144,7 hari dibanding yang disimpan pada suhu ruangan. Lama penyimpanan umbi memengaruhi waktu inisiasi bunga lili. Perlakuan penyimpanan umbi 2 minggu meng-
Tabel 3. Diameter batang (mm) lili pada perlakuan suhu dan lama penyimpanan umbi yang berbeda, Balithi, Segunung, Cianjur, 2006 Perlakuan suhu penyimpanan (°C)
Lama penyimpanan (minggu) 2
4
6
Suhu ruangan Suhu 4°C
12,73 8,19
13,74 6,29
13,73 6,01
Rata-rata
10,46
10,02
9,87
Rata-rata 13,40 6,83
Tabel 4. Lama inisiasi (hari) bunga lili pada perlakuan suhu dan lama penyimpanan umbi yang berbeda, Balithi, Segunung, Cianjur, 2006 Perlakuan suhu penyimpanan (°C)
Lama penyimpanan (minggu) 2
4
6
Suhu ruangan Suhu 4°C
224 75
195 57
190 44
Rata-rata
149,5
126,0
117,0
Rata-rata 203,0 58,7
Gambar 2. Bunga lili siap panen, Balithi, Segunung, Cianjur, 2006
19
Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili Tabel 5. Lama bunga lili siap panen (hari) pada perlakuan suhu dan lama penyimpanan umbi yang berbeda, Balithi, Segunung, Cianjur, 2006 Perlakuan suhu penyimpanan (°C)
Lama penyimpanan (minggu) 2
4
6
Suhu ruangan Suhu 4°C
250 106
222 90
227 69
Rata-rata
178
156
148
Rata-rata 233,0 88,3
hasilkan waktu inisiasi bunga paling lama, yaitu 178 hari. Hal ini karena masa dormansi umbi belum pecah sehingga waktu ditanam umbi tumbuh secara alami; masa vegetatif lama sehingga waktu panen bunga menjadi lambat. Pada perlakuan penyimpanan umbi 6 minggu, bunga siap dipanen pada 148 HST. Dengan demikian, penggunaan umbi yang telah disimpan 6 minggu dapat mempersingkat waktu inisiasi bunga lili 30 hari dibanding yang disimpan 2 minggu. Hasil pengamatan berat tangkai bunga lili dengan perlakuan suhu dan lama penyimpanan disajikan Tabel 6. Penyimpanan umbi pada suhu ruangan menghasilkan tangkai bunga paling berat, yaitu rata-rata 342,7 g. Perlakuan suhu ruangan memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman lili sehingga berat tangkai bunga optimal. Penyimpanan umbi pada suhu 4°C menghasilkan berat tangkai bunga 65 g. Dengan demikian, perlakuan penyimpanan umbi pada suhu 4°C sebelum ditanam mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Penyimpanan umbi 2 minggu menghasilkan berat tangkai bunga tertinggi, yaitu rata-rata 219,5 g. Penyimpanan umbi 2 minggu belum memecahkan masa dormansi umbi sehingga waktu ditanam umbi tumbuh secara alami. Pertumbuhan vegetatifnya lama sehingga bobot tangkai bunga menjadi tinggi. Penyimpanan umbi 4 minggu menurunkan berat tangkai bunga menjadi 186,1 g. Umbi yang disimpan 4 minggu, pertumbuhan vegetatifnya lebih singkat dibanding yang disimpan 2 minggu. Hasil pengamatan jumlah kuntum bunga per tangkai disajikan pada Tabel 7. Umbi yang disimpan pada suhu ruangan menghasilkan jumlah bunga rata-rata 6,7 kuntum, lebih banyak dibanding yang disimpan pada suhu 4°C. Umbi yang disimpan pada suhu ruangan memiliki pertumbuhan vegetatif yang optimal sehingga pasokan makanan pada saat pertumbuhan generatif pun maksimal dan menghasilkan bunga lebih banyak. Umbi yang disimpan pada suhu 4°C hanya menghasilkan dua kuntum bunga. Diduga hal ini disebabkan oleh pertumbuhan vegetatif yang singkat sehingga jumlah bunga yang dihasilkan sedikit.
Tabel 6. Berat tangkai bunga lili (g) setelah panen pada perlakuan suhu dan lama penyimpanan yang berbeda, Balithi, Segunung, Cianjur, 2006 Perlakuan suhu penyimpanan (°C)
Lama penyimpanan (minggu) 2
4
6
Suhu ruangan Suhu 4°C
340,8 98,1
317,5 54,7
369,9 42,2
Rata-rata
219,5
186,1
206,1
Rata-rata 342,7 65,0
Tabel 7. Jumlah kuntum bunga lili per tangkai pada perlakuan suhu dan lama penyimpanan umbi yang berbeda, Balithi, Segunung, Cianjur, 2006 Lama penyimpanan (minggu)
Perlakuan suhu penyimpanan (°C)
2
4
6
Suhu ruangan Suhu 4°C
6 2
7 2
7 2
Rata-rata
4
4,5
4,5
Rata-rata 6,7 2,0
Pemberian perlakuan lama penyimpanan umbi menghasilkan jumlah kuntum bunga yang berbeda. Jumlah bunga terbanyak (rata-rata 4,5 kuntum) dihasilkan tanaman dari umbi yang disimpan 6 minggu. Rekayasa penyimpanan umbi diduga menjadikan umbi telah siap memberikan cadangan makanan untuk pertumbuhan generatif sehingga jumlah bunga yang dihasilkan banyak. Perlakuan penyimpanan 2 minggu menghasilkan jumlah bunga paling rendah, yaitu rata-rata 4 kuntum, kemungkinan karena pertumbuhan vegetatif yang optimal.
KESIMPULAN DAN SARAN Perlakuan penyimpanan umbi lili pada suhu 4°C selama 6 minggu mempercepat tanaman berbunga, tetapi kualitas bunganya rendah. Perlakuan penyimpanan umbi pada suhu ruangan selama 6 minggu menghasilkan bunga lebih banyak dengan kualitas yang baik sesuai selera konsumen. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dicoba penyimpanan umbi lili pada suhu rendah yang dapat berbunga cepat dan menghasilkan bunga yang berkualitas baik.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Singgih Adyantoro, MS. dan E. Dwi Sulistya Nugroho, SP. yang telah memberikan bimbingan dan izin menggunakan sebagian data untuk penulisan makalah ini.
20
Abdul Muhit: Teknik pengujian tingkat suhu dan lama penyimpanan umbi terhadap pembungaan lili
DAFTAR PUSTAKA Larson, R.A. 1992. Introduction to Floriculture. Academic Press, North Carolina. 636 pp. Marwoto, B., M. Dewanti, dan K. Yuniarto. 1999. Hibridisasi interspesifik lili. Laporan RUT VII. Kantor Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Jakarta. 12 hlm.
Sanjaya, L. dan B. Marwoto. 2007. Induksi pembungaan lili dengan GA 3 dan modifikasi fotoperiodisitas. J. Hort. Ed. Khusus (1): 1-9. Stimart, P.D., P.D. Ascher, and H.F. Wilkins. 1983. Axis elongation from tissue-culture-generated bulbets of Lilium longiflorum Thumb. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 108(1): 99-101.