BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analaisis Tata Letak Jalur pada Stasiun Muara Enim 1.
Kondisi Eksisting Stasiun Muara Enim Stasiun Muara Enim merupakan stasiun yang berada di Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Stasiun ini berada pada perlintasan layanan
Muara Enim – Lahat yang melintasi 4
stasiun yaitu Stasiun Lahat, Stasiun Suka Cinta , Stasiun Banjarsari dan Stasiun Muara Enim. Seperti yang terlihat pada Gambar 5.1 terletak di KM 396+093. Elevasi stasiun di lintas layanan Muara Enim – Lahat cenderung naik ke arah Stasiun Lahat. Stasiun Muara Enim tepatnya berada pada elevasi +37 m dari permukaan laut, posisi paling rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya yang ada di lintas layanan Muara Enim – Lahat. Jarak stasiun terdekat yaitu Stasiun Banjarsari yang bejarak 10.724 meter. Pada lintas layan Muara Enim – Lahat kecepatan maksimalyang diizinkan sebesar 70 km/jam.
Gambar 5.1 Gapeka Subdivre 3.1 KPT (Sumber: PT KAI, 2015)
39
40
Stasiun Muara Enim termasuk dalam tipe stasiun kecil. Stasiun ini memiliki 3 jalur kereta, yaitu 1 jalur raya pada jalur II dengan panjang sepur 419 m dengan jalur efektifnya 347 m. Jalur I dan III merupakan jalur sayap yang masing-masing memiliki panjang sepur 1345 m untuk jalur I dan untuk jalur III panjang sepur 407 m. Stasiun Muara Enim juga memiliki 1 jalur simpan yang berfungsi untuk menyimpan alat untuk perbaikan jalur kereta.Panjang sepur jalur simpan adalah 184 m. Stasiun ini termasuk dalam jenis stasiun penumpang yang hanya melayani naik turun penumpang kereta api, tidak untuk bongkar muat kereta barang. Selain itu, stasiun ini dapat digunakan sebagai stasiun persilangan atau penyusulan dengan panjang rangkaian terbatas. Gambar 5.2 menunjukkan keadaan bangunan eksisting Stasiun Muara Enim dan Gambar 5.3 menunjukkan jalur eksisting yang ada di Stasiun Muara Enim.
Gambar 5.2 Gedung Stasiun Muara Enim (Sumber:PT KAI, 2015)
41
Gambar 5.3 Eksisting Jalur Kereta Api Stasiun Muraa Enim (Sumber:PT KAI, 2015) Berdasarkan hasil analisis, Stasiun Muara Enim hanya akan digunakan untuk rangkaian KA penumpang shingga tidak dapat dilakukan perpanjangan jalur efektif, mengingat panjang emplasemen tidak memadai, sedangkan untuk dilakukan penambahan panjang emplasemen sulit dilakukan karena sebelum dan setelah stasiun masing-masing terdapat lengkung yang berjarijari, perlintasan JPL 123 (Jalan lintas Prabumulih-Muara Enim, lebar 6 meter, 38 meter dari wesel terluar) dan JPL 124 (Jalan H. Pangeran Danal, lebar 4 meter, 1 meter dari wesel terluar) dan percabangan jalur ke arah Tanjungenim baru. Pada lintas layanan Muara Enim – Lahat jumlah perjalanan kereta api yang dilayani oleh PT. Kereta Api Indonesia Divre III, Sumatera Selatan dan Lampung untuk KA penumpang berjumlah 4 perjalanan dan KA barang berjumlah 16 perjalanan seperti yang terlihat dalam Tabel 5.1 Sedangkan Stasiun Muara Enim setiap harinya dilewati oleh 44 kereta api yang mana melayani dua rute perjalanan, yaitu rute Muara Enim – Lahat dan rute Kertapati – Tanjung Enim Baru. Tabel 5.2 menunjukkan kereta api yang melintas di Stasiun Muara Enim.
42
Tabel 5.1 Data kereta api lintas layanan Muara Enim – Lahat
No
1
2
3
Jarak
Petak Jalan
(km)
Muara Enim – Banjarsari Banjarsari – Sukacinta Sukacinta – Lahat
KA Penumpang Jumlah
V (km/jam)
KA Barang Jumlah
Jumlah
V
KA
(km/jam)
Total
10,73
4
70
16
70
20
16,80
4
70
16
70
20
10,52
4
70
16
70
20
(Sumber PT. Kereta Api Indonesia Divre III)
Tabel 5.2 Jadwal kereta api di Stasiun Muara Enim Nomor Kereta Api 3102 3044 3122 3153 3124 3168 3139
Jam Datang Berangkat 0.16 0.38 1.14 1.49 2.09 2.10 2.37 2.45 2.42 2.43 3.00 3.14 3.11 3.12
Jurusan Dari Tanjung Enim Baru Tanjung Enim Baru Lahat Kertapati Lahat Tanjung Enim Baru Kertapati
3115
4.03
4.13
Kertapati
3126 3121 3104 3151 3128 3123 3106 3130 3125
5.38 6.07 6.30 7.06 7.38 8.07 8.41 8.38 9.07
5.39 6.08 6.38 7.41 7.39 8.08 8.10 8.39 9.08
Lahat Kertapati Tanjung Enim Baru Kertapati Lahat Kertapati Tanjung Enim Baru Suka Cinta Kertapati
3105
10.03
10.13
Kertapati
3132 3108
10.25 10.44
10.26 10.58
Lahat Tanjung Enim Baru
Ke Kertapati Pbr X6 Kertapati Lubuk Linggau Kertapati Pbr X6 Lahat Tanjung Enim Baru Kertapati Lahat Kertapati Lahat Kertapati Lahat Kertapati Kertapati Lahat Tanjung Enim Baru Kertapati Kertapati
43
Tabel 5.2 Lanjutan Nomor Kereta Api 3127 S5 S6 3110 3129 3134 3152 3131
Jam
Jurusan
Datang
Berangkat
Dari
Ke
11.28 12.42 12.48 13.08 13.46 15.08 15.31 15.37
11.29 12.50 12.54 13.16 13.47 15.09 16.08 15.38
Kertapati Kertapati Lubuk Linggau Tanjung Enim Baru Kertapati Lahat Lahat Kertapati
3107
16.36
17.00
Kertapati
3112
16.58
17.09
Tanjung Enim Baru
3043
17.07
17.17
Kertapati
3136 3154 3133
17.38 18.02 18.07
17.39 18.12 18.08
Lahat Lubuk Linggau Kertapati
3109
19.03
19.13
Kertapati
3138 3135 3076 3137
19.38 20.07 20.44 22.13
19.39 20.08 20.52 22.14
Lahat Kertapati Tanjung Enim Baru Kertapati
3167
21.22
21.45
Pbr X6
3113
23.02
23.11
Kertapati
S4 S3 3140
23.22 23.35 23.47
23.37 23.51 23.48
Lubuk Linggau Kertapati Lahat
Lahat Lubuk Linggau Kertapati Kertapati Lahat Kertapati Kertapati Lahat Tanjung Enim Baru Kertapati Tanjung Enim Baru Kertapati Kertapati Lahat Tanjung Enim Baru Kertapati Lahat Pbr X6 Lahat Tanjung Enim Baru Tanjung Enim Baru Kertapati Lubuk Linggau Kertapati
(Sumber: PT KAI, 2015) Untuk jalur lintas layan Muara Enim – Lahat setiap harinya melayani dua kereta penumpang yaitu kereta KA Serelo dan KA Sindang Marga. KA Serelo merupakan kereta api kelas ekonomi AC yang melayani koridor Lubuklinggau - Kertapati, sedangkan KA Sindang Marga merupakan KA kelas eksekutif dan bisnis AC yang
melayani koridor Lubuklinggau –
Kertapati. Rangkaian KA Serelo biasanya terdiri dari 5 kereta kelas ekonomi
44
(K3), 1 kereta makan pembangkit ekonomi (KMP3) dan kereta "aling-aling" eks kereta kelas bisnis (K2). Kereta api Sindang Marga berkapasitas 360 penumpang dengan membawa 2 kereta eksekutif, 1 KMP2 (kereta makan pembangkit kelas bisnis), 4 kereta bisnis, dan 1 kereta "aling-aling" eks K2. Dalam sekali jalan biasanya ditarik lokomotif jenis CC201. Menurut Kurniawan (2016), pada tahun 2016 jumlah penumpang pada lintas layan Muara Enim - Lahat adalah 386 orang per perjalanan. Menurut RIPNAS akan ada pertumbuhan jumlah penumpang sebesar 11 - 13% tiap tahunnya hinga 2030. Jika dihitung pertumbuhan jumlah penumpang hingga tahun 2030 dengan tingkat pertumbuhan penumpangtetap sebesar 13% /tahun maka hingga tahun 2030 jumlah penumpang kereta api diperkirakan sebesar 2136 orang. Tabel 5.3 menunjukkan peningkatan jumlah penumpang hingga tahun 2030.
Tabel 5.3 Pertumbuhan jumlah penumpang lintas layanan Muara Enim – Lahat Tahun Aspek
2016
2018
2020
2022
2024
2026
2028
2030
Tahun Ke -
0
2
4
6
8
10
12
14
Jml
386
493
629
804
1026
1310
1673
2136
Penumpang (Sumber: Kurniawan, 2016) Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang, PT. KAI berencana untuk menambah rangkaian gerbong kereta yang tadinya hanya 8 rangkaian gerbong kereta api menjadi 12 rangkaian. Selain itu juga akan ditambahkannya jumlah perjalanan kereta. Untuk dapat mengakomodasi peningkatan jumlah perjalanan KA tersebut maka dilakukan pembangunan jalur ganda pada lintas Muara Enim – Lahat. Pembangunan jalur ganda berakibat pada perubahan tata letak jalur rel di Stasiun Muara Enim. Untuk menampung jumlah perjalanan kereta api maka ditambahkan satu jalur sayap. Penyesuaian tata letak jalur ini dimaksudkan agar perjalanan kereta api bisa lebih efektif dan
45
optimal. Tata letak jalur kereta api yang baru digambarkan pada Gambar 5.5. Gambar 5.4 kondisi eksisting Stasiun Muara Enim.
Gambar 5.4 Layout jalur kereta api di Stasiun Muara Enim (Sumber: PT KAI, 2015)
Gambar 5.5 Desain rencana tata letak jalur di Stasiun Muara Enim
2.
Kondisi Tata Guna Lahan Tata guna lahan merupakan pemetaan suatu wilayah berdasarkan fungsi dan keadaan sebenarnya. Pemetaan ini digunakan untuk melihat wilayah suatu daerah dalam aspek fungsi wilayah tersebut. Untuk Stasiun Muara Enim dilakuakn survei tata guna lahan melalui foto udara yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementrian Perhubungan. Foto udara tersebut menunjukkan bahwa di sisi barat dan utara stasiun eksisting terdapat
46
pemukiman warga, disisi timur dan selatan stasiun eksiting terdapat jalan raya dan bangunan stasiun. Berdasarkan gambar foto udara, arah pengembangan jalur kereta api lebih memungkinkan ke arah sisi utara jalur eksisting karena pada sisi kanan jalur kerereta api masih ada lahan yang dapat digunakan untuk jalur baru. Sedangkan pada sisi selatan terdapat bangunan gedung stasiun.Selain itu pada sisi selatan dibatasi oleh jalan
raya Lintas Prabumulih – Muara Enim
sehingga tidak memungkinkan untuk penambahan jalur kereta api. Gambar 5.6 memperlihatkan foto udara Stasiun Muara Enim dan sekitarnya.
Gambar 5.6 Foto udara Stasiun Muara Enim (Sumber : PT KAI, 2015)
47
3.
Kondisi Toporafi Kondisi Topografi dari Stasiun Muara Enim dilihat dari peta topografi yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian,
Kementrian
Perhubungan berada apa kontur yang relatif datar. Elevasi terendah di sekitar Stasiun Muara Enim berada pada elevasi +33 m dan elevasi tertinggi yang terbaca dari peta tersebut adalah +36 m. Sedangkan elevasi emplasemen stasiun yang terbaca dari peta adalah +35,5 m. Gambar 5.7 menunjukkan topografi dari Stasiun Muara Enim.
Gambar 5.7 Peta topografi Stasiun Muara Enim (Sumber: PT KAI, 2015) Berdasarkan Gambar 5.7, diketahui bahwa rencana jalur kereta api ganda untuk di daerah Stasiun Muara Enim akan dibangun pada sisi utara jalur KA eksisting.
48
B. Panjang Sepur Efektif di Stasiun Muara Enim Panjang sepur efektif menurut Peraturan Dinas No. 10 tahun 1986 adalah panjang jalur aman penempatan rangkaian sarana kereta api dari kemungkinan terkena senggolan pergerakkan kereta api atau langsiran yang berasal dari jalur sisi sebelahnya. Kebutuhan panjang jalur efektif mempertimbangkan rangkaian kereta api yang melintasi stasiun tersebut. Kereta api penumpang terpanjang yang berhenti di Stasiun Muara Enim adalah KA Sindang Marga yang memiliki 8 rangkain gerbong dan ditarik oleh 1 lokomotif jenis CC201. Menurut rencana dalam satu rangkaian kereta api akan ada 12 gerbong yang ditarik oleh 1 lokomotif jenis CC205. Adanya penambahan gerbong menyebabkan perencanaan ulang jalur efektif eksisting. Berdasarkan Gambar 5.8 Stasiun Muara Enim memiliki 3 jalur yang digunakan. Untuk jalur I dan II memilki panjang sepur efektif 347 m dan untuk jalur III memiliki panjang sepur efektif 295 m.
Gambar 5.8 Layout jalur kereta api eksisting di Stasiun Muara Enim (Sumber: PT KAI, 2015)
49
Perhitungan panjang sepur efektif berdasarkan panjang rangkaian kereta penumpang eksisting adalah sebagai beriku: Panjang lokomotif CC201
: 14,134 m
Panjang gerbing
: 21 m
Panjang jalur efektif
: (1×14,134) + (8×21) = 182,134 m
Sementara itu, perhitungan panjang sepur efektif berdasarkan panjang rangkaian kereta penumpang rencana adalah sebagai beriku: Panjang lokomotif CC206
: 15,846 m
Panjang gerbong
: 21 m
Panjang jalur efektif
: (1×15,846) + (12×21) + 20 (faktor aman) : 287,846 m ≈ 290 m
Dari perhitungan di atas didapatkan hasil panjang jalur efektif rencana di Stasiun Muara Enim adalah 290 m. Untuk saat ini jalur sepur efektif eksisting di Stasiun Muara Enim maisng-masing memiliki panjang 347 meter untuk jalur I dan II. Untuk jalur III memilik jalur efektif sepanjang eksisting sepanjang 295 meter. Karena panjang jalur efektif rencana masih dalam batas aman maka panjang jalur efektif yang digunakan eksisting yaitu 347 m. Untuk jalur III direncanakan dijadikan sebagai jalur raya sehingga untuk jalur sepur efektifnya akan disesuaikan dengan jalur I dan II yaitu 347 meter. Untuk penambahan jalur sayap IV direncanakan dapat menampung panjang rangkaian kereta api penumpang rencana (290 meter) sehingga panjang sepur efektifnya akan disesuaikan yaitu sepanjang 347 meter. Berikut ini layout jalur rencana Stasiun Muara Enim dapat dilihat pada Gambar 5.9. Tabel 5.3 merupakan rekap rencana panjang jalur efektif di Stasiun Muara Enim.
50
Gambar 5.9 Layout jalur efektif rencana di Stasiun Muara Enim
Tabel 5.4 Rencana panjang sepur efektif No.
Aspek
1
Panjang efektif jalur I
2
Panjang efektif jalur II
3
Panjang efektif jalur III
4
Panjang efektif jalur IV
Eksisting
Kebutuhan Rencana
Dipakai
Kesimpulan Tetap pada
347 m
290 m
347 m
347 m
290 m
347 m
295 m
290 m
347 m
Ditambah
-
347 m
347 m
Ditambah
eksisting Tetap pada eksisting
Jalur III 5
Letak jalur raya
Jalur II
difungsikan
Jalur II
sebagai jalur
dan III
raya
Ditambah
51
C. Perencanaan Peron Menurut penempatannya peron dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu island platform dan side platform. Island platform adalah jenis peron yang diletakkan diantara jalur kereta api. Side platform adalah jenis peron yang diletakkan pada sisi dekat bangunan stasiun. Gambar 5.10 menunjukkan kondisi eksisting peron Stasiun Muara Enim. Saat ini Stasiun Muara Enim memiliki jenis peron island platform yang berada di antara jalur I dan jalur II. Peron tersebut termasuk dalam kategori peron sedang karena masih memiliki tinggi kurang dari 430 mm. Dari data tersebut maka peron di Stasiun Muara Enim perlu ditingkatkan untuk panjang, lebar dan tingginya, serta penambahan jumlah peron island platform untuk jalur sayap kereta api yang baru dibangun.
Gambar 5.10 Kondisi eksisting peron Stasiun Muara Enim (Sumber: PT KAI, 2015) Untuk Stasiun Muara Enim direncanakan menggunakan peron jenis tinggi, dengan panjang, lebar dan tinggi peron sebagai berikut: a.
Pemilihan Jenis Peron Perencanaan peron Stasiun Muara Enim akan menggunakan jenis peron island platform jenis tinggi. Penempatan peron jenis island platform akan diletakkan diantara jalur I dan II serta jalur III dan IV. Sesuai PM No 29 tahun 2011 jarak aman peron dari as jalur kereta api adalah 1600 mm. Batas aman peron tinggi dari jalur kereta api sesuai PM No. 29 tahun 2011 memiliki
52
garis batas aman peron 350 mm dari sisi luar ke as peron. Batas aman peron ini berupa garis kuning sehingga mudah terlihat dan bentuk permukaannya timbul sehingga membantu keamanan dan keselamatan untuk penumpang, khususnya penumpang yang memiliki kebutuhan khusus. b.
Panjang Peron Panjang peron direncanakan sesuai dengan panjang rangkaian kereta api terpanjang yang berhenti di stasiun tersebut. Direncanakan kereta api yang berhenti di Stasiun Muara Enim memiliki 12 rangkaian gerbong dengan 1 lokomotif dengan panjang total 290 meter. Perhitungan panjang rangkaian kereta api tersebut dijadikan acuan untuk panjang peron di stasiun. Jadi untuk panjang peron encana di Stasiun Muara Enim adalah 290 meter.
c.
Lebar Peron Lebar peron dihitung berdasarkan jumlah penumpang per jam sibuk dalam satu tahun. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 tahun 2011 tentang
Rencana
Induk
Perkeretaapian
Nasional
(RIPNAS)
jumlah
perpindahan penumpang kereta api di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2030 sebesar 5.522.000 orang/tahun. Perhitungan lebar dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. 0,64𝑀2 /𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 × 𝑉 × 𝐿𝐹 𝑙 0,64 × (5.522.000/365/24) × 80% 𝑏= = 1,12 𝑚 290 𝑏=
Dari hasil perhitungan didapatkan lebar peron sebesar 1,12 m. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 Tahun 2011 aturan lebar peron tinggi adalah 2 m. Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan diatas lebar peron belum mencapai 2 m. Untuk itu perencanaan peron digunakan lebar peron eksisting sebesar 2,5 m.
Gambar 5.11 menunjukkan gambar
melintang dari peron rencan di Stasiun Muara Enim. Gambar 5.12 menunjukkan layout peron di Stasiun Muara Enim. Tabel 5.4 menunjukkan rekap rencana desain peron di Stasiun Muara Enim.
53
Gambar 5.11 Tampak melintang peron di Stasiun Muara Enim
Gambar 5.12 Layout peron rencana di Stasiun Muar Enim
Tabel 5.5 Rekap rencana peron No
Aspek
Eksisting
Kebutuhan Rencana
Dipakai
1
Jumlah Peron
1 buah peron
2 buah peron
2 buah peron
2
Batas Aman Peron
Belum timbul
Dibuat timbul
Dibuat timbul
3
Panjang Peron
210m
290m
290m
4
Lebar Peron
2,5 m
1,12 m
2,5 m
5
Jenis Peron
Peron rendah
Peron tinggi
Peron tinggi
6
Tinggi
400 mm
1000 mm
1000 mm
54
D. Wesel Wesel terdapat
pada jalur-jalur distasiun, sebagai alat
untuk
memindahkan kereta dari jalur satu ke jalur lainnya. Selain itu wesel diletakkan pada percabangan jalur kereta untuk memindahkann kereta sesuai dengan arah tujuannya. Stasiun Muara Enim menggunakan wesel jenis 1:10 dan 1:12. Untuk wesel 1:10 memiliki kecepatan ijin 35 km/jam sedangkan untuk wesel 1:12 memiliki kecepatan ijin 45 km/jam. Tabel 5.6 menunjukkan jenis wesel dan kecepatan ijinnya. Tabel 5.6 Nomor dan Kecepatan Ijin Wesel Tg
1:8
1:10
1:12
1:14
1:16
1:20
No Wesel
W8
W10
W12
W14
W16
W20
25
35
45
50
60
70
Kec Ijin (km/jam)
(Sumber: Peraturan Menteri No 60 Tahun 2012) Selanjutnya untuk wesel yang akan digunakan untuk perencanaan jalur ganda akan digunakan wesel jenis 1:12 karena dianggap lebih efisien dibanding wesel 1:10. Wesel akan dipasang pada jalur masuk dan keluar stasiun. Gambar 5.11 menunjukkan layout jalur rencana kereta api di Stasiun Muara Enim.
Gambar 5.13 Layout rencana wesel di Stasiun Muara Enim
55
E. Fasilitas Operasi dan Persinyalan Persinyalan adalan elemen yang sangat penting di jalur kereta api. Sinyal diberikan oleh petugas jaga di stasiun. Sinyal ini memberi peringatan kepada masinis untuk berhenti atau melaju, serta apabila ada kecelakaan atau perbaikan jalur kereta supaya masinis memperlambat laju kereta api. Stasiun Muara Enim menggunakan persinyalan jenis mekanik. Jenis sinyal mekanik menggunakan sistem interlocking mekanik dan sinyal berbentuk semaphore menggunakan lengan. Selanjutnya sinyal mekanik akan diganti menggunakan sinyal elektrik. Sinyal elektrik menggunakan sistem interlocking elektrik dan sinyal berbentuk cahaya warna. Persinyalan elektrik mempunyai keunggulan dari pada persinyalan mekanik selain lebih mudah digunakan dan waktu pelayanannya yang cepat. Oleh karena itu, untuk pengoperasian jalur ganda akan sangat berguna dengan kepadatan kereta api yang melintas. Tabel 5.7 menunjukkan perbandingan antara persinyalan elektrik dan persinyalan mekanik. Layout rencana peletakkan sinyal dapat dilihat pada Gambar 5.14.
Tabel 5.7 Perbandingan Persinylan Elektrik dan Persinyalan Mekanik Aspek
Persinyalan Mekanik
Persinyalan Elktrik
Teknologi
Sederhana
Modern
Waktu Pelayanan
Lambat
Cepat
Media Transmisi
Kawat listrik
Kabel
Energi Penggerak
Tanpa listrik
Menggunakan listrik
Pengoperasian
Manual
Otomatis
(Sumber: Kurniawan, 2015)
56
Gambar 5.14 Layout rencana perletakkan sinyal
Tabel 5.8 Rangkuman rancangan tata letak jalur No.
Aspek
Eksisting
1
Jumlah Jalur
3 jalur
2
3
4
5
Panjang efektif jalur I Panjang efektif jalur II Panjang efektif jalur III Panjang efektif jalur IV
Kebutuhan
Dipakai
Kesimpulan
4 jalur
4 jalur
Ditambah
347 m
290 m
347 m
347 m
290 m
347 m
295 m
290 m
347 m
Ditambah
-
347 m
347 m
Ditambah
Rencana
Tetap pada eksisting Tetap pada eksisting
57
Tabel 5.8 Lanjutan
No.
Aspek
Eksisting
6
Letak jalur raya
Jalur II
Kebutuhan Rencana 2 jalur raya
Dipakai
Kesimpulan
Jalur III
Ditambah
sebagai jalur raya 7
Jumlah Peron
1 buah
2 buah
2 buah
Ditambah
peron
peron
peron
menjadi 2 peron
8
Batas Aman
Belum
Dibuat
Timbul
Ditingkatkan
Peron
timbul
timbul
9
Panjang Peron
210m
290m
290 m
Ditingkatkan
10
Lebar Peron
2,5 m
1,12 m
2,5
Tetap pada eksisting
11
Tinggi Peron
400 mm
1000 mm
1000
Ditingkatkan
12
Jenis Peron
Peron
Peron tinggi
Peron
Ditingkatkan
rendah
tinggi
13
Persinyalan
Mekanik
Elektrik
Elektrik
Ditingkatkan
14
Jenis Wesel
1:10 dan
1:12
1:12
Ditingkatkan
1:12