BAB V ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis Data Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang memenuhi
kriteria sebagaimana disajikan pada Tabel 5.1. dalam kurun waktu empat tahun. Dimana data yang digunakan data terdapat kriteria outlier dimasukkan karena diharapkan data yang digunakan adalah data yang homogen, sehingga mewakili industri yang dikaji. Data outlier adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali, 2011:41). Tabel 5.1 Sample Penelitian
No.
Kriteria
2010
2011
2012
2013
1
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 sampai dengan 2013.
132
132
135
137
2
Perusahaan tidak memenuhi kriteria penelitian
(66)
(66)
(72)
(74)
3
Data penelitian selama tahun 2010 - 2013
66
66
66
66
4
Data Outlier
(32)
(29)
(24)
(26)
34
37
42
40
Total Data Penelitian Per Tahun Total Data Penelitian Selama tahun 2010 - 2013
65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
153
66
1.
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan analisis yang menyajikan nilai minimum,
maksimum, rata- rata dan standar deviasi dari variabel dependen dan variabel independen yang diuji.
Variabel dependen adalah Keputusan Investasi yang
diproksi dengan IOS, Proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio (PER). Menurut Brigham dan Houston (2001), PER menunjukkan perbandingan antara closing price dengan laba per lembar saham (earning per share). Variabel independen dalam penelitian ini meliputi Corporate Governance hasil survei yang dikeluarkan oleh IICD, Manajemen Laba Riil yang dikembangkan oleh Roychowdhury (2006) dengan fokus pada tiga metode manipulasi yang diproksi kedalam cash flow operation (CFO), discretionary expense (DISEXP) dan production costs (PROD). Untuk mendeteksi apakah perusahaan cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil ditentukan berdasarkan uji rata-rata nilai abnormal variabel arus kas kegiatan operasi, biaya produksi dan biaya diskresioner. Nilai rata-rata abnormal arus kas kegiatan operasi (AbnCFO), abnormal biaya diskresioner (ABN_DISEXP) dan abnormal biaya produksi (AbnROD) diperoleh dari statistik deskriptif, dan leverage sebagai variable control.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
Hasil statistik deskriptif dalam penelitian ini diperoleh gambaran masingmasing variabel adalah sbb : Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Variabel
INV
N 153
Min -7,1000
Max 33,5000
Mean 12,476419
Std. Deviation 8,1804217
INDEXCG
153
60,2700
84,6200
69,895490
6,2990857
ACFO
153
-,1970
,3010
,028516
,1102627
ADIEXP
153
-,1600
,3360
,165105
,0696813
APROD
153
-,3800
,4390
,040980
,1524577
REAL
153
-,5140
,7990
,234706
,2477297
LEV
153
,1330
,9240
,461549
,1944336
Valid N (listwise)
153
Keterangan: INV= Keputusan Investasi (PER) , REAL = Manajemen laba riil (Real Activity) yang merupakan hasil penjumlahan dari proksi Abnormal Cash Flow Operation (AbnCFO), Abnormal Discretionary Expense (Abn DISEXP), dan Abnormal Production Cost (Abn PROD) atau REAL = AbnCFO*(-1) + AbnDISEXP*(-1) + AbnPROD*. Sumber : Hasil Perhitungan SPSS (diolah), 2016.
Tabel di atas, menunjukkan bahwa total jumlah sampel sebanyak 153 perusahaan yang diteliti periode 2010 – 2013, Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah total sampelnya berjumlah 153 observasi tahun 2010-2013. Rata-rata (mean) INV (PER) tahun 2010 hingga 2013 sebesar 12.476419 artinya rata-rata Kebijakan Investasi INV (PER) yang dilakukan oleh investor sebesar 12.476%. Nilai maksimum INV (PER) 33.5% oleh emiten SIPD tahun 2012. Nilai minimum PER sebesar -7.10% oleh TIRT tahun 2010,. Tanda
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
POSITIF memberikan arti bahwa emiten mendapatkan earning per share yang positif atau dengan kata lain emiten mengalami keuntungan dan investor mendapatkan signal positif . Standar deviasinya sebesar 8,18%. INDEKS CG (Corporate Governance Index) yang merupakan hasil survei dari IICD. Skor yang dihasilkan berupa persentase dengan nilai maksimal 100%. Setiap skor memiliki interpretasi tersendiri sesuai dengan kriteria penilaian praktek GCG yang telah ditetapkan oleh IICD. Menunjukkan bahwa rata-rata (mean) INDEKS CG tahun 2011 hingga 2013 sebesar 69,9863% berarti rata-rata perusahaan hanya memenuhi persyaratan minimum dalam penerapan CG dan masuk dalam katagori fair sampel berada dalam kategori fair menurut kriteria penilaian praktik Good Corporate Governanance (GCG) yang ditetapkan oleh IICD. Hal ini menggambarkan
bahwa rata-rata perusahaan manufaktur di
Indonesia belum menunjukkan komitmen tinggi
dalam menerapkan praktik
GCG. Standar deviasi untuk variabel Corporatete Governance Index sebesar 6.299%. Nilai maksimum sebesar 84,61% dicapai oleh PT SMCB 2013 dan nilai minimum diperoleh PT. Budi Acid Jaya Tbk yaitu sebesar 60,27% di tahun 2010. Abnormal Cash Flow Operation (AbnCFO), manajemen laba melalui aktivitas riil (real activity) oleh Roychowdhury (2006), berdasarkan data pada Tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata manajemen laba melalui aktivitas riil Abnormal Cash Flow Operation (AbnCFO) sebesar 0,2851, nilai tertinggi sebesar 0,3010 dicapai oleh PT.INAI tahun 2012 dan nilai terendah sebesar -0,1970 diperoleh PT. INTP dengan standar deviasi sebesar 0,1102627.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
Rata-rata arus kas abnormal yang positif ini menunjukkan bahwa perusahaan sampel memiliki arus kas kegiatan operasi actual yang lebih tinggi dibandingkan arus kas dari kegiatan operasi normalnya. Manajemen laba melalui aktivitas riil Abnormal Discretionary Expense (AbnDISEXP) oleh Roychowdhury (2006) , berdasarkan data pada Tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata manajemen laba melalui aktivitas riil Abnormal Discretionary Expense (AbnDISEXP) sebesar 0,165105, nilai tertinggi sebesar 0,3360 dicapai oleh PT.LMSH 2010 dan nilai terendah sebesar -0.1600 berada pada emiten PT. TCID 2013 dengan standar deviasi sebesar 0.0696813. Nilai rata-rata tersebut mengindikasikan bahwa biaya diskresioner aktual cenderung lebih tinggi dari biaya diskresioner normal, sehingga menghasilkan rata-rata manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil positif. Menurut Roychowdurry (2006) adanya kenaikan biaya Discretionary Expense abnormal mengindikasikan adanya praktik manajemen laba riil yang dilakukan oleh perusahaan sampel. Manajemen laba riil melalui aktivitas Abnormal Production Cost (AbnPROD). Berdasarkan data pada Tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata manajemen laba melalui aktivitas riil sebesar 0,40980, nilai tertinggi sebesar 0,4390 dicapai oleh PT.LMSH tahun 2011 dan nilai terendah sebesar 0,3800berada pada emiten PT.SMGR tahun 2010 dengan standar deviasi sebesar 0,1524577. Nilai rata-rata tersebut mengindikasikan bahwa nilai biaya produksi aktual cenderung lebih tinggi dari biaya produksi normal, sehingga menghasilkan rata-rata manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil positif Menurut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
Roychowdurry
(2006)
adanya
kenaikan
biaya
produksi
abnormal
mengindikasikan adanya praktik manajemen laba riil yang dilakukan oleh perusahaan sampel. Manajemen laba melalui aktivitas riil (real activity) yang dikembangkan oleh Roychowdhury (2006) merupakan hasil dari penjumlahan Abnormal Cash Flow Operation (AbnCFO), Abnormal Discretionary Expense (AbnDISEXP), dan Abnormal Production Cost (AbnPROD). Berdasarkan data pada Tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa nilai rata-rata manajemen laba melalui aktivitas riil sebesar 0,23470, nilai tertinggi sebesar 0.7990 dicapai oleh PT.LMSH tahun 2011 dan nilai terendah sebesar -0.5140 berada pada emiten PT.TCID tahun 2013 dengan standar deviasi sebesar 0.2477297. Nilai rata-rata tersebut mengindikasikan bahwa nilai arus kas dari kegiatan operasi aktual, biaya diskresioner aktual dan biaya produksi aktual cenderung lebih tinggi dari arus kas dari kegiatan operasi normal, biaya diskresioner normal, dan biaya produksi normal, sehingga menghasilkan rata-rata manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil positif. Apabila peningkatan biaya diskresioner dan biaya produksi ini merupakan salah satu tindakan manager untuk melakukan manajemen laba, maka motivasi manajer melakukan hal tersebut adalah untuk menaikan laba. Lev memiliki nilai rata-rata 0.461549Hal ini menjukkan bahwa rata-rata atau 46,15% perusahaan sampel menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan untuk aktivitas operasional perusahaan dibandingkan saham. Selain itu, hal ini juga mengindikasikan bahwa tingkat preferensi perusahaan manufaktur di Indonesia terhadap pembiayaan eksternal dengan menggunakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
hutang relatif cukup tinggi. Nilai tertinggi
leverage
perusahaan sampel
mencapai 0,9240 oleh PT. EKAD pada tahun 2013 dan nilai terendah leverage sebesar 0.1330 dimiliki oleh PT. INTP Tbk pada tahun 2011.
B.
Uji Data
1.
Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa sebaran data berdistribusi normal, dan di dalam model regresi yang digunakan tidak terdapat autokorelasi, tidak terdapat problem multikolonieritas, dan tidak terjadi heteroskedastisitas. pengujian asumsi klasik model regresi dilakukan masing-masing terpisah sesuai model yang akan diajukan. 1.1 Indeks CG Terhadap Abnormal Cashflow Operation a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel memiliki distribusi normal atau tidak. Normalitas variabel dapat dideteksi dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov dengan cara melihat nilai probabilitas signifikan yang bernilai di atas nilai 0,05 maka data berdistribusi normal. Selain itu, normalitas nilai residual dilihat dengan menggunakan histogram error. Hasil pengujian normalitas dengan statistik Kolomogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
Tabel 5.3 Uji Normalitas Regresi Model ACFO Unstandardized Residual N
153
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
.0000000
Std. Deviation
.09223923
Absolute
.047
Positive
.047
Negative
-.023
Kolmogorov-Smirnov Z
.577
Asymp. Sig. (2-tailed)
.893
Sumber : Perhitungan SPSS (diolah), 2016.
Data pada Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa data residual dari perhitungan regresi Model 1 antara variabel independen dengan variabel dependen memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0.577 dengan nilai probabilitas (Asymp.Sig) sebesar 0,894. Karena nilai probabilitas (Asymp.Sig) 0,893 > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal, sehingga data dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Untuk memastikan data dalam model regresi berdistribusi normal dapat pula dilihat dari histogram error yang dihasilkan oleh output SPSS, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
Gambar 5.1. Histogram Error Normalitas Regresi Model 1
Berdasarkan gambar 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa penyebaran data variabel-variabel penelitian mengikuti garis normalitas. Oleh karena itu, maka model penelitian yang digunakan memenuhi asumsi normalitas dimana variabel dependen (manajemen laba melalui manipulasi riil abnormal cash flow, variabel independen Corporate Governance Index serta variabel kontrol leverage, dapat disimpulkan bahwa sebaran data seluruh variabel penelitian berdistribusi normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilihat dari besaran nilai DurbinWatson. Model regresi dinyatakan bebas dari problem autokorelasi jika nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) atau du
R a
.548
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
.300
.291
.0928521
2.051
a Predictors: (Constant), GROWTH, INDEXCG b Dependent Variable: ACFO Sumber: Hasil Perhitungan SPSS (diolah), 2016
Berdasarkan hasil pengujian dengan statistik Durbin Watson (DW) terhadap regresi model 1 pada taraf signifikansi (α) 0,05, k = 2 dan n = 153, diperoleh nilai DW sebesar 2.051. Sedangkan besarnya nilai DW tabel yaitu: dl (batas luar) = 1,7093, du (batas dalam) = 1,7629, 4-dl = 2,0907 dan 4-du = 2,2371. Dari hasil perhitungan disimpulkan bahwa nilai DW-test sebesar 2.051
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
terletak pada daerah uji atau daerah yang bebas dari asumsi autokorelasi atau secara matematis ditulis 1,70931< 2.051 < 2,2371. c. Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang sempurna atau sangat tinggi antar variabel independen dalam model regresi. Jika terdapat nilai korelasi di antara variabel independen adalah satu maka koefisiennya: (1) Koefisien untuk nilai-nilai regresi tidak dapat diperkirakan, (2) Nilai standard error dari setiap koefisien regresi menjadi nilai yang tak terhingga. Untuk mendeteksi ada tidaknya permasalahan multikolinearitas dalam model regresi maka dapat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Pedoman umum (rule of thumb) untuk batasan nilai VIF dan Tolerance agar model regresi terbebas dari problem multikolinearitas adalah nilai VIF kurang dari 10 dan nilai Tolerance lebih dari 0,10 atau mendekati 1 (Ghozali, (2011) Hasil perhitungan SPSS untuk uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.5 Uji Multikolinieritas Regresi Model 1 Model 1
(Constant) INDEXCG LEV
a Dependent Variable: ACFO Sumber: Hasil Perhitungan SPSS (diolah), 2016.
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,938 0,938
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.066 1.066
76
Data pada tabel 5.5 di atas, menunjukkan ketujuh variabel independen (bebas) yaitu Corporate Governance, variabel kontrol leverage seluruhnya memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10. Dengan demikian, seluruh variabel yang diteliti dinyatakan tidak terjadi (bebas) multikolinieritas, sehingga data dapat digunakan untuk pengujian model yang diajukan. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas bukan heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan grafik scatterplot. Apabila titik-titik dalam grafik membentuk pola menyebar lalu menyempit atau sebaliknya di sekitar garis diagonal maka bisa dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
Gambar 5.2. Grafik Uji Heteroskesdatisitas Regresi Model 1
Data pada Gambar 5.2 di atas, terlihat bahwa titik-titik yang ada dalam grafik tidak membentuk pola tertentu yang jelas, dan titik-titik tersebut tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi atau bebas dari problem heteroskedastisitas, maka data disimpulkan bahwa data bebas dari problem heteroskedastisitas, sehingga dapat digunakan untuk menganalisis model penelitian ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
1.2. Indeks CG Terhadap abonormal discretionary expense a. Uji Normalitas Pengujian normalitas sebaran data regresi model ini dilakukan sama halnya dengan pengujian regresi model sebelumnya. Normalitas variabel dideteksi dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov dan histogram error. Hasil pengujian normalitas dengan statistik Kolomogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.6 Uji Normalitas Regresi ADIEXP N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Sumber : Perhitungan SPSS (diolah), 2016.
153 .0000000 .06710768 .086 .086 -.065 1.062 .209
Data Tabel 5.6 di atas, terlihat bahwa dari hasil perhitungan regresi Model ini
memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 1.062 dengan
Asymp.Sig sebesar 0.209. Karena nilai probabilitas (Asymp.Sig) 0.209 > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas melalui grafik histogram error memiliki penyebaran data variabel-variabel penelitian yang mengikuti garis normalitas. Dengan demikian, model penelitian yang digunakan memenuhi asumsi normalitas dimana variabel dependen (manajemen laba melalui manipulasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
aktivitas riil ADIEXP), variabel independen Corporate Governance Index, kontrol leverage seluruhnya berdistribusi normal.
Gambar 5.3. Histogram Error Normalitas Regresi Model 2 Berdasarkan gambar 5.3 di atas, terlihat bahwa penyebaran data variabel-variabel penelitian mengikuti garis normalitas. Oleh karena itu, maka model penelitian yang digunakan memenuhi asumsi normalitas, sehingga sebaran data variabel dependen manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil ADIEXP, variabel dependen Corporate Governance Index, serta variabel kontrol leverage dinyatakan berdistribusi normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80
b. Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam regresi Model ini juga menggunakan statistik Durbin-Watson. Model regresi dinyatakan bebas dari problem autokorelasi jika nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) atau du
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
.073
.060
.0675536
2.309
a
.269
a Predictors: (Constant), LEV, INDEXCG b Dependent Variable: ADIEXP Sumber: Hasil Perhitungan SPSS (diolah), 2016
Data pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 2,309 pada taraf signifikansi (α) 0,05, k = 2 dan n = 153. Sedangkan besarnya nilai DW tabel yaitu: dl (batas luar) = 1,7093, du (batas dalam) = 1,7629, 4-dl = 2,2907 dan 4-du = 2,2371. Hasil perhitungan nilai DW sebesar 2,309 terletak
pada daerah uji atau daerah yang tidak bebas dari asumsi autokorelasi atau secara matematis ditulis 1,7093< 2,309 < 2,2907. Maka iti di uji kembali menggunakan runs test
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
Tabel 5.8 Uji Runs test Regresi ADIEXP Runs Test Unstandardized Residual a
Test Value
,00041
Cases < Test Value
76
Cases >= Test Value
77
Total Cases
153
Number of Runs
83
Z
,893
Asymp. Sig. (2-tailed)
,372
a. Median
Hasil runs test menunjukan hasil Asmp.sig 0.372 > 0.05 yang berarti data yang dipergunakan cukup random, sehingga tidak terdapat masalah autokolerasi pada data yang di uji
c. Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas atas regresi model 2 dideteksi dengan analisis regresi yang dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.9 Uji Multikolinieritas Regresi ADIEXP Model 1
(Constant) INDXCG LEV
a Dependent Variable: ADIEXP
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,938 0,938
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1,066 1,066
82
Sumber: Hasil Perhitungan SPSS (diolah), 2016.
Data pada tabel 5.9 di atas, menunjukkan bahwa variabel independen (bebas) meliputi Corporate Governance Index variabel kontrol yakni leverage semuanya memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10. Dengan demikian, seluruh variabel yang diteliti dinyatakan tidak terjadi atau bebas problem multikolinieritas, sehingga data dapat digunakan untuk pengujian model yang diajukan. d. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini sama dengan pengujian pada Model di atas yakni menggunakan grafik scatterplot. Di mana sebaran data didalam grafik tersebut apabila titik-titik dalam grafik membentuk pola menyebar lalu menyempit atau sebaliknya di sekitar garis diagonal maka bisa dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
Gambar 5.4 Grafik Uji Heteroskesdatisitas Regresi ADIEXP Data pada Gambar 5.4 di atas, terlihat bahwa titik-titik yang ada dalam grafik tidak membentuk pola tertentu yang jelas, dan titik-titik tersebut tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi atau bebas dari problem heteroskedastisitas, sehingga data dapat digunakan untuk menganalisis model penelitian ini. 1.3 Indeks CG Terhadap Abonormal ProductionCost. a. Uji Normalitas Pengujian normalitas sebaran data regresi model ini dilakukan sama halnya dengan pengujian regresi model sebelumnya. Normalitas variabel dideteksi dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov dan histogram
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
error. Hasil pengujian normalitas dengan statistik Kolomogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.10 Uji Normalitas Regresi APROD N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Sumber : Perhitungan SPSS (diolah), 2016.
153 .0000000 .14478700 .051 .044 -.051 .633 .818
Data Tabel 5.10 di atas, terlihat bahwa dari hasil perhitungan regresi Model ini
memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0.633 dengan
Asymp.Sig sebesar 0.818. Karena nilai probabilitas (Asymp.Sig) 0.818 > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas melalui grafik histogram error memiliki penyebaran data variabel-variabel penelitian yang mengikuti garis normalitas. Dengan demikian, model penelitian yang digunakan memenuhi asumsi normalitas dimana variabel dependen (manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil APROD), variabel independen Corporate Governance Index, kontrol leverage seluruhnya berdistribusi normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
Gambar 5.5 Histogram Error Normalitas Regresi APROD Berdasarkan gambar 5.5 di atas, terlihat bahwa penyebaran data variabel-variabel penelitian mengikuti garis normalitas. Oleh karena itu, maka model penelitian yang digunakan memenuhi asumsi normalitas, sehingga sebaran data variabel dependen manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil APROD, variabel independen Corporate Governance Index, serta variabel kontrol leverage dinyatakan berdistribusi normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
86
b. Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam regresi Model ini juga menggunakan statistik Durbin-Watson. Model regresi dinyatakan bebas dari problem autokorelasi jika nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) atau du
R a
1
.313
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.098
.086
.1457490
Durbin-Watson 2.016
a Predictors: (Constant), LEV, INDEXCG b Dependent Variable: APROD Sumber: Hasil Perhitungan SPSS (diolah), 2016
Data pada Tabel 5.11 menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 2.016pada taraf signifikansi (α) 0,05, k = 2 dan n = 153. Besarnya nilai DW tabel yaitu: dl (batas luar) = 1,7093, du (batas dalam) = 1,7629, 4-dl = 2,2907 dan 4-du = 2,2371. Hasil perhitungan nilai DW sebesar 2.016 terletak pada daerah uji atau daerah yang bebas dari asumsi autokorelasi atau secara matematis ditulis 1,7093< 2.016 < 2,2907. c. Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas atas regresi model 2 dideteksi dengan analisis regresi yang dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
87
Tabel 5.12 Uji Multikolinieritas Regresi APROD Model 1
(Constant) INDXCG LEV
a Dependent Variable: APROD Sumber: Hasil Perhitungan SPSS (diolah), 2016.
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,938 0,938
1,066 1,066
Data pada tabel 5.12 di atas, menunjukkan bahwa variabel independen (bebas) meliputi Corporate Governance Index variabel kontrol yakni leverage semuanya memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10. Dengan demikian, seluruh variabel yang diteliti dinyatakan tidak terjadi atau bebas problem multikolinieritas, sehingga data dapat digunakan untuk pengujian model yang diajukan.
d. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini sama dengan pengujian pada Model di atas yakni menggunakan grafik scatterplot. Di mana sebaran data didalam grafik tersebut apabila titik-titik dalam grafik membentuk pola menyebar lalu menyempit atau sebaliknya di sekitar garis diagonal maka bisa dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
88
Gambar 5.6. Grafik Uji Heteroskesdatisitas Regresi APROD Data pada Gambar 5.6 di atas, terlihat bahwa titik-titik yang ada dalam grafik tidak membentuk pola tertentu yang jelas, dan titik-titik tersebut tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi atau bebas dari problem heteroskedastisitas, sehingga data dapat digunakan untuk menganalisis model penelitian ini. 1.4. IndeksCGTerhadap Manajemen Laba Riil (ACFO+ADIEXP+APROD) a. Uji Normalitas Pengujian normalitas sebaran data regresi model ini dilakukan sama halnya dengan pengujian regresi model sebelumnya. Normalitas variabel dideteksi dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov dan histogram
http://digilib.mercubuana.ac.id/
89
error. Hasil pengujian normalitas dengan statistik Kolomogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.13 Uji Normalitas Regresi Real N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Sumber : Perhitungan SPSS (diolah), 2016.
153 .0000000 .21577170 ,057 ,052 -,057 ,702 ,708
Data Tabel 5.13 di atas, terlihat bahwa dari hasil perhitungan regresi Model ini
memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0.702 dengan
Asymp.Sig sebesar 0.708. Karena nilai probabilitas (Asymp.Sig) 0.708 > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas melalui grafik histogram error memiliki penyebaran data variabel-variabel penelitian yang mengikuti garis normalitas. Dengan demikian, model penelitian yang digunakan memenuhi asumsi normalitas dimana variabel dependen manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil variabel independen Corporate Governance Index, kontrol leverage seluruhnya berdistribusi normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
90
Gambar 5.7 Histogram Error Normalitas Regresi riil Berdasarkan gambar 5.7 di atas, terlihat bahwa penyebaran data variabel-variabel penelitian mengikuti garis normalitas. Oleh karena itu, maka model penelitian yang digunakan memenuhi asumsi normalitas, sehingga sebaran data variabel dependen manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil variabel dependen Corporate Governance Index, serta variabel kontrol leverage dinyatakan berdistribusi normal. b.
Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam regresi Model ini
juga menggunakan statistik Durbin-Watson. Model regresi dinyatakan bebas dari problem autokorelasi jika nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) atau du
http://digilib.mercubuana.ac.id/
91
bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011). Hasil pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.14 Uji Autokorelasi Regresi Model Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
,241
,231
,2172054
2,162
a
1
,491
a Predictors: (Constant), LEV, INDEXCG b Dependent Variable: RIIL Sumber: Hasil Perhitungan SPSS (diolah), 2016
Data pada Tabel 5.14 menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 2,113 pada taraf signifikansi (α) 0,05, k = 2 dan n = 132. Besarnya nilai DW tabel yaitu: dl (batas luar) = 1,7093, du (batas dalam) = 1,7629, 4-dl = 2,2907 dan 4-du = 2,2371. Hasil perhitungan nilai DW sebesar 2,162 terletak pada daerah uji atau daerah yang bebas dari asumsi autokorelasi atau secara matematis ditulis 1,6851< 2,162 < 2,3149. c. Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas atas regresi model 2 dideteksi dengan analisis regresi yang dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.15 Uji Multikolinieritas Regresi RIIL Model 1
(Constant) INDXCG LEV
a Dependent Variable: RIIL
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,938 0,938
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1,066 1,066
92
Sumber: Hasil Perhitungan SPSS (diolah), 2016.
Data pada tabel 5.15 di atas, menunjukkan bahwa variabel independen (bebas) meliputi Corporate Governance Index variabel kontrol yakni leverage semuanya memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) kurang dari 10. Dengan demikian, seluruh variabel yang diteliti dinyatakan tidak terjadi atau bebas problem. multikolinieritas, sehingga data dapat digunakan untuk pengujian model yang diajukan.
d.
Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini sama dengan
pengujian pada Model di atas yakni menggunakan grafik scatterplot. Di mana sebaran data didalam grafik tersebut apabila titik-titik dalam grafik membentuk pola menyebar lalu menyempit atau sebaliknya di sekitar garis diagonal maka bisa dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
93
Gambar 5.8. Grafik Uji Heteroskesdatisitas Regresi RIIL Data pada Gambar 5.8 di atas, terlihat bahwa titik-titik yang ada dalam grafik tidak membentuk pola tertentu yang jelas, dan titik-titik tersebut tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi atau bebas dari problem heteroskedastisitas, sehingga data dapat digunakan untuk menganalisis model penelitian ini. 1.5
Indeks CG dan Manajemen Laba Riil Terhadap Keputusan Investasi
a.
Uji Normalitas Pengujian normalitas sebaran data regresi model ini dilakukan sama
halnya dengan pengujian regresi model sebelumnya. Normalitas variabel dideteksi dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov dan histogram
http://digilib.mercubuana.ac.id/
94
error. Hasil pengujian normalitas dengan statistik Kolomogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.16 Uji Normalitas Keputusan Investasi N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
153 .0000000 7.73000287 .087 .087 -.045 1.073 .200
Sumber : Perhitungan SPSS (diolah), 2016.
Data Tabel 5.16 di atas, terlihat bahwa dari hasil perhitungan regresi Model ini
memiliki nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 1.073 dengan
Asymp.Sig sebesar 0.200. Karena nilai probabilitas (Asymp.Sig) 0.200 > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas melalui grafik histogram error memiliki penyebaran data variabel-variabel penelitian yang mengikuti garis normalitas. Dengan demikian, model penelitian yang digunakan memenuhi asumsi normalitas dimana variabel dependen Keputusan Investasi (PER) variabel independen melalui manajemen laba manipulasi aktivitas riil dan Corporate Governance Index, kontrol leverage seluruhnya berdistribusi normal. Untuk memastikan data dalam model regresi berdistribusi normal dapat pula dilihat dari histogram error yang dihasilkan oleh output SPSS, seperti terlihat pada gambar di bawah ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
95
Gambar 5.9 Histogram Error Normalitas Regresi Keputusan Investasi Berdasarkan gambar 5.9 di atas, terlihat bahwa penyebaran data variabel-variabel penelitian mengikuti garis normalitas. Oleh karena itu, maka model penelitian yang digunakan memenuhi asumsi normalitas, sehingga sebaran data variabel dependen manajemen laba melalui manipulasi aktivitas riil APROD, variabel independen Corporate Governance Index, serta variabel kontrol leverage dinyatakan berdistribusi normal. b.
Uji Autokorelasi Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam regresi Model ini
juga menggunakan statistik Durbin-Watson. Model regresi dinyatakan bebas dari problem autokorelasi jika nilai DW terletak antara batas atas atau upper
http://digilib.mercubuana.ac.id/
96
bound (du) dan (4-du) atau du
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
.107
.077
7.8603662
1.911
a
1
.327
a Predictors: (Constant), LEV, INDEXCG,ACFO,ADIEXP,APROD b Dependent Variable: INV Sumber: Hasil Perhitungan SPSS (diolah), 2016
Data pada Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,911 pada taraf signifikansi (α) 0,05, k = 5 dan n = 153. Besarnya nilai DW tabel yaitu: dl = 1,6688, du = 1,8036, 4-dl = 2,3312 dan 4-du = 2,0964. Hasil perhitungan nilai DW sebesar 1,911 terletak pada daerah uji atau daerah yang bebas dari asumsi autokorelasi. c. Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas atas regresi model 2 dideteksi dengan analisis regresi yang dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai Tolerance. Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
97
Tabel 5.18 Uji Multikolinieritas Keputusan Investasi Model 1
(Constant) INDEKSCG ACFO ADIEXP APROD LEV
a Dependent Variable: INV
Collinearity Statistics Tolerance VIF .854 .653 .815 .823 .700
1.170 1.531 1.227 1,215 1,428
Data pada tabel di atas, menunjukkan bahwa variabel independen (bebas) INDEXCG, ACFO, ADIEXP, APROD, serta variabel kontrol yakni kesempatan bertumbuh semuanya memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) INDEKSCG sebesar 1.170, VIF ACFO sebesar 1.531, VIF ADIEXP sebesar 1.227, VIF APROD sebesar 1.215 dan VIF Lev sebesar 1.428 kurang dari 10. Dengan demikian, seluruh variabel yang diteliti dinyatakan tidak terjadi atau bebas problem multikolinieritas, sehingga data dapat digunakan untuk pengujian model yang diajukan. d.
Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini sama dengan
pengujian pada Model di atas yakni menggunakan grafik scatterplot. Di mana sebaran data didalam grafik tersebut apabila titik-titik dalam grafik membentuk pola menyebar lalu menyempit atau sebaliknya di sekitar garis diagonal maka bisa dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
98
Gambar 5.10. Grafik Uji Heteroskesdatisitas Regresi Keputusan Investasi Data pada Gambar 5.10 di atas, terlihat bahwa titik-titik yang ada dalam grafik tidak membentuk pola tertentu yang jelas, dan titik-titik tersebut tersebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi atau bebas dari problem heteroskedastisitas, sehingga data dapat digunakan untuk menganalisis model penelitian ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
99
2. Pengujian Hipotesis 2.1 Indeks CG Terhadap Manajemen Laba riil Melalui Abnormal Cash Flow Model pertama digunakan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate governance yang diukur dengan corporate governance index, variabel leverage merupakan rasio total utang terhadap total asset perusahaan pada akhir tahun sebagai variabel kontrol terhadap manajemen laba riil Melalui Abnormal Cash Flow). a. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi dari model regresi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R-square digunakan untuk mengetahui besarnya pengungkapan yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi dari model regresi penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.19 Uji Koefisien Determinasi Abnormal Cash Flow (ACFO)
Model 1
R
R Square .548a
Adjusted R Square
.300
a. Predictors: (Constant), LEV, INDXCG b. Dependent Variable: ACFO
http://digilib.mercubuana.ac.id/
.291
Std. Error of the Estimate .0928521
100
Sumber : data diolah 2016
Pada tabel di atas menunjukkan nilai adjusted R-square sebesar 0,291. Hal
ini berarti bahwa 29,1% variasi jumlah abnormal cash flow dapat
dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel-variabel INDEXCG dan LEV. Sedangkan hasil pengurangan (100% - 29.1%) = 71% jumlah abnormal cash flow dapat dijelaskan oleh variabel lain b.
Analisis Signifikansi Simultan (F-test) Model 1 Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara
simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.20 Hasil Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F) Model 1 Sum of Mean Model Squares df Square F Regression .555 2 .277 32.173 1 Residual
1.293
150
Total
1.848
152
Sig.
.000a
.009
a Predictors: (Constant), LEV, INDXCG b Dependent Variable: ACFO Sumber: Hasil Perhitungan SPSS, 2016 (diolah)
Tingkat keyakinan yang digunakan sebesar 95%, α = 5%, df1 (jumlah variabel-1) = 2 dan df2 (n-3) atau 153-3 = 150. Hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 3,066 dengan F hitung sebesar 32.173. Kesimpulannya adalah hasil yang diperoleh menunjukkan F hitung > F tabel (32.173 > 3,066) dan signifikasi < 0,05 yaitu (0,000 < 0.05), maka dapat dinyatakan bahwa variabel IDXCG dan LEV secara bersama-sama berpengaruh terhadap abnormal Cash Flow.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
101
c. Analisis Signifikansi Parsial (t-test) Model 1 Uji signifikansi parsial atau uji t, pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil pengujian parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.21 Hasil Pengujian Signifikansi Parsial (Uji t) Model 1 Variabel Independen
Koefisien Regresi
INDEXCG
t hitung
Signifikansi (α)
-.173
-2.456
.015
.479
6.787
.000
LEV Sumber: Hasil Perhitungan SPSS, 2016(diolah).
Berdasarkan Tabel 5.21 di atas, menunjukkan bahwa nilai t hitung variabel corporate governance indeks sebesar -2.456 dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0,015. Karena nilai signifikansi 0,015 < 0,10 (taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini), berarti corporate governance index berpengaruh negative signifikan terhadap manajemen laba riil melalui Abnormal cash flow. Selanjutnya, nilai t hitung variabel kontrol
LEV sebesar 6.787 dengan nilai signifikansi (α)
sebesar 0,000< 0,05, berarti leverage berpengaruh terhadap manajemen laba riil melalui Abnormal cash flow. d. Analisis Regresi Linier Berganda Model 1 Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
102
Tabel 5.22 Hasil Analisis Koefisien Regresi Model 1 Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta .115 .093
Model 1
(Constant) IDXCG LEV
t 1.239
Sig. .217
-.003
.001
-.173
-2.456
.015
.271
.040
.479
6.787
.000
a. Dependent Variable : ACFO Keterangan :
ACFO = Manajemen Laba melalui riil melalui Abnormal cash flow (Y). INDEXCG = Penerapan Good Corporate Governance yang diukur dengan Corporate Governance Index (X 1 ), lev (X 2 ) Sumber: Hasil Perhitungan SPSS, 2016 (diolah).
Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk melihat dan menganalisa setiap pengaruh variabel – variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Hasil analisis regresi linear yang telah dilakukan maka kemudian dimasukkan ke dalam persamaan sebagai berikut : ACFO = 0,115 – 0,003 INDXCG + 0.271 LEV + e Dimana : 1. Hasil diatas menunjukkan konstanta sebesar 0,115, menyatakan jika dianggap tidak ada INDEXCG dan LEV maka perubahan abnormal cash flow sebesar 0,115 kali. Dengan kata lain apabila variabel independen dalam model diatas diasumsikan sama dengan 0 nilainya atau konstan, maka nilai rata-rata abnormal cash flow akan bertambah sebesar 0,115. 2. Hasil koefisien regresi variabel INDXCG sebesar -0,003. diartikan jika
Hasil tersebut
variabel independen lain nilainya tetap dan INDXCG
http://digilib.mercubuana.ac.id/
103
mengalami kenaikan sebesar 1%, maka ACFO (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,003%. Koefisien bernilai negatif menyatakan adanya hubungan negatif atau berbanding terbalik antara INDXCG dengan ACFO, jadi semakin besar INDXCG, maka semakin kecil manajemen laba dalam proksi abnormal cash flow. 3. Hasil koefisien regresi variabel LEV sebesar 0.271. Hasil tersebut diartikan jika variabel independen lain nilainya tetap dan LEV mengalami kenaikan sebesar 1%, maka ACFO (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,271%. Koefisien bernilai positif menyatakan adanya hubungan positif
atau
berbanding searah antara LEV dengan ACFO, jadi semakin besar LEV, maka semakin besar manajemen laba dalam proksi abnormal cash flow. 2.2 Indeks CG Terhadap Abnormal Discretionary Expense Model pertama digunakan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate governance yang diukur dengan corporate governance index, variabel leverage merupakan rasio total utang terhadap total asset perusahaan pada akhir tahun sebagai variabel kontrol terhadap manajemen laba riil Melalui Abnormal Discretionary Expense. a. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi dari model regresi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R-square digunakan untuk mengetahui besarnya pengungkapan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
104
dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi dari model regresi penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.23 Uji Koefisien Determinasi Abnormal Discretionary Expense (ADIEXP)
R
Model 1
a
.
.269
R Square
Adjusted R Square
.073
Std. Error of the Estimate
.060 0.675536
a. Predictors: (Constant), LEV, INDXCG b. Dependent Variable: ADIEXP Sumber : data diolah 2016
Pada tabel di atas menunjukkan nilai adjusted 0,060.
Hal
R-square
sebesar
ini berarti bahwa 6,% variasi jumlah Abnormal Cost
Discretionary Expense (ADIEXP) dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel-variabel INDEXCG dan LEV. Sedangkan hasil pengurangan (100% - 6%) = 94% jumlah ADIEXP dapat dijelaskan oleh variabel lain.
b.
Analisis Signifikansi Simultan (F-test) Model 1 Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara
simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
105
Tabel 5.24 Hasil Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F) Model Sum of Squares
Model Regression 1
.054
df
2
Residual
.685
150
Total
.738
152
Mean Square
.027
F
5.863
Sig.
.004a
.005
a Predictors: (Constant), LEV, INDXCG b Dependent Variable: ADIEXP Sumber: Hasil Perhitungan SPSS, 2016 (diolah)
Tingkat keyakinan yang digunakan sebesar 95%, α = 5%, df1 (jumlah variabel-1) = 2 dan df2 (n-3) atau 153-3 = 150. Hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 3,066 dengan F hitung sebesar 5.863. Kesimpulannya adalah hasil yang diperoleh menunjukkan F hitung > F tabel (5.863 > 3,066) dan signifikasi < 0,05 yaitu (0,004 < 0.05), maka dapat dinyatakan bahwa variabel IDXCG dan LEV secara bersama-sama berpengaruh terhadap abnormal Discretionary Expense. c.
Analisis Signifikansi Parsial (t-test) Model 1 Uji signifikansi parsial atau uji t, pada dasarnya menunjukkan seberapa
jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil pengujian parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
106
Tabel 5.25 Hasil Pengujian Signifikansi Parsial (Uji t) Model 1 Variabel Independen
Koefisien Regresi
INDEXCG LEV
t hitung
Signifikansi (α)
-.254
-3.130
.002
.046
568
.571
Sumber: Hasil Perhitungan SPSS, 2016(diolah).
Berdasarkan Tabel 5.25 di atas, menunjukkan bahwa nilai t hitung variabel corporate governance indeks sebesar -3.130 dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0,002. Karena nilai signifikansi 0,002 < 0,10 (taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini), berarti corporate governance index berpengaruh negative signifikan terhadap manajemen laba riil melalui Abnormal Discretionary Expense.. Selanjutnya, nilai t hitung variabel kontrol LEV sebesar 568 dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0.571> 0,10, berarti LEV tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba riil melalui Abnormal
Discretionary Expense d.
Analisis Regresi Linier Berganda Model 1 Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Tabel 5.26 Hasil Analisis Koefisien Regresi Model 1 Model 1
(Constant) IDXCG LEV
Unstandardized Coefficients B Std. Error .354
.068
-.003
.001
.017
.029
Standardized Coefficients Beta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
t
Sig.
5.236
.000
-.254
-3.130
.002
.046
.568
.571
107
a. Dependent Variable : ADIEXP Keterangan :
ADIEXP = Manajemen Laba melalui riil melalui Abnormal Discretionary Expense (Y). INDEXCG = Penerapan Good Corporate Governance yang diukur dengan Corporate Governance Index (X 1 ), LEV (X 2 )
Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk melihat dan menganalisa setiap pengaruh variabel – variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Hasil analisis regresi linear yang telah dilakukan maka kemudian dimasukkan ke dalam persamaan sebagai berikut : ADIEXP= 0,354 – 0,003 INDXCG + 0,017 LEV + e Dimana : 1.
Hasil diatas menunjukkan konstanta sebesar 0,354, menyatakan jika dianggap tidak ada INDEXCG dan GROWTH maka perubahan abnormal Discretionary Expense sebesar 0,354 kali. Dengan kata lain apabila variabel independen dalam model diatas diasumsikan sama dengan 0 nilainya atau konstan, maka nilai rata-rata abnormal cash flow akan bertambah sebesar 0,354.
2.
Hasil koefisien regresi variabel INDXCG sebesar -0,003. diartikan jika
Hasil tersebut
variabel independen lain nilainya tetap dan INDXCG
mengalami kenaikan sebesar 1%, maka ADIEXP (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,003%. Koefisien bernilai negatif menyatakan adanya hubungan negatif atau berbanding terbalik antara INDXCG dengan ADIEXP, jadi semakin besar INDXCG, maka semakin kecil manajemen laba dalam proksi abnormal Discretionary Expense.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
108
3.
Hasil koefisien regresi variabel LEV sebesar 0.017. Hasil tersebut diartikan jika variabel independen lain nilainya tetap dan LEV mengalami kenaikan sebesar 1%, maka ADIEXP (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,0171%. Koefisien bernilai positif menyatakan adanya hubungan positif atau searah antara lev dengan ADIEXP, jadi semakin besar lev, maka semakin besar manajemen laba dalam proksi abnormal Discretionary Expense.
2.3 Indeks CG Terhadap Abnormal Production Cost Model pertama digunakan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate governance yang diukur dengan corporate governance index, variabel leverage merupakan rasio total utang terhadap total asset perusahaan pada akhir tahun sebagai variabel kontrol terhadap manajemen laba riil Melalui Abnormal Discretionary Expense. a. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi dari model regresi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R-square digunakan untuk mengetahui besarnya pengungkapan yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi dari model regresi penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
109
Tabel 5.27 Uji Koefisien Determinasi Abnormal Production Cost (APROD)
R
Model
R Square .313a
1
Adjusted R Square
.098
Std. Error of the Estimate
.086
.1457490
. Predictors: (Constant), LEV, INDXCG . Dependent Variable: ADPROD Sumber : data diolah 2016
Pada tabel di atas menunjukkan nilai adjusted
R-square
sebesar
0,086. Hal ini berarti bahwa 8.6% variasi jumlah Abnormal Production (APROD) dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel-variabel INDEXCG dan LEV. Sedangkan hasil pengurangan (100% - 8.6 = 91% jumlah abnormal Production (APROD) dapat dijelaskan oleh variabel lain b.
Analisis Signifikansi Simultan (F-test) Model 1 Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara
simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.28 Hasil Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F) Model Model Regression 1
Sum of Squares
.347
df
2
Residual
3.186
150
Total
3.533
152
Mean Square
a Predictors: (Constant), lev, INDXCG b Dependent Variable: Aprod Sumber: Hasil Perhitungan SPSS, 2016 (diolah)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
.173 .021
F
8.157
Sig.
.000a
110
Tingkat keyakinan yang digunakan sebesar 95%, α = 5%, df1 (jumlah variabel-1) = 2 dan df2 (n-3) atau 153-3 = 150. Hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 3,066 dengan F hitung sebesar 8.157. Kesimpulannya adalah hasil yang diperoleh menunjukkan F hitung > F tabel (8.157> 3,066) dan signifikasi < 0,05 yaitu (0,000 < 0.05), maka dapat dinyatakan bahwa variabel INDEXCG dan LEV secara bersama-sama berpengaruh terhadap APROD
c.
Analisis Signifikansi Parsial (t-test) Model 1 Uji signifikansi parsial atau uji t, pada dasarnya menunjukkan seberapa
jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil pengujian parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.29 Hasil Pengujian Signifikansi Parsial (Uji t) Model 1 Variabel Independen INDEXCG LEV
Koefisien Regresi
t hitung
Signifikansi (α)
-.190
-2.369
.019
.207
2.580
.011
Dependent Variable: APROD Sumber: data diolah 2016
Berdasarkan Tabel 5.29 di atas, menunjukkan bahwa nilai t hitung variabel corporate governance indeks sebesar -2.369 dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi 0,019 < 0,10 (taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini), berarti corporate governance index berpengaruh negative signifikan terhadap manajemen laba riil melalui Abnormal production cost. Selanjutnya, nilai t hitung variabel kontrol leverage
http://digilib.mercubuana.ac.id/
111
sebesar 2.580 dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0,011 < 0,10, berarti LEV berpengaruh positif terhadap manajemen laba riil melalui Abnormal production cost. d.
Analisis Regresi Linier Berganda Model 1 Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan Tabel 5.30 Hasil Analisis Koefisien Regresi Model 1 Model (Constant) IDXCG LEV
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta ,287 ,146 -,005
,162 a. Dependent Variable : APROD Keterangan :
t 1,968
Sig. ,051
,002
-,190
-2,369
,019
,063
,207
2,580
,011
APROD = Manajemen Laba melalui riil melalui Abnormal production cost (Y). INDEXCG = Penerapan Good Corporate Governance yang diukur dengan Corporate Governance Index (X 1 LEV (X 2 )
Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk melihat dan menganalisa setiap pengaruh variabel – variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Hasil analisis regresi linear yang telah dilakukan maka kemudian dimasukkan ke dalam persamaan sebagai berikut : APROD = 0,287 – 0,005 INDEXCG + 0,162 LEV + e Dimana : 1. Hasil diatas menunjukkan konstanta sebesar 0,287, menyatakan jika dianggap tidak ada IDXCG dan LEV maka perubahan abnormal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
112
production sebesar 0,287 kali. Dengan kata lain apabila variabel independen dalam model diatas diasumsikan sama dengan 0 nilainya atau konstan, maka nilai rata-rata abnormal production akan bertambah sebesar 0,287. 2. Hasil koefisien regresi variabel INDXCG sebesar -0,005. Hasil tersebut diartikan jika
variabel independen lain nilainya tetap dan INDXCG
mengalami kenaikan sebesar 1%, maka APROD (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,005%. Koefisien bernilai negatif menyatakan adanya hubungan negatif atau berbanding terbalik antara INDXCG dengan ACFO, jadi semakin besar INDXCG, maka semakin kecil manajemen laba dalam proksi abnormal production. 3. Hasil koefisien regresi variabel LEV sebesar 0.162.
Hasil tersebut
diartikan jika variabel independen lain nilainya tetap dan LEV mengalami kenaikan sebesar 1%, maka ACFO (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,162%. Koefisien bernilai positif menyatakan adanya hubungan positif atau searah antara LEV dengan APROD, jadi semakin besar LEV, maka semakin besar manajemen laba dalam proksi abnormal production. 2.4 Indeks CG Terhadap Manajemen Laba riil Model pertama digunakan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate governance yang diukur dengan corporate governance index, variabel leverage merupakan rasio total utang terhadap total asset perusahaan pada akhir tahun sebagai variabel kontrol terhadap manajemen laba riil dengan proksi abnormal cash flow operation, abnormal discretionary expense, dan abnormal production cost yang dikembangkan oleh Roychowdhury (2006).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
113
a. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan suatu model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi dari model regresi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R-square digunakan untuk mengetahui besarnya pengungkapan yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi dari model regresi penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.31 Uji Koefisien Determinasi Manajemen Laba Riil
R
Model
R Square ,491a
1
Adjusted R Square
,241
Std. Error of the Estimate
,231
,2172054
. Predictors: (Constant), LEV, INDXCG . Dependent Variable: Riil Sumber : data diolah 2016
Pada tabel di atas menunjukkan nilai adjusted
R-square
sebesar
0,231. Hal ini berarti bahwa 23.1% variasi jumlah REAL dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel-variabel INDEXCG, dan Lev. Sedangkan hasil pengurangan (100% - 23.1%) = 77% jumlah aktivitas riil dapat dijelaskan oleh variabel lain. b.
Analisis Signifikansi Simultan (F-test) Model 1 Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara
simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
114
Tabel 5.32 Hasil Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F) Model Model Regression 1
Sum of Squares
Mean Square
df
.768
2
.384
Residual
5.141
129
.040
Total
5.909
131
F 9.636
Sig. .000a
a Predictors: (Constant), LEV, INDXCG b Dependent Variable: RIIL Sumber: Hasil Perhitungan SPSS, 2016 (diolah)
Tingkat keyakinan yang digunakan sebesar 95%, α = 5%, df1 (jumlah variabel-1) = 2 dan df2 (n-3) atau 132-3 = 129. Hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 3,077 dengan F hitung sebesar 9,636. Kesimpulannya adalah hasil yang diperoleh menunjukkan F hitung > F tabel (9,636> 3,077) dan signifikasi < 0,05 yaitu (0,000 < 0.05), maka dapat dinyatakan bahwa variabel INDEXCG dan LEV secara bersama-sama berpengaruh terhadap Manajemen laba riil. c.
Analisis Signifikansi Parsial (t-test) Model 1 Uji signifikansi parsial atau uji t, pada dasarnya menunjukkan seberapa
jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil pengujian parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
115
Tabel 5.33 Hasil Pengujian Signifikansi Parsial (Uji t) Model 1 Variabel Independen
Koefisien Regresi
INDEXCG LEV
t hitung
-,265 ,353
Signifikansi (α)
-3,610 4,809
,000 ,000
Berdasarkan Tabel 5.33di atas, menunjukkan bahwa nilai t hitung variabel corporate governance indeks sebesar -43.610 dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi 0,000 < 0,10 (taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini), berarti corporate governance index berpengaruh negative signifikan terhadap manajemen laba riil. Selanjutnya, nilai t hitung variabel kontrol leverage sebesar 4.809 dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0.00< 0,10, berarti
leverage berpengaruh positif terhadap
manajemen laba riil. d.
Analisis Regresi Linier Berganda Model 1 Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan Tabel 5.34 Hasil Analisis Koefisien Regresi Model 1 Model (Constant) IDXCG
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,756
,217
-,010
,003 ,094
LEV ,450 a. Dependent Variable : Riil Keterangan :
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
3,477
,001
-,265
-3,610
,000
,353
4,809
,000
Riil = Manajemen Laba melalui riil (Y). INDEXCG = Penerapan Good Corporate Governance yang diukur dengan Corporate Governance Index (X 1 ), LEV (X 2 )
http://digilib.mercubuana.ac.id/
116
Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk melihat dan menganalisa setiap pengaruh variabel – variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Hasil analisis regresi linear yang telah dilakukan maka kemudian dimasukkan ke dalam persamaan sebagai berikut : REAL = 0.756– 0,010 INDXCG +0,450 LEV + e Dimana : a.
Hasil diatas menunjukkan konstanta sebesar 0.756, menyatakan jika dianggap tidak ada IDXCG dan GROWTH maka perubahan aktivitas riil sebesar 0.756 kali. Dengan kata lain apabila variabel independen dalam model diatas diasumsikan sama dengan 0 nilainya atau konstan, maka nilai rata-rata aktivitas riil akan bertambah sebesar 0.756.
b.
Hasil koefisien regresi variabel tersebut diartikan jika
INDXCG sebesar
-0,010.
Hasil
variabel independen lain nilainya tetap dan
INDXCG mengalami kenaikan sebesar 1%, maka REAL (Y) akan mengalami penurunan sebesar 1%. Koefisien bernilai negatif menyatakan adanya hubungan negatif atau berbanding terbalik antara INDXCG dengan REAL, jadi semakin besar INDXCG, maka semakin kecil manajemen laba aktivitas riil. c.
Hasil koefisien regresi variabel LEV sebesar 0,450. diartikan jika
Hasil tersebut
variabel independen lain nilainya tetap dan LEV
mengalami kenaikan sebesar 1%, maka REAL (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 45%. Koefisien bernilai positif menyatakan adanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
117
hubungan positif atau berbanding lurus antara LEV dengan REAL, jadi semakin besar LEV, maka semakin besar juga manajemen laba aktivitas riil. 2.5 Indeks CG dan Manajemen Laba Riil Terhadap Keputusan Investasi Model Kedua digunakan untuk menguji pengaruh penerapan good corporate governance yang diukur dengan corporate governance index, ACFO, ADIEXP, APROD serta variabel leverage merupakan rasio total utang terhadap total asset perusahaan pada akhir tahun sebagai variabel kontrol terhadap Keputusan Investasi a.
Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan
suatu model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi dari model regresi yang ditunjukkan dengan nilai adjusted R-square digunakan untuk mengetahui besarnya pengungkapan yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi dari model regresi penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 5.35 Uji Koefisien Determinasi Keputusan Investasi
Model 1
R
Adjusted R Square
R Square ,327a
,107
,077
Std. Error of the Estimate 7,8603662
. Predictors: (Constant), LEV, ACFO, INDEXCG, ADIEXP, APROD
Pada tabel di atas menunjukkan nilai adjusted R-square sebesar 0,077. Hal ini berarti bahwa 7.7% variasi jumlah
keputusan investasi (INV) dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
118
dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel-variabel INDEXCG, ACFO, ADIEXP, APROD, REAL dan LEV. Sedangkan hasil pengurangan (100% - 7.7%) = 92.3% jumlah keputusan investasi dapat dijelaskan oleh variabel lain b.
Analisis Signifikansi Simultan (F-test) Model 1 Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara
simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5.36 Hasil Pengujian Signifikansi Simultan (Uji F) Model Model Regression 1 Residual Total
Sum of Squares
Mean Square
df
1089,286
5
217,857
9082,448
147
61,785
10171,734
152
F 3,526
Sig. ,005a
a Predictors: (Constant), LEV, INDXCG, ACFO, ADIEXP,APROD b Dependent Variable: INV Sumber: Hasil Perhitungan SPSS, 2016 (diolah)
Tingkat keyakinan yang digunakan sebesar 95%, α = 5%, df1 (jumlah variabel-1) = 5 dan df2 (n-6) atau 153-6 = 147. Hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 2,288 dengan F hitung sebesar 3.526. Kesimpulannya adalah hasil yang diperoleh menunjukkan F hitung > F tabel (3.526> 2,288) dan signifikasi < 0,05 yaitu (0,005 < 0.05), maka dapat dinyatakan bahwa variabel INDEXCG, ACFO, APROD, ADIEXP, REAL dan LEV secara bersamasama berpengaruh terhadap keputusan investasi (INV).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
119
c.
Analisis Signifikansi Parsial (t-test) Model 1 Uji signifikansi parsial atau uji t, pada dasarnya menunjukkan seberapa
jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil pengujian parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 5.37 Hasil Pengujian Signifikansi Parsial (Uji t) Model 2 Variabel Independen
Koefisien Regresi
INDEXCG ACFO ADIEXP APROD LEV Dependent Variable: Keputusan Investasi
t hitung
Signifikansi (α)
,147
1,746
,083
,104 -,262
1,078 -3,039
,283 ,003
-,013 -,074
-,155 -,794
,877 ,428
Sumber: data diolah 2016
Berdasarkan Tabel 5.37 di atas, menunjukkan bahwa nilai t hitung variabel corporate governance indeks sebesar 1.746 dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0,083. Karena nilai signifikansi 0,083 < 0,10 (taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini), berarti corporate governance index berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. Selanjutnya, nilai t hitung Abnormal cash flow sebesar 1.078 nilai dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0,283. Karena nilai signifikansi 0,283 > 0,010 (taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini), berarti Abnormal cash flow tidak berpengaruh
terhadap
discretionery expense
keputusan
investasi,
nilai
t hitung
Abnormal
sebesar -3.039 nilai dengan nilai signifikansi (α)
sebesar 0,003. Karena nilai signifikansi 0,003 < 0,10 (taraf signifikansi yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
120
digunakan dalam penelitian ini), berarti Abnormal discretionery expense berpengaruh negative signifikan terhadap keputusan investasi,
nilai t hitung
Abnormal production cost sebesar -.155 nilai dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0,877. Karena nilai signifikansi 0,877 > 0,10 (taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini), berarti Abnormal production cost tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi,. Selanjutnya nilai t hitung, variabel kontrol leverage sebesar -794 dengan nilai signifikansi (α) sebesar 0.428 > 0,10, berarti leverage tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi d.
Analisis Regresi Linier Berganda Model 2 Analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.
Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan Tabel 5.38 Hasil Analisis Koefisien Regresi Model 2 Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 5,438 8,560
Model 1
(Constant) IDXCG ACFO ADIEXP APROD LEV
a. Dependent Variable : INV
t ,635
Sig. ,526
,191
,110
,147
1,746
,083
7,715
7,155
,104
1,078
,283
-30,798
10,133
-,262
-3,039
,003
-,713
4,610
-,013
-,155
,877
-3,111
3,918
-,074
-,794
,428
Keterangan :
INV = keputusan investasi (Y) , INDXCG = Penerapan Good Corporate Governance yang diukur dengan Corporate Governance Index (X 1 ), ACFO= Abnormal Cash Flow Operation (X 2 ), ADIEXP=Abnormal Discretionary Expense (X 3 ), APROD=Abnormal Production Cost (X 4 ), leverage (X 5 ), Sumber: Hasil Perhitungan SPSS, 2016 (diolah).
Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk melihat dan menganalisa setiap pengaruh variabel – variabel bebas terhadap variabel tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
121
bebas. Hasil analisis regresi linear yang telah dilakukan maka kemudian dimasukkan ke dalam persamaan sebagai berikut : INV = 5.438 + 0,191 INDXCG +7.715ACFO –30.798 ADIEXP – 0.713 APROD -3.111 LEV + e Dimana : a. Hasil diatas menunjukkan konstanta sebesar 5.438, menyatakan jika dianggap tidak ada INDEXCG, ACFO, ADIEXP, APROD dan LEV maka perubahan keputusan investasi
sebesar 5.438 kali. Dengan kata lain
apabila variabel independen dalam model diatas diasumsikan sama dengan 0 nilainya atau konstan, maka nilai rata-rata keputusan investasi akan berkurang sebesar 1,885. b. Hasil koefisien regresi variabel INDXCG sebesar 0,191. Hasil tersebut diartikan jika
variabel independen lain nilainya tetap dan INDEXCG
mengalami kenaikan sebesar 1%, maka INV (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 19.1%. Koefisien bernilai positif menyatakan adanya hubungan positif atau berbanding lurus antara INDEXCG dengan INV, jadi semakin besar INDEXCG, maka semakin besar juga keputusan investasi (INV). c. Hasil koefisien regresi variabel ACFO sebesar 7.715. diartikan jika
Hasil tersebut
variabel independen lain nilainya tetap dan ACFO
mengalami kenaikan sebesar 1%, maka INV (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 7.715. Koefisien bernilai positif menyatakan adanya hubungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
122
searah
antara ACFO dengan INV, jadi semakin
kecil ACFO, maka
semakin kecil juga keputusan investasi (INV). d. Hasil koefisien regresi variabel tersebut diartikan jika
ADIEXP
sebesar
-30.798.
Hasil
variabel independen lain nilainya tetap dan
ADIEXP mengalami kenaikan sebesar 1%, maka INV (Y) akan mengalami penurunan sebesar 30,79%. Koefisien bernilai negatif menyatakan adanya hubungan negative atau berlawan arah
antara
ADIEXP dengan INV, jadi semakin kecil ADIEXP, maka semakin besar juga keputusan investasi (INV). e. Hasil koefisien regresi variabel APROD sebesar -0.713. Hasil tersebut diartikan jika
variabel independen lain nilainya tetap dan APROD
mengalami kenaikan sebesar 1%, maka INV (Y) akan mengalami penurunan sebesar 7.13%. Koefisien bernilai negatif menyatakan adanya hubungan negative atau berlawan arah antara APROD dengan INV, jadi semakin kecil APROD, maka semakin besar juga keputusan investasi (INV). f. Hasil koefisien regresi variabel leverage sebesar -3.111 Hasil tersebut diartikan jika variabel independen lain nilainya tetap dan LEV mengalami kenaikan sebesar 1%, maka INV (Y) akan mengalami penurunan sebesar 31.1%. C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian regresi linier berganda yang telah diuraikan sebelumnya, pembahasan pada penelitian ini mengenai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
123
1. Pengaruh Good Corporate Governance indeks terhadap Manajemen Laba riil proksi Abnormal Cash Flow Hasil uji hipotesis H1a “ pengaruh GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD berpengaruh terhadap manajemen laba rill proksi Abnormal Cash Flow” diterima, dengan proksi abnormal cash flow yang ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar -2.456, dan nilai signifikansi sebesar 0,015 < 0.10. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable kualitas GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD berpengaruh negative terhadap manajemen laba riil, hasil peneltian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lia Agustin (2010) yang menyatakan kualitas GCG indexs berpengaruh negative terhadap manajemen laba. Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini
menyatakan bahwa kualitas GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Skor yang terdapat dalam IICD menggambarkan kualitas GCG yang dilakukan perusahaan. Semakin besar skor dalam IICD maka semakin baik kualitas GCG pada perusahaan tersebut sehingga tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan menjadi semakin kecil, hal ini sesuai dengan tujuan good corporate governance yaitu meminimalisir manajemen laba. Menurut Roychowdhury (2006), teknik manajemen laba riil dapat dilakukan dengan cara memanipulasi penjualan, produksi secara berlebihan, dan mengurangi pengeluaran diskresioner. Manajemen laba riil yang dilakukan oleh manajemen memperlihatkan kinerja jangka pendek perusahaan yang baik namun secara potensial akan menurunkan nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
124
Tjager et al., (2003) mendefinisikan mekanisme corporate governance sebagai suatu sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders), dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Mekanisme corporate governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahankesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. Penerapan good corporate governance yang baik dapat meningkatkan nilai perusahaan karena mengurangi risiko perusahaan dari keputusan-keputusan pihak manajemen yang cenderung mengutamakan kepentingan pribadi. Penerapan good corporate governance juga dapat meningkatkan kepercayaan para investor (Newell dan Wlison, 2002). Meningkatnya kepercayaan investor tersebut disebabkan karena penerapan GCG dianggap mampu memberikan perlindungan yang efektif terhadap investor dalam memperoleh kembali investasinya dengan wajar (Tjager et al., 2003). Penerapan good corporate governance yang baik dapat mengurangi risiko perusahaan dari keputusan-keputusan pihak manajemen yang cenderung mengutamakan kepentingan pribadi. Selain itu, penerapan good corporate governance juga dapat meningkatkan kepercayaan para investor (Newell dan Wlison, 2002). Meningkatnya kepercayaan investor tersebut disebabkan karena penerapan GCG yang baik dianggap mampu memberikan perlindungan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
125
efektif terhadap investor dalam memperoleh kembali investasinya dengan wajar (Tjager et al., 2003). 2. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba proksi Abnormal Discretionary Expense Hasil uji hipotesis H1b “ pengaruh GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD berpengaruh terhadap manajemen laba rill proksi Abnormal Discretionary Expense diterima,
yang ditunjukkan dengan koefisien regresi
sebesar -3.130, dan nilai signifikansi sebesar 0,002 < 0.10. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable kualitas GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD berpengaruh negative terhadap manajemen laba riil proksi Abnormal Discretionary Expense,
hasil peneltian ini konsisten dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lia Agustin (2010) yang menyatakan kualitas GCG indexs berpengaruh negative terhadap manajemen laba. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa kualitas GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Skor yang terdapat dalam IICD menggambarkan kualitas GCG yang dilakukan perusahaan. Semakin besar skor dalam IICD maka semakin baik kualitas GCG pada perusahaan tersebut sehingga tindakan
manajemen laba yang dilakukan
perusahaan menjadi semakin kecil, hal ini sesuai dengan tujuan good corporate governance yaitu meminimalisir manajemen laba.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
126
3. Pengaruh Good Corporate Governance Indeks terhadap Manajemen Laba Riil Proksi Abnormal Production Cost. Berdasarkan pada hasil dari analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa good corporate governance indeks Variabel
INDXCG memiliki p-value dalam kolom sig, yaitu 0,019 < 0,10,
artinya
signifikan dengan koefisien regresi sebesar -2.369. Dalam pengambilan hipotesis hasilnya adalah H0 ditolak dan H1b diterima, dimana artinya Index CG (INDEXCG) berpengaruh negatif terhadap APROD, hasil peneltian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lia Agustin (2010) yang menyatakan kualitas GCG indexs berpengaruh negative terhadap manajemen laba. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa kualitas GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Skor yang terdapat dalam IICD menggambarkan kualitas GCG yang dilakukan perusahaan. Semakin besar skor dalam IICD maka semakin baik kualitas GCG pada perusahaan tersebut sehingga tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan menjadi semakin kecil, hal ini sesuai dengan tujuan good corporate governance yaitu meminimalisir manajemen laba. 4. Pengaruh Good Corporate Governance Indeks terhadap Manajemen Laba Riil. Hasil uji hipotesis H1d “ pengaruh GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD berpengaruh terhadap manajemen laba rill” diterima, gabungan dari proksi abnormal cash flow, proksi Abnormal
dengan
Discretionary
Expense, proksi Abnormal Production cost yang ditunjukkan dengan koefisien
http://digilib.mercubuana.ac.id/
127
regresi sebesar -4.3610, dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0.10. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable kualitas GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD berpengaruh negative terhadap manajemen laba riil, hasil peneltian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lia Agustin (2010) yang menyatakan kualitas GCG indexs berpengaruh negative terhadap manajemen laba. Hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini
menyatakan bahwa kualitas GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD berpengaruh terhadap manajemen laba riil. Skor yang terdapat dalam IICD menggambarkan kualitas GCG yang dilakukan perusahaan. Semakin besar skor dalam IICD maka semakin baik kualitas GCG pada perusahaan tersebut sehingga tindakan manajemen laba yang dilakukan perusahaan menjadi semakin kecil, hal ini sesuai dengan tujuan good corporate governance yaitu meminimalisir manajemen laba. 5. Pengaruh Good Corporate Governance Indeks terhadap Keputusan Investasi. Hasil uji hipotesis H1e “ pengaruh GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD berpengaruh positis
terhadap
Keputusan Investasi”
yang
ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0.746, dan nilai signifikansi sebesar 0,083 < 10. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable kualitas GCG yang dijelaskan dengan skor dalam IICD keputusan investasi,
berpengaruh positif terhadap
hal ini sesuai paparan Achmad Daniri, Ketua Komite
Nasional Kebijakan Governance dalam Seminar Dampak Implementasi Good Governance Terhadap Peningkatan Investasi Korporasi dan Investasi Daerah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
128
GCG telah menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan berinvestasi di negara berkembang. Investor bahkan bersedia membayar lebih mahal untuk berinvestasi pada perusahaan yang telah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Direktur Bursa Efek Indonesia Hosein mengingatkan kepada emiten bahwa penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) telah menjadi jaminan perlindungan penting bagi investor.nnHosein pada “The 6th IICD CG Conference and Award” di Jakarta, Selasa malam, meminta emiten berlomba untuk menerapkan GCG dengan standar yang tinggi bahkan dapat menjadi jajaran atas di tingkat ASEAN.nn”GCG ini merupakan ‘gatekeeper’ perlindungan investor di pasar modal. Meskipun dalam penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata (mean) INDEKS CG tahun 2010 hingga 2013 sebesar 69,9863% berarti rata-rata perusahaan hanya memenuhi persyaratan minimum dalam penerapan CG dan masuk dalam katagori fair menurut kriteria penilaian praktik Good Corporate Governanance (GCG) yang ditetapkan oleh IICD. Hal ini menggambarkan
bahwa rata-rata perusahaan manufaktur di
Indonesia belum menunjukkan komitmen tinggi dalam menerapkan praktik GCG, namun membuktikan bahwa penerapan GCG mempengaruhi
keputusan yang
dibuat oleh investor untuk berivestasi. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gustianto (2014) yang menyatakan GCG berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. GCG telah menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan berinvestasi di negara berkembang. Investor bahkan bersedia membayar lebih mahal untuk berinvestasi pada perusahaan yang telah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, akan tetapi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
129
hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitra Ramdhani (2010) bahwa indeks CG tidak mempengaruhi PER. 5. Pengaruh Manajemen laba rill (proksi Abnormal Cash Flow terhadap Keputusan Investasi, . Hasil uji hipotesis H2a “ pengaruh manajemen laba riil proksi Abnormal Cash Flow terhadap Keputusan Investasi” yang ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar 1.078, dan nilai signifikansi sebesar 0,283> 0,10. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable manajemen laba riil proksi Abnormal Cash Flow tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Hal ini bisa disebabkan karena investor lebih melihat performa perusahaan melalui laba, meskipun penjualan meningkat tetapi penjualan tersebut banyak mengandung diskon sehingga mengakibatkan profit yang di dapat tidak meningkat secara signifikan. 6. Pengaruh Manajemen laba rill (proksi Abnormal Discretionary Expense) terhadap Keputusan Investasi. Hasil uji hipotesis H2b “ pengaruh manajemen laba riil proksi Abnormal Discretionary Expense terhadap Keputusan Investasi” yang ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar -3.039, dan nilai signifikansi sebesar 0,003 < 0.10. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable manajemen laba riil proksi Abnormal Discretionary Expense berpengaruh negative
terhadap
keputusan investasi, berpengaruh negative berarti semakin kecil manajemen laba rill melalui proksi Abnormal Discretionary Expense maka semakin tinggi Price
http://digilib.mercubuana.ac.id/
130
Earning Ratio. Menurut Roychowdhury (2006) biaya diskresioner terdiri dari biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, biaya penjualan, serta biaya administrasi dan umum. Perusahaan dapat menurunkan discretionary expenditures seperti beban penelitian dan pengembangan, iklan, dan penjualan, adminstrasi, dan umum terutama dalam periode di mana pengeluaran tersebut tidak langsung menyebabkan pendapatan dan laba. Strategi ini dapat meningkatkan laba dan arus kas periode saat ini, dengan meningkatnya laba berarti memperkecil PER, PER merupakan angka psikologis bagi investor dimana investor lebih menyukai PER yang kecil karna, PER yang rendah disebabkan earning per share lebih tinggi dibanding harga sahamnya, sehingga tingkat returnya lebih baik dan pay back rationya lebih singkat lagi. PER (Price Earning Ratio) yang kecil merupakan salah satu pertimbangan utama bagi value investing disamping factor-faktor lainnya.
7. Pengaruh Manajemen laba rill (proksi Abnormal Production cost) terhadap Keputusan Investasi. Hasil uji hipotesis H2c “ pengaruh Abnormal Cash Flow terhadap
manajemen laba riil proksi
Keputusan Investasi”
yang ditunjukkan
dengan koefisien regresi sebesar -155, dan nilai signifikansi sebesar 0,877> 0.10. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variable manajemen laba riil proksi Abnormal Production tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Hal ini karena peningkatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan tidak meningkatkan minat investor untuk melakukan pembelian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
131
saham. Dan dalam penelitian ini dilihat statistik deskriptif variabel rata-rata dari manajemen laba riil yang dilakukan melalui proksi abnormal production cost lebih kecil dibandingan dengan proksi abnormal discretionary expense. 3. Pengaruh leverage terhadap Manajemen Laba dan keputusan Investasi Leverage merupakan perbandingan antara utang dan aktiva yang menunjukkan beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Ukuran ini berhubungan dengan keberadaan dan ketat tidaknya suatu persetujuan utang. Perusahaan yang memiliki kemungkinan lebih tinggi dalam melanggar perjanjian utang cenderung terlibat dalam praktik manajemen laba untuk meningkatkan laba perusahaan. Berdasarkan hasil pengujian Model Pertama, variabel leverage memiliki nilai koefisien regresi sebesar 6.787 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,00. Hal ini berarti leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba melalui abnormal cash flow, Selanjutnya, pada pengujian Model Kedua, nilai koefisien regresi variabel leverage sebesar 0.580 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,011, yang berarti bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba melalui aktivitas riil. Namun lev tidak berpengaruh terhadap ADIEXP, hasil pengujian ini juga menemukan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba melalui abnormal Production. Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang. Dengan semakin banyaknya hutang maka manajemen harus dapat lebih
meyakinkan
pihak
kreditur
bahwa
perusahaan
tetap
dapat
mengembalikan pokok pinjaman beserta bunganya. Leverage yang tinggi akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
132
berpengaruh dengan nilai pembiayaan yang juga tinggi dengan maksud untuk mempertahankan kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang, dengan mempertahankan kinerja perusahaan tersebut, diharapkan kreditur juga akan tetap memiliki kepercayaan terhadap manajemen perusahaan (Subhan, 2011). Temuan penelitian diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Subhan (2011) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Leverage tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi hal ini ditunjukan dengan nilai koefisien regresi variabel leverage sebesar -0.794 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,428 > 0.10, yang berarti bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi. Temuan penelitian diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Hanum (2012) menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/