19-166 PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN PENEMUAN DALAM SCIENTIFIC APPROACH MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS REMAP COOPLE The Empowerment of Discovery Skills in Scientific Approach Through Remap Coople Based Learning Siti Zubaidah Jurusan Biologi – FMIPA – Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected]
Abstract - The various studies indicated that our students have low reading habit, academics achievement, social attitudes, and many other skills. The kinds of skills that need to be empowered are the five discovery skills owned by the inovators in the world, ie associating, questioning, observing, experimenting, and networking. In the curriculum of 2013, those five discovery skills are packages in the scientific approach. Those five skills can be taught to students with remap coople based learning, through reading assignments then making concept map, and the learning is done by the models of cooperative learning. The remap coople based learning have been examined by several studies and the results showed there were improvement in some aspects observed. This paper will discuss the short review about the five discovery skills, scientific approach, and remap coople based learning.
Keywords: discovery skills, scientific approach, remap coople
PENDAHULUAN
mengupayakan agar sumberdaya manusia
Saat ini kita merasakan gaung
(SDM) usia produktif yang melimpah ini
kurikulum 2013 di setiap saat, di setiap
dapat
ditransformasikan
tempat. Ada banyak harapan digantungkan
yang
pada kurikulum ini karena menjadi upaya
keterampilan melalui pendidikan agar tidak
untuk menjawab tantangan internal dan
menjadi beban.
memiliki
menjadi
kompetensi
SDM dan
eksternal. Salah satu di antara tantangan
Alasan pengembangan kurikulum
tersebut adalah bonus demografi. Saat ini
yang lain adalah adanya tantangan masa
jumlah
depan yaitu tuntutan globalisasi, kemajuan
penduduk
Indonesia
usia
produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari
teknologi
usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-
pengetahuan serta pergeseran kekuatan
14 tahun dan orang tua berusia 65
ekonomi dunia yang harus diperhitungkan;
tahun ke atas). Jumlah penduduk usia
serta tuntutan kompetensi masa depan.
produktif ini akan mencapai puncaknya
Tantangan lain adalah menyikapi berita
pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya
yang selalu membuat kita tidak nyaman,
mencapai 70%. Tantangan
yaitu adanya berbagai laporan semacam
dihadapi
1000
adalah
besar
yang
bagaimana
hasil
informasi,
studi
ekonomi
International
Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_
berbasis
Trends
in
International Mathematics and Science
yang unik untuk menghasilkan ide-ide baru.
Study (TIMSS), Program for International
DNA inovator dari molekul-molekul (orang-
Student Assessment (PISA), dan Progress in
orang) yang terus digandakan. Proses
International Reading Literacy Study (PIRLS),
penggandaan DNA dapat dilakukan dengan
sejak
replikasi DNA, agar sel turunannya memiliki
dulu
sampai
saat
ini
yang
menunjukkan bahwa capaian anak-anak
informasi
Indonesia tidak menggembirakan .
melakukan proses replikasi ini, diperlukan
Salah satu poin penting pada kurikulum
2013
pelaksanaan
adalah
penekanan
pembelajaran
genetik
yang
sama.
Dalam
protein atau enzim pembantu. Enzim-enzim pembantu
tersebut
memfasilitasi
DNA
melalui
untuk membentuk rantai DNA baru. ‘Enzim-
kegiatan-kegiatan yang dikenal dengan
enzim pembantu’ seperti kualitas hidup
scientific approach (pendekatan saintifik).
yang baik, pendidikan, kebebasan yang
Kegiatan-kegiatan
adalah
bertanggungjawab, kesehatan, lingkungan
mengumpulkan
yang nyaman, work-life balance dan fasilitas
mengamati,
tersebut
menanya,
informasi,
mengasosiasi,
dan
lain yang mendukung; semuanya ditujukan
kegiatan-
agar terbentuk rantai-rantai DNA inovator
mengomunikasikan.
Melalui
kegiatan
diharapkan
tersebut
dapat
baru.
dihasilkan sosok-sosok manusia Indonesia
Pada sisi lain, tidak dipungkiri, kita
yang kreatif dan kritis, serta berjiwa
memiliki banyak masalah untuk melakukan
inovator. Ada yang mengaitkan sosok
transformasi SDM menjadi
berjiwa inovator tersebut dengan struktur
memiliki kompetensi dan keterampilan
DNA.
tinggi
melalui
pendidikan.
SDM yang Salah
satu
Masih ingat bagaimana struktur
masalah adalah minat baca mayoritas siswa
Tahukah
DNA
kita yang rendah. Ada banyak bukti
digunakan untuk metafora keterampilan
mengenai hal tersebut, dan ada banyak hal
yang diperlukan untuk membangun sosok
yang
yang kreatif yang dikenal dengan DNA
Rendahnya minat membaca, akan dapat
inovator? Sosok kreatif atau DNA inovator
berdampak pada banyak aspek terutama
yang diharapkan dapat dibentuk melalui
hasil belajarnya, sebab sebagian besar
kurikulum
pendekatan
pengetahuan yang harus dikuasai siswa
saintifik (scientific approach). Associating
disajikan dalam bentuk bahasa tulis. Saat ini
diibaratkan
tulang
penulis dan tim sedang mengembangkan
punggung DNA unting ganda, sedangkan
pembelajaran berbasis remap coople, yang
empat
(questioning,
akan diberikan sedikit ulasannya pada
observing, experimenting, dan networking)
tulisan ini. Pembelajaran berbasis remap
mengelilingi tulang punggung tersebut,
coople ini diharapkan dapat berkontribusi
membantu untuk menumbuhkan wawasan
dalam mengatasi (sebagian) masalah yang
baru. Seperti DNA setiap orang yang unik,
kita hadapi, setidaknya di dalam kelas.
DNA?
bahwa
2013,
pola
struktur
melalui
seperti
struktur
tindakan
menyebabkan
hal
tersebut.
maka setiap individu memiliki inovator DNA
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS
1001
PEMBAHASAN
memprihatinkan.
Banyak
studi
yang
Masalah yang cukup dirisaukan di
membuktikan hal tersebut, salah satunya
abad 21 adalah pengangguran karena
yang dituliskan Ohorella (2014) bahwa
kesenjangan kompetensi yang diharapkan
dilihat dari perbandingan jumlah buku yang
oleh pemberi kerja dengan pencari kerja.
wajib dibaca siswa SMA di Indonesia sangat
Sebagian dari kompetensi yang kurang
rendah dari 13 negara yang disurvei. Di
adalah dalam hal kemampuan komunikasi,
Amerika Serikat jumlah buku yang wajib
etika kerja, kemampuan berpikir kritis dan
dibaca siswa SMA sebanyak 32 judul buku,
memecahkan masalah, pengetahuan umum,
Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang
kemampuan menulis, kolaborasi atau kerja
22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku,
sama,
Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6
kemauan
matematika
belajar,
dasar,
kemampuan
kemampuan
teknik
khusus terkait pekerjaannya, dan beberapa
buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku.
kemampuan lain. Padahal pencari kerja diharapkan
memiliki
setidaknya
Selain dibuktikan oleh PISA dan TIMMS, bukti lain tentang rendahnya minat
kemampuan dasar yang standar seperti
baca
keterampilan
hubungan
ditunjukkan oleh PIRLS (Mullis, 2012). Hasil
interpersonal, berpikir kritis dan pemecah
studi menunjukkan kemampuan literasi
masalah (Lazanyi, 2012). Pendapat tersebut
membaca siswa Indonesia berada pada
diperkuat oleh Kumar (2013), bahwa agar
peringkat ke-42 dari 45 negara peserta
dapat hidup berkompetisi dengan baik
PIRLS.
maka generasi di abad 21 setidaknya
Indonesia adalah 428 dengan batas skor
memiliki kemampuan komunikasi lisan dan
rata-rata yang ditentukan sebesar 500.
tertulis,
Pendekatan
Saintifik
pemecah masalah, berani mengambil resiko,
Keterampilan
Penemuan
dapat
Discovery Skills)
komunikasi,
berpikir bekerja
kritis
dan
sama,
rasional,
inovatif,
jiwa
kepemimpinan, dan keterampilan dalam teknologi.
masyarakat
Indonesia
Skor rata-rata
telah
membaca
dan (The
siswa
Lima Five
Seperti kita ketahui, salah satu hal yang menjadi penekanan dalam proses
Masalah-masalah
yang
pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah
dikemukakan Lazanyi tersebut nampaknya
pendekatan saintifik (scientific approach),
menjadi
melalui proses pembelajaran yang terdiri
salah
pengembangan
satu
fokus
kurikulum
landasan
2013,
yang
atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
menginginan pembentukan sosok kreatif
mengamati,
dan memiliki kesiapan menghadapi abad 21.
informasi,
Pada sisi lain, tantangan internal dan
mengomunikasikan. Kelima pembelajaran
eksternal yang kita hadapi cukup berat.
pokok tersebut dirinci dalam berbagai
Banyak faktor yang menjadi “pemberat’
kegiatan belajar beserta kompetensi yang
tantangan tersebut, salah satunya adalah
dikembangkan
kebiasaan
pedoman
1002
membaca
yang
masih
menanya,
mengumpulkan
mengasosiasi,
(dapat
Umum
dicermati
Pembelajaran
Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_
dan
pada dalam
Lampiran IV dari Permendikbud RI Nomor
mengerti,
81A Tahun 2013).
menyimpan pengetahuan baru, semakin
Pendekatan
saintifik
mengkategorikan,
dan
tersebut
mudah otak mereka secara alami dan
nampaknya didasari oleh hasil kajian Dyer
konsisten bisa menyusun, menyimpan, dan
dkk. (2009, 2011) selama bertahun-tahun
melakukan rekombinasi asosiasi-asosiasi.
terhadap kesuksesan ribuan inovator. Hasil
Keterampilan penemuan 2: questioning
kajian tersebut melahirkan sebuah konsep
Lebih dari 50 tahun yang lalu, Peter
yang dikenal dengan “The Five Discovery
Drucker
Skills” (keterampilan penemuan). Seorang
pertanyaan provokatif. "Tugas penting dan
inovator memiliki kecerdasan kreatif, yaitu
sulit
kecerdasan yang melebihi keterampilan
jawaban yang tepat, tetapi menemukan
kognitif dengan menggunakan otak kanan.
pertanyaan yang tepat". Para inovator
Inovator melibatkan kedua sisi otaknya
seringkali mengajukan pertanyaan yang
untuk menciptakan ide-ide baru melalui
berlawanan dengan “pandangan umum”.
lima
Mereka
keterampilan
associating,
penemuan
questioning,
ini:
menggambarkan
adalah
tidak
untuk
menghabiskan
kekuatan menemukan
sejumlah
besar
observing,
waktu berpikir tentang bagaimana untuk
experimenting, dan networking (Dyer dkk,
mengubah dunia. Pertanyaan lain yang
2009).
biasa mereka ajukan adalah: "Jika kita
Keterampilan penemuan 1: associating
melakukan ini, apa yang akan terjadi?",
Melakukan asosiasi, menghubunghubungkan,
atau
menalar
adalah
“Mengapa?”,
“Mengapa
tidak?”,
dan
“Bagaimana jika?”. Para inovator juga
kemampuan untuk mengaitkan pertanyaan,
seringkali
permasalahan, atau ide dari berbagai
berlawanan” dan “menyukai tantangan”.
bidang. Otak melakukan asosiasi dengan
Keterampilan penemuan 3: observing
cara
khusus.
Otak
“hal-hal
yang
menyimpan
Para eksekutif bisnis menemukan
informasi seperti kamus, di mana Anda
dan menghasilkan ide bisnis yang tidak
dapat menemukan kata, misalnya: "theater"
biasa dengan melakukan observasi atau
di bawah huruf "T". Sebaliknya, otak akan
mengamati fenomena umum, khususnya
menghubungkan kata "theater" dengan
perilaku pelanggan potensial. Pada saat
sejumlah pengalaman dari kehidupan kita.
mengamati orang lain, mereka bertindak
Semakin
dan
seperti antropolog dan ilmuwan sosial. Para
pengetahuan, semakin banyak koneksi atau
inovator secara berhati-hati, secara sengaja,
hubungan yang dapat dibuat oleh otak.
dan secara konsisten mengamati perilaku
Input atau masukan informasi yang baru
kecil-kecil secara detil terhadap kegiatan
akan dapat memicu hubungan yang baru,
pelanggan,
dan bagi sebagian orang, hal ini akan dapat
lainnya,
memunculkan ide-ide baru. "Kreativitas
tentang cara-cara baru dalam melakukan
adalah menghubungkan segala sesuatu".
sesuatu.
Semakin sering orang berusaha untuk
Keterampilan penemuan 4: experimenting
beragam
tidak
melakukan
pengalaman
pemasok,
untuk
dan
mendapatkan
perusahaan wawasan
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS
1003
Ketika eksperimen,
kita
berpikir
mungkin
tentang
terbayang
sosok
seorang ilmuwan dengan menggunakan jas
remap coople yaitu reading + concept mapping + cooperative learning. Reading
putih atau penemu besar seperti Thomas
Kegiatan membaca (reading) pada
Edison. Seperti ilmuwan, pengusaha inovatif
pembelajaran berbasis remap coople adalah
aktif akan mencobakan ide-ide baru dengan
suatu keharusan, karena membaca adalah
menciptakan prototipe dan meluncurkan
melihat serta memahami isi dari apa yang
prototipenya.
inovatif
tertulis. Wanjari & Mahakulkar (2011)
terlibat dalam berbagai bentuk percobaan
menjelaskan bahwa membaca adalah suatu
aktif, apakah itu eksplorasi intelektual
proses yang kompleks di mana si pembaca
(Michael
akan
Para
Lazaridis
pengusaha
merenungkan
teori
melakukan
rekonstruksi
kembali
relativitas di sekolah tinggi), permainan fisik
melalui beberapa tahapan, dari sebuah
(Jeff Bezos membongkar tempat tidurnya
pesan penulis dalam sebuah bahasa grafis.
ketika balita atau Steve Jobs membongkar
Pada kegiatan membaca, mata mengenali
sebuah Sony Walkman), atau keterlibatan
kata, sementara pikiran menghubungkan
dalam lingkungan baru (Starbucks Howard
dengan
Shultz menjelajahi Italia dan mengunjungi
dihubungkan
bar kopi yang dia temui). Eksperimen dapat
sehingga menjadi makna frase, klausa,
dilakukan dalam bidang apapun. Dunia
kalimat,
adalah laboratorium.
bacaan. Membaca diartikan sebagai proses
Keterampilan penemuan 5: networking
maknanya. satu
dan
Makna
dengan
akhirnya
kata
yang
makna
lain
seluruh
memetik serta memahami arti atau makna
Mencurahkan waktu dan energi
yang
terkandung
dalam
pengertian
jejaring
bahwa ketika siswa melakukan kegiatan
memberikan secara
yang
perspektif
radikal
bagi
beragam yang
inovator.
akan
harus
tersebut
Dari
untuk mencari dan menguji ide-ide melalui individu
membaca
bahasa.
disertai
tersirat
berbeda
membaca,
pemahaman
Mereka
maksud atau arti dari lambang-lambang
bertemu orang-orang dengan berbagai jenis
bunyi bahasa tulis yang dibacanya.
ide dan perspektif untuk memperluas
Concept mapping (peta konsep)
pengetahuan mereka.
Pada pembelajaran berbasis remap
Remap Coople
coople, setelah membaca siswa diminta
Penulis mengusulkan pembelajaran
menyusun peta konsep. Dianjurkan tugas
berbasis remap coople, yaitu sebuah model
membaca dan menyusun peta konsep
pembelajaran yang mengharuskan siswa
dilakukan
membaca (proses reading), kemudian siswa
pembelajaran di sekolah, siswa sudah siap.
diminta membuat peta konsep (concept
Namun demikian, kedua kegiatan tersebut
mapping).,
pembelajarannya
dapat juga dicoba dilakukan pada saat
menggunakan model-model cooperative
pembelajaran, disesuaikan dengan model
learning. Model tersebut diringkas menjadi
pembelajaran yang digunakan. Peta konsep
dan
siswa
di
rumah
agar
saat
adalah alat atau cara yang dapat digunakan
1004
Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_
untuk mengorganisisr dan mengetahui apa
divisions, think-pair-share, numbered heads
yang telah dipelajari siswa (Novak & Canas,
together, three-step interview, co-op, round
2008). Peta konsep telah digunakan untuk
robin, inside-outside circle, roundtable, dan
pembelajaran dan pelatihan, dan telah
lain sebagainya.
dibuktikan sebagai alat yang efektif untuk kepentingan
evaluasi
mengetahui
kemampuan
Pembelajaran kooperatif bertujuan
pembelajaran,
untuk mengembangkan dan meningkatkan
awal
hasil belajar akademik, menerima adanya
siswa,
mengetahui apa yang sudah dipelajari siswa,
keragaman,
perencanaan,
keterampilan
scaffolding
pengetahuan,
dan
pengembangan
(Slavin,1995).
Keuntungan
memantapkan pengalaman pembelajaran,
pembelajaran kooperatif bagi siswa adalah
memperbaiki
kondisi
afeksi
siswa,
bertambahnya tanggung jawab siswa atas
mengajarkan
berpikir
kritis
dalam
proses
belajarnya,
berkembangnya
pembelajaran, menunjang pembelajaraan
keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
kooperatif dan kolaboratif, dan sebagainya
berpikir kritis siswa, dan bertambah eratnya
(Novak & Canas, 2004).
hubungan
Peta
konsep
antar
anggota
atas
kelompok (Arends, 2004). Pembelajaran
komponen-komponen, antara lain proposisi,
kooperatif memiliki beberapa perspektif
hirarki, kaitan silang (cross-links), dan
yang dapat dikembangkan, yaitu perspektif
contoh. Peta konsep dapat dijadikan guru
motivasi, sosial, kognitif, elaborasi kognitif,
sebagai salah satu bentuk penilaian autentik,
dan psikologis (Slavin, 1995; Arends, 2004).
dengan
Dukungan terhadap Remap Coople
memberikan
tersusun
psikologis
skor-skor
pada
komponen peta konsep. Terdapat berbagai cara
untuk
menilai
peta
konsep,
di
Beberapa koordinasi
penelitian
dalam
telah
mulai
penulis
antaranta dapat mengacu pada Markham,
dikembangkan berdasarkan pola remap
dkk (1994), McClure, dkk (1999), atau
coople ini, di antaranya yang diwujudkan
Shavelson & Ruiz-Primo (2000).
dalam
Cooperative learning
dipublikasikan dalam pertemuan Seminar
Terdapat
tesis
dan
sebagian
definisi
Nasional Biologi 10 di UNS yaitu Pangestuti
pembelajaran kooperatif, di antaranya yang
(2014), Hasan (2014), dan Prasmala (2014).
dikemukakan Johnson dan Johnson (1999),
Remap
yaitu
tersebut,
pembelajaran
banyak
bentuk
yang
memfasilitasi
coople
pada ketiga
menggunakan
penelitian
pembelajaran
siswa belajar bersama dalam kelompok kecil
kooperatif TGT (Teams-Games Tournament),
dengan anggota kelompok yang heterogen
STAD (Student Teams-Achievement Division),
sebagai sebuah tim untuk memecahkan
dan
masalah,
atau
meningkatkan minat baca, kemampuan
mencapai tujuan bersama. Banyak macam
berpikir kritis, metakognitif, dan hasil
pembelajaran
dapat
belajar kognitif siswa di beberapa SMA di
digunakan dalam pembelajaran, misalnya
kota Malang. Banyak aspek lain yang dapat
jigsaw,
dikaji melalui model pembelajaran berbasis
menyelesaikan kooperatif
student
teams
tugas, yang
achievement
GI
(Group
Investigation),
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS
untuk
1005
remap
coople,
mendasarkan
tahu atau mencari sesuatu jawaban. Guru
berbagai hasil penelitian lain yang terkait
yang mengajar dengan model ceramah saja
dengan kegiatan membaca, menyusun peta
atau yang lebih buruk lagi dengan menyalin
konsep,
saja (baik di papan tulis atau didiktekan),
dan
kooperatif;
dengan
penerapan yang
pembelajaran
diharapkan
dapat
akan menjadikan kelas yang pasif, kelas
menunjang implementasi kurikulum 2013.
yang siswa-siswanya selalu menunggu apa
Model-model pembelajaran yang telah
yang akan diberikan oleh gurunya.
dicoba, telah dibuktikan dapat memenuhi komponen dalam pendekatan saintifik. Tidak
kita cermati dari pernyataan Kirsch dkk,
pendapat tentang pentingnya kegiatan
(2002) berikut ini. “The curriculum, whether
membaca, menyusun peta konsep dan
defined at the national or the local level, is
pembelajaran
dikemukakan
not the only factor influencing achievement
Pentingnya
in reading literacy. Student engagement
membaca sebagai pondasi kehidupan, telah
(Guthrie and Wigfield, 2000) and access to
dikemukakan Kirsch, dkk. (2002) dengan
printed materials (Neuman and Celano,
mengutip
berikut.
2001) are among a number of variables that
“Reading literacy is fundamental. Reading
have been shown to correlate with reading
literacy is not only seen as a necessary
achievement. A strong predictor of reading
foundation for performance in other subject
comprehension is the amount of time
areas within an educational context, but it is
students spend on reading (Anderson,
also
successful
Wilson and Fielding, 1988). If students read
participation in most areas of adult life.
well they tend to read more and, as a result,
Today’s world calls for citizens to become
they acquire more knowledge in all domains
life-long learners. To meet this goal,
(Cunningham
students must be prepared to handle the
Students with poor reading habits often find
variety of printed and written information
reading material too difficult (Allington,
that they will encounter throughout their
1984), and develop a negative attitude to
lives”.
reading (Oka and Paris, 1986). They end up
kooperatif
berbagai
a
temuan
mengutamakan kegiatan membaca, dapat dan
dalam
terhitung
Bahwa guru, atau sekolah harus
publikasi.
beberapa
pendapat
prerequisite
for
and
Stanovich,
1998).
Guru mempunyai peranan penting
in a vicious circle, because by reading less
untuk meningkatkan minat baca siswa-
they have fewer opportunities to develop
siswanya. Jika guru salah atau kurang tepat
reading comprehension strategies (Brown,
dalam menggunakan model mengajar maka
Palincsar and Purcell, 1986), and so they fall
akan membuat siswa malas membaca, tidak
further behind in all subjects, because
memberikan motivasi (dorongan) pada
reading is required for all academic areas
siswa untuk gemar membaca. Guru yang
(Chall, Jacobs and Baldwin, 1990)”.
tidak memberikan kesempatan atau tidak
Terkait peta konsep, Hu & Wu
menciptakan suasana diskusi di dalam kelas,
(2012) menyatakan sebagai teknik yang baik
akan mematikan minat siswa untuk ingin
untuk meningkakan pembelajaran siswa di
1006
Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_
berbagai negara. Bahkan, peta konsep
kompleks,
dikatakan sebagai suatu strategi meta-
kompleks,
learning yang dapat digunakan untuk
pengetahuan baru dan lama, mengetahui
mengembangkan kapasitas belajar siswa
pemahaman
secara
konsep, dan sebagainya.
mandiri.
Hasil
penelitiannya
menunjukkan bahwa siswa yang diberi
merancang
struktur
membantu atau
integrasi
melacak
Pembelajaran
yang
kesalahan
berbasis
remap
tugas membuat peta konsep memiliki
coople dilakukan menggunakan model-
beban kognitif (cognitive load) yang lebih
model
rendah dibanding kelas tradisional. Hasil
terhitung
tersebut serupa dengan yang ditemukan
berbagai
Chiou (2008). Dijelaskan bahwa peta konsep
kooperatif, namun dalam tulisan ini tidak
memfasilitasi siswa untuk belajar dan
dibahas secara mendalam, karena banyak
berpikir secara mandiri dan membantu
macam model pembelajaran kooperatif.
integrasi
sehingga
Hasil penelitian Lee (2013) menunjukkan
mengurangi beban kognitif dan rasa frustasi
bahwa peta konsep yang dilakukan secara
terhadap banyaknya konsep yang harus
bekerjasama, dapat meningkatkan interaksi
dikuasai. Peta konsep juga dapat digunakan
komunikasi para siswa untuk memicu
sebagai alat untuk mengetahui tingkat
keterampilan menulis. Lee menjelaskan
hubungan antar konsep dalam long-term
bahwa peta konsep dapat dirancang secara
memory siswa, sebab saat menyusun peta
berbeda-beda, adakalanya secara individual,
konsep, siswa memperhatikan hubungan
adakalanya dilakukan secara bekerja sama.
antar konsep.
Siswa
pengetahuan
Villalon menyatakan
& bahwa
pembelajaran publikasi
kooperatif. yang
menunjukkan
keunggulan
dapat
pembelajaran
diminta peta
Tidak
konsep
untuk
Calvo
(2011)
mengembangkan
secara
peta
konsep
individu, kemudian sharing dengan teman-
merupakan salah satu cara memvisualkan
temannya untuk
kognitif seseorang, yang dapat digunakan
bersama. Kegiatan tersebut dapat menjadi
sebagai bagian kegiatan pembelajaran, juga
sarana siswa untuk belajar mengorganisasi
sebagai salah satu bentuk scaffolding, atau
konsep topik tertentu.
untuk memicu refleksi dengan menyusun
Beberapa
menyusun peta konsep
peneliti
lain
seperti
pengetahuan dalam bentuk “yang dapat
Hughes & Hay (2001) dan Okebukola (1991)
dilihat”
juga menyarankan penyusunan peta konsep
selama
proses
pembelajaran.
Berbagai bukti juga menunjukkan bahwa
secara
peta konsep memicu fungsi kognitif yang
mendasari saran tersebut adalah bahwa hal
lebih tinggi, membantu siswa memahami
tersebut dapat mendukung munculnya
naskah,
siswa
diskusi yang bermakna. Setiap anggota
menyusun pertanyaan-pertanyaan khusus.
kelompok dapat menjelaskan pandangan
Hiremath
peta
dan pengetahuannya ke temannya tentang
konsep dapat dilakukan untuk menciptakan
suatu topik. Anggota kelompok juga dapat
ide-ide, mengomunikasikan ide-ide yang
melakukan negosiasi dan mengembangkan
dan
dapat
(2012)
membantu
menambahkan,
bekerjasama.
Asumsi
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS
yang
1007
peta
konsep
bersama
(Roth
&
PENUTUP
Roychoudhury, 1992; Sizmur & J. Osborne, 1997).
Salah
satu
cara
untuk
meningkatkan SDM adalah minat baca Hasil penelitian Okebukola (1992)
yang membudaya, berbagai
dengan
sehingga dapat menambah pengetahuan
kooperatif
dan
bahan
menyerap
menunjukkan bahwa siswa yang difasilitasi pembelajaran
jenis
karena
bacaan bermutu
menyusun peta konsep secara bersama-
serta menambah
sama menunjukkan hasil yang lebih baik
kegiatan membaca diharapkan pola pikir
dari
secara
masyarakat dapat berkembang, sehingga
(2001)
mampu mewujudkan SDM yang handal
menegaskan bahwa proses penyusunan
dan bersaing. Minat baca bukanlah bakat
peta konsep akan membuat siswa belajar
yang dimiliki seseorang sejak lahir, tetapi
untuk mengatur, menyusun, dan sharing
merupakan hasil dari didikan yang terus
pengetahuan
menerus.
penyusunan
individual.
structured.
peta
De
konsep
Simone,
dari Gilbert
dkk
domain
Minat
baca
secara
pengetahuan seseorang. Di masa sekarang
kolaboratif dapat memfasilitasi berpikir
ini mereka yang memiliki informasi lebih
tingkat tinggi.
banyak tentu
konsep
Sekalipun pembelajaran berbasis remap
coople
baru
dicoba
dengan
terhadap
seseorang
berpengaruh
peta
Greene
ill-
Melalui
(2002)
mengharapkan
&
yang
wawasan.
akan
pengetahuannya
lebih
akumulasi
berkualitas
dibandingkan dengan
mereka yang sedikit pengetahuannya.
menggunakan tiga model pembelajaran
Minat baca yang tinggi diharapkan
kooperatif seperti dijelaskan sebelumnya,
dapat menunjang pembentukan sosok-
namun
model
sosok kreatif. Sosok kreatif digambarkan
pembelajaran kooperatif yang lain akan
oleh Sharp (2004) sebagai sosok yang
dapat
terbuka
memiliki kemampuan tinggi dalam hal: (1)
banyak peluang untuk mengembangkan
imajinasi; (2) 0risinalitas (kemampuan untuk
pembelajaran
memunculkan ide-ide dan produk yang baru
sudah
dapat
dikembangkan.
diduga Masih
berbasis
remap
coople,
melalui pemaduan kegiatan reading dan
dan
concept
berbagai
(kemampuan untuk menghasilkan berbagai
pembelajaran kooperatif yang lain. Tentu
ide yang berbeda melalui kegiatan berpikir
saja, hal ini memerlukan uji coba-uji coba
secara divergen), (4) pemecahan masalah
agar diperoleh pola yang sesuai untuk
(penerapan pengetahuan dan imajinasi
memperoleh hasil yang diharapkan. Jika
pada situasi tertentu); dan (5) kemampuan
ditelaah, sebenarnya ke lima kegiatan
untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai
dalam pendekatan saintifik dapat dipenuhi
dan berharga.
melalui
mapping
pembelajaran
coople tersebut.
dengan
berbasis
remap
tidak
biasa);
(3)
produktivitas
Siapa saja yang bertanggung jawab atas hal ini dan bagaimana menumbuhkan minat baca? Tentu saja semua pihak memiliki kewajiban menumbuhkan minat
1008
Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_
baca
anak.
berkewajiban harus
ada
pembelajaran
Sebagai
guru,
kita
melakukannya! kegiatan berbasis
juga
Mengapa
membaca remap
untuk
Meningkatkan
Minat
Baca,
Kemampuan Berpikir Kritis, Kesadaran
dalam
Metakognitif, dan Hasil Belajar Kognitif
coople?
Siswa Kelas X SMA Insan Cendekia
Nampaknya siswa memang harus ‘dipaksa’
Shalahuddin
membaca, karena membaca merupakan
Diterbitkan. Malang: Pasca Sarjana UM.
pintu gerbang pengetahuan.
Malang.
Tesis
Tidak
Hiremath, S.G. 2012. Concept Mapping: Learning
DAFTAR PUSTAKA
And Teaching Technique. International
Arends, R.I. 2004. Learning toTeach. Sixth Edition.
Educational E-Journal. Vol. I: 137-141,
New York: The McGraw-Hill.
Apr-May-June.
Chiou, C.C. 2008. The effect of concept mapping
Hu, M.M. and Wu, M.H. 2012. The effect of
on students’ learning achievements and
concept mapping on students’ cognitive
interests. Innovations in Educ. and
load. World Transactions on Engineering
Teaching Intern. Vol. 45 No. 4:375-387.
and Technology Education . Vol.10, No.2:
De Simone, C., Schmid, R.F. and McEwen, L.A. 2001. Supporting the learning process with
collaborative concept mapping
134-137. Hughes, D. and Hay, D. 2001. Use of concept mapping
to
integrate
the different
using computer-based communication
perspectives of designers and other
tools
stakeholders in the development of e-
and
processes. Educational
Research and Evaluation. Vol. 7. No. 2-
learning materials.
3:263-283.
Educational Technology. Vol. 32, No.
Dyer, J. H., Gregersen, H.B., and Christensen, C.
British Journal of
5:557-569.
M. 2009. Five “discovery skills” separate
Johnson, D.W. and Johnson, R.T. 1999. Learning
true inovators from the rest of us.
Together and Alone. 3 Ed. Boston: Allyn
Harvard Business Review. December
and Bacon.
2009.
rd
Kirsch, I., de Jong, J., Lafontaine, D., McQueen, J.,
Dyer, J. H., Gregersen, H.B., and Christensen, C.
Mendelovits, J. and Monseur, C. 2002.
M. 2011. Five Discovery Skills that
Reading For Change: Performance And
Distinguish Great Innovators.
Engagement Across Countries. Results
Harvard
Business School.
from PISA 2000. New York: Organisation
Gilbert, N.J. and Greene, B.A. 2002. College student‟s collaborative use of inspiration to
Hasan,
generate
and
Development.
educational technology class. Journal of
skills and restructuring of education
Educational Technology Systems. Vol. 30
system:
No. 4: 389-402.
International Journal of Advancement in
Pembelajaran
Implementasi Biologi
Reading
in
Cooperation
Kumar, A. 2013. Twenty first century educational
2014.
maps
Economic
an
A.
concept
for
Model Map
a view to ponder upon.
Education and Social Sciences . Vol.1. No.1: 1-4.
Students Teams Achievement Division
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS
1009
Lazanyi, K.R. 2012. Study for nothing? Literature
Okebukola, P.A. 1992. Attitude of teachers
overview of labour market opportunitis
toward
for individuals with tertiary education.
diagramming as meta-learning tools in
Proc. of FIKUSZ ’12 Symposium for Young
science and mathematics. Educational
Researchers. 37-45.
Research. Vol. 34 No. 3: 201-213.
Lee, Y. 2013. Collaborative Concept Mapping as a
Pangestuti,
concept
A.A.
mapping
2014.
and vee
Penerapan
Model
Pre-Writing Strategy for L2 Learning: A
Pembelajaran Biologi Berbasis Reading –
Korean Application. International Journal
Concept
of
Tournament untuk Meningkatkan Minat
Information
and
Education
Technology, Vol. 3, No. 2, April 2013.
Baca,
Map
–
Kemampuan
Teams
Games
Berpikir
Kritis,
Markham K.M., Mintzes, J.J. and Jones, M.G.
Metakognitif, dan Hasil Belajar Kognitif
1994. The concept map as a research and
Siswa Kelas X IPA4 SMA Laboratorium
evaluation tool. Journal of Research in
UM. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang:
Science Teaching. 31(1):91-101.
Pasca Sarjana UM.
McClure, J. R. Sonak, B. & Suen, H. K. 1999.
Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang
Concept map assessment of classroom
Pedoman Implementasi Kurikulum
learning: Reliability, validity, and logical
Prasmala, E. R. 2014. Penerapan Model Reading
practicality.
Journal of
Research
in
Map
Group
Investigation
untuk
Science Teaching, 36(4):475-492.
Meningkatkan Minat Baca, Kemampuan
Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Foy, P., & Drucker,
Berpikir Kritis, Kesadaran Metakognitif,
K.T.
2012. PIRLS
2011
International
dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X
Results in Reading. Chestnut Hill, MA:
SMA Surya Buana Malang. Tesis Tidak
Boston College.
Diterbitkan. Malang: Pasca Sarjana UM.
Novak, J.D. and Canas, J.A. 2004. Building on
Roth, W.M. and Roychoudhury, A.1992. The
New Constructivist Ideas and CmapTools
social construction of scientific concepts
to Create a New Model for Education. IX
or the concept map as conscription
Taller
device and tool for social thinking in high
Internacional
de
Software
Educativo TISE. Novak, J.D. and Canas, J.A. 2008. The Theory
Vol. 76:531-557.
Underlying Concepts Maps and How to
Sharp, C. 2004. Developing young children’s
Construct and Use Them. Technical
creativity: what can we learn from
Report IHMC CmapTools 2006-01 Rev 01-
research? Readership: Primary. Autumn
2008.
2004/Issue 32.
Ohorella, M.N. 2014. Menumbuhkan Minat Baca
1010
school science. 1992. Science Education.
Shavelson, R.J. and Ruiz-Primo, M.A. 2000. On
Anak.
the Psychometrics of Assessing Science
http://baktipemudanusantara.org/menu
Understanding,
mbuhkan-minat-baca-anak.html. Diakses
Understanding: A Human Constructivist
27 Mei 2014.
View;
Novak,
in
J.,
Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_
Assessing
Mintzes,
Science
J.,
and
Wandersee, J., Eds; Academic Press:
DISKUSI
California.
1.
Sizmur, S. and Osborne, J. 1997. Learning processes
and
Endang Swarsini
Pertanyaan: bagaimana manfaat jika dikaitkan
collaborative concept
dengan 5M sedangkan buku-buku yang ada
mapping. International Journal of Science
masih ada kompilasi dengan yang adaa. Faakta-
Education. Vol. 19. No. 10:1117-1135.
fakta
Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. 2
nd
Ed. Boston:
Allyn and Bacon.
belum
explore.
Mana
yang
perlu
didahulukan? Jawaban:
pembelaajaran
remap
coople
(berlandaskan pembelajaran kooperatif) disertai
Villalon, J. and Calvo, R. A. 2011. Concept Maps
keharusan membaca dan membuat peta konsep,
as Cognitive Visualizations of Writing
jika dikaitkan dengan 5 M (pendekatan scientific)
Assignments. Educational Technology &
tidak
Society. 14 (3): 16–27.
....pembelajaran kooperatif melalui proses 5M.
Wanjari, S. and Mahakulkar, V. 2011. Assesing Reading Teachers.
Habits Indian
of
D.Ed.
Streams
Trainee
ada
Buku-buku
maslah
yang
karena
ada
hampir
sudah
semua
diupayakan
memenuhi kompetetensi dasar (KD) pada K-13
Research
Journal. Vo. I/February 2011, pp. 76-81.
2.
Endah (SMP 1 Klaten)
Pertanyaan: buku guru sudah sesuai, apakah Remap Cooople akan merubah 5M? Jawaban:
Remap
Coople
tidak
akan
bertentangan dengan buku guru, buku guru dan buu siswa yang ada hanya “standar minimal”, guru dapat mengembangkan lebih dari yang ada.
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS
1011