BAB IV SEJARAH GEOLOGI
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Berdasarkan data-data geologi primer yang meliputi data lapangan, data sekunder yang terdiri dari ciri litologi, umur dan lingkungan pengendapan, serta pola struktur dan mekanisme pembentukannya, serta ditambah dengan hasil interpretasi dan penafsiran, pada akhirnya dapat dibuat suatu sintesis geologi daerah penelitian yang menggambarkan sejarah geologi pada suatu kerangka ruang dan waktu. Penentuan sejarah geologi daerah penelitian juga mengacu pada sejarah geologi regional penelitipeneliti terdahulu. Sejarah geologi di daerah penelitian di mulai sejak akhir Miosen Awal, yaitu sejak batuan tertua di daerah penelitian pertama kali diendapkan, hingga saat ini (Resen). Kala Miosen Awal Pada kala akhir Miosen Awal, di daerah penelitian mulai diendapkan Formasi Tawun (Gambar 4.1) yang terdiri dari batugamping bioklastik dengan sisipan batulempung. Formasi Tawun diendapkan pada zona neritik tengah atau pada kedalaman 20 - 100 m. Saat pengendapan Formasi Tawun, di daerah penelitian mulai terjadi fasa regresi. Kala Miosen Tengah Pada awal Miosen Tengah (N.9 - N.10), Zona Rembang merupakan lingkungan pantai atau litoral, dan semakin ke selatan Zona Rembang menjadi laut terbuka dengan lingkungan pengendapan yang semakin dalam (Musliki, 2000). Fasa regresi yang telah dimulai pada saat pengendapan Formasi Tawun mencapai puncaknya pada saat pengendapan Formasi Ngrayong (Gambar 4.2). Fasa regresi ini disebabkan karena adanya suatu pengangkatan secara luas baik di Laut Jawa maupun di Cekungan Jawa Timur. Pengangkatan yang disertai dengan perlipatan kemudian disusul dengan pengikisan terjadi di Tinggian Tuban dan daerah Jalur Rembang Utara (Pringgoprawiro, 1983).
60
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Pengendapan Formasi Ngrayong dimulai sejak N.9 hingga N.11. Formasi Ngrayong diendapkan pada zona litoral sampai neritik tepi atau pada kedalaman 0 - 20 m. Formasi Ngrayong terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping bioklastik, batulanau, dan batulempung. Pada kala akhir Miosen Tengah, daerah penelitian mulai mengalami fasa transgresi. Pada fase transgresi, di beberapa tempat (daerah) terjadi lakun sedimentasi atau sebagai daerah tererosi. Hal ini terjadi oleh suatu peranan tektonik lokal yang berhubungan dengan Orogenesa Miosen Tengah (Djuhaeni, 1998 dalam Djuhaeni dan Nugroho, 2002) atau pergerakan ulang Sesar Kujung/Sakala (Djuhaeni dan Nugroho, 2002). Zona Rembang bagian selatan terangkat ke permukaan dan tererosi, terjadi ketiadaan pengendapan dan rumpang paleontologi (Musliki, 2000) (Gambar 4.3). Pada kala tengah Miosen Tengah hingga akhir Miosen Tengah (N.12 - N.14), mulai diendapkan Formasi Bulu pada lingkungan laut dangkal, dengan litologi berupa batugamping bioklastik. Formasi Bulu menindih Formasi Ngrayong secara tidak selaras (Gambar 4.4). Kala Miosen Akhir Fasa transgresi yang telah dimulai pada saat pengendapan Formasi Bulu mencapai puncaknya pada saat pengendapan Formasi Wonocolo (Gambar 4.5). Formasi Wonocolo diendapkan pada kala awal Miosen Akhir hingga tengah Miosen Akhir (N.15 - N.17), pada zona neritik tengah sampai neritik luar, dengan litologi yang terdiri dari napal dengan sisipan batugamping kalkarenit. Di bagian utara daerah penelitian, Formasi Wonocolo menindih Formasi Bulu secara selaras, tetapi di bagian selatan daerah penelitian, Formasi Wonocolo menindih Formasi Ngrayong yang ada di bawahnya secara tidak selaras. Pada kala akhir Miosen Akhir, diendapkan Formasi Ledok yang terdiri dari perselingan batupasir dan batugamping kalkarenit. Lingkungan pengendapan Formasi Ledok adalah neritik tengah sampai neritik luar atau pada kedalaman 20 - 200 m. Saat pengendapan Formasi Ledok, di daerah penelitian mulai terjadi fasa regresi (Gambar 4.6).
61
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Pengangkatan yang telah dimulai sejak akhir Miosen Awal, berlangsung terus hingga Miosen Akhir (Pringgoprawiro, 1983) (Gambar 4.7). Setelah itu terjadi subsidence dan transgresi regional (Satyana, 2004). Kala Pliosen Awal Pada kala Pliosen Awal, daerah penelitian mulai mengalami fasa transgresi. Pada kala ini, diendapkan Formasi Mundu pada zona neritik luar atau pada kedalaman 100 - 200 m, dengan litologi berupa napal. Di bagian selatan daerah penelitian, Formasi Mundu menindih formasi yang ada di bawahnya secara tidak selaras (Gambar 4.8). Kala Plio-Pleistosen Pada kala Plio-Pleistosen, terjadi orogenesa yang menyebabkan adanya pengangkatan dan perlipatan di seluruh Jawa Timur (Pringgoprawiro, 1983). Sehingga pada kala ini, daerah penelitian mengalami pengangkatan dan kemudian terjadi deformasi yang mengakibatkan daerah penelitian terlipat dan tersesarkan (Gambar 4.9). Kala Pleistosen - Resen Pada kala ini, daerah penelitian yang telah terangkat kemudian mulai mengalami pengaruh gaya eksogen yang bersifat destruktif. Erosi aktif mengakibatkan puncak antiklin menjadi lembah antiklin, sehingga batuan yang tertua tersingkap pada daerah penelitian dan memperlihatkan bentang alam seperti saat ini (Gambar 4.10).
62
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Gambar 4.1. Model geologi daerah penelitian pada kala akhir Miosen Awal.
Gambar 4.2. Model geologi daerah penelitian pada kala awal Miosen Tengah - tengah Miosen Tengah.
63
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Gambar 4.3. Model geologi daerah penelitian yang memperlihatkan pengangkatan pada kala tengah Miosen Tengah.
Gambar 4.4. Model geologi daerah penelitian pada kala akhir Miosen Tengah.
64
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Gambar 4.5. Model geologi daerah penelitian pada kala awal Miosen Akhir - tengah Miosen Akhir.
Gambar 4.6. Model geologi daerah penelitian pada kala akhir Miosen Akhir.
65
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Gambar 4.7. Model geologi daerah penelitian yang memperlihatkan pengangkatan pada kala akhir Miosen Akhir.
Gambar 4.8. Model geologi daerah penelitian pada kala Pliosen Awal.
66
BAB IV SEJARAH GEOLOGI
Gambar 4.9. Model geologi daerah penelitian pada kala Plio-Pleistosen.
Gambar 4.10. Model geologi daerah penelitian pada kala Pleistosen - Resen.
67