27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Wirosari Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan. Letak SD Negeri 3 Wirosari kurang lebih 1 km dari kantor Dinas UPTD kecamatan Wirosari. Akses ke SD Negeri 3 Wirosari sangat mudah karena terletak di pinggir jalan raya yang menghubungkan antara Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan. Sehinnga mudah dijangkau bagi guru maupun siswa. Di samping kiri SD Negeri 3 Wirosari terdapat pasar hewan yang cukup besar. Konon termasuk pasar yang paling besar di wilayah Jawa Tengah. Siswa SD Negri 3 Wirosari berjumlah 187 siswa. Terdiri dari kelas I sampai kelas VI. Dengan jumlah ruangan kelas masing-masing 1 ruangan. Masing-masing kelas diampu oleh 1 orang guru. Kegiatan Belajar Mengajar dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.10 WIB. Kecuali pada hari jum`at sampai dengan pukul 10.30. Jumlah tenaga kependidikan yang ada di SD Negeri 3 Wirosari sebayak 12 orang masing-masing terinci 1 kepala Sekolah, 6 guru kelas, 1 guru agama, 1 guru Olah Raga, 1 guru Bahasa Inggris, 1 guru Mulok dan 1 Penjaga sekolah. Dari pengamatan peneliti, kondisi sosial SD Negeri 3 Wirosari termasuk golongan menengah ke bawah. Sehingga kesadaran orang tua dengan pendidikan anak masih kurang. 4.2. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Wirosari pada kelas II semester 1 tahun pelajaran 2011 /2012 dengan jumlah 27 siswa. Terdiri dari 14 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki pada mata pelajaran Matematika dengan Standar Kompetensi Pengukuran dengan metode Demonstrasi menggunakan alat peraga benda konkrit. 4.2.1. Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kelas II SD Negeri 3 Wirosari pada mata Pelajaran Matematika tentang Pengukuran, terbukti bahwa tingkat pemahaman siswa tentang Pengukuran sangatlah rendah. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi siswa
28
tentang Pengukuran sebagian besar siswa medapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan minimal ( > 60 ). Perolehan data sebelum diadakan tindakan dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Evaluasi kondisi awal pelajaran Matematika kelas II SD Negeri 3 Wirosari semester 1 tahun 2010 /2011 No
Ketagori
1 2 3 4 5 6
Tuntas Belum Tuntas Jumlah Nilai terendah Nilai tertinggi Rata – rata
Kondisi awal Jumlah 6 21 27
% 22 78 100 40 75 50
Dari tabel 4.1 dapat kita lihat siswa yang mencapai ketuntasan belajar ( KKM > 60 ) pada kondisi awal sebanyak 6 peserta didik atau 22 %, yang belum tuntas sebanyak 21 peserta didik atau 78%. Rata-rata nilai pada kondisi awal adalah 50. Nilai tertinggi 75 dan Nilai terendah adalah 40. Lebih jelasnya rekapitulasi nilai pada table 4.1 dapat kita buat diagram lingkaran sebagai berikut:
22, 22% Tuntas Belum tuntas 78, 78%
Gambar table 4.1 Diagram lingkar kondisi awal Dari gambar table 4.1 dapat kita lihat bahwa Pesewrta didik yang belum tuntas sesuai KKM >60 adalah 78 % dan yang sudah tuntas sesuai KKM adalah 22 %.
29
Rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pemahaman peserta didik tehadap materi yang disajikan masih rendah. Dikarenakan tidak dipergunakannya media pembelajaran yang membantu peserta didik dalam menangkap materi yang disajikan. Metode ceramah masih mendominasi proses pembelajaran sehingga materi yang diajarkan kurang menarik perhatian peserta didik, yang mengakibatkan tingkat pemahaman materi peserta didik rendah dan peserta didikkurang aktif di dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarhan data rendahnya hasil belajar yang dialami peserta didi mata pelajaran Matematika di SD Negeri 3 Wirosari tahun ajaran 2010 /2011 di atas, maka akan diadakannya Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Dalam penelitian ini akan dilakukan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit guna meningkatkan hasil belajar peserta didik yang akan diterapkan melalui dua siklus pada Standar Kompetensi Geometri dan Pengukuran 4.2.2. Siklus I Berdasarkan uraian kondisi awal peserta didik kelas II SD Negeri 3 Wirosari, kemudian peneliti melakukan siklus I. Adapun tindakan yang akan dilakukan pada siklus I sebagai berikut: a) Perencanaan ( planning ) Pada pelaksanaan Siklus I terdiri dari 2 pertemuan masing-masing berdurasi waktu 4 x 30 menit. Sebelum tindakan siklus I dilaksanaan, terlebih dahulu direncanakan untuk tiap pertemuan sudah dipersiapkan. Adapun perencanaan untuk siklus I untuk tiap pertemuan adalah menyusun RPP dengan standar kompetensi geometri dan pengukuran, pembuatan lembar pengamatan yang akan digunakan untuk mengamati pembelajaran pada peserta didik dan guru pada tiap pertemuan saat pembelajaran Matematika dengan menggunakan alat peraga benda konkrit dan metode demonstrasi. Menyiapkan LKS ( Lembar Kerja Siswa ) dan soal-soal untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang disajikan. Menyiapkan alat peraga yang akan digunakan pada tiap pertemuan dalam pembelajaran siklus I yang berupa alat peraga benda-benda konkrit.
30
b) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi i. Pertemuan Pertama Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 03 Oktober 2011 pad jam pelajaran pertama dan kedua dengan Kompetensi Dasar Menggunakan alat ukur dengan satuan jam. Indikator yang akan dicapai diantaranya menyebutkan waktu yang ditunjukan oleh muka jam, menggambar jarum jam yang menunjukkan waktu tertentu, dan menuliskan waktu dengan benar. Langkah-langkah pembelajaran yang diambil pada siklus I diantaranya Apersepsi dengan menyiapkan tempat duduk peserta didik dan mengabsen kehadiran pesertas didik,menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti guru mendemonstrasikan dan menjelasankan materi tentang Pengukuran menggunakan alat peraga benda konkrit. Guru membagi LKS yang berupa soal-soal permasalahan kepada peserta didik. Setelah semua selesai, guru meminta masing-masing peserta didik membacakan hasilnya di depan kelas dilanjutkan dengan pembahasan hasil peserta didik. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang materi yang belum jelas. Pada kegiatan akhir atau penutup, guru menarik kesimpulan dari semua proses kegiatan pembelajaran. Kemudin guru memberikan refleksi dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi yang baru saja di pelajari peserta didik. Selama peneliti melaksanakan pembelajaran, Observer mengamati jalannya proses pembelajaran dengan mengisi lembar pengamatan yang telah disediakan. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui kelemahan dan kelebihan guru dan peserta didik selama pembelajaran berlangsung. Dari lembar pengamatan ( data terlampir ) diketahui yang menjadi kelemahan dan kekurangan guru pada pertemuan pertama diantaranya adalah guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi, kurang tegas dalam menegur siswa yang melakukan aktifitas di luar pembelajaran,kurang melibatkan peserta didik di dalm menarik kesimpulan di akhir pembelajaran. Kelebihan guru saat mengajar pada pertemuan pertama antara lain guru sudah memperiapkan secara optimal, sebelum masuk kegiatan inti guru sudah melakukan apersepsi dan tidak lupa menyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dicapai. Sedangkan kekurangan peserta didik pada pertemuan pertama antara lain; tingkat penguasaan materi masih rendah, peserta didik masih
31
mengalami kebingungan sehingga ketika diberi tugas untuk mengerjakan Lembar Kerja Siswa. Karena ada beberap peserta didik yang tidak memperhatikan saat guru memberi penjelasan, masih ada peserta didik yang pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kelebihan peserta didik pada pembelajaran pertemuan pertama adalah peserta didik mengetahui tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan sebagian besar pesrta didik turut aktif dalam proses pembelajaran. Setelah memperhatikan kekurangan tersebut guru merencanakan tindakan perbaiakan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutya. Kegiatan tersebut diantaranya akan mengkondisikan situasi kelas sebelum proses pembelajaran dimulai,guru akan memberikan penjelasan secara detail materi pembelajaran dengan menampilkan beberapa benda konkrit yang digunakan dalam pembelajaran,gueu akan bersikap lebih tegas menegur siswa yang melakukan aktifitas di luar pembelajaran serta akan melibatkan peserta didik di dalam mengambil kesimpulan materi pada akhir proses pembalajaran. ii. Pertemuan Kedua Pertemuan kedua merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama. Sebelum melasanakan pertemuan kedua maka peneliti mempesiapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang nantinya akan digunakan dalam pertemuan kedua. Perencanaan tersebut diantaranya adalah melakukan diskusi dengan Observer untuk menentukan waktu pertemuan kedua, merancang kegiatan pembelajaran ynag lebih baik dan menyiapkan lembar pengamatan bagi guru dan peserta didik. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2011, peneliti melanjutkan meteri selanjutnya. Kegiatan awal pembelajaran guru menanyakan materi sebelumnya. Sebagai apersepsi guru menanyakan kepada peserta didik untuk membedakan letak jarum jam yang ditunjukkan oleh muka jam dinding yang ditampilkan guru. Kemudian guru membagi kelas menjadi 4-5 kelompok dilanjutkan kerja kelompok dengan Lembar Kerja Siswa berupa soal-soal permasalahan yang yang sudah dibagikan oleh guru. Setelah semua selesai masing-masing kelompok membacakan hasil kerja kelompok. Guru memberikan penghagaan ( reward ) pada peserta didik yang mau membaacakan hasil kelompok di depan kelas. Guru membahas hasil kerja kelompok secara bersama-sama. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan materi yang belum
32
jelas. Kemudian bersama peserta didik guru menyimpulkan materi pembelajaran. Selanjutnya memberikan umpan balik dan motivasi dan pesan moral kepada peserta didik. Pada kegiatan inti pada pertemuan kedua guru memberikan soal-soal evaluasi kepada peserta didik dan dikerjakan secara individu untuk mengukur tingkat keberhasilan pada siklus pertama. Setelah peserta didik semua selesai mengerjakan evaluasi guru mengumpulkan hasil evaluasi. Guru bersama peserta didik membahas hasil evaluasi yang telah selesai dikejakan. Pada akhir kegiatan guru merefleksi kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan. Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang disusun dalam RPP. Siswa juga sudah menunjukkan keaktifan dan kesiapan dalam menerima tugas dari guru. Pertemuan kedua ini merupakan kegiatan terakhir pada siklus I Pada saat proses kegiatan pembelajaran menggunakan alat peraga benda konkrit berlangsung guru kelas II ( Observer ) mengamati proses pembelajaran tiap pertemuan berlangsung. Dari hasil pengamatan tersebut digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan berikutnya. c) Hasil Belajar Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit, peneliti memberikan evaluasi tertulis pada akhir siklus I pada pertemuan kedua. Hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan, dari prestasi belajar sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanankan tindakan pada siklus I. Hal ini dapat dilihat pada rekap nilai ulangan harian sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I ( terlampir ). Hasil belajar peserta didik yang diperoleh sebelum pembelajaran menggunakan alat peraga benda konkrit pada siklus I dari jumlah 27 peserta didik yang mencapai ketuntasan ( KKM > 60 ) adalah 6 peserta didik. Nilai terendah pada siklus I adalah 50. Sedangkan nilai tertinggi pada siklus I adalah 75 dengan nilai rata-rata 50. Oleh Karena itu perlu adanya adanya tindakan perbaikan dalam proses pembelajaran pada siklus I sehingga diperoleh hasil belajar yang meningkat. Setelah dilaksanakan tidakan pada siklus I hasil yang diperoleh peserta didik pada siklus I mengalami pningkatan, dari jumlah 27 peserta didik 22 atau dengan kata lain 81,48%
33
mencapai ketuntasan ( KKM > 60 ) dan 5 peserta didik atau 18,52 % belum tuntas dalam pembelajaran. Nilai terendah pada siklus I 50 dan nilai tertinggi 100. Dengan nilai rata-rata 74. Dengan demikian hasil belajar peserta didik meningkat disbanding sebelum dilaksanakan tindakan pembelajaran pada siklus I. Namun belum mencapai indicator kinerja yang telah direncanakan ( 100% peserta didik mencapai ketuntasan dalam pembelajaran ). Agar hasil belajar mencapai ketuntasan sesuai dengan KKM ( > 60 ) maka diadakan tindakan siklus II untuk mencapai indicator kinerja yaitu 100% peserta didik mencapai ketuntasan. d) Refleksi ( reflecting ) Setelah guru melaksanakan tindakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit, terjadi peningkatan hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian nilai rata-rata 75 dari kondisi awal nilai rata-rata 50. Dari 6 peserta didik yang mecapai ketuntasan mejadi 22 peserta didik. Pada refleksi ini, peneliti mendapat masukan dari obsever agar alat peraga benda konkrit di tampilkan contoh-contoh benda yang lebih banyak agar peserta didik lebih tertarik dalam proses pembelajaran. Selain alat peraga observer menyarankan agar diselingi metode diskusi dalam pembelajaran pada siklus I. Masukan dari observer dilaksanakan untuk perbaikan pada pertemuan berikutnya. Dengan beberapa contoh alat peraga penggaris panjang dan jam-jaman pada pertemuan berikutnya pembelajaran terlihat lebih aktif dan peserta didik lebih tertarik sehingga proses pembelajaran nampak lebih hidup. 4.2.3. Siklus II a) Perencanaan ( planning ) Pada siklus II terdiri dari 2 x pertemuan dengan durasi waktu mengajar 4 x 30 menit. Sebelum tindakan siklus II dilaksanakan, perencanaan tindakan tiap pertemuan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Persiapan yang dilakukan oleh peneliti untuk melaksanakan siklus II adalah mempersiapkan instrument untuk pengamatan, evaluasi dan memperbanyak contoh benda konkrit sebagai alat peraga. Agar efektifitas pembelajaran lebih meningkat dibandingkan dengan siklus I dan peserta didik lebih tertarik dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
34
b) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi i. Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2011 melalui beberapa kegiatan. Kegiatan awal dilaksanakan dengan Kompetensi Dasar Menggunakan alat ukur panjang tidak baku dan baku ( cm, m ) yang sering digunakan dengan indikator menggunakan alat ukur satuan cm dan m dalam pengukuran panjang dengan benar. Langkah-langkah pembelajaran pada kegiatan awal diantaranya adalah sebelum pelajaran dimulai berdoa dulu dan menabsen peserta didik. Setelah selesai dilanjut dengan kegiatan inti. Kegiatan tersebut guru menjelaskan pengukuran benda dengan alat ukur tidak baku dan baku. Setelah selesai menjelaskan guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan materi yang belum jelas. Kemudian guru membagi kelas menjadi 4-5 kelompok dilanjutkan penjelasan cara mengerjakan Lembar kerja Kelompok. Setelah smua kelompok selesai mengerjakan tugas guru meminta perwakilan kelompk untuk membacakan hasil kerja kelompok kemudian guru membahasnya bersama-sama. Guru merefleksi bersama tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Pada akhir kegiatan guru memberikan pertanyaan-pertanyaan secara lisan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi yang baru saja dipelajari. Selnjutnya guru menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama sudah sesuai dengan RPP dan berlangsung sesuai harapan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan guru dan hasilnya terlampir. ii. Pertemuan Kedua Kegiatan terakhir pada siklus II dilaksanakan pada pertemuan kedua tanggal 24 Oktober 2011. Langkah-langkah pada kegiatan awal adalah guru mengabsen peserta didik kemudian mengajukan pertanyan-pertanyaan tentaang pelajaran yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan inti yang dilakukan adalah guru mengadakan evaluasi untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik tentang materi yang baru saja diajarkan. Guru merefleksi pembelajaran yang telah dilakukan bersama peserta didik dan memberikan pesan moral agar lebih giet dalam belajar. Pada saat proses kegiatan pembelajaran berlansung guru kelas II ( Observer ) mengamati berlangsungnya proses pemeblajaran. Hasil dari pengamatan proses pembelajaran sudah baik, baik pertemuan pertama maupan pertemuan kedua. Hal ini
35
dikarenakan kelemahan pada siklus I sudah diperbaiki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lembar observasi guru dan peserta didik terlampir. c) Hasil Belajar Setelah dilaksanakan tindakan dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit peneliti memberikan tes evaluasi secara tertulis pada akhir pertemuan kedua siklus II. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik meningkat dari hasil prestasi belajar peserta didik sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dan lebih meningkat lagi pada siklus II. Hal ini dapat dilihat pada rekap nilai ulangan harian sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dan pada siklus II ( terlampir ). Hasil belajar peserta didik yang diperoleh setelah pembelajaran menggunakan alat peraga benda konkrit pada siklus II dari jumlah 27 peserta didik yang mencapai ketuntasan ( KKM > 60 ) adalah 27 peserta didik. Dengan kata lain seluruh peserta didik mengalami ketuntasan dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit. Nilai terendah pada siklus II adlah 65. Sedangkan nilai tertinggi pada siklus II adalah 100 dengan nilai rata-rata 74 . Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit lebih meningkatkan disbanding dengan siklus I dan dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam aspek kognitif. d) Refleksi ( reflecting ) Setelah guru melakukan proses pembelajaran menggunakan alat peraga benda konkrit dan metode demonstrasi pada siklus ini adalah tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal. Dalam penggunaan alat peraga benda konkrit siswa terlihat lebih tertarik dan termotivasi di dalam mengikuti proses pembelajaran materi Geometri dan Pengukuran. Dari siklus II, hasil belajar peserta didik 100% mendapat nilai mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan > 60. Pembelajaran lebih optimal karena melibatkan langsung peserta didik. Dengan demikian peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru saja. 4.3. Hasil Analisis Data
36
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian hasil belajar peserta didik dengan menggunakan alat peraga benda konkrit. Pada Standar Kompetensi Geometrid an Pengukuran diperolah paparan hasil dari setiap siklus sebagai berikut: 4.3.1. Analisis Data Siklus I Analisi nilai setelah pembelajaran menggunakan alat peraga benda konkrit pada siklus I diperoleh hasil belajar seperti pada tabel 4.2.
No 1 2 3 4 5 6
Tabel 4.2 Rekapitulasi nilai kondisi awal dan siklus I mata pelajaran Matematika SD Negeri 3 Wirosari semester 1 tahun 2010 /2011 Kondisi Awal Siklus I Ketagori Jumlah % Jumlah % Tuntas 6 22 22 81,48 Belum Tuntas 21 78 5 18,52 Jumlah 27 100 27 100 Nilai Terendah 50 55 Nilai Tertiggi 75 85 Jumlah 50 73
Berdasarkan tebel 4.2 perbandingan antara
kondisi awal dan siklus I terjadi
penambahan jumlah peserta didik yang mengalami ketuntasan belajar. Kondisi awal peserta didik yang tuntas dalam belajar berjumlah 6 peserta didik atau 22 % menjadi 22 peserta didik atau 81,48 %. Peserta yang belum tuntas pada kondisi awal 21 atau 78 % menjadi 5 peserta didik atau 18.52 %, sedangkan nilai terendah pada kondisi awal 50 meningkat menjadi 55 pada siklus I dan nilai tertinggi pada kondisi awal 75 pada siklus I mejadi 85. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat rekapitulasi nilai ulangan harian siklusI pada diagram batang sebagai berikut:
37
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Tuntas
Kondisi Awal
Siklus I
Persentase Kondisi awal
Persentase siklus I
Belum tuntas Rata - rata kelas
Tabel 4.2 Gambar diagram batang ketuntasan peserta didik Siklus I
Dari gambar tabel 4.2 di atas,dapat diketahui peserta didik yang belum tuntas dalam pembelajaran IPA pada kondisi awal yang mengalami ketuntasan dari 27 peserta didik terdapat 22 % dan yang belum tuntas dalam pembelajaran 78 %. Setelah dilaksanakan tindakan pada Siklus I menjadi18,52 %, sedang yang sudah mengalami ketuntasan adalah 81,48 %. Sehinngga dapat disimpulkan bahwa dengan pemanfaatan alat paraga benda konkrit dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik walaupun masih diperlukan tindakan perbaikan pada pertemuan berikutnya.
38
4.3.2.Analisis Data Siklus II Analisis nilai setelah pembelajaran siklus II dapat dilihat sepert tabel 4.3 sebagai berikut
No 1 2 3 4 5 6
Tabel 4.3 Rekapitulasi nilai siklus II mata Matematika SD Negeri 3 Wirosari semester 1 tahun 2010 /2011 Ketagori Kondisi Awal Siklus II Jumlah % Jumlah % Tuntas 6 22 27 100 Belum Tuntas 21 78 0 0 Jumlah 27 100 27 100 Nilai Terendah 50 65 Nilai Tertiggi 75 100 Jumlah rata - rata 50 74
Berdasarkan tebel 4.3 perbandingan antara kondisi awal dan siklus II terjadi penambahan jumlah peserta didik yang mengalami ketuntasan belajar. Kondisi awal peserta didik yang tuntas dalam belajar berjumlah 6 peserta didik atau 22 % menjadi 27 peserta didik atau 100 %. Berarti peserta didik yang mencapai ketuntasan KKM ( > 60 ) sejumlah 27 atau 100%. dari jumlah keseluruhan peserta didik. Hasil belajar peserta didik pada pembelajaran siklus II adalah 100% peserta tuntas dalam pembelajaran. Kenaikan jumlah peserta didik yang tuntas 100% dalam pembelajaran siklus II dikarenakan peserta tidak bosan dan didik lebih tertarik pembelajran menggunakan alat peraga benda konkrit. Sehingga peserta didik lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Peserta didik yang belum tuntas pada kondisi awal 21 atau 92,60 % menjadi 0 peserta didik atau 0 %. Pada siklus II. Nilai tertinggi pada kondisi awal 75 menjadi 100 dan nilai trendah pada kondisi awal 50 menjadi 65 pada siklus II dengan rata-rata nilai 74. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut.
39
100 80 60
Tidak Tuntas Tuntas
40
Rata - rata
20 0 Kondisi Awal
siklus I
Siklus II
Gambar diagram batang tabel 4.3 ketuntasan belajar Siklus II Pada gambar grafik batang tabel 4.3 diatas, dapat kita lihat bahwa peningkatan hasil belajar dapat dipengaruhi oleh penggunaan alat peraga benda konkrit yang digunakan guru dalam pembelajaran. Pada kondisi awal hasil belajar peserta didik yang mencapai ketuntasan adalah 22 %, menjadi 78 % pasda Siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 100 % dari jumlah peserta didik 27. Dari data diatas berarti pemanfaatan alat peraga benda konkrit dapat meningkatkan hasil belajar dan memotivasi peserta didik untuk belajar lebih lanjut. 4.4. Pembahasan Hasil Penelitian. Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga benda konkrit. Adapun pembahasan yang menghubungkan teori sebelumnya dengan hasil penelitian yang dilaksanakan adalah: 1. Pembelajaran Geometri dan Pengukuran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II pada mata pelajaran Matematika. Pembelajaran menggunakan media pembelajaran bermanfaat untuk melengkapi, memelihara dan bahkan meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran yang sedang
40
berlangsung. Penggunaan media dalam pembelajaran akan meningkatkan hasil belajar, meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan motifasi belajar siswa (Ridha Sarwono, 2008). Teori di atas selaras dengan penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti. Karena saat peneliti mengajar dengan menggunakan media realita atau alat peraga benda konkrit dapat meningkatkan aktifitas belajar dan hasil belajar peserta didik. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Bruner yang mengungkapkan bahwa, ”Dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi bendabenda (alat peraga). Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya. Keteraturan tersebut kemudian oleh siswa dihubungkan dengan keteraturan intuitif yang telah melekat pada dirinya (Ruseffendi,1994:109). Hal tersebut terlihat dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti di SD Negeri 3 Wirosari dengan menggnakan alat peraga benda konkrit. Hasil ulangan sebelum menggunakan alat peraga benda konkrit nilai rata-rata kelas 50 meningkat menjadi 74. Dengan jumlah peserta didik yang tuntas 6 menjadi 22 ( siklus I ) dan pada siklus II yang merupakan perbaikan dari siklus I rata – rata kelas menjadi 74 dengan jumlah peserta didik yang tuntas pada siklus I 25 menjadi 27 peserta didik yang tuntas pada siklus II. Peningkatan tersebut terjadi setelah peneliti melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit. Dalam pembelajaran Geometri dan Pengukuran menggunakan alat peraga benda konkrit peserta didik terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. 2. Hambatan yang dialami peserta didik dalam pembelajaran Geometri dan Pengukuran dengan menggunakan alat peraga benda konkrit. Dalam penggunaan alat peraga benda konkrit peserta didik terkadang mengalami kebingungan. Karena benda konkrit yang digunakan sebagai alat peraga merupakan benda yang baru dikenal peserta didik dan peserta didik belum trampil cara penggunaannya. Penggunaan alat peraga benda konkrit belum pernah digunakan sebagai alat peraga dalam pembelajaran di SD Negeri 3 Wirosari. Disini perlu kesabaran dan ketrampilan yang lebih dari guru untuk membimbing dan memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran.